I Gusti Ayu Desy Wahyuni. (Nilai-Nilai Estetika Agama Hindu Dalam.....................)
NILAI-NILAI PENDIDIKAN ESTETIKA AGAMA HINDU DALAM TARI SAMANYA LAKSMI I Gusti Ayu Desy Wahyuni Dosen Tetap Jurusan Dharma Acarya Prodi Pendidikan Agama Hindu STAH Negeri Gde Pudja Mataram Abstract Sri Laksmi is the goddess of wealth, fortune, and beauty. As a patner Wisnu, Goddess Lakshmi will always be born accompanying manifestations of Wisnu. When Wisnu reincarnate into Rama and Kresna, Laksmi as Sita and Rukmini. Goddess Laksmi integral with the god Vishnu, As well as the words of meaning, knowledge of intelligence and good deeds of the policy. God Wisnu is symbolized as all having the character of female. Goddess Laksmi is usually depicted very beautiful, enchanting, and stand at a sprig of lotus flower (lotus) clutching lotus flowers in both hands, when he handed four. Often the elephant looks at each side pour water from a jug in the direction of Goddess Laksmi. He was also praised with series of lotus flowers. Goddess Laksmi is usually depicted with a variety of colors such as pink, golden yellow, and white. Samanya Laksmi is term of Goddess Laksmi with a simple form. n the Dictionary of Ancient Java 2 explain the sense of samaya Laksmi which consists of two words, namely, Samanya and Laksmi, Samanya Public means, simply, while Laksmi is the Goddess Laksmi. So it can be concluded that Samanya contains an understanding Laksmi Goddess Laksmi in the form of Common and simple. In this research the there are two main issues to be be appointed: first, How The shape of Samanya Laksmi dance ?; Secondly, how educational values contained in Hindu Aesthetics Samanya Laksmi dance reviewed of costumes, movement, color costumes, properties ?. In discuss this issue, use the four theories, namely the theory of aesthetics to understand the beauty of Samanya Laksmi dance. Symbolic interactionism theory of symbol-siombol present in Samanya Laksmi dance. Theory of Value discusses values Samanya Laksmi dance in education Hindu. Semiotics and theory discusses the meanings of color and symbols Samanya Laksmi dance. The shape of Samanya Lakshmi dance i is a performing arts dance creations Bali, which still rests on the Commonly Balinese dance. Agem of this dance is agem seklo (not as usual). This dance is danced in groups of six ladies dancers. Tarian Goddess Lakshmi is described sleeved (hand) four in Asta Maha Laksmi called Samanya Laksmi. The movements of this dance describes the elegance and grandeur of Goddess Laksmi. Each dancer holds a flower (lotus) .This dance is accompanied by a set of Music that is gamelan Semar Pegulingan. Education Aesthetic values in Saman Laksmi Hindu can be seen in terms of the aesthetic move, costume colors with the colors that have a philosophical sense, according to the colors that are owned by the Goddess Laksmi. Property used in this dance form of lotus (lotus), lotus (lotus) symbol of the relationship between the creator and the supreme cause. Is also a symbol of Brahmaloka, the abode of Lord Brahma. Semar gambelan Pegulingan is gambelan that have a distinctive and harmonious atmosphere used in expressing the grandeur and elegance of Goddess Laksmi. Keywords : Hindu aesthetics, Samanya Laksmi Dance
407
PADMA SARI - ISSN : 972337366005 - Volume 3 ( 407 – 428 )
A. PENDAHULUAN Sri Laksmi merupakan Dewi kekayaan, keberuntungan, dan keindahan. Sebagai pendamping Wisnu, Dewi Laksmi akan selalu lahir mendampingi penjelmaan-penjelmaan Wisnu. Ketika Wisnu menjelma menjadi Rama dan Kresna, Laksmi sebagai Sita dan Rukmini. Laksmi tidak terpisahkan dengan Dewa Wisnu, Seperti halnya kata-kata dari arti, Pengetahuan dari kecerdasan serta perbuatan baik dari kebijakan. Dewa Wisnu disimbulkan sebagai segala yang bersifat perempuan. Dewi Laksmi biasanya dilukiskan amat cantik, mempesona, dan berdiri pada sekuntum kembang padma (teratai) dengan menggenggam bunga-bunga padma pada kedua tangannya, saat Beliau bertangan empat. Sering kali gajah terlihat pada masing-masing sisinya mencurahkan air dari kendi ke arah Dewi Laksmi. Beliau juga dipuja dengan rangkaian kembang teratai. Dewi Laksmi biasanya digambarkan dengan berbagai warna seperti : merah muda, kuning keemasan, dan putih. Di dalam kehidupan jagad raya, sosok Dewi Laksmi sangat didambakan oleh seluruh kaum wanita, seperti halnya
kecantikan, lemah lembut,
keanggunannya serta memberikan kesuburan dan kehidupan di dunia. Dewi Laksmi dijadikan lambang dan panutan sosok wanita sempurna oleh seluruh kaum wanita. Samanya Laksmi merupakan sebutan dari Dewi Laksmi dengan wujud yang sederhana. Dalam Kamus Jawa Kuno 2 dijelaskan pengertian dari samanya Laksmi yang terdiri dari dua kata yaitu, Samanya dan Laksmi , Samanya berati Umum, sederhana, sedangkan Laksmi yaitu Dewi Laksmi. Jadi dapat disimpulkan bahwa Samanya Laksmi mengandung pengertian Dewi Laksmi dalam wujud yang Umum dan sederhana. Ada beberapa teori yang digunakan untuk mendukung penelitian ini yakni ; 1) Teori Estetika, Estetika adalah segala sesuatu dan kajian terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan seni. Estetika merupakan suatu telaah yang berkaitan dengan
penciptaan,
apresiasi,
dan
kritik
terhadap
karya
seni
dalam
konteksketerkaitan seni dalam kegiatan manusia dan peranan seni dalam
408
I Gusti Ayu Desy Wahyuni. (Nilai-Nilai Estetika Agama Hindu Dalam.....................)
perubahan dunia. Teori Estetika akan membahas tentang bentuk keindahan dari tari samanya Laksmi baik dari segi bentuk, gerak , warna kostum dan properti yang digunakan, 2). Teori interaksionisme simbolik, teori ini sangat menekankan arti pentingnya “proses mental” atau proses berpikir bagi manusia sebelum mereka bertindak. Tindakan manusia itu sama sekali bukan stimulus - respon, melainkan stimulus - proses berpikir-respons. Jadi, terdapat variabel antara atau variabel yang menjembatani antara stimulus dengan respon, yaitu proses mental atau proses berpikir, yang tidak lain adalah interpretasi. Teori interaksionisme simbolik memandang bahwa arti/makna muncul dari proses interaksi sosial yang telah dilakukan. Arti dari sebuah benda tumbuh dari cara-cara dimana orang lain bersikap terhadap orang tersebut, 3).Teori nilai, nilai adalah patokan normatif yang mempengaruhi manusia dalam pilihannya diantara cara-cara tindakan alternatif. Definisi ini memiliki tekanan utama pada norma sebagai faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku manusia, dan 4).Teori semiotika, Untuk membahas makna dari tari Samanya Lakasmi di pakai teori semiotika. Komunikasi dalam tari terjadi melalui bahasa tanda.
B. PEMBAHASAN 1. Bentuk Tari Samanya Laksmi Seni tari Samanya laksmi, dilihat dari segi fungsinya merupakan jenis tari Balih-balihan, walaupun temanya tentang sinar suci dari Dewa Siva, tetapi tidak untuk disakralkan. Hanya sebagai hiburan dan tontonan masyarakat, tetapi mengandung makna tentang Agama, yang dapat dilihat dari simbol-simbol yang dipergunakan dalam gerak, kostum dan properti yang digunakan memiliki arti dalam nilai estetika dalam pendidikan agama Hindu. Sebagai seorang penari khususnya tari Bali, memiliki peraturan atau norma-norma dalam menari, seperti memiliki wiraga, wirama, dan wirasa. Kata wiraga memiliki dua pengertian, yaitu peraturan yang berkaitan dengan bangun tubuh seorang penari, dan uang kedua adalah yang berhubungan dengan gerak pertunjukan. Seorang koreografer tari Bali yang biasanya mengerti peraturan dan
409
PADMA SARI - ISSN : 972337366005 - Volume 3 ( 407 – 428 )
norma ini. Dalam pemilihan tokoh pada suatu pertunjukan, ia telah memperhitungkan bahwa peranan karakteristik sangat penting untuk berhasilnya sustu pementasan. Tari Samanya Laksmi adalah sebuah tari kreasi baru yang materinya masih berpijak dari tarian tradisi, baik struktur, ekspresi, maupun perbendaharaan gerakkannya. Tari Kreasi merupakan jenis tarian yang telah diberi pola garapan baru, tidak lagi terkait dengan pola-pola yang ada, lebih menginginkan suatu kebebasan dalam hal ungkapan sekalipun sering rasa dari gerakannya berbau tradisi ( Dibia, 1974 ; 4). Pada garapan ini penata tidak memfokuskan pada alur naratif melainkan hanya rangkaian-rangkaian susana emosional dan karakterisasi, yang berkaitan dengan kecantikan, keagungan, dan kewibawaan dari Dewi Laksmi pada saat bertangan dua, memegang bunga Padma(Teratai). Wujud garapan ini adalah karya tari kelompok. Yang ditarikan oleh enam orang penari putri, setiap penari membawa setangkai kembang Padma (Teratai). Menarikan gerakan-gerakan yang anggun, gemulai, lembut akan tetapi lincah, berwibawa, dan berkharisma. Dewi Laksmi dilukiskan amat cantik, mempesona, dan berdiri pada sekuntum kembang padma (teratai) dengan menggenggam bunga-bunga padma pada kedua tangannya, saat Beliau bertangan empat. Sering kali gajah terlihat pada masing-masing sisinya mencurahkan air dari kendi ke arah Dewi Laksmi. Beliau juga dipuja dengan rangkaian kembang teratai. Dewi Laksmi biasanya digambarkan dengan berbagai warna seperti : merah muda, kuning keemasan, dan putih. Di dalam kehidupan jagad raya, sosok Dewi Laksmi sangat didambakan oleh seluruh kaum wanita, seperti halnya kecantikan, lemah lembut, keanggunannya serta memberikan kesuburan dan kehidupan di dunia. Dewi Laksmi dijadikan lambang dan panutan sosok wanita sempurna oleh seluruh kaum wanita. Samanya Laksmi merupakan sebutan dari Dewi Laksmi dengan wujud yang sederhana. Dalam Kamus Jawa Kuno 2 dijelaskan pengertian dari samanya Laksmi yang terdiri dari dua kata yaitu, Samanya dan Laksmi , Samanya berati
410
I Gusti Ayu Desy Wahyuni. (Nilai-Nilai Estetika Agama Hindu Dalam.....................)
Umum, sederhana, sedangkan Laksmi yaitu Dewi Laksmi. Jadi dapat disimpulkan bahwa Samanya Laksmi mengandung pengertian Dewi Laksmi dalam wujud yang Umum dan sederhana. Tarian ini masih berpijak pada bentuk struktur tari tradisi yang terdiri dari : pepeson, pengawak, pengecet dan pekaad. Sedangkan materi gerakan tarian ini merupakan pengembangan dari tari tradisi yang telah ada. Tari Samanya laksmi lama dari pementasan ini adalah kurang lebih 10 menit.
2. Struktur Bagian Tari samanya Laskmi Masih menggunakan struktur seperti pada umumnya tari Bali yakni; Bagian I: Pepeson (on stage). Pada bagian ini dua orang penari diatas panggung dengan menggunakan trap (panggung tersusun) membuat pose dengan wujud Dewi
Laksmi bertangan empat, dengan memegang bunga padma (teratai).
Dengan melakukan gerakan-gerakan tangan yang penuh dengan keagungan dan keanggunan.Suasana : tenang dan agung. Bagian II: Pengawak. Pada bagian pengawak terjadi perubahan Dewi laksmi bertangan dua, dengan setiap penari memegang properti kembang padma (teratai). Penari melakukan gerakan tari dengan lembut dan gemulai disertai dengan gerakan-gerakan rampak (sama) dan gerakan bergantian. Pada saat ini merupakan penggambaran memperlihatkan keagungan dan kecantikan Dewi Laksmi. Suasana : ceria dan agung. Bagian III: Pengecet. Pada bagian pengecet terjadi perubahan ritme yang lebih cepat dan permainan level dari penari, dimana menggambarkan Dewi Laksmi yang sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan alam semesta. Yang tampak pada permainan properti yang digunakan (Kembang Padma). Suasana : Ceria, dan terakhir Bagian IV: Pekaad/ Penutup (ending/tablo). Pada bagian akhir dari tarian ini, 2 orang penari kembali naik keatas trap dengan posisi yang sama pada pepeson, dan ke empat penari yang lainnya berada tepat didepan trap dengan level atau ketinggian yang berbeda. Suasana : tenang dan agung. Dari uraian diatas dapat kita lihat bahwa tari kreasi Samanya Laksmi memiliki empat (empat) bagian struktur dari gerak tariannya, dimana setiap bagiannya memiliki kesan atau suasana sesuai dengan sifat-sifat dari Dewi
411
PADMA SARI - ISSN : 972337366005 - Volume 3 ( 407 – 428 )
Laksmi pada saat berlengan dua dengan memegang sekuntum bunga padma, yang dituangkan melalui gerak tari dan iringan musik gambelan Semar Pegulingan. Bentuk dari tari Samanya Laksmi, dimana tarian ini merupakan tari kreasi baru dengan konsep-konsep yang masih menggunakan dasar-dasar tari Bali paada umumnya. 3. Kostum dan Tata Rias Tari Samanya Laksmi. Tata Rias dan kostum merupakan sebagai suatu refleksi dari pencipta dan masyarakat pendukungnya. Tata rias dan kostum ditentukan berdasarkan sesuai dengan konsep dari tariannya yang menyangkut sesuai dengan temanya. Secara umum konsep kostum tari kreasi baru ini, masih berpijak pada kostum tari Bali tradisi yang umumnya terdiri dari hiasan kepala, badan, kain beserta segala pirantinya (perlengkapannya) Dalam tari kreasi ini warna-warna kostum yang digunakan seperti warna merah muda, kuning keemasan, putih dan biru, dmana warna-warna tersebut merupakan simbol-simbol dari Dewi Laksmi. Di dalam pementasan tari Samanya Laksmi para penari mengunakan kostum yang sama, tidak ada perbedaan atara penari yang satu dengan yang lainnya. Selain kostum atau busana tata rias wajah juga sangat diperlukan dalam pementasan tari, karena untuk mewujudkan sesuai karakter yang diperankan. Adapun perlengkapan kostum yang digunakan pada tari Samanya Laksmi yakni ; gelungan sebagai hiasan kepala, kamen/kain rok berwarna biru tua, rempel kain satin kuning, rempel kain kaca merah muda, streples/stagen putih keemasan dengan kombinasi warna biru, tutup dada warna merah muda dan biru, simping merah muda, baju warna kuning keemasan, gelangkana, ampok-ampok kulit, antol/ramput palsu panjang, dan subeng untuk hiasan ditelinga.
4. Iringan Tari Samanya Laksmi. Musik Merupakan
sebagai ungkapan seni memiliki unsur dasar yaitu
suara. Di dalam musik, nada, irama, syair, merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Musiki sebagai karya auditif dapat berdiri sendiri atau berfungsi
412
I Gusti Ayu Desy Wahyuni. (Nilai-Nilai Estetika Agama Hindu Dalam.....................)
mandiri, dan bisa juga sebagai pengiring atau penguat dalam seni pertunjukan (Prihatini, 200; 105). Musik atau Gambelan iringan tari sebagai salah satu unsur atau aspek penting dari suatu tarian itu sendiri. Oleh karena musik atau gambelan dapat berfungsi sebagai penguat (pembentuk) situasi dan kondisi, seperti halnya dalam Tari Samanya Laksmi pada pembagian struktur tariannya disana terlihat pembagian dari suasana gerak dan iringannya. Dalam Gambelan Bali terdapat beberapa jenis gambelan diantaranya, gambelan gong kebyar, selonding, angklung, gender, rindik, jegog, semar pegulingan, dan semarandana. Dimana masing- masing gambelan memiliki suasana dan fungsi yang berbeda-beda. Garapan tari Samanya Laksmi ini diiringi dengan gambelan Semar Pegulingan, karena gambelan ini mempunyai suasana yang khas dan dirasakan serasi digunakan dalam mengekspresikan keagungan dan keanggunan dari Dewi Laksmi.
5.
Nilai-nilai Pendidikan Estetika Hindu yang terkandung dalam Tari Samanya Laksmi ditinjau dari Gerakan, Iringan, Warna Kostum, dan Properti Nilai adalah suatu hal yang dijadikan landasan, alasan, atau motivasi
dalam segala bentuk berbuatan, tindakannya. Dalam konteks pelaksanaan sebuah nilai akan dijabarkan kedalam bentuk norma, kaidah atau ukuran normative, sehingga segala yang mempunyai kebenaran dan kebaikan adalah merupakan suatu perintah harus dijalankan. Sedangkan hal-hal yang bersifat tidak baik dan benar maka hal tersebut merupakan larangan untuk dilaksanakan. Selanjutnya pendidikan pada hakekatnya tidaklah semata-mata mendidik manusia untuk mencari nafkah. Tetapi pendidikan mengajarkan seseorang untuk mendapatkan kebahagiaan. Agama Hindu diturunkan ke dunia untuk menuntut manusia mendapat kebahagiaan hidup, karena ajaran agama berisi tentang pedoman dan cara hidup yang benar. Menurut Louis O (dalam Awanita, 2001: 15) menyatakan nilai mempunyai empat arti yaitu: (1) nilai berarti berguna; (2) nilai berarti baik atau benar; (3) nilai
413
PADMA SARI - ISSN : 972337366005 - Volume 3 ( 407 – 428 )
berarti objek atau keinginan atau sikap yang menimbulkan setuju atau predikat; (4) nilai berarti memutuskan bahwa sesuatu diinginkan atau menunjukkan nilai. Sedangkan Gordon (dalam Mulyana,2004: 9) mendefenisikan nilai sebagai keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar pilihannya. Selanjutnya menurut Brameld (dalam Mulyana, 2004: 10) mendefenisikan nilai sebagai konsep (tersirat atau tersurat, yang sifatnya membedakan indvidu atau ciri-ciri kelompok) dari apa yang diinginkan, yang mempengaruhi pilihannya terhadap cara, tujuan antara dan tujuan akhir tindakan. Terkait dengan paparan di atas nilai pendidikan dalam sebuah tarian Samanya Laksmi sarat akan nilai pendidikan Estetika Hindu yang tertuang dalam ajaran agama Hindu seperti halnya dalam gerakan yang mengambil simbol-simbol dari Dewi Laksmi berlengan(tangan) dua,, iringan
dari gambelan Semar
Pegulingan, warna kostum yang memiliki arti filosofi dari masing-masing warna yang digunakan, dan properti berbentuk bunga teratai (padma) yang merupakan bunga penggambaran dari kehidupan di bumi ini. Kesenian merupakan salah satu unsur kebudayaan secara universal selain bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian hidup, dan sistem religi. Agar sesuatu bernilai seni dalam penciptaan sebuah karya, karya itu seyogianya menyiratkan keindahan atau estetika. Entah karya itu berupa seni pertunjukan (tari dan drama), seni rupa (lukis, patung, relief) maupun seni kerajinan. Selanjutnya kebudayaan Bali yang mewahanai kesenian Bali telah diyakini oleh masyarakatnya sebagai wujud persembahan. Seni adalah sebuah kehidupan karena telah menyatu dalam jiwa. Estetika budaya yang dibingkai oleh religiusitas Hinduisme tetap menarik untuk dinikmati dan dikunjungi oleh wisatawan mancanegara. Bahkan, agama Hindu dapat menumbuhkan perasaan seni yang sangat mendalam pada masyarakat terutama dalam bidang seni pahat, seni gamelan, seni lukis, seni tari dan seni hias. Kesenian apa pun bentuknya pada dasarnya merupakan hasil ekspresi dan kreativitas seniman. Sebagai sebuah hasil olah rasa, cipta dan karsa seniman,
414
I Gusti Ayu Desy Wahyuni. (Nilai-Nilai Estetika Agama Hindu Dalam.....................)
kesenian tidak akan bisa dilepaskan dari ikatan nilai-nilai luhur budaya senimannya, (2007, Tary Puspa). Berbicara tentang nilai pendidikan estetika dalam tari Samanya Laksmi, menurut Hartoko (1993) dalam Triguna (2003: xiv) memberikan gambaran bahwa estetika adalah cabang filsafat yang berurusan dengan keindahan, baik menurut realisasinya maupun menurut pengalaman. Dengan demikian, estetika tidak lagi semata-mata bercorak filsafati, tetapi amat ilmiah. Objek pemahaman estetika tidak hanya membicarakan keindahan semata, tetapi meluas meliputi seni, pengalaman estetik, dan seniman dengan segala aspek (Pramoni,1982: 15). Sejalan ungkapan diatas
estetika Hindu pada intinya merupakan cara
pandang mengenai rasa keindahan (longo) yang diikat oleh nilai-nilai agama Hindu yang didasarkan atas ajaran-ajaran kitab suci Weda. Ada beberapa konsep yang kiranya menjadi landasan estetika Hindu. Konsep dimaksud antara lain konsep kesucian, konsep kebenaran, dan konsep keseimbangan. Selanjutnya di kalangan masyarakat Hindu Bali kesenian persembahan kepada Tuhan dan alam niskala dapat dibedakan menjadi dua kelompok: kesenian wali (sacred religion arts) dan kesenian bebali (ceremonial arts). Kesenan wali mencakup berbagai bentuk kesenian tergolong tua dan oleh karena itu memiliki unsur-unsur keaslian (originalitas) dan kesucian. Di kalangan masyarakat Bali seni sakral merupakan salah satu aspek vital kehidupan spiritual masyarakat Hindu yang merupakan bagian yang integral dengan pelaksanaan upacara (Triguna,2003: 97-98). Dalam pembahasan bentuk dari
tari Samanya Laksmi seperti yang
dijelaskan dalam teori estetika adalah suatu ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan keindahan. Pengalamn indah terjadi melalui pancaindera, khususnya melalui indera penglihatan dan indera pendengaran (Djelantik, 2000;7), dalam tiga aspek dasar yakni; (1) Wujud dan rupa, (2) bobot atau isi, (3) Penampilan dan penyajian. Terutama dari segi wujud atau rupa terdiri atas bentuk atau unsur yang mendasar dan susunan atau struktur. Setiap bagian memiliki suasana yang berbeda-beda dalam menggambarkan keagungan dari Dewi Laksmi
415
PADMA SARI - ISSN : 972337366005 - Volume 3 ( 407 – 428 )
dalam berlengan (tangan) dua, dengan membawa sekuntum bunga Padma (Teratai), yang diiringi dengan gambelan Semar pegulingan. 1. Dewi Laksmi Dalam kitab-kitab Veda “Sri” atau “Laksmi” adalah dewi kekayaan dan keberuntungan, kekuasaan dan keindadahan. Walaupun ada keleluasaan untuk pengandaian bahwa “sri” dan “laksmi” sebagai dua devata terpisah, uraian tentang mereka sangat identil, sehingga kita cenderung menyimpulkan bahwa mereka menyatakan satu devata yang sama. Sedangkan menurut kitab-kitab Purana, beliau merupakan putri sang bijak Bhrgu dengan istrinya Khyati. Kemudian beliau muncul dari lautan susu pada saat pengadukannya. Sebagai pendamping Visnu dia akan selalu lahir mendampingi penjelmaan-penjelmaan Visnu. Laksmi tak terpisahkan oleh Visnu, Visnu menyatakan segala yang bersifat laki-laki, Laksmi menyatakan segala yang bersifat perempuan. Dewi Laksmi dilukiskan teramat cantik mempesona dan berdiri pada sekuntum kembang padma dan menggenggam bunga-bunga padma pada kedua tangannya. Mungkin hal inilah yang menyebabkan beliau dinamakan Padma atau Kamala. Beliau juga dipuja dengan rangkaian kembang teratai. Seringkali gajah terlihat pada masing-masing sisinya. Mencurahkan air dari kendi kearahnya, kendi yang diberikan oleh para gadis-gadis surgawi. Delapan bentuk laksmi yang dikenal sebagai Asta mahalaksmi, dijumpai dalam pekerjaan ikonografis, dari sini Gajalaksmi adalah yang paling terkenal. Dia biasanya dilukiskan pada ambang kerangka pintu. Dia duduk pada delapan daun bunga teratai, memiliki empat tangan dengan membawa sekuntum bunga padma, periuk nektar, buah bilva dan kulit kerang. Dibaliknya dua ekor gajah terlihat menuangkan air terhadapnya dari kendi-kendi yang dipegang oleh belalainya. Bila Dewi yang sama memiliki dua lengan, dia disebut SamanyaLaksmi, atau Indralaksmi. Bila dia digambarkan dengan dua kuntum kembang padma pada kedua lengannya, dan dua tangan lainnya memperagakan
416
I Gusti Ayu Desy Wahyuni. (Nilai-Nilai Estetika Agama Hindu Dalam.....................)
Abhaya dan Varada Mudra, dia dinyatakan sebagai Varalaksmi. Bentuk-bentuk lainnya tidaklah begitu umum sifatnya. Empat tangannya menyatakan daya kekuasaannya untuk menganugerahi empat purusaartha yakni tujuan hidup manusia. Dharma (kebajikan), Artha (kekayaan), Kama (kesenangan dan keinginan), dan Moksa (kebebasan). Amerthakalasa menyatakan bahwa dia dapat memberi kita kebahagiaan akan keabadian. Ada beberapa pahatan menggambarkan Laksmi dengan tunggangannya burung hantu, tampak hal yang sangat ganjil bahwa Dewi keberuntungan dan kecantikan harus menunggangi burung yang jelek sebagai kendaaraannya, sebagai makna simbol dari keanehan tersebut kita akan berada pada posisi lebih baik untuk menghargai burung malang dan majikannya yang welas asih. Berdasarkan uraian indah yang diberikan dalam Bhagavadgita 2.69, kita menjadi cukup murah hati untuk membandingkan burung hantu dengan Sthitaprajna, oramg dengan kebijaksanaan mantap. Kemudian , lambang itu akan berarti bahwa Ibu Laksmi adalah Dewi kebijaksanaan spiritual. Bila kita tidak begitu murah hati, maka kita dapat belajar dari padanya dengan cara lain, misalnya :’ Jangan menghalangi matamu terhadap sinar kebijaksanaan yang datang dari matahari pengetahuan”. Atas pertimbangan demi umat manusia, Ibu maha welas asih ini telah menjaga perwujudan kebodohan ini tetap berada di bawah pengendaliannya.
2. Gerakan Dalam Tari Samanya Laksmi. Secara umum gerakan tarian ini merupakan gerakan-gerakan tari tradisi Bali pada umumnya, tetapi ada beberapa gerakan yang tidak lasim , seperti agem dasar dari gerakan ini agak sedikit seklo (tidak seperti agem dasar tari Bali umumnya). Motif-motif dari gerakannya masih seperti tari tradisi Bali, diantaranya yakni ; mungkah lawang, piles,nyrgut, ngelier, sledet, tanjek, ngelo, ileg-ileg dan masih ada beberapa gerakan yang lainnya. Bila dilihat dari tarian Samanya Laksmi ini ahanya agem dasarnya saja yang sedikit berbeda. Properti
417
PADMA SARI - ISSN : 972337366005 - Volume 3 ( 407 – 428 )
yang digunakan dalam tari Samanya Laksmi yaitu kembang teratai berwarna merah yang terbuat dari kertas karton dengan susunan bunganya bisa dikuncup dan dimekarkan, dimana setiap penari membawa properti kembang padma ini satu penari satu properti.
3. Iringan Tari Samanya Laksmi Tabuh berasal dari tata dan bhuh. Tata yang disebut prawerti, prawerti artinya kesusilaan, susila yang berarti sesana dan pelaksana. Karena asal mula yang sebenarnya berasal dari tiga, karena asal mula yang sebenarnya berasal dari tiga, karena Sang Hyang Tri Wisesa yang mengadakan segala yang tumbuh dan segala yang berjiwa. Makanya ada sang Hyang bhuh loka yaitu dari yoganya Sang Hyang Tri Wisesa. Karena Sang Hyang Tri Wisesa yang membikin lahir, Hidup, dan mati; Upeti, Stiti, Pralina. Makan ada lahir ada hidup dan ada mati, ada nista, madya dan utama. Ada pertiwi, akasa, dan apah. Falsafah atau logika dalam gambelan Bali dimulai dengan terciptanya bunyi, suara, nada dan ritme oleh Sang Hyang Tri Wisesa dimana nada-nada itu diwujudkan dengan simbol penganggegending aksara, seperti bisah, taleng, dan cecek. Gambelan sebagai musikal instrument atau sebagai musik tak dapat dipisahkan dari konsep keseimbangan hiduporang Bali yang meliputi konsep keseimbangan hidup manusia dengan Tuhan, konsep hidup manusia dengan alam sekitarnya, dan konsep hidup manusia dengan sesamanya. Ketiga konsep keseimbangan hidup di atas dinamakan Tri Hita Karana. Orang Bali, dimanapun ia berada dan apapun yang ia perbuat, konsep keseimbangan hidup ini akan menjadi dasar perbuatannya.(Bandem, 1986). Menurut falsafah Prakempa bahwa bunyi (suara) mempunyai kaitan yang erat dengan konsepsi lima dimensi yang dinamakan Panca Mahabhuta, yaitu Pertiwi, Bayu, Apah, Teja dan Akasa. Bunyi dengan warnanya masing-masing menyebar ke seluruh penjuru bumi dan akhirnya membentuk sebuah lingkaran yang disebut lingkaran pengider Bhvana. Pencipta dari bunyi itu bernama
418
I Gusti Ayu Desy Wahyuni. (Nilai-Nilai Estetika Agama Hindu Dalam.....................)
Bhagawan Wiswakarma dan ciptaan beliau mengambil ide dari bunyi (suara) 8 (delapan) penjuru dunia yang sumbernya berada pada dasar bumi. Suara-suara (bunyi) itu dibentuk menjadi 10 (sepuluh) nada yaitu 5 (lima) nada yang disebut laras pelog dan 5 (lima) nada disebut laras Slendro. Nada-nada itu mempunyai kaitan dengan Panca tirta dan Panca Geni, dua sumber keseimbangan hidup manusia (Bandem,1986). Menurut “Nasehat Catur Muni-muni” yang tercantum
dalam lontar
Prakempa, Gambelan Bali dapat digolongkan menjadi beberapa perangkat dan masing-masing perangkat mempunyai instrumentasi, orkestrasi, teknih permainan dan fungsi yang berbeda-beda. Adapun jenis-jenis gambelan Bali yang tercantum dalam Prakempa ialah Gambelan Smar Pagulingan (Barong Singa), Smar Patangian, Smar Palinggihan (Joged Pingitan), Smar Pandirian (Barong Ket), melad Prana (Gambuh), Angklung, Bebonangan, Gambang, genggong, Slunding dan sebuah gambelan sakral yang terbuat dari logam taru wuku yang belum diketahui wujudnya. Hampir semua perangkat gambelan diatas masih hidup sampai sekarang.(Bandem, 1986;15). Dalam Lontar Prakempa, semua barungan gambelan memiliki fungsi yang berlainan sesuai dengan tempat (lingkungan), waktu dan kondisi. Gambelan Smar Pagulingan digunakan sebagai pengiring tari Pependetan khususnya pada upacara yang berlangsung di istana para raja. Setiap gambelan memiliki stratifikasi (tingkatan) tertentu dan penyalah gunaan masing-masing barungan itu akan menimbulkan masalah etik, serta kurang menjamin keseimbangan dalam hidup manusia. Dari beberapa macam jenis-jenis iringan tarian, Tari Samanya Laksmi menggunakan iringan dari gambelan Semar Pegulingan. Karena dianggap cocok dan serasi dalam suasana dan gerak yang ditarikan. Semar Pegulingan di perkirakan telah tercipta pada abad ke XVI, yaitu pada masa pemerintahan Dalem Waturenggong. Pada masa Dalem Waturenggong sebagai pelindung di dalam pengembangan kesenian ( I Wayan Rai, 1996; 2-3). Satu-satunya data pembanding mengenai asal usul Semar Pegulingan menyatakan, bahwa gambelan ini diciptakan pertama kali di Puri Semarapura Klungkung pada
419
PADMA SARI - ISSN : 972337366005 - Volume 3 ( 407 – 428 )
saat perpindahannya dari Puri Semara pura di Gelgel (Proyrk Pengembangan Sarana Wisata Budaya Bali, 1974/1975; 35). Perpindahan tersebut terjadi sekitar tahun 1651, hal ini dikuatkan riwayat Kraton Gelgel dianggap berakhir pada tahun tersebut (Ida Bagus Sidemen, at. Al.,1983; 35). Sumber pembanding ini tanpa dilengkapi alasan yang cukup sebagai data pendukung terhadap pernyataan tersebut, sehingga kebenarannya patut dipertanyakan Semar Pegulingan disebutkan dalam Babad Blahbatuh, Kidung Undakan Pangrus, Segawati, Lontar Prakempa, dan Lontar Aji Gurnita..Dalam Babad Blahbatuh disebut “Smara Pagulingan”, dalam kidung Undakan Pangrus dengan peristilahan “Semar pegulingan”, dan dalam Sewagati dengan sebutan”Semar Pagulingan” Pada lontar prakempa I Wayan Dibia (guru besar Institut Seni Indonesia Denpasar) menjelaskan, bahwa secara evolusi gambelan semar Pegulingan yang muncul pertama kali adalah Semar Pegulingan Saih pitu (bernada tujuh), kemudian disusul oleh Semar Pegulingan saih lima (bernada lima) dan saih enam (bernada enam). Hal ini disebabkan adanya bingkai-bingkai lima nada yang diturunkan dari semar pegulingan saih pitu ke semar pegulingan saih lima.
4.
Warna Kostum Tari Samanya Laksmi. Penggunaan warna yang tepat akan menciptakan sebuah suasana yang
membuat seseorang selalu gembira. Beberapa warna utama yang digunakan dalam upacara keagamaan adalah merah, kuning (kunyit), Hijau dari dedaunan, putih dari tepung terigu dan lain-lainnya. Merah, Dalam agama Hindu merah adalah warna yang sangat penting dan adalah warna yang paling sering digunakan dalam upacara suci seperti perkawinan, kelahiran anak dan perayaan-perayaan lainnya. 1) Merah merupakan warna sakti (kekuatan). 2) Saffron (kuning kemerahan). Melambangkan api dan ketidak sucian dibakar oleh api, warna ini melambangkan kemurnian. Warna ini juga melambangkan kereligiusan . Ini adalah warna yang dipakai orang suci yang telah menarik
420
I Gusti Ayu Desy Wahyuni. (Nilai-Nilai Estetika Agama Hindu Dalam.....................)
diri dari kehidupan duniawi. Dengan memakai warna ini melambangkan pencarian pencerahan. Saffron adalah warna medan perang Rajput, Kasta prajurit. 3) Hijau, melambangkan kedamaian dan kebahagiaan menyetabilkan pikiran. Warna ini sejuk dimata dan melambangkan alam. 4) Kuning, Ini adalah warna pengetahuan dan pengajaran. Melambangkan kebahagiaan, kedamaian, meditasi,kemampuan dan perkembangan mental. Ini adalah warna musim semi dan membangkitkan pikiran. Deva Visnu memakai busana kuning melambangkan pengetahuan. Krisna dan Ganesa memakai pakaian berwarna kuning. 5) Putih, Putih adalah warna campuran dari tujuh warna oleh karena itu warna ini memiliki setiap sifat dari masing-masing warna campuran itu. Warna ini melambangkan kemurnian, kesucian, kedamaian dan pengetahuan. Dewi ilmu pengetahuan, Saraswati selalu memakai busana warna putih, duduk diatas teratai putih. Begitu juga Dewa-dewa yang lainnya juga memakai busana dengan sentuhan warna putih. Janda yang beragama Hindu akan memakai busana putih sebagai pertanda berduka-cita. 6) Biru. Tuhan telah memberikan warna biru yang amat maksimal terhadap alam misalnya; langit, lautan, sungai dan danau. Dewa-dewa yang memiliki sifat berani, jantan, kuat, kemampuan untuk menyelesaikan hal yang sulit. Krisna dan Rama memiliki warna biru. Warna yang digambarkan pada Dewi Laksmi berbagai macam warna seperti, merah muda, kuning keemasan,dan Putih. Bila laksmi digambarkan berkulit gelap, itu untuk menunjukkan bahwa beliau merupakan pendamping Visnu, Deva yang berkulit gelap. Bila kuning keemasan itu menunjukkannya sebagai sumber segala kekayaan. Dan bila putih
beliau menyatakan wujud
termurni dari alam (Prakrti) sebagai asal perkembangan alam semesta raya ini. Dengan kulit berwarna merah muda, yang lebih umum mencerminkan welas asihnya terhadap mahluk hidup, karena beliau merupakan ibu dari segalanya.
421
PADMA SARI - ISSN : 972337366005 - Volume 3 ( 407 – 428 )
Dalam Tari Samanya Laksmi untuk menggambarkan sifat-sifat dari Dewi Laksmi dapat dilihat dari warna-warna yang dituangkan dalam kostum atau busana yang digunakan oleh para penari. Diantara warna-warna tersebut yaitu: warna biru tua pada kamen atau rok penari, warna kuning dan merah muda pada kain hiasan rempel, warna putih keemasan yang di kombinasi warna biru pada bagian streples atau stagen ( angkin), warna merah dan biru pada bagian kain penutup dada, warna merah muda pada simping penari,dan warna kuning keemasan pada gelungan sebagai hiasan kepala, baju, gelangkana untuk hiasan ditangan, ampok-ampok kulit untuk hiasan di pinggang. Dalam tari Samanya Laksmi menggunakan properti sebuah bunga Padma atau Teratai yang terbuat dari kertas karton yang bisa di kembang kuncupkan oleh penari. Setiap penari membawa properti bunga Padma atau Teratai ini satu tangkai. Teratai atau Padma merupakan tumbuh di air dan memiliki bunga yang sangat indah. Oleh karena itu teratai teratai di pakai sebagai simbol alam semesta yang berasal dari matahari. Teratai terlahir dari pusar Deva Visnu, dan merupakan tempat duduk dari Deva Brahma, Sang pencipta. Oleh karena itu bunga Teratai adalah Bunga yang suci. Bunga ini melambangkan bangkitnya Kundalini. Padma atau bunga Teratai melambangkan kemuliaan dan banyak sekali Deva yang digambarkan duduk atau berdiri diatas bunga teratai (Hinduisme Sebuah Pengantar, 2006, Hal.107.) Bunga Padma simbol kebenaran, kesucian dan keindahan (satyam, sivam. Sundaram). Tuhan
juga alam semesta itu sendiri. Dalam banyak aspek-Nya
Tuhan diperumpamakan bak bunga padma (antara lain, mata padma, kaki padma, tangan padma, padma hati dan sebagainya). Dalam kitab suci dan kitab kuno lainnya menjelaskan keindahan bunga padma. Seni dan arsitektur juga memotret bunga padma dalam berbagai motif dekorasi dan gambar. Dewi Laksmi, duduk diatas bunga padma dan membawanya di tangan-Nya. Kembang-kembang teratai dalam berbagai tahap mekarnya menyatakan dunia dan mahluk-mahluk dalam berbagai tahap evolusi.
422
I Gusti Ayu Desy Wahyuni. (Nilai-Nilai Estetika Agama Hindu Dalam.....................)
Bunga padma mekar seiring dengan sinar matahari yang bersinar pagi dan kuncup di malam hari, mirip dengan pikiran kita yang terbuka lebar dan berkembang bak cahaya pengetahuan. Bunga padma tumbuh dan berkembang biak dengan cepat. Bunga padma sangat indah dan tidak terikat, mengingatkan kita agar dapat selalu berusaha memelihara kemurnian dan keindahan di dalam hati, dalam berbagai keadaan. Daun padma tak pernah basah meskipun selalu terendam di dalam air. Bunga padma simbol manusia bijaksana (gnani) yang selalu bahagia, tidak terpengaruh ( Aripta, 2006:60). Dalam sloka dari Bhagavadgita menyebutkan: Brahmanyadhaya karmani Sangam tyaktva karoti yaha Lipyate na sa papena Padma Patram ivambhasa
Terjemahannya: Barang siapa yang mempersembahkan bunga padma kepada Brahman (yang tertinggi), yang dihiasi dengan ketidak terikatan, tidak terpengaruh oleh dosa, seperti daun teratai yang tidak terpengaruh oleh air di dalamnya. Bunga padma keluar dari pusar Tuhan, Vhisnu. Dewa Brahma berasal dari-Nya yang menciptakan dunia. Oleh karena itu bunga padma simbol hubungan antara pencipta dan penyebab tertinggi, Juga merupakan simbol Brahmaloka, tempat bersemayamnya Dewa Brahma. Teori interaksionisme simbolik adalah suatu aktivitas yang merupakan ciri khas manusia, yakni komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna. Perspektif ini berupaya untuk memahami perilaku manusia dari sudut pandang subjek. Dalam tari Samanya Laksmi banyak simbol-simbol dalam mengekspreikan tentang Dewi Laksmi pada saat berlengan (tangan) dua, Baik dari segi gerak, kostum, iringan dan properti yang digunakan. Dalam simbol-simbol tersebut memiliki maknamakna yang khusus sesuai dengan karakter dari Dewi laksmi dan memiliki nilai nilai estetika dalam pendidikan agama Hindu. Makna tersebut terlihat dari tanda atau simbol yang digunakan penari, dalam teori semiotika menyatakan bahwa
423
PADMA SARI - ISSN : 972337366005 - Volume 3 ( 407 – 428 )
tanda merupakan komunikasi dalam suatu tarian, yang dituangkan lewat gerakan tari, kostum, iringan dan properti yang digunakan.
C. PENUTUP 1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan di depan, khususnya dalam menjawab mengenai bentuk dan nilai estetika pendidikan dalam agama Hindu di dalam tari Samanya Laksmi maka dapat ditarik simpulan seperti berikut ini: Tari Samanya Laksmi adalah sebuah tari kreasi baru yang materinya masih berpijak dari tarian tradisi, baik struktur, ekspresi, maupun perbendaharaan gerakkannya. Wujud garapan ini adalah karya tari kelompok. Yang ditarikan oleh enam orang penari putri, setiap penari membawa setangkai kembang Padma (Teratai). Dengan menarikan gerakan-gerakan yang anggun, gemulai, lembut akan tetapi lincah, berwibawa, dan berkharisma. Dewi Laksmi dilukiskan amat cantik, mempesona, dan berdiri pada sekuntum kembang padma (teratai) dengan menggenggam bunga-bunga padma pada kedua tangannya, Tarian ini masih berpijak pada bentuk struktur tari tradisi yang terdiri dari : pepeson, pengawak, pengecet dan pekaad, tetapi ada beberapa gerakan yang tidak lasim , seperti agem dasar dari gerakan ini agak sedikit seklo (tidak seperti agem dasar tari Bali umumnya). Motif-motif dari gerakannya masih seperti tari tradisi Bali, diantaranya yakni ; mungkah lawang, piles, nyegut, ngelier, sledet, tanjek, ngelo, ileg-ileg dan masih ada beberapa gerakan yang lainnya. Dalam Tari Samanya Laksmi untuk menggambarkan sifat-sifat dari Dewi Laksmi dapat dilihat dari warna-warna yang dituangkan dalam kostum atau busana yang digunakan oleh para penari. Diantara warna-warna tersebut yaitu: warna biru tua pada kamen atau rok penari, warna kuning dan merah muda pada kain hiasan rempel, warna putih keemasan yang di kombinasi warna biru pada bagian streples atau stagen ( angkin), warna merah dan biru pada bagian kain penutup dada, warna merah muda pada simping penari,dan warna kuning
424
I Gusti Ayu Desy Wahyuni. (Nilai-Nilai Estetika Agama Hindu Dalam.....................)
keemasan pada gelungan sebagai hiasan kepala, baju, gelangkana untuk hiasan ditangan, ampok-ampok kulit untuk hiasan di pinggang. Dalam Lontar Prakempa Gambelan Smar Pagulingan digunakan sebagai pengiring tari Pependetan khususnya pada upacara yang berlangsung di istana para raja. Semar Pegulingan disebutkan dalam Babad Blahbatuh, Kidung Undakan Pangrus, Segawati, Lontar Prakempa, dan Lontar Aji Gurnita..Dalam Babad Blahbatuh disebut “Smara Pagulingan”, dalam kidung Undakan Pangrus dengan peristilahan “Semar pegulingan”, dan dalam Sewagati
dengan
sebutan”Semar Pagulingan” Pada lontar prakempa Dalam tari Samanya Laksmi menggunakan properti sebuah bunga Padma atau Teratai yang terbuat dari kertas karton yang bisa di kembang kuncupkan oleh penari. Setiap penari membawa properti bunga Padma atau Teratai ini satu tangkai. Teratai atau Padma merupakan tumbuh di air dan memiliki bunga yang sangat indah. Oleh karena itu teratai teratai di pakai sebagai simbol alam semesta yang berasal dari matahari.
2. Saran Dengan adanya tari kreasi Samanya Laksmi ini dapat dijadikan bandingan dan semangat untuk para pencipta tari ataupun seniman untuk menciptakan lebih banyak lagi tentang tari yang bernuansa Hindu yang didalamnya mengandung makna dan nilai estetika Hindu. Karena pada perkembangan saat ini banyak taritari kreasi yang hanya sifatnya sebagai hiburan semata.
DAFTAR PUSTAKA Atmaja, Nengah Bawa. 2001. Penelitian Lapangan dan Perpustakaan. Singaraja. IKIPN Bandem, I Made. 1986. Prakempa Sebuah Lontar Gambelan Bali. Denpasar: Akademi Seni Tari Indonesia. Bungin, Burhan. 2008. Analisis Data Penelitian Kualitaif. Jakarta: Raja Grapindo .
425
PADMA SARI - ISSN : 972337366005 - Volume 3 ( 407 – 428 )
Centana, I Wayan. 2009. Tari Gandrung sebagai Seni Pertunjukan Sakral Di Desa Unggasan Kecamatan Kuta Selatan Kabupaten Badung : Sebuah Kajian Budaya. Tesis. Program Studi Kajian Budaya. Universitas Udayana. Denpasar. Dani. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung : Pustaka Setia. Djam’an Satori & Aan Komariah. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Alfadeta. Faisal, Sanafiah. 2001. Format-format Penelitian Sosial, Jakarta : PT Grasindo. Firman. 2004. Estetika Pertunjukan Salawak Dulang Di Nagari Pariangan Propinsi Sumatera Barat (Perspektif Budaya). Tesis Program Pascasarjana Universitas Udayana. Denpasar. Gulo.W.2004. Metode Penelitian. Jakarta : PT. Grasindo Gulo. W, 2004. Metodologi Penelitian. Jakarta : Gramedia. James, A. Black dan Dean J. Campion. 1999. Metode dan Masalah Penelitian Sosial. Bandung : Refika Aditama Bandung. Kartini Parmono. 2008. Horizon Estetika. Yogyakarta ; Badan Penerbit Filsafat UGM. Koentjaraningrat. 1986. Pengantar Antropologi. Jakarta : PT. Bumi Aksara. Kamus Besar Bahasa Indonesia 1985. Depdikbud Kutha Ratna, Nyoman. 2004. Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Maswinara, I Wayan. 1999. Dewa – Dewi Hindu. Surabaya : Paramita Surabaya. Miles, B Matthew dan Huberman. A Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta : Universitas Indonesia (UI-Press). Moleong, dan Lexy. J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosda Karya. Rana Wirawan, I Gede. 2009. Persepsi Masyarakat Terhadap Pementasan Tari Barong di Dusun Tanah Embet Desa Batu Layar Kecamatan Batulayar Lombok Barat. Skripsi. STAH Negeri Gde Pudja Mataram.
426
I Gusti Ayu Desy Wahyuni. (Nilai-Nilai Estetika Agama Hindu Dalam.....................)
Ruastiti, Ni Made. 2005. Seni Pertunjukan Bali Dalam Kemasan Pariwisata. Bali: Bali Mangsi Press. Sadulloh, Uyoh. 2007. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung : Alfabeta. Suandewi, Gusti Ayu Ketut. 2001.Tari Batek Baris Dalam Upacara Perang Topat Di Pura Lingsar, Lombok Barat. Program Pascasarjana. Universitas Udayana. Denpasar. Subama dan Sudrajat.2005. Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah. Bandung : Pustaka Setia. Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung : CV. Alfabeta. Sujana, Nana dan Ibrahim. 2001. Penelitian dan penilaian Pendidikan. Bandung : Sinar Baru Algensindo. Suprayogo. 2001. Metodologi Penelitian Sosial Agama, Bandung, PT. Remaja Rosdakarya. Titib, I Made. 2003. Teologi dan Simbol-simbol Dalam Agama Hindu. Surabaya: Paramita Surabaya. Yudabakti, Made dan Watra Wayan. 2007. Filsafat Seni Sakral Dalam Kebudayaan Bali.Surabaya: Paramita. SUMBER INTERNET http://aryosc.blog.friendster.com/teori-interaksionisme-simbolik/ diunduh tanggal 29 Juli 2010.
427
PADMA SARI - ISSN : 972337366005 - Volume 3 ( 407 – 428 )
428