NEGARA MEMFASILITASI PEMBANGUNAN DAN INVESTASI INDUSTRI PANGAN OLAHAN

SEMINAR DAN LOKAKARYA NASIONAL SAGU 2016

NEGARA MEMFASILITASI PEMBANGUNAN DAN INVESTASI INDUSTRI PANGAN OLAHAN

Bogor, 9 November 2016 © 2016 by Indonesian Investment Coordinating Board. All rights reserved

PERKEMBANGAN DAN TARGET PENANAMAN MODAL

PERKEMBANGAN REALISASI INVESTASI 2010 – SEMESTER I/2016 Rata-rata 2011 Semester I 2016

Dalam (RpTriliun) FDI Target FDI

DDI Target DDI

Rata-rata pertumbuhan investasi (y-o-y) selama kurun waktu 2011 Semester I 2016

Share PMA:

67.9%

20.4%

Share PMDN:

32.2% 2011 2011

2012

2013

2014

2015

S1/2016 Q1-2016

Total

PMA

175.3

221.0

270.4

307.0

365.9

195.5

1,683.1

Target PMA

177.2

206.8

272.6

297.3

343.7

386.4

1,807.6

PMDN

76.0

92.2

128.2

156.1

179.5

102.6

795.1

Target PMDN

62.8

76.7

117.7

159.3

175.8

208.4

837.2

PMA + PMDN

251.3

313.2

398.6

463.1

545.4

298.1

2,478.2

Total Target

240.0

283.5

390.3

456.6

519.5

594.8

2,644.8

% Realisasi

104.7%

110.5%

102.1%

101.4%

105.0%

50.1%

Growth y-o-y

21.6%

24.6%

27.2%

16.2%

17.8%

14.8%

54.5% Realisasi investasi masih terkonsentrasi di Pulau Jawa selama Semester I tahun 2016

• 2010-2012, Nilai Tukar 1 USD = Rp 9,000 • 2013 (Q I and Q II), Nilai Tukar 1 USD = Rp 9,300 (berdasarkan APBN 2013) • 2013 (Q III and Q IV), Nilai Tukar 1 USD = Rp 9,600 (berdasarkan APBN 2013) • 2014 (QI-QIII) Nilai Tukar 1 USD = Rp 10,500 (berdasarkan APBN 2014) • 2014 (QIV) Nilai Tukar 1 USD = Rp 11,600 (berdasarkan APBN-P 2014) • 2015 Nilai Tukar 1 USD = Rp 12.500 (berdasarkan APBN-P 2015) • 2016 Nilai Tukar 1 USD = Rp 13.900 (berdasarkan APBN-P 2016) I n d o n e s i a

I n v e s t m e n t

C o o r d i n a t i n g

B o a r d

3

TARGET REALISASI INVESTASI 2015 – 2019 Rp. 3.518 T

2015

2016

2017 Triliun

2018

2019

PMA

343.7

386.4

429.0

494.7

569.9

PMDN

175.8

208.4

249.8

297.8

363.0

Total

519.5

594.8

678.8

792.5

933.0

Pertumbuhan

12.2%

14.5%

14.1%

16.8%

17.7%

Total PMDN & PMA

+115% Rp. 1.629 T

Pertumbuhan dalam periode 5 tahun

+15,1% Rata-rata pertumbuhan per tahun

 Target total realisasi penanaman modal PMA/PMDN Tahun 2015-2019 mencapai Rp. 3.518,6 Triliun (Naik 2,2 kali), atau tumbuh 15,1% per tahunnya.  Peranan PMA/PMDN terhadap PMTB ditargetkan menjadi 12,1% (Rp. 933 Triliun) pada tahun 2019. Berdasarkan Jenis Investasi PMA : 63,6% PMDN : 36,4%

Berdasarkan Sektor Primer : 15,7% Sekunder : 53,5% Tersier : 30,8%

Berdasarkan Lokasi Jawa : 46,5% Luar Jawa : 53,5%

Sumber: Renstra BKPM 2015-2019 I n d o n e s i a

I n v e s t m e n t


B o a r d

4

KONTRIBUSI (SHARE) INVESTASI PER WILAYAH SEMESTER I/2016 Kalimantan

Sulawesi

10,9%

5,9%

2013: Rp 54,9 Triliun (13,8%)  SMT I/2016: Rp 32,3 Triliun (10,9%)


Maluku

0,8% 2013: Rp 4,2 Triliun (1,1%)  TW I/2016: Rp 2,3 Triliun (0,8%)

Sumatera

20,8% 2013: Rp 55,0 Triliun (13,8%)  SMT I/2016: Rp 61,9 Triliun (20,8%)

Jawa

54,5% 2013: Rp 230,2 Triliun (57,8%)  SMT I/2016: Rp 162,7 Triliun (54,5%)

Bali dan Nusa Tenggara

Papua

3,1%

4,0%



Fokus Pengembangan Sektor per Wilayah:  Jawa, dengan fokus : Industri teknologi tinggi, jasa dan perdagangan.  Luar Jawa : industri yang memberi nilai tambah, seperti industri hilir sektor pertanian (perkebunan, peternakan), industri hilir perikanan, industri hilir pertambangan  Khusus untuk Papua dan Papua Barat : mendorong pemerataan ekonomi melalui pengembangan investasi sektor pertanian pengolahannya, industri perikanan dan pengolahannya, pertambangan dan pengolahannya, industri kimia. I n d o n e s i a

I n v e s t m e n t


B o a r d

5

PERKEMBANGAN PMA PER SEKTOR 2010-S1/2016 (US$ JUTA) Sektor

Bidang Usaha

PRIMER

2012

2013

2014

2015

S1/2016

Total

Rata-rata Pertumbuhan

3.619,2

4.255,4

4.816,4

4.665,1

4.017,2

904,0

24.477,8

0,1%

751,0

1.222,5

1.601,9

1.605,3

2.206,7

2.072,0

413,2

9.872,6

7,6%

Kehutanan

39,4

10,3

26,9

28,8

53,3

19,0

37,8

215,5

35,7%

Peternakan

25,0

21,1

19,8

11,3

30,8

75,1

29,4

212,5

31,8%

Tanaman Pangan dan Perkebunan

18,0

10,0

29,0

10,0

35,3

53,1

2,5

157,9

48,0%

3.033,9

4.883,1

5.933,0

6.471,8

6.991,2

6.236,4

1.386,9

34.936,3

1,8%

Industri Logam Dasar, Barang Logam, Mesin dan Elektronik

589,5

1.772,8

2.452,6

3.327,1

2.471,9

3.092,5

1.590,4

15.296,8

37,6%

Industri Kimia Dasar, Barang Kimia dan Farmasi

793,4

1.467,4

2.769,8

3.142,3

2.323,4

1.955,7

1.546,5

13.998,5

20,7%

Perikanan Total PRIMER

393,8

770,1

1.840,0

3.732,2

2.061,3

1.757,3

1.304,3

11.859,0

42,0%

1.025,7

1.104,6

1.782,9

2.117,7

3.139,6

1.521,2

988,6

11.680,3

8,3%

Industri Kertas, Barang dari kertas dan Percetakan

46,4

257,5

1.306,6

1.168,9

706,5

706,9

2.353,0

6.545,8

174,2%

Industri Mineral Non Logam

28,4

137,1

145,8

874,1

916,9

1.302,8

768,2

4.173,3

149,1%

Industri Karet, Barang dari karet dan Plastik

104,3

370,0

660,3

472,2

543,9

694,5

339,0

3.184,2

49,4%

Industri Tekstil

154,8

497,3

473,1

750,7

422,5

433,4

179,4

2.911,2

29,2%

Industri Kulit, Barang dari kulit dan Sepatu

130,4

255,0

158,9

96,2

210,7

161,6

88,1

1.100,9

11,4%

Industri Lainnya

27,6

64,7

100,2

111,7

151,8

83,2

39,3

578,5

23,1%

Industri Kayu

43,1

51,1

76,3

39,5

63,7

47,1

115,3

436,1

33,3%

Industri Alat Angkutan dan Transportasi Lainnya Industri Makanan

SEKUNDER

2011

2.200,5

Pertambangan

-

41,9

3,4

26,1

7,2

6,9

8,8

94,3

105,3%

Total SEKUNDER

3.337,3

6.789,5

11.769,9

15.858,7

13.019,4

11.763,1

9.320,9

71.858,9

27,2%

Transportasi, Gudang dan Telekomunikasi

5.072,1

3.798,9

2.808,2

1.449,9

3.000,9

3.289,9

379,2

19.799,1

-11,9%

Listrik, Gas dan Air

1.428,6

1.864,9

1.514,6

2.221,7

1.248,8

3.028,9

613,2

11.920,7

12,9%

Perumahan, Kawasan Industri dan Perkantoran

34,9%

Industri Instrumen Kedokteran, Presisi, Optik dan Jam

TERSIER

2010

1.050,4

198,7

401,8

677,7

1.168,4

2.433,6

944,4

6.875,0

Perdagangan dan Reparasi

773,6

826,0

483,6

606,5

866,8

625,1

319,0

4.500,6

-7,2%

Konstruksi

618,4

353,7

239,6

526,8

1.383,6

954,5

75,3

4.151,9

14,1%

Hotel dan Restoran

346,6

242,2

768,2

462,5

513,1

650,2

547,4

3.530,2

28,2%

Jasa Lainnya

553,9

517,3

645,8

341,7

337,5

294,3

475,1

3.165,6

3,1%

3.353,6

53.943,2

-7,3%

14.061,3 160.738,4

2,2%

Total TERSIER

Total

9.843,6

7.801,7

6.861,7

6.286,9

8.519,2

11.276,5

16.214,8

19.474,5

24.564,8

28.617,5

28.529,8

29.276,0

I n d o n e s i a

I n v e s t m e n t


B o a r d

6

PERKEMBANGAN PMDN PER SEKTOR 2010- S1/2016 (Rp MILYAR)

PRIMER

Sektor

Bidang Usaha

2011

2012

2013

2014

2015

Tanaman Pangan dan Perkebunan

8.905.6

9.367.3

9.631.5

6.588.6

12.707.3

12.040.9

12.244,2

71.485,4

11,0%

Pertambangan

3.075,0

6.899,2

10.480,9

18.762,2

3.140,7

3.946,8

732,4

47.037,3

19,4%

Peternakan

1.227,4

247,2

97,4

360,6

650,7

325,4

165,3

3.074,0

Kehutanan

171,6

12,5

144,5

0,1

0,3

471,8

198,5

999,3

25327,9%

5114,7%

1,0

0,1

14,7

4,1

21,7

274,6

2,5

319,7

13.380,5

16.526,3

20.369,1

25.715,6

16.520,6

17.059,7

13.342,9

122.915,7

Industri Makanan

18,5%

3,1%

15.224,8

7.940,9

11.165,4

15.080,9

19.596,4

24.534,0

16.635,6

110.177,9

8,5%

Industri Mineral Non Logam

2.264,0

7.440,5

10.730,7

4.624,5

11.923,1

20.501,7

11.095,4

68.579,8

66,6%

Industri Kimia Dasar, Barang Kimia dan Farmasi

3.212,3

2.711,9

5.069,5

8.886,5

13.313,6

20.712,5

9.051,3

62.957,5

32,6%

790,5

6.787,0

7.225,7

7.567,5

5.292,6

7.938,4

3.669,8

39.271,4

122,7%

Industri Logam Dasar, Barang Logam, Mesin dan Elektronik

SEKUNDER

Total

Total PRIMER

Perikanan

1.102,8

9.296,3

7.561,0

6.849,4

4.093,7

6.529,5

2.214,6

37.647,2

111,4%

Industri Karet, Barang dari karet dan Plastik

611,8

2.295,7

2.855,0

2.905,2

2.117,5

3.695,9

1.250,2

15.731,3

47,1%

Industri Tekstil

396,3

999,2

4.450,9

2.445,9

1.451,5

2.724,5

2.719,2

15.187,5

83,2%

Industri Alat Angkutan dan Transportasi Lainnya

362,2

529,1

664,4

2.182,5

490,1

1,070,8

719,8

6.043,8

49,8%

Industri Kayu

451,3

514,9

57,0

390,7

585,1

1,185,3

2.753,1

5.937,4

132,6%

3,7

4,8

31,5

147,8

68,1

147,4

587,4

990,6

219,4%

12,5

13,5

76,7

80,1

103,1

5,4

0,0

291,3

52,3%

Industri Kertas, Barang dari kertas dan Percetakan

Industri Lainnya Industri Kulit, Barang dari kulit dan Sepatu

-

-

-

10,1

-

-

4,2

14,2

24.432,2

38.533,8

49.887,7

51.171,1

59.034,7

89.045,3

50.700,5

362.830,0

18,8%

Listrik, Gas dan Air

5.099,3

9.134,7

3.796,8

25.831,3

36.296,8

21.946,8

8.355,8

110.461,5

90,0%

Transportasi, Gudang dan Telekomunikasi

5.450,3

8.130,1

8.612,0

13.178,4

12.922,5

21.333,9

13.334,9

82.962,1

22,3%

Industri Instrumen Kedokteran, Presisi, Optik dan Jam Total SEKUNDER

Konstruksi

TERSIER

S1/2016

Rata-rata Pertumbuhan

2010

Perumahan, Kawasan Industri dan Perkantoran Jasa Lainnya Hotel dan Restoran Perdagangan dan Reparasi Total TERSIER Total

46,6

598,2

4.586,6

6.033,2

14.890,1

17.165,4

8.514,8

51.835,0

332,4%

261,7

732,7

58,0

2,152,4

13.111,8

6.509,9

3.566,7

26.393,2

685,4%

9.945,2

1.621,9

2.825,1

462,0

1.100,4

1.000,9

1.673,4

18.628,8

17,2%

390,3

394,4

1,015,0

1,401,8

1.730,8

3.977,3

887,2

9.796,8

45,3%

1.620,4

328,6

1.030,4

2.205,1

518,5

1.426,6

2.167,0

9.296,6

66,4%

22.813,6

20.940,6

21.924,0

51.264,1

80.570,8

73.360,9

38.499,9

309.373,9

21,8%

60.626,3

76.000,7

92.180,8

128.150,8

156.126,2

179.465,9

102.543,3

795.119,6

13,3%

I n d o n e s i a

I n v e s t m e n t


B o a r d

7

PENANAMAN MODAL INDUSTRI MAKANAN, 2010-S1/2016

2011

2012

2013

2014

2015 33,148.8

100,9%

S1/2016

2010

29,204.4

36,971.1

Realisasi

2012

212,334.9

2013

2014

3,862.2

5,636.7

5,440.3

7,060.0

16,552.1

23,377.2

2011

5,235.1

2,818.4

6,568.9

2,290.1

1,450.9

4,310.0

2,345.9

5,661.7

3,172.7

5,550.5

4,637.9

5,371.8

3,244.9

3,018.8

2,325.4

2010

Rencana

26,524.7

32,525.1

13,534.5

Realisasi

9,072.8

Rencana

Rencana vs Realisasi PMDN Industri Makanan (Rp Milyar) 47,180.4

Rencana vs Realisasi PMA Industri Makanan (US$ Juta)

2015

S1/2016

17,2% Terealisasi

Terealisasi 32,839.2

36,621.6

Rencana

Realisasi

Rencana

I n d o n e s i a

Realisasi

I n v e s t m e n t


B o a r d

8

PENANAMAN MODAL INDUSTRI MAKANAN PER LOKASI, 2010S1/2016 Realisasi PMA Industri Makanan per Lokasi (US$ Juta) Jawa Timur Jawa Barat Riau Banten Kalimantan Tengah Sumatera Utara Sumatera Selatan Kalimantan Timur Jawa Tengah DKI Jakarta Kalimantan Barat Kalimantan Selatan Sulawesi Utara Sulawesi Selatan Lampung Bangka Belitung Sumatera Barat Kalimantan Utara Bali Kepulauan Riau Gorontalo Papua Papua Barat Bengkulu Jambi Sulawesi Tengah Aceh Maluku DI Yogyakarta Maluku Utara Sulawesi Tenggara Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur

Realisasi PMDN Industri Makanan per Lokasi (Rp Milyar) 2,467.5 2,312.1

1,252.8 996.7 517.7 510.6 487.2 486.1 360.0 349.6 274.6 265.4 215.8 177.0 170.4 152.2 151.4 145.8 86.4 65.0 56.2 54.1 43.7 27.1 21.3 12.4 10.2 5.2 2.5 1.8 1.7 0.1 0.1

Jawa Timur Jawa Barat Riau Jawa Tengah Banten Sumatera Utara Kalimantan Tengah Kalimantan Barat Kalimantan Timur Lampung Kalimantan Utara Maluku Nusa Tenggara Barat Sulawesi Selatan Aceh DKI Jakarta Sumatera Selatan Kalimantan Selatan Jambi Sulawesi Tengah Sulawesi Utara Papua Sumatera Barat Sulawesi Tenggara Bali Papua Barat Gorontalo DI Yogyakarta Bengkulu Bangka Belitung Kepulauan Riau Nusa Tenggara Timur Maluku Utara

40,492.4

13,401.3 6,542.4 6,203.9 5,206.3 3,907.2 3,586.6 3,530.3 3,270.2 2,945.2 2,875.8 2,572.0 2,250.9 1,994.7 1,988.1 1,725.8 1,573.5 1,503.6 859.9 796.7 727.2 651.8 642.2 363.1 182.0 150.9 73.4 56.5 48.4 34.7 21.9 0.1 -

I n d o n e s i a

I n v e s t m e n t


B o a r d

9

PENANAMAN MODAL INDUSTRI PATI DAN PRODUK PATI, 2010S1/2016 Rencana vs Realisasi PMA Industri Pati Dan Produk Pati (Bukan Beras dan Jagung) (US$ Juta) Rencana

Rencana vs Realisasi PMDN Industri Pati Dan Produk Pati (Bukan Beras dan Jagung) (Rp Milyar)

Realisasi

Rencana

Realisasi

534.3

1,151.5

823.8 246.0

211.8 171.1 103.7

66.2 24.820.3

17.8

2010

2011

2012

569,5%

5.3

2013

51.7 20.8 2014

139.5

2.9

2015

1,374.8

S1/2016

334.9

134.6 23.8

35.7 2010

391.6

362.1 266.7

2011

2012

3,409.7

306.7 24.9

1.3 2013

2014

98.4

2015

S1/2016

19,3% Terealisasi

Terealisasi

657.2

241.4

Rencana

110.9

Realisasi

Rencana

I n d o n e s i a

Realisasi

I n v e s t m e n t


B o a r d

10

SAGU DI INDONESIA

SENTRA DAN DISTRIBUSI SAGU DI INDONESIA Peta Penyebaran Tanaman Sagu di Indonesia

Scale 1 : 35.000.000

Sago area

Daerah penghasil sagu utama ialah Papua & Papua Barat, Maluku (terutama Seram dan Halmahera), Sulawesi, Kalimantan (terutama Kalimantan Barat) dan Sumatera (terutama Riau)

Sumber: Matanubun dan Maturbongs (2005)

Distribusi Utama Sagu di Indonesia Daerah Papua termasuk Papua Barat Maluku Sulawesi Sumatera Kalimantan Jawa Barat Total

Luas (ribu Ha) 1.406

42 46 32 3 0.3 1.529

Keterangan Sorong (499.642 ha), Merauke (342.273 ha), (termasuk Mamberamo (21.537 ha), Bintuni (86.237 ha), Papua Barat) Fakfak (389.840 ha), Sarmi, Waropen, Biak (21.537 ha), Jayapura (36.670 ha), Salawati (6.137 ha) Seram (19.494 ha), Halmahera (9.610 ha), Bacan (2.235 ha), Buru (848 ha), Kep. Aru (9.762 ha) Sulawesi Utara (23.400 ha), Sulawesi Selatan (8.159), Sulawesi Tengah dan Tenggara (13.981 ha) Terutama Riau Pesisir Kalimantan bagian Barat hingga Tenggara Laporan BPPT (1980)

Sumber: Bakosurtanal (1996) dalam Kertopermono (1996) I n d o n e s i a

I n v e s t m e n t


B o a r d

12

LUAS AREAL DAN PRODUKSI SAGU Luas Areal dan Produksi Perkebunan Sagu Rakyat Menurut Jenis Tanaman dan Keadaan Tanaman Provinsi

TBM

Papua Maluku Utara Maluku Sulawesi Tenggara Sulawesi Barat Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Gorontalo Sulawesi Utara Kalimantan Timur Kalimantan Selatan Kepulauan Riau Riau Aceh Total

TM

143 216 12 420 1.007 1.860 1.004 34 1.237 10 2.997 3.216 21.954 3647 37.757

Luas Areal/Area (Ha) TTM/TR 344 38 74 4 10 4 61 0 827 699 2.727 486 479 1.506 18 12 2.032 422 5 0 1.959 348 1.629 763 32.722 2.943 5.764 895 48.651 8.120

Jumlah Total 525 294 26 481 2.533 5.073 2.989 64 3.691 15 5.304 5.608 57.619 10.306 94.528

Produksi 125 25 3 14 291 746 117 6 498 1 655 621 9.124 1.976 14.202

Rerata produksi (kg/Ha) 363 338 300 230 352 274 244 333 245 200 334 381 279 343 292

Jumlah Petani (KK) 1.663 292 160 1.883 6.670 8.155 3.289 154 5.820 42 14.201 1.778 16.952 22.731 83.790

Sumber: Kementerian Pertanian (2006)

Luas Areal dan Produksi Perkebunan Sagu Indonesia (PR+PBN+PBS) Menurut Jenis Tanaman dan Keadaan Tanaman Jenis Perkebunan

Tahun

Rakyat (PR)

2004 2005 2006 2004 2005 2006 2004 2005 2006

Swasta (PBS)

Seluruh Indonesia (PBN)

TBM 39.256 41.713 37.757 12.603 25.392 51.859 67.105 -

Luas Areal/Area (Ha) TM TTM/TR 45.485 9.139 47.874 9.854 4.8651 8.120 1.327 0 1.327 0 46.812 9.139 49.201 9.854 -

Jumlah Total 93.880 99.441 94.528 13.930 26.719 107.810 126.160 -

Produksi 15.488 16.296 14.202 8.907 11.049 24.395 27.345 -

Rerata Produksi (kg/Ha) 341 340 292 6.712 8.326 521 556 -

Jumlah Petani (KK) 132.270 123.648 83.790 0 0 132.270 123.648 -

Sumber: Kementerian Pertanian (2006) Keterangan : TBM : Immature TM : Mature TTM/TR : Damaged I n d o n e s i a

I n v e s t m e n t


B o a r d

13

POTENSI INDUSTRI SAGU Pohon Industri Sagu

Potensi Pemanfaatan Industri Pati Sagu Obat tradisional

atap

daun

dinding

Tumang/tempat sagu

kerajinan

kertas Sagu Partikel board Kulit batang lantai Bahan bakar

Salad dressing roti

makanan mie

Industri Pemanfaatan Non Lem, baterai, keramik, pangan kosmetik, insulasi cat, plywood, tekstil, Asam sitrat, ethanol, lisine, asam laktat (plastik organik), farmasi, aseton, larutan injeksi dekstrose, penisilin, antibiotika, dan lain-lain Pangan Roti, permen, dairy, dessert, mie, salad dressing, pemanis Sumber: Ishizaki (1996)

Bahan kimia

Batang sagu

bioetanol biofuel siklodekstrin farmasi Sirup glukosa Pati sagu

bioplastik

lem

plywood

Tekstil

Asam sitrat

Asam laktat

Daya Hasil Pati Sagu Dibanding Beberapa Komoditas Lain Komoditas Sagu Padi Jagung Gandum Kentang Ubi kayu

Hasil pati (t/ha/th) 25 6 5,5 5 2,5 1,5

Sumber: NTFP (2003) I n d o n e s i a

I n v e s t m e n t


B o a r d

14

KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL INDUSTRI PANGAN OLAHAN

DNI INDUSTRI PANGAN OLAHAN (1) UNTUK INDUSTRI PENGOLAHAN SAGU TIDAK TERCANTUM DALAM DNI SEHINGGA TERBUKA 100% UNTUK PMA

Bidang Usaha Industri Pangan Olahan Yang Tertutup (PERPRES 44/2016) No.

Bidang Usaha

KBLI

1

lndustri Minuman Keras Mengandung Alkohol

11010

2

lndustri Minuman Mengandung Alkohol: Anggur

11020

3

Industri Minuman Mengandung Malt

11031

Bidang Usaha Industri Pangan Olahan Yang Terbuka Dengan Persyaratan (PERPRES 44/2016) No.

Bidang Usaha

KBLI

Persyaratan

1

Usaha Pengolahan Hasil Perikanan (UPI): lndustri Penggaraman Pengeringan Ikan dan Biota Perairan Lainnya

10211

2

Usaha Pengolahan Hasil Perikanan (UPI): lndustri Pengasapan Ikan dan Biota perairan Lainnya

10211

3

Usaha Pengolahan Hasil Perikanan (UPI): lndustri Peragian / Fermentasi lkan dan Produk Masak Lainnya (untuk usaha ekstraksi dan jelly ikan)

10215 10779

4

Usaha Pengolahan Hasil Perikanan (UPI): lndustri berbasis Daging Lumatan dan Surimi

10216

5

Industri Pemindangan Ikan

10214

Dicadangkan untuk UMKM

6

Industri Asinan Buah-Buahan dan Sayur-Sayuran

10311

Kemitraan

7

Industri Pengolahan Hortikultura: Usaha Pasca Panen Buah dan Sayuran

10311 10320 10313 10314 10330

Penanaman Modal Asing Maksirnal 30%

8

Industri Minyak Kelapa Sawit

10431

Dicadangkan untuk UMKMK

9

Perkebunan Kelapa Sawit dan lndustri Minyak Kelapa Sawit (CPO)

01262 10432

a. b.

10

Industri Pengupasan, Pembersihan, Pengeringan, dan Sortasi Hasil Perkebunan (kakao dan kopi)

10399

Dicadangkan untuk UMKM

11

Industri Minyak Mentah (minyak makan) dari Nabati dan Hewani

10411

a. b.

Kemitraan

Penanaman Modal Asing Maksimal 95% Kewajiban Perkebunan Plasma Sebesar 20%

Penanaman Modal Asing Maksimal 95% Bahan Baku Minimal 20% Berasal dari Kebun Sendiri

I n d o n e s i a

I n v e s t m e n t


B o a r d

16

DNI INDUSTRI PANGAN OLAHAN (2) Bidang Usaha Industri Pangan Olahan Yang Terbuka Dengan Persyaratan (PERPRES 44/2016) No.

Bidang Usaha

KBLI

Persyaratan

12

lndustri Minyak Kelapa

10422


13

Industri Kopra

10421

Kemitraan

14

Perkebunan Kelapa dan lndustri Minyak Kelapa

01261 10423

a. b.


15

Perkebunan Kelapa dan Industri Kopra, Serat (fiber), Arang Tempurung, Debu (dust), Nata de Coco

01261 10421 10773

a. b.


16

Industri Kopra, Serat (fiber), Arang Ternpurung, Debu (dust), Nata de Coco

10421

a. b.

Penanaman Modal Asing Maksirnal 95% Bahan Baku Minimal 20% Berasal dari Kebun Sendiri

17

Usaha dengan Kapasitas Sama atau Melebihi Kapasitas Tertentu: Industri Minyak Kelapa

10423

a. b.


18

lndustri Kopra, Serat (fiber), Arang Tempurung, Debu (dust), Nata de Coco

10421


19

Industri Minyak Kelapa Sawit

10432

a. b.

20

Industri Biji Kapas

10490


21

Industri Serat Kapas dan Biji Kapas

01630 10490

a. b.

22

Industri Minyak Mentah (minyak makan) dari Nabati dan Hewani

10490


23

Industri Pengolahan Susu Bubuk dan Susu Kental Manis

10520

Kemitraan

24

Usaha dengan kapas itas tertentu: Industri Jambu Mete Menjadi Biji Mete Kering dan Cashew Nut Shell Liquid (CNSL)

10614


25

Industri Lada Menjadi Biji Lada Putih Kering dan Biji Lada Hitam Kering

10614


26

Usaha dengan Kapasitas Sama atau Melebihi Kapasitas Tertentu: lndustri Jambu Mete Menjadi Biji Mete Kering dan Cashew Nut Shell Liquid (CNSL)

10614

a. b.


27

Usaha dengan Kapasitas Sama atau Melebihi Kapasitas Tertentu: Industri Lada Menjadi Biji Lada Putih Kering dan Biji Lada Hitam Kering

10614

a. b.


28

lndustri Gula Pasir, Pucuk Tebu dan Bagas

10721


Penanarnan Modal Asing Maksimal 95% Bahan Baku Minimal 20% Berasal dari Kebun Sendiri

Penanaman Modal Asing Maksirnal 95% Bahan Baku Minimal 20% Berasal dari Kebun Sendiri

I n d o n e s i a

I n v e s t m e n t


B o a r d

17


Bidang Usaha

KBLI

Persyaratan

29

lndustri Gula Merah

10722


30

lndustri Gula Pasir (gula kristal putih, gula kristal rafinasi, dan gula kristal mentah) Berbasis Tebu dengan Kemitraan Dalam Bentuk Inti Plasma 20% dari Luas Lahan

10721

Kemitraan

31

Perkebunan Tebu, Industri Gula Pasir, Pucuk Tebu, dan Bagas

01140 10721

a. b.


32

Usaha dengan Kapasitas Sama atau Melebihi Kapasitas Tertentu: Industri Gula Pasir, Pucuk Tebu, dan Bagas

10721

a. b.

Penanaman Modal Asipg Maksimal 95% Bahan Baku Minimal 20% Berasal dari Kebun Sendiri

33

lndustri Teh Hitam Teh Hijau

10763


34

Perkebunan Teh dan Industri Teb Hitam/Teh Hijau

01270 10763

a. b.


35

Usaha dengan Kapasitas Sama atau Melebihi Kapasitas Tertentu: Industri Teh Hitam/Teh Hijau

10763

a. b.

Penanaman Modal Asing Maksimal 95% b. Bahan Baku Minimal 20% Berasal dari Kebun Sendiri

36

Usaha Pengolahan Hasil Perikanan (UPI): lndustri Peragian / Fermentasi lkan dan Produk Masak Lainnya (untuk usaha ekstraksi dan jelly ikan)

10215 10779

Kemitraan

37

Industri Kecap

10771

Kemitraan

38

Perkebunan Cengkeh dan Industri Bunga Cengkeh Kering

01282 10772

a. b.

39

Industri Kue Basah

10792


40

Industri Makanan dari Kedelai dan Kacang-Kacangan Selain Kecap, Tempe dan Tahu

10793


41

lndustri Krupuk, Keripik, Peyek dan Sejenisnya

10794


12011

Rekomendasi dari Kementerian Perindustrian: a. Untuk perluasan usaha, hanya industri rokok yang telah memiliki Izin Usaha Tndustri (lUI) pada bidang usaha sejenis; atau b. Untuk penanaman modal baru, hanya industri rokok skala kecil dan menengah yang bermitra dengan industri rokok skala besar yang sudah memiliki lUI pada bidang usaha sejenis

42

Industri Rokok Kretek


I n d o n e s i a

I n v e s t m e n t


B o a r d

18


Bidang Usaha

KBLI

Persyaratan

Rekomendasi dari Kementerian Perindustrian: a. Untuk perluasan usaha, hanya industri rokok yang telah memiliki Izin U saba lndustri (lUI) pada bidang usaha sejenis; atau b. Untuk penanaman modal baru, hanya industri rokok skala kecil dan menengah yang bermitra dengan industri rokok skala besar yang sudah memiliki lUI pada bidang usaha sejenis

43

lndustri Rokok Putih

12012

44

lndustri Rokok Lainnya

12019

45

Industri Daun Tembakau Kering (Krosok)

12091


46

lndustri Pengeringan dan Pengolahan Tembakau

12091

Kemitraan

47

Perkebunan Tembakau dan Industri Daun Tembakau Kering

01150

a. b.


48

Usaha dengan Kapasitas Sama atau Melebihi Kapasitas Tertentu: Industri Tembakau Kering (Krosok)

12091

a. b.

Penanaman Modal Asing Maksimal95% Bahan Baku Minimal 20% Berasal dari Kebun Sendiri

I n d o n e s i a

I n v e s t m e n t


B o a r d

19

FASILITAS PENANAMAN MODAL INDUSTRI PANGAN OLAHAN

KERANGKA INSENTIF FISKAL PENANAMAN MODAL TAX ALLOWANCE

TAX HOLIDAY UU No. 25 Tahun 2007, PP No. 94 Tahun 2010 PMK No 159/PMK.010/2015

5-15 ~20

Tahun Fasilitas pengurangan pajak, dimulai dari produksi komersial

10- Pengurangan pajak penghasilan badan dari 100% jumlah pajak penghasilan badan terutang

Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 2016

30 %

143

Mesin, barang, bahan untuk produksi 2 tahun pembebasan bea atau 4 tahun untuk perusahaan yang menggunakan mesin dengan komponen lokal (min.30 %)

Bidang usaha yang memenuhi syarat untuk tax allowance (bertambah 14 segmen dari peraturan sebelumnya)

Industri Memproduksi barang dan/atau Jasa, termasuk : 1. Pariwisata dan budaya 2. Transportasi umum 3. Pelayanan kesehatan masyarakat 4. Pertambangan 5. Konstruksi 6. Telekomunikasi 7. Pelabuhan 8. Industri perakitan kendaraan bermotor (termasuk industri komponen kendaraan bermotor)

IDR

1

 Tambahan jangka waktu selama 1-2 tahun dapat diberikan di bawah persyaratan tertentu, antara lain : usaha dilakukan di kawasan industri dan/atau kawasan berikat, menggunakan bahan baku komponen lokal min.70 %, menyerap tenaga kerja Indonesia 500/1000 orang, biaya R&D min.5 %, perluasan usaha dibiayai dari laba setelah pajak, ekspor min.30 % dari total penjualan.

INSENTIF DAERAH

Peraturan Menkeu No. 76/PMK.011/2012

Dari nilai investasi Pengurangan pajak perusahaan dari laba bersih selama 6 tahun (5 % tiap tahun)

Industri Pionir : 1. Industri Logam Hulu 2. Industri Pengilangan Minyak Bumi 3. Industri Kimia Dasar Organik yang bersumber dari Minyak Bumi dan Gas Alam 4. Industri Permesinan yang menghasilkan mesin industri 5. Industri Pengolahan Berbasis Hasil Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 6. Industri Telekomunikasi Informasi dan Komunikasi 7. Industri Transportasi Kelautan 8. Industri Pengolahan yang Merupakan Industri Utama di Kawasan Ekonomi Khusus 9. Infrastruktur Ekonomi selain yang Menggunakan Skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU)

FASILITAS BEA MASUK

PP No. 45 Tahun 2008

Pemerintah Daerah dapat memberikan insentif daerah, sebagai berikut: Pemberian insentif dapat berbentuk: 1. Pengurangan, keringanan, atau pembebasan pajak daerah 2. Pengurangan, keringanan, atau pembebasan retribusi daerah 3. Pemberian dana stimulan 4. Pemberian bantuan modal Pemberian kemudahan dapat berbentuk: 1. Penyediaan data dan informasi peluang penanaman modal 2. Penyediaan sarana dan prasarana 3. Penyediaan lahan atau lokasi 4. Pemberian bantuan teknis 5. Percepatan pemberian perizinan

Trilliun Rencana Investasi Minimum

I n d o n e s i a

I n v e s t m e n t


B o a r d

21

FASILITAS TAX ALLOWANCE INDUSTRI MAKANAN (1) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG FASILITAS PAJAK PENGHASILAN UNTUK PENANAMAN MODAL DI BIDANG-BIDANG USAHA TERTENTU DAN/ATAU DI DAERAH-DAERAH TERTENTU Bidang Usaha

KBLI

Industri Pembekuan Ikan

10213

Industri Berbasis Daging Lumatan dan Surimi

10216

Industri Pengolahan dan Pengawetan Ikan dan Biota Air (Bukan Udang) dalam Kaleng

10221

Industri Pengolahan dan Pengawetan Buah-Buahan dan Sayuran dalam Kaleng

10320

Industri Pengolahan Sari Buah dan Sayuran

10330

Cakupan Produk

Daerah/Provinsi INDUSTRI MAKANAN Semua jenis ikan (pisces) kecuali hiu. Aceh, Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Sumatera Barat, Jambi, Lampung, Bangka Belitung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Maluku Utara, Papua, papua Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara. Loin Tuna. Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, DKI Jakarta, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Utara, Maluku, Gorontalo. Fillet ikan dasar (demersal fish). Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Maluku. Surimi dan surimi based product Bakso, Sosis, Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Maluku, otak-otak, kaki naga, Siomay, Ekado, fish Papua, Papua Barat. finger, crabmeat imitation fish ball, nugget ikan, fish stick, crab stick chikua, kamapoko. Semua jenis ikan (pisces) Aceh, Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Sumatera Barat, Jambi, Lampung, Bangka Belitung, kecuali hiu. Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Papua, Papua Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara. Semua jenis crustacea. Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Papua, Papua Barat. Semua jenis mollusca. Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yoryakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Maluku, Papua, Papua Barat, Sulawesi Tenggara. Udang Beku dan/atau udang breaded Aceh, Sumatera Utara, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur (tidak termasuk Kabupaten di Pulau Madura), Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Papua, Papua Barat. Pengolahan dan pengawetan buah-buahan Seluruh Provinsi di Indonesia kecuali Provinsi DKI Jakarta. dan/atau sayuran melalui proses pengalengan. Pengawetan buah-buahan dan sayuran dengan cara pengolahan sari buah-buahan dan sayuran.

Seluruh Provinsi di Indonesia kecuali Provinsi DKI Jakarta.

I n d o n e s i a

I n v e s t m e n t


B o a r d

22


KBLI

Industri Margarine

10412

Industri Minyak Goreng Kelapa

10423

Industri Minyak Goreng Kelapa Sawit

10432

Industri Minyak Makan dan Lemak Nabati dan Hewani Lainnya

10490

Cakupan Produk

Daerah/Provinsi INDUSTRI MAKANAN Industri margarine. Seluruh Provinsi di Indonesia kecuali Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yograkarta, dan Jawa Timur (tidak termasuk Kabupaten di Pulau Madura). Semua cakupan produk yang termasuk dalam KBLI Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi ini. Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Gorontalo. Industri minyak goreng kelapa sawit dalam Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, kemasan bermerk dan/atau kemasan sederhana. Sumatera Selatan, Riau, Bengkulu, Lampung, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Jambi, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah. Industri minyak goreng kelapa sawit curah, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, kemasan bermerk dan/atau kemasan sederhana. Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Maluku, Maluku Utara, Papua, Papua Barat. Pengganti lemak coklat (Cocoa Butter Subtitute/CBS, Cocoa Butter Replacer, Cocoa Butter equivalent Butter Oil Substitute). Minyak atau lemak padatan (hydrogenated fats, hydrogenated palm oleh“ hydrogenated palm stearin, hydrogenated palm oil, hydrogenated palm kernel olein, hydrogenated palm kernel stearine, hydrogenated palm kernel oil). Minyak atau lemak khusus (shortening, vanaspati, vegetable ghee, food emulsifier, coating fats, hydrowaxy stearine, hydrowaxy olein, frying fats, ice cream fats).

Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Maluku, Maluku Utara, Papua, Papua Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Gorontalo.

I n d o n e s i a

Persyaratan Industri yang terintegrasi dengan Industri Minyak Goreng Kelapa Sawit (KBLI 10432) dalam satu Provinsi, berbahan baku CPO, dan/atau minyak nabati lainnya menjadi produk padatan.

Terintegrasi dengan usaha budidaya KBLI 01261.

Industri yang terintegrasi mulai dari proses pemurnian CPO, pemisahan, dan packing minyak goreng (kemasan bermerk dan/atau kemasan sederhana) dalam satu provinsi khusus untuk Pulau Sumatera. Industri yang terintegrasi mulai dari proses pemurnian CPO, pemisahan, dan/atau packing minyak goreng curah (kemasan bermerk dan/atau kemasan sederhana) dalam satu provinsi khusus untuk di luar Pulau Sumatera. Industri yang terintegrasi dengan Industri Minyak Goreng Kelapa Sawit (KBLI 10432) dalam satu provinsi, berbahan baku CPO, CPKO dan/atau minyak nabati lainnwa meniadi produk padatan.

I n v e s t m e n t


B o a r d

23


KBLI

Cakupan Produk Daerah/Provinsi INDUSTRI MAKANAN Susu cair segar, pasteurisasi, sterilisasi, Sumatera Barat, Bengkulu, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan/atau homogenisasi yang produksinya Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa > 50 (lima puluh) ton per tahun. Tenggara Barat, Sulawesi Selatan. Susu bubuk, susu kental yang Sumatera Barat, Bengkulu, Jawa Barat, Jawa Tengah, produksinya > 50 (lima puluh) ton per Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa tahun Tenggara Barat, Sulawesi Selatan Tepung dari ubi kayu, kedelai, gandum. Lampung, Jawa, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, Papua, Papua Barat.

Industri Pengolahan Susu Segar dan Krim

10510

Industri Pengolahan Susu Bubuk dan Susu Kental

10520

Industri Berbagai Macam Tepung dari: Padi-Padian, Biji-Bijian, KacangKacargan, Umbi-Umbian dan Sejenisnya

10618

Industri Berbagai Macam Pati Palma

10622

Tepung dari sagu alam.

Maluku, Papua dan Papua Barat.

Industri Glukosa dan Sejenisnya

10623

Gula dari ubi kayu.

Industri Tepung Beras dan Tepung Jagung

10633

Tepung dari beras dan jagung.

Industri Gula Pasir

10721

Gula pasir dari tebu.

Industri Kakao

10731

Industri pengolahan kopi dan teh

10761

Bubuk kakao, mentega kakao, lemak kakao, dan/atau minyak kakao. Kopi bubuk, kopi ekstrak, dan/atau sari kopi.

Industri Produk Masak Lainnya

10779

Seluruh Provinsi di Indonesia kecuali Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, DI Yoryakarta, Jawa Timur (tidak termasuk Kabupaten di Pulau Madura). Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Barat, Gorontalo, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat. Seluruh Provinsi di Indonesia kecuali Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, DI Yoryakarta, Jawa Timur (tidak termasuk Kabupaten di Pulau Madura). Sulawesi Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Gorontalo. Aceh, Sulawesi Utara, Bengkulu, Sumatera Selatan, Lampung, Bali, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, Papua dan Papua Barat, Sulawesi Barat Seluruh Provinsi di Indonesia kecuali Provinsi DKI Jakarta.

Pengolahan rumput laut: agar-agar, jelly, alginat, karagenan (alkali treated cottonii/ alkali treated cottonii chips, semi refined carrageenan, refined carrageenan), dan / atau chip.

I n d o n e s i a

I n v e s t m e n t

Persyaratan

Teritegrasi/kemitraan dengan usaha budidaya 01112, 01113, 01135. Industri yang terintegrasi dengan pengusahaan hasil hutan bukan kayu berupa batang sagu alam 01239. Terintegrasi dengan usaha budidaya KBLI 01135.

Terintegrasi/kemitraan dengan usaha budidaya KBLI 01111, 01120. Terintegrasi dengan usaha budidaya KBLI 01140.


B o a r d

24

INSENTIF FISKAL PADA FASILITAS KEPABEANAN

INDUSTRI

FISKAL

Bea Masuk

STIMULUS

KITE Pembebasan

Kawasan Berikat

Kawasan Industri

Kawasan Bebas

Kawasan Ekonomi Khusus

Inland FTA

Penangguhan Pembebasan Cukai

Pembebasan Tidak Dipungut

PDRI Pembebasan PPN (lokal)

NON INDUSTRI

FISKAL

Bea Masuk

Tidak Dipungut STIMULUS

Gudang Berikat

Pusat Logistik Berikat

Kawasan Bebas

Kawasan Ekonomi Khusus

Penangguhan Pembebasan

Cukai PDRI

Pembebasan Tidak Dipungut Pembebasan

PPN (lokal)

Tidak Dipungut

Sumber : Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Kementerian Keuangan (2016) I n d o n e s i a

I n v e s t m e n t


B o a r d

25

PERBANDINGAN FASILITAS PERPAJAKAN DI FTZ, KAPET, KB, DAN KEK Jenis Fasilitas 1.

2. 3.

4.

Fasilitas PPh Badan a. Investment Allowance b. Amortisasi dipercepat c. Pajak Dividen d. Kompensasi kerugian yang lebih lama e. Tax Holiday Fasilitas Pembebasan PPh Pasal 22 Impor Fasilitas PPN dan PPnBM a. PPN Impor tidak dipungut b. PPN tidak dipungut atas pembelian dalam negeri b. Pembebasan PPN dan/atau PPnBM c. Penyerahan tidak dipungut kepada penerima fasilitas lainnya d. Pengembalian PPN kepada orang pribadi pemegang paspor luar negeri Fasilitas Bea Masuk dan Cukai a. Penangguhan Bea Masuk b. Pembebasan Bea Masuk c. Pembebasan Cukai d. Keringanan Bea Masuk

FTZ

KAPET

KB

KEK

X X X X X √

√ √ √ √ X √**)

X X X X X √

√ √ √ √ √ √

√ √ √ √ X

√*) √*) X √*) X

√ √ √ X X

√ √ √ √ √

X √ √

√***) X √ √****)

√ X √

√ √ √

*) diberikan untuk Pengusaha di Kawasan Berikat (PDKB) yang berada di wilayah KAPET **) diberikan untuk Pengusaha Kawasan Berikat (PKB) /PDKB yang berada di wilayah KAPET ***) diberikan untuk PKB/PKB merangkap PDKB yang berada di wilayah KAPET ****) diberikan untuk pengusaha industri atau jasa tertentu di wilayah KAPET, yaitu dengan tarif 5% atau sesuai BTBMI apabila lebih kecil dari 5% Sumber : Badan Kebijakan Fiskal (BKF) I n d o n e s i a

I n v e s t m e n t


B o a r d

26

KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM RANGKA PENINGKATAN PENANAMAN MODAL

TIGA PRIORITAS BKPM (SEBAGAIMANA DIMANDATKAN OLEH PRESIDEN RI)

1

Perbaikan Layanan Perizinan Investasi melalui PTSP

2 Pemerintahan Presiden JOKOWI JK menaruh perhatian pada Perlindungan Investor dan Kepastian Hukum dalam Berinvestasi

3

Fasilitasi Realisasi Investasi (Debottlenecking)

Peningkatan Investasi melalui Iklim Investasi yang Kondusif

I n d o n e s i a

I n v e s t m e n t


B o a r d

28

PERKEMBANGAN PENYELENGGARAAN PTSP Periode: Tahun 2016 (update data per 31 Mei 2016) PENDELEGASIAN BAGI YANG PENYELENGGARAAN PTSP IMPLEMENTASI SPIPISE SUDAH TERBENTUK No

DAERAH

FUNGSI PENANAMAN MODAL

JUMLAH TERBENTUK

BELUM

ADA

TIDAK

SUDAH

BELUM

GABUNG PISAH

1

PROVINSI

34

34

0

33

1

34

0

26

8

2

KABUPATEN

416

387

29

271

145

378

9

265

122

3

KOTA

98

98

0

71

27

97

1

62

36

4

KPBPB

5

5

0

4

1

5

0

4

1

5

KEK

8

4

4

1

7

3

1

2

2

561

528

33

380

181

517

11

359

169

TOTAL

Selain menyelenggarakan PTSP Pusat, BKPM juga mengintegrasikan PTSP Pusat dan Daerah melalui Sistem Pelayanan Informasi dan Perijinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE).

I n d o n e s i a

I n v e s t m e n t


B o a r d

29

PERKEMBANGAN LAYANAN DI PTSP PUSAT – PERBAIKAN LAYANAN PERIZINAN Kemudahan Investasi Langsung Konstruksi dan Deregulasi Aturan Fasilitas

2

• PP Nomor 94 Tahun 2010, PMK 130 Tahun 2011 jo. PMK 159 Tahun 2015 • PERKA NO 19/2015 ( TAX HOLIDAY) SOP Persetujuan Tax Holiday dari sebelumnya 125 hari (65 hari di BKPM dan 60 hari di Kemenkeu) menjadi 45 hari (25 hari di BKPM dan 20 hari di Kemenkeu)

3

IZIN INVESTASI 3 JAM • Produk perizinan: Izin Prinsip, Akta Pendirian Perusahaan, dan NPWP • Kriteria Pemohon: Rencana investasi minimal Rp 100 miliar dan/atau rencana penyerapan TKI minimal 1.000 orang • Mulai berlaku sejak 26 Oktober 2015 Infografis: Kemkominfo, 2015

1

• PP Nomor 18 Tahun 2015 jo. PP Nomor 4 Tahun 2016 • PERKA NO 18/2015 (TAX ALLOWANCE) SOP PersetujuanTax Allowance dari sebelumnya 28 hari (18 hari di BKPM dan 10 hari di Kemenkeu ) menjadi 25 hari (18 hari di BKPM dan 7 hari di Kemenkeu)

KEMUDAHAN INVESTASI LANGSUNG KONSTRUKSI

4

• Merupakan kemudahan yang diberikan oleh Pemerintah kepada perusahaan yang melakukan investasi di Kawasan Industri tertentu, untuk dapat langsung melakukan konstruksi sambil secara paralel mengurus perizinan pelaksanaan (Izin Mendirikan Bangunan/IMB, Izin Lingkungan (UKL/UPL, AMDAL), dan perizinan pelaksanaan daerah lainnya). • Perizinan pelaksanaan yang diperlukan wajib dipenuhi sebelum perusahaan siap produksi komersial. • Tidak ada batasan minimal nilai investasi atau penyerapan TKI. • 14 KI ditetapkan sebagai lokasi KLIK (SK BKPM No 24/2016) • Perlu dukungan Gubernur dan Bupati/Walikota, Menteri teknis, dan penegasan komitmen lintas sektor untuk secara bersamasama menciptakan dan menjaga iklim usaha/investasi yang kondusif. I n d o n e s i a

I n v e s t m e n t


B o a r d

30

PERKEMBANGAN LAYANAN DI PTSP PUSAT – LAYANAN I23J Perkembangan Layanan I23J

Izin Investasi 3 Jam (I23J) investasi yang memenuhi kriteria minimal investasi Rp 100 miliar (USD 8 million) atau menyerap tenaga kerja lebih dari 1.000 orang.

Rekapitulasi Perusahaan Pengguna Layanan 3 Jam No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14

Negara Jumlah Nilai Investasi (Rp) Nilai Investasi (US$) Tenaga Kerja Saudi Arabia 1 Rp 110.000.000.000 US$ 8.065.107,41 20 Amerika Serikat 1 Rp 5.201.060.000.000 US$ 380.000.000,00 1.200 Cina 6 Rp 40.642.877.414.556 US$ 2.948.905.360,94 5.981 Inggris 3 Rp 393.857.600.000 US$ 28.681.107,86 2.700 Singapura 12 Rp 23.160.514.848.018 US$ 1.727.004.282,60 1.767 Malaysia 2 Rp 35.693.150.000.000 US$ 2.677.609.197,06 220 Taiwan 1 Rp 114.000.000.000 US$ 8.321.775,31 1.200 Korea Selatan 5 Rp 3.702.706.200.000 US$ 278.860.068,00 4.625 British Virgin Island 2 Rp 1.178.613.420.000 US$ 86.820.000,00 12.000 Hongkong RRT 4 Rp 1.055.728.678.600 US$ 80.191.650,00 4.450 Sudan 1 Rp 7.000.000.000.000 US$ 532.521.871,43 2.000 Gabungan Negara 13 Rp 5.706.597.000.000 US$ 428.340.923,09 5.722 Indonesia 4 Rp 7.733.514.839.861 US$ 570.138.053,40 1.735 Swiss 1 Rp 605.000.000.000 US$ 45.861.127,96 250 TOTAL 56 132.297.620.001.035 9.801.320.525,06 43.870 Layanan 3 jam ini saat ini akan diperluas untuk bidang infrastruktur, Supply chain, dan seluruh kegiatan investasi di KEK.

BKPM

• Tiba di Pelayanan Terpadu Satu Pintu di BKPM langsung dari bandara. • Konsultasi dengan Direktur Pelayanan Perizinan. • Menyerahkan data dan dokumen yang dibutuhkan.

Menunggu di ruang tunggu sementara dokumen diproses oleh BKPM, notaris, dan Kementerian/Lembaga lainnya.

Memperoleh delapan dokumen & surat ketersediaan lahan dalam waktu tiga jam untuk memulai bisnis Anda. I n d o n e s i a

I n v e s t m e n t


B o a r d

31

PERKEMBANGAN LAYANAN DI PTSP PUSAT – LAYANAN KLIK (1)

Kemudahan Investasi Langsung Konstruksi (KLIK)

Investor dapat secara langsung memulai konstruksi proyek sebelum mendapatkan izin konstruksi. Layanan ini didukung oleh Pemerintah Pusat dan Daerah.

Memperoleh izin investasi di Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di tingkat pusat maupun daerah.

Tidak Ada Persyaratan • Tidak terdapat minimal nilai investasi atau tenaga kerja. • Dapat diperoleh pada kawasan industri yang terpilih. • Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dapat diperoleh secara paralel dengan proses konstruksi

• Survei lahan dalam

• Memulai konstruksi proyek. Tidak

kawasan industri yang dipilih. • Mendapat lahan untuk industri anda.

ada izin lain yang dibutuhkan. • Mengajukan Izin Mendirikan Bangunan & Izin Lingkungan secara parallel dengan proses konstruksi. I n d o n e s i a

I n v e s t m e n t


B o a r d

32

PERKEMBANGAN LAYANAN DI PTSP PUSAT – LAYANAN KLIK (2)

14 Kawasan Industri Terpilih untuk Layanan Kemudahan Investasi Langsung Konstruksi (KLIK) North Sumatra KI Medan

Banten

Modern Cikande Industrial Estate KI Terpadu Wilmar Krakatau Industrial Estate Cilegon

Central Java

KI Kendal KI Bukit Semarang Baru KI Wijayakusuma

South Sulawesi KI Bantaeng

West Java Bekasi Fajar Industrial Estate KI Delta Silicon 8 Karawang International Industrial City Suryacipta City of industri GT Tech Park

East Java

Java Integrated Industrial & Port Estate

Tersedia luas lahan total 10.022 ha yang tersebar di 6 provinsi dan 9 kabupaten/kota, yakni: Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. I n d o n e s i a

I n v e s t m e n t


B o a r d

33

PERKEMBANGAN LAYANAN DI PTSP PUSAT – LAYANAN KLIK (3) Perkembangan Layanan KLIK Tahap I per 6 Juni 2016

40

proyek/ nilai investasi Rp 57,08 Triliun dan luas tanah perusahaan sebesar 618,64 ha

Tahap Konstruksi:

17

proyek/ perusahaan

Tahap minat, proses perizinan, dan persiapan: Nilai investasi Rp 9,19 Triliun dan luas tanah sebesar 215,0 ha

Berlokasi di 8 KI, yaitu: • KI Kendal/KIK (1 proyek), • KI Wijayakusuma/KIW (1 proyek), • KI JIIPE (2 proyek), • KIIC (4 proyek),

23

proyek/ perusahaan

Nilai investasi Rp 47,89 Triliun dan luas tanah sebesar 403,64 ha

Berlokasi di 5 KI, yaitu: • KI Bantaeng/KIBA (2 proyek), • KI MCIE (1 proyek), • KI Bekasi Fajar IE (5 proyek), dan • KI KIEC (1 proyek).

• • • • •

KI JIIPE (3 proyek), KIW (4 proyek), KIBA (3 proyek), KI Bekasi Fajar IE (7 proyek), KIIC (6 proyek).

Bahkan, hingga akhir Juni 2016, tercatat 52 perusahaan telah memanfaatkan layanan KLIK dengan total nilai investasi Rp 65,86 Triliun dan luas tanah sebesar 806,5 Ha. I n d o n e s i a

I n v e s t m e n t


B o a r d

34

PERKEMBANGAN LAYANAN DI PTSP PUSAT – FASILITAS JALUR HIJAU Perkembangan Layanan di PTSP Pusat – Fasilitas Jalur Hijau BEA CUKAI

Fasilitas Impor untuk Barang Modal Percepatan dan kepastian dalam proses bea cukai

Empat status pemeriksaan bea cukai: • Jalur Merah (untuk perusahaan baru) Pemeriksaan fisik dan dokumen sebelum barang diangkut dari pelabuhan.

Percepatan dan Kepastian • Barang modal tidak memerlukan proses screening. • Memotong waktu pemrosesan dari 3-5 hari menjadi 30 menit.

• Jalur Kuning

Persyaratan Sederhana • Proyek dalam tahap pembangunan • Wajib melaporkan kegiatan penanaman modalnya (LKPM) secara triwulanan ke BKPM. • Rekomendasi dari BKPM

Pengecekan dokumen sebelum barang diangkut dari pelabuhan.

• Jalur Hijau Pengecekan dokumen setelah barang diangkut dari pelabuhan. • Prioritas Utama untuk perusahaan dengan rekam jejak yang baik. Tidak ada pemeriksaan diperlukan.

Fasilitas Baru:

Upgrade Status Dari jalur merah menjadi jalur hijau bagi perusahaan baru dalam tahap konstruksi.

TOTAL Perusahaan yang Mendapatkan Fasilitas Jalur Hijau PMA

PMDN Rencana Jumlah Investasi Perusahaan (Triliun)

Total Rencana Jumlah Investasi Perusahaan (Triliun)

Tahap

Jumlah Perusahaan

Rencana Investasi (Triliun)

Tahap I

19

94,66

5

3,84

24

98,50

Tahap II

11

25,75

10

9,15

21

34,89

Tahap III

7

29,69

3

5,26

10

34,95

Total

37

150,10

18

18,25

55

168,34

Total 55 Perusahaan PMA dan PMDN yang telah mendapatkan fasilitas jalur hijau dengan total nilai rencana investasi sebesar Rp 168,34 Triliun

I n d o n e s i a

I n v e s t m e n t


B o a r d

35

PERKEMBANGAN FASILITASI INVESTASI (DEBOTTLENECKING) Perkembangan Debottlenecking Per Mei 2016, BKPM telah memfasilitasi 60 proyek dengan nilai rencana investasi Rp 299,1 triliun (19 proyek KPS dengan nilai rencana investasi Rp 66,7 triliun dan 41 proyek non KPS dengan nilai rencana investasi Rp 232,3 triliun)

Isu - Isu Utama Harga gas yang tinggi Ketersediaan listrik kurang memadai Gangguan Keamanan Izin terhambat Pasokan gas belum pasti Kurangnya pasokan bahan baku Permasalahan lahan Permohonan fasilitas

Dari 41 proyek investasi non-KPS yang telah difasilitasi, • 27 proyek melanjutkan proyeknya dengan nilai rencana investasi Rp 226,9 triliun • 5 proyek yang izinnya dicabut/dibatalkan dengan nilai rencana investasi Rp 322,46 miliar, serta • 9 proyek berhenti beroperasi dengan nilai rencana investasi Rp 5,1 triliun. I n d o n e s i a

Permasalahan Limbah fasilitas

I n v e s t m e n t


B o a r d

36

PERIZINAN DI PTSP PUSAT

INTEGRASI LAYANAN PERIZINAN PERTANIAN DI PTSP PUSAT 1. Izin Prinsip/IUPL Sementara 2. APIP (Inatrade) 3. Fasilitas Bea Masuk (DBC)* 4. NIK (DBC)* 5. IUPTL

6. Izin Operasi 7. Penetapan Wilayah Usaha 8. Penugasan Survei Panas Bumi 9. Izin Panas Bumi

Kemenaker

1. RPTKA 2. IMTA

* Online oleh investor

1. Rekomendasi

PTSP PUSAT 1. Imigrasi (Visa) KUMHAM

1. IPPKH 2. AMDAL

Investor Kemenhut dan LH

BPN

PTSP Provinsi* PTSP Kab/Kota

1. Pertimbangan Teknis 2. Pengadaan tanah (tahap pelaksanaan) 3. Sertifikasi

* Jika lokasi lintas kabupaten/kota diperlukan Izin Lokasi tingkat Provinsi Perizinan Daerah

Perizinan Daerah

1. IMB (Kab/Kota) 2. Izin Lingkungan 3. Izin Lokasi (Kab/Kota) 4. Izin Penggunaan Boiler 5. Izin Penggunaan Lif

6. Izin Penggunaan Genset 7. Izin Penangkal Petir 8. TDP 9. Izin Kesehatan dan Keselamatan Kerja

I n d o n e s i a

I n v e s t m e n t


B o a r d

38

ALUR PENGURUSAN IZIN INVESTASI DI BIDANG PERTANIAN

I n d o n e s i a

I n v e s t m e n t


B o a r d

39

LAMA PROSES PERIZINAN BIDANG PERTANIAN

Konstruksi/Realisasi

Badan Usaha

Jenis Izin / Non Izin Sebelum Penyederhanaan

SLA (Hari)

Sesudah Penyederhanaan

SLA (Hari)

Badan Hukum PT NPWP/NPPKP Tanda Daftar Perusahaan (TDP) Izin Prinsip Penanaman Modal

1 1 3 3

3

Rekomendasi Teknis Usaha Perkebunan Pertimbangan Teknis Lahan dari Dinas Kehutanan Izin Lokasi/SITU Izin Pelepasan Kawasan Hutan dari Menteri Kehutanan Izin Lingkungan dan AMDAL AMDAL LALIN Izin Gangguan di Daerah IUP Daerah (Gubernur atau Bupati/Walikota)

17 30

- Single Submission Badan Hukum PT, NPWP/NPPKP, dan Izin Prinsip Penanaman Modal. - Seluruh tahap perizinan dilakukan di PTSP (single submission application). - TDP disatukan ke dalam Izin Usaha. - Rekomtek Perkebunan sudah mencakup: Pertimbangan Teknis kehutanan, penetapan Lokasi, berdasarkan peta wilayah usaha dengan peta RTRW provinsi dan kabupaten/kota (dilakukan di PTSP).

Hak Atas Tanah (HGU) Izin Mendirikan Bangunan Ketenagakerjaan (Wajib lapor, IMTA, dll) Utilitas (Listrik, air, telepon) BPJS Fasilitas (API dan Masterlist) Izin Pemasukan Benih Izin Usaha Total Penyelesaian

14 120

115 90 14 57 165 14 23 50 1 10 16 7 751*)

- Izin Pelepasan Kawasan Hutan dari Menteri Kehutanan mengacu kepada Rekomtek - Izin lingkungan di luar studi AMDAL

IUP Daerah dihapus karena informasi telah dicakup dalam Izin Usaha Hak Atas Tanah (HGU) dilakukan penyederhanaan SOP Izin Mendirikan Bangunan Ketenagakerjaan (Wajib lapor, IMTA, dll) Utilitas (Listrik, air, telepon) BPJS Fasilitas (API dan Masterlist) Izin Pemasukan Benih Izin Usaha

Rekomendasi Total Penyelesaian

20

15

10

-

40 14 7 40 1 10 5 7 172

*) Di luar izin Prinsip dari Pemerintah Daerah

I n d o n e s i a

I n v e s t m e n t


B o a r d

40

ALUR PENGURUSAN IZIN INVESTASI DI BIDANG PERINDUSTRIAN

I n d o n e s i a

I n v e s t m e n t


B o a r d

41

LAMA PROSES PERIZINAN BIDANG PERINDUSTRIAN

Perlindu ngan

Kontruksi/Realisasi

Badan Usaha

Jenis Izin / Non Izin

SOP (Hari)

Rekomendasi Penyederhanaan dari BKPM

Izin Prinsip Penanaman Modal Badan Hukum PT NPWP/NPPKP TDP

3 1 1 3

Ketetapan Rencana Kota Izin Lokasi/SITU

15 14

Izin Lingkungan dan AMDAL AMDAL LALIN Izin Gangguan di Daerah

115 90 14

Izin Mendirikan Bangunan Hak Atas Tanah (HGB) Ketenagakerjaan (Wajib lapor, IMTA, dll) Utilitas (Listrik, air, telepon) BPJS Fasilitas (API, Masterlist, TA, TH) Izin Usaha Pendaftaran Produk Izin Edar (untuk mamin) SNI Total Penyelesaian

14 165 23

- Single Submission badan Hukum PT, NPWP/NPPKP, dan Izin Prinsip Penanaman Modal. - Seluruh tahap perizinan dilakukan di PTSP (single submission application). - TDP disatukan ke dalam Izin Usaha. Ketetapan Rencana Kota dan penetapan Lokasi dijadikan satu proses, berdasarkan peta wilayah usaha dengan peta RTRW provinsi dan kabupaten/kota (dilakukan di PTSP). - Izin lingkungan mencakup aspek: lingkungan, gangguan, dan lalulintas. - Teknis AMDAL dan AMDAL LALIN sebaiknya masuk dalam aspek pengawasan setelah produksi komersial. Izin Mendirikan Bangunan Hak Atas Tanah (HGB) dilakukan penyederhanaan SOP Ketenagakerjaan (Wajib lapor, IMTA, dll)

50 1 25 7 7 26 98 672*)

Utilitas (Listrik, air, telepon) BPJS Fasilitas (API, Masterlist, TA, TH) disederhanakan sesuai SOP Izin Usaha Penyederhanaan Izin-Izin Perlindungan Konsumen digabung menjadi satu proses atau menjadi simultan Total Penyelesaian

Usul SOP (Hari)

3

14

20

14 7 7 40 1 14 7 25

152

*) Di luar izin Prinsip dari Pemerintah Daerah

I n d o n e s i a

I n v e s t m e n t


B o a r d

42

TERIMA KASIH Indonesia Investment Promotion Centre (IIPC)

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Indonesia Investment Coordinating Board Jln. Jend. Gatot Subroto No. 44 Jakarta 12190 - Indonesia t . +62 21 525 2008 f . +62 21 525 4945 e . [email protected]

www.bkpm.go.id The Investment Coordinating Board of the Republic of Indonesia

43

NEGARA MEMFASILITASI PEMBANGUNAN DAN INVESTASI INDUSTRI PANGAN OLAHAN

Recommend Documents