perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
REPRESENTASI PEMBELAJARAN BUDI PEKERTI DAN TOLERANSI DALAM FILM ANIMASI UPIN & IPIN SEASON 1 (Analisis Semiotika Tentang Pembelajaran Budi Pekerti dan Toleransi dalam Film Serial Animasi “Upin & Ipin Season 1”)
Oleh:
ACHID PRI’AMBUDI NIM. D0205026 Diajukan untuk melengkapi tugas tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui oleh Dosen Pembimbing Skripsi dan siap diuji oleh Dewan Penguji Skripsi pada Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Hari
: Senin
Tanggal
: 24 – 01 - 2011
Pembimbing,
Drs. Adolfo Eko Setyanto, M.Si. NIP. 19580617 198702 1 001
commit to user
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN Telah Diuji dan Disahkan oleh Panitia Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Hari
:
Tanggal
:
Susunan Panitia Penguji:
1. Sri Hastjarjo, S.Sos, Ph.D
Ketua
(……………………)
NI NIP. 19710217 199802 1 001 2. Nora Nailul Amal, S.Sos, MLMEd, Hons Sekretaris
(……………………)
NIP. 19810429 200501 2 002 3. Drs. Adolfo Eko Setyanto., M.Si
Penguji
NIP. 19580617 198702 1 001
Mengetahui, Dekan,
Drs. H. Supriyadi, SN, S.U. NIP. 19530128 198103 commit to user 1 001
ii
(……………………)
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Saat kau terlahir di dunia ini, hanya kau yang menangis sedangkan orangorang di sekelilingmu tersenyum, maka jalanilah hidupmu dengan kebaikan dan senyum hingga tiba saatnya nanti kau meninggal orang-orang disekitarmu akan menangis dan hanya kau yang tetap tersenyum.
Semulia-mulia manusia ialah orang yang mempunyai adab yang merendah diri ketika berkedudukan tinggi, memaaf ketika berdaya membalas dan bersikap adil ketika kuat -Khalifah Abdul Malik Marwan-
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan dan ucapkan terimakasih kepada: 1.
Kedua orang tuaku, Sarwono Kusuma Atmaja dan Reni Wuryaningsih yang dengan sabar menyemangatiku dan mendukungku serta selalu mendoakanku.
2.
Kakakku tercinta Krisna Primasasi, dan Adikku Wiliam Susilo atas dukungan dan semangatnya.
3.
Ina Primasari atas kesabarannya mendukungku setiap hari serta selalu membuatku optimis atas segala sesuatunya.
4.
Teman-teman Ilmu Komunikasi Angkatan 2005 atas pengalaman dan kebersamaan
yang membuat proses pencarian ilmu menjadi lebih
menyenangkan dengan sikap kekeluargaan sehingga merasakan sebagai suatu kesatuan. 5.
Teman-teman kos PPT yang sudah seperti keluarga dalam menjalani kehidupan bersama di perantauan, Abas Wahyudi, Agung Pambudi, Agung Wahyu Pamungkas, Dhina Kharisma, Dwi Prasetya, Moammar Ridlo Danar, Umar Januardi Harahap, Afrian Pramusetyo, Reza Grahito, Bayu Ridlo, Aniqul Fahmi, Muhammad Firdaus Al-hamudi.
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Assalamu’Alaikum Wr. Wb. Syukur Alhamdulillah atas kehadirat ALLAH SWT atas segala anugerah dan
karunia-Nya,
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan
skripsi
“REPRESENTASI PEMBELAJARAN BUDI PEKERTI DAN TOLERANSI DALAM FILM ANIMASI UPIN & IPIN SEASON 1 (Analisis Semiotika Tentang Pembelajaran Budi Pekerti dan Toleransi dalam Film Serial Animasi “Upin & Ipin Season 1”)”. Penyusunan skripsi ini merupakan suatu bentuk pertanggungjawaban Penulis sebagai mahasiswa guna memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar Sarjana Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Keberhasilan ini tidak lepas dari semua pihak yang telah membantu penulis dengan sepenuh hati. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan serta dukungan moral. Semoga budi baik yang diberikan kepada Penulis mendapat balasan dari ALLAH SWT. Ucapan terima kasih ini Penulis sampaikan kepada: 1.
Maha Besar Allah SWT atas segala kasih sayang dan rahmatnya yang telah memberikan kesempatan penulis sehingga mendapatkan pengalaman yang berharga di FISIP UNS.
2.
Dra. Prahastiwi Utari, M.Si, Ph.D selaku Ketua Jurusan Komunikasi yang telah banyak membantu dan memberi pengarahan kepada Penulis, commit to user sehingga Penulis dapat menyelesaikan kuliah tepat pada waktunya.
v
perpustakaan.uns.ac.id
3.
digilib.uns.ac.id
Drs. Adolfo Eko Setyanto, M.Si selaku dosen pembimbing yang memberikan arahan, masukan dan nasihat, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
4.
Dra. Christina Tri H. M.si selaku Pembimbing Akademik yang memberikan pengarahan dan saran yang membangun.
5.
Segenap dosen di Jurusan Ilmu Komunikasi atas pengetahuan yang diberikan selama masa studi dan semoga dapat menjadi ilmu yang bermanfaat.
6.
Segenap karyawan di Jurusan Ilmu Komunikasi yang telah banyak membantu penulis dalam penyusunan skripsi. Penyusunan skripsi ini masih dapat dikembangkan lebih baik lagi. Oleh
karena itu, dengan segala kerendahan dan kelapangan hati penulis menerima saran maupun kritik yang sifatnya membangun. Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Wassalamu’Alaikum Wr. Wb. Solo, 20 Januari 2011 Penulis
Achid Pri’ambudi
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Daftar Isi
Halaman PERSETUJUAN............................................................................................. i PENGESAHAN.............................................................................................. ii MOTTO.......................................................................................................... iii PERSEMBAHAN ......................................................................................... iv KATA PENGANTAR................................................................................... v DAFTAR ISI.................................................................................................. vii DAFTAR BAGAN........................................................................................ x ABSTRAK..................................................................................................... xi ABSTRACT.................................................................................................. . xii BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .........................................................
1
B. Rumusan Masalah ...................................................................
7
C. Tujuan Penelitian ....................................................................
7
D. Manfaat Penelitian ..................................................................
8
E. Telaah Pustaka .......................................................................
8
1. Film Sebagai Media Komunikasi .......................................
9
2. Pengertian Film Animasi ...................................................
11
3. Proses Pemaknaan dalam Film ..........................................
20
4. Budi Pekerti dan Toleransi .......................................... ......
30
5. Pinsip Belajar ..................................................... ............... commit to user 6. Elemen Belajar .......................................................... ........
36
vii
38
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7. Aktivitas Belajar ................................................................
39
8. Kerangka Berpikir .................................................... .........
41
F. Metode Penelitian ..................................................................
43
1. Jenis Penelitian .................................................................
43
2. Metode Penelitian ............................................................
44
3. Objek Penelitian ....................................................... ........
46
4. Teknik Pengumpulan data .......................................... ......
46
5. Sumber Data .....................................................................
49
6. Analisis Data ............................................................. .......
49
BAB II. DESKRIPSI FILM UPIN & IPIN SEASON 1 A. Latar Belakang Film Upin & Ipin Season 1 ............................
53
B. Latar Belakang Produksi ………………………….............. ..
53
C. Seputar Serial Film Animasi Upin & Ipin ......................... ....
54
D. Tokoh dalam Film Animasi Upin & Ipin ...............................
55
E. Kru dalam Film Animasi Upin & Ipin ............................. ......
60
BAB III. PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Analisis Film Upin & Ipin Season 1 .......................................
65
1.
Korpus 1 Episode 1 Scene 1 ....................................... ....
65
2.
Korpus 2 Episode 1 Scene 2 ....................................... ....
69
3.
Korpus 3 Episode 1 Scene 3 ....................................... ....
74
4.
Korpus 4 Episode 2 Scene 2 ....................................... .... commit to user
78
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5.
Korpus 5 Episode 3 Scene 2 ....................................... ....
83
6.
Korpus 6 Episode 4 Scene 1 ....................................... ....
93
7.
Korpus 7 Episode 4 Scene 2 ....................................... ....
99
8.
Korpus 8 Episode 5 Scene 1 ....................................... ....
103
9.
Korpus 9 Episode 6 Scene 2 ....................................... ....
108
10. Korpus 10 Episode 6 Scene 3 ....................................... ..
116
B. Kesimpulan Analisis ....................................................... .......
118
BAB IV. PENUTUP A. Kesimpulan .............................................................................
122
B. Kendala Penelitian ......................................................... ........
125
C. Saran........................................................................................
126
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR BAGAN GAMBAR
HALAMAN
Gambar 1.1. Elemen Makna Pierce ..............................................................
25
Gambar 1.2. Elemen Makna Saussure ..........................................................
26
Gambar 1.3. Signifikasi Dua Tahap Barthes ..................................................
28
Gambar 1.4. Peta Tanda Barthes ....................................................................
29
Gambar 1.5. Kerangka Pemikiran ......................................................... .........
40
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Achid Pri’ambudi. D 0205026. “REPRESENTASI PEMBELAJARAN BUDI PEKERTI DAN TOLERANSI DALAM FILM ANIMASI UPIN & IPIN SEASON 1 (Analisis Semiotika Tentang Pembelajaran Budi Pekerti dan Toleransi dalam Film Serial Animasi “Upin & Ipin Season 1”)”. Skripsi. Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Januari. 2011. Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui makna-makna pembelajaran budi pekerti dan toleransi yang terkandung dalam lambang-lambang komunikasi pada film animasi Upin & Ipin Season 1. Jenis penelitian ini bersifat interpretative kualitatif. Data dalam penelitian ini adalah data kualitatif (data yang bersifat tanpa angka-angka atau bilangan), sehingga data bersifat kategori substansif yang kemudian diinterpretasikan dengan rujukan, acuan, dan referensireferensi ilmiah. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis semiotik. Analisis semiotik merupakan cara atau metode untuk menganalisis dan memberikan makna-makna terhadap lambang-lambang yang terdapat pada suatu paket lambang-lambang pesan atau teks. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data primer: data yang diperoleh dari rekaman film animasi Upin & Ipin Season 1. Jenis data Sekunder: data yang diperoleh dari studi kepustakaan, informasi media massa yang berhubungan dengan objek penulisan ini. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model analisis semiotik Roland Barthes. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah film Animasi Upin & Ipin Season 1 yang akan dibahas lambang-lambang komunikasi dan aspek sinematografis setiap scene yang mendukung terbentuknya makna pembelajaran budi pekerti dan toleransi film tersebut, sehingga akan diperoleh makna denotasi dan konotasi dari hubungan keduanya. Berdasarkan visualisasi audio dan visual yang kemudian dilakukan analisis setiap scene mengenai lambang-lambang komunikasi serta unsur sinematografi film Upin & Ipin Season 1, makna pembelajaran budi pekerti dan toleransi dari film tersebut adalah: film animasi Upin & Ipin Season 1 ingin menggambarkan bahwa pembelajaran budi pekerti merupakan hal yang penting dan memerlukan waktu yang tidak sedikit. Dalam pembelajaran budi pekerti dan toleransi dibutuhkan suatu proses pembelajaran yang dapat dilakukan dengan melalui mendengarkan maupun praktek. Film animasi Upin & Ipin season 1 juga ingin menggambarkan bahwa dalam proses pembelajaran budi pekerti dan toleransi harus disertai dengan hukuman atau punishment untuk memberikan efek jera agar proses pembelajaran budi pekerti dan toleransi berjalan efektif disamping penggunaan pujian atau reward.
commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Achid Pri’ambudi. D 0205026. “REPRESENTATION LEARNING MANNERS AND TOLERANCE IN ANIMATION FILM UPIN & IPIN SEASON 1 (Semiotic Analysis About Learning manners and Tolerance in Animation Film “Upin & Ipin Season 1”)”. Thesis. Major in Communication Science. Faculty of Social Science and Political Science. Sebelas Maret University of Surakarta. January. 2011. Objective of this research is to know means of learning manners and tolerance that contained in communication signs that can be found in animation film Upin & Ipin Season 1. Type of this research characteristic interpretative qualitative. Data in this research is qualitative (data that without numbers), so the data have substansive characteristic then impretated with reference, mold, and scientific reference. Research method that used in thios research is method semiotic analysis. Semiotic analysis is way or method to analyse and give means to sign that occur at signs message packet or text. Type data that used in this research is primary data: data that obtained from film Upin & Ipin Season 1 record. Type secondary data : data that obtained from literature study, mass media information that related with this writing object. Data analysis that used in this research using Roland Barthes semiotic analysis model. Object research in this research is animation film Upin & Ipin Season 1 that will discussed communication signs and cinematography aspect each scene tahat support formed mean learning manners and tolerance that film, so would obtained denotative and konotative mean from those two relation. Based on visualization audio and visual then done analysis in each scene about communication signs and cinematography element Upin & Ipin Season 1 film, means learning manners and tolerance from that film is: animation film Upin & Ipin Season 1 wants to describe that leraning manners and tolerance is something that important and require alot amount of time. In learning manners and tolerance require a process learning that can be done through listen or practice. Animation film Upin & Ipin Season 1 also want to describe if in learning manners and tolerance process must be accompanied with penalty or punishment to give wary effect so that learning manners and tolerance proceed effective beside using praise or reward.
commit to user
xii
1 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebuah tanda muncul dalam kegiatan yang disebut sebagai “komunikasi”. Selain itu tanda juga berfungsi untuk menjalin saling pengertian. Adanya teori tentang “tanda” ini disebabkan oleh timbulnya kesadaran manusia akan fungsi sebuah tanda. Teori ini kemudian berkembang melalui pendapat dan analisa dari beberapa teoritikus yang kemudian lebih dikenak dengan sebutan “semiotic” atau semiotika.
Semiotik merupakan teori umum dalam tanda bahasa. Sebagai bagian dari ilmu pengetahuan, semiotik tidak meneliti tanda-tanda yang bersifat konkret dalam suatu bahasa tertentu, melainkan meneliti ilmu bahasa secara umum. Semua pengetahuan pada akhirnya merupakan suatu pengetahuan yang bersifat sosial dengan syarat media yang digunakan dalam tukar menukar informasi, penerimaan informasi, cara pengolahan informasi, dan lain sebagainya dapat ditentukan secara bebas (Buhr dalam Trabaut, 1996:7)
Kemampuan film dalam menunjukkan gambar-gambar yang seolah-olah nyata, sama persis dengan realitas ke atas layar lebar menjadikan film sebagai media elektronik tertua. Keberadaan film telah menjadikan film sebagai salah satu media komunikasi massa yang benar-benar disukai bahkan sampai sekarang. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
2 digilib.uns.ac.id
Lebih dari 70-an tahun, film hadir dan merasuki kehidupan manusia yang sangat luas dan beranekaragam (Liliweri, 1991:152-153). Manusia pada hakekatnya diciptakan sebagai makhluk yang baik dan netral. Namun, seiring pertumbuhan dalam kehidupannya, manusia mempelajari segala sesuatunya dari lingkungan tempatnya berinteraksi untuk mengembangkan dirinya. Pembelajaran untuk mengembangkan diri tersebut dimulai sejak manusia dilahirkan kedunia terutama pada masa anak-anak. Masa anak-anak merupakan masa perkembangan otak yang paling signifikan, oleh karena itu anak-anak adalah peniru terbaik. Anak-anak akan dapat menirukan apa yang mereka lihat, dengar atau apapun yang terjadi di sekitar tempatnya berinteraksi.
Saat ini, budi pekerti merupakan barang mahal dan langka yang ada di masyarakat kita. Perkembangan pergaulan yang diterpa kemajuan teknologi yang tanpa kontrol membuat segala sesuatunya dapat dengan leluasa masuk dalam lingkup interaksi masyarakat kita tanpa terkecuali anak-anak.
Kemajuan teknologi terutama televisi sangat mempengaruhi perkembangan anak-anak saat ini. Akses yang murah meriah tanpa adanya kontrol yang memadai membuat televisi menyajikan banyak sekali pilihan arah untuk mengembangkan diri bagi anak-anak. Saat ini, acara yang disajikan televisi tidak melalui pertimbangan jam tayang yang layak serta konten yang patut untuk disajikan dan ditonton oleh anak-anak. Hal ini terlihat dari banyaknya acara yang cenderung tidak mempertimbangkan konten pendidikan kepada anak-anak namun, lebih cenderung mempunyai konten yang “sebatas” menarik untuk dinikmati. commit to user
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Saat ini film anak-anak yang disajikan kebanyakan tidak memenuhi konten edukasi yang mencukupi, malah cenderung mempunyai konten yang tidak mendidik. Di tengah terpaan acara televisi anak-anak yang gencar seperti sekarang ini, orang tua yang seharusnya menjadi pendamping yang memberikan kontrol kadang lalai dalam mendampingi anak-anak saat melihat acara televisi tersebut. Hal ini dapat mengakibatkan anak-anak menangkap seluruh konten acara tersebut tanpa menyaring mana yang boleh ditiru dan mana yang tidak boleh ditiru.
Keberadaan media televisi dewasa ini memang sangat sulit untuk dielakkan dari kehidupan sehari-hari. Keberadaannya yang murah namun menyajikan berbagai pilihan hiburan yang disajikan di depan konsumen membuat masyarakat cenderung menikmati hiburan yang disajikan tanpa berpikir efek yang ditimbulkan dari hiburan yang disajiikan. Hal ini diperkuat dengan kondisi masyarakat kita yang cenderung “pekerja keras” sehingga diwaktu luangnya sebisa mungkin digunakan untuk menikmati hiburan yang tersaji langsung didepannya.
Kemampuan film dalam menunjukkan gambar-gambar yang seolah-olah nyata, sama persis dengan realitas ke atas layar lebar menjadikan film sebagai media elektronik tertua. Keberadaan film telah menjadikan film sebagai salah satu media komunikasi massa yang benar-benar disukai bahkan sampai sekarang. Lebih dari 70-an tahun, film hadir dan merasuki kehidupan manusia yang sangat luas dan beranekaragam (Liliweri, 1991:152-153). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
4 digilib.uns.ac.id
Film merupakan hasil tangkapan gambar yang dapat merepresentasikan keadaan atau kenyataan. Film dapat berisikan pesan-pesan yang ingin disampaikan kepada penonton dengan sajian audio visual. Isi sebuah film dapat berupa kenyataan maupun fiktif dengan harapan membuat suatu fakta baru namun dengan penyajian yang berbeda agar pesan yang ingin disampaikan akan lebih mudah ditangkap oleh penonton.
Saat ini, perkembangan film di Indonesia sangat cepat dengan berbagai genre. Tetapi dalam poses perkembangannya, perfilman Indonesia cenderung didominasi oleh film-film cinta, seks, horor atau komedi yang notabene cenderung tidak mengedepankan aspek edukasi bagi penontonnya akan tetapi lebih fokus ke aspek hiburan semata. Film-film yang kurang mendidik dan tidak mengedepankan aspek edukasi diantaranya Quickie Express, Xtra Large, Suster Keramas.
Film-film yang kurang mengedepankan aspek edukasi tersebut tumbuh menjamur tanpa mempertimbangkan penonton film yang kemungkinan terdapat anak-anak di dalamnya.
Film yang cenderung disukai anak-anak adlah film animasi, hal ini disebabkan adanya suatu ilustrasi imajinasi bagi anak yang tergambar dalam sebuah film animasi. Anak akan lebih bebas mengembangkan imajinasinya ketika menikmati film animasi yang disukainya.
Saat ini film-film animasi juga banyak tumbuh di Indonesia meskipun bukan produk asli bangsa ini. Film animasi yang beredar saat inipun juga commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
5 digilib.uns.ac.id
cenderung tidak mengedepankan aspek edukasi, justru diantaranya menunjukan aspek kekerasan, kenakalan, diantaranya adalah Crayon Shincan, Naruto, Avatar.
Dari sedemikan banyak film animasi yang marak beredar di Indonesia, hanya segelintir yang mengedepankan asperk edukasi kepada anak-anak, salah satunya adalah “Upin & Ipin”. Film ini mengedepankan aspek kerukunan dan pembelajaran budi pekerti pada anak-anak.
Discussions of animation tend to blend movement with these other concepts (of gesture, performance, etc.) and although movement is inherent in these concepts, they do not necessitate movement, nor are they made up of movement alone. Movement is therefore subjectively transformed in relation to other concepts. So although Wells does state that “animated motion carries with it implied ‘meaning’, sometimes metaphoric or symbolic”, he does also aver that “motion could be simply ‘blocking’, i.e. the movement from A to B” (Wells, 2009) Animasi adalah jenis film yang tidak menggunakan karakter atau tokoh riil namun dengan menggunakan tokoh khayalan (animasi) yang dibuat sedemikian rupa untuk merepresentasikan aktor atau tokoh yang dimaksud. Animasi lebih menarik bagi kalangan anak-anak dikarenakan karakter-karakter yang dibuat sedemikian rupa hingga anak-anak dapat ikut merasakan peran serta dalam film tersebut. In animation the issue of movement is central to any discussion of its nature, irrespective of its form, style or process of creation. As an animator, Norman McLaren believed “the most important thing in film is motion, movement” (in Bendazzi, 1994:117), whilst Wells describes animated films as “the artificial creation of the illusion of movement in inanimate lines and forms” (1998:10). Movement is of primary concern in this simple definition and in earlier critical analyses of animation, Sergei Eisenstein “recognised ‘if it moves, then it’s alive’” (Leyda, 1988:54 quoted in Wells, 1998:14). Film yang menjadi obyek penelitian ini adalah film serial animasi “Upin & commit to user Ipin” produksi LES’ COPAQUE keluaran tahun 2007 terbitan oleh H.
perpustakaan.uns.ac.id
6 digilib.uns.ac.id
Burhanuddin bin Md Radzi dan Hj. Ainon binti Ariff. Film ini dibuat oleh Malaysia dengan tokoh utama Upin & Ipin sebagai anak kembar yatim piatu yang hidup bersama nenek (Opah) dan seorang kakak perempuan (Kak Ros). Dalam film ini Upin sebagai kakak dan Ipin sebagai adik.
Penulis memilih “Upin & Ipin” dikarenakan film ini memiliki beberapa episode dengan masing-masing cerita dan pembelajaran yang berbeda. Selain itu film ini menggambarkan sebuah kepolosan anak-anak ketika sedang menghadapi suatu masalah sampai pada saatnya terjadi suatu pembelajaran oleh anak-anak tersebut.
Film ini menceritakan kehidupan sehari-hari Upin dan Ipin di sebuah lingkungan yang masyarakatnya beragam baik suku, ras, budaya dan agama dalam menyambut dan melalui bulan Ramadhan. Upin dan Ipin yang masih kecil nan lincah mempunyai teman-teman bermain dari bermacam-macam suku, budaya dan agama, namun tetap terjalin kerukunan diantara mereka dan terjalin rasa saling toleransi diantara mereka serta terjalin interaksi yang saling mengingatkan tentang kebaikan, budi pekerti, kesopanan serta sikap yang patut bagi anak-anak.
Berdasarkan uraian diatas, penulis ingin mengetahui bagaimana representasi pembelajaran budi pekerti terhadap anak-anak dalam film serial animasi “Upin & Ipin season 1”. Penulis memilih meneliti Film Malaysia dikarenakan penulis menganggap Film tersebut mempunyai nilai-nilai pendidikan yang lebih bagi anak-anak saat ini commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dibandingkan dengan Film-Film yang bermunculan di Indonesia akhir-akhir ini. Selain itu, penulis juga menganggap bahwa Film Malaysia masih mempunyai keterikatan budaya dan bahasa yang tidak terlampau jauh dengan Indonesia, dibandingkan dengan Film yang berasal dari neagara lain yang budaya dan bahasanya jauh berbeda dengan Indonesia. Penulis memilih analisis semiotik karena penulis ingin mengetahui lebih dalam makna pesan moral yang terkandung dalam scene-scene yang ada dalam Film animasi Upin & Ipin tersebut.
B.
Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah diatas, dapat ditarik rumusan masalah, yaitu:
“Bagaimana makna pesan tentang pembelajaran budi pekerti dan toleransi yang terdapat dalam simbol-simbol di film serial animasi “Upin & Ipin season 1”
C.
Tujuan Penelitian
Suatu penelitian harus mempunyai tujuan yang jelas. Hal tersebut dimaksudkan untuk memberikan arah dalam melangkah sesuai dengan maksud penelitian. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka tujuan diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
8 digilib.uns.ac.id
Untuk mengetahui bagaimana makna pesan tentang pembelajaran budi pekerti dan toleransi yang terdapat dalam simbol-simbol di film serial animasi “Upin & Ipin season 1”
D.
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, baik dari segi toritis maupun praktis.adapun manfaat tersebut sebagai berikut : 1.
Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan mampu memperkaya khazanah keilmuan
di bidang penelitian komunikasi khususnya di bidang analisis semiotika film.
2.
Manfaat Praktis Menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang penelitian
komunikasi dengan pendekatan semiotika ada film. Serta menjadi rujukan bagi para peneliti yang berminat menganalisis lebih lanjut Film khususnya melalui pendekatan semiotika.
E.
Telaah Pustaka
1.
Film Sebagai Media Komunikasi
Film mempunyai banyak pengertian yang masing-masing artinya dapat commit to user dijabarkan secara luas. Film merupakan media komunikasi sosial yang
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
terbentuk dari penggabungan dua indra, penglihatan dan pendengaran, yang mempunyai inti atau tema sebuah cerita yang banyak mengungapkan realita sosial yang terjadi di sekitar lingkungan tempat dimana film itu sendiri tumbuh. Film sendiri dapat juga berarti sebuah industri, yang mengutamakan eksistensi dan ketertarikan cerita yang dapat mengajak banyak orang terlibat. Film berbeda dengan cerita buku, atau cerita sinetron. Walaupun sama-sama mengangkat nilai esensial dari sebuah cerita, film mempunyai asas sendiri. Selain asas ekonomi bila dilihat dari kacamata industri, asas yang membedakan film dengan cerita lainnya adalah asas sinematografi. Asas sinematografi tidak dapat digabungkan dengan asas-asas lainnya karena asas ini berkaitan dengan pembuatan film. Asas sinematografi berisikan bagaimana tata letak kamera sebagai alat pengambilan gambar, bagaimana tata letak properti dalam film, tata
artistik,
dan
berbagai
pengaturan
pembuatan
film
lainnya
(http://raachaan.multiply.com/journal/item/2)
Dalam pembuatan sebuah film pastilah mempunyai tujuan tertentu yang ingin disampaikan kepada pihak penonton. Penyampaian tujuan atau pesan tertentu ini termasuk dalam sebuah proses komunikasi dimana pembuat film menyampaikan apa yang ingin disampaikan kepada penonton dengan cara-cara tertentu yang dimasukkan dalam proses pembuatan film tersebut. Suatu film dapat dikatakan sukses apabila film tersebut berhasil menyampaikan pesan yang ingin disampaikan oleh pembuatnya kepada penonton.
commit to user
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dalam film, proses komunikasi yang terjadi dari komunikator dalam hal ini pihak pembuat film disalurkan kepada pihak komunikan melalui media audio visual untuk menyampaikan pesan yang kemudian diharapkan dapat menimbulkan efek sesuai apa yang diinginkan oleh komunikator.
Komunikasi merupakan manifestasi dari interaksi sosial manusia dalam rangka pemenuhan kebutuhan sebagai makhluk sosial. Dengan komunikasi, manusia mengungkapkan apa yang ada dalam pikiran atau perasaan yang berupa ide, gagasan, kreatifitas, pendapat, keyakinan, penolakan, keberanian, pertentangan dan sebagainya. Karena hal tersebut proses komunikasi menjadi suatu hal yang kompleks dimana penyampaian suatu pesan dari komunikator kepada komunikan dapat mengubah pandangan, sikap, bahkan psikologi dari pihak komunikan sesuai dengan pesan yang disampaikan dari komunikator tersebut.
Komunikasi bagi John Fiske merupakan proses pembangkitan makna (generation of making). Fenomena komunikasi tidak hanya dipahami sebagai suatu proses saja. Pesan dilihat bukan sekedar sesuatu yang dikirim dari A-B. Tapi lebih dari itu, komunikasi adalah suatu elemen di dalam struktur hubungan diantara elemen-elemen lain termasuk di dalamnya realitas eksternal dan pengirim (produser) serta pembaca (Fiske, 1990:4)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
2.
11 digilib.uns.ac.id
Pengertian Film Animasi
Animasi adalah suatu rangkaian gambar diam secara inbeethwin dengan jumlah yang banyak, bila kita proyeksikan akan terlihat seolah-olah hidup. (http://arifummi.multiply.com/journalitem/1/PengertianAnimasi)
Prinsip film animasi merupakan aturan dasar yang memungkinkan karakter yang diciptakannya dapat bergerak dan hidup wajar, dalam arti dapat diterima oleh akal manusia, meskipun karakter tokoh ciptaan merupakan hasil imajinasi yang tak mungkin dapat diterima secara rasio. Ada 12 prinsip animasi (Art of Animation, Disney) yaitu :
1. Pose to pose
Pose to pose atau penentuan posisi gambar key animation dan inbetween adalah cara menentukan posisi gerak karakter dari posisi awal gerak, posisi gerak selanjutnya hingga pada posisi akhir gerak. Penentuan
posisi-posisi gerak disebut sebagai key animation. Penentuan key animation ini dimaksudkan untuk menentukan gerak dan arah gerak yang tepat dan baik, sesuai dengan sketsa cerita yang direncanakan, sehingga dapat diketahui kurang lebih jumlah gambar animasi yang dibutuhkan dan terkendali, baik kualitas gambar maupun efisiensi waktu kerja yang dibutuhkan. Key animation hanya menentukan posisi arah arah gerak sedangkan detail gambar gerak dibuat di antara dua titik gerak tersebut. commit to user Proses ini disebut inbetween. Detail jumlah gambar gerak dibuat
perpustakaan.uns.ac.id
12 digilib.uns.ac.id
berdasarkan waktu (timing) yang telah direncanakan dalam gambar kerja sketsa cerita.
2. Timing
Seperti yang telah disebutkan pada pengertian dasar film, bahwa suatu gambar dimungkinkan hidup dan bergerak, karena serangkaian gambar di mana terdapat suatu perubahan beruntun, dan bila diputar pada mesin proyektor dalam satuan waktu tertentu akan memperlihatkan suatu gerak dari gambar tersebut. Satuan waktu tersebut disebut dengan timing, di mana telah disepakati dalam satuan standar pembuatan film, bahwa dalam satu detik terdapat 24 frame gambar pada pita film. Dan telah juga disepakati walaupun tidak menjadi keharusan bagi pembuat film animasi, bahwa satu gambar dapat saja mewakili 2 frame, jadi dapat disepakati bahwa dalam pembuatan film animasi umumnya mereka
membuat
dalam satu detik paling tidak ada 12 gambar.
3. Stretch and Squash
Gerak sebuah obyek agar terlihat hidup dan luwes dalam film animasi, khususnya film kartun, perlu ada sedikit sentuhan kelenturan agar tak terlihat kaku atau seperti sebuah benda tak berbobot. Stretch and squash merupakan prinsip animasi yang memberikan sentuhan kelenturan pada suatu benda tertentu sesuai dengan karakter materialnya, sehingga memberikan kesan obyek tersebut memiliki bobot dan muatan tertentu commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
13 digilib.uns.ac.id
bila sedang melakukan gerak animasi. Sebagai contoh, bola karet tentunya akan berbeda kelenturannya dengan bola bowling. Stretch adalah salah satu bentuk kelenturan suatu objek yang mengalami sedikit penekanan pada tubuhnya ketika sedang bergerak dengan cepat. Adapun, squash adalah bentuk kelenturan sebuah objek benda animasi yang sedang bergerak cepat kemudian berbenturan dengan benda lain yang lebih kuat, sehingga objek benda tersebut mengalami tekanan berat akibat dari gaya gerak tubuhnya yang tertahan oleh benda lain yang berbenturan dengannya.
4. Anticipation
Anticipation adalah suatu gerak ancang-ancang ketika hendak melakukan gerak utama. Seperti sistem kerja sebuah panah, bila hendak menembak anak panah meleset ke depan, perlu menarik busur panah ke belakang, sejauh kecepatan melesat anak panah yang diinginkan. Kesan yang ingin disampaikan dalam prinsip animasi ini adalah untuk mengumpulkan tenaga secukupnya sebagai tenaga pendorong untuk mendapatkan hasil gerak maksimal pada saat memulai gerakan. Beberapa karakter film animasi kartun yang hidup, bukan dari benda mati, umumnya selalu melakukan kegiatan prinsip film animasi ini, apalagi ketika akan melakukan aksi gerak yang membutuhkan tenaga lebih. Bahkan beberapa karakter melakukan aksi yang agak berlebihan, agar tampak lebih ekspresif dan lebih komunikatif. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
14 digilib.uns.ac.id
5. Secondary Action
Secondary action atau aksi kedua merupakan gerakan yang muncul dikarenakan adanya akibat suatu gaya dari gerakan atau aksi pertama sebuah objek benda animasi, setelah gerak atau aksi pertama itu berhenti dengan tiba-tiba. Contohnya, bila sebuah anak panah meluncur dengan cepat dan tiba-tiba menancap pada sebatang kayu, maka ekor dari anak panah tersebut akan bergetar dengan keras. Ekor anak panah yang bergetar itulah yang disebut dengan gerakan kedua atau secondary action. Dalam film kartun animasi, prinsip ini sudah menjadi keharusan, karena akan mengekspresikan kekuatan suatau daya dorong sebuah benda yang keras. Atau mengesankan suatu benda yang tampak alamiah dan wajar dalam kehidupan, hanya dalam karakter tertentu perlu dilebihlebihkan akan tampak lebih ekspresif namun tetap natural.
6. Follow through dan over lapping action
Prinsip ini melibatkan dua benda yang bisa saja sama atau berbeda namun saling berkaitan satu dengan yang lain dan dapat saling mempengaruhi dalam setiap gerakannya. Benda A, misalnya, akan selalu mengikuti gerak benda B yang telah lebih dulu bergerak, prinsip ini disebut follow through. Namun, karena perbedaan waktu dalam setiap pergerakan yakni benda B bergerak terlebih dahulu, kemudian benda A bergerak menyusul kemudian dalam jeda waktu yang berbeda, maka commit to user akan terjadi tumpang tindih gerakan, antargerakan benda A dengan gerak
perpustakaan.uns.ac.id
15 digilib.uns.ac.id
benda B. Prinsip ini disebut overlapping action atau gerakan yang tumpang tindih.
7. Easy in and easy out
Prinsip animasi easy in and easy out merupakan suatu kaidah animasi yang berprinsip pada dasar hukum ilmu fisika yang berlaku yang berkaitan sekali dengan gerak animasi. Misalnya mobil, bila dalam kecepatan tertentu, terkesan mobil itu tertarik ke belakang atau seakan terseret (terbawa) dengan suatu daya yang cukup kuat, sehingga dapat menarik mobil tersebut. Tapi apabila mobil dengan kecepatan tertentu itu tiba-tiba berhenti maka sisa daya yang masih ada di mobil itu masih ada dan mendorong bagian mobil lain, sehingga seakan-akan ada gerak berlebihan yang mendorong bagian lain dari mobil itu. Begitu pula dengan suatu benda yang memiliki bobot ringan seperti daun yang jatuh, tidak langsung ke tanah tapi tertahan sejenak oleh udara yang bertiup pelan, sehingga daun itu melayang perlahan-lahan ke bawah dengan berayun-ayun oleh tekanan udara yang berada di sekitar itu. Pada saat ayunan itu turun, maka akan ada kecepatan yang meningkat, tetapi ketika ayunan itu menarik, maka akan ada percepatan yang menurun, hingga pada titik kulminasi tertentu dan kemudian berayun ke bawah dengan cepat. Gerak ini berlaku karena ada daya tarik bumi atau gravitasi yang menarik daun itu namun tertahan karena ada pergesekannya dengan udara, sehingga terjadi gerakan seperti itu. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
16 digilib.uns.ac.id
8. Arch
Semua gerakan di alam ini, berdasarkan hukum alam, bersifat melingkar atau melengkung. Setiap benda yang memiliki bobot tertentu di mana pada pergerakan tertentu dipengaruhi oleh gaya gravitasi pada titik tertentu, sehingga pada kecepatan tertentu, tidak serta merta dapat dibelokkan pada sudut yang tajam, pasti ada gerak melengkungnya. Begitu pula dengan prinsip animasi arch atau gerak melengkung, agar tidak tampak menjadi kaku, gerak setiap karakter animasi selalu melengkung, meskipun gerak itu cukup saling berlawanan arah. Prinsip animasi arch membuat gerak karakter animasi tampak menjadi luwes, dinamis, hidup dan indah. Seperti gerakan menari, melompat, berayun, berbelok atau gerakan memutar. Dengan gerakan melengkung akan terkesan benda itu memiliki bobot dan terpengaruh oleh gaya gravitasi seperti alam nyata, sehingga karakter itu tampak lebih hidup seperti dalam dunia nyata dan logis dapat diterima akal oleh penonton yang melihatnya.
9. Exaggeration
Teknik exaggeration adalah teknik yang mendramatisasi adegan agar tampak lebih ekspresif dan komunikatif, meskipun gerakannya dibuat agak berlebihan bahkan sangat ekstrim. Seperti mencoba mengekspresikan wajah yang sangat terkejut, dengan mulut yang terbuka commit bila to user lebar dan mata yang terbelalak, perlu bola mata sampai keluar. Atau
perpustakaan.uns.ac.id
17 digilib.uns.ac.id
kelenturan suatu tubuh atau benda yang terlalu berlebih, tidak peduli dari bahan ataupun materialnya. Semua ini, tiada lain menjadikan film animasi tampak lebih hidup, dinamis dan lebih berkarakter. Prinsip animasi ini merupakan bentuk animasi berbagai bentuk prinsip animasi sebelumnya karena seluruh kegiatan pergerakan animasi yang berkaitan dengan exaggeration atau mendramatisasi secara ekstrim suatu gerakan atau adegan tentunya memanfaatkan berbagai prinsip-prinsip animasi sebelumnya, seperti strech and squash, Anticipation hingga secondary action, dan lain sebagainya.
10. Staging
Dalam penataan panggung pertunjukan dikenal dengan staging, yaitu mengatur posisi pemain agar panggung sebagai bidang (frame) pandangan penonton terisi dengan kompisi yang baik, proporsional, enak dilihat dan komunikatif, sehingga penonton tidak terlalu lelah dalam menyimak jalan cerita dan merasa terlibat di sana. Pada film animasi, prinsip animasi staging tidak jauh bebeda dengan staging dalam penataan panggung pertunjukan, hanya terletak pada penentuan tata letak objek gambar pada bidang (frame) gambar dengan format standar film atau televisi. Jelasnya, pada prinsip ini, pembuat film animasi harus memahami teknik bahasa film, seperti jarak pengambilan gambar, sudut pengambilan gambar, gerak kamera dan lain-lain.
Pertimbangan
komposisi objek gambar animasi pada format standar film atau televisi commit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pada prinsip animasi staging, haruslah komunikatif, proporsional, mudah, enak dilihat dan nyaman. Pada posisi mudah dalam arti mudah dikenali (komunikatif dan efektif) dan mudah untuk mengerjakannya dalam proses pembuatan animasi (efisien).
11. Appeal
Prinsip appeal merupakan cara yang baik untuk menyampaikan sesuatu pesan dalam bentuk kesan yang menarik, cantik dan komunikatif dari sebuah karakter yang ingin disampaikan. Sehingga tanpa perlu dibeberkan dengan kata-kata, sudah tersampaikan maknanya dalam bentuk gambar-gambar pesan apa yang akan disampaikan. Beberapa film animasi tertentu seperti film animasi produksi Jepang atau anime, banyak yang memanfaatkan prinsip ini, dengan cukup menampilkan beberapa gambar diam yang sangat berkesan. Dan beberapa usaha ini cukup berhasil dan efektif, tanpa harus mengeksplorasi gerak animasi yang berlebihan, namun pesan telah tersampaikan dengan sedikit gerak animasi, cut to cut beberapa buah gambar yang diambil dari beberapa bagaian gambar utama (master shoot) dan sedikit gerak kamera sudah dapat mempesona penonton dan yang paling utama pesan telah tersampaikan.
commit to user
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
12. Personality
Karakter tokoh film animasi akan lebih kuat, bermakna, hidup dan berkarakter apabila dipahami terlebih dahulu segala sesuatunya tentang karakter tersebut, seperti sifat fisik, sifat psikis, latar belakang ekonomi, sosial budaya, ataupun historisnya, sehingga dapat dideskripsikan dengan baik bentuk karakter apa yang akan dikembangkan. Penelusuran pemahaman karakter semacam ini disebut dengan personality, sebagai suatu bentuk prinsip animasi yang perlu dipahami. Untuk memahami personality suatu karakter tentunya mau tidak mau harus melakukan pendalaman studi literatur yang bersinggungan dengan berbagai disiplin ilmu lain seperti psikologi, sosial, budaya, sejarah, geografi, biologi dan lain-lain yang berkaitan dengan tuntutan cerita, dalam bentuk data secara verbal maupun visual. Pendalaman personality pada proses pembuatan film animasi tak cukup pada karakter tokoh saja tapi juga pada setting cerita, property dan jalinan cerita yang akan diangkat. Sehingga akan semakin jelas arah karakter mana yang mau dibawa. Tentunya akan sangat jelas berkaitan dengan karakter cerita, apakah akan menjadi film komedi,
action,
petualangan
ataupun
drama
(http://forever.ngeblogs.com/prinsip-film-animasi/)
Dari pengertian-pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa animasi dapat merepresentasikan film yang diperankan oleh manusia. Hal ini dikarenakan
animasi
mempunyai kemampuan commit to user
yang
setara
untuk
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menyampaikan pesan kepada penonton dengan unsur-unsur sinematografi yang sama dengan film yang diperankan oleh manusia.
3.
Proses Pemaknaan dalam Film Semiotik adalah studi tentang tanda dan segala yang berhubungan
dengannya: cara berfungsinya, hubungannya dengan tanda-tanda lain, pengirimnya, dan penerimanya oleh mereka yang menggunkannya (Van Zoest dalam Sudjiman, 1992:5).
Semiotika komunikasi mengkaji tanda atau signal dalam konteks komunikasi yang lebih luas, yaitu yang melibatkan berbagai elemen komunikasi. Pierce melihat tanda (representamen) sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari objek referensinya serta pemahaman subjek atas tanda (interpretant). Tanda, menurut pandangan Pierce adalah “...something which stands to somebody for something in some respect or capacity”. Tampak pada definisi Pearce ini peran subjek (somebody) sebagai bagian tak terpisahkan dari pertandaan, yang menjadi landasan bagi semiotika komunikasi. Semiotika komunikasi, menurut Umberto Eco dalam A Theory of Semiotics, adalah semiotika yang menekankan aspek produksi tanda (sign production), ketimbang sistem tanda (sign system). Di dalam semiotika komunikasi, tanda atau signal ditempatkan di dalam rantai komunikasi, sehingga mempunyai peran yang penting dalam komunikasi (Pilliang 2003:266). Semiotika (semiotics) didefinisikan oleh Ferdinand de Saussure di dalam Course in General Linguistics, sebagai ilmu yang mengkaji tentang tanda sebagai bagian dari kehidupan sosial. Implisit dalam definisi Saussure adalah prinsip, bahwa semiotika
sangat menyandarkan dirinya pada aturan main
(rule) atau kode sosial (social code) yang berlaku di di dalam masyarakat, sehingga tanda dapat dipahami maknanya secara kolektif (Piliang 2003: 256). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
21 digilib.uns.ac.id
Analisis semiotik (semiotical analysis) juga merupakan cara atau metode untuk menganalisis dan memberi makna-makna terhadap lambang-lambang yang terdapat dalam satu paket lambang-lambang pesan atau teks. Teks yang dimaksud dalam hubungan ini adalah segala bentuk serta sistem lambang (sign) baik yang terdapat pada media massa (seperti berbagai paket tayangan televisi, karikatur, film, sandiwara, radio, berbagai bentuk iklan), maupun yang terdapat diluar media massa (seperti karya tulis, patung, candi, monument, fashion show dan menu masakan suatu food festival) (Pawito, 2007:155-156)
Semiotik digunakan untuk melacak makna-makna yang diangkat dengan teks berupa lambang-lambang (sign). Dengan kata lain pusat perhatian analisi semiotik adalah pemaknaan terhadap lambang-lambang dalam teks (Pawito, 2007:156).
Semiotik berusaha menggali hakikat sistem tanda yang beranjak keluar kaidah tata bahasa dan sintaksis dan yang mengatur arti teks yang rumit, tersembunyi, dan bergantung pada kebudayaan. Semiotik, menurut Fiske memiliki tiga kajian utama: (Sobur, 2001:94)
a. Tanda itu sendiri (the sign itself). Hal ini meliputi studi tentang berbagai tanda-tanda yang berbeda, cara tanda-tanda yang berbeda itu menyampaikan makna, dan cara tanda-tanda itu berhubungan dengan manusia yang menggunakannya. b. Kode atau sistem dimana tanda-tanda itu diorganisir (the codes or system into which sign are organized). Studi ini meliputi bagaimana beragam kode yang berbeda dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam sebuah kebudayaan atau untuk mengeksploitasi saluran komunikasi yang tersedia, untuk menstramisikannya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
22 digilib.uns.ac.id
c. Kebudayaan dimana kode atau lambang itu beroperasi (the culture within these codes and signs operate). Hal ini selanjutnya bergantung pada kegunaan kode-kode dan tanda-tanda untuk keberadaan dan bentuknya sendiri.
Pada perkembangannya, semiotik dibedakan menjadi dua jenis, yaitu semiotik signifikasi dan semiotik komunikasi. Dulu, semiotika komunikasi digunakan untuk mempelajari tanda sebagai bagian dari proses komunikasi, dalam arti bahwa tanda hanya dianggap sebagaimana yang dimaksudkan pengirim dan demikian juga yang diterima penerima. Sekarang, semiotika komunikasi sudah lebih menekankan teori tentang produksi tanda, yang salah satunya mengamsusikan 6 faktor dalam komunikasi, yaitu: pengirim, penerima, kode, pesan, saluran komunikasi, dan acuan atau hal yang dibicarakan (Sobur, 2004:viii).
Semiotika signifikasi menaruh perhatian pada ‘relasi’ sistemik antara pernbendaharaan tanda, aturan pengkombinasiannya (kode), serta konsepkonsep (signified) yang berkaitan dengannya (Sobur, 2004:ix).
Tanda merupakan objek yang menjadi perhatian dalam semiotik. Karena itu semiotik memfokuskan perhatian utamanya pada teks. Dalam studi semiotik status penerima pesan atau komunikan dipandang memainkan peran yang lebih aktif dibandingkan dengan proses yang komunikasi lainnya.
Dalam studi tentang tanda, terdapat tiga unsur yang harus diperhatikan. Ketiga unsur itu adalah tanda, acuan tanda, dan pengguna tanda. Tanda commit to user
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
merupakan sesuatu yang bersifat fisik, bisa dipersepsikan oleh indra, dan mengacu pada sesuatu di luar tanda itu sendiri serta bergantung pada identifikasi oleh penggunanya sehingga bisa disebut tanda.
Pierce membagi tanda menjadi tiga, yaitu icon (sesuatu yang melaksakan fungsinya sebagai penanda yang serupa dengan objeknya), indeks (sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang mengisyaratkan petandanya), dan simbol (sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang oleh kaidah secara konvensi telah lazim digunakan oleh masyarakat) (Sobur, 2001:98).
Dalam usaha mencari makna suatu tanda, Pierce membuat teori triangle meaning, yang terdiri atas sign, object, interpretant. Hubungan segitiga makna Pierce ditampilkan sebagai berikut: (Soubur, 2001:115).
Gambar 1.1 ELEMEN MAKNA PIERCE
Sumber 1.1: Sobour, 2001:115 commit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Menurut Pierce, salah satu bentuk tanda adalah kata. Sedangkan objek adalah sesuatu yang dirujuk tanda. Sementara interpretan adalah tanda yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. Apabila ketiga elemen makna itu berinteraksi dalam benak seseorang, maka muncullah makna tentang sesuatu yang diwakili oleh tanda tersebut. Teori segitiga ini membahas persoalan bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang pada waktu berkomunikasi.
Sedangkan Saussure, lebih meletakkan tanda dalam konteks komunikasi manusia dengan melakukan pemilahan antara apa yang disebut signifier (penanda) dan signified (petanda). Signifier adalah bunyi atau coretan bermakna, aspek material. Signified adalah gambaran mental, yaitu pikiran/konsep
dari
bahasa
(Kurniawan,
2001:15).
Hubungan
antara
keberadaan fisik tanda dan konsep mental tersebut dinamakan signification. Dalam kata lain, signification adalah upaya dalam memberi makna terhadap dunia (Fiske, 1990:44, dalam Sobur, 2001:115) Seperti yang digambarkan sebagai berikut:
commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Gambar 1.2 ELEMEN MAKNA SAUSSURE
Sumber 1.2: Fikse, 1990:44
Salah seorang pengikut Saussure, Roland Barthes, mengembangkan pemikiran Saussure. Ia tidak berhenti pada penanda (signifier) dan petanda (signified) dalam menjelaskan tanda seperti pada detail Saussure. Ia berpendapat bahwa dalam masyarakat tanda diproduksi dan dipahami serta bekembang dalam dua sistem.
Pertama, sistem primer yang merupakan hasil konvensi masyarakat. Dalam signifikasi tahap pertama merupakan hubungan antara signifier dan signified di dalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal. Tahapan ini biasa disebut denotasi, makna denotasi merupakan makna harafiah dari suatu objek, yaitu apa yang tergambar pada objek tersebut.
Sistem yang kedua dinamakan sistem sekunder, dimana tanda pada pelapis pertama (sistem primer) pada akhirnya menjadi signifier yang berhubungan pula dengan signified pada lapis kedua. Tahap ini biasa disebut konotasi dimana konotasi adalah suatu tanda yang berhubungan dengan satu commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
atau lebih fungsi tanda, makna konotasi dapat bervariasi diantara satu orang dengan orang lain hal ini disebabkan ada perbedaan diantara mereka (Budiman, 1999:108-109). Atau dengan kata lain konotasi mempunyai makna yang subjektif atau paling tidak intersubjektif.
Pada signifikasi tahap kedua yang berhubungan dengan isi, tanda bekerja melalui mitos (myth). Mitos adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan atau memahami beberapa aspek tentang realitas atau gejala alam. Mitos merupakan produk kelas sosial yang sudah mempunyai suatu dominasi. Di dalam mitos terdapat tiga pola dimensi penanda, petanda dan tanda namun mitos dibangun oleh suatu rantai pemaknaan yang telah ada sebelumnya. Atau dengan kata lain mitos adalah sistem pemaknaan tahap kedua. mitos terletak pada tingkat kedua penandaan, setelah terbentuk sistem tanda – penanda – petanda, dimana tanda tersebut akan menjadi penanda baru yang kemudaian memiliki petanda kedua dan membentuk tanda baru. Hal ini dapat dilihat dalam gambar dibawah ini:
commit to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
GAMBAR 1.3 SIGNIFIKASI DUA TAHAP BARTHES
Sumber 1.3: Fiske, 1990:88
Selain itu barthes, juga menyoroti relasi antara tanda dengan manusia. Dengan meminjam istilah Hjemslev, sebagai pengganti konsep – konsep seperti penanda maupun petanda dari saussure. Barthes membedakan lapis ekspresi (expression = E) dari lapis isi (content = c). Eksprsi dan isi berelasi (relation = R) sehingga menghasilkan signifikasi : RC. Sistem ERC pada tingkat pertama ini pada gilirannya akan menjadi unsur pada sistem tingkat kedua. Sistem ERC menjadi lapis ekspresi (signifier) dari sistem kedua (ERC)RC. Dari sinilah oleh Hjemselv dinamakan sebagai semiotik konotatif: sistem pertama merupakan lapisan denotasi sedangkan sistem kedua (sebagai perluasan) lapis konotasi. Dengan kata lain, sebuah system konotasi adalah sistem yang lapis ekspresinya sendiri tersusun oleh sebuah signifikasi (Budiman, 1999:65).
commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Konotasi
melibatkan
simbol-simbol,
historis
dan
hal-hal
yang
berhubungan dengan emosi. Di pihak lain, denotasi menunjukkan arti literature atau eksplisit dari kata-kata dan fenomena yang lain. Pada level ini terbentuk mitos.
Gambar 1.4 Peta Tanda Barthes
2. Signified (PETANDA)
1.
Signifier (PENANDA)
3. Denotative Sign (TANDA DENOTATIF) 4. Connotative signifier (PENANDA KONOTATIF)
5. Connotative signified (PETANDA KONOTATIF)
6. Connotative Sign (Tanda Konotatif)
Peta Tanda Roland Barthes Sumber 1.4: Alex Sobur 2001: 69. Dari peta Barthes diatas terlihat bahwa tanda denotatif (3) terdiri atas penanda (1) dan petanda (2). Akan tetapi pada saat yang bersamaan, tanda denotatif adalah juga penanda konotatif (4). Jadi dalam konsep Barthes tanda konotatif tidak sekedar memiliki makna tambahan tetapi juga mengandung kedua tanda denotatif yang melandasi keberadaannya.
Dalam pengertian
Barthes denotasi merupakan sistem signifikasi tingkat pertama, sementara commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
29 digilib.uns.ac.id
konotasi merupakan tingkat kedua. Dalam hal ini denotasi justru lebih diasosiasikan dengan ketertutupan makna dan, dengan demikian, sensor atau represi politis. Konotasi menurut Barthes identik dengan operasi ideologi, yang disebutnya sebagai mitos dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu dalam tahapan analisis data.
Pada signifikasi yang kedua berhubungan dengan isi, tanda berkerja melalui mitos. Mitos adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan Beberapa aspek tentang realitas atau gejala alam. Mitos adalah produk kelas sosial yang sudah mempunyai suatu dominasi. Mitos primitif misalnya mengenai hidup dan mati, manusia dewa, dan lain sebagainya. Sedangkan mitos saat ini misalnya mengenai maskulinitas, feminitas, ilmu pengetahuan, life style dan kesuksesan.
Mitos menurut barthes adalah sebuah sistem komunikasi yang mana sebuah pesan kemudian mitos tidak akan menjadi sebuah obyek, sebuah konsep atau sebuah ide, karena mitos adalah sebuah metode penandaan yakni sebuah bentuk.
Mempelajari mitos adalah suatu teknik yang menarik dan memberikan hasil yang baik untuk masuk kedalam titik tolak ideologis. Alex sobur mengatakan bahwa mitos adalah suatu wahana dimana suatu ideologi berwujud, mitos dapat berangkai menjadi mitologi yang memainkan peranan commit to user2001:128). penting dalam satu kesatuan budaya (Sobur,
perpustakaan.uns.ac.id
30 digilib.uns.ac.id
Selain itu semiotik merupakan suatu pendekatan yang menekankan kewajaran, fungsi, rasionalitas yang ditemukan dalam berbagai pendekatan kehidupan dimana bertujan untuk mengungkapkan perilaku orang.
Film adalah produk kebudayaan, di dalamnya terdapat arti denotasi dan konotasi dari kode-kode yang membuat gambar-gambar dalam film memiliki arti yang banyak dan beragam. Analisis semiotik bertujuan untuk mengkaji simbol-simbol yang ada dalam film yang kemudian direpresentasikan dalam kehidupan nyata, sehingga dapat diperoleh makna tertentu.
Dari dua pernyataan diatas menunjukkan bahwa pembelajaran budi pekerti dan toleransi dapat dikaji dengan pendekatan semiotik. Dan jika dihubungkan dengan film yang merupakan produk budaya, pendekatan semiotik bertujuan untuk mengkaji simbol-simbol yang ada dalam film yang kemudian direpresentasikan dalam kehidupan nyata, sehingga dapat diperoleh makna tertentu.
4.
Budi Pekerti dan Toleransi
Pengertian budi pekerti dapat dikaji dari berbagai sudut pandang, antara lain secara etimologi (asal usul kata), leksikal (kamus), konsepsional (teori) dan operasional (praktis). Secara etimologi budi pekerti terdiri dari dua unsur kata, yaitu budi dan pekerti. Budi dalam bahasa sangsekerta berarti kesadaran, budi, pengertian, pikiran dan kecerdasan. Kata pekerti commit to userberarti aktualisasi, penampilan,
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pelaksanaan atau perilaku. Dengan demikian budi pekerti berarti kesadaran yang ditampilkan oleh seseorang dalam berprilaku.
Budi pekerti secara operasional merupakan suatu prilaku positif yang dilakukan melalui kebiasaan. Artinya seseorang diajarkan sesuatu yang baik mulai dari masa kecil sampai dewasa melalui latihan-latihan, misalnya cara berpakaian, cara berbicara, cara menyapa dan menghormati orang lain, cara bersikap menghadapi tamu, cara makan dan minum, cara masuk dan keluar rumah dan sebagainya.
Pendidikan budi pekerti sering juga diasosiasikan dengan tata krama yang berisikan kebiasaan sopan santun yang disepakati dalam lingkungan pergaulan antar manusia. Tata krama terdiri atas kata tata dan krama. Tata berarti adat, norma, aturan. Krama berarti sopan santun, kelakukan, tindakan perbuatan. Dengan demikian tata krama berarti adat sopan santun menjadi bagian
dari
kehidupan
manusia
(http://guru-
iskandar.blogspot.com/2007/10/apa-itu-budi-pekerti.html) Menurut Zuriah (2007:82-85) sifat-sifat yang mengandung budi pekerti anara lain adalah :
a.
Bekerja keras Sikap dan perilaku yang suka berbuat hal-hal yang positif dan tidak
suka berpangku tangan, selalu gigih dan sungguh-sungguh dalam melakukan suatu pekerjaan, suka bekerja keras, tekun dan pantang commit to user menyerah.
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b.
Berdisiplin Seseorang dikatakan disiplin apabila melakukan pekerjaan dengan
tertib dan teratur sesuai dengan waktu dan tempatnya, serta dikerjakan dengan penuh kesadaran, ketekunan, dan tanpa paksaan dari siapapun atau ikhlas. c.
Beriman Sikap dan perilaku yang menunjukkan keyakinan akan adanya
Tuhan Yang Maha Esa. Ini diwujudkan dengan kepatuhan dan ketaatan dalam melaksanakan perintah Tuhan dan menjauhi segala larangan-Nya. d.
Bersyukur Sikap dan perilaku yang pandai berterimakasih atas rahmat dan
nikmat Tuhan dari Tuhan Yang Maha Esa. e.
Bertanggung jawab Sikap dan perilaku yang berani menanggung segala akibat dari
perbuatan yang telah dilakukannya. f.
Bertenggang rasa Sikap dan perilaku yang mampu mengekang keinginan dan
kepentingan diri dengan ikut memperhatikan kepentingan orang lain. g.
Cermat Sikap dan perilaku yang menunjukkan ketelitian dan kehati-hatian.
h.
Hemat
commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sikap dan perilaku yang menghargai dan memanfaatkan waktu, dana dan pikiran sesuai dengan kebutuhan dan tidak menggunakan sesuatu secara berlebihan i.
Jujur Sikap dan perilaku yang tidak suka berbohong dan berbuat curang,
berkata apa adanya, dan berani mengakui kesalahan. j.
Menghargai karya orang lain Sikap dan perilaku yang menunjukkan bahwa orang harus bekerja
untuk memperoleh nafkah sehingga kita harus menghargai upaya orang lain. k.
Menghargai waktu Sikap dan perilaku yang mampu memanfaatkan waktu yang
tersedia secara efisien dan efektif l.
Pengendalian diri Sikap dan perilaku yang mampu mempertimbangkan keseimbangan
antara dorongan dari dalam diri (berupa dorongan nafsu) dan dari luar diri (berupa aturan-aturan yang mengekang). m.
Rela berkorban Sikap dan perilaku yang tindakannya dilakukan dengan ikhlas hati
dan kehendak sendiri. n.
Rendah hati Sikap dan perilaku yang tidak suka menonjolkan diri. commit to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
o.
Sabar Sikap dan perilaku yang menunjukkan kemampuan dalam
mengendalikan gejolak diri. p.
Setia Sikap dan perilaku yang menunjukkan keterikatan dan kepedulian
atas perjanjian yang telah dibuat. q.
Sikap tertib Sikap dan perilaku yang teratur, taat asas, dan konsisten.
r.
Sopan santun Sikap dan perilaku yang tertib sesuai dengan adat istiadat atau
norma-norma yang berlaku di masyarakat. s.
Sportif Sikap dan perilaku ksatria, adil, dan jujur, baik terhadap kawan
maupun lawan t.
Susila Sikap dan perilaku yang sesuai dengan harapan masyarakat, yang
dikendalikan oleh nurani dalam tatanan kehidupan yang menyangkut pengendalian nafsu manusia. u.
Tegas Sikap dan perilaku yang tidak ragu-ragu dan dalam keadaan sulit
berani mengambil keputusan yang pasti. v.
Tekun commit to user
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sikap dan perilaku yang menunjukkan kesungguhan yang penuh daya tahan dan terus-menerus serta tetap semangat dalam melakukan sesuatu. w.
Tangguh Sikap dan perilaku yang sukar dikalahkan dan tidak mudah
menyerah dalam mewujudkan suatu tujuan dan cita-cita tertentu. x.
Tepat janji Sikap
dan
perilaku
yang
menunjukkan
keterikatan
yang
bertanggung jawab terhadap apa yang telah disetujui, baik pada diri sendiri maupun bersama orang lain. y.
Ulet Sikap dan perilaku yang tetap bertahan meskipun menghadapi
hambatan yang sangat besar atau sulit, tidak mudah putus asa.
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa budi pekerti adalah suatu kebiasaan yang didapat dari suatu proses pembelajaran ketika seseorang memperhatikan suatu interaksi yang terjadi disekitarnya sehingga dalam proses pembelajaran tersebut terjadi penilaian dengan akal pikiran dan hati untuk menentukan apakah interaksi yang terjadi disekitarnya tersebut baik atau tidak.
Toleransi berasal dari bahasa Latin; tolerare artinya menahan diri, bersikap sabar, membiarkan orang berpendapat lain, dan berhati lapang terhadap orang-orang yang memiliki pendapat berbeda. Sikap toleran tidak commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berarti membenarkan pandangan yang dibiarkan itu, tetapi mengakui kebebasan serta hak-hak asasi para penganutnya (Masykur, 2001:5) Menurut Masykur Ada tiga macam sikap toleransi, yaitu: a. Negatif: Isi ajaran dan penganutnya tidak dihargai. Isi ajaran dan penganutnya hanya dibiarkan saja karena dalam keadaan terpaksa. Contoh: PKI atau orang-orang yang beraliran komunis di Indonesia pada zaman Indonesia baru merdeka. b. Positif: Isi ajaran ditolak, tetapi penganutnya diterima serta dihargai. Contoh: Anda beragama Islam wajib hukumnya menolak ajaran agama lain didasari oleh keyakinan pada ajaran agama Anda, tetapi penganutnya atau manusianya Anda hargai. c. Ekumenis: Isi ajaran serta penganutnya dihargai, karena dalam ajaran mereka itu terdapat unsur-unsur kebenaran yang berguna untuk memperdalam pendirian dan kepercayaan sendiri. Contoh: Anda dengan teman Anda sama-sama beragama Islam atau Kristen tetapi berbeda aliran atau paham. 5.
Prinsip Belajar Penelitian ini meneliti tentang suatu proses pembelajaran yang terdapat
dalam film Upin & Ipin season 1. Menurut Dalyono (2009: 203) terdapat 5 prinsip belajar yang dapat menunjang tumbuhnya cara belajar aktif: commit to user
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a.
Stimulus belajar Stimuli dapat berbentuk verbal/bahasa, visual, auditif, taktik, dan lain-lain.
b.
Perhatian dan Motivasi Perhatian dan motivasi merupakan prasyarat utama dalam roses belajar. Tanpa adanya perhatian dan motivasi, hasil belajar yang dicapai tidak akan optimal.
c.
Respon yang dipelajari Belajar adalah proses yang aktif, sehingga apabila siswa tidak dilibatkan dalam berbagai kegiatan sebagai respon siswa terhadap stimulus guru, tidak mungkin mencapai hasil belajar yang dikehendaki.
d.
Penguatan Setiap tingkah laku yang diikuti oleh kepuasan terhadap kebutuhan siswa akan mempunyai kecenderungan untuk diulang kembali manakala diperlukan.
e.
Pemakaian dan Pemindahan Pikiran manusia mempunyai kesanggupan menyimpan informasi yang tidak terbatas jumlahnya. Dalam hal penyimpanan informasi yang tak terbatas ini penting sekali pengaturan dan penempatan informasi sehingga dapat digunakan kembali apabila diperlukan.
commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6.
Elemen Belajar Selain prinsip belajar, dalam bukunya Dalyono (2009: 212) juga
dijelaskan tentang elemen proses belajar yang dibagi menjadi: a.
Belajar merupakansuatu perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk.
b.
Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman; dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar; seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang bayi.
c.
Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap; harus merupakan akhir dari suatu periode waktu yang cukup panjang.
d.
Tingkah
laku
yang
mengalami
perubahan
karena
belajar
menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti:
perubahan
dalam
pengertian,
pemecahan
suatu
masalahberpikir, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.
commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
7.
Aktivitas Belajar Dalam film Upin & Ipin season 1 ini terdapat suatu proses pembelajaran tentang budi pekerti dan toleransi. Beberapa aktivitas belajar menurut Dalyono (2009: 218-225) diantaranya: a.
Mendengarkan Dalam pergaulan terjadi komunikasi verbal berupa percakapan. Percakapan memberikan situasi tersendiri bagi orang-orang yang terlibat ataupun yang tidak terlihat tetapi secara tidak langsung mendengar informasi
b.
Memandang Setiap stimulus visual memberi kesempatan bagi seseorang untuk belajar.
c.
Meraba, Membau, dan Mencicipi/Mencecap Meraba, membau, dan mengecap adalah aktivitas sensoris seperti halnya pada mendengarkan dan memandang. Segenap stimulus yang dapat diraba, dicium, dan dicecap merupakan situasi yang memberikan kesempatan bagi seseorang untuk belajar.
d.
Menulis atau Mencatat Mencatat termasuk sebagai belajar yaitu apabila dalam mencatat itu orang
menyadari
kebutuhan
dan
tujuannya,
serta
menggunakansikap tertentu agar catatan itu nantinya berguna bagi pencapaian tujuan belajar. commit to user
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e.
Membaca Belajar memerlukan sikap, membaca untuk keperluan belajar harus pula menggunakan sikap.
f.
Membuat Ikhtisar atau Ringkasan, dan Menggarisbawahi Banyak orang yang merasa terbantu dalam belajarnya karena menggunakan ikhtisar-ikhtisar materi yang dibuatnya.
g.
Mengamati Tabel-tabel, Diagram-diagram dan Bagan-bagan Material
non-verbal
semacam
ini
sangat
berguna
dalam
mempelajari material yang relevan. h.
Menyusun Paper atau Kertas Kerja
i.
Mengingat Mengingat yang didasari atas kebutuhan serta kesadaran untuk mencapai tujuan belajar lebih lanjut adalah termasuk proses belajar.
j.
Berpikir Berpikir adalah termasuk proses belajar. Dengan berpikir, orang memperoleh penemuan baru, setidak-tidaknya orang menjadi tahu tentang hubungan antar sesuatu.
k.
Latihan atau Praktek Dalam kegiatan berlatih atau praktek, segenap tindakan subyek terjadi secara integratif dan terarah ke suatu tujuan. Hasil dari latihan atau praktek itu sendiri akan berupa pengalaman yang dapat mengubah diri subyek serta mengubah lingkungannya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
8.
41 digilib.uns.ac.id
Kerangka Berpikir Film merupakan serangkaian gambar hidup yang disertai dengan suara.
Menurut Van Zoest, sebuah film semata-mata dibangun dengan tanda (Van Zoest dalam Panuti Sudjiman dan aart van zoest, 1991:1). Tanda-tanda itu termasuk berbagai sistem tanda yang bekerjasama dengan baik untuk mencapai efek yang diharapkan.
Gambar yang dinamis dalam film, didukung dengan suara yang terkandung setiap alur ceritanya merupakan ikonisasi dan simbol bagi realitas yang dikonotasikannya (Sobur, 2004:128).
Mengingat bahwa tanda-tanda dalam film menggambarkan sesuatu realitas maka makna menjadi sangat penting, sehingga diperlukan sebuah analisa interpretasi terhadapnya. Untuk itu digunakan metode analisa semiotik.
Aplikasi metode analisa semiotik (merujuk pada signifikasi dua tahap Barthes) dalam penelitian ini berorientasi pada tujuan untuk menganalisis tanda-tanda yang mengandung penggambaran pembelajaran budi pekerti dan toleransi dalam serial film animasi ”Upin & Ipin season 1” yang diproduksi tahun 2007 oleh LES’ COPAQUE.
Sebuah film dibangun dari berbagai tanda-tanda yang terjalin sehingga membentuk cerita dan makna. Makna yang terdapat dalam film tersebut adalah misi yang hendak disampaikan pembuat film kepada para penontonnya. Makna yang terbentuk dari tanda-tanda tersebut dapat berupa makna denotatif atau commit to user
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
makna yang paling nyata atau makna konotatif yang memerlukan kedalaman interpretasi.
Pada tahap ini penulis memilih metode semiotika Roland Barthes sebagai pedoman analisis yang paling tepat. Berbagai pembelajaran budi pekerti dan toleransi yang ada di dalam film serial animasi “Upin & Ipin season 1” baik itu sifatnya nyata atau tersembunyi dan dianalisis berdasarkan tahap-tahap yang telah ditentukan yaitu tahap denotasi dan konotasi. Setelah melakukan analisis mitos maka penulis akan menangkap cerita atau misi dalam film tersebut. Bagan 1.5 Kerangka Pemikiran FILM UPIN & IPIN
PEMILIHAN SCENE Indikator Budi Pekerti dan Toleransi: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Berdoa (beriman dan bersyukur) Puasa (sabar) Permintaan maaf (jujur) Ikhlas Tenggang Rasa Pengendalian Diri
Semiotik Roland Barthes 1. Konotatif 2. Denotatifcommit to user
Makna
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
F.
Metode Penelitian
1.
Jenis Penelitian
Jenis Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan semiotika komunikasi. Metode kualitatif merujuk pada prosedur penelitian yang menghasilkan data deskripsi, apa yang ditulis dan dikatakan oleh orang dan tingkah laku yang diamati. Penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan secara tepat sifat-sifat individu, keadaan, gejala, atau frekuensi adanya hubungan tertentu antara suatu gejala dengan gejala lain di masyarakat (Koentjaraningrat, 1994:29).
Deskriptif analitik
digunakan karena pada tahap konotasi dalam penelitian ini, tidak hanya menganalisis temuan-temuan yang terlihat saja tetapi juga menganalisis dari tanda-tanda yang tidak terlihat yang dihubungkan dengan nilai-niali budaya, kebiasaan masyarakat, teori-teori yang berhubungan dengan penelitian.
Penelitian kualitatif tidak bekerja dengan mengolah data atau dalam bilangan yang ditransformasikan menjadi bilangan / angka, tidak diolah dengan rumus atau ditafsirkan atau diinterpretasikan sesuai ketentuan statistik atau matematik. Seluruh rangkaian kerja dari proses penelitian ini berlangsung serempak dan dilakukan dalam bentuk pengumpulan, pengolahan, dan menginterpretasikan sejumlah data yang bersifat kualitatif (Koentjaraningrat, 1994:29).
commit to user
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2.
Metode Penelitian
Untuk mencapai titik pemaknaan pesan yang disampaikan yang mencerminkan pembelajaran budi pekerti dan toleransi dalam film animasi “Upin & Ipin season 1”
maka penulis menggunakan metode semiotik.
Semiotika adalah cara (means), teknik (tehnique), dan metode (method) untuk menganalisa dan menginterpretasi segala bentuk tanda yang terkandung di dalam media massa maupun non media massa dimana makna tanda diderivikasikan dari hubungan-hubungan dan konteks-konteks (Berger, 1995:132).
Dengan metode semiotika penelitian ini dititikberatkan tidak pada pemusatan
transmisi pesan, melainkan kepada peranan komunikasi dalam
memantapkan dan memelihara nilai-nilai dan bagaimana nilai-nilai tersebut memungkinkan proses komunikasi memiliki makna.
Untuk mendapatkan deskripsi semiotik, maka data yang didapat dihubungkan dengan proposisi teoritis yang sudah dibangun, diorganisasikan dalam kerangka semiotik, kemudian diinterpretasikan. Selanjutnya, dilakukan pengecekan ulang baik terhadap data maupun terhadap konsep dan teori. Makna yang akan diidentifikasi, yang pertama adalah makna denotatif, yaitu apa yang diungkapkan oleh tanda-tanda secara literal atau common sense. Common sense adalah makna yang mengambang dan bisa dibaca dari permukaan. Sehingga makna denotasi merupakan makna yang peling nyata dari tanda atau makna harafiah.commit to user
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Selanjutnya akan diidentifikasi makna-makna yang tersembunyi di balik permukaan tersebut serta bagaimana makna-makna konotasi tersebut dikonstruksikan. Asosiasi-asosiasi makna atau kode-kode apa saja yang digunakan untuk memunculkan makna tersebut.
Kehadiran komunikasi massa menjadi faktor lahirnya metode analisis semiotik. Film merupakan salah satu media komunikasi massa yang dibangun dengan tanda-tanda (Van Zoest, 1993 dalam Sobur, 2004:128). Tanda-tanda itu termasuk berbagai sistem yang bekerja sama baik untuk mencapai efek yang diharapkan. Film adalah bidang kajian yang amat relevan bagi analisis semiotik.
Penulis akan mengimplementasikan kaidah-kaidah semiotik dalam konteks film “Upin & Ipin Season 1”. Dimana symbol dan signal akan ditelusuri dari korpus penelitian dalam kaitan terhadap pembelajaran budi pekerti anak. Penguraian elemen penyusun tanda (sign, symbol, dan signal) tersebut dapat berupa apapun yang terdapat dalam film “Upin & Ipin Season 1” yang menggambarkan pembelajaran budi pekerti terhadap anak, seperti dialog, adegan, setting dan lain sebagainya. Elemen-elemen tersebut nantinya akan dikumpulkan dalam suatu korpus yang akan memudahkan penulis dalam melakukan penelitian.
commit to user
46 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3.
Obyek Penelitian
Peneliti melakukan penelitian dengan mengambil adegan-adegan (yang juga disebut sebagai scene) dalam film
“Upin & Ipin Season 1”
yang
menggambarkan pembelajaran budi pekerti terhadap anak yang diproduksi LES’ COPAQUE keluaran tahun 2007 terbitan oleh H. Burhanuddin bin Md Radzi dan Hj. Ainon binti Ariff. Film ini dibuat oleh Malaysia dengan tokoh utama Upin & Ipin sebagai anak kembar yatim piatu yang hidup bersama nenek (Opah) dan seorang kakak perempuan (Kak Ros). Dalam film ini Upin sebagai kakak dan Ipin sebagai adik. Film “Upin & Ipin Season 1” terdapat 6 episode yang masing-masing berdurasi 4-5 menit.
4.
Tehnik Pengumpulan Data a. Pengamatan dan Korpus Simbol dari film ini yang akan dijadikan obyek penelitian dari penulis
adalah aspek sinematografi yang ditampilkan dalam film sebagai ekspresi simbolik. Dari hal pemaknaan tanda ataupun simbol dalam film ataupun media, tidak hanya dilihat dari aspek sosialnya saja. Aspek sinematografi (teknik pengambilan gambar) juga memiliki andil. Aspek sinematografi dalam perfilman mencakup berbagai teknik yang digunakan untuk membangun suatu penggambaran dari cerita yang ingin disampaikan dan untuk mendukung naratif serta estetik sebuah film (Pratista, 2008: 89).
commit to user
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan melihat dan mengamati secara seksama film “Upin & Ipin Season 1” yang terdapat 6 episode dan setiap episode akan dipilih untuk diteliti dengan mengumpulkan dan menyusun korpus. Korpus dalam penelitian ini berupa scene-scene dalam film “Upin & Ipin Season 1” yang di dalamnya terdapat unsur-unsur yang berkaitan dengan pembelajaran budi pekerti dan toleransi. Korpus sebagai sarana representasi simbol yang difokuskan dalam simbol audio visual film, meliputi:
1. Visual Image Segala sesuatu yang tertuang didalam frame yang komposisional pada suatu shot, berupa perpaduan elemen desain yang berbeda, dan merupakan gambar yang bergerak. Gerakan akan menghasilkan makna. Visual Image dibangun oleh visual styles seperti warna, ekspresi, keseimbangan, gerak dan ruang. Image ini direpresentasikan dari karakter internal dan eksternal yang berasal dari image lain di dalam film maupun pengetahuan tentang film lain. Dimana karakter internal tersebut termasuk di dalamnya adalah komposisi visual dan kamera movement, setting, lighting dan editing
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
48 digilib.uns.ac.id
2. Sumber Suara Dalam hal ini suara dapat menampilkan ekspresi melalui karakteristiknya sebagaimana referensinya terhadap konteks film secara keseluruhan. Suara akan membawa implikasi dan efek emosional sendiri, serta makna dari sebuah film. Suara yang akan sebagai bahan penelitian difokuskan pada dialog yang dilakukan tokoh yang relevan dengan pemikiran yang akan dilakukan. a. Sound Effect Sound Effect meliputi semua suara-suara atau bunyi-bunyian yang terdapat dalam Film tersebut. b. Narasi Narasi merupakan teks/cerita pengantar yang cenderung menjelaskan tentang gambar yang tengah ditayangkan dalam Film. 3. Dunia Rekaan Berupa karakter, yaitu kesan tokoh atau kepribadian yang ditampilkan, yang beraksi dan mempunyai persepsi serta emosi. Lokasi, periode waktu dapat membangun setting yang diciptakan dalam film.
b. Studi Dokumenter dan Pustaka Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan klasifikasi bahanbahan tertulis yang berhubungan dengan konsep penelitian. Studi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
49 digilib.uns.ac.id
dokumenter meliputi artikel-artikel, situs internet dan buku-buku tentang rumusan masalah penelitian. 5.
Sumber Data a. Data Primer Data primer diambil dari Beberapa scene pada film “Upin & Ipin Season 1”. Yang didalamnya terdapat unsur-unsur yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu pembelajaran budi pekerti dan toleransi. b. Data Sekunder Data sekunder didapatkan dengan cara mengambil dari berbagai sumber berupa tulisan artikel, buku-buku, sumber-sumber dari internet yang berkaitan dengan objek penelitian yang dapat mendukung penelitian ini.
6.
Analisis Data Penelitian ini bersifat kualitatif dengan menggunakan metode semiotika
Roland Barthes. Peneliti akan mengambil adegan-adegan dari film “Upin & Ipin Season 1” yang mengandung penggambaran pembelajaran budi pekerti terhadap anak sesuai dengan konsep dan kategori yang menjadi acuan peneliti. Dari adegan tersebut kemudian dianalisa dengan analisa semiotika Roland Barthes. Untuk mendapatkan deskripsi semiotik, maka data yang didapat dihubungkan dengan proposisi teoritis yang sudah dibangun, diorganisasikan dalam kerangka semiotik, kemudian Selanjutnya, dilakukan commitdiinterpretasikan. to user
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pengecekan ulang baik terhadap data maupun terhadap konsep dan teori. Langkah-langkah analisa data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a.
Peneliti melakukan pengamatan mendalam dan mengenali lebih jauh tanda-tanda komunikasi yang terdapat dalam Film animasi Upin & Ipin baik berupa audio maupun visualnya berupa lambang-lambang serta unsur sinematografi.
b.
Dari data yang telah didapat berupa korpus yang di dalamnya terdapat scene-scene yang merepresentasikan pembelajaran budi pekerti dan toleransi untuk selanjutnya dijelaskan makna denotasinya. Makna denotasi merupakan sistem signifikasi tingkat pertama, yaitu apa yang digambarkan tanda terhadap sebuah obyek.
Denotasi didapat dari
pengamatan langsung dari tanda-tanda yang ada yang menghasilkan makna nyata, makna yang sebenarnya hadir. c.
Kemudian berdasarkan makna denotasi yang telah didapatkan maka akan didapat makna-makna konotasi dari lambang-lambang komunikasi yang ada. Makna konotasi merupakan penciptaan makna lapis kedua yang terbentuk ketika lambang denotasi dikaitkan dengan aspek psikologis, seperti perasaan, emosi, atau keyakinan. Karena pada dasarnya penanda konotasi dibangun dari tanda-tanda dari sistem denotasi. Biasanya beberapa
tanda
denotasi
dapat
dikelompokkan
bersama
untuk
membentuk satu konotator tunggal; sedang petanda konotasi berciri sekaligus umum, global,commit dan tersebar. to userPetanda ini memiliki komunikasi
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang sangat dekat dengan budaya, pengetahuan, dan sejarah (Kurniawan, 2001: 68). Maka pada akhirnya berdasarkan makna-makna yang berlaku di dalam masyarakat peneliti mendapatkan makna konotasi Film animasi Upin & Ipin tersebut. d.
Untuk dapat membongkar sebuah makna ideologis dari praktik pertandaan,
diperlukan
prinsip-prinsip
intertektualitas
dan
intersubyektifitas. Teks dalam pengertian umum adalah dunia semesta ini, bukan hanya teks tertulis atau teks lisan. Adat istiadat, kebudayaan, film, iklan secara pengertian umum adalah teks. Dimulai dengan analisis bersifat teknis (kode-kode verbal dan nonverbal dalam iklan), kajian semiotika senantiasa menghubungkan isi teks dengan ”teks” lain berupa isi media lain dan bahkan fenomena sosiokultural masyarakat yang lebih luas. Asumsi dasar interteks adalah sebuah teks tidak dapat dilepaskan sama sekali dari teks lain atau tidak dapat berdiri sendiri (Endraswara, 2003:131). Prinsip intertekstualitas adalah di dalam suatu teks terdapat suatu teks lain yang dipengaruhi oleh latar belakang teks tersebut. Begitu pula dengan intersubyektifitas, pemaknaan terhadap suatu teks akan dipengaruhi oleh latar belakang dan pola pikir subyek lain yang memaknai teks tersebut sebelumnya, sehingga akan mempengaruhi hasil dari pemaknaan teks tersebut.
commit to user
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Analisis
dilakukan
per-scene
yang
menunjukkan
penggambaran
pembelajaran budi pekerti dan toleransi dalam film “Upin & Ipin Season 1”. Kemudian dianalisis mulai dari makna denotasi, konotasi. Kesimpulan dibuat berdasarkan analisis semiotik yang dilakukan perscene yang mengandung penggambaran pembelajaran budi pekerti dan toleransi. Dan setelah didapat hasil analisa penggambaran pembelajaran budi pekerti dan toleransi dalam film “Upin & Ipin Season 1” kemudian hasil analisa dari film tersebut dapat diambil suatu kesimpulan tentang penggambaran pembelajaran budi pekerti dan toleransi dalam film “Upin & Ipin Season 1”
commit to user
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II DESKRIPSI FILM UPIN & IPIN SEASON 1
A. Latar Belakang Film Upin & Ipin Season 1
Pada awalnya film Upin & Ipin season 1 termasuk dalam gagasan film “Geng: Pengembaraan Bermula”, Upin & Ipin dibuat oleh Mohd Nizam Abdul Razak, Mohd Safwan Abdul Karim dan Usamah Zaid, para pemilik Les ‘Copaque. Upin & Ipin pada saat itu ditayangkan khusus untuk menyambut Ramadhan pada tahun 2007 untuk mendidik anak-anak mengenai arti dan kepentingan bulan suci. Sambutan meriah terhadap kartun pendek ini mendorong Les ‘Copaque agar menerbitkan satu sesi lagi
menyambut
Ramadhan
yang
berikutnya
(http://www.upindanipin.com.my/)
B. Latar Belakang Produksi Les ‘Copaque adalah sebuah organisasi pembuatan animasi 3 dimensi yang berada di Syah Alam, Selangor, Malaysia. Les ‘Copaque bukan hanya mengerjakan proyek animasi bahkan menjadi organisasi pembuatan secara penuh yang mengerjakan dari ide, gagasan, rekaman suara hingga pasca produksi yang disertakan dengan karya animasinya. Studio ini banyak mempekerjakan tenaga-tenaga muda berbakat. commit to user
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Les ‘Copaque didirikan pada bulan Desember 2005 menjadi ujung tombak industri animasi Malaysia dan menyediakan kesempatan bagi lulusan lokal untuk menunjukkan kemampuan mereka. Les ‘Copaque mengkhususkan diri dalam memproduksi animasi 3D berkualitas tinggi dengan
gambar
lokal
tetapi
memiliki
daya
tarik
global
(http://id.wikipedia.org/wiki/Les%27_Copaque)
C. Seputar Film Serial Animasi Upin & Ipin Upin & Ipin adalah serial animasi tentang sepasang anak kembar 5 tahun bernama Upin & Ipin yang menghadapi pengalaman pertama mereka berpuasa di bulan Ramadhan. Hal ini diceritakan sedemikian rupa dari sudut pandang mereka
yang sederhana, lucu dan kocak. Nenek
mereka, Opah dan kakak mereka, Ros akan memberi mereka nasihat dan bimbingan selama cerita berlangsung. Nilai-nilai yang baik akan mudah dipahami oleh anak-anak dan akan berkesan mendalam pada mereka karena dikaitkan melalui alur cerita secara halus. Meskipun serial ini dibuat untuk ditayangkan selama bulan Ramadhan, mereka juga cocok ditampilkan sepanjang tahun karena mengandung nilai-nilai moral dan pendidikan bagi anak-anak.
Penghargaan atas Film Serial Animasi Upin & Ipin 1. 2007 Festival Film Antar Bangsa Kuala Lumpur : Animasi Terbaik commit to user
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. 2009 Anugrah Shout : Best On-Screen Chemistry 3. 2010 Indonesian Kids Choise Awards D. Tokoh dalam Film Animasi Upin & Ipin Nama : Upin & Ipin Pengisi suara : Nur Fathiah Diaz Keterangan : Upin dan Ipin adalah dua saudara kembar asal Melayu yang tinggal bersama kakak dan Opah mereka dalam sebuah rumah di kampung
Durian
Runtuh.
Mereka
kehilangan ayah dan ibunya ketika masih bayi. Upin lahir lima menit lebih awal dari Ipin. Untuk membedakan sudara kembar yang berkepala botak ini, Upin memiliki sehelai rambut dikepalanya dan selalu memakai baju
kuning
yang
tertulis
huruf
U,
sementara Ipin tidak memiliki rambut, memakai baju biru yang tertulis huruf I, dan selalu memakai kain merah di lehernya
commit to user
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Nama : Kak Ros Pengisi Suara : Noor Ezdiani Fauwzi Keterangan : Merupakan kakak sulung dari Upin dan Ipin. Dari luar dia tampak galak, tapi sebenarnya ia adalah seorang kakak yang penuh kasih sayang. Dia suka mengambil kesempatan untuk mempermainka adikadiknya.
Nama : Opah Pengisi Suara : Hjh. Ainon Ariff Keterangan : Merupakan nenek dari Upin, Ipin dan Ros. Beliau
berhati
bersih
dan
sering
memanjakan Upin dan Ipin. Ia mengetahui banyak hal duniawi dan keagamaan. Ia lebih sering dipanggil Opah.
commit to user
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Nama : Mei-Mei Pengisi suara : Yap Ee Jean Keterangan : Merupakan seorang keturunan Cina yang sopan, rajin, dan pintar dikalangan temanteman Upin dan Ipin. Mei-Mei adalah anak terpintar
di
kelasnya.
pertama
Upin
&
Dalam Ipin,
musim
meskipun
berketurunan Cina dan bukan beragama Islam, melainkan Agama Konghucu. Mei Mei sempat mengingatkan Upin dan Ipin agar tidak membangkitkan kemurkaan Tuhan mereka' dengan tidak berpuasa.
Nama : Mohammad Al Hafezzi (Fizi) Pengisi suara : Ida Rahayu Yusoff Keterangan : Salah satu teman Upin dan Ipin yang selalu penuh
dengan
keyakinan
dan
amat
dimanjakan oleh orangtuanya. Kadang ia lebih kelihatan menyombongkan diri dan mengejek.
commit to user
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Nama : Ehsan bin Azaruddin Pengisi suara : Mohd. Syahmid Abdul Hamid Keterangan : Ehsan adalah sepupu Fizi yang tinggal di sebelah rumahnya. Dia juga menyandang jabatan sebagai ketua kelas. Meskipun suka makan,
menyendiri
dan
cerewet,
dia
tetaplah seorang kawan yang setia.
Nama : Kakek Dalang (Isnin bin Khamis) Pengisi suara : Abu Shafian Abdul Hamid Keterangan : Merupakan
ketua
penghulu
kampung
Durian Runtuh dan dalang wayang kulit yang berkali-kali menjuarai pertandingan wayang kulit. Kakek Dalang banyak diminta pertolongannya oleh Upin, Ipin dan
kawan-kawan,
disamping
emberi
nasihat kepada mereka. Kakek Dalang mempunyai beberapa pohon rambutan untuk dijual buahnya dan seekor ayam jantan peliharaan bernama Rembo.
commit to user
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Nama : Rajoo Pengisi suara : Kannan a/l Rajan Keterangan : Merupakan anak laki-laki pak Muthu. Seorang teman karib Upin dan Ipin yang berusia lima tahun lebih tua dari saudara kembar itu dan oleh karena itu seolah-olah menjadi kakak mereka. Rajoo mempunyai seekor lembu yang bernama Sapy yang juga dijadikan alat pengangkut pribadinya.
Nama : Salleh (Sally) Pengisi suara : Ros Hasrol Ahmad Keterangan : Terkenal sebagai laki-laki feminin yang galak dan sirik
commit to user
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
E. Kru Dalam Film Animasi Upin & Ipin Season 1
CAST Nur Fathiah Diaz
sebagai
Upin & Ipin
Noor Ezdiani Fauwzi
sebagai
Kak Ros
Hjh. Ainon Ariff
sebagai
Nenek ( Opah )
Yap Ee Jean
sebagai
Mei-Mei
Ida Rahayu Yusoff
sebagai
Fizi
Mohd. Syahmid Abdul Hamid
sebagai
Ehsan
Abu Shafian Abdul Hamid
sebagai
Kakek Dalang
Kannan a/l Rajan
sebagai
Rajoo
Ros Hasrol Ahmad
sebagai
Salleh
PRODUCTION Penerbit
: Hj. Burhanuddin bin Md Radzi Hjh. Ainon binti Arif
Director
: Mohd Nizam bin Abd Razak
Technic Director
: Mohd Safwan bin Ab Karim
Animation Director
: Muhammad Usamah Zaid bin Yasin
Animator
: Jefry bin Mahadi Affandi Kee Yong Pin Nazrul Hadi bin Nazlan commit to user
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Alexander Teoh Yen Hao Co. Animator
: Yap Ee Jean Choy Seng Kee Mohd Shafiq bin Mohd Isa Mohd Faiz bin Mohd Hanafiah Zdubir bin Mohammed Zakaria Mohamad Syazwan bin Mohamad Shukri Mohd Syafiq bin Abd Malek Ahmad Hafiz bin Latif Nasrul Hakim bin Mohamad
Sound
: Noor Ezdiani binti Ahmad Fawzi
Music
: Wong Yu-Ri (Mushroom Music)
Script Writer
: Muhammad Anas bin Abdul Aziz Ehsan bin Azharuddin
Story Board
: Fuad bin Md Din Ida Rahayu binti Isop@Yusoff
3D Model
: Mohd Safwan bin Ab Karim Tan Shiek Wei Mohd Rukhairy bin Abdul Rahman Abdul Azim bin Abdul Halim
Art Character
: Tan Shiek Wei Hazwan Ahmad bin Sri Nusa Ahmad Sharil bin Adnan commit to user
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Render
: Mohd Zarin bin Abdul Karim Tang Ying Sowk
Marketing
: Mohd Al Hafizi bin Abu Bakar
Administrator
: Khairiah Hafizan binti Mazhar
Diproduksi Oleh
: Les Copaque Production
Tahun Produksi
: 2007
commit to user
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III ANALISIS DATA
Analisis data merupakan suatu bagian yang menuju titik akhir dari sebuah penelitian. Analisis data merupakan proses pengorganisasian, pengelompokan, dan pengurutan atas data yang ada kedalam suatu kategori tertentu dan kemudian memaknainya melalui metode analisa yang dipilih. Pada penelitian ini, analisis data dilakukan dengan menghadirkan korpus berupa unsur-unsur sinematografis dalam bentuk scene yang terdapat dalam film. Analisis dilakukan melalui sudut pandang sinematografis secara denotatif yang meliputi tampilan visual image dan sound untuk mendapatkan makna denotasi. Visual image sebagai wujud dari komunikasi non verbal meliputi komposisi visual (visual composition), pergerakan kamera (camera movement), latar waktu dan tempat (setting), serta pencahayaan (lighting). Sedangkan sound meliputi suara latar (backsound), baik berupa musik maupun special effect lainnya. Kedua, analisis dilakukan dari sudut pandang sinematografis secara konotatif terhadap visualisasi film sebagai tahapan analisis sosial dan budaya, sehingga dapat diperoleh makna konotasi Analisa terhadap film “Upin & Ipin Season 1” yang menjadi obyek dalam penelitian ini dilakukan dengan mengartikan dan memaknai pesan yang terdapat dalam tanda-tanda di film yang menunjukkan pembelajaran budi pekerti dan toleransi. Beberapa adegan yang dianggap menggambarkan pembelajaran budi pekerti dan toleransi dipilih dan dibingkai untuk kemudian dianalisis dengan commit to userpembelajaran tersebut. metode semiotika dalam melihat penggambaran
perpustakaan.uns.ac.id
64 digilib.uns.ac.id
Tanda tersebut terangkai dalam scene-scene yang memberikan makna secara lebih mendalam yang akhirnya dapat ditentukan mana yang akan menjadi scene kunci. Proses interpretasi simbol akan dilakukan dengan memilih scene-scene kunci yang dianggap dapat mewakili kategorisasi yang telah ditentukan sebelumnya. Pemilihan scene kunci ini akan dilakukan se-proporsional mungkin yang disesuaikan dengan tujuan penelitian. Menurut teori Barthes, makna denotasi merupakan sistem signifikasi tingkat pertama, sementara konotasi merupakan tingkat kedua. Dalam hal ini denotasi justru lebih diasosiasikan dengan ketertutupan makna dan dengan demikian, sensor atau represi politis. Konotasi menurut Barthes identik dengan operasi ideologi, yang disebutnya sebagai mitos dan berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu periode tertentu (Sobur, 2004: 70). Makna denotasi dapat ditemukan dari hubungan antara penanda dan petanda dalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal, misalnya untuk gambar teknis, informasi ataupun aspek-aspek yang berkaitan dengan produksi, cenderung digunakan tanda-tanda visual yang bersifat denotatif. Sedangkan makna konotasi menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan seseorang; maka untuk hal-hal yang bermuatan ekspresi, seperti bentuk, citra, motif, ornament ataupun hal-hal yang bersentuhan dengan aspek humanisitis. Pada konotasi, aspek ekspresi jauh lebih besar dibanding muatan pengertian yang terdapat dalam denotasi. Oleh karena itu, makna denotasi dapat dikatakan sebagai makna yang sebenarnya sesuai dengan obyek atau citra tersebut dan commit to user
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
makna konotasi mengungkap makna yang tersembunyi dalam suatu teks. Tandatanda denotasi yang telah muncul kemudian menjadi penanda (signifier) konotasi. Setelah menguraikan makna denotasi yang terkandung dalam film Upin & Ipin season 1, maka dilakukan analisis lebih lanjut dengan proses signifikasi tingkat kedua. Pemaknaan tahap kedua ini, bermaksud mengungkapkan makna tersembunyi yang terdapat dalam sebuah teks. Selanjutnya, peneliti mencoba memahami makna yang terkandung dalam film Upin & Ipin, dengan mengamati tanda-tanda audio dan visual secara lebih seksama. Dalam penelitian ini, korpus peneitian yang terdiri dari scene yang dipilih dan mewakili pembelajaran budi pekerti dan toleransi.
A. Analisis Film Upin dan Ipin Season 1 Film ini berdurasi 26 menit 28 detik dimana didalamnya dibagi menjadi beberapa episode. Masing masing episode berdurasi antara 3 hingga 5 menit yang di dalamnya terdapat pesan-pesan tentang pembelajaran budi pekerti dan toleransi yang berbeda-beda. 1.
Korpus 1 Episode 1 Scene 1
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
66 digilib.uns.ac.id
a. Makna Denotasi Scene ini diawali dengan gambar 4 orang anak sedang bermain kelereng bersama yang ber-setting halaman yang menggambarkan keadaan sore hari. Gambar ini menggunakan pengambilan long shot. Visualisas berikutnya adalah gambar seorang anak yang bernama Rajoo terlihat sedang serius melakukan gilirannya bermain, visualisasi ini menggunakan pengambilan medium shot. Adegan selanjutnya berupa gambar Ipin dan Ipin yang menghela nafas menunggu giliran bermain yang kemudian diiringi dengan suara adzan maghrib dari kejauhan, kemudian Upin mengingatkan Ipin Untuk bergegas pulang dengan mengatakan “Ish Maghrib! cepat balik!” lalu mereka memunguti kelereng dan berlari pulang sehingga membuat Rajoo dan Mei-Mei kaget. Kemudian diikuti gambar Rajoo yang berteriak “hey tunggu!”. Visualisasi scene ini diikuti dengan gambar Upin dan Ipin yang akan masuk rumah disambut oleh Kak Ros yang menyuruh Upin dan Ipin “ha! cepat masuk mandi, lepas sembahyang, mengaji!” yang artinya adalah menyuruh Upin dan Ipin untuk segera mandi kemudian dilanjutkan dengan ibadah sholat maghrib yang diteruskan dengan mengaji. Adegan diikuti dengan gambar Kak Ros menutup jendela rumah. Kemudian scene ini ditutup dengan teknik fade out.
b. Makna Konotasi Scene ini diawali dengan gambar empat orang anak, Upin, Ipin, Rajoo dan Mei-mei yang sedang bermain kelereng. Gambar ini menggunakan commit to user
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tehnik pengambilan long shot dan ber-setting sore hari. Long shot ini digunakan sebagai establishing shot, yakni sebagai shot pembuka sebelum digunakan shot-shot yang berjarak lebih dekat (Pratista, 2008: hal 105). Setting dapat memberikan informasi waktu, era atau musim sesuai konteks naratifnya (Pratista, 2008: hal 67). Kemudian diikuti dengan gambar medium shot yang menunjukkan Rajoo masih tertarik melakukan gilirannya bermain. Medium shot ini digunakan untuk menunjukkan gestur atau ekspresi wajah Rajoo yang tertarik dalam bermain kelereng (Pratista, 2008: hal 105). Ekspresi Rojoo yang menatap lama dan tetap pada kelereng yang dimainkan mengisyaratkan bahwa Rajoo sangat tertarik untuk melakukan gilirannya. Ekspresi menatap lama dan tetap pada obyek mengisyaratkan ketertarikan (Horriyah, 2010: 86). Adegan dilanjutkan dengan Upin dan Ipin yang sedang terlihat bosan menuggu giliran, namun kemudian dari kejauhan terdengar suara adzan maghrib (backsound adzan) langsung seketika itu juga Upin terhenyak dan teringat bahwa hari sudah menjelang petang dan mengingatkan Ipin untuk segera pulang dengan kalimat “Ish Maghrib! cepat balik!” yang kemudian tanpa basa-basi Upin dan Ipin segera memunguti kelerengnya dan berlari pulang. Sorot mata layu yang di ekspresikan Upin dan Ipin mengisyaratkan bahwa keduanya bosan menunggu Rajoo yang terlalu lama menggunakan gilirannya bermain. Sorot mata yang layu tidak bisa dibuat-buat agar tampak bahwa orang tersebut mengantuk atau bosan (Horriyah, 2010: 115). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
68 digilib.uns.ac.id
Visualisasi kemudian diikuti gambar Rajoo yang berteriak “hey tunggu!” yang menggunakan tehnik deep focus. Deep focus ini digunakan untuk memberi kesan sebuah aksi yang sama pentingnya baik latar maupun latar belakang (Pratista, 2008: hal 97). Sampai di depan rumah terlihat sosok Kak Ros di jendela rumah dan mengatakan “ha! cepat masuk mandi, lepas sembahyang, mengaji!” kepada Upin dan Ipin dengan volume suara yang naik, selanjutnya scene ini ditutup dengan teknik fade out. Fade out umumnya digunakan untuk menutup sebuah adegan (Pratista, 2008: 126). Scene tersebut mencerminkan bagaimana Upin dan Ipin yang tengah asyik bermain bersama teman-temannya tetap mengingat tentang pentingnya kedisiplinan yang merupakan salah satu bagian dari budi pekerti. Seseorang dikatakan disiplin apabila melakukan pekerjaan dengan tertib dan teratur sesuai dengan waktu dan tempatnya, serta dikerjakan dengan penuh kesadaran, ketekunan, dan tanpa paksaan dari siapapun atau ikhlas (Zuriah, 2007:83). Ini terlihat saat Upin mendengar suara adzan dan langsung mengajak Ipin untuk segera pulang karena menyadari bahwa hari sudah mulai petang yang mana tidak baik bagi anak-anak seusia mereka untuk tetap bermain. Scene ini juga mengingatkan anak-anak yang menonton acara ini akan pentingnya keimanan. Hal ini terlihat saat Kak Ros mengingatkan Upin dan Ipin untuk segera mandi lalu bersembahyang dan tidak lupa diikuti dengan mengaji. Penggunaan suara Kak Ros yang tinggi terkesan mempertegas pesan yang disampaikan dalam kalimat ini akan pentingnya keimanan commit to user
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(Pratista, 2008: 157). Beriman termasuk salah satu unsur budi pekerti. Beriman merupakan sikap dan perilaku yang menunjukkan keyakinan akan adanya Tuhan Yang Maha Esa. Ini diwujudkan dengan kepatuhan dan ketaatan dalam melaksanakan perintah Tuhan dan menjauhi segala larangan-Nya (Zuriah, 2007:83).
2.
Korpus 2 Episode 1 scene 2
a. Makna Denotasi Scene ini diawali dengan gambar rumah dengan menggunakan teknik extreme long shot dan ber-setting malam hari dan menggunakan noise suara jangkrik disertai dengan masuknya suara televisi degan teknik offscreen sound “dengan ini, menyatakan bahwa esok awal dimulainya puasa”. Diikuti dengan visualisasi berikutnya berupa gambar Upin dan Ipin sedang makan yang diiringi dengan pertanyaan Ipin kepada kakaknya “Kak Ros buka tivi berapa tu?” yang kemudian disambut dengan jawaban offscreen sound dari Kak Ros “tv9”. Gambar berikutnya berupa visualisai Ipin yang mengatakan “ha, bagus-bagus” sambil mengangguk-anggukkan kepala. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
70 digilib.uns.ac.id
Adegan selanjutnya adalah gambar suasana meja makan dengan Upin, Ipin, Opah yang di ikuti dengan masuknya Kak Ros dalam frame. Scene ini diikuti dengan gambar Kak Ros yang hendak duduk di samping Opah sambil berkata kepada Opah “Opah, esok dah mulai puasa” dan dilanjutkan dengan Opah yang berkata kepada Upin dan Ipin “ha, kau orang berduapun kena puasa”, gambar ini menggunakan teknik medium shot. Visualisasi berikutnya dilajutkan dengan gambar medium shot sosok Upin dan Ipin yang sedang makan, kemudian Upin terlihat terkejut dan bertanya “ha! Puasa?” sambil berusaha memanggil Ipin yang sedang asyik makan dan hanya menjawab “oh, boleh boleh boleh” dan diikuti Upin yang bertanya kepada Opah “puasa tu apa Opah?”. Adegan berikutnya berupa gambar medium close-up sosok Opah yang menjawab “puasa tu,kita tak boleh makan tak boleh minum dari pagi saaampai petang, paham?”. Kemudian dilanjutkan dengan visualisasi Ipin yang kaget dan berkata “ha!? tak boleh makan? matilah?” dengan ekspresi takut, gambar ini menggunakan teknik medium close-up. Disusul dengan visualisasi Kak Ros yang sedang mengambil nasi sambil menjawab “halah, tak ada matinya” Visualisasi dilanjutkan dengan gambar medium close-up Upin dan Ipin yang disusul pertanyaan Upin “kenapa kita harus puasa Opah?” sambil terlihat Ipin yang memeluk ayam goreng. Scene ini diikuti dengan gambar keadaan meja makan yang kemudian diisi perkataan Opah “orang Islam wajib puasa, Tuhan suruh” gambar ini menggunakan teknik medium longshot. Visualisasi dilanjutkan dengan gambar medium close-up sosok Opah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
71 digilib.uns.ac.id
yang melanjutkan perkataannya “supaya kita tahu macam mana rasanya orang yang kelaparan” dengan ekspresi serius. Adegan dilanjutkan dengan gambar Upin dan Ipin yang kembali bertanya “tapi Opah, kita kan kecik lagi” yang di iringi anggukkan Ipin, gambar ini mengggunakan teknik medium shot. Kemudian diikuti dengan gambar Opah dan Kak Ros yang diisi dengan Opah menjawab “ya lah, kecik-kecik lah kena belajar puasa”. Visualisasi berikutnya adalah gambar medium shot sosok Upin dan Ipin dimana Ipin menjawab “betul betul betul” sambil asyik memakan makanannya, disusul dengan ekspresi kesal Upin kepada Ipin. Visualisasi diikuti gambar yang menampakkan Opah dan Kak Ros, dimana Opah berkata “ha, malam ni tidur awal, besok pagi keda bangun sahur”. Kemudian masih dengan ekspresi kesal kepada Ipin, Upin kembali bertanya “sahur tu, apa pula?” gambar ini menggunakan teknik medium close-up. Visualisasi kemudian berpindah kepada Opah yang menjawab “sahur tu, pagi-pagi kita bangun, kita makan, kita minum nah nanti bolehlah tahan puasa”. Kemudian dilanjutkan dengan gambar ruang makan dengan teknik long shot dengan disertai perkataan Opah “ha dah dah habiskan makanan tu cepat” lalu scene ditutup dengan fade out.
b. Makna Konotasi Scene ini diawali dengan gambar rumah dengan menggunakan teknik extreme long shot dan ber-setting malam hari. Extreme long shot umumnya untuk menggambarkan sebuah obyek yang sangat jauh atau panorama yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
72 digilib.uns.ac.id
luas (Pratista, 2008: 105). Setting dapat memberikan informasi waktu, era atau musim sesuai konteks naratifnya (Pratista, 2008: hal 67). Selain itu, scene ini juga diawali dengan menggunakan noise berupa suara jangkrik disertai dengan masuknya suara televisi berupa offscreen sound “dengan ini, menyatakan bahwa esok awal dimulainya puasa”. Noise salah satu fungsinya adalah sebagai pengisi suara latar, penonton sebisa mungkin mendengar apa yang seharusnya mereka dengar di sebuah lokasi cerita, sehingga terdengar nyata layaknya seperti pada lokasi sesungguhnya (Pratista, 2008:156). Offscreen sound merupakan suara yang berasal dari luar frame. Offscreen sound dapat dimanfaatkan sineas sebagai efek kejutan, ketegangan, informasi cerita, dan sebagainya (Pratista, 2008: 161). Dalam hal ini offscreen sound ditujukan sebagai informasi cerita bahwa dalam setting tersebut akan menjelang puasa di keesokan harinya. Adegan berlanjut dengan gambar keadaan di dalam ruang makan dimana Upin, Ipin, Kak Ros dan Opah makan malam bersama dan kemudian dibuka oleh perkataan Kak Ros kepada Opah dimana Kak Ros mengingatkan bahwa besok sudah mulai puasa yang kemudian dilanjutkan dengan Opah yang memberitahu bahwa Upin dan Ipin juga harus melaksanakan puasa. Hal ini ditanggapi Upin dan Ipin dengan kaget dengan ekspresinya yang kemudian diikuti dengan penjelasan-penjelasan Opah tentang pentingnya puasa dan tata caranya termasuk sahur. Scene ini mencerminkan pola pendidikan yang diterapkan Opah kepada Upin dan Ipin dengan pola pendidikan mendengarkan. Hal ini ditunjukkan commit to user
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan penjelasan Opah kepada Upin dan Ipin tentang alasan dibalik anjuran berpuasa. Dengan adanya kondisi pribadi seperti itu memungkinkan seseorang tidak hanya mendengar, melainkan mendengar secara aktif dan bertujuan (Dalyono, 2009: 219). Upin dan Ipin yang pada awalnya berekspresi kaget dan takut setelah mengetahui bahwa puasa mempunyai arti tidak boleh makan dan minum. Ekspresi wajah saat mata terbuka lebar, alis dinaikkan dan rahang yang terbuka lebar menunjukkan bahwa Upin dan Ipin mengalami keterkejutan. Keterkejutan dalam hal ini mempunyai arti bahwa Upin dan Ipin merasakan khawatir serta takut karena larangan untuk tidak makan dan minum selama melaksanakan puasa. Hampir seketika mata mereka tertutup rapat (dalam terkejut mata ternuka lebar), alis mereka diturunkan (dalam terkejut alis dinaikkan) , dan bibir mereka mengencang dengan keras (dalam terkejut rahang terbuka lebar) (Ekman, 2010: 265). Dalam scene ini Opah mengatakan bahwasanya tujuan puasa adalah supaya kita bisa merasakan rasanya orang yang kelaparan dan belajar untuk bersyukur, bersyukur merupakan salah satu ciri budi pekerti yaitu sikap dan perilaku yang pandai berterimakasih ats rahmat dan nikmat dari Tuhan Yang Maha Esa (Zuriah, 2007: 83). Opah mengajarkan kepada Upin dan Ipin cara bersyukur dengan mempraktekkan puasa sejak kecil yang tercermin dalam kalimat “ya lah, kecik-kecik lah kena belajar puasa”, karena pembelajaran adalah suatu perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman; dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh commit to user
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar (Dalyono, 2009: 212). Scene ini gambar cenderung sering menggunakan teknik medium dan medium close-up hal ini dikarenakan untuk menunjukkan gestur serta ekspresi wajah yang menunjukkan bahwa yang terkandung dalam percakapan itu mempunyai pesan penting (Pratista, 2008: 105). Teknik ini menggambarkan bahwa pembuat film ingin menyampaikan bahwa semua atau sebagian besar pesan dalam scene ini mempunyai arti yang penting tentang penyampaian pesan pembelajaran budi pekerti terhadap anak. Dalam scene ini proses pembelajaran yang disampaikan adalah dengan metode mendengarkan,
hal
ini ditunjukkan Upin
dan
Ipin
saat
mendengarkan penjelasan puasa dari Opah.
3.
Korpus 3 Episode 1 scene 3
a. Makna Denotasi Scene ini kembali diawali dengan gambar landscape pemandangan sekitar rumah yang sudah larut malam, gambar ini juga kembali menggunakan teknik pengambilan extreme longshot. Selain itu gambar commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
75 digilib.uns.ac.id
pembuka scene ini juga menggunakan noise berupa suara jangkrik. Adegan dilanjutkan dengan setting kamar tidur Upin dan Ipin, adengan ini menggunakan teknik pencahayaan low key lighting, dimana Upin dan Ipin terlihat masih tertidur lelap. Visualisasi berikutnya adalah masuknya offscreen sound berupa derit pintu disusul dengan suara Kak Ros yang berusaha membangunkan Upin dan Ipin “Upin, Ipin, bangun sahur!” kemudian dilanjutkan dengan adegan kak Ros yang menggoyang-goyang tubuh Upin yang sedang tidur sambil berkata “ish, cepat bangun”. Adegan berikutnya berupa gambar Upin dan Ipin yang tertidur, namun Upin sudah mulai bergerak sambil menguap lebar. Kemudian dilanjutkan dengan Kak Ros yang terlihat marah karena Upin dan ipin tidak segera bangun dengan mengatakan “ish, budak-budak ni, akak simbah air skarang!” gambar ini menggunakan teknik low angle. Lalu munculah Opah yang memasuki kamar dan menenangkan Kak Ros dengan dialog “dah atu Ros, pergi siapkan makanan biar Opah urus ni orang”. Opah kemudian berusaha membangunkan Upin dan Ipin “Upin, Ipin, eh bangun-bangun cepat, cepat bangun” yang diiringi dengan Upin yang menguap. Lalu Opah berusaha menggendong Upin dan Ipin. Adegan berlanjut di ruang makan diawali dengan Opah yang menyuruh duduk Upin dan Ipin, lalu Upin dan Ipin pun duduk diikuti dengan Ipin yang menguap. Upin dan Ipin masih terlihat mengantuk. Melihat Upin dan Ipin yang belum sepenuhnya terbangun, Kak Ros terlihat geram dan diikuti dengan tindakan mengambil ayam goreng. Shot ini menggunakan teknik commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
76 digilib.uns.ac.id
rack focus. Kemudian ayam tersebut digunakan untuk menarik perhatian Upin dan Ipin yang masih mengantuk dengan cara mendekatkannya sehingga Upin dan Ipin saling bertabrakan karenanya. Setelah sadar dan merasa kesakitan karena kepala mereka saling berbenturan, segera Kak Ros menyuruh mereka berdua untuk membasuh muka terlebih dahulu sebelum memakan ayam goreng tersebut dengan dialog “ha,nak ayam? Pergi basuh muka dulu!” dan mereka lalu turun dari kursi. Lalu terlihat Opah yang mengingatkan Kak Ros bahwa tidak baik mempermainkan adik-adiknya. Setelah selesai mencuci muka dan tidak mengantuk, Upin dan Ipin kembali ke meja makan dan Opah menyuruh mereka untuk segera makan “makan kenyang-kenyang kau, lepas tu kita baca niat”. Setelah makan Upin dan Ipin bertanya tentang bagaimana caranya niat kepada Opah “hmmm, macam mana nak niat?”, lalu Opah menuntun mereka cara berniat yang baik dan benar. Kemudian scene ini ditutup dengan transisi dissolve ke gambar landscape rumah dengan pergerakan tilt dengan diiringi noise berupa suara jangkrik serta suara niat dari Upin dan Ipin.
b. Makna Konotasi Scene ini diawali dengan lanscape rumah dengan setting malam hari dan diiringi offscreen sound berupa suara jangkrik, gambar ini menggunakan teknik extreem longshot. Extreme long shot umumnya untuk menggambarkan sebuah obyek yang sangat jauh atau panorama yang luas (Pratista, 2008: 105). Setting dapat memberikan informasi waktu, era atau commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
77 digilib.uns.ac.id
musim sesuai konteks naratifnya (Pratista, 2008: 67). Selain itu, scene ini juga diawali dengan menggunakan noise berupa suara jangkrik. Noise salah satu fungsinya adalah sebagai pengisi suara latar, penonton sebisa mungkin mendengar apa yang seharusnya mereka dengar di sebuah lokasi cerita, sehingga terdengar nyata layaknya seperti pada lokasi sesungguhnya (Pratista, 2008:156). Setting kamar tidur Upin dan Ipin menggunakan teknik low key lighting untuk membuat kesan gelap kamar tidur. Low key lighting merupakan suatu teknik tata cahaya yang menciptakan batas yang tipis antara gelap dan terang. Teknik ini lebih mengutamakan unsur bayangan yang tegas dalam mise-en-scene (Pratista, 2008: 79). Dalam scene ini tergambar proses pembelajaran tentang rela berkorban, ini terlihat dalam adegan dimana Upin dan Ipin dengan ikhlas bangun untuk bersahur tanpa terlihat menggerutu ataupun mengeluh. Rela berkorban merupakan salah satu pencitraan budi pekerti yang baik, karena melakukan tindakan dengan ikhlas hati (Zuriah, 2007: 84). Suatu proses pembelajaran terlihat ketika Upin menanyakan kepada Opah tentang bagaimana cara berniat puasa yang benar. Dari adegan ini terlihat Upin mempunyai reaksi karena ketidaktahuannya tentang cara berniat yang benar dan disertai dorongan atas rasa keimanan yang mana di dalamnya termasuk patuh dan taat terhadap perintah Tuhan Yang Maha Esa. Beriman merupakan sikap dan perilaku yang menunjukkan keyakinan akan adanya Tuhan Ynag Maha Esa ini diwujudkan dengan kepatuhan dan ketaatan dalam melaksanakan perintah Tuhan dan menjauhi segala commit to user
78 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
larangan-Nya (Zuriah, 2007:83). Orang terdorong belajar karena ada masalah yang harus dipecahkan, masalah itu merupakan perangsang atau stimulus
terhadap
individu.
Dimana
individu
tersebut
kemudian
mengadakan reaksi terhadap rangsang, dan bila reaksi itu berhasil, maka terjadilah hubungan perangsang dengan reaksi dan terjadi pula peristiwa belajar (Dalyono, 2009: 208). Dalam hal ini rangsang yang diberikan adalah Opah yang sebelumnya mengingatkan untuk berniat setelah selesai makan, disertai dengan stimulus keimanan dan rasa ingin tahu, maka Upin melakukan reaksi berupa pertanyaan yang memulai apa yang dinamakan proses belajar.
4. Korpus 4 Episode 2 Scene 2
a. Makna Denotasi Scene ini diawali dengan gambar landscape langit dengan framing berupa daun pepohonan yang diikuti gambar Upin dan Ipin yang terlihat sedang asyik bermain bersama Mei-Mei dan Rajoo. Gambar ini menggunnakan jarak pengambilan medium long-shot dengan teknik pergerakan kamera tracking. Gambar selanjutnya berupa Ipin dan Upin commit to user
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang kegirangan karena telah berhasil memenangkan permainan dari MeiMei dan Rajoo dengan berseru “yeeyeeee, menang yeeyeee menang” yang diikuti gambar ekspresi Rajoo dan Mei-Mei yang kecewa karena kalah. Selanjutnya Mei-Mei dan Rajoo saling beradu argumen tentang kekalahan mereka, Mei-Mei memulai dengan kalimat “tu lah Rajoo, sebab kamulah kita kalah” yang dijawab Rajoo “mana ada,kamulah berat sangat”. Visualisasi berikutnya berupa gambar Upin dan Ipin yang tampak kelelahan dan Upin bergumam “eui, penatnyaa..” kemudian disambut Ipin “hauslah pula..” gambar ini menggunakan teknik pengambilan gambar dengan high angle. Selanjutnya diikuti gambar Rajoo yang menanggapi keluhan Upin dan Ipin dengan kalimat “ha, sebab kau orang menang, mari saya belanja kau orang minum” yang diikuti gambar Upin dan Ipin yang sumringah dan menjawab “baik Boss!” akan tetapi di tanggapi MeiMei “eh, kamu berdua kan puasa” gambar ini menggunakan teknik medium close-up. Kemudian disusul gambar Upin dan Ipin yang dengan kompak menjawab “puasa puasa” sambil mengangguk-anggukan kepala. Visualisasi berikutnya berupa Rajoo yang meyakinkan Upin dan Ipin dengan kalimat “halah tak apa, orang tak tahu” yang disusul dengan ekspresi senang Upin dan Ipin dengan kalimat “betul betul betul”. Visualisasi dilanjutkan dengan Mei-Mei yang berisik keras melarang Upin dan Ipin “tak boleh! Lu punya Tuhan tau a, nanti ya Lu punya Tuhan marah! Mana boleh main-main!” kemudian Upin dan Ipin kembali commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
80 digilib.uns.ac.id
menanggapi “ha, banyak betul!” gambar ini menggunakan teknik medium close-up. Adegan dilanjutkan dengan gambar Rajoo yang disertai off screen sound Mei-Mei “Lu kena puasa sampai habis” yang diikuti dengan Rajoo yang menanggaipinya “ya lah ya lah, Mei-Mei betul... kita semua balik lah”. Visualisasi dilanjutkan dengan gambar extreme long shot mereka berempat di depan rumah yang diiringi suara Upin dan Ipin “jangan lupa, besok main lagi!” dan kemudian ditutup dengan kalimat “Ok!!” dari MeiMei dan fade out untuk menutup scene ini.
b. Makna Konotasi Scene ini diawali dengan gambar landscape langit dengan framing berupa daun pepohonan yang diikuti gambar Upin dan Ipin yang terlihat sedang asyik bermain bersama Mei-Mei dan Rajoo. Gambar ini menggunnakan jarak pengambilan medium long-shot dengan teknik pergerakan kamera tracking, pada jarak ini tubuh manusia terlihat dari bawah lutut sampai ke atas, tubuh fisik manusia dan lingkungan sekitar relatif seimbang (Pratista, 2008: 105). Tracking merupakan pergerakan kamera akibat perubahan posisi kamera secara horisontal (Pratista, 2008: 110). Dalam adegan ini terlihat ekspesi Upin dan Ipin yang bahagia bermain bersama teman-temannya. Bahagia diperlihatkan pada bagian bawah wajah dan kelopak mata bawah serta ekspresi kerutan terbentuk mulai dari hidung ke arah ujung luar di belakang sudut bibir, pipi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
81 digilib.uns.ac.id
terangkat, kelopak mata bawah memperlihatkan kerutan di bawahnya dan mungkin terangkat tapi tidak tegang (Ekman, 2009: 175). Gambar selanjutnya berupa Ipin dan Upin yang kegirangan karena telah berhasil memenangkan permainan dari Mei-Mei dan Rajoo dengan berseru dan melakukan “toss” pinggang “yeeyeeee, menang yeeyeee menang” yang diikuti gambar ekspresi Rajoo dan Mei-Mei yang kecewa karena kalah. Gerakan ‘toss’ tersebut merupakan sebuah pesan gestural untuk mengungkapkan sebuah perasaan positif dan ungkapan kesukaan atas peristiwa yang telah terjadi (Rakhmat, 2003: 290). Ekspresi kecewa terlihat dimana sudut-sudut bagian dalam alis ditarik ke atas, kulit dibawah alis membentuk segitiga, dengan dudut bagian dalamnya naik, sudut kelopak mata atas bagian dalam dinaikkan dan sudut-sudut bibir turun atau bibir bergetar (Ekman, 2009: 194). Visualisasi berikutnya berupa gambar Upin dan Ipin yang tampak kelelahan dan Upin bergumam “eui, penatnyaa..” kemudian disambut Ipin “hauslah pula..” gambar ini menggunakan teknik pengambilan gambar dengan high angle. High angle mampu membuat sebuah obyek seolah tampak lebih kecil, lemah, serta terintimidasi (Pratista, 2008: 106) sehingga sosok Upin dan Ipin terlihat lemah untuk memperkuat rasa haus dan capek yang dirasakan oleh Upin dan Ipin. Selannjutnya terlihat Mei-Mei yang berisik keras melarang Upin dan Ipin untuk melanggar puasa yang mereka jalankan dengan mengikuti ajakan Rajoo untuk dibelikan minum. Dalam adegan ini gambar Mei-mei commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
82 digilib.uns.ac.id
menggunakan teknik loudness suara yang tinggi untuk memberikan kesan pentingnya pesan yang disampaikan Mei-mei untuk tidak melanggar aturan puasa yang dilaksanakan oleh Upin dan Ipin. Loudness atau volume menunjukkan kuat-lemahnya suara. Sineas dapat mengontrol volume sesuai dengan kebutuhan serta tuntutan cerita (Pratista, 2008: 157). Dalam scene ini, terlihat Mei-Mei yang notabene merupakan keturunan Tionghoa dan bukan beragama Islam dengan sadar dan tegas menghormati dan menghargai Upin dan Ipin yang menjalankan ibadah puasa dengan mengingatkan Upin dan Ipin ketika mereka hendak dibelikan minum oleh Rajoo. Sikap Mei-Mei, Upin, Ipin dan Rajoo yang ditunjukkan dalam scene ini merupakan contoh sifat tegas dan pengendalian diri dimana Mei-Mei berisik keras melarang Upin dan Ipin untuk menerima ajakan membeli minulan oleh Rajoo, sedangkan Rajoo, Upin dan Ipin berhasil mengendalikan diri untuk tidak mengikuti keinginan mereka membeli minum. Tegas merupakan sikap atau perilaku yang tidak ragu-ragu dan dalam keadaan sulit berani mengambil keputusan yang pasti (Zuriah, 2007: 84). Pengendalian diri merupakan sikap dan perilaku yang mempertimbangkan keseimbangan antara dorongan dari dalam diri (berupa dorongan nafsu) dan dari luar diri (berupa aturan-aturan yang mengekang) (Zuriah, 2007: 84). Kedua sikap tegas dan pengendalian diri tersebut termasuk dalam unsur sifat budi pekerti. Selain itu, Mei-Mei dan Rajoo menujukkan sikap Toleransi terhadap Upin dan Ipin yang menjalankan ibadah puasa. commit to user
83 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Toleransi yang ditunjukkan merupakan toleransi positif dimana isi ajaran ditolak, tetapi penganutnya diterima dan dihargai (Masykur, 2001: 5).
5. Korpus 5 Episode 3 Scene 2
a. Makna Denotasi Scene
ini
diawali
dengan
gambar
lingkungan
rumah
yang
menggunakan teknik extreme long shot dengan pergerakan tilt up. Kemudian dilanjutkan dengan gambar Upin dan Ipin yang sedang menonton televisi dan diiringi offscreen sound Kak Ros “hei, kau orang tengok apa tu?” yang dilanjutkan dengan jawaban Upin dan Ipin “ni ha, tengah tunggu adzan maghrib”. Adegan berikutnya berupa Kak Ros yang berekspresi kaget dan berkata “eit, tak pernah-pernah kau orang tunggu adzan” yang disusul Ipin “alah Kak ni, bising ha, macam orang tak tahu”. Gambar dilanjutkan dengan long shot mereka bertiga sambil Kak Ros berkata “haha, dah dah dah, yo, dah hendak buka ni” dan disusul ekspresi gembira Upin dan Ipin. Visualisasi berikutnya diawali dengan long shot keadaan meja makan yang sudah penuh dengan makanan commit to userkemudian diikuti dengan adegan
perpustakaan.uns.ac.id
84 digilib.uns.ac.id
dimana Upin mengambilkan nasi untuk Ipin. Selanjutnya dengan editing cut gambar beralih pada suasana meja makan secara long shot. Perpindahan ini disertai offscreen sound berupa suara adzan dan kemudian Kak Ros berkata “ah, nak boleh buka dah”. Visualidasi berikutnya berupa adegan Upin dan Ipin yang kegirangan karena sudah boleh makan “yay, dah boleh makan!.. serang!!” kemudian diikuti Opah “nantiii, baca doa dulu!” sambil memberi isyarat dengan posisi tangan sedang berdoa. Adegan dilanjutkan dengan Upin dan Ipin yang mulai berdoa dengan cepatnya “bismillahirahmanirrahim, Amin!” yang diikuti dengan ekspresi terkejut Opah “eh, pendeknya! Ini doa orang lapar, ha, baca betul-betul!” dengan ekspresi marah, gambar ini menggunakan teknik medium close up. Selanjutnya diikuti reaksi Upin dan Ipin yang langsung berdoa secara benar adanya “Bismillahirahmanirrahim Allahumma laka sumtu Wa bika amantu Wa ‘alaa rzqika aftartu Birahmatika Ya ar hamarrahimin, Amin!” Scene ini dilanjutkan dengan gambar Upin yang memulai berbuka dengan air putih yang dilanjutkan dengan tracking ke arah Ipin yang hendak memakan makanannya, namun disisipi gambar Opah yang mengingatkan “Ipin, minum air dulu” dan Ipin pun minum terlebih dahulu. Setelah itu, Opah menyuruh Upin dan Ipin untuk makan kurma terlebih dahulu “eh eh, ha, makan kurma ni”. Adegan dilanjutkan dengan gambar Ipin yang hendak memakan ayam, kemudian dihentikan oleh offscreen sound Kak Ros “eh, nanti nanti nanti” yang dijawab Ipin “halah Kak, apa lagi!?” dilanjutkan dengan Kak Ros yang mengambil ayam dari Ipin dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
85 digilib.uns.ac.id
memakannya dan diikuti reaksi Ipin yang kecewa “halah, Akak!”. Adegan dilanjutkan dengan medium shot Kak Ros yang tertawa diikuti Opah yang yang berkata “ah ah dah dah, ish, Ros suka mengacau adik engkau”. Visualisasi dilanjutkan dengan medium long shot keadaan meja makan dan Ros yang terlihat memberikan ayam lagi untuk Ipin “haa nah nah nah, akak bagi lagi satu, makan pelan-pelan tau, jangan ngglojo”. Adegan dilanjutkan Upin dan Ipin yang terlihat kenyang sambil bergumam “oo, sedapnya makan, leganya dah abis puasa” kemudian diikuti Kak Ros “eh eh, besok kita puasa lagi!”. Adegan dilanjutkan dengan gambar medium close up Upin dengan ekspresi kaget dan bertanya “ha? Bukan satu hari ja kah!?” dan dijawab oleh Kak Ros “bukan sayang, satu bulaaan!”. Visualisasi dilanjutkan dengan gambar Upin dan Ipin yang berekspresi takut dan berkata “ha, kalau macam ni,matilah!” dan diikuti gambar Opah yang berdiri dan berkata “Opah nak siap sekarang nak ke surau sembahyang tarawih” yang dilanjutkan dengan gambar medium close up Upin dan Ipin yang berekspresi senang dan berkata “nak ikut!” diikuti gambar medium close up Opah yang berkata “nak ikut, pergi siap cepat” yang dilanjutkan dengan editing fade out. Visualisasi berikutnya diawali dengan editing fade in Opah yang berjalan dan terhenti dengan ekspresi terkejut. Adegan dilanjutkan dengan gambar Upin dan Ipin yang tertidur dilantai diiringi offscreen sound Opah “eh, lhah, dah tidur!? Kasian cucu-cucu aku, keletihan, baru satu hari berpuasa”. Gambar selanjutnya adalah gambar Opah dan Kak Ros dengan commit to user
86 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
teknik medium close up, kemudian kak Ros berkata “tak apa, Opah pergilah, biar Ros jaga ni orang” yang disusul dengan jawaban Opah “hmm, ya lah Opah pergi dulu ya. Assalamualaikum”. Selanjutnya disusul gambar Upin dan Ipin yang terlelap diiringi dengan offscreen sound Kak ros “Waalaikumsalam” dilanjutkan dengan fade out untuk menutup scene ini.
b. Makna Konotasi Scene
ini
diawali
dengan
gambar
lingkungan
rumah
yang
menggunakan teknik extreme long shot dengan pergerakan tilt up. Extreme long shot merupakan jarak kamera paling jauh dari obyeknya. Wujud fisik manusia nyaris tidak tampak. Teknik ini umumnya untuk menggambarkan sebuah obyek yang sangat jauh atau panorama yang luas (Pratista, 2008: 105). Kemudian dilanjutkan dengan gambar Upin dan Ipin yang sedang menonton televisi dan diiringi offscreen sound Kak Ros “hei, kau orang tengok apa tu?” yang dilanjutkan dengan jawaban Upin dan Ipin “ni ha, tengah tunggu adzan maghrib”. Offscreen sound memungkinkan sineas untuk bereksplorasi dengan berbagai efek suara (Pratista, 2008: 161). Offscreen sound dapat dimanfaatkan sineas sebagai efek kejutan, ketegangan, informasi cerita, dan sebagainya (Pratista, 2008: 161). Adegan berikutnya berupa Kak Ros yang berekspresi kaget dan berkata “eit, tak pernah-pernah kau orang tunggu adzan” yang disusul Ipin “alah Kak ni, bising ha, macam orang tak tahu”. Ekspresi kaget Kak commit to user
87 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Ros dalam adegan ini mempunyai arti heran karena Upin dan Ipin tidak terbiasa menunggu adzan. Gambar dilanjutkan dengan long shot mereka bertiga sambil Kak Ros berkata “haha, dah dah dah, yo, dah hendak buka ni” dan disusul ekspresi gembira Upin dan Ipin. Ekspresi gembira terlihat dari cara tertawa yang lepas serta ekspresi kerutan terbentuk mulai dari hidung ke arah ujung luar di belakang sudut bibir, pipi terangkat, kelopak mata bawah memperlihatkan kerutan di bawahnya dan mungkin terangkat tapi tidak tegang (Ekman, 2009: 175). Visualisasi berikutnya diawali dengan long shot keadaan meja makan yang sudah penuh dengan makanan kemudian diikuti dengan adegan dimana Upin mengambilkan nasi untuk Ipin. Pada jarak long shot tubuh fisik manusia telah tampak jelas namun latar belakang masih dominan. Long shot sering kali digunakan sebagai establishing shot, yakni shot pembuka sebelum digunakan shot-shot yang berjarak lebih dekat (Pratista, 2008: 105). Selanjutnya dengan editing cut gambar beralih pada suasana meja makan secara long shot. Perpindahan ini disertai offscreen sound berupa suara adzan dan kemudian Kak Ros berkata “ah, nak boleh buka dah”. Offscreen sound memungkinkan sineas untuk bereksplorasi dengan berbagai efek suara (Pratista, 2008: 161). Offscreen sound dapat dimanfaatkan sineas sebagai efek kejutan, ketegangan, informasi cerita, dan sebagainya (Pratista, 2008: 161).
Dalam hal ini offscreen sound
berfungsi sebagai informasi bahwa saat itu sudah memasuki waktu maghrib.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
88 digilib.uns.ac.id
Diikuti dengan adegan Upin dan Ipin yang kegirangan karena sudah boleh makan dan tergesa-gesa untuk segera menyantap makanannya akan tetapi dihentikan oleh perkataan Opah yang menyuruh Upin dan Ipin untuk berdoa terlebih dahulu sambil memberi isyarat dengan posisi tangan sedang berdoa. Dalam perkataan ini Opah menggunakan volume yang lebih dari volume normal untuk menunjukkan bahwa pesan yang terkandung dalam kalimat Opah untuk mendahulukan berdoa sebelum makan adalah merupakan hal yang penting. Sineas dapat mengontrol volume sesuai dengan kebutuhan serta tuntutan cerita (Pratista, 2008: 157). Adegan dilanjutkan dengan Upin dan Ipin yang mulai berdoa dengan singkatnya akan tetapi direspon oleh Opah dengan ekspresi marah, marah dalam adegan ini mempunyai arti bahwa Opah serius untuk menyuruh Upin dan Ipin berdoa dengan sungguh-sungguh. Ekspresi marah terlihat dari kelopak mata bawah ditegangkan dan mungkin atau mungkin juga tidak diturunkan karena gerakan yang dilakukan pada alis, mata memiliki tatapan keras dan bisa melotot (Ekman, 2009: 152). Selanjutnya diikuti reaksi Upin dan Ipin yang langsung berdoa secara benar adanya. Dalam adegan tersebut terlihat bahwa berdoa sebelum melakukan sesuatu itu adalah hal yang penting, apalagi sesuai dengan aturan agama. Sikap dan perilaku yang menunjukkan keyakinan akan adanya Tuhan Yang Maha Esa ini diwujudkan dengan kepatuhan dan ketaatan dalam melaksanakan perintah Tuhan dan menjauhi larangannya merupakan cermin sifat Beriman (Zuriah, 2007: 83). Selain beriman, adegan teersebut commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
89 digilib.uns.ac.id
juga mengajarkan penonton untuk bersyukur, dalam hal ini dicontohkan dengan cara berdoa. Bersyukur merupakan sikap dan perilaku yang pandai berterima kasih atas rahmat dan nikmat dari Tuhan Yang Maha Esa (Zuriah, 2007: 83). Beriman dan bersyukur merupakan sifat pembentuk dari budi pekerti (Zuriah, 2007, 82) Scene ini dilanjutkan dengan gambar Upin yang memulai berbuka dengan air putih yang dilanjutkan dengan tracking ke arah Ipin yang hendak memakan makanannya, namun disisipi gambar Opah yang mengingatkan “Ipin, minum air dulu” dan Ipin pun minum terlebih dahulu. Tracking merupakan pergerakan kamera akibat perubahan posisi kamera secara horisontal (Pratista, 2008: 110). Setelah itu, Opah menyuruh Upin dan Ipin untuk makan kurma terlebih dahulu “eh eh, ha, makan kurma ni”. Adegan dilanjutkan dengan gambar Ipin yang hendak memakan ayam, kemudian dihentikan oleh offscreen sound Kak Ros “eh, nanti nanti nanti” yang dijawab Ipin “halah Kak, apa lagi!?” dilanjutkan dengan Kak Ros yang mengambil ayam dari Ipin dan memakannya dan diikuti reaksi Ipin yang kecewa “halah, Akak!”. Offscreen sound memungkinkan sineas untuk bereksplorasi dengan berbagai efek suara (Pratista, 2008: 161). Offscreen sound dapat dimanfaatkan sineas sebagai efek kejutan, ketegangan, informasi cerita, dan sebagainya (Pratista, 2008: 161). Adegan dilanjutkan dengan medium shot Kak Ros yang tertawa diikuti Opah yang yang berkata “ah ah dah dah, ish, Ros suka mengacau adik engkau”. Visualisasi dilanjutkan dengan medium long shot keadaan meja makan dan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
90 digilib.uns.ac.id
Ros yang terlihat memberikan ayam lagi untuk Ipin “haa nah nah nah, akak bagi lagi satu, makan pelan-pelan tau, jangan ngglojo”. Pada jarak ini memperlihatkan tubuh manusia dari pingang keatas. Gestur serta ekspresi wajah mulai tampak. Sosok manusia mulai dominan dalam frame (Pratista, 2008:105). Dalam adegan diatas terlihat bagaimana Opah tetap menghargai anak kecil dan berlaku adil dengan memarahi Kak Ros yang mempermainkan Ipin. Kalimat Kak Ros yang terakhir merupakan anjuran bagi Upin dan Ipin supaya makan dengan pelan-pelan dimana makan dengan tergesa-gesa dapat menyebabkan tersedak. Makan dengan pelan-pelan merupakan cerminan orang yang mempunyai sikap sabar. Sabar adalah sikap dan perilaku yang menunjukkan kemampuan dalam mengendalikan gejolak diri (Zuriah, 2007: 84). Dalam adegan ini juga terlihat pembentukan suatu kebiasaan yang baik. Belajar kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah ada (Dalyono, 2009: 227). Adegan dilanjutkan Upin dan Ipin yang terlihat kenyang sambil bergumam “oo, sedapnya makan, leganya dah abis puasa” kemudian diikuti Kak Ros “eh eh, besok kita puasa lagi!”. Adegan dilanjutkan dengan gambar medium close up Upin dengan ekspresi kaget dan bertanya “ha? Bukan satu hari ja kah!?” dan dijawab oleh Kak Ros “bukan sayang, satu bulaaan!”. Medium close-up memperlihatkan tubuh manusia dari dada ke atas. Sosok tubuh manusia mendominasi frame dan latar belakang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
91 digilib.uns.ac.id
tidak lagi dominan (Pratista, 2008: 105). Visualisasi dilanjutkan dengan gambar Upin dan Ipin yang berekspresi takut dan berkata “ha, kalau macam ni,matilah!” dan diikuti gambar Opah yang berdiri dan berkata “Opah nak siap sekarang nak ke surau sembahyang tarawih” yang dilanjutkan dengan gambar medium close up Upin dan Ipin yang berekspresi senang dan berkata “nak ikut!” diikuti gambar medium close up Opah yang berkata “nak ikut, pergi siap cepat” yang dilanjutkan dengan editing fade out. Ekspresi takut Upin dalam hal ini mencerminkan ekspresikhawatir bahwasanya Upin akan menjalankan ibadah puasa selama satu bulan. Ekspresi takut terlihat dari alis yang dinaikkan dan ditarik ke arah dalam serta mulut yang terbuka dan kedua bibir agak menegang ditarik kebelakang atau direnggangkandan ditarik ke belakang (Ekman, 2009: 105). Sedangkan ekspresi senang terlihat dari sudut-sudut bibir yang ditarik ke belakang dan ke atas, pipi terangkat (Ekman, 2009: 175). Visualisasi berikutnya diawali dengan editing fade in Opah yang berjalan dan terhenti dengan ekspresi terkejut. Fade in digunakan untuk membuka sebuah adegan (intensitas gambar bertambah terang) (Pratista, 2008: 126). Terkejut dipicu oleh kejadian yang tak-terduga maupun oleh apa yang mungkin bisa disebut sebagai “salah-diduga” (Ekman, 2009: 64). Adegan dilanjutkan dengan gambar Upin dan Ipin yang tertidur dilantai diiringi offscreen sound Opah “eh, lhah, dah tidur!? Kasian cucu-cucu aku, keletihan, baru satu hari berpuasa”. Keterkejutan Opah dalam adegan commit to user
92 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ini terjawab dari gambar Upin dan Ipin yang tertidur dan dari kalimat Opah dimana Opah menyatakan keterkejutan bahwa Upin dan Ipin sudah tertidur. Gambar selanjutnya adalah gambar Opah dan Kak Ros dengan teknik medium close up, kemudian kak Ros berkata “tak apa, Opah pergilah, biar Ros jaga ni orang” yang disusul dengan jawaban Opah “hmm, ya lah Opah pergi dulu ya. Assalamualaikum”. Pada jarak ini memperlihatkan tubuh manusia dari dada ke atas. Sosok tubuh manusia mendominasi frame dan latar belakang tidak lagi dominan (Pratista, 2008: 105). Selanjutnya disusul gambar Upin dan Ipin yang terlelap diiringi dengan offscreen sound Kak ros “Waalaikumsalam” dilanjutkan dengan fade out untuk menutup scene ini. Offscreen sound dapat dimanfaatkan sineas sebagai efek kejutan, ketegangan, informasi cerita, dan sebagainya (Pratista, 2008: 161). Fade out umumnya digunakan untuk menutup sebuah adegan (intensitas gambar bertambah gelap) (Pratista, 2008: 126). Dalam akhir scene ini terlihat Upin dan Ipin yang tampak pulas tertidur karena kelelahan setelah seharian menjalankan puasa. Hal ini memperlihatkan contoh sikap tangguh yang dimiliki oleh Upin dan Ipin. Sikap tangguh adalah sikap dan perilaku yang sukar dikalahkan dan tidak mudah menyerah dalam mewujudkan suatu tujuan dan cita-cita tertentu (Zuriah, 2007: 84). Tujuan dan cita-cita dalam hal ini dalah mencapai keberhasilan menjalankan puasa. Sikap tangguh merupakan salah satu unsur pembentuk sikap budi pekerti. commit to user
93 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6. Korpus 6 Episode 4 Scene 1
a. Makna denotasi Scene ini diawali dengan fade in dan long shot berupa keadaan sekitar rumah dengan setting malam hari diiringi dengan offscreen sound berupa suara jangkrik yang kemudian dilanjutkan dengan gambar Upin dan Ipin yang berpakaian layaknya orang yang hendak pergi ke masjid. Upin dan Ipin menunggu kakaknya dan berucap “Kak Ros, cepatlah! Kita orang nak pergi sembahyang tawarih ni!” dan diikuti gambar long shot lingkungan halaman rumah dengan offscreen sound Kak Ros “sekejap!”. Visualisasi selanjutnya kembali berupa gambar Upin dan Ipin yang diambil dengan teknik medium close up. Dalam gambar ini Upin bergumam “halah, bersolek tu” yang disusul tanggapan Ipin “betul betul betul”. Adegan dilanjutkan dengan gambar Upin dan Ipin yang bertanya kepada Opah “Opah, sembahyang tawarih ni apa?” akan tetapi Opah membenarkan perkataan Upin dan Ipin yang salah lalu menjawab pertanyaan mereka “ish, terawih. Sembahyang terawih ni, ada di bulan puasa saja. Siapa rajin buat, banyak pahala puasa dia, paham?” gambar commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
94 digilib.uns.ac.id
ini menggunakan teknik kamera medium close up. Kemudian Upin dan Ipin menjawab “oh... macam itu!” Scene ini dilanjutkan dengan adegan Kak Ros muncul dari dalam rumah dan disambut Upin dan Ipin “walah walah akak” yang diikuti reaksi kesal dari Kak Ros. Reaksi ini menggunakan Teknik medium close up dan posisi kamera low angle. Visualisasi berikutnya dalam scene ini berupa gambar Opah yang mengingatkan Upin dan Ipin “ha, kamu berdua jangan buat bising masa di surau nanti, ya?” kemudian diikuti reaksi Upin dan Ipin yang mengangguk. Adegan diikuti dengan gambar Kak Ros yang berkata “Kalau kau orang bising…” sambil mengangkat tangannya. Gambar ini diambil dengan menggunakan teknik medium shot dan menggunakan low angle. Visualisasi dilanjutkan dengan gambar mereka berempat dengan teknik high angle dengan jarak kamera medium long shot. Adegan ini berisi ucapan Kak Ros “cake..” meneruskan kalimat dalam dari shot sebelumnya. Kemudian disusul dengan perkataan Opah “ha, doh! Dah nak masuk waktu ni!” kemudian scene ini ditutup dengan teknik fade out.
b. Makna Konotasi Scene ini diawali dengan fade in dan long shot berupa keadaan sekitar rumah dengan setting malam hari diiringi dengan offscreen sound berupa suara jangkrik yang kemudian dilanjutkan dengan gambar Upin dan Ipin yang berpakaian layaknya orang yang hendak pergi ke masjid. Fade in commit to user
95 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
digunakan untuk membuka sebuah adegan (intensitas gambar bertambah terang) (Pratista, 2008: 126). Long shot sering kali digunakan sebagai establishing shot, yakni shot pembuka sebelum digunakan shot-shot yang berjarak lebih dekat (Pratista, 2008: 105). Setting dapat memberikan informasi waktu, era atau musim sesuai konteks naratifnya (Pratista, 2008: hal 67). Dalam hal ini setting yang digunakan menunjukkan keadaan malam hari dimana lampu-lampu menyala dan keadaan sekitar gelap. Offscreen sound memungkinkan sineas untuk bereksplorasi dengan berbagai efek suara (Pratista, 2008: 161). Offscreen sound dapat dimanfaatkan sineas sebagai efek kejutan, ketegangan, informasi cerita, dan sebagainya (Pratista, 2008: 161). Upin dan Ipin menunggu kakaknya dan berucap “Kak Ros, cepatlah! Kita orang nak pergi sembahyang tawarih ni!” dan diikuti gambar long shot lingkungan halaman rumah dengan offscreen sound Kak Ros “sekejap!”. Pada jarak long shot tubuh fisik manusia telah tampak jelas namun latar belakang masih dominan (Pratista, 2008: 105). Offscreen sound dapat dimanfaatkan sineas sebagai efek kejutan, ketegangan, informasi cerita, dan sebagainya (Pratista, 2008: 161). Visualisasi selanjutnya kembali berupa gambar Upin dan Ipin yang diambil dengan teknik medium close up. Pada jarak ini memperlihatkan tubuh manusia dari dada ke atas (Pratista, 2008: 105). Dalam gambar ini Upin bergumam “halah, bersolek tu” yang disusul tanggapan Ipin “betul betul betul”. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
96 digilib.uns.ac.id
Selanjutnya terlihat Upin dan Ipin yang bertanya kepada Opah tentang arti sembahyang terawih kemudian dijawab oleh Opah hingga Upin dan Ipin mengerti makna dari ibadah terawih. Dalam adegan ini terlihat proses pembelajaran tentang pengetahuan agama tentang pengertian sholat tarawih dengan jenis pembelajaran melalui mendengarkan. Dalam kehidupan sehari-hari kita bergaul dengan orang lain. Dalam pergaulan itu terjadi komunikasi verbal berupa percakapan. Percakapan memberikan situasi tersendiri bagi orang-orang yang terlihat ataupun yang tidak terlihat tetapi secara tidak langsung mendengar informasi. Situasi ini memberikan kesempatan kepada seseorang untuk belajar. Seseorang menjadi belajar dan tidak dalam situasi ini, tergantung ada atau tidaknya kebutuhan, motivasi, dan sikap seseorang itu. Dengan adanya kondisi pribadi seperti itu memungkinkan seseorang tidak hanya mendengar, melainkan mendengarkan secara aktif dan bertujuan. Mendengarkan yang demikian akan memberikan manfaat bagi perkembangan pribadi seseorang (Dalyono, 2009: 219). Scene ini dilanjutkan dengan adegan Kak Ros muncul dari dalam rumah dan disambut Upin dan Ipin “walah-walah akak” yang diikuti reaksi kesal dari Kak Ros. Reaksi ini menggunakan Teknik medium close up dan posisi kamera low angle.
Pada jarak medium close-up
memperlihatkan tubuh manusia dari dada ke atas. Sosok tubuh manusia mendominasi frame dan latar belakang tidak lagi dominan (Pratista, 2008: 105). Sementara penggunaan kamera low angle membuat sebuah obyek commit to user
97 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
seolah tampak lebih besar (raksasa), dominan, percaya diri, serta kuat (Pratista, 2008: 107). Teknik ini digunakan untuk membuat Kak Ros seolah-olah pihak yang dominan dihadapan Upin dan Ipin. Visualisasi berikutnya dalam scene ini berupa gambar Opah yang mengingatkan Upin dan Ipin “ha, kamu berdua jangan buat bising masa di surau nanti, ya?” kemudian diikuti reaksi Upin dan Ipin yang mengangguk.
Adegan diikuti dengan gambar Kak Ros yang berkata
“Kalau kau orang bising…” sambil mengangkat tangannya. Gambar ini diambil dengan menggunakan teknik medium shot dan menggunakan low angle. Medium shot memperlihatkan tubuh manusia dari pinggang ke atas. Gestur serta ekspresi wajah mulai tampak. Sosok manusia mulai dominan dalam frame (Pratista, 2008:105). Sementara penggunaan kamera low angle membuat sebuah obyek seolah tampak lebih besar (raksasa), dominan, percaya diri, serta kuat (Pratista, 2008: 107). Teknik ini digunakan untuk membuat peringatan Opah dan Kak Ros tentang larangan untuk tidak membuat gaduh di masjid merupakan suatu yang dominan dan harus ditaati. Visualisasi dilanjutkan dengan gambar mereka berempat dengan teknik high angle dengan jarak kamera medium long shot. Adegan ini berisi ucapan Kak Ros “cake..” meneruskan kalimat dalam dari shot sebelumnya. Kemudian disusul dengan perkataan Opah “ha, doh! Dah nak masuk waktu ni!” kemudian scene ini ditutup dengan teknik fade out. Fade commit to user
98 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
out umumnya digunakan untuk menutup sebuah adegan (intensitas gambar bertambah gelap) (Pratista, 2008: 126). Dalam adegan di akhir scene ini terdapat pembelajaran Upin dan Ipin tentang sikap tenggang rasa. Hal ini tercermin dalam peringatan Opah dan Kak Ros untuk tidak berisik di masjid untuk menghormati orang lain yang beribadah di masjid. Peringatan dalam hal ini berupa suara yang keras (volume) disertai ancaman berupa tangan Kak Ros yang diangkat pertanda akan memukul sesuatu. Sineas dapat mengontrol volume sesuai dengan kebutuhan serta tuntutan cerita (Pratista, 2008: 157). Tenggang rasa adalah sikap dan perilaku yang mampu mengekang keinginan dan kepentingan diri dengan ikut memerhatikan kepentingan orang lain (Zuriah, 2007: 83). Pembelajaran yang dilakukan oleh Upin dan Ipin dalam hal ini merupakan tipe pembelajaran sosial. Belajar sosial pada dasarnya adalah belajar memahami masalah-masalah dan teknik-teknik untuk memecahkan masalah tersebut. Selain itu, belajar sosial juga bertujuan untuk mengatur dorongan nafsu pribadi demi kepentingan bersama dan memberi peluang kepada orang lain atau kelompok lain untuk memenuhi kebutuhannya secara berimbang dan proporsional (Dalyono, 2009: 226).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
99 digilib.uns.ac.id
7. Korpus 7 Episode 4 Scene 2
a. Makna Denotasi Scene ini diawali dengan gambar kubah masjid dengan latar belakang bintang-bintang. Adegan kemudian diikuti dengan gambar halaman masjid yang penuh dengan sandal, gambar ini menggunakan teknik pan. Visualisasi selanjutnya berupa gambar Upin dan Ipin yang serentak mengatakan “waah, ramainya orang!” visualisasi ini menggunakan teknik medium shot. Scene ini dilanjutkan dengan gambar Upin dan Ipin yang dipanggil oleh salah satu temannya yang bernama Fizi “Upin! Ipin!” gambar ini menggunakan teknik kamera medium shot dengan ditambah sedikit unsur deep focus. Adegan dilanjutkan dengan gambar Upin dan Ipin yang saling memandang dan berkata “eh, Fizi dengan Ehsan pun ada!”, gambar ini menggunakan teknik medium long shot. Visualisasi kemudian dilanjutkan dengan Upin yang terkejut melihat uang yang dibawa Ehsan sambil berkata “wah, banyaknya duit! kaya lah kau...” selanjutnya Ehsan menjawab “ha, itulah, aku satu hari puasa dapat seringgit” yang kemudian kembali ditanggapi oleh Upin “eh, apa sah kitapun tak dapat Ipin?” dan dijawab Ipin “ha a lah, dah lah kita puasa commit to user
100 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penuh!” saat itu juga Fizi kaget dan menanggapi “kau orang puasa penuh? Aku puasa setengah hari saja! Lapar dapat makan!” diikuti dengan reaksi Upin dan Ipin yang heran “bolehkah macam tu?” adeganadegan tersebut menggunakan teknik medium shot. Visuallisasi berikutnya berupa gambar long shot keempat anak itu dan diisi dengan ucapan Fizi “ha, dah lah, ayo kita main!” kemudian diikuti gambar Upin “Ok, ta li la dulu..”. adegan berikutnya berupa close up tangan dari keempat anak tersebut diiringi dengan offscreen sound mereka “lat ta li lat, ta li tam..”. Selanjutnya diikuti gambar Upin dan Ipin yang sedang mengangkat tangannya diiringi dengan offscreen sound Kak Ros “Ehem..” yang dilanjutkan dengan gambar Kak Ros dengan ekspresi marah dan mengangkat tangannya diiringi dengan suara Upin dan Ipin “Plom..” adegan ini menggunakan teknik kamera point of view. Scene ini ditutup dengan suara “plak!” dalam black frame.
b. Makna Konotasi Scene ini diawali dengan gambar kubah masjid dengan latar belakang bintang-bintang untuk menandakan bahwa scene ini menggunakan setting malam hari. Setting dapat memberikan informasi waktu, era atau musim sesuai konteks naratifnya (Pratista, 2008: hal 67). Adegan kemudian diikuti dengan gambar halaman masjid yang penuh dengan sandal, gambar ini menggunakan teknik pan untuk memperlihatkan banyaknya jumlah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
101 digilib.uns.ac.id
sandal yang ada. Pan adalah pergerakan kamera secara horisontal (kanan dan kiri) dengan posisi kamera statis (Pratista, 2008: 109). Visualisasi selanjutnya berupa gambar Upin dan Ipin yang serentak mengatakan “waah, ramainya orang!” visualisasi ini menggunakan teknik medium shot. Scene ini dilanjutkan dengan gambar Upin dan Ipin yang dipanggil oleh salah satu temannya yang bernama Fizi “Upin! Ipin!” gambar ini menggunakan teknik kamera medium shot dengan ditambah sedikit unsur deep focus. Medium shot memperlihatkan tubuh manusia dari pinggang ke atas. Gestur serta ekspresi wajah mulai tampak. Sosok manusia mulai dominan dalam frame (Pratista, 2008: 105). Sedangkan teknik deep focus menampilkan gambar yang ketajamannya sama dari latar depan hingga latar belakang (Pratista, 2008: 97). Teknik ini digunakan untuk memperlihatkan dengan jelas bahwa di latar belakang terdapat Ehsan dan Fizi yang memanggil Upin dan Ipin. Adegan dilanjutkan dengan gambar Upin dan Ipin yang terkehut ketika Fizi dan Ehsan menceritakan tentang puasa yang dilakukannya sehingga mereka mendapatkan uang sebagai imbalannya. adegan-adegan tersebut menggunakan teknik medium shot. Terkejut dipicu oleh kejadian yang tak-terduga maupun oleh apa yang mungkin bisa disebut sebagai “salahdiduga” (Ekman, 2009: 64). Adegan-adegan dalam scene ini dominan menggunakan medium shot dikarenakan dengan medium shot gestur serta ekspresi wajah mulai tampak sehingga ekspresi-ekspresi yang ada dalam adegan ini akan lebih tampak jelas. Pada jarak ini memperlihatkan tubuh commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
102 digilib.uns.ac.id
manusia dari pinggang ke atas. Gestur serta ekspresi wajah mulai tampak (Pratista, 2008: 105). Visuallisasi berikutnya berupa adegan dimana Upin dan Ipin mulai bermain dengan teman-temannya sehingga melupakan janji mereka kepada Kak Ros untuk tidak membuat gaduh di masjid. Pada akhirnya Upin dan Ipin mendapatkan hukuman dari Kak Ros namun tidak ditampilkan secara langsung dan diganti dengan black screen karena mengandung unsur kekerasan yang tidak layak untuk ditonton anak-anak. Penggunaaan black screen dan noise (efek suara) yang benar tetap menyampaikan pesan tanpa mengurangi isi yang akan disampaikan tentang hukuman yang diberikan Kak Ros kepada Upin dan Ipin. Efek suara juga mampu memanipulasi sebuah aksi atau obyek (Pratista, 2008:157). Pada adegan-adegan akhir di scene ini digambarkan bagaimana contoh ke-tidak disiplinan yang dilakukan oleh Upin dan Ipin mendapatkan hukuman dari Kak Ros. Seseorang dikatakan disiplin apabila melakukan pekerjaan dengan tertib dan teratur sesuai dengan waktu dan tempatnya serta dikerjakan dengan penuh kesadaran, ketekunan, tanpa paksaan dari siapapun atau ikhlas (Zuriah, 2007: 83). Berdisiplin merupakan salah satu unsur sikap budi pekerti yang baik. Dalam scene ini, pembelajaran yang dialami oleh Upin dan Ipin termsuk dalam tipe pembelajaran kebiasaan. Belajar kebiasaan adalah proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaankebiasaan yang telah ada. Belajar kebiasaan, selain menggunakan perintah commit to user
103 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
suri teladan dan pengalaman khusus, juga menggunakan hukum dan ganjaran. Tujuannya agar siswa memperoleh sikap-sikap dan kebiasaankebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras dengan kebutuhan ruang waktu (kontekstual) (Dalyono, 2009: 227).
8. Korpus 8 Episode 5 Scene 1
a. Makna Denotasi Scene ini diawali dengan gambar rumah Upin dan Ipin dengan teknik long shot diiringi dengan offscren sound berupa kicauan burung. Adegan dilanjutkan dengan Upin dan Ipin yang berkata kepada Opah “Opah! Opah! Kawan Upin kan dia puasa satu hari dapat seringgit!” kemudian dengan teknik editing cut in gambar dilanjutkan dengan Upin yang meneruskan perkataannya “emm, paham lah Opah..”. Visualisasi berikutnya terlihat gambar medium close up Opah yang hendak membuka dompetnya diiringi dengan offscreen sound Ipin “tapi tapi” dan dijawab Opah “ah, iya iya, apa?”. Gambar berikutnya berupa Ipin yang berbicara “ada kawan Ipin kan Opah, dia kan puasa setengah hari saja! Bolehkah Opah?”
commit to user
104 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Visualisasi dilanjutkan dengan gambar Opah yang menjawab “memang boleh tapi, udah baik kan puasa penuh? kan lebih bagus dapat banyak pahala, boleh masuk surga! Kan.” Gambar ini menggunakan kamera low angle dan teknik point of view dari Upin dan Ipin. Adegan diikuti dengan gambar Upin dan Ipin dari high angle dimana Upin berkata “kita ini budak baik lah Opah?” yang diikuti dengan gambar Opah yang menjawabnya “iyalah! Cucu-cucu Opah memang baik, jadi karenalah puasa ikhlas, jangan puasa untuk duit!” gambar Opah ini kembali diambil dengan menggunakan teknik point of view dari Upin dan Ipin. Scene ini dilanjutkan dengan gambar Upin yang kesal terhadap Ipin dan berkata “hii, kau ni” kemudian dijawab oleh Ipin “maaf maaf” yang langsung dilanjutkan dengan Kak Ros yang mengingatkan akan datangnya hari raya “Opah, esok mungkin raya”, Opah pun menjawab “iyakah? Kalau begitu, Opah rasa elok kita mulai masak ketupat sekarang” gambar ini diambil menggunakan teknik deep focus. Gambar beralih kepada Upin yang bertanya kepada Kak Ros “Kak, esok raya? Akak nak masak apa nanti!?” dan disambut Ipin “ Nak ayam goreng! nak yam goreng!” akan tetapi Upin kembali menyahut “Rendang rendang! Nak ayam rendang!” gambar ini mengunakan teknik medium shot. Visualisasi dilanjutkan dengan gambar medium close up Kak Ros yang mengatakan “kau orang nak makan ayam? Ha pergilah tangkap” diikuti dengan jawaban Upin dan Ipin “no problem!” commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
105 digilib.uns.ac.id
b. Makna Konotasi Scene ini diawali dengan gambar rumah Upin dan Ipin dengan teknik long shot diiringi dengan offscren sound berupa kicauan burung. Long shot sering kali digunakan sebagai establishing shot, yakni shot pembuka sebelum digunakan shot-shot yang berjarak lebih dekat (Pratista, 2008: 105). Adegan dilanjutkan dengan Upin dan Ipin yang berkata kepada Opah “Opah! Opah! Kawan Upin kan dia puasa satu hari dapat seringgit!” kemudian dengan teknik editing cut in gambar dilanjutkan dengan Upin yang meneruskan perkataannya “emm, paham lah Opah..”. cut in adalah sebuah transisi langsung dari jarak shot yang jauh ke shot yang lebih dekat di ruang yang sama (Pratista, 2008: 140). Visualisasi berikutnya terlihat gambar medium close up Opah yang hendak membuka dompetnya diiringi dengan offscreen sound Ipin “tapi tapi” dan dijawab Opah “ah, iya iya, apa?”. Gambar berikutnya berupa Ipin yang berbicara “ada kawan Ipin kan Opah, dia kan puasa setengah hari saja! Bolehkah Opah?”. Pada jarak ini memperlihatkan tubuh manusia dari dada ke atas (Pratista, 2008: 105). Offscreen sound dapat dimanfaatkan sineas sebagai efek kejutan, ketegangan, informasi cerita, dan sebagainya (Pratista, 2008: 161). Visualisasi dilanjutkan dengan gambar Opah yang menjawab “memang boleh tapi, udah baik kan puasa penuh? kan lebih bagus dapat banyak pahala, boleh masuk surga! Kan.” Gambar ini menggunakan kamera low angle dan teknik point of view dari Upin dan Ipin. Kamera low commit to user
106 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
angle
membuat sebuah obyek seolah tampak lebih besar (raksasa),
dominan, percaya diri, serta kuat (Pratista, 2008: 107). Sedangkan point of view merrupakan arah pandang kamera persis seperti apa yang dilihat karakter atau obyek dalam filmnya (Pratista, 2008: 111). Dengan posisi kamera ini, terlihat Opah yang dominan dan memiliki posisi kuat dalam cerita itu, dimana Opah menyampaikan tentang keunggulan puasa sehari penuh kepada Upin dan Ipin. Adegan diikuti dengan gambar Upin dan Ipin dari high angle dimana Upin berkata “kita ini budak baik lah Opah?” yang diikuti dengan gambar Opah yang menjawabnya “iyalah! Cucu-cucu Opah memang baik, jadi karenalah puasa ikhlas, jangan puasa untuk duit!” gambar Opah ini kembali diambil dengan menggunakan teknik point of view dari Upin dan Ipin. Dalam adegan ini dijelaskan bahwa Upin dan Ipin adalah contoh anak yang baik diikuti dengan pesan bahwa alangkah baiknya melaksanakan puasa dengan didasarkan rasa ikhlas bukan karena ingin mendapatkan imbalan uang. Opah juga memuji bahwa Upin dan Ipin adalah cucu yang baik, Pujian dapat mengindikasikan bahwa Opah menyukai Upin dan Ipin karena
melaksanakan
puasa
dengan
baik.
Pujian,
persahabatan,
penghargaan dari orang lain adalah sebuah anugerah dan membuat Anda merasa bahagia (Ekman, 2009: 159). Dalam adegan ini, Upin dan Ipin mengalami proses pembelajaran tentang sikap beriman. Beriman merupakan sikap dan perilaku yang menunjukkan keyakinan akan adanya Tuhan Yang Maha Esa diwujudkan commit to user
107 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan kepatuhan dan ketaatan dalam melaksanakan perintah Tuhan dan menjauhi segala larangan-Nya (Zuriah, 2007: 83). Upin dan Ipin mengalami proses pembelajaran dalam bentuk apresiasi. Apresiasi merupakan suatu pertimbangan (judgement) mengenai arti penting atau nilai sesuatu (Chaplin, 1982). Dalam penerapannya, apresiasi sering diartikan sebagai penghargaan atau penilaian terhadap benda-benda (baik abstrak maupun konkret) yang memiliki nilai luhur (Dalyono, 2009: 217). Scene ini dilanjutkan dengan gambar Upin yang kesal terhadap Ipin dan berkata “hii, kau ni” kemudian dijawab oleh Ipin “maaf maaf” yang langsung dilanjutkan dengan Kak Ros yang mengingatkan akan datangnya hari raya “Opah, esok mungkin raya”, Opah pun menjawab “iyakah? Kalau begitu, Opah rasa elok kita mulai masak ketupat sekarang” gambar ini diambil menggunakan teknik deep focus untuk memperlihatkan Kak Ros sama pentingnya dengan Opah maupun Upin dan Ipin dalam adegan ini. Deep focus mampu menampilkan gambar yang ketajamannya sama dari latar depan hingga latar belakang (Pratista, 2008: 97). Gambar beralih kepada Upin yang bertanya kepada Kak Ros “Kak, esok raya? Akak nak masak apa nanti!?” dan disambut Ipin “ Nak ayam goreng! nak yam goreng!” akan tetapi Upin kembali menyahut “Rendang rendang! Nak ayam rendang!” gambar ini mengunakan teknik medium shot. Visualisasi dilanjutkan dengan gambar medium close up Kak Ros yang mengatakan “kau orang nak makan ayam? Ha pergilah tangkap” commit to user
108 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
diikuti dengan jawaban Upin dan Ipin “no problem!”. Pada jarak ini memperlihatkan tubuh manusia dari dada ke atas (Pratista, 2008: 105). Adegan penutup scene ini merupakan isyarat contoh pembelajaran salah satu unsur budi pekerti yaitu bekerja keras. Bekerja keras merupakan sikap dan perilaku yang suka berbuat hal-hal yang positif dan tidak suka berpangku tangan, selalu gigih dan sungguh-sungguh dalam melakukan suatu pekerjaan, suka bekerja keras, tekun dan pantang menyerah (Zuriah, 2007: 82).
Dalam hal ini Upin dan Ipin yang berkeinginan untuk
memakan ayam disuruh untuk menangkap ayam terlebih dahulu dengan maksud untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan, seseorang harus mau bekerja keras untuk mencapai tujuannya.
9. Korpus 9 Episode 6 Scene 2
a. Makna denotasi Scene ini diawali dengan gambar high angle suasana meja makan dimana Upin dan Ipin bersama teman-temannya yang bersiap untuk makan, dalam gambar ini terlihat Opah menyuruh mereka untuk duduk “ha, duduk duduk! Ha, makanlah kenyang kenyang!”. Visualisasi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
109 digilib.uns.ac.id
dilanjutkan dengan gambar Ehsan yang menikmati makanan diikuti gambar suasana meja makan, saat itu Ehsan berkata “eh gang, lepas ini kita berraya ke rumah Pak Mail dengan Tuk Dalang nak tak!” yang diikuti jawaban serempak dari teman-temannya “nak nak!” Adegan dilanjutkan degan gambar Fizi yang mengatakan “tapi kan, tahun lepas Pak Mail kasih 20 sen saja!” gambar ini menggunakan teknik medium shot. Adegan selanjutnya berupa ekspresi terkejut Rajoo yang mengatakan “iya?” yang diikuti dengan Ehsan “halah, Tuk Dalang tu lagi tak nak buka pintu!” adegan ini menggunakan teknik medium shot. Scene ini dilanjutkan dengan visualisasi Upin dan Ipin yang mengatakan “ish, kok dekoknya!” disusul dengan Mei-Mei “ya lo, banya bahil!” saat itu juga Opah menanggapi pembicaraan mereka “ish, budak-budak tak baik cakap macam tu..”. visualisasi berikutnya telihat Rajoo, Ehsan dan Fizi yang menyesal diiringi offscreen sound Opah “kita pergi berraya untuk bersalam, minta maaf, bukan untuk duit!” Adegan dilanjutkan masih dengan Opah yang berkata “tapi kalau kita dapat duit, Alhamdulillah, haha” adegan ini menggunakan teknik medium close up. Visualisasi berikutnya berupa gambar Mei-Mei dan Rajoo yang sedang menikmati makanannya diikuti dengan in frame Kak Ros yang kemudian berbicara kepada mereka “ha, kau orang semua yang dapat dosa dengan siapa-siapa baik pergi minta maaf!”. Selanjutnya terlihat reaksi kaget Upin dan Ipin yang kemudian mengingat beberapa kesalahan yang dilakukan mereka. Scene ini kemudian diikuti degan gambar Opah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
110 digilib.uns.ac.id
yang sedang duduk kemudian masuk offscreen Ehsan “Opah, kita nak pergi lah” dilanjutkan dengan Ehsan yang meminta bersalaman “nak salam” gambar ini menggunakan posisi kamera over shoulder Opah. Visualisasi scene ini diteruskan dengan gambar medium close up Opah yang terlihat senang menyalami anak-anak diiringi offscreen sound MeiMei “makasih Opah” diikuti offscreen sound Ehsan “Opah nampak cantik hari ini. Makasih Opah, selamat raya”. Gambar selanjutnya terlihat Opah yang memberikan bungkusan semacam amplop kepada Ehsan dan Fizi sambil bersalaman dengan mereka. Fizi terlihat mengucapkan sselamat kepada Opah “Selamat hari raya!” dan Opah mengingatkan Ehsan dan Fizi “hah, tahun depan rajin-rajinlah puasa lagi, ya?” Visualisasi berikutnya berupa medium shot Fizi yang menjawab “ya lah Opah, Fizi janji nak puasa penuh tahun depan!” diikuti dengan Ehsan “Ehsan pun! Ehsan pun!” Selanjutnya terlihat ekspresi bahagia Opah yang diiringi offscreen sound Upin “Rajoo, kau dapat berapa ringgit?” diikuti dengan gambar Upin, Ipin, Rajoo serta Mei-Mei yang terlihat senang mendapatkan uang. Gambar ini diiringi dengan offscreen sound Opah yang memanggil Ipin “haa Ipin” dan Ipin pun menengok. Visualisasi berikutnya berupa gambar close up Opah yang melanjutkan perkataannya “puasa tak mati kan?” diikuti gambar Upin dan Ipin yang tersenyum mengangguk dan menjawab “hmm, betul betul, tak mati pun! Opah, kita orang seronok dapat puasa penuh! Baru the best raya!” lalu Upin dan Ipin berkata kepada Ehsan dan commit to user
111 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Fizi “Fizi, Ehsan, kalu tahun depan tak puasa penuh, nanti tak boleh raya!” diikuti dengan gambar Fizi dan Ehsan yang tersipu malu. Gambar selanjutnya terlihat Upin dan Ipin yang mengajak teman-temannya “yo lah, kita pergi berraya jo! Kita pergi kak minta maaf ke semua orang!” yang langsung diikuti gambar long shot Upin dan teman-temannya yang serempak menjawab “betul betul betul!” scene ini ditutup dengan gambar Opah yang tersenyum.
b. Makna Konotasi Scene ini diawali dengan gambar high angle suasana meja makan dimana Upin dan Ipin bersama teman-temannya yang bersiap untuk makan, dalam gambar ini terlihat Opah menyuruh mereka untuk duduk “ha, duduk duduk! Ha, makanlah kenyang kenyang!”. Teknik high angle ini digunakan untuk memperlihatkan suasana meja makan saat itu. Visualisasi dilanjutkan dengan gambar Ehsan yang menikmati makanan diikuti gambar suasana meja makan, saat itu Ehsan berkata “eh gang, lepas ini kita berraya ke rumah Pak Mail dengan Tuk Dalang nak tak!” yang diikuti jawaban serempak dari teman-temannya “nak nak!”. Adegan ini menggambarkan
Ehsan
yang
mengajak
temean-temannya
untuk
merayakan hari raya ke rumah Tuk Dalang yang disetujui oleh temantemannya dengan gembira. Ekspresi gembira ini terlihat ketika mereka semua berekspresi gembira ketika menjawab ajakan Ehsan. Ekspresi bahagia erlihat dari sudut-sudut bibir ditarik ke belakang dan keatas, mulut commit to user
112 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mungkin dan mungkin juga tidak terpisah, dengan gigi yang terpampang atau tidak terpampang, pipi terangkat (Ekman, 2009: 175). Adegan dilanjutkan degan gambar Fizi yang mengatakan “tapi kan, tahun lepas Pak Mail kasih 20 sen saja!” gambar ini menggunakan teknik medium shot. Adegan selanjutnya berupa ekspresi terkejut Rajoo yang mengatakan “iya?” yang diikuti dengan Ehsan “halah, Tuk Dalang tu lagi tak nak buka pintu!” adegan ini menggunakan teknik medium shot. Teknik medium shot yang digunakan bermaksud untuk untuk menggambarkan obyek yang berbicara saat itu. Pada jarak ini memperlihatkan tubuh manusia dari pinggang ke atas. Gestur serta ekspresi wajah mulai tampak. Sosok manusia mulai dominan dalam frame (Pratista, 2008:105). Scene ini dilanjutkan dengan visualisasi Upin dan Ipin yang mengatakan “ish, kok dekoknya!” disusul dengan Mei-Mei “ya lo, banya bahil!” saat itu juga Opah menanggapi pembicaraan mereka “ish, budakbudak tak baik cakap macam tu..”. visualisasi berikutnya telihat Rajoo, Ehsan dan Fizi yang menyesal diiringi offscreen sound Opah “kita pergi berraya untuk bersalam, minta maaf, bukan untuk duit!”. Offscreen sound dapat dimanfaatkan sineas sebagai efek kejutan, ketegangan, informasi cerita, dan sebagainya (Pratista, 2008: 161). Adegan tersebut mengandung pessan dari Opah bahwa dalam merayakan hari raya tujuannya adalah untuk bersilaturahmi dan meminta maaf, bukan untuk mencari uang. Dalam adegan ini Upin dan temantemannya
mengalami
suatu proses commit to user
pembelajaran
dengan
cara
113 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mendengarkan. Situasi ini memberikan kesempatan kepada seseorang untuk belajar. Seseorang menjadi belajar dan tidak dalam situasi ini, tergantung ada atau tidaknya kebutuhan, motivasi, dan sikap seseorang itu. Dengan adanya kondisi pribadi seperti itu memungkinkan seseorang tidak hanya mendengar, melainkan mendengarkan secara aktif dan bertujuan. Mendengarkan
yang
demikian
akanmemberikan
manfaat
bagi
perkembangan pribadi seseorang (Dalyono, 2009: 219). Adegan dilanjutkan masih dengan Opah yang berkata “tapi kalau kita dapat duit, Alhamdulillah, haha” adegan ini menggunakan teknik medium close up. Pada jarak ini memperlihatkan tubuh manusia dari dada keatas (Pratista, 2008: 105). Shot ini memperlihatkan Opah yang menjelaskan tentang bersyukur ketika mendapatkan rejeki. Bersyukur merupakan salah satu unsur pembentuk sikap budi pekerti. Bersyukur adalah sikap dan perilaku yang pandai berterimakasih atas rahmat dan nikmat dari Tuhan Yang Maha Esa (Zuriah, 2207: 83). Visualisasi berikutnya berupa gambar Mei-Mei dan Rajoo yang sedang menikmati makanannya diikuti dengan in frame Kak Ros yang kemudian berbicara kepada mereka “ha, kau orang semua yang dapat dosa dengan siapa-siapa baik pergi minta maaf!”. Selanjutnya terlihat reaksi kaget Upin dan Ipin yang kemudian mengingat beberapa kesalahan yang dilakukan mereka. Scene ini kemudian diikuti degan gambar Opah yang sedang duduk kemudian masuk offscreen Ehsan “Opah, kita nak pergi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
114 digilib.uns.ac.id
lah” dilanjutkan dengan Ehsan yang meminta bersalaman “nak salam” gambar ini menggunakan posisi kamera over shoulder Opah. Dalam adegan tersebut terlihat Opah yang berpesan kepada Upin dan teman-temannya tentang makna hari raya dan tentang meminta maaf. Meminta maaf tentang kesalahan yang diperbuat merupakan cerminan tindakan dari sikap yang bertanggung jawab. Bertanggung jawab merupakan salah satu unsur pembentuk dari sikap budi pekerti yang baik. Bertanggung jawab adalah sikap dan perilaku yang berani menanggung segala akibat dari perbuatan yang telah dilakukannya (Zuriah, 2007: 83). Visualisasi scene ini diteruskan dengan gambar medium close up Opah yang terlihat senang menyalami anak-anak diiringi offscreen sound MeiMei “makasih Opah” diikuti offscreen sound Ehsan “Opah nampak cantik hari ini. Makasih Opah, selamat raya”. Pada jarak ini memperlihatkan tubuh manusia dari dada ke atas (Pratista, 2008: 105). Offscreen sound memungkinkan sineas untuk bereksplorasi dengan berbagai efek suara (Pratista, 2008: 161). Gambar selanjutnya terlihat Opah yang memberikan bungkusan semacam amplop kepada Ehsan dan Fizi sambil bersalaman dengan mereka. Amplop ini melambangkan rejeki yang harus disyukuri yang telah dijelaskan Opah pada adegan sebelumnya. Fizi terlihat mengucapkan sselamat kepada Opah “Selamat hari raya!” dan Opah mengingatkan Ehsan dan Fizi “hah, tahun depan rajin-rajinlah puasa lagi, ya?” Visualisasi berikutnya berupa medium shot Fizi yang menjawab “ya lah commit to user
115 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Opah, Fizi janji nak puasa penuh tahun depan!” diikuti dengan Ehsan “Ehsan pun! Ehsan pun!”. Pada jarak ini memperlihatkan tubuh manusia dari pinggang ke atas (Pratista, 2008:105). Selanjutnya terlihat ekspresi bahagia Opah yang diiringi offscreen sound Upin “Rajoo, kau dapat berapa ringgit?” diikuti dengan gambar Upin, Ipin, Rajoo serta Mei-Mei yang terlihat senang mendapatkan uang. Gambar ini diiringi dengan offscreen sound Opah yang memanggil Ipin “haa Ipin” dan Ipin pun menengok. Offscreen sound memungkinkan sineas untuk bereksplorasi dengan berbagai efek suara (Pratista, 2008: 161). Visualisasi berikutnya berupa gambar close up Opah yang melanjutkan perkataannya “puasa tak mati kan?” diikuti gambar Upin dan Ipin yang tersenyum mengangguk dan menjawab “hmm, betul betul, tak mati pun! Opah, kita orang seronok dapat puasa penuh! Baru the best raya!” lalu Upin dan Ipin berkata kepada Ehsan dan Fizi “Fizi, Ehsan, kalu tahun depan tak puasa penuh, nanti tak boleh raya!” diikuti dengan gambar Fizi dan Ehsan yang tersipu malu. Gambar selanjutnya terlihat Upin dan Ipin yang mengajak temantemannya “yo lah, kita pergi berraya jo! Kita pergi kak minta maaf ke semua orang!” yang langsung diikuti gambar long shot Upin dan temantemannya yang serempak menjawab “betul betul betul!” scene ini ditutup dengan gambar Opah yang tersenyum. Tersenyum menandakan akan rasa bahagia akan kejadian tersebut (Nierenberg & Calero, 2009: 108). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
116 digilib.uns.ac.id
Dalam adegan ini Upin dan Ipin mendapatkan suatu pembuktian tentang puasa yang tidak menyebabkan mati. Proses pembelajaran tentang sikap beriman didapat melalui proses latihan atau praktek. Latihan atau praktek adalah termasuk aktivitas belajar. Orang yang melaksanakan kegiatan berlatih tentunya sudah mempunyai dorongan untuk mencapai tujuan tertentu yang dapat mengembangkan sesuatu aspek pada dirinya. Dalam kegiatan berlatih atau praktek, segenap tindakan subyek terjadi secara integratif dan terarah ke suatu tujuan. Hasil dari latihan atau praktek itu sendiri akan berupa pengalaman yang dapat mengubah diri subyek serta mengubah lingkungannya (Dalyono, 2009: 225).
10. Korpus 10 Episode 6 Scene 3
a. Makna denotasi Scene ini diawali dengan fade in diiringi backsound musik dan ucapan Upin “abang Sally” dilanjutkan dengan gambar Upin dan Ipin yang bersalaman dengan Sally diiringi offscreen sound Sally “hah, tak kuasa aku” kemudian diikuti dengan adegan adegan dimana Upin dan Ipin bersama dengan teman-temannya meminta maaf secara bergantian kepada commit to user
117 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
seluruh karakter yang telah dirugikan dalam scene-scene sebelumnya dan akhirnya scene ini ditutup dengan ucapan selamat hari raya dari karakterkarakter utama dalam film ini “kami mengucapkan, slamat hari raya aidil fitri! Maaf lahir dan batin”
b. Makna Konotasi Scene ini diawali dengan fade in diiringi backsound musik dan ucapan Upin “abang Sally” dilanjutkan dengan gambar Upin dan Ipin yang bersalaman dengan Sally diiringi offscreen sound Sally “hah, tak kuasa aku” kemudian diikuti dengan adegan adegan dimana Upin dan Ipin bersama dengan teman-temannya meminta maaf secara bergantian kepada seluruh karakter yang telah dirugikan dalam scene-scene sebelumnya. Offscreen sound memungkinkan sineas untuk bereksplorasi dengan berbagai efek suara (Pratista, 2008: 161). Akhirnya scene ini ditutup dengan ucapan selamat hari raya dari karakter-karakter utama dalam film ini “kami mengucapkan, slamat hari raya aidil fitri! Maaf lahir dan batin” Scene ini secara keseluruhan bercerita tentang contoh sikap bertanggung
jawab
dari
Upin
dan
teman-temannya
yang
mempertannggung jawabkan kesalahan yang dibuat dan divisualisasikan dalam scene-scene sebelumnya dengan meminta maaf kepada orang yang telah dirugikan. Proses bertanggung jawab ini mencerminkan sifat jujur yang digambarkan dengan mengakui kesalahan. Jujur adalah sikap dan commit to user
118 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perilaku yang tidak suka berbohong dan berbuat curang, berkata apa adanya, dan berani mengakui kesalahan (Zuriah, 2007: 83).
B. Kesimpulan Analisis Berdasarkan hasil dari analisis data yang telah diperoleh menggunakan metode semiotika Roland Barthes penulis menarik kesimpulan bahwa didalam film “Upin & Ipin Season 1” telah mampu menggambarkan bagaimana bentuk pembelajaran budi pekerti dan toleransi. Hal ini dapat kita lihat dari Beberapa katagori pembelajaran budi pekerti yang ada di dalam film ini. a. Disiplin Kedisiplinan terlihat dalam adegan dimana Upin dan Ipin mendengar suara adzan lalu ingat bahwa saat adzan maghrib mempunyai arti mereka harus segera pulang yang mana kemudian Upin dan Ipin bergegas untuk pulang karena terdapat sikap disiplin dalam diri mereka. Di mana dalam masyarakat terdapat pandangan bahwa waktu maghrib adalah batasan yang menunjukkan anggota keluarga untuk segera pulang ke rumah. b. Beriman Pembelajaran budi pekerti tentang beriman terlihat saat Kak Ros mengingatkan Upin dan Ipin dengan nada suara lebih tinggi untuk segera bersembahyang setelah mandi dan tidak lupa diikuti dengan mengaji. Budaya masyarakat yang ada cenderung memanfatkan waktu maghrib untuk beribadah secara lebih kepada Tuhannya terutama masyarakat yang beragama Islam.
commit to user
119 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c. Bersyukur Contoh pembelajaran tentang sikap bersyukur tampak saat Opah menjelaskan tentang tujuan diperintahkannya ibadah puasa yaitu untuk melatih bersyukur dan merasakan bagaimana rasanya orang yang menderita karena kelaparan. Dalam menjalankan puasa dilarang untuk makan dan minum dari fajar hingga tiba waktu maghrib. d. Rela Berkorban Visualisasi pembelajaran rela berkorban nampak saat Upin dan Ipin rela bangun sahur tanpa mengeluh sedikitpun meskipun saat itu Upin dan Ipin masih dalam kondisi yang mengantuk. Tata cara sahur adalah dilaksanakan di akhir malam sebelum masuk waktu subuh atau fajar. Di mana pada saat seperti demikian umumnya masyarakat dalam keadaan tidur lelap. e. Pengendalian Diri Sikap pengendalian diri yang baik ditunjukkan ketika Upin dan Ipin hendak dibelikan minum oleh Rajoo karena menang dalam permainan. Namun, Upin dan Ipin berhasil mengendalikan diri mereka untuk tidak tergoda ajakan Rajoo dikarenakan peringatan Mei-Mei yang tegas. f. Tegas Contoh sikap tegas terlihat saat Mei-Mei dengan tanpa rasa bimbang atau takut untuk mengingatkan Upin dan Ipin bahwa mereka sedang melaksanakan puasa ketika Upin dan Ipin diajak Rajoo untuk minum. Ketegasan dalam bergaul kadang dalam prakteknya sering dilupakan karena tertutupi oleh rasa sungkan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
120 digilib.uns.ac.id
g. Sabar Pembelajaran tentang sikap sabar tergambar ketika Opah dan Kak Ros menyuruh untuk makan dengan pelan dan sabar. Dalam budaya masyarakat makan dengan pelan dapat mencerminkan bahwa orang tersebut mempunyai sikap yang sabar dikarenakan tidak tergesa-gesa dalam melakukan sesuatu. h. Tangguh Contoh sikap tangguh dalam film ini terlihat dalam adegan dimana Upin dan Ipin tertidur pulas karena lelah menjalankan puasa sehari penuh. Meskipun tertidur, Upin dan Ipin yang masih berusia lima tahun merupakan contoh yang tangguh dalam menghadapi puasa sehari penuh, termasuk didalamnya merupakan puasa pertama kali bagi mereka. i. Bertanggung Jawab Sikap bertanggung jawab dicontohkan oleh Upin dan Ipin ketika mereka bersama teman-temannya merayakan hari raya dengan bersilaturahmi dan meminta maaf kepada pihak-pihak yang telah dirugikan. Mengakui kesalahan dan meminta maaf seeringkali menjadi hal yang sulit dilakukan tanpa adanya sikap dan dorongan dari diri sendiri. Selain itu contoh sikap bertaanggung jawab adalah saat Upin dan Ipin menerima konsekwensi karena melanggar janji mereka kepada Kak Ros dimana Upin dan Ipin mendapat sebuah hukuman berupa sebuah temparan. j. Tenggang Rasa Contoh sikap tenggang rasa dalam film ini terlihat saat Upin dan Ipin diperingatkan oleh Kak Ros dengan nada suara tinggi untuk tidak membuat commit to user
121 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
gaduh di masjid. Kultur masyarakat yang memandang tempat ibadah yang harus dihormati sehubungan dengan digunakannya tempat ibadah sebagai tempat berkomunikasi manusia dengan Tuhannya secara berjamaah (massal). k. Bekerja keras Sikap bekerja keras dicontohkan Upin dan Ipin yang mau untuk berusaha menangkap ayam sebagai konsekwensi atas keinginan untuk menikmati masakan ayam. l. Toleransi Toleransi dalam film ini dicontohkan dalam adegan dimana Upin dan Ipin diajak minum oleh Rajoo. Namun, karena rasa toleransi yang ada dalam diri Mei-Mei dan Rajoo akhirnya mereka menghormati ibadah puasa yang sedang dilaksanakan oleh Upin dan Ipin. Toleransi terhadap Upin dan Ipin yang menjalankan ibadah puasa ini merupakan toleransi positif dimana Mei-Mei dan Rajoo tidak menerima kepercayaan Upin dan Ipin tetapi tetap menghargai hak dan kewajiban yang dimiliki oleh Upin dan Ipin.
commit to user
122 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan Dari serangkaian data lambang-lambang komunikasi yang diperoleh melalui metode analisis semiotika Roland Barthes mengenai pembelajaran budi pekerti dan toleransi dalam film “Upin & Ipin Season 1”, maka di sini peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa film ini menggambarkan tanda-tanda pembelajaran budi pekerti dan toleransi terhadap anak, dimana tanda-tanda tersebut mempunyai makna proses pembelajaran sikap disiplin, beriman, bersyukur, rela berkorban, pengendalian diri, tegas, sabar, tangguh, bertanggung jawab, tenggang rasa, bertanggung jawab dan toleransi. Makna pesan tentang pembelajaran budi pekerti dan toleransi dalam film “Upin & Ipin Season 1” ini adalah bagaimana setiap tindakan yang mencerminkan budi pekerti dan toleransi diaksanakan oleh karakter-karakter yang ada dalam film ini disertai dengan akibat-akibat yang diperoleh dari melaksanakan tindakan yang mencerminkan sikap budi pekerti dan toleransi. Makna pembelajaran budi pekerti dan toleransi dalam film ini menjelaskan tentang punishment atau ganjaran yang akan diterima apabila melaksanakan tindakan yang bertentangan dengan sikap budi pekerti dan toleransi. Ganjaran di dalam film ini direpresentasikan dengan kejadian-kejadian yang tidak disukai oleh anak-anak, dimarahi, ganjaran fisik berupa tamparan, sehingga anak-anak menerima maksud dari ganjaran yang digambarkan dalam film ini.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
123 digilib.uns.ac.id
Makna pembelajaran budi pekerti dan toleransi yang terdapat dalam film ini adalah bahwa penanaman sikap budi pekerti dan toleransi kepada anak-anak memerlukan proses pembelajaran sejak dini, tidak didapat melalui waktu yang singkat. Karena harus melalui berbagai macam jenis proses pembelajaran hingga membentuk sikap budi pekerti dan toleransi dalam diri anak. Hal ini terlihat dalam adegan-adegan dimana karakter-karakter yang terdapat di dalam film ini melalui suatu proses kesalahan untuk belajar. Dari proses kesalahan tersebut tergambar bahwa pembelajaran membutuhkan waktu dan tidak secara langsung dipahami oleh anak-anak. Makna akan pentingnya pembelajaran budi pekerti dan toleransi terlihat dalam adegan-adegan dimana saat terjadi suatu proses pembelajaran budi pekerti dan toleransi digunakan teknik sinematografi yang berfungsi untuk menyatakan bahwa pessan yang ada dalam adegan tersebut merupakan pessan yang penting. Pembelajaran budi pekerti dan toleransi dalam film animasi “Upin & Ipin Season 1” ini disampaikan melalui adegan-adegan dan unsur-unsur sinematografi seperti halnya cara menyampaikan pesan dan tanda dalam film dengan karakter atau pemeran manusia asli. Dimana di dalamnya terdapat pula ekspresi wajah dan dialog yang menyampaikan pesan-pesan pembelajaran budi pekerti dan toleransi. Pembelajaran budi pekerti dan toleransi yang terdapat dalam film Upin & Ipin season 1 ini direpresentasikan dalam berbagai macam sikap pembentuk budi pekerti dan toleransi yang terdapat dalam adegan-adegan di film Upin dan Ipin season 1 ini. Beberapa unsur pembentuk sikap budi pekerti dan toleransi yang direpresentasikan dalam film ini adalah: commit to user
124 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a. Disiplin b. Beriman c. Bersyukur d. Rela Berkorban e. Pengendalian Diri f. Tegas g. Sabar h. Tangguh i. Bertanggung Jawab j. Tenggang Rasa k. Bekerja Keras, dan l. Toleransi Pembelajaran-pembelajaran tersebut tergambar dalam berbagai proses belajar yang dijalani oleh karakter-karakter yang terdapat dalam film ini. Proses belajar yang ada di film “Upin & Ipin Season 1” diantaranya sebagai berikut: 1.
Proses belajar melalui mendengarkan, proses ini nampak ketika Opah
beberapa kali menjelaskan tentang sesuatu kepada Upin dan temantemannya di mana Upin dan teman-temannya memperoleh pengetahuan dan informasi dalam pembelajaran melalui proses mendengarkan apa yang dikatakan oleh Opah. Pengetahuan atau informasi yang diperoleh Upin dan teman-temannya berupa pengetahuan mengenai keimanan, pengetahuan tentang sikap sabar, sikap bersyukur serta pengetahuan tentang rasa tanggung jawab.
commit to user
125 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2.
Proses belajar melalui latihan atau praktek, proses belajar yang
dititikberatkan pada aktivitas fisik ini dilakukan Upin dan teman-temannya dalam mempelajari sikap bersyukur, sikap beriman, sikap jujur, sikap tenggang rasa, sikap tegas, sikap sabar, sikap tangguh serta toleransi. Proses pembelajaran ini digambarkan melalui aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh Upin dan teman-temannya saat berinteraksi satu sama lain dimana sifat-sifat yang membentuk sikap budi pekerti dan toleransi tersebut ditunjukkan diiringi dengan kondisi-kondisi yang mendorong atau memicu sikap-sikap tersebut untuk dilakukan.
B. Kendala Penelitian Dalam proses pembuatan penelitian ini penulis mengalami berbagai macam kendala diamana kendala tersebut menyebabkan tidak maksimalnya penulis dalam memaknai film “Upin & Ipin Season 1”. Kendala-kendala tersebut adalah sebagai berikut: 1. Penelitian ini, menggunakan pendekatan semiotik versi Roland Barthes diamana roland barthes menganalisa menggunakan dua tahap denotasi dan konotasi. Dan untuk tahap konotasi agar dalam analisa yang dilakukan tidak terlalu subjektif karena dalam tahap konotasi pada penelitian ini, tidak terlalu membahas tentang mitos lebih mendalam disebabkan penulis hanya ingin mengetahui bagaimana tanda-tanda pembelajaran budi pekerti dan toleransi dalam film tersebut. Sehingga penulis takut apabila penelitian ini terlalu subjektif dari persepsi penulis.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
126 digilib.uns.ac.id
2. Kurangnya referensi penelitian yang membahas semiotika tentang film animasi membuat penulis kesulitan untuk mengarahkan dalam memaknai film tersebut. Sehingga penulis menggunakan aspek sinematografi seperti halnya memaknai film pada umumnya dalam memaknai adegan-adegan yang ada dalam film tersebut. 3. Pemahaman yang kurang mendalam dalam dialog dan istilah-istilah dalam film tersebut disebabkan oleh sulitnya memahami sebagian kata yang digunakan dalam film “Upin & Ipin Season 1” karena bahasa yang digunakan dalam film tersebut merupakan bahasa melayu setempat, jadi bukan merupakan bahasa melayu yang baku sehingga penulis agak mengalami hambatan untuk memahami secara mendalam dari segi bahasa atau lingual.
C. Saran 1. Karena banyaknya contoh pembelajaran budi pekerti dan toleransi yang terdapat dalam film “Upin & Ipin Season 1” maka dengan ini peneliti mengharapkan supaya peneliti lain melakukan penelitian tentang pembelajaran budi pekerti dan toleransi di film lain mengingat semakin jarangnya ditemui anak-anak yang memperoleh pendidikan budi pekerti dan toleransi pada saat ini. 2. Ada baiknya penelitian sejenis dilakukan pada film-film buatan dalam negeri dimana bahasa yang digunakan akan lebih mengena terhadap masyarakat pada umumnya dan anak-anak pada khususnya sebagai target dari pembelajaran budi pekerti dan toleransi. commit to user
127 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Ada baiknya untuk melakukan penelitian lain yang sejenis dengan menggunakan fokus pembelajaran yang berbeda sehingga akan didapat hasil yang menggambarkan tentang pesan pembelajaran yang ditujukan untuk perkembangan psikologis anak mengingat semakin sedikitnya film yang menyajikan pembelajaran moral bagi anak-anak.
commit to user