Nilai-nilai Edukatif Lagu Minangkabau Untuk Membangun Karakter Peserta Didik (Suatu Analisis Hermeneutik) Desyandri E-mail.
[email protected] Abstrak Artikel ini bertujuan untuk menemukan, menginterpretasikan, dan mengidentifikasikan nilai-nilai edukatif yang terkandung dalam lagu Minangkabau ciptaan NN. Proses identifikasi dilakukan dengan analisis hermeneutik secara multidisipliner. Interpretasi dihasilkan dengan mengaitkan pada aspek kebahasaan, musik/lagu, psikologi, sosio-kultural, dan pendidikan, sehingga dapat diidentifkasi 7 (tujuh) nilai-nilai edukatif. Nilai-nilai edukatif tersebut merupakan sarana untuk mengedukasi peserta didik agar melakukan tindakan dan perilaku yang mencerminkan selayaknya orang Minang. Pendidikan dan pembelajaran sebagai sarana pewarisan budaya berkewajiban untuk mengeksplorasi, mensosialisasikan, mengaktualisasikan, dan membudayakan nilai-nilai edukatif secara berkelanjutan agar terciptanya peserta didik yang beradat, beradab, dan berkarakter mulia. Keywords: adat, Minangkabau, lagu, pendidikan, karakter, hermeneutik
Educational Values for Student Character Building (A Hermeneutic Analysis) Desyandri E-mail.
[email protected] Abstract This article aims to discover, interpret, and identify the educational values embodied in the song of Minangkabau creation by NN. The identification process is done by a multidisciplinary hermeneutic analysis. Interpretation is generated by associating the aspects of language, music/songs, psychological, socio-cultural, and educational, so it can be identified seven (7) educational values. The educational values is a means to educate learners to perform the actions and behaviors that reflect proper Minang people. Education and learning as a means of cultural inheritance are obliged to explore, socialize, actualize, and cultivate the educational values on an ongoing basis in order to create learners who are well-mannered, civilized and noble character. Keywords: custom, Minangkabau, songs, education, character, hermeneutic
tari-tarian, dan aneka ragam kesenian. Amir
A. Pendahuluan Adat
Minangkabau
dirancang
menambahkan, bahwa kebanyakan adat atau
berdasarkan akal-budi (perpaduan antara
nilai-nilai sopan-santun, basa-basi, serta tata
pikiran dan perasaan untuk menimbang baik
krama pergaulan termasuk dalam klasifikasi
dan buruk mengacu pada alam takambang
“adat-istiadat”.
jadi guru, raso jo pareso (rasa/karsa dengan
Salah satu jenis kesenian yang ada di
periksa/kontrol) yang menurut alua jo
Minangkabau adalah lagu Minang atau
patuik (alur dan patut) akan melahirkan
dikenal juga dengan sebutan lagu Minang.
tindakan (sikap dan perilaku) yang baik
Lagu Minang, khususnya lagu Minang lamo
dengan mempertimbangkan perasaan malu
merupakan
ungkapan
dan sopan, agar memunculkan kearifan
pemikiran
seniman
pengetahuan
dituangkan ke dalam bentuk musik dan lagu
dan
berperilaku
sebagai
manusia dalam kehidupan sosial yang
yang
beradab
menggambarkan
(Zainuddin,
2010:106).
Adat
mengandung
di
perasaan Minang
nilai-nilai
kondisi
masyarakat,
realitas
yang
dan yang
Minangkabau memberikan pedoman nilai-
terjadi
nilai yang bersumberkan dari akal-budi,
aktualisasi
sehingga melahirkan tindakan dan perilaku
dalam
masyarakat yang mencerminkan karakter
tersebut dijadikan sebagai pedoman dalam
khas orang Minangkabau.
melahirkan tindakan dan perilaku yang
nilai-nilai
adat
serta
dan
proses
yang
terkandung
Minangkabau.
Nilai-nilai
Pewarisan nilai-nilai adat Minang
mencerminkan karakter orang Minang.
dilakukan
turun-temurun
Barendregt (2002: 416) mengatakan bahwa:
dengan berbagai cara. Salah satu cara yang
Minang songs, provides one of the avenues through which identification as Minangkabau is experienced, defined, and consumed internally. It constructs a Minangkabau sensibility “by depicting a recognizable landscape through the use of metaphors” related to migration and the homeland.
telah
secara
digunakan adalah melalui seni pertunjukan atau
kesenian
Minang,
seperti
yang
dikemukakan Amir (2011: 76) bahwa “adatistiadat merupakan aneka kelaziman dalam suatu nagari. Kelaziman ini pada umumnya menyangkut pengejawantahan unjuk rasa seni budaya masyarakat, seperti acara-acara keramaian anak nagari (generasi muda), seperti pertunjukan randai, saluang, aneka
Lagu Minang mengidentifikasikan adat budaya Minangkabau yang dianut,
didefinisikan,
dan
dikonsumsi
secara
atau tindakan sanksi hukum, dan teks-teks
internal serta dapat membangun perasaan
lagu
memberikan
rilis
tentang keindahan alam yang dapat dikenali
Kebebasan
melalui penggunaan metafora terkait dengan
dalam lagu, lirik sebagai sarana yang sangat
ranah Minang dan kebiasaan atau tradisi
baik untuk penyelidikan terhadap proses
merantau. “The attachment goes beyond this
psikologis individu dan masyarakat dalam
landscape to “a community sharing the
suatu budaya.
berekspresi
psikologis. diperbolehkan
same moral values” (ibid.:417). Lagu-lagu
Hal tersebut senada dengan pendapat
Minang lebih dari sekedar menceritakan
Hajizar (2012) yang menyatakan bahwa
tentang
lagu-lagu Minang berangkat dari resepsi
kerinduan
terhadap
alam
Minangkabau, bahkan merupakan upaya
nilai-nilai
masyarakat untuk berbagi nilai-nilai moral.
demikian,
Merriam
(1964:
201)
sosial
masyarakat.
lagu-lagu
Minang
Dengan dapat
digambarkan sebagai sebuah keintiman atau kedekatan dengan budaya Minangkabau,
mengemukakan bahwa:
seperti yang dikemukakan Fraser (2011), Song texts, then, can be used as a means of action directed toward the solution of problems which plague a community. While this can take the form of ridicule and shame, or sanctioned legal action, it is also apparent that song texts provide psychological release for the participants. Indeed, because of the freedom of expression allowed in song, texts seem clearly to provide an excellent means for the investigation of the psychological processes of the people who constitute a culture.
“Minang songs is a form of cultural intimacy, one that allows the Minangkabau to recognize themselves within the nation as distinct from its other constituents”. Nilai-nilai tersebut sangat penting diaktualisasikan dalam proses pendidikan dan pembelajaran di pembangunan
karakter
sekolah menuju peserta
didik.
Pendidikan sebagai proses pembudayaan bukan hanya merupakan proses transformasi pengetahuan yang terfokus pada penguasaan
Lirik lagu dapat digunakan sebagai
kemampuan intelektual semata, tetapi juga
sarana mengarahkan tindakan menuju pada
berperan mewariskan nilai-nilai positif
solusi
yang
budaya dan kearifan lokal sebagai tuntunan
mengganggu masyarakat. Meskipun hal ini
dalam melahirkan tindakan dan perilaku.
dapat berbentuk ejekan dan perasaan malu,
Dengan kata lain, pendidikan seharusnya
terhadap
permasalahan
berupaya menjadikan nilai-nilai edukatif
positif yang terkandung dalam sebuah
adat Minangkabau dan lagu-lagu Minang
kebudayaan. Di pihak lain, Muhadjir (2003:
sebagai
melahirkan
97) mengemukakan pendidikan adalah
tindakan dan perilaku peserta didik. Upaya
upaya normatif untuk mencapai sesuatu
pembudayaan
dijadikan
tujuan. Tujuan pendidikan adalah terjadinya
sebagai sarana untuk menumbuhkan dan
tingkat perkembangan normatif yang lebih
membangun karakter peserta didik.
baik pada peserta didik. Dengan kata lain,
pedoman
untuk
tersebut
dapat
Muhadjir (2003: 20) mengemukakan
pendidikan
fungsi
(1)
menumbuhkembangkan sikap dalam rangka
menumbuhkan kreativitas peserta didik; (2)
membangun karakter peserta didik yang
memperkaya khasanah budaya manusia,
membawa pewarisan nilai-nilai positif serta
memperkaya isi nilai-nilai insani dan nilai-
pembentukan sikap dan kesadaran untuk
nilai Ilahi; dan (3) menyiapkan tenaga kerja
masa depan budaya yang lebih baik.
tiga
pendidikan,
yaitu:
produktif. Pandangan-pandangan tentang pendidikan
yang
telah
dikemukakan
dimaksudkan
untuk
Realita yang terjadi di lapangan terlihat bahwa proses pendidikan belum
tersebut dapat diambil sebuah benang merah
optimal
bahwa
penguasaan kemampuan intelektual semata,
pendidikan
pemberdayaan
merupakan
dengan
upaya
menumbuhkan
dan
mengabaikan
lebih
proses
berorientasi
pelestarian
pada
dan
kreativitas peserta didik agar menjadi
aktualisasi nilai-nilai adat Minangkabau dan
manusia yang kaya dengan nilai-nilai insani
nilai-nilai edukatif yang terkandung dalam
dan Ilahi, serta berbudaya.
lagu-lagu Minang, sehingga pendidikan
Ditinjau dari tujuan pendidikan,
hanya
dijadikan
sebagai
alat
untuk
Tilaar (2010: 20-21) mengemukakan bahwa
memperkaya pengetahuan tetapi miskin
tujuan pendidikan bukan hanya manusia
nilai-nilai.
yang
terpelajar
(2010:
218)
manusia
yang
mengemukakan bahwa intelektualisme yang
pendidikan
dapat
telah menjadi ciri pendidikan nasional telah
berfungsi sebagai proses pemberdayaan dan
mengasingkan budaya dan apresiasi budaya
proses pembudayaan. Pendidikan sebagai
dalam pendidikan nasional. Bukan berarti
proses pemberdayaan dan pembudayaan
bahwa kognisi tidak diperlukan dalam
mengisyaratkan bahwa pendidikan memiliki
pengembangan kepribadian manusia.
berbudaya,
tugas
tetapi
Tilaar
sehingga
menumbuhkembangkan
nilai-nilai
Pandangan Tilaar terlihat dalam
perilaku dan karakter peserta didik yang
realita pembelajaran pendidikan seni musik
tidak
di
kurangnya
sekolah-sekolah.
didominasi
fungsi
Pembelajaran
rasa
beradab,
seperti:
menghargai
dan
semata,
menghormati orang lain, kurangnya sopan-
pemberian materi dalam bentuk hafalan
santun, lebih mementingkan diri sendiri,
musik/lagu-lagu Minang, mengekplorasi
serta kurang peduli dengan adat atau budaya
kandungan nilai-nilai edukatif secara garis
daerah mereka sendiri. Perilaku negatif ini,
besar
dengan
jika dibiarkan terus-menerus mengakibatkan
pembudayaan
tercerabutnya peserta didik dari budayanya
nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-
sendiri. Orang Minang yang tidak tahu
hari peserta didik. Di sisi lain, sekolah
dengan adat Minangkabau. Seperti kata
terlihat mulai meninggalkan lagu Minang,
pepatah Minang, “Lah lupo kacang jo
sehingga
kuliknyo”,
tanpa
hiburan
beradat/tidak
dilanjutkan
pengimplementasian
dan
nilai-nilai
edukatif
yang
maksud
pepatah
ini
terkandung dalam lagu-lagu tersebut tidak
menggambarkan seseorang yang telah lupa
lagi difungsikan sebagaimana mestinya. Hal
dengan adat budayanya sendiri.
ini dapat dibuktikan dengan sedikitnya lagu
Permasalahan memudarnya nilai-
Minang yang dibelajarkan di sekolah dan
nilai adat Minangkabau dan mengingat
kebanyakan
pentingnya
peserta
didik
kurang
nilai-nilai
edukatif
yang
mengetahui lagu Minang salah satunya
terkandung dalam lagu Minang sebagai
adalah lagu Minangkabau.
sarana untuk membendung perilaku peserta
Seharusnya pendidikan seni musik
didik yang mengarah pada hal-hal negatif
dapat mengembangkan rasa keindahan,
dan sekaligus sebagai upaya membangun
kreativitas,
karakter
dan
kepribadian,
serta
peserta
seharusnya
mendapat
menjadikan peserta didik lebih produktif
perhatian yang serius, salah satunya dengan
dan
5).
melakukan kajian dan penelitian mendalam
Pembelajaran tentang lagu Minangkabau
tentang nilai-nilai edukatif lagu Minang,
dapat mengedukasi peserta didik untuk
diantaranya lagu Minangkabau ciptaan NN
mengetahui
(No Name).
berbudaya
(Astuti:
kekhasan
2010:
dan
rasa
cinta
terhadap ranah Minang. Permasalahan
ini
dapat
menyebabkan munculnya kecenderungan
B. Metode Penelitian
C. Hasil dan Pembahasan
Metode
penelitian
untuk
Lagu Minangkabau merupakan lagu
mengungkapkan, menginterpretasikan, dan
Minang
mengidentifikasikan nilai-nilai edukatif lagu
penciptanya atau NN (No Name). Lagu
Minangkabau
metode
Minangkabau dipopulerkan pertama kali
metode
oleh Lily Syarif pada tahun 1960-an. Berikut
hermeneutik yang mengacu pada unsur-
ini dipaparkan hasil analisis hermeneutik
unsur dan penerapan analisis hermeneutik
terhadap lirik dan musik lagu Minangkabau.
secara multidisipliner. Fithri (2013: 64-74)
1. Aspek Kebahasaan
penelitian
mengutip
menggunakan filsafat,
yakni
pendapat
Ricoeur
yang
klasik
dan
tidak
diketahui
a. Bait Pertama
mengemukakan bahwa unsur-unsur dan
Kalimat pertama lirik lagu
penerapan teori hermeneutik, yaitu 1)
Minangkabau,
objektivikasi struktur teks: hermeneutik
Minangkabau tanah nan den cinto.
tidak mencari kesamaan maksud dengan
Secara leksikal atau dalam arti kamus
pengarang teks, tetapi menafsirkan makna
dapat
teks secara objektif sesuai dengan yang
“Minangkabau” merupakan sebuah
diisyaratkan
distansiasi
tempat atau lokasi yang menggunakan
(perjarakan): jalan utama menuju otonomi
aturan dan tatanan adat budaya di
teks, 3) apropriasi: menjadikan sesuatu yang
Minang. Arti kata “tanah” dapat
sebelumnya “asing” kemudian menjadi
diterjemahkan
“milik
untuk
kampung halaman atau ranah, tempat
mengaktualkan makna teks bagi pembaca
tinggal, tempat seseorang (orang
terkini dan 4) analogi permainan: teks
Minang)
menjadi lebih lentur dan memungkinkan
berkembang.
kreativitas
menemukan
diterjemahkan sebagai sebutan diri
makna-makna baru. Analogi permainan
sendiri bagi orang Minang. Sedangkan
dilakukan
kata “cinto” berkaitan erat dengan
teks,
sendiri”
2)
dan
penafsir
dengan
bertujuan
untuk
mengaitkan
proses
menyatakan
diterjemahkan
bahwa
sebagai
lahir, Kata
bahwa
kata
sebuah
tumbuh,
dan
“den”
dapat
interpretasi pada aspek multidisipliner, yaitu
unsur
psikologis
dan
dapat
aspek kebahasaan, musik/lagu, psikologi,
diterjemahkan
sebagai
ungkapan
sosio-kultural, dan pendidikan.
perasaan suka, senang,
rindu, dan
cinta. Secara keseluruhan kalimat
pertama lagu Minangkabau dapat
Kalimat
kedua
diterjemahkan bahwa Minangkabau
ditafsirkan
merupakan kampung halaman yang
sebagai sebuah aturan atau norma adat
sangat
dan juga sebagai tanah tempat lahir,
dicintai
oleh
orang
Minangkabau.
Minangkabau
tumbuh, dan berkembangnya orang
Kalimat ditafsirkan
bahwa
dapat
pertama
bahwa
Minangkabau
dapat
Minang merupakan warisan yang
orang
diturunkan melalui garis keturunan
mencintai
ibu (matrilineal) yang sudah ada
setiap
sangat
kampung halamannya. Kalimat
semenjak zaman nenek moyang.
lagu
kedua
Kalimat
ketiga
lirik
menyatakan bahwa pusako bundo
Minangkabau
dahulunyo”. Kalimat kedua terdiri
rumah gadang nan sambilan ruang.
dari tiga kata, yakni pusako, bundo,
Kalimat ketiga secara garis besar
dan dahulunyo. Kata “pusako” dapat
terdiri dari dua kelompok kata, yakni:
diartikan sebagai sebuah warisan
rumah gadang dan sembilan ruang.
secara turun temurun. Kata bundo
Kelompok kata “rumah gadang”
memiliki banyak arti, yakni: 1) ibu
dapat diartikan sebagai sebuah rumah
pertiwi atau tanah kelahiran, dan 2)
khas
panggilan khusus untuk orang tua
Minangkabau. Rumah gadang yang
perempuan (ibu), selain itu kata bundo
luas dan memiliki sembilan ruang.
memiliki arti yang sangat berpengaruh di
Minangkabau,
karena
atau
menyatakan
lagu
rumah
bahwa:
adat
orang
Kalimat keempat dalam bait pertama
lirik
lagu
Minangkabau
melambangkan bahwa garis keturunan
menyatakan bahwa: rangkiang baririk
atau warisan turun-temurun yang
di halamannyo. Kalimat keempat
berlaku di Minangkabau didasarkan
terdiri dari tiga kata, yakni rangkiang,
pada
Kata
baririk, dan kata di halamannyo. Kata
tentang
rangkiang dapat diartikan sebagai
ukuran waktu yang sudah berlangsung
lumbung padi. Orang Minangkabau
lama atau dengan kata lain sudah ada
memiliki
dari zaman nenek moyang.
sebuah tempat untuk menyimpan dan
garis keturunan
dahulunyo
menyangkut
ibu.
kebiasaan
mengamankan
hasil
menyediakan
panen
padi
mereka. Kata baririk di halamannyo
yang khas dan dikenal dengan nama
dapat diartikan bahwa di setiap rumah
rumah
gadang memiliki beberapa tempat
sembilan
penyimpanan atau lumbung padi
persediaan makanan untuk keperluan
sebagai
makanan pengisi rumah gadang dan
bekal
bagi
warga
yang
mendiami rumah gadang. Kalimat
gadang ruang,
yang dan
memiliki 4)
tempat
untuk keperluan upacara adat.
keempat
dapat
b. Bait Kedua
ditafsirkan bahwa selain tinggal di
Bait
kedua
lirik
lagu
Minang
“Minangkabau”, yakni “Jikok den
memiliki kebiasaan untuk menabung
kana hati den taibo, tabayang-bayang
atau menyimpan hasil panen padi atau
di ruang mato”. Kalimat tersebut
dengan kata lain lumbung dapat
dapat diartikan bahwa, jika perantau
difungsikan
Minang mengenang atau mengingat
rumah
gadang,
orang
sebagai
tempat
persediaan makanan bagi penghuni
kampung
rumah gadang dan keperluan makanan
Gadang, menjadikan hati mereka
untuk pesta adat. Hasil panen yang
hiba. Suasana hati hiba ini disebabkan
terdapat dalam lumbung tersebut
karena perantau berada jauh di negeri
dapat digunakan sewaktu-waktu.
orang dengan semua permasalahan
Keseluruhan Minangkabau,
lirik
dapat
lagu
ditafsirkan
halaman
dan
Rumah
dan tantangan hidup yang dilaluinya. Kecintaan
dan
kerinduan
bahwa Minangkabau, baik sebagai
terhadap kampung halaman, yakni
sebuah tatanan adat maupun tempat
ranah Minangkabau berdampak pada
lahir, tumbuh, dan berkembangnya
kondisi imajinasi orang-orang atau
orang
1)
masyarakat Minangkabau. Kampung
sangat
halaman seakan-akan hadir di pelupuk
dicintai baik bagi orang Minang yang
mata mereka (tabayang-bayang di
berada di ranah Minang, maupun
ruang mato).
Minang
kampung
orang
merupakan:
halaman
Minang
yang
yang
berada
di
perantauan, 2) warisan seorang bundo
2. Aspek Musik a. Unsur melodi
(ibu) dari zaman nenek moyang
Jarak nada (interval) yang
dahulunya, 3) rumah tempat tinggal
terdapat dalam perjalanan melodi lagu
Minangkabau terdiri dari 1) interval
melodi
prime
nada/sama)
pergerakan dari satu nada ke nada lain,
sebanyak 8 buah, 2) interval seconde
baik bergerak ke nada yang lebih
(berjarak ½ atau 1 nada) sebanyak 42
rendah atau ke nada lebih tinggi.
buah, 3) interval ters (berjarak 1 ½
Gerak melangkah ke nada yang lebih
atau 2 nada) sebanyak 18 buah, dan 4)
rendah dikenal dengan sebutan gerak
interval kwart (berjarak 2 ½ nada)
melangkah turun, dan sebaliknya
sebanyak 2 buah. Jarak nada (interval)
gerak melodi melangkah ke nada yang
yang terdapat pada perjalanan melodi
lebih tinggi dikenal dengan sebutan
lagu Minangkabau dapat dilihat pada
gerak melodi melangkah naik.
(berjarak
nol
tabel di bawah ini:
melangkah
Gerak
merupakan
melangkah
dalam
perjalanan melodi lagu Minangkabau
Tabel 1. Interval Lagu Minangkabau
dapat dilihat dari potongan notasi
Interval Prime
Birama Jumlah 1, 15, 17, 17, 23, 25, 8 buah 25, 31 Seconde 01, 02, 04, 05, 05, 05, 42 buah 05, 06, 07, 07, 09, 10, 12, 13, 13, 13, 13, 14, 15, 15, 16, 19, 19, 20, 21, 21, 21, 21, 22, 23, 23, 24, 27, 27, 28, 29, 29, 29, 29, 30, 31, 31, 32 Ters 01, 03, 03, 03, 03, 09, 18 buah 11, 11, 11, 11, 17, 18, 19, 19, 25, 26, 27, 27 Kwart 01, 09 2 buah Sumber: Pengolahan Data Penelitian
melodi pada birama 5 sampai dengan birama 8, birama 13 sampai dengan birama 16, birama 21 sampai dengan birama 24, birama 29 sampai dengan birama 32. Potongan-potongan melodi tersebut memiliki nada-nada yang sama, seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini:
Berasarkan paparan jarak nada (interval) dalam gerakan melodi lagu Minangkabau
di
dikemukakan
bahwa
atas,
Transkripsi: Desyandri
Notasi 1 Gerak Melangkah
dapat
perjalanan Gerak
melodi tersebut didominanasi oleh penggunaan
interval
seconde.
Penggunaan interval seconde dalam melodi sebuah lagu dapat digolongkan pada gerak melodi melangkah. Gerak
melangkah
tersebut
merupakan salah satu karakteristik lagu Minangkabau, di samping itu terdapat gerak melodi khas yang dikenal
dengan
sebutan
galitiak/garinyiak Minang.
atau
cengkok
Galitiak/garinyiak
atau
kekhasan
lagu-lagu
Minang
dibanding lagu-lagu daerah lain
cengkok Minang secara jelas dapat
yang
diidentifikasi pada saat seseorang
sekaligus memberikan sentuhan
menyanyikan atau memainkan melodi
dan nuansa khusus pada semua
lagu dan juga dapat diidentifikasi
masyarakat atau para perantau
melalui
Minangkabau. Apabila masyarakat
gerakan
nada-nada
atau
ada
di
dan
potongan melodi yang terdapat pada
dan
partitur lagu.
mendengar gerakan melodi atau
Galitiak/garinyiak
perantau
Indonesia
Minangkabau
atau
galitiak Minang tersebut, tak ayal
cengkok Minang tersebut dapat dilihat
ingatan mereka langsung tertuju
pada potongan melodi, seperti gambar
pada suasana di kampung halaman
di bawah ini:
atau ranah Minangkabau, apalagi
1) Birama 5 sampai dengan 8 atau
melodi tersebut berasal dari bunyi
birama 21 samai dengan 24, seperti
alat
musik
gambar berikut:
minangkabau,
tradisional seperti
bansi,
saluang, talempong, dan rabab. Transkripsi: Desyandri
Gerak melodi melangkah
Notasi 2 Galitiak (cengkok) Minang
turun
yang
menjadi
kekhasan
Minang menggambarkan suasana
2) Birama 13 sampai dengan 16 atau
yang cenderung tenang, aman,
birama 29 sampai dengan 32,
tentram, damai, harmonis atau
seperti gambar berikut:
dengan kata lain pergerakan melodi lagu
Transkripsi: Desyandri
ditafsirkan
Notasi 3 Galitiak (cengkok) Minang (frase konsekuen) Galitiak atau cengkok yang terdapat pada gerakan melodi lagu Minangkabau merupakan faktor penentu
yang
Minangkabau
membedakan
sebagai
dapat gambaran
suasana alam Minangkabau yang diliputi oleh suasana ketenangan, keamanan,
ketenteraman,
kedamaian, dan keharmonisan. Hal ini semakin meningkatkan rasa cinta dan rindu masyarakat atau
para perantau Minang terhadap kampung halaman.
Pola irama tersebut hampir mewarnai kekhasan musik Minang
b. Unsur Ekspresi
secara umum, terutama lagu-lagu
Berdasarkan
dari
Minang yang menggunakan tempo
berbagai macam versi mulai dari versi
lambat dan sedang. Pola irama lagu
awal
yang
Minangkabau tergolong ke dalam
dipolpulerkan oleh Elly Kasim, tahun
irama yang melankolis (lagu-lagu
1970-an yang dipopulerkan oleh Edy
yang menggambar suasana sedih,
Silitonga, dan tahun 1970-1980an
mendayu-dayu
yang dipopulerkan oleh Betharia
menggugah perasaan dan suasana hati
Sonata hingga versi sekarang terhadap
masyarakat
lagu Minangkabau yang beredar di
dilanda perasaan cinta dan rindu
masyarakat menggambarkan bahwa
terhadap kampung halaman.
pada
tahun
analisa
1960-an
kesemua versi lagu Minangkabau menggunakan
pola
irama
(ratok),
sehingga
Minangkabau
Perasaan
cinta
yang
dan
rindu
yang
masyarakat Minangkabau dan para
beragam mengikuti tren irama pada
perantau semakin menjadi-jadi jika
zamannya,
lagu
tetapi
tetap
tersebut
dimainkan
dengan
mempertahankan kekhasan pola irama
menggunakan atau memperdengarkan
Minang. Kecenderungan penggunaan
alat musik tradisional Minangkabau,
pola irama mengarah ke bentuk
seperti saluang (alat musik tiup yang
perpaduan pola irama Minang dengan
terbuat dari bambu), bansi (alat musik
modern. Pola irama tersebut dapat
tiup yang terbuat dari bambu dan
dilihat pada gambar berikut ini:
mirip alat musik recorder), talempong (alat musik pukul yang terbuat dari logam), rabab (alat musik gesek yang dimainkan
sambil
duduk),
dan
gandang (gendang). Transkripsi: Desyandri
Kondisi
kecintaan
dan
kerinduan tersebut membuat perasaan Notasi 4 Pola Irama Khas Minangkabau (Lambat)
para perantau atau pendengar lagu Minangkabau semakin hiba dan sedih.
Kehibaan atau kesedihan tersebut
lambat) yang seakan-akan maimbau-
tidak pelak memunculkan tindakan
imbau
dan perilaku, seperti: 1) segera pulang
menghadirkan bunyi-bunyian yang
ke kampung halaman tercinta, 2)
bersumber
berupaya mengobati kecintaan dan
tradisional
kerinduan
mengekspresikan
dengan
bersilaturahmi
(memanggil-manggil),
dari
alat-alat
dan
musik
Minangkabau betapa
indahnya
sesama perantau yang tidak bisa
suasana ranah Minang. Kondisi ini
pulang
menambah
kampung,
dan
3)
semakin
tingginya
menenggelamkan diri bersama alunan
kecintaan dan kerinduan pendengar
lagu-lagu Minang di negeri orang.
dan para perantau terhadap kampung
Bunyi tradisional
alat-alat
musik
Minangkabau
tersebut
mampu menghipnotis dan membuai (meninabobokkan)
tacinto. Selain pola irama khas Minang
dan
dan tempo lagu, elemen berikutnya
perasaan masyarakat Minangkabau
adalah jangkauan nada (ambitus).
untuk selalu mengingat keindahan dan
Ambitus lagu Minangkabau berkisar
keelokan kampung halaman, ranah
antara nada D (5,) sampai dengan nada
Minang. Suasana tersebut menjadi
G’ (1’), seperti yang terlihat pada
nilai-nilai yang berpengaruh kuat bagi
gambar di bawah ini:
masyarakat
atau
pikiran
halaman, yakni ranah Minangkabau
perantau
Minangkabau, di samping sebagai alunan musik yang menghimbau atau memanggil perantau untuk pulang
Transkripsi: Desyandri
Notasi 5 Ambitus Lagu Minangkabau
kampung, sekaligus sebagai penawar
Ambitus lagu Minangkabau
dan pengobat rasa rindu mereka di
berjarak 1 ½ oktaf (sebelas nada) dan
negeri orang.
tergolong pada jangkauan nada yang
Penggunaan pola irama khas
pendek dan tidak terlalu susah untuk
Minangkabau, perjalanan melodi yang
dinyanyikan, serta sangat berpengaruh
melankolis
yang
terhadap ekspresi seseorang ketika
sedikit maratok (sedih dan pilu),
menyanyikan lagu. Jangakauan nada
dinyanyikan dalam tempo (kecepatan
tersebut menggambarkan bahwa lagu
dengan
nuansa
Minangkabau
merupakan
lagu
suasana kehidupan orang-orang atau
sederhana yang mudah diingat atau
masyarakat Minang ketika berada di
dihafalkan, sehingga memudahkan
ranah bundo, apalagi jauh di negeri orang
seseorang
(di luar Minangkabau).
dalam
proses
pengekspresiannya. Hal ini sangat
Kondisi
tersebut
menggugah
berkaitan dengan faktor kebertahanan
suasana kejiwaan dan pemikiran mereka,
dan kepopuleran lagu Minangkabau
dan akhirnya memengaruhi tindakan dan
sampai dewasa ini.
perilkau yang memunculkan rasa hiba
Kebertahanan kepopuleran
lagu
dan
yang mendalam dan kerinduan yang
Minangkabau
tinggi untuk segera pulang ke kampung
hingga dewasa ini menandakan bahwa
halaman.
lagu tersebut disukai dan diminati oleh
masyarakat Minangkabau yang belum
para pendengar, nasehat dan pesan
bisa pulang dikarenakan berbagai alasan
yang disampaikan berupa nilai-nilai
yang rumit, melampiaskan kehibaan dan
kecintaan dan kerinduan terhadap
kerinduan terahadap suasana kampuang
ranah
halaman, bundo kanduang, dan rumah
Minang
dijadikan
semestinya
sebagai
masyarakat
masih
pedoman
Minangkabau
bagi dalam
menjaga dan melahirkan tindakan dan perilaku atau sikap yang sesuai
gadang
Bagi
dengan
orang-orang
mendengarkan
atau
dan
melihat rekaman Video Compact Disk (VCD) lagu-lagu Minang. Secara
garis
besar,
aspek
menurut norma atau aturan adat
psikologi (kejiwaan) masyarakat dan
budaya Minangkabau.
para perantau Minang terbentuk dari
3. Aspek Psikologi
pengaruh
hubungan
sosiokultural
Ditinjau dari aspek psikologi,
masyarakat dan para perantau Minang,
lirik dan musik lagu Minangkabau
sehingga hubungan tersebut melahirkan
menggambarkan bahwa secara kejiwaan
perasaan hiba atau sedih dan selalu
orang-orang
dipangil-panggil oleh ranah Minang
atau
masyarakat
dan
perantau Minang memiliki hubungan timbal-balik yang sangat erat, baik terhadap suasana alam Minangkabau dan suasana
rumah
gadangnya
maupun
tercinta. 4. Aspek Sosiokultural Secara sosial, lagu Minangkabau menggambarkan kondisi ikatan yang
kuat dalam payung sistem kekerabatan
atau membicarakan kondisi yang terjadi
matrilineal.
memberikan
di kampung halaman, seperti kenangan
kontribusi untuk mementingkan tanah
semasa kecil, remaja, atau peristiwa-
kelahiran yang merupakan warisan atau
peristiwa lain yang erat kaitannya dengan
pusaka bundo yang tetap terjaga dari
kampung halaman.
Hal
ini
zaman dahulu sampai sekarang, sehingga
Suasana rindu kampung halaman
mereka selalu menghormati ibu (bundo)
yang dirasakan oleh para perantau
dengan cara mengenang dan mengingat-
Minangkabau
ingat
manusia sebagai makhluk sosial yang
ranah
Minang
dan
suasana
kehidupan di kampung halaman. Hubungan
kekerabatan
merupakan
dampak
tidak bisa hidup tanpa bentuan atau sosial
melakukan hubungan dengan orang lain.
tersebut menjadi tali perekat antara
Seorang
perantau dengan masyarakat atau orang-
membutuhkan individu atau masyarakat
orang yang berada di kampung halaman,
lain, seperti teman-teman sepermainan
terutama hubungan yang erat dengan
sewaktu kecil, orang-orang terdekat atau
sosok seorang ibu (bundo). Perantau
sanak
yang tidak bisa pulang ke kampung
menentukan adalah hubungan yang erat
halaman tidak tinggal diam, pada zaman
antara anak dengan ibu kandungnya.
sekarang mereka berinteraksi dengan
individu
famili,
dan
masyarakat
yang
paling
Ditinjau dari aspek kultur atau
menggunakan kecanggihan teknologi
budaya,
dan informasi.
Minangkabau
Hubungan dan interaksi sosial
atau
lirik
dan
musik
merupakan
lagu
gambaran
pemikiran atau ide pencipta lagu untuk
tersebut merupakan sarana ampuh untuk
menghadirkan
mendekatkan hubungan antara perantau-
Minangkabau dalam sebuah karya lagu.
perantau
dan
Lagu tersebut melambangkan kecintaan
kampuang
dan kedekatan perasaan orang Minang
halaman, selain itu ada beberapa kegiatan
terhadap kampung halaman mereka
lain yang dilakukan oleh perantau, yakni
yakni ranah Minang dan Rumah Gadang
melakukan interaksi sesama perantau
sebagai
yang senasib untuk mengadakan kegiatan
melambangkan bentuk khas rumah yang
masyarakat
dengan terdekat
keluarga di
berkumpul di rantau sambil mengenang
bentuk
suasana
artifak
budaya
yang
sekaligus
mewakili
keberadaan
masyarakat di Minangkabau. Keyakinan
Gadang yang menjadi ikon atau lambang budaya Minangkabau.
tersebut
dipegang
Rasa rindu dan cinta tersebut
teguh dan diperlihara oleh masyarakat
muncul karena masyarakat Minangkabau
Minangkabau
memunculkan
telah disuguhkan dengan adat budaya
perasaan hiba serta kerinduan yang
Minangkabau semenjak mereka lahir
mendalam.
tersebut
sampai menjelang ajal menjemput. Adat
membayang di relung mata, apalagi
budaya tersebut sudah ditanamkan dan
ketika
dilaksanakan di manapun mereka berada.
dan
Perasaan
mereka
tidak
dapat
pulang
kampung atau sedang berada jauh dari
Nilai-nilai
terkandung
kampung halaman. Perasaan tersebut
dalam
melahirkan
diidentifikasi, sebagai berikut:
tindakan
untuk
segera
lagu
yang
Minangkabau
mengenang atau mengingat peristiwa-
a. Cinto ranah Minang.
peristiwa yang pernah dilakukan pada
b. Waspada.
waktu berada di kampung halaman.
c. Keteguhan hati.
dapat
d. Kesatuan dan kebersamaan. 5. Aspek
Pendidikan
dan
Nilai-nilai
Edukatif
e. Musyawarah dan Mufakat. f. Adil dan Damai.
Berdasarkan paparan interpretasi
g. Disiplin
hermeneutik yang dilihat dari aspek kebahasaan,
musik,
sosiokultural
psikologi,
terhadap
Nilai-nilai
yang
telah
dan
diidentifikasi dari proses interpretasi
lagu
hermeneutik
secara
multidisipliner
Minangkabau yang telah dikemukakan
terhadap lagu Minangkabau sebelumnya
sebelumnya dapat ditafsirkan bahwa
merupakan
masyarakat Minangkabau, baik yang
penting dan bermanfaat bagi pendidikan.
berada di kampung halaman maupun
Nilai-nilai
yang merantau ke negeri orang di
tuntunan, nasehat, didikan, atau dengan
seantero
merasakan
kata lain nilai-nilai tersebut memiliki
kerinduan dan kecintaannya terhadap
sifat-sifat mendidik (edukatif) generasi
ranah Minangkabau apalagi Rumah
muda
pelosok
dunia
di
nilai-nilai
tersebut
lingkungan
yang
sangat
memberikan
masyarakat
Minangkabau atau peserta didik di
nilai edukatif tersebut dapat dijadikan
lingkungan sekolah.
sebagai sarana untuk membangun karakter
Nilai-nilai edukatif tersebut dapat
peserta didik, baik ketika berada di sekolah
dijadikan pedoman untuk mengarahkan
maupun di
dan
masyarakat.
mengembangkan
pemahaman
lingkungan keluarga
atau
peserta didik terhadap nilai-nilai adat
Ketujuh nilai-nilai tersebut sangat
budaya mereka sendiri, yakni adat
berguna bagi pelestarian nilai-nilai adat
budaya
Nilai-nilai
Minangkabau dan proses pengaktualisasian
edukatif, seperti cinto ranah Minang,
nilai-nilai tersebut di lingkungan sekolah
kewaspadaan, keteguhan hati, kesatuan
dapat dijadikan sebagai sarana edukasi
dan
dalam membangun karakter peserta didik,
Minangkabau.
kebersamaan,
musyawarah
dan
mufakat, adil dan damai, serta nilai-nilai
sehingga
disiplin dapat dijadikan modal bagi
Minangkabau dan tujuan pendidikan, yakni
peserta didik untuk berinteraksi dan
menciptakan peserta didik yang beradat,
bersosialisasi
beradab, dan berkarakter mulia.
masyarakat
baik
di
lingkungan
maupun
di
lingkungan
tercapainya
tujuan
adat
sekolah dan pada akhirnya pembudayaan
Daftar Rujukan
nilai-nilai
Amir M.S. (2011). Adat Minangkabau: Pola hidup dan tujuan hidup orang Minang. Jakarta: Citra Harta Prima.
edukatif
tersebut
dapat
membantu membangun karakter peserta didik yang tidak terlepas dari nilai-nilai adat budaya Minangkabau.
D. Simpulan Proses
penelitian
dan
analisis
hermeneutik secara multidisipliner terhadap Lagu Minangkabau ciptaan NN (No Name) dapat mengidentifikasikan 7 (tujuh) nilai
Astuti, K.S. (2010, Juni 11-13). Shaping morality through music learning in formal schools in Indonesia: An evaluation study. Artikel dipublikasikan pada Asia Pasific Network for Moral Education 5th dalam Annual Conference Interdisciplinary Moral Education in Asia’s Globalising Societies; Concept and Practices. Japan: Nagasaki University
edukatif, yaitu 1) cinto ranah Minang, 2) waspada, 3) keteguhan hati, 4) kesatuan dan kebersamaan, 5) musyawarah dan mufakat, 6) adil dan damai, serta 7) disiplin. Nilai-
Barendregt, Bart. (2002). The sound of ‘longing for home’: Redefining a sense of community through Minang popular music. Bijdragen tot de Taal-, Land- en
Volkenkunde, 158, No: 3, 411-450: Leiden University
Merriam, A.P. (1964). The anthropology of music. Evanston, Illionis: Northwestern University Press
Darwis. (2005, November 28). Tafsir pantun Minang I. Artikel 655. Diambil pada tanggal 22 Januari 2012, dari http://www.cimbuak.net/content/view /655/5/1/1/
Muhadjir, N. (2003). Ilmu pendidikan dan perubahan sosial: Teori pendidikan pelaku sosial kreatif. Yogyakarta. Raka Sarasin
Djohan. (2009). Psikologi musik. Cetakan ketiga: Edisi revisi. Yogyakarta: Galang Press
Zainuddin, M. (2010). Pelestarian dan eksistensi dinamis adat Minangkabau. Yogyakarta: Ombak
Fithri, W. (2013). Mau kemana Minangkabau? Analisis hermeneutika atas perdebatan Islam dan adat Minangkabau.Yogyakarta: Gre Publishing
Zulfadli. (t.t). Lirik lagu Minang lamo. Diambil pada tanggal 22 Januari 2012, dari http://laguminanglamo.wordpress.com
Fraser, J. (2011). Pop song as custom: Weddings, ethnicity, and enterpreneurs in West Sumatra. Jurnal Ethnomusicology Sping/Summer, Vol. 55, No. 2, p. 200-228. Ohio: Society for Ethnomusicology Hajizar. (2012, Maret 13). Lagu Padang Dulu dan Kini. Artikel. Diambil pada tanggal 3 Maret 2014, dari http://albiouna.com/umum/lagupadang-dulu-dan-kini Hakimy, I. (2004). Rangkaian mustika adat basandi syarak di Minangkabau. Bandung: Rosda Karya Kuhl,
O. (2010). Song Structure and Phenomenology: Text and Music in ‘Mr. Tambourine Man’. Jurnal. Oslo: Dept. Of Musicology. Artikel. Diambil pada tanggal 22 Januari 2012, dari http://ssrn.com/abstract=1532795 University of Oslo