NEPAL MASIH PUNYA POTENSI GEMPA BESAR Rasmid, Telly Kurniawan, Wiko setyonegoro, Fachrizal Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG Jalan Angkasa I No.2 Kemayoran Jakarta Pusat e-mail:
[email protected]. PENDAHULUAN Gempa Nepal yang terjadi pada tanggal 12 Mei 2015 pada pukul 12:35 WIB dengan episenter berada pada 26.63° LU dan 87.89° BT, dan kedalaman yang cukup dangkal yaitu 10 km serta magnitude 7.3 Mw, semakin menunujukkan bahwa Nepal masih punya potensi terjadinya gempa dan merupakan rentetan dari kejadian gempabumi utama yang terjadi di Nepal tanggal 25 April 2015 terjadi pada pukul 13:11 WIB dengan episenter berada pada 28.147° LU dan 84.708° BT, dengan kedalaman yang cukup dangkal yaitu 15 km serta magnitude 7.8 Mw seperti terdapat pada gambar 1. Gempa ini berada pada blok Himalaya, yang merupakan bagian dari Main Central Thrust, dimana hanging wall nya berada di bagian utara (gambar 2). Gempabumi ini memporakporandakan infrastruktur yang ada diatasnya serta menelan ribuan korban jiwa (menurut laporan pemerintah Nepal). Adapun berdasarkan laporan dari USGS, mekanisme sumber gempanya merupakan sesar naik/thrusting. Jenis tumbukan yang meyebabkan Gempabumi di Nepal adalah tumbukan antara 2 lempeng benua, karena densitasnya sama, maka secara fisik dipermukaan dibuktikan dengan terbentuknya dataran tinggi seperti pegunungan Himalaya ini.
Gambar 1. Peta Pegunungan Himalaya (Awang S.,2015)
Gambar 2. Kondisi Geologi Nepal, Tibet serta sebagian China (Awang S.,2015). Adapun kondisi geologi serta tektonik Nepal, Tibet serta sebagian daratan China seperti terdapat pada gambar 2 diatas. Pegunungan Himalaya yang berada di wilayah Nepal merupakan hasil dari tumbukan antara 2 lempeng benua yaitu Lempeng Eurasia yang relative diam dan Lempeng India yang bergerak dengan kecepatan sekitar 45 mm/tahun (USGS, 2015). Patahan utama yang ada di Pegunungan Himalaya dinamakan Mahendra Highway Fault terbagi menjadi 3 segmen yaitu segmen Barat,Tengan serta segmen Timur seperti pada gambar 3 dibawah ini.
Gambar 3. Mahendra Highway Fault (USGS & Awang S., 2015)
Adapun proses terjadinya tumbukan antara Lempeng India dan Lempeng Eurasia, seperti dikemukakan Robert Hall, Lempeng India berasal dari selatan equator terus bergerak ke utara melewati equator hingga akhirnya bertumbukan dengan lempeng Eurasia seperti pada gambar 4 dibawah ini.
Gambar 4. Kondisi pergerakan Lempeng India (Robert Hall)
PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA 1.
Setelah gempa utama 25 April 2015 sampai dengan gempa 12 Mei 2015 tercatat gempa susulan sekitar 43 gempa (Mw > 4.0, USGS), gempa yang cukup besar yang terjadi pada patahan Mahendra HigwayNepal tanggal 12 Mei 2015 dengan kekuatan 7.3 Mw memperparah kerusakan di Nepal. Gempa yang terjadi pada tanggal 12 Mei 2015 merupakan aktivitas dari segmen Timur, dimana di segmen Timur ini pernah terjadi gempabumi yang cukup signifikan yaitu terjadi pada 15 Januari 1934 dengan kekuatan 8.3 Mw.
2.
Dilihat dari pengolahan mekanisme sumber maka gempa 12 Mei 2015 di Nepal merupakan rentetan gempa dari gempa 25 April 2015, yang terjadi pada patahan yang sama, dengan jenis sesar naik. Pada gempa bumi utama pada 25 April 2015 terjadi kenaikan sesar naik sebesar 1.35 -1.69 m dan sampai dengan 12 Mei masih terjadi kenaikan sebesar 0.68-0.86 m.
25 April 2015 3.
12 Mei 2015
Salah satu parameter yang paling mendasar untuk menjelaskan gempabumi adalah energi seismik yang dipancarkan. Secara teori perhitungannya hanya membutuhkan integrasi flux energi yang dipancarkan, dalam prakteknya, energi hampir selalu diestimasi dengan rumus empiris. Berdasarkan data gempa pada tahun 1934, segmen Timur terjadi gempabumi dengan Mw 8.3, secara empiris segmen tersebut melepaskan energi ± 1.77828 x 1017 Joule. Adapun energi yang telah dilepaskan sejak gempa utama tanggal 25 April 2015 hingga 12 Mei 2015 adalah 5.6762 x 1016 Joule. Jika energi sebesar ± 1.77828 x 1017 Joule terakumulasi selama 80-89 tahun, maka masih banyak energy yang belum terlepaskan, sehingga kemungkinan terjadinya gempa dengan kekuatan yang hampir ataupun yang lebih besar bisa saja terjadi. Walaupun perhitungannya terlalu kasar, energy yang masih tersimpan kira-kira sebesar 1.21066 x 1017 Joule, dimana jika dikonversi menggunakan magnitude, maka masih ada kemungkinan terjadinya gempa dengan kekuatan setara dengan 8 Mw.
KESIMPULAN 1.
Gempabumi Nepal yang terjadi pada tanggal 12 Mei 2015 merupakan rentetan dari gempa 25 April 2015 akibat tumbukan, antara dua lempeng benua yaitu Lempeng India yang bergerak dengan kecepatan secara horizontal sekitar 45 mm/tahun dan kecepatan secara vertikal sekitar 0.7 m/tahun,
menghantam
Lempeng Eurasia yang relative diam. 2.
Tumbukan antara kedua lempeng benua merupakan sesar naik, dan dari pengolahan mekanisme sumber pada gempa 12 mei, masih terjadi kenaikan 0.68-
0.86 m yang mengakibatkan pada patahan utama
yaitu Patahan Mahendra
Highway menyebabkan gempa di Nepal. 3.
Energi yang belum terlepaskan masih cukup besar, sehingga kemungkinan terjadinya gempabumi yang cukup besar masih mungkin terjadi. Energi yang baru dilepaskan sampai dengan tanggal 12 Mei 2015 adalah 5.6762 x 1016, jadi masih ada energy yang akan dilepaskan sebesar 1.21066 x 1017 Joule atau sekitar 68.08 % yang setara dengan 1 kali gempa dengan kekuatan 8 Mw di patahan Nepal ini.
DAFTAR PUSTAKA 1. http://www.ibnurusydy.com/mengapa-gempa-nepal-25-april-2015, waktu download 29 April 2015 jam 10.32 wib. 2. Afifi Mutiarani, Madlazim, Tjipto Prastowo, 2013, Studi b-VALUE Untuk Pengamatan Seismisitas Wilayah Pulau jawa Periode 1964-2012 Vol 2, No 2, (2013). 3. Awang S., 2015Gempa di lereng pegunungan benturan Himalaya. 4. Rohadi, S. 2009. Studi Seismotektonik Sebagai Indikator Potensi Gempa Bumi di Wilayah Indonesia. Balai Besar Meteorologi dan Geofisika Wilayah II Jakarta. 5. Supriyanto Rohadi, Hendra Grandis, Mezak A. Ratag, 2008. Studi Potensi Seismotektonik Sebagai Prekursor Tingkat Kegempaan Di Wilayah Sumatera (JURNAL METEOROLOGI DAN GEOFISIKA, Vol. 9 No.2 November 2008 : 101 – 108). 6. Wieke Pratiwi, Supriyanto Rohadi, Andri Dian Nugraha, 2012. Analisis Korelasi Variasi Spasial dan Temporal b-value Terhadap Stress, Seismisitas, dan Tektonik Studi Kasus : Pulau Bali, Lombok, dan Sumbawa. J. Geofisika Vol. 13 No. 2/2012. (http://hub.hagi.or.id/wp-content/uploads/emember/downloads/geofisika-vol13e2/ID_Vol_13_N2_2012_52-58.pdf