NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM FILM KARTUN “UPIN & IPIN” SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam Dalam Ilmu Tarbiyah
Oleh : SITI MUROWDHOTUN NIM 111 06 038
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA TAHUN 2010
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING Telah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi Saudara: Nama
: Siti Murowdhotun
NIM
: 111 06 038
Jurusan
: Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Judul
: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM FILM KARTUN “UPIN & IPIN”
Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan. Salatiga 10 Agustus 2010 Pembimbing
Muna Erawati, S.Psi.,M.Si NIP. 19751218 199903 2 002
ii
KEMENTERIAN AGAMA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)SALATIGA Jl. Tentara Pelajar 02 Telp. 32706 Fax. 323433 Kode pos. 50721 Salatiga
http//www.stainsalatiga.ac.id e-mail:
[email protected] PENGESAHAN KELULUSAN Skripsi Saudara: Siti Murowdlotun dengan Nomor Induk Mahasiswa: 111 06 038 yang berjudul: “NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM FILM KARTUN “UPIN & IPIN”, telah dimunaqosahkan dalam sidang Panitia Ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga pada hari: Selasa tanggal 31 Agustus 2010 dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I). Salatiga, 31 Agustus 2010 M 21 Ramadhan 1431 H Dewan Penguji Ketua
Sekretaris
Dr. Imam Sutomo, M.Ag
Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd
NIP: 19580827 198303 1 002
NIP: 19671223199203 1 005
Penguji I
Penguji II
Drs. A. Bahrudin, M.Ag
Drs. Sumarno Widjadipa,M.Pd.
NIP. 19531223 1982 03 1 005
NIP. 19570520 1986 01 1001 Pembimbing
Muna Erawati, S.Psi.,M.Si NIP. 19751218 199903 2 002
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Siti Murowdhotun
NIM
: 111 06 038
Jurusan
:Tarbiyah
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga 10 Agustus 2010 Yang menyatakan
Siti Murowdhotun
iv
MOTTO
Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekedar) apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan. (Q.S. At-Talaq: 7)
Never put of till you tomorrow what you can do today
(Jangan pernah menunda sampai besok apa yang dapat kamu kerjakan hari ini)
v
PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan kepada: Ayah Bunda yang selalu ada di setiap nafas ini, yang senantiasa mengasuhku, merawatku, dengan penuh kasih sayang, membanggakanku, dan memberikan pendidikan terbaik bagiku hingga sekarang ini. Hanya do’a yang dapat ananda persembahkan untuk ayah bunda tercinta
شا١اْ صغ١ّا وّا سبّٙسحٚ ٞاٌذٌٛٚ ٌُٝ اغفشٌٍٙا Semoga ayah dan bunda selalu dalam limpahan rahmat Allah SWT. Untuk
keluarga
besarku
yang
selalu
memberikan
dorongan
dan
semangat bagiku dalam menempuh pendidikan ini. Mas-mas, mbakmbakku & adik-adikku tercinta terimakasih atas motifasi yang selalu kalian semua berikan. Seseorang yang telah memberikan semangat dan semangat untuk selalu menjadi lebih baik dari kemarin. Syukron katsiron.
vi
ABSTRAK Murowhlotun, Siti. 2010. Nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam Film Kartun “Upin & Ipin”. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salaiga. Pembimbing: Muna Erawati, S. Psi., M. Si.
Kata Kunci: nilai-nilai pendidikan Islam, film kartun “Upin & Ipin” Latar belakang penelitian ini adalah bahwa orang tua maupun pendidik kadang merasa kesulitan dalam menanamkan nilai-nilai Pendidikan Islam pada anak, ini yang menyebabkan banyak para orang tua maupun pendidik merasa gagal dalam mendidik anak (peserta didik). Yang menjadi permasalahan penelitian ini adalah materi pendidikan Islam apa saja yang terdapat dalam film kartun “Upin & Ipin”, metode pendidikan Islam apa saja yang terdapat dalam film kartun “Upin & Ipin”. Penelitian ini bertujuan untuk menuturkan, menganalisis dan mengklasifikasikan nilai-nilai Pendidikan Islam dalam film kartun “Upin & Ipin”. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan untuk menyempurnakan penyampaian materi dan metode pendidikan Islam pada anak-anak . Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan mengambil objek film kartun “Upin & Ipin”, dengan sasaran para orang tua dan pendidik.. Pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan observasi dan dokumentasi. Analisis data dengan menggunakan Content Analisyis (Analisis Isi) atau analisis dokumen, dan dari analisis tersebut ditarik kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan: 1) Materi pendidikan Akidah dalam film kartun “Upin dan Ipin” adalah tentang iman kepada Allah. 2) Materi pendidikan ibadah dalam film kartun “Upin & Ipin” antara lain adalah shalat (shalat tarawih), puasa (pengertian puasa, kewajiban berpuasa, hal-hal yang disunnahkan dalam berpuasa, puasa dengan ikhlas, larangan wanita haid berpuasa, hilal dan lailatul qodar), dan zakat (penyerahan zakat, kewajiban membayar zakat dan penerima zakat). 2) Metode pendidikan Islam dalam film kartun “Upin & Ipin”, meliputi: metode tanya jawab, metode ceramah, metode pemberian tugas, metode pemberian hukuman, metode uswah hasanah (keteladanan), metode pembiasaan, metode nasihat (mauidzah), metode observasi (Albert Bandura).
vii
KATA PENGANTAR
بسم اهلل الرحمن الرحيم Nikmat manakah yang engkau dustakan? (Q.S. Arrahman) Semoga rasa syukur yang begitu dalam ini senantiasa terbentuk dalam kalbu, terlafadz dalam lisan dan tergores pada setiap pena yang tertulis. Syukur untuk-Mu Rabbi, wahai Tuhan para peneliti. Sungguh, tidaklah mungkin berkasberkas yang hamba itu merupakan berkas yang utuh tanpa perkenan-Mu Yang Maha Berilmu. Salawat dan salam hanyalah untuk Rasul mulia kami, Muhammad saw. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini tidak dapat berjalan lancer tanpa adanya bantuan dan dukungan dari semua pihak. Pada kesempatan ini pula, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih kepada: Dr. Imam Sutomo, M.Ag. selaku ketua STAIN Salatiga. Muna Erawati, S.Psi.,M.Si. selaku pembimbing dalam penyusunan skripsi ini. Dimana beliau sebagai pembimbing dan motifator terbaik dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini yang telah merelakan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing, mengarahkan, dan memberi masukan yang sangat berharga bagi penulis demi terselesainya penyusunan skripsi ini.
viii
Bapak dan Ibu dosen yang telah membimbing penulis selama belajar si Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) Salatiga. Bapak, Ibu yang senantiasa memberikan bantuan material dan spiritual yang tak ternilai jumlahnya hingga selesai penyusunan sekripsi ini, serta mas-mas dan mbak-mbakku yang selalu memberikan dorongan semangat bagi adinda untuk menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Cah-cah DQS khususon kakak tersayangku, ka ikah yang selalu menemani dan menerima keluh kesahku dalam menyelesaikan skripsi ini. Konco-konco PAI B 2006 matur suwun sudah banyak memberikan pengalaman kepadaku dalam menjalani kehidupan kampus ini. Keluarga pondok Darul Quddusis Salam yang telah memberikan kelonggaran waktu dalam ananda menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Semua pihak yang belum disebutkan, yang turut serta membantu penyusunan skripsi ini. Kepada semua penulis tidak dapat memberikan balasan yang sepadan, kecuali untaian kata terima kasih yang mendalam dengan iringan do‟a semoga Allah SWT. Meridhoi semua amal baik mereka. Setelah melalui proses panjang, akhirnya penulis dapat menyelesaikan tulisan ini yang tentu saja masih banyak kekurangan. Walaupun demikian, penulis berharap semoga karya sederhana ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca umumnya.
ix
Salatiga 12 Agustus 2010 Yang menyatakan
Siti Murowdhotun
x
DAFTAR ISI
Judul ………………………………………………….... Nota Pembimbing ………………………………………..
ii
Pengesahan ………………………………………………
iii
Deklarasi …………………………………………………
iv
Motto ……………………………………………………..
v
Persembahan …………………………………………….
vi
Abstrak ………………………………………………….
vii
Kata pengantar ……………………………………………
viii
Daftar Isi …………………………………………………..
ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………………………….
1
B. Penegasan Istilah ………………………………….
7
C. Rumusan Masalah ………………………………...
8
D. Tujuan Penelitian ………………………………….
9
E. Manfaat Hasil Penelitian …………………………..
9
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Nilai Pendidikan Islam ……………………………….
11
Pengertian Nilai ……………………………………
8
b. Pengertian Pendidikan Islam ………………………
8
a.
Ruang Lingkup Pendidikan Islam ………………....
11
d. Pembelajaran Nilai-nilai Pendidikan Islam ………..
12
c.
xi
a) Nilai Pendidikan Akidah ……………………….
13
b) Nilai Pendidikan Ibadah ………………………..
16
c) Nilai Pendidikan Akhlak ………………………..
19
d) Nilai Pendidikan Multikultural …………………
20
e. Materi Pendidikan Islam ……………………………
22
B. Metode Pendidikan Islam ………………………………
26
1. Pendekatan Metode Pendidikan Islam ……………..
27
a) Pendekatan Filosofi …………………………….
27
b) Pendekatan Deduktif-Induktif ………………….
28
c) Pendekatan Sosio-Kultural ……………………..
30
d) Pendekatan Fungsional …………………………
30
e) Pendekatan Emosional ………………………....
31
2. Macam-macam Metode Pendidikan Islam …………
31
a) Metode Tanya Jawab ……………………………
31
b) Metode Pemberian Tugas ……………………….
32
c) Metode Ceramah ………………………………..
32
d) Metode Keteladanan ……………………………
32
e) Metode Pembiasaan ……………………………
32
f) Metode Nasihat ………………………………...
33
g) Metode Hukuman ………………………………
33
3. Teori Belajar Observasi Bandura …………………..
34
C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembelajaran Pendidikan Islam ……………………………………….
xii
38
D. Film Kartun 1. Pengertian Film Kartun ………………………………..
43
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian ………………………….
45
B. Unit Analisis ……………………………………………….
47
C. Jenis Dan Sumber Data …………………………………….
47
D. Teknik Pengumpulan Data ………………………………..
48
E. Tahap-tahap Penelitian ……………………………………
49
F. Teknik Analisis Data ……………………………………….
51
G. Uji Keabsahan Data ………………………………………...
54
BAB IV PEMBAHASAN A. Film Kartun “Upin & Ipin”………………………………..
55
1. Sejarah Pembuatan Film Kartun “Upin & Ipin” ………
56
2. Sejarah Penyiaran Film Kartun “Upin & Ipin” ………..
57
3. Karakter Pemain Dalam Film Kartun “Upin & Ipin” …..
59
B. Analisis Dan Temuan 1. Nilai Pendidika Akidah ……………………………….. a. Beriman Kepada Allah ……………………………. 2. Nilai Pendidikan Ibadah ……………………………….
62 62 63
a. Puasa ………………………………………………
65
b. Niat ………………………………………………...
67
c. Hal-hal Yang Disunnahkan Dalam Puasa …………..
68
d. Lailatul Qadr ……………………………………….
69
xiii
e. Hal-hal Yang Membatalkan Puasa …………………
70
f. Hikmah Mengerjakan Puasa ……………………….
71
g. Zakat fitrah ………………………………………...
73
3. Nilai Pendidikan Akhlak ……………………………… a. Akhlak Mahmudah ………………………………..
74 74
a) Bersyukur ……………………………….……..
74
b) Sabar …………………………………………...
75
c) Cinta Kebersihan ………………………….......
77
d) Tolong Menolong ………………………………
78
e) Membiasakan Mengucapkan Salam …………...
79
Menerima Apa Adanya ………………………...
81
b. Akhlak Mazmumah ………………………………...
82
f)
a. Bohong …………………………………………
82
b. Tamak ………………………………………….
84
c. Ghibah ………………………………………….
85
4. Pendidikan Multikultural …………………………………..
86
BAB V PENUTUP 1. Kesimpulan ………………………………………………..
89
2. Saran ……………………………………………………….
90
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Pendidikan Islam mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Karena pendidikan islam tidak hanya bersifat teoritis saja, akan tetapi juga bersifat praktis. Ajaran-ajaran dalam Islam tidak memisahkan antara iman dan amal. Oleh karena itu syari‟at Islam tidak akan dihayati dan diamalkan orang kalau hanya diajarkan saja, tetapi harus dididik melalui proses pendidikan dan tentunya dengan menggunakan metodemetode yang tertentu dalam mengajarkannya. Anak adalah amanat Allah yang dititipkan kepada kedua orang tuanya. Ketika seorang anak lahir ke dunia dan melihat apa yang ada dalam rumah dan sekelilingnya, tergambar dalam benaknya sosok awal dari sebuah gambaran kehidupan. Jiwanya yang masih suci dan bersih akan menerima segala bentuk apa saja yang datang dan mempengaruhinya. Maka sang anak akan dibentuk oleh setiap pengaruh yang datang dalam dirinya. Imam AlGhazali berkata: Anak adalah amanat bagi orang tuanya, hatinya bersih, suci, dan polos. Kosong dari segala ukiran dan gambaran. Anak akan selalu menerima segala yang diukirnya, dan akan cenderung terhadap apa saja yang mempengaruhinya (Hafizh, 1997: 35). Hal ini sesuai dengan hadits nabi
ّٗٔجغا٠ ٚ ٔصشأٗ أٚدأٗ أٛٙ٠ ٖاٛ اٌفطشة فؤبٌٍٝذعٛ٠ٌذِٛ ًو )ٍُاٖ ِغٚ(س
” setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci bersih. Dan sesungguhnya kedua orang tuanyalah yang menjadikannya sebagai seorang Yahudi, Majusi, atau Nasrani.” (H.R: Muslim) (Mustafa, 1993: 578). Maka, apabila dia dibiasakan dan diajarkan untuk melakukan kebaikan niscaya akan seperti itulah anak terbentuk, akan tetapi apabila anak diajarkan atau dibiasakan untuk melakukan hal yang tidak baik ataupun diajarkan untuk melakukan kejahatan maka anak akan terbentuk menjadi pribadi yang tidak baik dan akan menjadikan fitnah bagi orang tuanya. Dewasa ini kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah banyak membawa kemudahan hidup, komunikasi menjadi salah satu faktor penting bagi kemajuan suatu bangsa. Komunikasi yang terjadi dapat melalui suatu media baik elektronik maupun cetak. Salah satu media yang populer dan sangat efektif untuk menyampaikan informasi adalah televisi. Televisi juga merupakan media audiovisual gerak yaitu media yang dapat menampilkan unsur suara dan gambar yang bergerak seperti film video-cassette (Djamarah dan Zain, 2006: 141). Televisi dengan berbagai programnya mampu memberikan informasi, pendidikan, hiburan dan hal lain kepada khalayak diberbagai belahan dunia. Maka apa saja yang ditayangkan oleh televisi dapat disaksikan oleh anakanak, termasuk anak yang masih balita. Sungguh besar sekali pengaruh televisi dalam pembentukan kepribadian anak-anak. Anak dapat menyerap apa saja yang disaksikan lewat televisi yang ada dirumahnya. Matanya melihat dan menangkap apa yang ditayangkan, telinganya mendengar dari
apa yang diucapkan oleh penyiar, penyanyi maupun film yang sedang ditayangkan. Semua itu akan terserap oleh anak dan menjadi unsur-unsur di dalam pribadinya yang sedang dalam proses pertumbuhan. Apabila yang ditayangkan oleh televisi itu baik dan menunjang pembentukan pribadi dan identitas agama pada anak akan besar. Begitu pula sebaliknya, jika yang ditayangkan itu tidak mendukung atau merusak nilai-nilai agama, maka hal ini akan merusak iman dan penampilan diri anak akan jauh dari nilai agama (Daradjat,1995: 66). Daya tarik yang begitu kuat dari televisi bagi anak-anak tidak terlepas dari karateristik media yang memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan media cetak maupun media dengar, sehingga anak-anak sangat menyukainya. Salah satu program televisi yang digandrungi anak-anak adalah film kartun. Film kartun yang ditayangkan ini banyak yang berasal dari negara-negara asing. Salah satu film kartun yang saat ini sedang digandrungi anak-anak adalah film kartun ”Upin & Ipin”. Film ini adalah salah satu film animasi produksi Les‟ Copaque1 Malaysia. Film animasi ini dirilis pada 14 september 2007 di Malaysia dan disiarkan di TV9. Awalnya film ini bertujuan untuk mendidik anak-anak agar menghayati bulan Ramadhan. Namun saat ini, seri kartun ”Upin & Ipin” mempunyai edisi harian setelah edisi Ramadhan. Upin dan Ipin adalah dua 1
Les‟ Copaque Sdn Bhd ialah sebuah organisasi penerbitan dan studio animasi 3D berstatus MSC yang berpusat di Shah Alam, Selangor. Les‟ Copaque bukan saja mengerjakan bidang animasi, akan tetapi menjadi organisasi penerbitan penuh yang juga melibatkan pencetus ide, rekaman suara dan pascapenerbitan yang disertakan dengan karya animasi (http://ms.wikipedia.org/wiki/Les‟Copaque) .
orang saudara kembar asal Melayu, mereka tinggal bersama dengan Opah (nenek) dan kakaknya karena kedua orang tuanya sudah meninggal. Untuk membedakan dua anak lucu ini, Upin mempunyai sehelai rambut di kepalanya, dia selalu memakai baju berwarna kuning dan ada gambar huruf U, cenderung lebih pandai bicara dari pada Ipin adiknya.Sedangkan Ipin tidak memiliki rambut (asli botak), selalu memakai baju berwarna biru dan bergambar huruf I, Ipin juga memakai kain merah pada lehernya, sangat menyukai ayam goreng dan cenderung mengulang kata sampai tiga kali, salah satu contohnya ”betul betul betul”. Film ini kaya akan nilai-nilai pendidikan Islam. Setiap episode dalam film ini selalu menampilkan nilai pendidikan yang ditampilkan melalui perilaku atau omongan yang dilakukan Upin dan Ipin, teman-temannya, Kak Ros ataupun Opahnya. Film kartun ”Upin &Ipin” yang banyak mengandung nilai pendidikan ini bisa dijadikan sebagai media bagi proses pembelajaran anak di rumah, karena dalam film kartun ”Upin & Ipin” kita akan menemukan beberapa hikmah yang bernafaskan Islami. Dalam pendidikan Islam terdapat bermacam-macam nilai Islam yang mendukung dalam pelaksanaan pendidikan, bahkan menjadi suatu rangkaian atau sistem di dalamnya. Nilai tersebut menjadi dasar pengembangan jiwa anak sehingga bisa memberi out put bagi pendidikan yang sesuai dengan harapan masyarakat luas. Bagi para pendidik, dalam hal ini adalah orang tua sangat perlu membekali anak didiknya dengan materi-materi atau pokok pokok dasar pendidikan sebagai pondasi hidup yang sesuai dengan arah
perkembangan jiwanya. Pokok-pokok pendidikan yang harus ditanamkan pada anak didik yaitu, keimanan, akhlak, kesehatan, ibadah, sosial. Penanaman nilai-nilai pendidikan ini memerlukan metode atau cara yang dapat mempermudah penanaman nilai-nilai pendidikan. Dengan latar belakang masalah diatas maka penulis mengambil judul ”NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM FILM KARTUN ”UPIN & IPIN”. Dalam film ini banyak terkandung nilai-nilai pendidikan Islam dan metode pembelajaran yang dapat menjadi acuan para pendidik dan orang tua dalam proses pembelajaran terhadap anak atau siswa.
B. Penegasan Istilah Agar pembaca mudah untuk memperoleh pemahaman dan gambaran yang pasti terhadap istilah tersebut, maka penulis akan menjabarkan terlebih dahulu yaitu: 1. Nilai dapat berarti sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan (Poerwadarminta, 1982: 667). Dalam difinisi lain yang disampaikan Noor Syam, bahwa nilai adalah suatu penetapan atau suatu kualiatas yang menyangkut suatu jenis apresiasi atau minat. Sehingga nilai merupakan suatu otoritas ukuran dari subjek yang menilai, dalam artian dalam koridor keumuman dan kelaziman dalam batas-batas tertentu yang pantas bagi pandangan individu dan sekelilingnya (Aziz, 2009: 120).
2. Pendidikan Islam menurut Ahmadi adalah segala usaha untuk memelihara pengembangan fitrah manusia dan sumber daya insane yang ada padanya menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) (Achmadi, 1992: 20). Senada dengan pendapat diatas, menurut Chabib Thoha pendidikan Islam adalah pendidikan yang falsafah dasar dan tujuan serta teori-teori yang dibangun untuk melaksanakan praktek pandidikan berdasarkan nilainilai dasar Islam yang terkandung dalam Al-Qur‟an dan Hadits ( Thoha, 1996: 99). 3. Film Aniamsi atau kartun adalah film yang dibuat dengan menggambar setiap frame satu persatu kemudian dipotret, setiap gambar frame merupakan gambar dengan posisi yang berbeda yang kalau diserikan akan menghasilkan kesan gerak (http://www.geoceties.com).
C. Rumusan Masalah Mengacu pada latar belakang masalah tersebut, penulis mengagendakan rumusan masalah penelitian, sebagai berikut: 1.
Apa saja materi pendidikan Islam yang terdapat dalam film kartun “Upin & Ipin”?
2.
Apa saja metode yang digunakan dalam menyampaikan nilai-nilai pendidikan Islam yang terdapat dalam film kartun “Upin & Ipin”?
3.
Apa saja nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam film kartun “Upin & Ipin”?
D. Tujuan Penelitian Sebagai konsekuensi dari permasalahan pokok, maka tujuan dari pembahasan ini adalah: 1.
Untuk mengetahui materi pendidikan Islam yang terdapat dalam film kartun “Upin & Ipin”.
2.
Untuk mengetahui metode yang digunakan untuk menyampikan nilai-nilai pendidikan Islam yang terdapat dalm film kartun “Upin & Ipin”.
3.
Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan Islam yang terdapat dalam film kartun “Upin & Ipin”.
E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memiliki signifikan secara teoritis maupun praktis. a. Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi pada pendidik tentang nilai-nilai pendidikan apa yang harus diajarkan kepada anak-anak sehingga anak akan tumbuh menjadi manusia yang sempurna. b. Secara Praktis Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi penulis, para orang tua dan pendidik bahwasanya penanaman nilai pada anak bisa dilakukan dengan menggunakan berbagai cara seperti dalam film kartun “Upin & Ipin”
BAB II KAJIAN PUSTAKA
1. Pengertian Nilai Pendidikan Islam 1. Pengertian nilai
Nilai artinya sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan (Purwadarminta, 1999: 667). Maksudnya kualitas yang memang membangkitkan respon penghargaan. Nilai itu praktis dan efektif dalam jiwa dan tindakan manusia dan melembaga secara obyektif di dalam masyarakat (Muhaimin dan Abdul Mujib, 1993: 110). Menurut Sidi Gazalba yang dikutip Chabib Thoha mengartikan nilai sebagai berikut : Nilai adalah sesuatu yang bersifat abstrak, ia ideal, nilai bukan benda konkrit, bukan fakta, tidak hanya persoalan benar dan salah yang menuntut pembuktian empirik, melainkan penghayatan yang dikehendaki dan tidak dikehendaki (Thoha, 1996: 61). Sedang menurut Chabib Thoha nilai merupakan sifat yang melekat pada sesuatu (sistem kepercayaan) yang telah berhubungan dengan subjek yang memberi arti (manusia yang meyakini) (Thoha, 1996: 61). Jadi nilai adalaah sesuatu yang bermanfaat dan berguna bagi manusia sebagai acuan tingkah laku.
2. Pengertian Pendidikan Islam Dalam pengertian umum, pendidikan sering diartikan sebagai usaha pendewasaan manusia. Adapun definisi pendidikan secara lebih konkret,
ditinjau dari segi hukum berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pasal 1 ayat 1 yaitu “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan
proses
pembelajaran
agar
peserta
didik
secara
aktif
mengembangkan potensi diri untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara” (Usman, 2006: 7). Pendidikan Islam mempunyai arti luas. Di sekolah-sekolah formal maupun non formal, pendidikan Islam sering diasumsikan pada studi agama seperti aqidah, fikih, hadits, tafsir, Al-Qur‟an, tarikh Nabi dan lain sebagainya. Arti pendidikan Islam menurut Achmadi (1992: 20) adalah “segala usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia dan sumberdaya insani yang ada padanya menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam”. Menurut pengertian di atas, pendidikan Islam didasarkan pada konsep manusia. Konsep manusia seutuhnya dalam pandangan Islam dapat diformulasikan secara garis besar sebagai manusia beriman dan bertaqwa serta memiliki berbagai kemampuan yang teraktualisasi dalam hubungannya dengan Tuhan, dengan sesama manusia dan dengan alam sekitarnya dengan baik, positif dan konstruktif (Achmadi, 1992: 20). Senada dengan pendapat diatas, menurut Chabib Thoha pendidikan Islam adalah pendidikan yang falsafah dasar dan tujuan serta teori-teori yang dibangun untuk melaksanakan praktek pandidikan berdasarkan nilai-nilai
dasar Islam yang terkandung dalam Al-Qur‟an dan Hadits (Thoha, 1996: 99). Masih banyak lagi pengertian pendidikan Islam menurut para ahli, namun dari sekian banyak pengertian pandidikan Islam yang dapat kita petik, pada dasarnya pendidikan Islam adalah usaha bimbingan jasmani dan rohani pada tingkat kehidupan individu dan sosial untuk mengembangkan fitrah manusia berdasarkan hukum-hukum Islam menuju terbentuknya manusia ideal (insan kamil) yang berkepribadian muslim dan berakhlak terpuji serta taat pada Islam sehingga dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan di akherat. Dengan pengertian tersebut lebih jelas lagi diterangkan oleh ayat AlQur‟an yang menjelaskan tentang fitrah manusia. Sebagaiman firman Allah SWT dalam surat Ar Rum :
ًََ ٌِخٍَْكِ اٌٍَِٗ رٌَِه٠َِا ٌَا َحبْذْٙ١ٍََ فَطَشَ إٌَاطَ عِٟفاً فِطْشَةَ اٌٍَِٗ اٌَخ١ِٕح َ ِٓ٠َِهَ ٌٍِذَْٙجٚ ُِْفَؤَل ﴾ٖٓ﴿ ٍَََُّْْٛع٠ ٌََىَِٓ أَ ْوثَشَ إٌَاطِ ٌَاٚ ُُِ١ُٓ اٌْ َم٠ِاٌذ “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan atas fitrah Allah. (fitrah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” (QS. Ar-Rum : 30) (Sahryainforma, Al-Qur‟an Player 2.1 Al-Qur‟an, Murottal, Terjemah, Tafsir. ( CDROM)). Dengan fitrah manusia yang telah ditetapkan oleh Allah SWT sebagaimana dalam ayat diatas maka orang tua mempunyai kewajiban untuk memelihara fitrah dan mengembangkannya. Jadi nilai-nilai pendidikan Islam adalah sifat-sifat atau hal-hal yang melekat pada pendidikan Islam yang digunakan sebagai dasar manusia untuk mencapai tujuan hidup manusia yaitu mengabdi pada Allah SWT. Nilai-nilai
tersebut perlu ditanamkan pada anak sejak kecil, karena pada waktu itu adalah masa yang tepat untuk menanamkan kebiasaan yang baik padanya.
3.
Ruang Lingkup Pendidikan islam Dengan mengacu pada pendapat Zakiah Darajat dan Neong Mihadjir, konsep pendidikan Islam mencakup kehidupan manusia seutuhnya, tidak hanya memperhatikan dan mementingkan segi akidah (keyakinan), ibadah (ritual), dan akhlak (norma-etika) saja, tetapi jauh lebih luas daripada semua itu. Para pendidik Islam pada umumnya memiliki pandangan yang sama bahwa pendidikan Islam mencakup berbagai bidang: Diantaranya bidang keagamaan, akidah dan amaliah, akhlak dan budi pekerti, fisik-biologi, eksak, mental-psikis, dan kesehatan (Roqib, 2009: 21-22) Dari penjelasan di depan maka dapat dinyatakan bahwa ruang lingkup pendidikan Islam meliputi: 1.
Setiap proses perubahan menuju arah kemajuan dan perkembangan berdasarkan ruh ajaran islam.
2.
Perpaduan antara pendidikan jasmaniah, akal (intelektual), mental, perasaan (emosi), dan rohani (spiritual).
3.
Keseimbangan antara jasmani-rohani, keimanan-ketakwaan, pikir-zikir, ilmiah-amaliah, materiil-spiritual, individu-sosial, dan dunia-akhirat.
4.
Realisasi dwi fungsi manusia, yaitu fungsi peribadatan sebagi hamba Allah („abdullah) untuk menghambakan diri semata-mata kepada Allah dan fungsi kekhalifahan sebagai khalifah Allah (khalifatullah) yang diberi
tugas untuk menguasai, memelihara, memanfaatkan, melestarikan dan memakmurkan alam semesta (rahmatan lil „alamin) (Roqib, 2009: 22). Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwasanya ruang lingkup pendidikan Islam adalah segala sesuatu yang mencakup dan berhubungan dengan kehidupan manusia.
4.
Pembe lajaran Nilai-nilai Pendidikan Islam Kehidupan manusia tidak terlepas dari nilai dan nilai itu selanjutnya diinstitusikan. Institusional nilai yang terbaik adalah melalui upaya pendidikan. Hakikat pendidikan adalah proses transformasi dan internalisasi nilai. Proses pembiasaan terhadap nilai, proses rekonstruksi nilai serta proses penyesuaian terhadap nila (Muhaimin dan Mujib, 1993: 127). Lebih dari itu fungsi pendidikan Islam adalah pewarisan dan pengembangan nilai-nilai dienul Islam serta memenuhi aspirasi masyarakat dan kebutuhan tenaga disemua tingkat dan bidang pembangunan bagi terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Nilai pendidikan Islam perlu ditanamkan pada anak sejak kecil agar mengetahui nilai-nilai agama dalam kehidupannya (Muhaimin dan Mujib, 1993: 127). Bagi para pendidik, dalam hal ini adalah orang tua sangat perlu membekali anak didiknya dengan materi-materi atau pokok-pokok dasar pendidikan sebagai pondasi hidup yang sesuai dengan arah perkembangan
jiwanya. Pokok-pokok pendidikan yang harus ditanamkan pada anak didik yaitu, keimanan, akhlak, ibadah. a.
Nilai Pendidikan keimanan (aqidah Islamiyah) Iman adalah kepercayaan yang terhujam kedalam hati dengan penuh keyakinan, tak ada perasaan syak (ragu-ragu) serta mempengaruhi orientasi kehidupan, sikap dan aktivitas keseharian. Al Ghazali mengatakan iman adalah megucapkan dengan lidah, mengakui benarnya dengan hati dan mengamalkan dengan anggota badan (Zainudin, 1991: 97). Pendidikan keimanan termasuk aspek pendidikan yang patut mendapat perhatian yang pertama dan utama dari orang tua. Memberikan pendidikan ini pada anak merupakan sebuah keharusan yang tidak boleh ditinggalkan. Pasalnya iman merupakan pilar yang mendasari keislaman seseorang. Pembentukan iman harus diberikan pada anak sejak kecil, sejalan dengan pertumbuhan kepribadiannya. Nilai-nilai keimanan harus mulai diperkenalkan pada anak dengan cara : 1)
Mempe rkenalkan nama Allah SWT dan Rasul-Nya
2)
Membe rikan gambaran tentang siapa pencipta alam raya ini melalui kisahkisah teladan
3)
Mempe rkenalkan ke-Maha-Agungan Allah SWT (Nippan dan Halim, 2001: 176). Rasulullah SAW. adalah orang yang menjadi suri tauladan
(uswatun hasanah) bagi umatnya, baik sebagai pemimpin maupun orang tua. Beliau mengajarkan pada umatnya bagaimana menanamkan nilai-nilai keimanan pada anak-anaknya. Ada lima pola dasar pembinaan iman (Aqidah) yang harus diberikan pada anak, yaitu membacakan kalimat tauhid pada anak, menanamkan kecintaan kepada Allah SWT dan RasulNya, mengajarkan Al-Qur'an dan menanamkan nilai-nilai perjuangan dan pengorbanan (Hafizh, 1997: 110). Orang tua memiliki tanggung jawab mengajarkan Al-Qur'an pada anak-anaknya sejak kecil. Pengajaran Al-Qur'an mempunyai pengaruh yang besar dalam menanamkan iman (aqidah) yang kuat bagi anak. Pada saat pelajaran Al-Qur'an berlangsung secara bertahap mereka mulai dikenalkan pada satu keyakinan bahwa Allah adalah Tuhan mereka dan Al-Qur'an adalah firman-firman-Nya yang diturunkan pada Nabi Muhammad SAW. Iman (aqidah) yang kuat dan tertanam dalam jiwa seseorang merupakan hal yang penting dalam perkembangan pendidikan anak. Salah satu yang bisa menguatkan aqidah adalah anak memiliki nilai pengorbanan dalam dirinya demi membela aqidah yang diyakini
kebenarannya (Hafizh, 1997:147). Semakin kuat nilai pengorbanannnya akan semakin kokoh aqidah yang ia miliki. Nilai pendidikan keimanan pada anak merupakan landasan pokok bagi kehidupan yang sesuai fitrahnya, karena manusia mempunyai sifat dan kecenderungan untuk mengalami dan mempercayai adanya Tuhan. Oleh karena itu penanaman keimanan pada anak harus diperhatikan dan tidak boleh dilupakan bagi orang tua sebagai pendidik. Hal ini telah ditegaskan dalam sabda Nabi Muhammad SAW sebagai berikut : Dari Abu Hurairah r.a. berkata : bahwasanya Rasulullah SAW bersabda :
ٗٔا١ّج٠ ٚ ٔصشأٗ أٚدأٗ أٛٙ٠ ٖاٛ اٌفطشة فؤبٌٍٝذعٛ٠ٌذِٛ ًو )ٍُاٖ ِغٚ(س “Tidaklah seseorang yang dilahirkan kecuali dalam keadaan fitrah (suci dari kesalahan dan dosa), maka orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, dan Majusi. (HR. Muslim) (Mustafa, 1993: 578). Melihat ayat dan hadits diatas dapat diambil suatu pengertian bahwa anak dilahirkan dalam keadaan fitrah dan perkembangan selanjutnya tergantung pada orang tua dan pendidiknya, maka orang tua wajib mengarahkan anaknya agar sesuai dengan fitrahnya. Nilai pendidikan keimanan termasuk aspek-aspek pendidikan yang patut mendapatkan perhatian pertama dan utama dari orang tua. Memberikan pendidikan ini kepada anak merupakan sebuah keharusan yang tidak boleh ditinggalkan oleh orang tua dengan penuh kesungguhan. Pasalnya iman merupakan pilar yang mendasari keIslaman
seseorang. Pembentukkan iman seharusnya diberikan kepada anak sejak dalam kandungan, sejalan dengan pertumbuhan kepribadiannya. Berbagai hasil pengamatan pakar kejiwaan menunjukkan bahwa janin di dalam kandungan telah mendapat pengaruh dari keadaan sikap dan emosi ibu yang mengandungya (Daradjat, 1993: 60). Nilai-nilai keimanan yang diberikan sejak anak masih kecil, dapat mengenalkannya pada Tuhannya, bagaimana ia bersikap pada Tuhannya dan apa yang mesti diperbuat di dunia ini. Sebagaimana dikisahkan dalam al Qur‟an tentang Luqmanul Hakim adalah orang yang diangkat Allah sebagai contoh orang tua dalam mendidik anak, ia telah dibekali Allah dengan keimanan dan sifat-sifat terpuji. Orang tua sekarang perlu mencontoh Luqman dalam mendidik anaknya, karena ia sebagai contoh baik bagi anak-anaknya. Perbuatan yang baik akan ditiru oleh anakanaknya begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu, pendidikan keimanan, harus dijadikan sebagai salah satu pokok dari pendidikan kesalehan anak. Dengannya dapat diharapkan bahwa kelak ia akan tumbuh dewasa menjadi insan yang beriman kepada Allah SWT. melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Dengan keimanan yang sejati bias membentengi dirinya dari berbuat dan berkebiasaan buruk. b.
Nilai Pendidikan Ibadah
Ibadah semacam kepatuhan dan sampai batas penghabisan, yang bergerak dari perasaan hati untuk mengagungkan kepada yang disembah Kepatuhan yang dimaksud adalah seorang hamba yang mengabdikan diri pada Allah SWT. Ibadah merupakan bukti nyata bagi seorang muslim dalam meyakini dan mempedomani aqidah Islamiyah. Sejak dini anakanak harus diperkenalkan dengan nilai-nilai ibadah dengan cara: a. Mengajak anak ke tempat ibadah b. Memperlihatkan bentuk-bentuk ibadah c. Memperkenalkan arti ibadah (Nippan dan Halim, 2001: 179). Pendidikan anak dalam beribadah dianggap sebagai penyempurna dari pendidikan aqidah. Karena nilai ibadah yang didapat dari anak akan menambah keyakinan kebenaran ajarannya. Semakin nilai ibadah yang ia miliki maka akan semakin tinggi nilai keimanannya. Pembinaan ketaatan ibadah pada anak juga dimulai dalam keluarga, kegiatan ibadah yang dapat menarik bagi anak yang masih kecil adalah yang mengandung gerak. Anak-anak suka melakukan sholat, meniru orang tuanya kendatipun ia tidak mengerti apa yang dilakukannya itu (Daradjat, 1993: 64). Nilai pendidikan ibadah bagi anak akan membiasakannya melaksanakan kewajiban. Pedidikan ibadah merupakan salah satu aspek pendidikan Islam yang perlu diperhatikan. Semua ibadah dalam Islam bertujuan membawa manusia supaya selalu ingat kepada Allah. oleh karena itu ibadah
merupakan tujuan hidup manusia diciptakan-Nya dimuka bumi. Allah berfirman dalam surat Adz- Dzariyat ayat 56:
﴾٥٦﴿ َُِْٚ ْعبُذ١ٌِ َاٌْئِٔظَ إٌَِاٚ َََِِٓا خٍََمْجُ اٌْجٚ “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya menyembahKu”. ( QS. Adz Dzaariyat: 56 ) (Sahryainforma , Al-Qur‟an Player 2.1 Al-Qur‟an, Murottal, Terjemah, Tafsir. ( CD-ROM)). Sementara itu, menurut Suryana dkk (1996: 82-83) ibadah adalah perhambaan seorang manusia kepada Allah sebagai pelaksanaan tugas hidup selaku makhluk yang diciptakan Allah. Ibadah ada dua macam, yaitu ibadah khusus atau ibadah mahdhah dan ibadah umum atau ibadah ghairu mahdhah. Ibadah khusus adalah ibadah langsung kepada Allah yang telah ditentukan macamnya, tata cara dan syarat rukunnya oleh Allah dalam Al Quran atau melalui sunnah rasul dalam haditsnya. Pelanggaran terhadap tata cara dan syarat rukun dalam ibadah ini menjadikan ibadah tersebut tidak sah atau batal. Ibadah merupakan kegiatan manusia, baik yang bersifat ubudiyah maupun yang bersifat mu‟amalah adalah dikerjakan dalam rangka penyembahan kepada Allah dan mencari keridhoan-Nya. Suatu pekerjaan bernilai ibadah atau tidak tergantung kepada niatnya dan Islam menuntut agar kehidupan manusia itu harmonis dan seimbang baik hubungannya dengan Tuhan maupun alamsekitarnya. Adapun ibadah umum atau ibadah ghairu mahdhah adalah ibadah yang jenis dan macamnya tidak ditentukan, baik oleh Al Quran maupun sunnah rasul, akan tetapi ibadah ini menyangkut perbuatan apa saja yang
dilakukan oleh seorang muslim. Perbuatan itu dapat dipandang sebagai ibadah, apabila perbuatan itu bukan termasuk yang dilarang Allah atau rasul-Nya, dan dilakukan dengan niat karena Allah. Aqidah adalah fondamen dalam kehidupan Islam sedangkan ibadah adalah manifestasi daripada iman itu. Kuat atau lemahnya ibadah seseorang ditentukan oleh kualitas imannya. Demikian pula sikap seseorang dalam menerima dan melaksanakan petunjuk-petunjuk dan perintah-perintah Tuhan serta sikap menjauhi larangan-larangan-Nya. Semua itu adalah aturan Allah yang menunjukkan sikap mental seseorang terhadap Allah terhadap kualitas iman seseorang yang dibuktikan dengan pelaksanaan ibadah secara sempurna dan realisasi aturan Allah dalam kehidupannya. c.
Pendidi kan Akhlak Kata Akhlak berasal dari bahasa Arab, jamak dari khuluqun yang menurut bahasa berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku dan tabiat (Mustafa, 2009: 11). Adapaun definisi akhlak menurut istilah ialah kehendak jiwa manusia yang menimbulkan perbuatan dengan mudah karena kebiasaan, tanpa memerlukan pertimbangan pikiran terlebih dahulu. Pendidikan akhlak adalah pendidikan budi pekarti, dilihat dari segi pembiasaan seseorang dengan sifat-sifat yang baik dan mulia, seperti:
jujur, menghormati orang lain, ikhlas, suka beramal, berani dalam kebenaran, dan sebagainya. Namun perlu diketahui bahwa akhlak tidak terbatas pada penyusunan hubungan antara manusian dengan manusia, juga mengatur hubungan dengan segala yang terdapat dalam wujud dan kehidupan ini bahkan lebih dari itu yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya (Attarbiyah, No. 2 Th. XIII/Juli 2002: 312) Dengan demikian dari definisi pendidikan dan akhlak di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan akhlak adalah usaha sadar dan tidak sadar yang dilakukan oleh seorang pendidik untuk membentuk tabiat yang baik pada seorang anak didik, sehingga terbentuk manusia yang taat kepada Allah. Pembentukan tabiat ini dilakukan oleh pendidik secara kontinue dengan tidak ada paksaan dari pihak manapun. d. Pendidikan Multikultural Pendidikan multikultural masih diartikan sangat ragam, dan belum ada kesepakatan, apakah pendidikan multikultural tersebut berkonotasi pendidikan tentang keragaman budaya, atau pendidikan untuk membentuk sikap agar menghargai keragaman budaya. Kamanto Sunarto menjelaskan bahwa pendidikan multikultural biasa diartikan sebagai pendidikan keagamaan budaya dalam masyarakat, dan terkadang juga diartikan sebagai pendidikan yang menawarkan ragam model untuk keragaman budaya masyarakat, dan terkadang juga diartikan sebagai pendidikan untuk
membina sikap (Rosyada, 2006: 28). Pendidikan multikultural mempunyai beberapa karakteristik dalam pengimplementasiannya. Menurut Zakiyyudin Baidhawy (2005:78), karekteristik dari pendidikan multikultural tersebut meliputi tujuh komponen, yaitu belajar hidup dalam perbedaan, membangun tiga aspek mutual (saling percaya, saling pengertian, dan saling menghargai), terbuka dalam berfikir, apresiasi dan interdependensi, serta resolusi konflik dan rekonsiliasi nirkekerasan.
Kemudian
dari
karakteristik-karakteristik
tersebut,
diformulasikan dengan ayat-ayat al-Qur‟an sebagai back up strategis (baca:dalil), bahwa konsep pendidikan multikultural ternyata selaras dengan ajaran-ajaran Islam dalam mengatur tatanan hidup manusia di muka bumi ini, terutama sekali dalam konteks pendidikan. Karakteristik
belajar
hidup dalam
perbedaan.
Selama
ini
pendidikan lebih diorientasikan pada tiga pilar pendidikan, yaitu menambah pengetahuan, pembekalan keterampilan hidup (life skill), dan menekankan cara menjadi “orang” sesuai dengan kerangka berfikir peserta didik. Kemudian dalam realitas kehidupan yang plural, ketiga pilar tersebut kurang mumpuni dalam menjawab relevansi masyarakat yang semakin majemuk. Maka dari itu diperlukan satu pilar strategis yaitu belajar saling menghargai akan perbedaan, sehingga akan terbangun relasi antara
personal
dan
intra
personal
(http://id.shvoong.com/social-
sciences/1918568-pendidikan-multikultural). Dalam terminology Islam,
realitas akan perbedaan tak dapat dipungkiri lagi, sesuai dengan Q.S. AlHujurat:13
ُُْا إَِْ أَوْشََِىَُٛ َلبَائًَِ ٌِخَعَاسَفٚ ًباَُٛجَعَ ٍَْٕاوُُْ شُعٚ ََٝأُٔثٚ ٍَا إٌَاطُ ِإَٔا خٍََ ْمَٕاوُُ ِِٓ رَوَشُٙ٠َا َأ٠ ﴾ٖٔ﴿ ٌش١ِخب َ ٌُ١ٍَِعِٕذَ اٌٍَِٗ َأحْمَاوُُْ إَِْ اٌٍََٗ ع “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” (Sahryainforma , Al-Qur‟an Player 2.1 Al-Qur‟an, Murottal, Terjemah, Tafsir. (CD-ROM)). Ayat ini menekankan bahwa Allah SWT menciptakan manusia yang terdiri dari berbagai jenis kelamin, suku, bangsa, serta interprestasi yang berbeda-beda.
5. Materi Pendidikan Islam 1.
Tauhid/akidah Materi pendidikan tauhid atau aqidah ini diantaranya adalah: 1)
R ukun Iman Para guru dan orang tua diharapkan dapat menjelaskan rukun iman kepada anak sebagai landasan keberimanan anak. Adapun rukun iman itu ada enam.
(1)
I man kepada Allah
(2)
I man kepada malaikat Allah
(3)
I man kepada kitab Allah
(4)
I man kepada rosul Allah
(5)
I man kepada hari kiamat
(6)
I man kepada qadha dan qadar.
2. Ibadah 1) Thaharah (bersuci) Anak didik mesti dipahamkan bahwa thaharah adalah kebersihan jasmani, pakaian, dan tempat. Ini adalah makna thaharah secara lahiriah. Adapun makna thaharah secara batin adalah membersihkan hati dari sifat dengki, iri, pelit, dan benci (Mustafha, 2009: 96). 2) Shalat Asal makna shalat menurut bahasa Arab ialah “do‟a”, tetapi yang dimaksud disini adalah “ibadat yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir, disudahi dengan salam, dan memenuhi beberapa syarat yang ditentukan (Rasjid, 2005: 53).
a. Shalat fardlu Shalat fardlu diwajibkan atas setiap muslim yang baligh dan berakal. Adapun shalat yang diwajibkan adalah a) Shalat subuh dikerjakan sebanyak dua rakaat dengan bacaan keras. b) Shalat dhuhur dikerjakan empat rakaat dengan bacaan pelan. c) Shalat ashar dikerjakan empat rakaat dengan bacaan pelan. d) Shalat maghrib tiga rakaat. Dua rakaat pertama dikerjakan dengan bacaan keras, rakaat ketiga dikerjakan dengan bacaan pelan. e) Shalat isya‟ empat rakaat. Dua rakaat pertama dikerjakan dengan bacaan keras, sedangkan dua rakaat terakhir dikerjakan dengan bacaan pelan (Musthafa, 2009: 102). b. Shalat sunnah Selain shalat fardlu ada beberapa shalat sunnah yang diatur tersendiri, baik waktu maupun pelaksanaannya. a)
Shalat jamaah
b)
Shalat „Idain (shalat sunnah dua hari raya)
c)
Shalat terawih (shalat sunnah yang dilakukan pada malam bulan Ramadhan dan dilakukan setelah shalat isya‟)
d)
Shalat witir (shalat sunnah yang dilakukan setelah shalat isya‟ dan dilakukan dengan bilangan yang ganjil)
e)
Shalat rawatib ( shalat sunnat Rawatib ialah shalat sunnat yang mengikuti shalat fardlu yang lima) (Rasjid, 2005: 140-153).
3) Puasa
a) Pengertian Puasa “Saumu” (puasa), menurut bahasa Arab adalah “menahan diri dari segala sesuatu”, seperti menahan makan, minum, nafsu, menahan bicara yang tidak bermanfaat dan sebagainya (Rasjid, 2005: 220).
Puasa secara istilah adalah menahan diri dari
makanan, minuman, dan seluruh yang membatalkan puasa, mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari dengan niat puasa di bulan ramadhan (Musthafa, 2009: 109). Firman Allah SWT dalam surat Al-Baqoroh 187: ﴾ٔ٨٧﴿ َِدِ َِِٓ اٌْفَجْشٛع ْ َْطِ األ١خ َ ٌَْطُ َِِٓ ا١أل ْب َ ْطُ ا١خ َ ٌََْٓ ٌَىُُُ ا١ َخ َب٠َ َٝحخ َ ْاَُٛاشْ َشبٚ ْاٍَُُٛوٚ Artinya : “Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar” (Sahryainforma , Al-Qur‟an Player 2.1 Al-Qur‟an, Murottal, Terjemah, Tafsir. ( CD-ROM)). Dalam berpuasa ada hal-hal yang harus dilakukan, hal-hal yang disunnatkan dan hal-hal yang dilarang. Hal yang diwajibkan dalam berpuasa adalah yang termasuk rukun puasa, diantaranya niat puasa pada malam hari. Hal yang di sunnatkan diantanya adalah sahur, shalat tarawih, berbuka dengan air atau kurma terlebih dahulu, berdo‟a ketika berbuka, banyak bersedekah, banyak membaca Al-Qur‟an.
b) Sunnah puasa 1. Menyegerakan berbuka apabila telah nyata dan yakin bahwa matahari sudah terbenam.
2. Berbuka dengan kurma, sesuatu yang manis atau dengan air. 3. Berdo‟a sebelum berbuka puasa 4. Makan sahur sesudah tengah malam, dengan maksud supaya menambah kekuatan ketika puasa.. 5. Mengakhirkan makan sahur. 6. Memberikan makanan untuk berbuka kepada orang yang berpuasa. 7. Hendaknya memperbanyak sedekah selama bulan puasa. 8. Memperbanyak membaca Al-Qur‟an (Rasjid. 2005:238240). 4) Zakat a. Pengertian zakat Zakat secara bahasa adalah suci dan berkembang. Sedang secara istilah fiqh adalah hak tertentu yang diwajibkan Allah SWT. Pada harta jika sudah mencapai jumlah tertentu (nishab) (Musthafa, 2009: 106).
1)
Zakat fitrah
Zakat fitrah adalah zakat yang dikeluarkan sebelum sholat idul fitri sebanyak 3,1 liter dari makanan yang mengenyangkan menurut tiap-tiap tempat (Negara). 2)
Waktu Penyerahan Zakat Fitrah Waktu wajib membayar zakat fitrah adalah sewaktu terbenamnya matahari pada malam hari raya. Namun, tidak ada halangan bila dibayar sebelumya, asal masih dalam bulan puasa (Rasjid, 2005: 209).
3. Akhlak Secara umum pendidikan akhlak meliputi kemampuan anak membedakan antara sikap baik dan buruk. Termasuk beberapa prinsip dasar yang harus dipegang anak, seperti berlaku benar, jujur, menghormati yang lebih tua, mengasihi yang muda, suka menolong, dan lain-lain. Juga beberapa hal yang harus dikenal sebagai keburukan yang ditinggalkan seperti bohong, tamak, takabbur, perbuatan tercela seperti mencuri dan lain sebagainya (Rif‟ah, 2002: 342). Ini bisa menjadi materi dalam akhlak bagi anak-anak yang harus diajarkan secara bertahap dan dengan menggunakan metode yang dapat membantu proses pembelajaran.
2. Metode Pendidikan Islam Secara etimologi, istilah metode berasal dari bahasa Yunani “metodos”. Kata ini terdiri dari dua suku kata: yaitu “metha” yang berarti melalui atau melewati dan “hodos” yang berarti jalan atau cara. Metode berarti
suatu jalan yang dilalui untuk mencapai tujuan (Arifin, 1996: 51). Sehingga dapat dipahami bahwa metode berarti suatu cara yang harus dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran agar tercapai tujuan pendidikan.
1. Pendekatan-pendekatan dalam Pendidikan Islam Dalam
proses
pendidikan
Islam,
pendekatan
mempunyai
kedudukan yang sangat penting dalam upaya mencapai tujuan, karena ia menjadi sarana yang bermakna bagi materi pelajaran yang tersusun dalam kurikulum pendidikan, sehingga dapat dipahami atau diserapoleh anak didik dan menjadi pengertian-pengertian yang fungsional terhadap tingkah laku. Untuk memahami lebih jauh tentang pendekatan-pendekatan yang dipakai dalam pendidikan Islam, pada pembahasan ini akan dijelaskan sebagai berikut: a. Pendekatan Filosofis Berdasarkan pendekatan filosofis, Pendidikan Islam dapat diartikan sebagai studi proses tentang kependidikan yang didasari dengan nilai nilai ajaran islam menurut konsep filosofis, bersumberkan kitab suci Al-qur‟an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Pendekatan filosofis ini memandang bahwa manusia adalah makhluk rasional atau “homo
rational”
sehingga
segala
sesuatu
yang
menyangkut
pengembangannya didasarkan kepada sejauh mana pengembangan berfikir dapat dikembangkan (Arief, 2002: 100).
Akal
atau
rasio
memang
mempunyai
potensi
untuk
menakhlukkan dunia. Tetapi jangan sampai mempertuhankan akal. Karena hal itu akan menggelincirkan keimanan terhadap ajaran agama. Sebaiknya, akal dijadikan alat untuk membuktikan kebenaran ajaranajaran agama. Dengan begitu, keyakinan terhadap agama yang dianut bertambah kokoh (Djamarah dan Zain, 2005: 76). Pendekatan filosofis, al-qur‟an memberikan konsepsi secara kongkrit dan mendalam. Terbukti dengan adanya penghargaan Allah SWT. Kepada manusia yang selalu menggunakan pikirannya. Hal ini dijelaskan dalm Al-qur‟an surat Al-baqarah ayat 269:
ََزَوَشُ إِّال٠ ََِاٚ ًشا١ِْشاً َوث١خ َ َٟ ِحُٚؤْثَ اٌْحِىَّْتَ فَمَذْ أ٠ُ ََِٓٚ َُشَاء٠ َِٓ َ اٌْحِىَّْتُِٟؤح٠ ﴾ٕ٦٩﴿ ِاْاألَ ٌْبَابٌُُْٛٚأ “ Allah menganugrahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Qur'an dan As Sunnah) kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa yang dianugrahi al hikmah itu, ia benar-benar telah dianugrahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).” (Sahryainforma, Al-Qur‟an Player 2.1 Al-Qur‟an, Murottal, Terjemah, Tafsir. ( CD-ROM)). b. Pendekatan Induksi-Deduktif 1. Pendekatan Induksi Pendekatan
induksi
adalah
suatu
pendekatan
yang
pengenalisaannya secara ilmiah, bertolak dari kaidah (hal-hal atau peristiwa khusus untuk menentukan hukun (kaidah) yang bersifat umum (universal). Atau dengan kata lain penentuan kaidah umum berdasarkan kaidah-kaidah khusus (Arief, 2002: 102). Al-Qur‟an
banyak
memberikan contoh tentang proses berfikir
mengambil
kesimpulan
terhadap
fakta-fakta
yang
guna telah
dikumpulkan. Salah satu ayat yang memberikan contoh adalah surat alGhasiyah ayat 17-20:
ٌََِٝإٚ . ْْفَ سُفِ َعج١ اٌغََّاء َوٌََِٝإٚ . ْْفَ خٍُِمَج١ اٌِْئبًِِ َوٌََِْٝ إَُٕٚظُش٠ أَفٍََا .ْفَ عُطحج١ اٌْؤَسْضِ َوٌََِٝإٚ .صبَج ِ ُٔ َْف١جبَايِ َو ِ ٌْا “Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan. Dan langit, bagaimana ia ditinggikan? Dan gununggunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?” (Sahryainforma, Al-Qur‟an Player 2.1 Al-Qur‟an, Murottal, Terjemah, Tafsir. ( CD-ROM)) . 2. Pendekatan Deduktif Pendekatan deduktif
adalah kebalikan dari pendekatan
induksi. Kalau induksi bergerak dari hal-hal yang bersifat khusus ke umum, sementara deduksi adalah sebaliknya, yaitu suatu cara analisis ilmiah yang bergerak dari hal-hal yang bersifat umum (universal) kepada hal-hal yang bersifat khusus. Tujuan dari pendekatan induksi dan deduksi adalah untuk melatih siswa agar terbiasa berfikir ilmiah, membandingkan, menimbang antara bagian-bagian dan mengambil kesimpulan dan prinsip-prinsip umum tersebut (Arief, 2002: 103).
c. Pendekatan Sosio-Kultural
Pendekatan ini bertumpu pada pandangan bahwa manusia adalah makhluk yang bermasyarakat dan berkebudayaan sehingga dipandang sebagai “homo socius” dan “homo sapiens” dalam kehidupan bermasyarakat dan berkebudayaan (Arief, 2002: 104). Pada hakekatnya, manusia itu di samping sebagai makhluk individual juga sebagi makhluk sosial, karena manusia tidak dapat hidup sendiri, terpisah dari manusia-manusia yang lain. Manusia senantiasa hidup dalam kelompok-kelompok kecil, seperti keluarga atau kelompok yang lebih luas lagi yaitu masyarakat. Pendekatan ini sangat
efektif dalam membentuk sifat
kebersamaan siswa dalam lingkungannya, baik di sekolah maupun lingkungan masyarakat. Pola pendekatan ini ditekankan pada aspek tingkah laku di mana guru hendaklah dapat menanamkan rasa kebersamaan, dan siswa dapat menyesuaikan diri, baik dalam individu maupun sosialnya (Arief, 2002: 104). d. Pendekatan Fungsional Pendekatan fungsional dalam kaitannya dengan pendidikan islam adalah penyajian materi pendidikan Islam dengan penekanan pada segi kemanfaatannya bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari (Arief, 2002: 105). Ilmu pengetahuan yang dipelajari oleh anak bukanlah hanya sekedar pengisi otak, tetapi diharapkan berguna bagi kehidupan anak, baik secara individu maupun sosial. e. Pendekatan Emosional
Emosi adalah gejala kejiwaan yang ada dalam diri seseorang. Emosi berhubungan dengan masalah perasaan. Emosi mempunyai peranan yang penting dalam pembentukan kepribadian seseorang. Maka dari itu pendekatan emosional yang berdasarkan emosi atau perasaan dijadikan sebagai salah satu pendekatan dalam pendidikan dan pengajaran terutama untuk pendidikan agama Islam. Pendekatan emosional di sini adalah suatu usaha untuk menggugah perasaan dan emosi siswa dalam meyakini, memahami, dan menghayati ajaran agamanya (Djamarah dan Zain, 2005: 75).
2. Macam-macam Metode Pendidikan Islam Dalam dunia proses belajar mengajar, yang disingkat menjadi PBM, sebuah ungkapan popular kita kenal dengan: “metode jauh lebih penting dari materi”. Demikian urgennya metode dalam proses belajar mengajar, sebuah proses belajar mengajar bisa dikatakan tidak berhasil bila dalam proses tersebut tidak menggunakan metode (Arief, 2002: 109). Penjelasan-penjelasn tentang metode-metode yang dapat dipakai dalam pendidikan dan pengajaran Islam dapat dilihat sebagai berikut: a. Metode tanya Jawab Metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa kepada guru (Djamarah dan Zain. 2005:107).
b.
Metode Pemberian Tugas atau resetasi Metode resitasi (penugasan) adalah metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar (Djamarah dan Zain. 2005: 96).
c.
Me tode Ceramah Metode ceramah adalah cara penyajian yang dilakukan guru dengan penuturan atau penjelasan lisan secara langsung (Djamarah dan Zain. 2005: 140).
d.
Me tode Uswatun Hasanah (Keteladanan) Metode keteladanan maksudnya adalah hal-hal yang dapat ditiru atau di contoh oleh seseorang dari orang lain, namun keteladanan yang dimaksud disini adalah keteladanan yang dapat dijadikan sebagai alat pendidikan islam, yaitu keteladanan yang baik, sesuai dengan pengertian uswah dalam ayatalqur'an (Arief. 2002: 54).
e.
Me tode Pembiasaan Dalam kaitannya dengan metode pengajaran dalam pendidikan islam, dapat dikatakan bahwa pembiasaan adalah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak didik berfikir, bersikap dan
bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran agama islam (Arief. 2002: 110). f.
Me tode Nasihat (Mauidhoh) Al-Qur‟an Al-karim juga menggunakan kalimat-kalimat yang menyentuh hati untuk mengarahkan manusia pada ide yang dikehendakinya. Inilah yang kemudian dikenal dengan nasihat ( Nata. 1997: 98).
g. Metode Hukuman Dalam bahasa Arab “hukuman” diistilahkan dengan “iqab”, Jaza, dan „uqubah”. Kata “iqab” bisa berarti balasan (Arief, 2002: 129). Dalam ayat Al-Qur‟an pengertian hukuman dijelaskan salah satunya oleh surat Ali Imran ayat 11.
ُذ٠َِاٌٍُّٗ شَذٚ ُِِْٙبَُٛٔا ِحَٕا فَؤَخَ َزُُُ٘ اٌٍُّٗ بِ ُز٠اْ بِآُُِْٛ وَ َزبٍَِْٙٓ ِِٓ َلب٠َِاٌَزٚ َْْٛع َ ْوَذَأْبِ آيِ فِش ﴾ٔٔ﴿ ِاٌْعِمَاب Artinya: (keadaan mereka) adalah sebagai keadaan kaum Fir`aun dan orang-orang yang sebelumnya; mereka mendustakan ayatayat Kami; karena itu Allah menyiksa mereka disebabkan dosadosa mereka. Dan Allah sangat keras siksa-Nya (Sahryainforma, Al-Qur‟an Player 2.1 Al-Qur‟an, Murottal, Terjemah, Tafsir. ( CD-ROM)) . Dari ayat diatas dapat dipahami bahwa kata “iqab” ditujukan kepada balasan
dosa
sebagai
akibat
dari
perbuatan
jahat
manusia.
Hubungannya dengan pendidikan Islam “iqab” berarti: 1. Alat pendidikan preventif dan represif yang paling menyenangkan.
2. Imbalan dari perbuatan yang tidak baik dari peserta anak (Arief, 2002: 131). Dalam pendidikan Islam juga bisa digunakan metode lain dalam penyampaian materi pembelajaran. Salah satu metode yang bisa digunakan adalah metode observasi atau metode peniruan. Teori belajar ini berdasar pada teori Albert Bandura.
3. Teori Belajar Observasi Bandura Albert
Bandura
adalah
salah
seorang
behavioris
yang
menambahkan aspek kognitif terhadap behaviorisme sejak tahun 1960. Pengembangan teorinya merujuk kepada pandangan Skinner (Yusuf dan Nurihsan, 2008: 132). Teori belajar sosial Bandura tentang kepribadian didasarkan kepada formula bahwa tingkah laku manusia merupakan hasil interaksi timbal balik yang terus menerus antara factor-faktor penentu: internal yang meliputi: (kognisi, persepsi, dan faktor lainnya yang mempengaruhi kegiatan manusia), dan eksternal yang meliputi: (lingkungan). Proses ini disebut “reciprocal determinism”, dalam mana manusia mempengaruhi nasibnya dengan mengontrol kekuatan lingkungan, tetapi mereka juga dikontrol oleh kekuatan-kekuatan lingkungan tersebut. Teori belajar sosial menempatkan “reciprocal determinism” sebagai prinsip dasar untuk menganalisis fenomena psikologi dalam berbagai tingkat yang kompleks, terentang dari perkembangan intapersonal, tingkah laku interpersonal,
fungsi interaksi organisasi sampai ke system lain (Yusuf dan Nurihsan, 2008: 133). Dalam hal lain, Bandura menyetujui keyakinan dasar behaviorisme yang mempercayai bahwa kerpibadian dibentuk melalui belajar. Namun ia berpendapat bahwa “conditioning” bukan proses mekanis, manusia menjadi partisipan yang pasif. Sebaliknya, manusia itu aktif memcari dan memproses informasi tentang lingkungannya, agar dapat memaksimalkan hasil yang menyenangkan. Unsur penting lainnya dalam teori pembelajaran sosial adalah asumsi bahwa pembelajaran pada hakikatnya berlangsung melalui proses peniruan (imitation) atau pemodelan (modeling). Seperti yang kita lihat, ide bahwa orang meniru model prilaku tertentu dan menerima penguatan atas apa yang dilakukannya itu adalah ide yang umum terdapat dalam teori-teori S-R (stimulus-respon) tradisional (Salkind, 2009: 285-256). Belajar
melalui observasi terjadi ketika respon organism
dipengaruhi oleh hasil observasinya terhadap orang lain, yang disebut model. Bentuk belajar ini memerlukan perhatian (attention) terhadap tingkah laku
model yang diobservasi, sehingga dipahami dampak-
dampaknya, dan menyimpan informasi tentang tingkah laku model itu ke dalam memori. Beberapa model mungkin lebih berpengaruh dari model yang lainnya. Anak atau orang dewasa cenderung mengimitasi orang (model) yang
disenangi
karena
memiliki
daya
tarik
tertentu
(seperti
penampilannya, perilakunya, atau kepopulerannya). Proses imitasi ini dipengaruhi oleh adanya kesamaan antara yang mengimitasi dengan model (seperti kesamaan seks), atau karena tingkah laku model itu memberikan dampak yang positif. Menurut teori belajar sosial, model itu memilki dampak yang sangat besar terhadap perkembangan kerpibadian. Anak-anak belajar untuk bersikap asertif, percaya diri, atau mandiri melalui observasi kepada orang lain yang menampilkan sikap-sikap seperti itu. Orang lain yang menjadi model adalah orang tua, saudara, guru, atau teman. Dalam kehidupan masyarakat dewasa ini, banyak prilaku model diambil dalam bentuk simbolik. Film dan televise menayangkan contoh-contoh tingkah laku yang dapat mempengaruhi para observer (penonton). Bandura, Ross, dan Ross menemukan bahwa model-model hidup, film, bahkan kartoon animasi dapat menjadi model yang diimitasi oleh anak-anak yang menontonnya (Yusuf LN dan Nirihsan, 2008: 134). Dengan adanya belajar melalui peniruan, banyak sekali hal yang dapat di tiru oleh anak-anak dalam kehidupan sehari-hari. Orang tua sebagai pendidik utama harus bisa mengarahkan anak untuk dapat meniru yang bersifat positif, sehingga anak terarah kepada hal yang bersifat positif. Faktor-faktor yang berproses dalam belajar observasi adalah :
1. Attentional processes (proses memperhatikan). Sebelum sesuatu dipelajari sebagai model ia harus diperhatikan dulu. Hal yang mempengaruhi proses memperhatikan antara lain: a. Kapasitas sensori seseorang. Stimuli model yang digunakan untuk mengajar anak dengan cacat buta dengan anak penglihatan normal. b. Pengukuh yang pernah dirasakan observer. Pengalaman akan pengukuh sebelum dapat menciptakan persepsi bagi observer yang mempengaruhi observasi di masa yang akan dating. c. Karateristik model. Model yang banyak memiliki kesamaan dengan observer seperti usia sama, jenis kelamin sama, memiliki status lebih tinggi, dihormati, kompetensi tinggi serta dianggap kuat dan aktraktif dianggap lebih efektif. Model yang memberi efek
menguntungkan
lebih
diperhatikan
dibanding
yang
mendatangkan punishemt (hal yang tidak menyenangkan). 2. Retentional processes (proses penyimpanan). Informasi berguna yang diperoleh harus disimpan. Informasi tersebut disimpan melalui dua cara: a. Imaginally stored symbol yakni simpanan informasi dalam bentuk gambaran actual pengalaman ketika melakukan observational learning. b. Verbally stored symbols yakni bentuk simpanan informasi berupa konsep verbal (words).
c. Behavioral production processes (proses terbentuknya perilaku). Proses ini menentukan sejauh mana apa yang telah dipelajari dapat diterjemahkan dalam prilaku. 3. Motivational processes (proses motivasional). Bagi bandura fungsi reinforcemen atau pengukuh ada dua. a. Menciptakan harapan dalam diri observer bahwa jika berprilaku seperti model yang dilihat, maka dia akan mendapat pengalaman menyenangkan seperti aktifitas tertentu atau perasaan tertentu. b. Berperan sebagai insentif karena telah menerjemahkan belajar dalam performansi. Proses motivasional berarti proses yang memotivasi observer agar menggunakan apa yang telah dipelajari. (Sriyanti dkk, 2009: 104-106).
C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Pembelajaran Nilainilai Pendidikan Islam Pembelajaran terkait dengan bagaimana (How To) membelajarkan siswsa atau bagaimana membuat siswa dapat belajar dengan mudah dan terdorong oleh kemauannya sendiri untuk mempelajari apa (What to) yang teraktualisasikan dalam kurikulum sebagai kebutuhan (Needs) peserta didik. Karena itu pembelajaran berupaya menjabarkan nilai-nilai yang terkandung di dalam kurikulum dengan menganalisis tujuan pembelajaran dan karakteristik isi bidang studi pendidikan yang terkandung di dalam kurikulum atau kurikulum ideal/potensial.
Selanjutnya, dilakukan kegiatan untuk memilih, menetapkan dan mengembangkan cara-cara (strategi) pembelajaran yang tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan sesuai kondisi yang ada, agar kurikulum dapat diaktualisasikan dalam proses pembelajaran sehingga hasil belajar terwujud dalam diri peserta didik (Muhaimin, 2002: 145). 1. Kondisi pembelajaran Pendidikan Islam Kondisi pembelajaran Pendidikan Islam dapat di klasifikasikan menjadi : a. Tujuan pembelajaran Pendidika Islam Tujuan pendidikan Islam adalah sejalan dengan pendidikan hidup manusia dan peranannya sebagai makhluk Allah SWT yaitu semata-mata hanya beribadah kepada-Nya (Achmadi, 1992: 63) b. Ruang Lingkup bidang studi Pendidikan Islam Aspek-aspek suatu bidang studi yang terbangun dalam struktur isi dan konstruk atau tipe isi bidang studi PAI berupa fakta, hukum atau dalil, konsep, prinsip atau kaidah, prosedur dan keimanan yang menyajikan kebenaran Al-Qur‟an sebagai pedoman hidup manusia. c. Karakteristik peserta didik Adalah kualitas perseorangan peserta didik memiliki karakteristik yang berbeda seperti, bakat gaya belajar, perkembangan moral, perkembangan kognitif, social budaya, dan sebagainya.(Muhaimin, 2002: 150). 2. Metode pembelajaran PAI Metode pendidikan yang berdaya guna dan berhasil guna dan menimbulkan kesadaran anak didik untuk mengamalkan ketentuan ajaran
agama Islam melalui teknik motivasi yang menimbulkan gairah belajar anak didik secara mantap (Muhaimin dan Mujib, 2003: 232). Disamping berdaya guna untuk mengantarkan tercapainya tujuan pendidikan yang dicita-citakan (Muhaimin dan Mujib, 2003: 230). Metode pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi : (1) staregi pengorganisasian, (2) strategi penyampaian, (3) strategi pengelolaan pembelajaran. Strategi
pengorganisasian
adalah
suatu
metode
untuk
mengorganisasi isi bidang study PAI yang pilih untuk pembelajaran. Pengorganisasian isi bidang study mengacu pada kegiatan pemilihan isi, penataan isi, pembuatan diagram, skema dan sebagainya. Strategi penyampaian pembelajaran PAI adalah metode-metode penyampaian pembelajaran PAI yang dikembangkan untuk membuat siswa dapat merespon dan meneriama pelajaran PAI dengan mudah, cepat, dan
menyenangkan.
Strategi penyampaian ini
berfungsi
sebagai
penyampai isi pembelajaran kepada peserta didik dan menyediakan informasi yang diperlukan peserta didik untuk menampilkan unjuk kerja (hasil kerja). Ada tiga komponen dalam strategi penyampaian ini, yaitu (1) Media pembelajaran (2) Interaksi media pembelajaran dengan peserta didik (3) Pola atau bentuk belajar mengajar.
Pemilihan media pembelajaran PAI sekurang-kurangnya dapat mempertimbangkan beberapa hal yakni: kecermatan representative, tingkat interaktif yang mampu ditimbulkan, tingkat kemempuan khusus yang dimilikinya. Tingkat motivasi yang mampu ditimbulkannya dan tingkat biaya yang diperlukannya. Interaksi peserta didik dengan media berarti bagaimana peran media pembelajaran dalam meragsang kegiatan belajar peserta didik. Setiap media pembelajaran PAI yang direncanakan hendaknya dipilih, ditetapkan dan dikembangkan sehingga dapat menimbulkan interaksi peserta didik dengan pesan-pesan yang di bawa media pembelajaran. Strategi pengelolaan pembelajaran adalah metode untuk menata interaksi antara peserta didik dengan komponen-komponen metode pembelajaran lain, seperti pengorganisasian dan penyampaian isi pembelajaran. Strategi pembelajaran dapat ditinjau dari segi ilmu, seni dan atau keterampilan yang digunakan pendidikan dalam upaya membantu (memotivasi, membimbing, membelajarkan, memfasilisasi ) peserta didik sehingga mereka (Muhaimin, 2002: 151-155). 3. Hasil pembelajaran PAI Dalam hasil pembelajaran PAI adalah mencakup semua akibat yang dapat dijadikan indikator tentang nilai dari penggunaan metode pembelajaran PAI dibawah kondisi pembelajaran yang berbeda. Hasil pembelajaran PAI dapat berupa hasil nyata ( actual out-come ) dan hasil yang di inginkan ( desired out-come ). Actual out-come adalah hasil
belajar PAI yang dicapai peserta didik secara nyata karena digunakannya suatu metode pembelajaran PAI tertentu yang dikembangkan sesuai dengan kondisi yang ada. Sedangkan desired out-come merupakan tujuan yang igngi dicapai yang biasanya sering memepengaruhi keputusa perancang pembelajaran PAI dalam melakukan pilihan suatu metode pembelajaran yang paling baik untuk digunakan sesuai dengan kondisi pembelajaran yang ada (Muhaimin, 2002: 148). Pembelajaran merupakan proses untuk meramu sarana dan prasarana pendidikan untuk mencapai kualitas yang diharapkan. Kualitas lulusan pendidikan sangat ditentukan oleh seberapa jauh guru itu mampu mengelola dan mengolah segala komponen pendidikan melalui proses pembelajaran. Meskipun sarananya lengkap tetapi jika guru tidak mampu mengolah sarana melaluli proses pembelajaran, maka kualitas pendidikan akan terasa hambar. Ibarat makanan guru adalah juru masak, yang senantiasa memiliki kemampuan meramu bumbu sehingga makanan terasa lezat. Pembelajaran juga memiliki pengaruh yang menyebabkan kualitas pendidikan menjadi baik atau rendah mutunya. Artinya pembelajaran sangat tergantung dari kemampuan seorang pengajar atau guru dalam melaksanakan
atau
mengemas
proses
pembelajaran
sehingga
menghasilkan sesuai dengan apa yang di inginkan pada tujuan pendidikan.Begitu juga dalam pembelajaran nilai pendidikan Islam ,
metode dan tekhnik yang digunakan seorang pengajar sehingga pembelajaran nilai-nilai pendidikan dapat
harus tepat berhasil dan
menghasilkan out put yang berkompeten dalam segala bidang. Melalui beberapa faktor yang menjadi penyebab keberhasilan pembelajaran PAI di atas kita bisa mengambil kesimpulan bahwasanya pembelajaran nilai pendidikan itu akan berhasil jika didukung oleh segala sesuatu yang berkaitan dengan proses pembelajaran.
D. Film Kartun 1.
Pengertian Film Kartun Kata film berasal dari bahasa inggris yang telah di Indonesiakan, maknanya dapat kita lihat dalam kamus umum bahasa Indonesia, bahwa film adalah “ 1. Barang tipis seperti selaput yang dibuat dari seloluit empat gambar potret negatif (yang akan dibuat potret atau dimainkan dalam bioskop); 2.
Lakon (cerita) gambar hidup;”(Poerwadarminta, 2006: 213). Secara sederhana film kartun adalah film animasi yang dibuat
dengan memotret lukisan atau gambar. Gambar film disusun dalam serial flas yang sangat cepat, yakni berupa lembaran gambar yang membentuk cerita dan saling terkait lengkap dengan karakter tokoh yang dibangun (Junaidi,2010: 17). Pengertian yang lain adalah Film Aniamsi atau kartun adalah film yang dibuat dengan menggambar setiap frame satu persatu kemudian dipotret, setiap gambar frame merupakan gambar dengan posisi
yang berbeda yang kalau diserikan akam menghasilkan kesan gerak (Baweis, 2007: 13). Menurut Kusnadi (dalam Bawais, 2007: 8) kartun merupakan sebuah gambar yang bersifat representasi atau simbolik. Sebuah kartun bisa dijabarkan sebagai sebuah cerita panjang. Kartun memiliki potensi setara dengan sejuta kata-kata. Sebuah kartun lahir dari beribu-ribu pikiran yang terpendam. Seperi diungkapkan Kusnadi bahwa corak kartun yang jenaka ini dalam kenyataannya sangat berkemampuan sebagai pengungkap permasalahan kehidupan yang luas dan aneka ragam sekitar kita. Kehidupan yang mengarah berbagai kecenderungan warna hidup.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Untuk mengungkap realita sosial yang ada, maka seseorang dapat menggunakan berbagai jenis metodologi penelitian, Dilihat dari pendekatan, penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif Bogdan dan Taylor mendifinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data diskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati. Sejalan dengan definisi tersebut, Kirk dan Miller mendifinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya (Moleong, 2002: 3). Analisis data penelitian ini dengan menggunakan content analysis (analisis isi). Menurut Berelson mendifisinikan kajian isi sebagai teknik penelitian untuk keperluan mendeskripsikan secara objektif, sistematis, dan kuantitatif tentang manifestasi komunikasi. Weber menyatakan bahwa kajian isi adalah metodologi penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan yang sahih dari sebuah buku atau dokumen. Sedangkan menurut Krippendorff yaitu kajian isi adalah teknik penelitian
yang dimanfaatkan untuk menarik kesimpulan yang replikatif dan sahih dari data atas konteksnya (Moleong, 2002: 164). Dari beberapa pendapat diatas yang lebih cenderung pada penelitian ini adalah pendapat Weber yang mana kajian isi mempunyai pengertian metodologi penelitian yang memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan yang sahih dari sebuah buku atau dokumen. Terkait dengan penelitian ini yang meneliti dokumen film kartun “Upin & Ipin” yang bersumber dari VCD. Guba dan Lincoln seterusnya menguraikan prinsip dasar kajian isi seperti yang dikemukakan disini. Ciri-ciri kajian isi ada lima: 1. Proses mengikuti aturan. Setiap langkah dilakukan atas dasar aturan dan prosedur yang disusun secara eksplisit. Aturan itu harus berasal dari kriteria yang ditentukan dan prosedur yang ditetapkan. Analisis berikutnya yang akan mengadakan pengkajian harus menggunakan aturan yang sama, prosedur yang sama, dan kriteria yang juga sama sehingga dapat menarik kesimpulan yang sama pula. 2. Kajian isi adalah proses sistematis. Hal ini berarti dalam rangka pembentukan kategori sehingga memasukkan dan mengeluarkan kategori dilakukan atas dasar aturan yang taat asas. Jadi, apabila aturan talah ditetapkan, hal itu harus diterapkan dengan prosedur yang sama, terlepas dari apakan menurut analisis atau tidak. 3.
Kajian isi merupakan proses yang diarahkan untuk menggeneralisasi. Pada masa yang akan dating, penemuan hendaknya memerankan sesuatu
yang relevan dan teoritis. Atau dalam pengertian penelitian ilmiah, penemuan itu harus mendorong pengembangan pandangan yang terkait dengan konteks dan dilakukan atas dasar contoh selain dari contoh yang telah dilakukan atas dasar dokumen yang ada. 4. Kajian isi lebih menekankan analisis secara kuantitatif, namun hal ini dapat pula dilakukan bersama analisis kualitatif (Moleong, 2008: 220221).
B. Unit Analisis Unit analisis adalah sesuatu yang berkaitan dengan fokus yang diteliti. Unit analisis suatu penelitian dapat berupa benda, individu, kelompok, wilayah dan waktu tertentu sesuai dengan fokus penelitiannya. Dalam skripsi ini unit analisisnya berupa benda, yakni Film kartun Upin dan Ipin dalam DVD 31 IN 1 dengan mengoreksi nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam film tersebut. Dengan dibatasi pada subyek yang dikaji ini, diharapkan nantinya tidak akan melebar pada persoalan-persoalan yang jauh dari subyek-subyek tersebut. Alasan peneliti mengambil obyek penelitian pada film kartun “Upin & Ipin” adalah film kartun ini sangat digemari oleh anakanak khususnya dan orangtua umumnya. Dalam film kartun “Upin & Ipin” terdapat banyak contoh yang dapat kita tiru dan kita ambil sebagai bahan untuk membelajarkan anak-anak.
C. Jenis dan Sumber Data
Ada banyak sekali jenis dan sumber data yang digunakan untuk mendapatkan data, akan tetapi tidak semua teknik ini dapat digunakan karena dalam hal ini harus disesuaikan dengan site yang menjadi subyek penelitian. Adapun jenis dan sumber data dalam penelitian kali ini adalah: 1. Data primer Dalam penelitian ini peneliti menggunakan data primer, yaitu dengan menggunakan tayangan Film Kartun Upin & Ipin yang berupa DVD 31 IN 1 yang sudah beredar di Indonesia. Adapun episode yang menjadi pokok obyek penelitian adalah Gosok Tak Gosok, Air Kolah Air Laut, Basikal baru, Berkebun, Esok Puasa, Dugaan, Taraweh, Tamak, Lailatul Qodr, Zakat Fitrah, Tadika, Istimewa Hari Raya. 2. Data sekunder Data sekunder di peroleh dari literatur Al-Qur‟an, Hadits, bukubuku, majalah, surat kabar, internet, serta penelitian-penelitian terdahulu yang akan di gunakan untuk menambah perspektif dan ketajaman analisis peneliti dalam menjawab permasalahan penelitian ini.
D. Tehnik Pengumpulan Data 1.
Metode Dokumentasi Data Metode yang digunakan penulis untuk mengumpulkan berbagai sumber data dalam penelitian kali ini adalah metode dokumentasi (documentation research methode) dan observasi. Model metode dokumentasi yaitu model penelitian dengan mencari data berupa
catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya
(Arikunto, 1996 : 233). Dari pencarian data
model dokumentasi tersebut, diharapkan terkumpulnya dokumen atau berkas untuk melengkapi seluruh unit kajian data yang akan diteliti dan dianalisa lebih lanjut. 2.
Metode Observasi Pengumpulan data dalam penelitian ini juga dilakukan dengan menggunakan
metode observasi
yaitu
dengan
cara
mengadakan
pengamatan dan pencatatan secara langsung pada tayangan film kartun “Upin & Ipin” berdasarkan kategorisasi yang telah dilakukan.
E. Tahap-Tahap Penelitian Langkah- langkah penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Identifikasi dan Penelitian Permasalahan Sebagaimana penelitian sosial lainnya, analisa isi juga di mulai dengan menentukan permasalahan. Penentuan masalah penelitian ini diawali dengan mengungkap lebih dahulu latar belakang pentingnya permasalahan
tersebut.
Kemudian
dilakukan
perumusan
masalah
penelitian, tujuan penelitian dan perumusan hal-hal mendasar lainnya. Hasil langkah kedua ini berbentuk pengajuan judul penelitian ke jurusan dan penyusunan proposal penelitian. 2. Menyusun Kerangka Pemikiran Setelah judul dan proposal penelitian selesai disusun dan disetujui, maka disusun kerangka pemikiran terkait dengan konsep-konsep utama
yang terdapat dalam penelitian ini. Kerangka pemikiran diperlukan untuk panduan dalam kegiatan koleksi data sehingga data yang akan dikumpulkan benar-benar terfokus sesuai dengan permasalahan penelitian. 3. Menyusun Perangkat Metodologi Dalam tahap ini peneliti merumuskan dan menentukan hal-hal sebagai berikut a. Pendekatan dan jenis penelitian b.
menentukan sasaran penelitian
c. Menentukan jenis dan sumber data d. Menentukan tahap tahap penelitian e. Menentukan teknik pengumpulan data f. Menentukan teknik analisis data 4. Pengumpulan Data Langkah keempat ini merupakan inti penelitian ini yaitu mengumpulkan data deskripsi penelitian yang berupa gambaran singkat gambaran, alur cerita dan latar belakang penayangan Film kartun “Upin & Ipin” tersebut. Adapun sumber data peneliti adalah berupa data primer dan data sekunder, data primer adalah dokumentasi film kartun “Upin & Ipin” serta data sekunder adalah berupa refensi-referensi terkait yang diambil buku, dokumen, makalah dan dari situs-situs yang berhubungan dengan data primer. Adapun tahapan pengumpulan data, adalah sebagai berikut:
Melakukan Analisis Data dengan membaca semua catatan yang dibuat selama proses penelitian dan mengulang dalam bab selanjutnya, data yang diperoleh selama proses berlangsung.
5. Interprestasi Temuan Data Penelitian ini berakhir pada upaya penafsiran atau interpretasi terhadap hasil analisis data. Sesuai dengan tujuan analisis isi kualitatif, maka diharapkan penelitian ini akan mampu mengkaji teks-teks yang telah tersedia dan latar belakang pembuatan film kartun Upin dan Ipin tersebut.
F. Teknik Analisis Data Proses analisis data dimulai dengan melakukan observasi pada film kartun “Upin & Ipin”. Dengan melakukan observasi maka peneliti memperoleh data, setelah data terkumpul kemudian dilakukan analisis sementara untuk mengetahui data yang telah ada. Selanjutnya dilakukan pengkodingan terhadap data-data yang ada. Mc Millian dan Schumacher (Dalam Sundusiah, 2010: 12) menyatakan Coding is a process of dividing data into parts by classification system (koding adalah proses membagi data ke dalam bagian-bagian sistem klasifikasi. Menurut Mc Millian dan Schumacher (Dalam Sundusiah, 2010: 12) seorang peneliti ketika melakukan pengodean menggunakan salah satu sistem pengklasifikasian sebagai berikut :
1. Segmenting the data into units of content called topic (less than 25-30) and grouping the topics into larger clusters to form categogories. Membagibagikan data pada muatan unit-unit yang disebut topik (kurang lebih 2530) dan mengelompokkan topik-topik ke dalam kumpulan data yang lebih besar untuk membentuk kategori. 2. Starting with pretermined categories of no more than four six and breaking each category into smaller subscategories. Memulai dengan kategorikategori yang ditentukan sebelumnya (tidak lebih dari 4-5) lalu memecah kategori menjadi sukategori yang lebih kecil; 3. Combining the strategies, using some pretermined categories and adding discovered new categories. Mengombinasikan strategi-strategi dengan menggunakan beberapa kategori yang ditentukan sebelumnya dan menambahkan kategori-kategori yang baru ditemukan -13). Setelah proses koding selasai maka langkah selanjutnya adalah kategorisasi data, data yang telah diberi kode dikategorisasikan apakah ternasuk dalam nilai pendidikan akidah, akhlak, ibadah atau multicultural. Langkah selanjutnya adalah analisis data dan interpretasi data. Setelang seluruh data dianalisis dan diinterpretasikan selanjutnya dilakukan uji keabsahan data. Peneliti meminta bantuan pengamat lain untuk melakukan, menyaksikan dan koding. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan uji triangulasi peneliti, peneliti meminta bantuan pengamat lain untuk melakukan, menyaksikan dan koding. Langkah terakhir
yang dilakukan adalah
mensintesakan (memadukan) koding pertama dari peneliti dan koding kedua
dari pengamat lain, sehingga dapat diperoleh kesimpulan. Untuk lebih jelas langkah-langkah analisis data digambarkan dengan bagan di bawah ini:
Film kartun “Upin & Ipin”
Observasi terhadap film kartun “Upin & Ipin” Analisis data sementara
Analisis data sementara
Melakukan koding terhadap data
Mengkategorikan data yang telah dikode
Analisis dan interpretasi data
Uji keabsahan data
Kesimpulan
Gambar: Langkah-langkah analisis (penelitian).
G. Uji Keabsahan Data Setiap penelitian memerlukan uji keabsahan atau uji validitas, dan pemeriksaan terhadap keabsahan data mutlak yang dilakukan sehingga penelitian tersebut benar-benar dapat dipertanggungjawabkan dari segala segi. Untuk menguji kebenaran dan kejujuran penelitian dalam mengungkapkan realitas, peneliti menggunakan Analisis Triangulasi. Triangulasi peneliti adalah dengan jalan memanfaatkan peneliti atau pengamat lainnya untuk keperluan pengecekan kembali derajat kepercayaan data. Pemanfaatan pengamat lainnya membantu mengurangi kemelencengan dalam pengumpulan data (Kriyantoro dalam Budiarto, 2007: 34) .
BAB IV PEMBAHASAN
B.
Film Kartun “Upin & Ipin” “Upin & Ipin” adalah film animasi anak-anak yang diproduksi oleh sebuah rumah industry media bernama Les Copaque dari Selangor Malaysia dan didirikan pada 14 September 2007. Awalnya, film kartun yang sudah berusia dua tahun ini, menjadi serial film kartun yang bertujuan untuk menghayati dan merayakan bulan suci Ramadhan, dan disiarkan oleh stasiun televisi swasta TV9, sebagai stasiun televisi yang fokus kepada penonton Melayu, remaja, dan anak-anak. “Upin & Ipin” bercerita tentang dua anak kembar yang bernama Upin dan Ipin. Mereka adalah anak yatim piatu yang tinggal bersama kakaknya yang bernama Kak Ros, juga neneknya yang dipanggil Opah. Pada tayangan awal ini, dengan judul “Upin & Ipin,” mereka menjadi tukang cerita yang membagikan pengalaman mereka selama bulan puasa. Pada tahun 2009, tema judul serial ini ditambah, “Upin & Ipin setahun kemudian”, di mana tokoh-tokohnya juga mengalami rentang usia dengan
tayangan perdana. Sebagai prolog tetap ditampilkan dua sosok ini, tetapi pada tayangan terbaru narasi dialog mereka yang semula, “Ini kisah kami berdua,” menjadi “Ini kisah kami semua.” selain Upin, Ipin, Kak Ros, dan Opah, terdapat beberapa pemain yang ikut meramaikan keseharian mereka dalam serial animasi ini. Mereka di antaranya : Rajoo, Ehsan, Fizi, Mei-Mei, Mail, Jarjit, Atuk (Datuk=kakek) Dalang (Junaidi, 2010: 86).
1.
Sejarah pembuatan film kartun “Upin & Ipin” Pada awalnya termasuk sebagai gagasan film Geng: Pengembaraan Bermula, Upin dan Ipin dibuat oleh Mohd Nizam Abdul Razak, Mohd Safwan Abdul Karim dan Usamah Zaid, para pemilik Les‟ Copaque. Ketiganya merupakan bekas mahasiswa dari Multimedia University, Malaysia yang awalnya bekerja sebagai pekerja di sebuah organisasi animasi sebelum akhirnya bertemu dengan bekas pedagang minyak dan gas, Haji Burhanuddin Radzi dan istrinya bernama H. Ainon Ariff pada tahun 2005, lalu membuka organisasi Les‟ Copaque. Pada awalnya “Upin & Ipin” ditayangkan khusus untuk menyambut Ramadhan pada tahun 2007 untuk mendidik anak-anak mengenai arti dan kepentingan bulan suci. Kata Safwan, “Kami memulai seri animasi empat menit ini untuk menguji penerimaan pasar lokal serta mengukur bagaimana reaksi pada kemampuan penceritaan kami.” Sambutan meriah terhadap kartun pendek ini mendorong Les‟ Copaque
agar menerbitkan satu musim lagi menyambut bulan Ramadan yang seterusnya. Nizam percaya
bahwa aspek kebudayaan Malaysia
yang
berlatarkan sebagai sebuah kampung yang sederhana pasti dapat menarik minat pasar internasional. Seperti pada kartun animasi Doraemon asal Jepang dapat laris di seluruh dunia meskipun berlatarkan budaya setempat dan bukannya budaya internasional. Reputasi Les‟ Copaque sebagai organisasi terkenal mulai dibentuk oleh popularitas Upin & Ipin bukan saja di Malaysia, tetapi di beberapa negara lain yang mengimport kartun ini khususnya Indonesia. Pada tahun 2009, Nizam, Safwan dan Anas meninggalkan Les‟ Copaque untuk mendirikan sebuah studio animasi terbaru, yaitu Animonsta Studios; namun seri animasi “Upin & Ipin” masih tetap diteruskan di bawah pimpinan Haji Burhanuddin sebagai direktur (http://www.adipedia.com/sejarah-pembuatan-film-upin-dan-ipin/).
2. Sejarah penyiaran Film Kartun “Upin & Ipin” a. Musim pertama (2007) Musim pertama Upin & Ipin disiarkan pada 7.30 malam Jumat, Sabtu dan Minggu, bersamaan dengan menyambut bulan Ramadhan dan Idul Fitri, yang menceritakan Upin dan Ipin yang sedang belajar menghayati bulan yang mulia. Empat episode pertama diperkenalkan pada awal bulan puasa, diikuti untuk hari berikutnya antara 22
September dan 11 Oktober yang disiarkan ulang dan diakhiri dengan dua episode baru bersamaan dengan menyambut Lebaran. Seri ini memenangkan anugerah animasi terbaik di Festival Film Antara bangsa Kuala Lumpur 2007.
b. “Upin & Ipin” Setahun Kemudian (2008) Musim kedua pula disiarkan pada pukul 7.00 malam setiap episode. Musim kali ini terdiri dari 12 episode, yang episode yang paling awal disiarkan pada hari Jumat, Sabtu dan Minggu sepanjang bulan Ramadan (tayangan pertama di separuh awal bulan, ulangan di separuh akhir bulan) dan episode kedepannya lagi bersamaan dengan menyambut Hari Raya Idul Fitri dari 1 hingga 6 Syawal. c. “Upin & Ipin” dan Kawan-Kawan (2009) Musim ketiga Upin & Ipin bermula pada 2 Februari 2009. Sehingga pertengahan bulan Mei, tiga episode ditayangkan (termasuk siaran ulang) setiap minggu pada hari Senin hingga Sabtu, jam 7 malam, diikuti siaran tiga dalam satu pada hari Minggu, dari pukul 7.00 hingga 7.30 malam. Mulai 14 Mei, waktu siaran Upin & Ipin ditayangkan kepada akhir minggu, yaitu Jumat sampai Minggu, jam 5.30 sore. Pada bulan September, siaran “Upin & Ipin” dikembalikan pada setiap hari Senin hingga Minggu dengan episode-episode baru bersamaan dengan menyambut bulan puasa dan libur sekolah akhir
tahun. Episode baru terkini selama ini, Kembara ke Pulau Harta Karun (bagian
VIII)
keluar
pada
30
Desember
2009
(http://www.adipedia.com/sejarah-pembuatan-film-upin-dan-ipin/).
d. Film Kartun “Upin & Ipin” di Indonesia Film kartun yang sangat populer dan sangat di gemari masyarakat ini pertama kali masuk Indonesia pada tahun 2007 dan ditayangkan di TVRI dalam musim pertamanya yang berisi episode 6. Sejak tahun 2008 TPI menjadi stasiun yang berhak menyiarkan film kartu “Upin & Ipin” sampai tahun 2010 (Junaidi, 2010: 88).
3. Karakter Pemain Dalam Film Kartun Upin & Ipin Film kartun Upin & Ipin ini didukung oleh para pemain yang dalam dunia nyata ada sosok aslinya. Mereka yang menjadi tokoh dalan film kartun “Upin & Ipin” ini mempunyai sikap dan karakter sendirisendiri yang unik dan memperkaya nilai-nilai yang hendak diangkat dalam film kartun ini. Mereka akan kita bahas satu persatu. 1. Upin Upin ialah saudara kembar Ipin, hanya lima menit lebih tua. Dia lebih banyak bicara dan selalu mendalangi perangai anak kembar ini. Dia dapat dibedakan dari adiknya melalui sehelai rambut di kepalanya. Upin selalu memakai kaos warna kuning yang bertuliskan huruf “U”.
2. Ipin Ipin ialah adik kembar Upin. Dia dikenali karena sering mengulang perkataan "betul betul betul" sebagai tanda setuju . Dia amat menggemari ayam goreng. Ipin selalu menggenakan kain merah dilehernya dan memakai kaos warna biru yang bertuliskan huruf “I”. 3. Kak Ros adalah kakak Upin dan Ipin. Dari luar ia nampak garang tetapi sebenarnya dia seorang kakak yang penyayang. Dia suka mempermainkan adik-adiknya. 4. Mak Uda (Opah) Mak uda adalah nenek Upin, Ipin dan Ros. Dia berhati bersih dan sering memanjakan Upin dan Ipin. Ia mengetahui banyak hal duniawi dan keagamaan. Ia lebih sering dipanggil Opah. 5. Fizi Fizi adalah teman Upin dan Ipin. Dia bersifat penuh keyakinan dan amat dimanjakan orang tuanya. Terkadang dia kelihatan suka besar mulut, tetapi sebenarnya baik hati dan menyayangi orangtuanya. Dia sering terlihat berdua dengan Ehsan. 6. Ehsan Ehsan ialah sepupu Fizi. Meskipun suka makan, menyendiri dan cerewet, dia tetap seorang teman setia. Ehsan di rumah sering dipanggil dengan panggilan Bobob. Sedangkan oleh Fizi ia terkadang dipanggil intan payung atau anak manja.
7. Rajoo Rajoo ialah berketurunan India. Ia lebih tua lima tahun dibandingkan Upin dan Ipin. Oleh karena itu seolah-olah ia menjadi kakak kepada mereka. Mereka bertiga selalu bermain bersama di kampung mereka. 8. Mei-Mei Mei Mei ialah anak perempuan berketurunan Cina. Dia teman sepermainan dan juga teman sekelas Upin dan Ipin. Selain cantik dan banyak menyayanginya. Mei-Mei adalah anak terpintar di kelasnya. 9. Mail Mail adalah seorang teman sekelas Upin dan Ipin. Dia juga turut serta dalam pekerjaan nakal kakak beradik kembar ini tetapi ia gegabah dan tidak bisa diandalkan. Sepanjang bulan Ramadhan, musim kedua, Mail tidak pernah menunaikan puasa walaupun sudah cukup umur, tetapi dia juga membantu ibunya menjual makanan di Pasar Ramadhan. Di kelasnya dan di kalangan teman-temannya ia dijuluki Mail 2 seringgit. 10. Jarjit Jarjit adalah dari keturunan Sikh Benggali. Dia adalah teman sekelas Upin dan Ipin.Dia selalu ikut serta dalam permainan anak-anak lain, namun setiap kali terjadi sesuatu yang menyebabkannya ditinggalkan. Dia pandai berpantun dan berteka-teki. 11. Cikgu
Jasmin
atau
Bu
Guru
Jasmin
(PN
Jasmin
Ally)
Guru kelas Upin dan Ipin dan kawan-kawan di sekolah Tadika. Di episode ke 9, Cik Ghu Jasmin terlihat tidak berpuasa ketika bulan
Ramadhan dengan sebab-sebab yang tidak jelas. Mungkin karena sedang datang bulan. 12. Atuk Dalang. Kakek yang merupakan tetangga Upin dan Ipin. Dia adalah orang yang baik terhadap dua saudara kembar itu. Dia sangat kaya akan tetapi dia pelit dan sangat malas karena ia sering menyuruh keduanya untuk membersihkan
rumahnya.
(http://ediginting.blogspot.com/2010/03/upin-ipin-yang-kocak-
abis.html).
C.
A nalisis dan Temuan 1. Nilai Pendidikan Akidah a.
B eriman kepada Allah Iman kepada Allah adalah rukun iman yang pertama. Maknanya, kita wajib beriman dan mempercayai bahwa Allah SWT. Adalah tuhan yang Esa tiada sekutu baginya. Dia yang menciptakan dan member rizki kepada kita, Dia yang menghidupkan dan mematikan ( Mustafa, 2009: 74). Dalam pendidikan anak tahap awal pendidikan yang harus ditanamkan adalah tentang akidah. Mempercayai bahwasanya Allah itu ada dan selalu mengawasi kita dalam segala sesuatu yang kita kerjakan.
Dalam film kartun Upin dan Ipin hal ini ditampilkan dalam episode dugaan dengan dialog sebagai berikut: Upin dan Ipin Mei-mei Rajo Upin dan ipin Rajo
: ye ye menang ye ye… : ha tu lah Rajo sebab kamu kita kalah : mane ade kau lah berat sangat! : ha … penatnye : ha sebab kalian berdua menang mari belanja bareng minum. Upin dan Ipin : ok Mei-mei : he tak boleh kalian berdua kan puase… Upin dan Ipin : puase-puase… Rajo : alah orang tak tau… Mei-mei : tak boleh, you punya Tuhan ooo, nanti aaa nanti Tuhan marah (Menonton 08 Juli 2010, pukul 20.00 WIB). Dalam dialog ini mengandung pendidikan Islam bahwasanya Tuhan selalu ada dan selalu mengawasi apapun yang kita lakukan, dimanapun dan kapanpun, baik itu ada orang yang melihat atau tidak. Penanaman percaya bahwasanya tuhan selalu mengawasi kita harus ditanamkan sejak anak-anak, sehingga setelah dewasa nanti anak akan terbiasa berbuat jujur dan selalu percaya bahwasanya segala tingkah laku kita berada dalam pengawasan Allah. Dalam mendidik anak diperlukan cara atau metode agar apa yang disampaikan menarik dan dapat difahami anak dengan muda. Dalam menanamkan pendidikan akidah dalam episode ini digunakan metode nasehat (mauizhoh).
2. Nilai pendidikan ibadah Pendidikan ibadah merupakan salah satu aspek pendidikan Islam yang perlu diperhatikan. Semua ibadah dalam Islam bertujuan membawa
manusia supaya selalu ingat kepada Allah. oleh karena itu ibadah merupakan tujuan hidup manusia diciptakan-Nya dimuka bumi. Allah berfirman dalam surat Adz Dzariyat ayat 56:
٥٦﴿ َُْٚ ْعبُذ١ٌِ َاٌْئِٔظَ إٌَِاٚ َََِِٓا خٍََمْجُ اٌْجٚ “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya menyembahKu”. ( QS. Adz Dzaariyat: 56 ) (Qur‟an Player 2.1). Dalam film kartun "Upin & Ipin" ini
terdapat banyak sekali
pembelajaran tentang ibadah. Awalnya, film kartun yang sudah berusia dua tahun ini, menjadi serial film kartun yang bertujuan untuk menghayati dan merayakan bulan suci Ramadhan. Sehingga banyak nilai pendidikan ibadah yang berkaitan dengan amalan-amalan Ramadhan yang terkandung dalam film kartun “Upin & Ipin”. a. Puasa Nilai pendidikan ibadah tentang puasa ini banyak terdapat pada episode-episode dalam film kartun Upin dan Ipin. Salah satunya dalam episode “Esok Puasa”. Dalam episode ini diterangkan tentang pengertian puasa. Hal ini terdapat pada dialog antara Upin dan Ipin, Opah, dan Kak Ros. Kak Ros : besok kita dah dapat pause Opah Opah : nah kau orang berdue kuatkan pause Ipin : pause …? Boleh-boleh … Upin : puasa itu ape Opah? Opah : pause itu kita tak boleh makan, minum, dari pagi sampai petang. (Menonton tanggal 8 Juli 2010, pukul 10.00 WIB). Dari cuplikan dialog ini kita bisa mengambil nilai pendidikan ibadah dengan materi pengertian puasa.
Puasa secara istilah adalah
menahan diri dari makanan, minuman, dan seluruh yang membatalkan puasa, mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari dengan niat puasa di bulan ramadhan (Musthafa, 2009: 109). Penyampaian nilai pendidikan ini menggunakan metode tanya jawab yang terjadi antara Upin, Ipin dan Opah. b. Niat Niat puasa merupakan salah satu rukun puasa. Rukun puasa merupakan syarat sahnya puasa. Niat pada malamnya, yaitu setiap malam selama sebulan Ramadhan. Yang dimaksud dengan malam puasa ialah malam yang sebelumnya. Dalam film kartun “Upin & Ipin” ada penggalan episode yang menayangkan bagaimana cara niat dan lafazd niat puasa. Opah
: nah makan kenyang-kenyang lepas tu baca niat … Upin dan Ipin : macam mana nak niat ? Opah : nah bace bismillah Upin dan Ipin : َ غذ عٓ أدا فشضٛج ص٠ٛٔ ُ١بغُ اهلل اٌشاحّٓ اٌشاح
ٜش سِضاْ ٘زٖ اٌغٕج هلل حعايٙاٌش (Menonton film kartun “Upin & Ipin tanggal 8 Juli 2010, 13.00 WIB). Dalam film ini pembelajaran niat puasa disampaikan lewat metode
pembiasaan
yang
tergambar
pada
bagaimana
membiasakan Upin dan Ipin untuk membaca niat puasa. c. Hal-hal yang di sunnahkan dalam puasa. a) Makan sahur
Opah
Ibadah sahur adalah salah satu hal yang di sunnahkan dalam puasa. Makan sahur ditengah malam dengan maksud supaya menambah kekuatan ketika puasa. Rosulullah saw bersabda:
س بشوتٛا فاْ اٌغحٚ حغحش: ٍُعٚ ٗ١ٍ اهلل عٍٝي اهلل صٛعٓ أظ لاي سع )ٍُِغٚ ٜاٖ اٌبخشٚ(س Dari Anas, “Rosulullah saw bersabda “makan sahurlah kamu, sesungguhnya makan sahur itu mengandung berkat (menguatkan badan menahan lapar dan dahaga).” (Riwayat Buhkori dan Muslim) (Sunarto, 1993: 106). Pengertian dan pelaksanaan sahur ini terdapat pada cuplikan episode “Esok puasa” yang terjadi antara Opah dan Upin dan Ipin. Opah
: malam ni tidur cepat, malam nanti boleh bangun tuk sahur. Upin dan Ipin : sahur …? Apa pula itu Opah? Opah : sahur tu, pagi-pagi kite bangun, boleh kita makan, minum, lepas tu bolehlah kita tahan puase. (Menonton tanggal 9 Juli 2010, pukul 09.45 WIB). Membiasakan anak dalam mengerjakan segala sesuatu adalah metode yang efektif dalam pembelajaran. Karena dari membiasakan anak melakukan hal yang baik akan menjadikan anak terbiasa untuk melakukan hal yang baik tanpa rasa berat. b)
Shalat Tarawih Shalat tarawih adalah salah satu ibadah sunnah yang dilakukan dalam bulan Ramadhan. Ibadah ini dilakukan setelah shalat isya‟ selama bulan Ramadhan. Dalam film kartun “Upin &
Ipin” pembelajaran tentang shalat taraweh disampaikan oleh Opah kepada Upin dan Ipin. Upin dan Ipin : Kak Ros cepatlah kite orang nak shalat tawareh ni, iye besolek lah tu… Upin : Opah shalat tawareh tu ape? Opah : hiiss taraweh, shalat taraweh itu ade dalam bulan pause saje, siape kerjakennya banyak pahala die… (Menonton tanggal 09 Juli 2010, pukul 07.30 WIB). Dalam episode ini anak dikenalkan dengan shalat taraweh dan dibiasakan untuk mengerjakannya dengan sungguh-sungguh. Membiasakan anak melakukan shalat taraweh merupakan salah satu pembelajaran untuk mengajarkan kepada anak tentang ibadah sunnah di malam bulan Ramadhan.
c)
Berbuka dengan air atau kurma Menyegerakan berbuka dengan minum air putih ataupun makan kurma adalah salah satu hal yang disunnahkan dalam puasa. Sahabat Anas berkata “Rosulullah pernah berbuka dengan ru‟tab (kurma gemading) sebelum shalat, kalau tidak ada dengan kurma, kalau tidak ada juga beliau minum beberapa teguk.”(Riwayat Abu Daud dan Tirmizi) (Rasjid, 2005: 238-239). Dalam film kartun “Upin & Ipin” pembelajaran tentang sunnah puasa tentang berbuka dengan air atau kurma ini terdapat pada episode yang berjudul “Dugaan” dimana dalam episode ini dijelaskan oleh Opah bagaimana seharusnya kita jika berbuka. Upin dan Ipin : ye… dah boleh buke…
: Upin! minum air dulu … eee… nah makan kurma ni. (Menonton 10 Juli 2010, pukul 08.00 WIB) Opah
Dalam hal ini Opah menyampaikan nilai pembelajaran dengan menggunakan metode pembiasaan. Dalam kaitannya dengan pendidikan Islam, dapat dikatakan bahwa metode pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak didik berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam (Arief, 2002: 110). Opah membiasakan Upin dan Ipin mendahulukan minum dan makan kurma ketika berbuka puasa dengan tujuan agar Upin dan Ipin terbiasa
melakukan sunnah puasa
yang
berupa
mendahulukan minum air putih dan makan kurma, sehingga anak terbiasa melakukan hal yang baik itu. Pembiasaan sangat efektif jika penerapannya dilakukan terhadap peserta didik yang berusia kecil. Karena anak memiliki “rekaman” ingatan yang kuat dan kondisi kepribadian yang belum matang, sehingga mereka mudah terlarut dengan kebiasaan-kebiasaan yang mereka lakukan sehari-hari. d)
Berdo‟a sewaktu berbuka puasa. Ibnu Umar pernah melihat Rosulullah apabila beliau berbuka, beliau berdo‟a. Hal ini yang menjadikan kita disunnatkan berdo‟a terlebih dahulu ketika berbuka. Film kartun “Upin & Ipin” juga menayangkan episode yang menyampaikan bagaimana cara kita berbuka dan mengajarkan do‟a ketika berbuka.
: e…e … bace do‟a dulu : ُ١بغُ اهلل اٌش حّٓ اٌشح : hai pendeknye… itu do‟a orang lapar! Do‟a yang benar. Upin dan Ipin : سصله أفطشثٍٝعٚ به إِٔجٚ ُ ٌه صّجٌٍٙبشحّخه ا Opah Ipn dan Ipin Opah
ٓ١ّا أسحُ اٌشاح٠ (Menonton tanggal 11 Juli 2010, pukul 09.35 WIB) Pembelajaran ini ditampilkan juga menggunakan metode pembelajaran pembiasaan. Sebagai awal dalam proses pemdidikan, pembiasaan
merupakan
cara
yang
sangat
efektif
dalam
menanamkan niali-nilai Islam pada jiwa anak. e)
Memperbanyak sedekah Dalam sebuah hadits ada satu contoh yang dapat kita contoh dalam melakukan sunnat puasa. Sahabat pernah bertanya kepada Rosulullah, “kapankah sedekah yang lebih baik?” Rosulullah menjawab “sedekah yang paling baik adalah sedekah pada bulan Ramadhan (Riwayat Tirmizi) (Rasjid, 2005: 240). Dari hadits ini kita bisa mengambil makna bahwasanya sedekah itu bisa dilakukan kapan saja, akan tetapi lebih baik jika dilakukan ketika bulan ramadhan. Film kartun “Upin dan Ipin” juga menayangkan tentang bagaimana kita harus sedekah dalam bulan Ramadhan. Opah : Upin, Ipin nah antar ke rumah atuk dalang Upin dan Ipin : hah ape ni Opah? Opah : anter makanan tuk atuk dalang. Upin dan Ipin : opah masak banyak ke, cukup tuk kite makan opah? Opah : hiss cukup, bulan Ramadhan baik kita memperbanyak sedekah.
(Menonton tanggal 11 Juli 2010, pukul 09.45 WIB). Pembelajaran dalam film kartun “Upin & Ipin” ini terlihat dengan menggunakan metode pembiasaan. Dalam mendidik anak untuk terbiasa berakhlak yang baik, metode pembiasaan memang sangat efektif. f)
Bertadarus (Memperbanyak membaca AlQur‟an). Memperbanyak membaca Al-Qur‟an merupakan sunnah puasa. Hal ini mengikuti sunnah rosul. Makna sunnah puasa ini juga terdapat dalam film kartun “Upin & Ipin”. Dalam episode “Lailatul Qodr”.
d.
Lailatul Qadr Lailatul Qadar adalah satu malam yang mempunyai kelebihan disbanding dengan malam yang lain. Hal ini telah dijelaskan oleh Al-Qur‟an surat Al-Qadar:
ٍَِْتُ اٌْمَذْس١ٌَ ﴾ٕ﴿ ٍَِْتُ اٌْمَذْس١ٌَ ََِا أَدْسَانَ َِاٚ ﴾ٔ﴿ ٍَِْتِ اٌْمَذْس١ٌَ ِِٟإَٔا أَٔضَ ٌَْٕاُٖ ف ﴾ٖ﴿ ْشَْٙشٌ ِِْٓ أٌَْفِ ش١خ َ Artinya: Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan ( Al-Alaq: 1-3)( Sahryainforma , Al-Qur‟an
Player 2.1 Al-Qur‟an, Murottal, Terjemah, Tafsir. ( CDROM)). Maka dengan ayat tersebut teranglah bahwa yang dimaksud dengan kelebihan malam lailatul qadar itu adalah ganda pahala amal ibadah pada malam itu lebih dari 29.500 ganda sebab dalam ayat tersebut diterangkan bahwa orang yang beramal ibadah pada malm itu akan mendapat ganjaran lebih banyak dari seribu bulan. Inilah yang dimaksud dengan kelebikan malam itu dari malam-malam yang lain. Film kartun “Upin & Ipin” menampilkan pelajaran tentang Lailatul Qadr dengan mengajarkan bagaimana mulianya malam lailatul qadr, malam dimana ibadah kita akan diganjar dengan berlipat ganda. Pelajaran ini tampak pada episode “Lailatul Qadr”. Kak Ros Upin Opah
: biarlah Opah, telepas malam lailatul qodr nanti, baru menyesal : hah… malam ape Opah : malam lailatul qadr, malam yang penuh rahmat bagi umat Islam. Malam yang lebih baik dari seribu bulan, para malaikat turun ke bumi dengan izin Allah
(Menonton 13 Juli 2010, pukul 13.00 WIB). Menerangkan kepada anak tentang makna lailatul qadr adalah pembelajaran yang mengajarkan kepada anak bahwasanya dalam bulan Ramadhan kita harus bersungguh-sungguh dalam beribadah, apalagi pada malam-malam yang ganjil sesudah tanggal dua puluh. Dalam menyampaikan makna lailatul qadr ini film
kartun “Upin & Ipin” menggunakan metode ceramah. Yang disampaikan lewat sosok opah yang penyabar. e.
Hal-hal yang membatalkan puasa. Dalam menjalankan puasa ada hal yang membatalkan puasa, diantaranya adalah keluarnya darah haid. Hal ini juga ditampilakan dalam film kartun “Ipin dan Ipin” dimana Ipin melihat Cik Ghu Jasmine sedang makan ayam goreng. Hal ini ditanyakan Upin dan Ipin kepada Opah mereka. Namun Opah menyuruh Upin dan Ipin untuk menanyakan kepada kak Ros. Kak Ros tidak menjelaskan tentang hal yang membuat Cik Ghu Jasmine tidak berpuasa, akan tetapi Kak Ros hanya menerangkan bahwa perempuan mempunyai keistimewaan perempuan dalam berpuasa.
f.
Hikmah mengerjakan puasa Mengerjakan ibadah puasa terdapat banyak hikmah yang dapat kita ambil. Dalam buku Fiqih Islam diterangkan bahwasanya salah satu hikmah melakukan puasa adalah agar kita terdidik merasa belas kasihan terhadap fakir-miskin karena seseorang yang telah merasa sakit dan pedihnya perut keroncongan. Hal itu akan dapat mengukur kesedihan dan kesusahan orang yang sepanjang masa merasakan ngilunya perut yang kelaparan karena ketiadaan. Dengan demikian, akan timbul perasaan belas kasihan dan suka menolong fakir miskin (Rasjid, 2005: 223-224).
Dalam film kartun “Upin & Ipin” ada pengajaran yang menerangkan tentang hikmah berpuasa. Hal ini disampaikan opah kepada upin dan ipin dengan sangat hati-hati. Upin Opah Upin Opah
: kenapa kita tak nak pause opah? : orang islam wajib pause, Tuhan suruh, supaya kita tahu macem mane rasenye orang yang kelaparan. : tapi Opah kite rang kecik pule. : iye lah kecil-kecik kena belajar pause.
(Menonton tanggal 18 Juli, pukul 13.15 WIB). Penyampaian pelajaran tentang hikmah puasa disampaikan dengan menggunakan metode tanya jawab antara opah dan Upin. Dalam menghadapi anak-anak yang banyak bertanya kita harus pandai menjawab dengan bijak dan dengan jawaban yang dapat diterima dengan mudah oleh anak. Dari penjelasan dan pembahasan hal-hal yang terkandung dalam film kartun”Upin & Ipin” tentang nilai pendidikan ibadah yang membahas tentang ibadah puasa dan hal-hal yang berkaitan dengan ibadah puasa film kartun “Upin & Ipin” banyak menyampaikan nilai pendidikan ibadah dengan menggunakan dialog antara Upin, Ipin, Opah, Kak Ros dan juga teman-temannya. g. Zakat 1. Pengertian zakat fitrah Zakat fitrah adalah zakat yang dikeluarkan sebelum sholat idul fitri sebanyak 3,1 liter dari makanan yang mengenyangkan menurut tiap-tiap tempat (Negara) (Rasjid, 2005: 207). Dalam
pembagian zakat fitrah telah ditentukan orang-orang yang berhak menerima zakat, diantaranya adalah fakir, miskin, amil, muallaf, hamba, orang yang berhutang di jalan Allah, sabilillah, ibnusabil (Rasjid, 2005: 211). Film kartun “Upin & Ipin” mengajarkan makna zakat fitrah dalam episode “Zakat”. Upin dan Ipin Opah
: Opah apalah Kak Ros : macem ni, bulan ramadhan ni, kite yang hidup senang, cukup makan, cukup pakan, wajib mengeluarkan zakat fitrah untuk diberi kepade orang susah, miskin dan .. Upin dan Ipin : kenape nak bagi? Kak Ros : supaye mereka ade makanan di pagi raye. Jadi semua orang gembira lah. (Menonton 19 Juli 2010, pukul 14.50 WIB). Dari dialog ini kita dapat mengambil pelajaran tentang pengertian zakat fitrah dan orang-orang yang berhak menerima zakat fitrah. Film kartun “Upin & Ipin” kaya akan nilai-nilai pendidikan. Salah satunya pendidikan ibadah. Dalam beberapa episode banyak ditemukan dialog ataupun perilaku
yang
mengandung nilai pendidikan ibadah. Dari film kartun “Upin & Ipin”
ini
kita
dapat
mencontoh
bagaimana
kita
dapat
membelajarkan kepada anak makna ibadah dengan berbagai metode pembelajaran.
3. Nilai Pendidikan Akhlak
1. Akhlak Mahmudah a.
Bersyukur Dilihat dari segi bahasanya, kata syukur berasal dari bahasa arab
شىش شىشا٠ شىشyang berarti berterima kasih,bersyukur.
Bersyukur berterima kepada Allah swt, atas karunia yang telah dianugerahkan kepada dirinya (Abdullah Jazam, dkk, cet. IV: 37) Dalam film kartun “Upin & Ipin” terdapat episode yang mengandung nilai pendidikan Akhlak yang berupa menstukuri nikmat atau rahmat Allah. Dalam hal ini tampak pada tayangan episode “Air Kolah Air Laut”, yang mana Upin dan Ipin mengeluh tentang turunnya hujan yang tiada henti, sehingga mereka berdua tidak bisa bermain. Upin dan ipin : bile hujan ni nak berhenti?, Bosan betul, betul, betul. Opah : heis tak baik cakap macam tu, hujan tu kan rahmat, kita patut bersyukur, bukan mengeluh.` Ipin : ha, rahmad tu ape opah? Opah : rahmad tu pemberian yang baik dari pade Tuhan tak ada hujan, tumbuh-tumbuhan, binatang akan mati, kalau air sungai kering ikan pun mati,kita pun manusia perlukan air (Menonton 19 Juli 2010, pukul 15.00 WIB). Dari dialog ini kita bisa mengambil pelajaran tentang nilai pendidikan Akhlak dengan tema bersyukur atas nikmat Allah. Dalam dialog antara Opah, Upin dan Ipin kita dapat mengambil pelajaran bahwa segala sesuatu harus kita syukuri, segala sesuatu itu datangnya dari Allah SWT. Maka dari itu kita harus
mensyukurinya, begitu juga dengan hujan yang turun, kita harus mensyukurinya, karena banyak manfaat dari turunnya hujan tersebut, diantaranya adalah untuk menghidupkan tumbuhtumbuhan, memberikan penghidupan kepada binatang, manusia pun sangat membutuhkan air, kalau tidak ada hujan, maka akan terjadi kekeringan. Namun sekarang ini banyak manusia yang tidak mensyukuri nikmat. b. Sabar Sabar adalah menahan sesuatu yang tidak disukai dengan penuh keridhaan, bukan dengan menggerutu atau mengeluh. Sabar itu mesti ada ketika sesorang mengerjakan ketaatan dalam ibadah, ketika
berinteraksi
dengan
sesama
manusia,
dan
ketika
menghindari maksiat`(Mustafa, 2009: 193). Dalam film kartun “Upin & Ipin” sikap sabar itu tergambar pada sosok Opah yang selalu sabar dalam menghadapi segala bentuk kenakalan Upin dan Ipin. Dalam mengajarkan bagaimana berpuasa dan hal-hal yang berada didalam puasa. Sebagai seorang pendidik ataupun orang tua seharusnya memiliki sifat sabar. Seorang pendidik hendaknya bersabar dalam mengajarkan berbagai pengetahuan kepad peserta didik, sehingga materi terserap dalam jiwa peserta didiknya. Firman Allah (Q.S. Ali-Imron: 200)
َِٓ ِْ أَشَذَ رِوْشاً فََِّٓ إٌَاطٚاْ اٌٍَّٗ وَزِوْشِوُُْ آبَاءوُُْ َأُٚخُُ ََِٕاعِىَىُُْ فَارْوُش١ْ ض َ فَئِرَا َل ﴾ٕٓٓ﴿ ٍخِشَةِ ِِْٓ خَالَق٢ اََِِٟا ٌَُٗ فٚ َا١ْٔ اٌ ُذِٟيُ َسَبَٕا آ ِحَٕا فَُٛم٠ Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berzikirlah (dengan menyebut) Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu, atau (bahkan) berzikirlah lebih banyak dari itu. Maka di antara manusia ada orang yang berdo`a: "Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia", dan tiadalah baginya bahagian (yang menyenangkan) di akhirat (Sahryainforma , Al-Qur‟an Player 2.1 Al-Qur‟an, Murottal, Terjemah, Tafsir. ( CD-ROM) ). Oleh sebab itu, seorang pendidik harus mampu mendidik dengan sabar, sehingga apa yang menjadi tujuan pembelajaran bisa tercapai dengan sempurna.Makna sabar dalam film kartun “Upin & Ipin” disampaikan dengan menggunakan metode keteladanan, dimana dapat dilihat dari sikap Opah yang penyabar dalam segala hal. Anak-anak akan mencontoh ayah dan ibunya dalam berprilaku. Anak-anak akan meniru kebiasaan dan tingkah laku orang tua dan saudara-saudaranya. Bila anak sering melihat orang tuanya bersikap sabar, penuh kasih sayang, maka anak akan terbentuk menjadi apa yang sering ia lihat, akan tetapi apabila anak sering melihat orang tuanya yang serih marah, kasar dan mempunyai akhlak yang tercela, maka anak akan terbentuk menjadi pribadi yang pemarah, kasar dan mempunyai akhlak yang buruk. Dari pembelajaran sifat sabar tersebut kita juga bisa mengambil pelajaran bahwasanya pembelajaran juga bisa terjadi dengan proses peniruan ataupun modeling. Bahwasanya meniru
orang lain adalah salah satu proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan teori belajar dari Bandura, yang menyatakan bahwasanya asumsi bahwa pembelajaran pada khakikatnya berlangsung melalui proses peniruan atau pemodelan. Seperti yang kita lihat, ide bahwa orang meniru model prilaku dan menerima penguatan atas apa yang dilakukannya itu adalah ide yang umum (Salkind, 2009: 285286). Dalam hal ini Opah menjadi model yang menampilkan sikap sabar. Sikap sabar ini bisa menjadi hal yang bisa dijadikan unsur yang ditiru. c.
Cinta Kebersihan Islam adalah Agama yang suka kebersihan. Islam menganjurkan setiap muslim agar bersih badan, pakaian dan rumahnya (Mustafa, 2009: 203). Dalam film kartun “Upin & Ipin” terdapat
pelajaran
yang
mengajarkan
tentang
kebersihan.
Kebersihan yang diajarkan di sini adalah kebersihan badan yang berkaitan dengan kebersihan gigi ataupun menggosok gigi. Dalam hal ini diajarkan bagaimana menggosok gigi dengan benar, sehingga gigi kita sehat dan terbebas dari sakit gigi. d. Tolong Menolong (Ta‟awun) Secara bahasa ta‟awun
(tolong menolong) mengandung
pengertian agar sesama manusia saling tolong menolong dalam hal kebaikan tidak diperbolehkan tolong menolong dalam kejahatan (rawan).
Dalam film kartun “Upin & Ipin”, pembelajaran tentang tolong menolong terdapat pada episode “Berkebun”. Dalam episode ini Upin dan Ipin diminta oleh kak Ros untuk membantu menanam sayuran. Upin dan Ipin : ih kasian Opah sampai berpeluh-peluh. Kak Ros : ha… kasian ? tolonglah (Menonton 20 Juli 2010, pukul 08.45 WIB). Walaupun dalam hal ini Kak Ros yang memang memiliki sifat yang agak keras, dengan sedikit memaksa kepada Upin dan Ipin untuk menanam sayuran. Menolong sesama adalah kewajiban bagi sesama muslim. Dalam episode ini kita dapat menanamkan kepada anak bahwasanya kita harus tolong menolong kepada siapa saja. Tolong menolong ini dijelaskan dalam Al-Qur‟an Al-maidah ayat 2:
َِْاْ اٌٍَّٗ إَُٛاحَمٚ َِْاَٚاٌْعُ ْذٚ ُِْإلث ِ اٍََٝاْ عَُٛٔٚ َّالَ حَعَاٚ ََٜٛاٌخَ ْمٚ ِ اٌْبشٍََٝاْ عَُٛٔٚ حَعَاَٚ ﴾ٕ﴿ ِذُ اٌْعِمَاب٠ِاٌٍَّٗ شَذ “ Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (Sahryainforma , Al-Qur‟an Player 2.1 AlQur‟an, Murottal, Terjemah, Tafsir. ( CD-ROM) ). Penyampaian nilai pendidikan ini menggunakan metode pembiasaan dan metode pemberian tugas. Dimana Upin dan Ipin diberi tugas oleh
Kak Ros untuk membantu menanam sayur
hingga habis. Metode pemberian tugas dapat digunakan untuk membiasakan anak untuk bisa mengerjakan sesuatu yang baik.
Indikasi bahwa akhlak dapat dipelajari dengan metode pembiasaan, meskipun pada awalnya anak didik menolak atau terpaksa melakukan suatu perbuatan atau akhlak yang baik, tetapi setelah lama dipraktekkan, secara terus menerus dibiasakan akhirnya anak mendapatkan akhlak yang mulia (Junaidi, 2009: 139). Begitu pula dengan membiasakan anak untuk selalu tolong menolong maka dengan sendirinya akan terbentuk dalam dirinya jiwa yang akan selalu tergerak untuk menolong orang lain. e.
Membiasakan Anak Mengucapkan Salam Seorang anak suatu saat akan menjumpai orang lain, baik orang dewasa ataupun anak seusianya. Maka ia membutuhkan kunci pembuka percakapan dengan mereka. Dan salam adalah pembuka percakapan yang paling efektif diantara diantara sesama Muslim (Hafizh, 1997). Dalam film kartun “Upin & Ipin”, pembelajaran tentang pembiasaan sangat banyak sekali muncul dalam beberapa episode, salah satu contoh dalam episode “Basikal Baru Bagian 2”. Upin dan Ipin : Assalamualaikum tuk ooo atuk Atuk dalang : Wa‟alaikumsalam dah sampe ke bur. (Menonton 20 Juli 2010, pukul 09.00 WIB). Dalam episode-episode lain banyak juga muncul tayangan yang mengandung pembelajaran tentang membiasakan anak untuk mengucapkan salam. Anak kecil hendaknya yang memulai salam
kepada orang yang lebih dewasa, seperti orangtua dan saudarasaudaranya. Terutama sebelum masuk rumah. Pengucapan salam oleh orang dewasa kepada anak kecil, mendidik anak untuk juga selalu mengucapkan salam pada setiap kesempatan. Dan juga mendidik yang dewasa untuk selalu bersikap merendahkan diri dan tidak sombong. Dalam film kartun “Upin & Ipin” tampak bahwa Upin dan Ipin selalu mengucapkan salam dalam setiap akan masuk rumah orang lain. Hal ini bisa menjadi contoh pembelajaran bagi anak-anak yang selalu menonton film tersebut. Upin dan Ipin adalah sosok model yang sangat menarik untuk ditiru oleh anak-anak. Model itu memiliki dampak yang sangat besar terhadap perkembangan kepribadian. Anak-anak belajar untuk bersikap asertif, percaya diri, atau mandiri melalui observasi kepada orang lain yang menampilkan sikap-sikap seperti itu. Orang lain yang menjadi model adalah orang tua, saudara, guru, atau teman. Dalam kehidupan masyarakat dewasa ini, banyak prilaku model diambil dalam bentuk simbolik. Film dan televise menayangkan
contoh-contoh
tingkah
laku
yang
dapat
mempengaruhi para observer (penonton). Bandura, Ross, dan Ross (1963) menemukan bahwa model-model hidup, film, bahkan
kartoon animasi dapat menjadi model yang diimitasi oleh anakanak yang menontonnya (Yusuf LN dan Nirihsan, 2008: 134). f. Menerima Apa Adanya (Qonaah) Qonaah berarti rela menerima kenyataan hidup yang dialami, tidak berkeluh kesah, tidak pula mengangan-angan kesenangan yang diterima orang lain (Jazam dkk, cet VI. 38). Orang yang qanaah berarti merasa cukup dengan dengan apa yang dianugerahkan Allah SWT. Atas dirinya. Orang yang qanaah pasti pandai mensyukuri nikmat Allah SWT. Demikian pula sebaliknya. Oleh sebab itu, seseorang tidak mungkin memiliki sifat qanaah apabila tidak pandai-pandai mensyukuri nikmat Allah swt. Dalam film kartun “Upin dan Ipin” terdapat pelajaran tentang qanaah. Hal ini tampak pada episode “Basikal Baru Bagian 2”. Ipin Upin Ipin Kak Ros
: ih ayam goreng tak dee kak? : his kau ni makan ayam saje tau, tolonglah cakap sikik. : kan aku dah cakap betul-betul-betul. : ayam tak de mahal, tak boleh makan selalu, makan je telur goreng tu. Ipin : telur ayam tak mahal ke kak? Opah : ipin … makan je ape yang ade, rizki tu … Ipin : baiklah Opah (Menonton 20 Juli 2010, pukul 10.00 WIB).
Sifat qonaah merupakan salah satu akhlak mahmudah. Penanaman sifat qonaah pada anak sejak dini merupakan pembelajaran pembiasaan. Anak dibiasakan untuk dapat menerima apa yang ada dalam kehidupan. Dicontohkan dalam film kartun
“Upin & Ipin” bahwasanya kita hendaknya makan apa yang ada dan menerima rizki dengan ikhlas. Anak akan bersifat manja jika selalu dituruti apa yang diinginkan tanpa ada pembelajaran untuk mensyukuri nikma Allah dan menerima apa yang ada dengan rela. 2.
Akhlak Mazmumah a.
Berbohong Bohong adalah lawan kata dari jujur. Bersikap jujur merupakan dasar pembinaan akhlak yang sangat penting dalam ajaran Islam (Hafidz, 2002: 187). Dan bersikap seperti ini memerlukan perjuangan yang tidak ringan, karena banyaknya godaan dari lingkungan sekitar yang membuat kita untuk bersikap bohong. Oleh karena itu Rosulullah Saw. Begitu memperhatikan pendidikan kejujuran dengan membinanya sejak usia anak masih sangat kecil. Rosulullah Saw. Juga melarang keras orangtua yang selalu berbohong dan menipu pada anak-anaknya (Hafidz, 2002: 187). Film kartun “Upin & Ipin” menayangkan bagaimana jika anak berbohong dan dengan apa dia harus dihukum. Dalam film kartun “Upin & Ipin” ada banyak tayangan yang berisi tentang akhlak yang tercela yaitu tentang berbohong atau tidak jujur. Salah satu yang menjadi contoh terdapat pada episode “Gosok Tak Gosok Bagian 1” yang mana Upin dan Ipin membohongi opah tentang surat izin pemeriksaan dokter gigi.
: Opah … ini surat dari Cik ghu Jasmine, Opah tande kalau tak setuju lepas tu tande tangan. Ni pen opah Opah : ha surat ape ni?setuju ape? Upin dan Ipin : lawatan masuk hutan! Opah : masuk hutan bahaye ni Upin dan Ipin : betul Opah Ipin pun tak setuju. Opah : manelah cermin mate ni? Upin dan Ipin : tak payah pake cermin mate opah, tande sini Kak Ros : tunggu Opah, ini surat pemeriksaan dokter gigi, nak teberang ni. Opah : tak sangke cucu Opah dah pada bohong, siapelah yang ajar (Menonton 20 Juli 2010, pukul 10.15 WIB) Upin dan Ipin
Dalam dialog ini terdapat satu perbuatan tercela yaitu berbohong. Hal ini terjadi ketika Upin dan Ipin merasa terdesak karena takut diperiksa giginya. Karena Upin dan Ipin berbohong, maka Kak Ros memberikan hukuman atas perbuatan mereka. Prinsip pokok dalam pengaplikasikan pemberian hukuman yaitu, bahwa hukuman adalah jalan yang terakhir dan harus dilakukan secara terbatas dan tidak menyakiti anak didik. Tujuan utama dari pendekatan ini adalah untuk menyadarkan peserta didik dari kesalahan-kesalahan yang dilakukan (Arief, 2002: 130). Dalam hal ini Upin dan Ipin
yang berbohong kepada
opahnya dan hal ini diketahui oleh Kak Ros. Kak Ros memberikan hukuman atas perbuatan mereka dengan memukul mereka. Hal ini dilakukan untuk membuat anak agar tidak melakukan hal tersebut kembali. Untuk membuat anak tehindar dari sifat pembohong maka orangtua harus membiasakan anak untuk berperilaku jujur dalam segala hal. Orang tua yang menjadi guru utama dalam kehidupan
sehari-hari anak pun harus selalu menampilkan sikap jujur dan menapati janji dengan apa yang dilakukan. b.
Tamak Tamak
berarti
terlampau
besar
nafsunya
terhadap
keduniaan, misalnya terhadap kekayaan harta benda. Orang yang terlampau besar nafsunya untuk memiliki harta mencurahkan pikiran dan tenaga agar kekayaan semakin banyak (Jazam dkk, cet IV: 52). Dalam film kartun “Upin & Ipin” hal ini tampak pada Upin dan Ipin ketika mereka pergi ke pekan Ramadhan bersama Kak Ros, Upin dan Ipin membeli ayam dalam jumlah yang sangat banyak. Ipin yang sangat gemar dengan ayam goreng, ketika belanja Upin dan Ipin membeli macam-macam masakan ayam yang sangat banyak sekali, sehingga ketika mereka makan tidak kuat untuk menghabiskan ayam-ayam tersebut. Hal ini merupakan contoh sikap tamak dalam menyukai makanan. Anak-anak harus dibelajarkan untuk menjauhi sifat tamak. Jika anak-anak menyukai sesuatu maka orangtua harus mengarahkan untuk tidak berlebih-lebihan dalam menyukai sesuatu. c.
Ghibah Salah satu penyakit moral yang menyebar di kalangan masyarakat Islam adalah bergunjing. Dalam setiap pertemuan,
selalu saja ada orang yang membicarakan keburukan orang lain. Ghibah adalah membicarakan aib seseorang di hadapan orang lain (Fattah, 2009: 50). Dalam film kartun “Upin & Ipin” ghibah ini tampak pada episode “Istimewa Hari Raya”. Ehsan
: lepas ni kite raya ke humah pak Mail ma atuk dalang tak nak? Upin dan teman-teman : nak-nak, tapi tahun lalu pak Mail kasih 20 sen ke. Ipin : iye ke? Ehsan : alah atuk Dalang tu tak nak buka pintu, Mei-mei : hah bakhil betul Opah : his tak baik budak budak cakap macam tu… (Menonton tanggal 21 Juli 2010, Pukul 10.00 WIB). Dari penggalan dialog ini, dapat diambil pelajaran bahwasanya menggunjing atau ghibah merupakan Akhlak tercela. Anak-anak harus dibiasakan untuk menjauhi akhlak tersebut, karena hal tersebut dapat membuat anak menjadi anak yang berakhlak tercela. Pendidikan akhlak adalah pendidikan budi pekarti, dilihat dari segi pembiasaan seseorang dengan sifat-sifat yang baik dan mulia, seperti:
jujur, menghormati orang lain, ikhlas, suka
beramal, berani dalam kebenaran, dan sebagainya. Namun perlu diketahui bahwa akhlak tidak terbatas pada penyusunan hubungan antara manusian dengan manusia, juga mengatur hubungan dengan segala yang terdapat dalam wujud dan kehidupan ini bahkan lebih
dari itu yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya (Hasanah, 2002: 312). Melalui film kartun “Upin & Ipin” dapat diambil contoh bahwasanya pembelajaran akhlak pada anak-anak merupakan hal yang penting dalam kehidupan mereka. Anak yang diajarkan dan dibiasakan untuk berakhlak yang baik dan menjauhi akhlak yang tercela akan tumbuh dan berkembang menjadi anak yang berakhlakul karimah dan menjadi peribadi yang baik.
4.
Nilai Pendidikan Multikultural Menurut Zakiyyudin Baidhawy (2005:78), karekteristik dari pendidikan multikultural tersebut meliputi tujuh komponen, yaitu belajar hidup dalam perbedaan, membangun tiga aspek mutual (saling percaya, saling pengertian, dan saling menghargai), terbuka dalam berfikir, apresiasi dan interdependensi, serta resolusi konflik dan rekonsiliasi nirkekerasan.
Kemudian
dari
karakteristik-karakteristik
tersebut,
diformulasikan dengan ayat-ayat al-Qur‟an sebagai back up strategis (baca:dalil), bahwa konsep pendidikan multikultural ternyata selaras dengan ajaran-ajaran Islam dalam mengatur tatanan hidup manusia di muka bumi ini, terutama sekali dalam konteks pendidikan. Dalam film kartun “Upin dan Ipin” nilai pendidikan Multikultural tampak pada keseharian anak-anak dalam bergaul, mereka tidak
membedakan adanya perbedaan etnis dan kepercayaan yang mereka anut. Nilai pendidikan multikultural juga tampak pada perlakuan Cik Ghu Jasmin yang tidak membedakan perlakuan beliau kepada anak didiknya yang berbeda suku dan kepercayaan. Cik Ghu
Mei-mei Jarjit
: ha … murid-murid hari ni hari terakhir sekolah, jadi Cik Ghu nak murid-murid semua bersalam-salaman dan meminta maaf sesame sendiri Upin : nah mail kau minta maaf dengan Fizi Mei-mei : Cik ghu saya nak ucap selamat hari raya, Cik Ghu : ape ucapan kamu Mei-mei? : sudah lame pause besok nak raya, Mail tak puasa tak boleh raya, selamat hari raya. : saya juga Cik Ghu, dengar ha dengar dua tiga kucing berlari, mana… mana, selamat hari raya. (Menonton 21 Juli 2010, pukul 10.15 WIB)
Dalam adegan ini ditampilkan bahwa tidak ada perbedaan antara sesame. Mereka saling menghormati antara satu dengan yang lain. Dicontohkan oleh Mei-mei dan Jarjit yang ikut serta mengucapkan selamat hari raya kepada seluruh teman-teman mereka yang muslim. Pendidikan Islam telah mengajarkan bawasanya dalam kehidupan, kita harus saling menghormati antara sesama, baik dengan satu agama atau dengan agama lain, dengan satu suku atau dengan suku lain. Tidak adanya pembedaan perlakuan pada anak-anak yang berbeda etnis ini dapat menjadi contoh bagi para orangtua dan pendidik bahwa kita harus memperlakukan sama kepada semua peserta didik yang berbeda-beda.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Dari hasil analisis dalam penelitian film kartun “Upin & Ipin” mengenai nilai-nilai pendidikan Islam, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Materi pendidikan Islam yang terkandung dalam film kartun “Upin & Ipin” adalah materi akidah yang membahas tentang rukun iman yang terimplementasi pada iman kepada Allah yaitu dengan cara mempercayai bahwasanya Allah selalu ada dan selalu di dekat kita. Materi ibadah yang membahas tentang puasa dan hal-hal yang berkaitan dengan puasa, diantaranya: rukun puasa, sunnah puasa, hal-hal yang membatalkan puasa, hikmah mengerjakan puasa, lailatul qodr. Selanjutnya dibahas tentang zakat fitrah dan orang-orang yang berhak menerimanya. Dalam film kartun “Upin & Ipin” juga terkandung nilai pendidikan akhlak, akhlak terbagi mennjadi dua yaitu akhlak mahmudah dan akhlak mazmumah. Materi akhlak mahmudah diantaranya adalah bersyukur, sabar, tolong menolong,
cinta
kebersiha,
qona‟ah,
membiasakan
anak
untuk
mengucapkan salam. Selanjutnya dalam penelitian ini ditemukan juga nilai pendidikan multikultural. Nilai ini terlihar dari interaksi antara Upin, Ipin dan kawan-kawan yang berlainan etnis akan tetapi tidak ada perlakuan yang membedakan antara mereka semua. 2. Dalam film kartun “Upin & Ipin” tedapat metode atau cara-cara menyampaikan nilai pendidikan Islam yang terkandung di dalamnya yaitu metode ceramah, metode tanya jawab, metode pembiasaan, metode keteladanan, metode pembiasaan, metode nasihat, metode hukuman. Berdasarkan pembahasan skripsi ini, tampak jelas bahwa film kartun “Upin & Ipin” mengandung banyak sekali nilai-nilai pendidikan Islam.
Hal ini menjadikan kita untuk bisa memanfaatkan media film menjadi media pembelajaran yang efektif bagi anak. 3. Film kartun “Upin & Ipin” mengandung nilai-nilai pendidikan Islam yaitu nilai pendidikan Aqidah, nilai pendidikan Ibadah, nilai pendidikan Akhlak dan nilai pendidikan Multikultural.
B. Saran Penelitian ini hanya menampilkan sebagian kecil dari nilai pendidikan Islam. Menurut hemat penulis, masih banyak nilai pendidikan Islam yang ada dan harus dikaji. Pada bagian ini, penulis memberikan sesuatu yang bersifat anjuran atau saran sebagai perhatian bagi para pendidik baik orangtua ataupun guru. Guru atau orangtua hendaknya memanfaatkan media pembelajaran dengan lebih efekti, karena pada zaman sekarang ini media pembelajaran tidak hanya ada disekolah saja, seperti halnya film kartun “Upin & Ipin” yang kaya akan nilai pendidikan, orangtua harus dan bisa mengarahkan anak-anak untuk mencontoh hal yang baik yang terdapat dalam film tersebut. Untuk peneliti yang selanjutnya, hendaknya memperluas pembahasan tentang nilai-nilai pendidikan Islam lebih dari yang dibahas dalam penelitian ini. Sehingga kajian penelitian tentang manfaat media film lebih banyak dan lebih mendalam. Kepada stasiun televisi yang menyiarkan program tayangan film kartun “Upin & Ipin” khususnya dan film anak-anak umumnya, hendaknya menempatkan jam tayang pada jam-jam istirahat, tidak pada jam yang
digunakan untuk ibadah ataupun diwaktu anak sekolah. Sehingga penayangan itu menjadi efektif untuk ditonton dan tidak mengganggu belajar anak.
TABEL: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM FILM KARTUN “UPIN & IPIN”
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, (1992). Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Aditya Media Arief, A. (2002). Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Jakarta : Ciputat Press. Arifin, M. (1996). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. cet. ke-4 Arikunto, S. (1990). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta Aziz, A. (2009). Filsafat Pendidikan Islam. Yogyakarta: Teras. Baidhawy, Z. (2002). Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural. Jakarta: Erlangga. Baweis, F M. (2007). Analisis Isi Representasi Kekerasan Dalam Film South Park. Skripsi, tidak diterbitkan. Surabaya: Fakultas Ilmu Komunikasi. Unifersitas Kristen Petra. http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?page=1&submit.x=0&submit.y=0&qu al=high&fname=/jiunkpe/s1/ikom/2007/jiunkpe-ns-s1-2007-514010535251-kartun-chapter3.pdf. Budiarto, M. (2007). Representasi Perilaku Proposional dan Ekploitasi Kemiskinan Tayangan Reality “Bedah Rumah”. Skripsi, tidak diterbitkan. Surabaya: Fakultas Ilmu Komunikasi. Unifersitas Kristen Petra. http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?page=1&submit.x=0&submit.y=0&qu al=high&fname=/jiunkpe/s1/ikom/2007/jiunkpe-ns-s1-2007-5140313110505-bedah_rumah-chapter3.pdf. Darajat, Z. (1995). Pendidikan Islam Dalam Keluarga Dan Sekolah. Jakarta: CV Ruhama. ,(1993). Pendidikan Anak Dalam Keluarga : Tinjauan Psikologi Agama,dalam Jalaluddin Rahmat dan Muhtar Gandaatmaja, Keluarga Muslim Dalam Masyarakat Modern. Bandung: Remaja Rosda Karya. Djamarah, S dan Zain, A. (2006). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Ghazali, I. (1987). Ikhya‟ Ulumuddin. Beirut: Darur Riyan. Hafizh. (1997). , Mendidik Anak Bersama Rasulullah. SAW. terj. Kuswandini. Bandung: Al Bayan. cet ke-1. Hasanah, N. (2002). Pendidikan Usia Dini Bagi Pembentukan Sikap Keberagamaan Anak. Jurnal Attarbiyah, XIII (2): 303-317.
1
TABEL: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM FILM KARTUN “UPIN & IPIN”
Jazam, A, dkk, (Eds ). LKS Akidah Akhlak Untuk Kelas VIII Mts. cet ke- IV. Surakarta: Arafat Mitra Utama. Junaidi. (2010). Bermain dan Belajar Bersama Upin & Ipin. Yogyakarta: Diva Press. Muslim, A, H. (1993). Shohihul Muslim. terj. A. B. Mustafha. Semarang: CV. Asy Syifa. Najib,
A, M. dkk. Pendidikan Multikultural (http://id.shvoong.com/social-sciences/1918568-pendidikanmultikultural), diakses 12 Juni 2009).
(Online)
Nata, A. (1997). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu. Neil. J, S. (2009). Teori-teori Perkembangan Manusia. terj. M. Khozin. Bandung: Nusa Media. Nippan, M dan Halim, A. (2001). Anak Shaleh Dambaan Keluarga. Yogyakarta : Mitra Pustaka. Moleong, L. J. ( 2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. (2007)Metodologi Penelitian Kualitatif edisi refisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Muhaimin. (2001). Paradigm Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama di Sekolah. Bandung: Remaja Rodakarya. dan Mujib. (1993) Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Filosofi dan Kerangka Dasar Operasionalnya. Bandung: Trigenda Karya. Musthafa, F, S. (2009). Kurikulum Pendidikan Anak Muslim. Surabaya: Pustaka Elba. Poerwadarminta, WJ, S. (2006). Kamus Umum Bahasa Indonesia edisi ketiga, cet ke-3. Jakarta: Balai Pustaka. Rasjid, S. (2005). Fiqh Islam. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Rif‟ah, M. (2002). Mendidik Anak Berkualitas. Jurnal Attarbiyah, XIII (2): 333351. Roqib, M. (2009). Ilmu Pendidikan Islam: Pengembangan Pendidikan Intergratif di Sekolah, Lingkungan dan Keluarga. Yokyakarta: LKiS. Rosyada, D. (2006). Materi, Kurikulum, Pendekatan, dan Metode Pendidikan Agama Dalam Prespektif Multikultural. Edukasi. Volume 4, Nomor 1. 2541.
2
TABEL: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM FILM KARTUN “UPIN & IPIN”
Sriyanti, L., Suwardi dan Erawati, M. (2009). Teori-teori Belajar. Salatiga: Stain Salatiga Press. Sunarto, A. dkk. (1993). Terjemah Shaheh Muslim. Semarang: CV. As-Syifa. Jilid ke-3. Sundusiah, S. (2010). Analisis Data Kualitatif. (Online), (http://file.upi.edu/ai.php?dir=Direktori/C - FPBS/JUR.PEND.... , diakses 12 juni 2010). Supiana dan Karman. (2001). Materi Pendidikan Agama Islam. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Syahrainforma. Qur‟an Player 2.1: Al-Qur‟an, Murottal. Tafsir. (CD-ROOM). Thoha, HM, T. (1996). Kapita Selekta Pendidikan Islam. cet ke-1. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Usman, H. (2006). Manejemen: Teori, Praktik dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Yusuf LN, S dan Nurikhsan, J. (2008). Teori Kepribadian. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Zainuddin,et.al. dkk. (1991). Seluk-beluk Pendidikan dari Al-Ghazali. Jakarta: Bumi Aksara. http://wapedia.mobi/id/Les%27_Copaque_Production: 30 april 2010: 2:09 AM. www.UpinDanIpin.com.my (Online) diakses 23 Juni 2008.
3
TABEL: NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM FILM KARTUN “UPIN & IPIN”
RIWAYAT HIDUP Siti Murowdlotun, lahir 01 Oktober 1986 di Sumber Jaya Lampung Barat, Pendidikan Formal Madrasah Ibtidaiyah Al-Karomah Talang-Ogan(19931998).MTs Al-Karomah (1999-2002).Pada Tahun 2003-2005 melanjutkan di MA Futuhiyyah 1 Bukit Kemuning Lampung Utara Program IPS. Pendidikan terakhir adalah STAIN Salatiga dengan studi program Pendidikan Agama Islam pada jurusan Tarbiyah.
4