Hari Malam Natal Bacaan I : Yes 9:1-6 Bacaan II : Tit 2: 11-14
NATAL, DAHULU & SEKARANG (Luk 2:1-14) Pada malam Natal yang indah ini, rasanya tidaklah terlalu pas untuk mendengarkan suatu homili Natal yang panjang dan berat. Mungkin lebih memadai kalau kita mendengarkan saja suatu ceritera Natal yang menawarkan banyak pesan dan kesan bagi kita pada malam yang bahagia ini. Ceritera Natal berikut ini berasal dari bumi Kalimantan, pernah dituturkan oleh seorang misionaris asing, tetapi yang sangat mencintai rimba raya dan jeram-jeram Kalimantan. Diceriterakan…sudah lama lalu…. ada seorang anak bernama Lawing, siswa SD di pedalaman Kalimantan, yang pada pelajaran agama menjelang Pesta Natal mendengar kisah tentang kelahiran Yesus 2000 tahun yang lalu di kota kecil Betlehem dari guru agamanya. Kisah kelahiran Yesus itu sangat memikat hatinya. Dan menurut ceritera guru itu pula, dikatakan bahwa tempat di mana Yesus dilahirkan dahulu, sekarang sudah berdiri sebuah gereja yang dinamakan “Gereja Kelahiran” Tuhan. Bahkan tempat di mana palungan Yesus dahulu diletakkan, sekarang masih
66
Praedicamus Vol. XII, No. 44, Oktober-Desember 2013
ditandai oleh sebuah lukisan bintang di lantai jubin Gereja Kelahiran itu, sehingga semua peziarah ke Tanah Suci yang mengunjungi Gereja Kelahiran Tuhan, dapat melihat tempat di mana kiranya Yesus dahulu dilahirkan. Guru menunjukkan pula foto lukisan bintang pada lantai, tempat di mana Yesus dilahirkan dahulu itu. Ceritera dan lukisan bintang tempat Yesus lahir, begitu membekas di hati Lawing, sehing-ga sulit dilupakannya. Pada saat itu, timbullah hasrat yang aneh dan sangat kuat di hati Lawing untuk sekali kelak berziarah ke Tanah Suci dan merayakan pesta Natal di Gereja Kelahiran Yesus itu. Maka mulailah ia menabung untuk cita-citanya itu… Setamatnya dari SD, ia melanjutkan sekolahnya ke SLTP. Citacitanya ke Tanah Suci tidak pernah memudar. Ia meneruskan kebiasaannya menabung. Demikian juga ketika ia duduk dibangku Sekolah Menengah Atas. Setamatnya dari Sekolah Menengah Atas, ia melamar kerja pada suatu Perusahaan Kayu. Mulai dari sebagai pegawai harian sampai sebagai kepala bagian ia tetap bekerja dengan tekun dan kebiasaan menabungnya tetap berjalan terus. Ketika ia sudah pensiunan dan menjadi tua, ia merasa tabungannya sudah cukup banyak untuk membiayai dirinya untuk berziarah ke Tanah Suci……..
Maka menjelang pesta Natal sekian tahun lalu, ia bersiap-siap untuk merayakan pesta Natal di Tanah Suci. Ia berangkat dari kota kecilnya di pedalaman, menumpang motor air menuju kota Pontianak. Dari Pontianak ia akan naik pesawat ke Jakarta dan selanjutnya ke Tanah Suci……. Pada setiap kampung atau kota kecil, motor air itu merapat ke tepi sungai untuk menurunkan dan menaikkan penumpang. Pada suatu kampung di tepi sungai naiklah sepasang suami istri, yang kelihatannya masih serba canggung. Mereka sungguh orang desa yang miskin dan mungkin baru pertama kali mau berjalan jauh. Karena keduanya duduk dekat Lawing, maka Lawing dapat mendengar ceritera dan makna tujuan perjalanan mereka. Mereka rupanya mau ke kota Pontianak. Ibu itu mau melahirkan, tetapi klinik bersalin setempat tak dapat membantunya, sebab kelahiran bayinya memerlukan penanganan khusus oleh dokter ahli. Mereka tidak tahu harus bagaimana dan kemana setibanya di Pontianak nanti!! Lawing menawarkan jasa baiknya untuk membantu… Setibanya di Pontianak, Lawing mengantar suami istri itu ke Rumah Sakit. Tetapi celakanya…ketika Rumah Sakit meminta uang muka, ternyata pasangan itu tidak mempunyai uang yang cukup. Tanpa berpikir panjang Lawing bersedia membantu. Ia membayar
tuntas seluruh pembiayaan kelahiran bakal bayi itu. Bahkan Lawing masih perlu membayar penginapan di losmen buat si bapak selama istrinya dirawat di Rumah Sakit. Akhirnya ibu itu melahirkan bayinya dengan selamat. Bayi yang manis, montok dan lucu. Betapa bahagianya pasangan suami istri dari desa itu. Ketika mereka kembali ke desanya di hulu, Lawing masih sempat mengantar keluarga yang sederhana itu ke motor air. Bahkan mereka masih sempat singgah di pasar loak dan Lawing membelikan satu-dua potong baju baby untuk si bayi, sekaligus satu kemeja untuk sang bapa dan satu kain sarung untuk sang ibu… Ketika motor air bertolak dari tepian, mereka hanya bisa memandang Lawing dengan air muka penuh rasa syukur sampai jauh... Lawing sendiri bergegas pulang ke losmen, bersiap-siap untuk berangkat ke Jakarta, selanjutnya ke Tanah Suci… Sepanjang perjalanan dari Pontianak ke Jakarta, dan selama di Jakarta Lawing selalu berusaha untuk membantu siapa saja. Ia tidak segansegan merogoh sakunya untuk membantu sesama yang kesusahan. Ketika tiba saatnya ia pergi ke Biro Perjalanan untuk mengurus perjalanannya ke Tanah Suci, betapa kagetnya dia, sebab ternyata uangnya tidak mencukupi lagi untuk membiayai perjalanannya Praedicamus Vol. XII, No. 44, Oktober-Desember 2013
67
pulang pergi ke Tanah Suci. Dengan biaya yang ada, ia hanya bisa pergi dan tidak bisa pulang… Lawing bingung, sedih dan putus asa!! Bayangkan…, sudah bertahuntahun ia berhemat dan menabung untuk sekali kelak merayakan Natal di Tanah Suci, dan sekarang ternyata berakhir dengan sia-sia… Tanpa semangat ia kembali ke Pontianak, dari Pontianak ke kota kecilnya di pedalaman. Ketika ia kembali ke kampung halamannya, pesta Natal sudah diambang pintu. Istri, anak dan cucu-cucunya kaget melihat dia begitu cepat pulang. Tetapi dia diam seribu bahasa… Ketika malam Natal tiba, semua anggota keluarganya pergi ke gereja untuk merayakan Natal, tetapi ia memilih tinggal di rumah, tidur… Dan dalam tidurnya itu ia bermimpi… Ia merasa bahwa ia berada 2000 tahun lalu di padang Efrata bersama para gembala menggembalakan dombadomba. Tiba-tiba langit menjadi terang benderang, mereka sangat terkejut dan ketakutan, lalu tampaklah malaikat Tuhan yang berkata: “jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa. Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud! Dan inilah tandanya bagimu: kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan
68
Praedicamus Vol. XII, No. 44, Oktober-Desember 2013
terbaring dalam palungan!” Dan tiba-tiba tampaklah bersamasama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara surga yang memuji Allah katanya: “Kemuliaan bagi Allah di tempat yang maha tinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepadaNya”. Setelah malaikat-malaikat itu meninggalkan mereka dan kembali ke surga, gembala-gembala itu berkata kepada satu sama lain: “Marilah kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana, seperti diberitahukan Tuhan kepada kita”. Lalu mereka cepat-cepat berangkat dan menjumpai Maria dan Yusuf dan bayi itu, yang sedang berbaring di dalam palungan (Luk 2:8-12). Yang paling akhir memasuki gua tempat Yesus lahir itu adalah Lawing. Ketika pertama kali ia melihat Yusuf di mulut gua, ia kaget setengah mati. Karena Yusuf adalah tidak lain dari bapak yang telah dibantunya di motor air dalam perjalanan ke Pontianak itu. Dan Maria… ya, itu ibu yang melahirkan anaknya di Rumah Sakit di Pontianak…,dan Bayi Yesus…, itulah bayi yang dilahirkan di rumah sakit di Pontianak…!! Dan ya Tuhan, Yusuf ternyata mengenakan kemeja yang dibelinya di pasar loak itu. Dan Maria memakai sarung yang
dibelinya dan bayi Yesus mengenakan baju baby yang dibelinya dengan harga murah di pasar loak itu!! Syahdu, terharu dan bahagia ia mendengar bayi Yesus berkata kepadanya: “Kakek Lawing, apapun yang engkau lakukan terhadap sesama saudaraku yang paling kecil sekalipun, itu engkau lakukan terhadap-Ku” (Mat 25:40). Air mata bahagianya mengalir deras, lalu ia terbangun, bangkit berdiri, menyambar baju dan sarungnya, lalu berlari sekuat tenaga ke gereja untuk merayakan Natal bersama istri, anakanak dan cucu-cucunya. Ternyata untuk merayakan Natal secara bermakna ia tak perlu pergi jauh ke Tanah Suci!!.nn
vvv
Hari Raya Natal (Siang) Bacaan I : Yes 52:7-10 Bacaan II : Ibr 1:1-6
SABDA MENJADI DAGING Yoh 1:1-18 Sebuah ceritera rakyat mengisahkan bahwa ada seorang raja mengadakan pesta yang meriah. Untuk pesta itu beliau mengundang semua pejabat dan pegawai dalam kerajaannya. Waktu pesta itu dilaksanakan, semua pejabat
dan pegawai datang dengan pakaian kebesarannya masing-masing. Pesta berjalan dengan sangat meriah dan gegap gempita. Sementara pesta sedang berlangsung, seorang pegawai rendahan yang agak terlambat datang, buru-buru memasuki ruangan pesta. Karena dia terlalu terburu-buru, ia terpeleset jatuh di depan ruang pesta itu. Sebahagian pakaiannya berlumur lumpur. Melihat keadaan pegawai itu, para undangan pada tertawa dan merasa jijik terhadap pegawai rendahan itu. Merasa malu dan kotor pegawai rendahan itu segera membalikkan badannya untuk pulang, meninggalkan ruangan pesta itu. Melihat itu, sang raja segera keluar menjemput pegawainya. Supaya pegawai yang telah kotor berlumur lumpur itu tidak merasa malu dan risih untuk memasuki ruangan pesta, maka sang raja dengan sengaja mempelesetkan dirinya ke dalam lumpur, dan dalam keadaan sama-sama berlumur lumpur beliau menggandeng bawahannya memasuki ruangan pesta. Tentu saja tidak ada lagi yang tertawa dan merasa jijik melihat keadaan itu. Sang raja membuat dirinya senasib dengan pegawai rendahannya. Suatu tindakan yang tak terduga dan mengharukan.
*** Betapa lebih mengharukan perbuatan Allah. Allah yang mau menjadi
Praedicamus Vol. XII, No. 44, Oktober-Desember 2013
69
manusia dan senasib dengan kita manusia. Allah sudah menanggalkan kebesaran dan kemahakuasaan-Nya, turun dari surga, untuk menjadi manusia seperti kita. Dengan perbuatan itu Allah mau menunjukkan bahwa Allah itu Maha pengasih dan Maha penyayang. Tetapi juga menunjukkan bahwa manusia itu makhluk kecintaan-Nya, oleh sebab itu manusia patut dihargai, dikagumi dan dicintai, bagaimanapun keadaannya. Entah ia seorang miskin, pengemis, seorang cacat, ia adalah manusia, yang layak dihargai dan dicintai. Allah telah menjadi manusia. Sabda telah menjadi daging. Pesta Natal adalah pesta peringatan Allah yang bersabda dalam bentuk manusia. Sabda Allah yang dahulu menjadikan manusia kini di dalam diri Yesus Kristus menjelma menjadi manusia dengan kasih mesra. Secara definitif Allah membuat semacam “monumen hidup” cinta-Nya, yaitu Yesus Kristus. Ia telah ada di tengah-tengah kita, yang adalah milikNya, karena Ia mencintai kita. Bacaan-bacaan suci yang kita dengar, baik pada hari-hari Minggu dalam masa adven maupun pada hari raya Natal, semuanya mengajarkan satu kebenaran inti bahwa Allah sungguh mencintai kita, sehingga Ia rela mengutus Putera-Nya ke tengah kita. Yesus yang adalah Allah, telah menjadi manusia, tinggal di antara kita, mengajar kita, dan akhirnya mati bagi kita, Kita
70
Praedicamus Vol. XII, No. 44, Oktober-Desember 2013
sendiri menjadi heran, mengapa Allah sampai sejauh itu memperhatikan kita. Pertanyaan ini baru akan terjawab sepenuhnya bila kita sudah masuk surga. Namun demikian, kenyataan yang patut kita akui adalah, Allah mencintai dan demi cinta-Nya itu Ia melakukan banyak tindakan yang sangat menakjubkan. Injil hari ini memaparkan di depan kita satu tindakan Allah yang paling hebat, yaitu inkarnasi: penjelmaan Putera Allah ke dalam rupa manusia. Lewat peristiwa inkarnasi ini, kita diangkat sebagai anak Allah dalam Kristus, dan berhak menjadi ahli waris surga. Betapa istimewanya anugerah yang kita peroleh; tetapi kita kurang menghargainya. Injil hari ini mengatakan juga: Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya tidak menerima-Nya. Kita tidak bersyukur tetapi malah berbuat hal yang menyakiti hati Allah. Perbuatan seperti itu, yang kita sebut dosa, seolah-olah memperlihatkan bahwa kita tidak memerlukan cinta Allah dan tidak suka memperoleh surga.nn
vvv
Hari Raya Pesta Keluarga Kudus Bacaan I : Kej 15:1-6;21:1-3 Bacaan II : Ibr 11:8.11-12.17-19
KELUARGA YANG PASRAH Luk 2:22-40 Ada sepasang suami istri yang sudah menikah selama 20 tahun tetapi belum juga memiliki seorang anak. Betapa girang hati mereka ketika mengetahui dan menyadari bahwa sang ibu hamil dan akan melahirkan seorang bayi. Tetapi pada saat kelahirannya, dokter yang membantu persalinan si bayi, merasa pedih karena ia melihat bayi itu hanya memiliki tangan kiri yang kecil. Ayah si bayi yang melihat kondisi anaknya merasa sangat terpukul dan sedih. Keduanya bingung, bagaimana harus menyampaikan keadaan ini kepada sang ibu. Tetapi akhirnya sang ayah dengan tegar mengatakan: “Biarlah saya sendiri akan memberitahukan kepada istri saya”. Bersama-sama sang dokter sang ayah meletakkan bayi yang terbalut itu ke sisi ibunya. Sang ibu melihat dan mengagumi kulit bayinya yang halus, menyisir rambutnya dan menciumnya dengan mesra, lalu bertanya kepada suaminya: “Dia sangat sempurna, bukan?” Suara suaminya tercekak dikerongkongan. Ia mengerti isyarat dari suaminya. Dengan perlahanlahan ia membuka selimut bayinya dan melihat tangan yang cacat itu. Ruangan
itu menjadi hening seketika. Kemudian dia menoleh kepada suaminya dan berkata dengan lembut: “Harry, Tuhan mengetahui kepada siapa bayi ini dititipkan. Ia adalah titipan Tuhan untuk kita. Tuhan mengetahui betapa kita membutuhkannya dan betapa ia membutuhkan kita. Kita pasrahkan keluarga kita kepada Tuhan, juga masa depan anak kita!”
*** Anak-anak yang dilahirkan oleh setiap pasangan suami istri adalah kurnia Tuhan dan sekaligus titipan Tuhan untuk dipelihara dan dibesarkan dengan kasih sayang sesuai rencana sang Pencipta. Para orang tua hendaknya tidak membesarkan anak sesuai citacita mereka belaka. Anak-anak itu harus bertumbuh menjadi dirinya sendiri secara unik sesuai rencana Tuhan. Semua anak akhirnya harus diarahkan kepada Tuhan, karena dari sana mereka datang!! Dalam Injil hari ini kita mendengar bagaimana Maria dan Yosef mengantar Yesus ke kenisah Yerusalem untuk dipersembahkan kepada Allah. Maria dan Yosef memenuhi tuntutan hukum lama dalam Perjanjian Lama yang telah menentukan bahwa setiap anak sulung adalah milik Tuhan. Harus dipersembahkan kepada Tuhan. Waktu itu Maria dan Yosef sangat mungkin berdoa begini: “Kami menyerahkan-Nya kepada-Mu ya Praedicamus Vol. XII, No. 44, Oktober-Desember 2013
71
Tuhan, seumur hidup-Nya, terserah pada-Mu”. Mereka tidak tahu apa yang akan terjadi dengan anaknya. Siksal (nasib) hidup anak ini terserah pada Tuhan. Mereka telah mendengar ramalan Simeon bahwa anak ini akan menjadi pokok keselamatan dan kejatuhan banyak orang. Dan hati ibunya sendiri akan ditembusi dengan pedang. Ia membawa kemuliaan sekaligus penderitaan!! Mungkin mereka tidak amat mengerti. Injil hanya mencatat bahwa setiap kali Maria menghadapi peristiwa serupa, ia hanya menyimpannya dengan baik dalam hatinya. Dan Yosef, keunggulannya terletak pada mendengarkan dan melaksanakan tanpa banyak bicara! Tetapi bagaimanapun juga Maria dan Yosef selalu pasrah kepada Tuhan dan kagum dengan semua mengenai Putera mereka. Apa pun juga yang terjadi, di tengah merekalah kini hadir Tuhan yang dahulu hadir di tengah awan yang mengagumkan. Sekarang kehadiranNya di dalam pribadi yang sederhana, Putera mereka. Kehadiran itu tentu menjadi alasan untuk mengajukan terima kasih sebesar-besarnya dan sikap pasrah yang mutlak kepada Tuhan. Dan sejak itu keluarga ini merupakan gambaran dari umat Allah yang sejati. Umat yang selalu berziarah dalam hidup ini sambil menyadari kehadiran Tuhan di tengah mereka dan pasrah diri kepada-Nya.nn
vvv 72
Praedicamus Vol. XII, No. 44, Oktober-Desember 2013
Hari Raya Tahun Baru Bacaan I : ......... Bacaan II : .........
BERSAMA TUHAN MENATAP MASA DEPAN (.....) Tahun 2002 telah kita lewati. Mungkin dengan napas lega, karena sebuah peristiwa berat telah berlalu. Apakah tahun 2002 akan menjadi mimpi buruk, karena banyak krisis dan bencana lingkungan hidup seperti kebakaran hutan dan banjir. Kita mengalami krisis dan bencana ekonomi seperti jatuhnya nilai rupiah dan melambungnya hargaharga barang. Kita mengalami krisis dan bencana politik seperti kerusuhan, penculikan dan pembantaian. Kita mengalami krisis budaya dan krisis moralitas dsbnya…dsbnya… Pada akhir tahun 1985 ada suatu lagu yang menjadi sangat populer, dinyanyikan hampir di segala tempat dan di segala waktu. Lagu MADU dan RACUN. Kita tidak tahu apakah tahun 2002 sudah memberi kita madu dengan tangan kanannya atau racun dengan tangan kirinya. Tetapi sementara itu bisa saja tahun 2002 menjadi suatu kenangan yang bermakna bagi kita, seperti sebuah medali kemenangan yang sering harus di gosok lagi supaya mengkilat, mungkin tahun 2002 telah menggosok kita untuk menjadi lebih bermutu!! Jadi bagaimana-
pun juga rahmat dan bencana, madu dan racun telah dibawa oleh tahun 2002 ke dalam kehidupan kita, keduanya telah singgah ke dalam kehidupan kita!! Dan bagaimana dengan tahun 2003?? Kita belum lagi tahu. Kalau kita membaca Koran-koran dan majalah, banyak kaum bijaksana meramalkan bahwa tahun 2003 akan menjadi tahun yang semakin berat untuk kita. Para pakar mengatakan bahwa tahun 2003 akan menjadi tahun yang lebih berat bagi kehidupan bangsa kita, mungkin juga bagi kehidupan pribadi kita masingmasing?? Tahun 2003 masih merupakan tahun tantangan bagi kita, yang masih diselimuti oleh seribu satu macam pertanyaan dan kemungkinan!! Menghadapi tahun yang penuh dengan pertanyaan dan tantangan, sebagai orang beriman hendaknya hati kita tidak kecut. Tuhan akan selalu beserta kita. Kalau kita membaca Kitab Suci Perjanjian Lama, maka di sana kita akan melihat bagaimana Allah senantiasa menyertai sejarah umat manusia, yang disimbolkan dalam sejarah keselamatan bangsa Israel. Allah yang telah menyertai Ibrahim, Isak dan Yakob dan kemudian Musa dan segenap umat Israel, akan menyertai kita juga dalam perjalanan hidup kita. Allah selalu setia pada umatNya, walaupun manusia sering menyeleweng dari panggilan hidupnya.
Kesetiaan Allah sangat jelas diwartakan oleh nabi Hozea. Nabi Hozea bukan saja mewartakannya dengan kata-kata, tetapi ia memvisualisasikan dan mengaktua-lisasikannya dengan tindakan-tindakannya. Dengan menikahi wanita pelacur bernama Gomer, dan senantiasa setia pada si pelacur itu, walaupun pelacur itu terus menerus melacurkan dirinya, Hozea mau menunjukkan bahwa Allah senantiasa setia pada bangsa Israel, walaupun bangsa Israel melacurkan diri dengan dewa-dewi bangsa lain. Bagaimanapun penyelewengan dibuat oleh bangsa Israel, akhirnya toh Allah senantiasa setia pada kasihnya. Oleh sebab itu anak pertama nabi Hozea bernama Yizreal. Yang berarti: Allah senantiasa menabur kasih-Nya. Kita baru saja merayakan pesta Natal. Menghadapi tahun baru yang penuh tantangan, gereja mengajak kita merayakan hari-hari raya yang kaya makna itu. Pesta Natal adalah pesta kelahiran Sang Emmanuel: Allah beserta kita!! Pada awal setiap tahun, Tuhan sendiri telah menampakkan diri-Nya dan menyongsong kita, untuk melangkah maju memasuki masa depan dengan harapan yang lebih menyala. Kalau Tuhan sendiri sudah bersama kita pada awal tahun ini, sebenarnya apa lagi yang kita takutkan??
Praedicamus Vol. XII, No. 44, Oktober-Desember 2013
73
Tuhan akan menyertai kita justru di saatsaat yang sulit. Ada suatu ceritera mistik yang menceriterakan bahwa: Pada suatu malam seorang lelaki bermimpi bahwa dia sedang berjalan menyusuri pantai dengan Tuhan. Di langit tergambar berbagai peristiwa masa lalu hidupnya. Setiap kali dia melihat, ada dua pasang jejak telapak kaki di pasir: satu pasang adalah jejak kakinya, dan sepasang lainnya milik Tuhan. Namun dia melihat bahwa kadang hanya ada satu pasang telapak kaki. Dan ketika dia mengingat-ingat, justru itulah saat yang menyedihkan dan paling sulit dalam hidupnya. Hal ini membuat dia mengeluh kepada Tuhan: “Tuhan, Engkau pernah berkata kepadaku bahwa Engkau akan selalu berjalan menyertai aku. Tetapi sekarang aku melihat bahwa justru pada saat-saat yang paling sulit dalam hidupku, cuma ada jejak satu pasang telapak kaki. Aku tidak mengerti mengapa Engkau meninggalkan aku justru pada saat di mana aku sangat membutuhkan-Mu”. Tuhan menjawab: “Anak-Ku, Aku tidak pernah mening-galkanmu pada saat-saat itu. Kamu hanya melihat jejak satu pasang kaki, karena justru pada saat-saat yang sulit itu, Aku menggendongmu. Itu makanya engkau hanya melihat satu pasang jejak saja!!.
74
Praedicamus Vol. XII, No. 44, Oktober-Desember 2013
Pesta Natal adalah pesta Allah beserta kita, untuk mendukung kita, untuk menyelamatkan kita. Penyertaan Allah itu memberikan penghiburan, pengharapan kekuatan serta prospek masa depan yang baru bagi kita. Dengan demikian kita mampu meneruskan perjalanan hidup kita di tengah-tengah dunia yang sedang berubah dengan amat cepat. Allah yang kita kenal dan kita imani adalah Allah yang setia menyertai perjalanan hidup kita; bahkan yang terlibat penuh dalam menatap masa depan hidup kita. Ia setia menuntun kita menyusuri jalan-jalan penuh rintangan: Ia menantang kita tatkala kita diguncang kesulitan hidup; Ia melawat kita ketika dalam keadaan terbelenggu; Ia peduli terhadap umat manusia yang mengalami penderitaan akibat permasalahan di bidang hukum, politik, ekonomi, sosial, budaya dan keagamaan. Ia meneguhkan, menguatkan serta menyertai kita senantiasa melalui kuasa Roh Kudus (Yoh 14: 16,17). Tahun 2003 masih merupakan tahun tantangan bagi kita yang masih diselimuti oleh seribu satu macam pertanyaan dan kemungkinan! Yang jelas, kita harus tetap melangkah maju, sebab Tuhan selalu bersama kita. Mungkin dengan langkah-langkah kecil. Dalam suatu sanjaknya Rudolf Otto Wiener, seorang penyair dari Jerman, menyajikan sebuah ceritera
sebagai berikut: Seekor ulat merayap maju, selalu maju perlahan, di seberang jalan, ia melihat padang rumput yang hijau segar yang akan memuaskan rasa laparnya. Namun, dihadapannya terbentang satu jalan raya aspal enam meter lebarnya. Ia tetap merangkak maju dengan kakinya yang kecil dan pendek, dan mobil-mobil menderu kesana kemari, dua puluh dalam satu menit, ribuan dalam satu jam. Bukan hanya truk, tetapi juga traktor, taksi, sepeda motor dan lain-lain. Tetapi ia berani merayap maju, ia merayap maju dengan kakinya yang kecil dan pendek. Ia merayap tanpa tergesa-gesa, tanpa rasa takut, tanpa suatu taktik yang besar. Sementara di jalan itu lewat dua puluh mobil dalam satu menit dan ribuan dalam satu jam. Tetapi ia merayap maju perlahan-lahan, ia merayap, merayap, merayap dan akhirnya tiba di seberang. Tuhan rupanya menghendaki kita tetap maju, biar dengan langkah-langkah yang kecil. Tuhan tidak menghendaki kita tetap berada di tempat, pada status quo. Ia mau kita tetap berjalan, meninggalkan yang lama…..
Ia mau supaya kita selalu maju, lahir dan batin, sambil tetap percaya dan berharap pada penyertaan setia Allah!!.nn
vvv
Hari Raya Penampakan Tuhan Bacaan I : Yes 60:1-6 Bacaan II : Ef 3:2-3a.5-6
MELALUI JALAN LAIN Perrtemuan dengan seseorang bisa merobah sikap kita. Diceriterakan bahwa ada seorang pengusaha kaya yang sangat kikir. Waktu bertemu dengan Ibu Teresa dari Kalkuta itu, ia begitu terkesan dengan ekspresi wajah Ibu Teresa dan segala perjuangan serta cita-cita wanita tua itu, sehingga kemudian ia menjadi salah satu penderma yang paling gigih untuk usaha Ibu Teresa dalam hal menolong kaum miskin dan terlantar. Pengusaha itu telah mengambil sikap lain, sikap yang baru, berbeda dengan sikap yang dahulu. Ia telah menempuh cara dan jalan hidup yang baru!
*** Praedicamus Vol. XII, No. 44, Oktober-Desember 2013
75
Dalam Injil pada hari Epiphani ini diceriterakan bahwa beberapa sarjana dari Timur, sesudah mereka bertemu dengan Sang Juruselamat, dinasehati dalam mimpi supaya kalau mereka pulang, jangan menempuh lagi jalan yang sama (Jalan menuju istana Herodes), tetapi menempuh jalan yang lain, jalan yang baru. Mungkin teks Kitab Suci ini tidak bermaksud apa-apa selain hanya untuk mengelakkan bencana yang bisa datang dari Herodes yang kejam itu. Tetapi tidak buruk kalau kita mengambil kiasannya (dan itu sesuai dengan keyakinan kita) bahwa memanglah seseorang yang telah bertemu dengan Kristus, harus menempuh jalan hidup yang baru. Juruselamat telah datang ke bumi kita dan telah menampakkan Diri-Nya kepada kita semua. Kedatangan dan penampakkan-Nya bukanlah tanpa makna bagi manusia. Ia menampakkan diri bukan untuk Diri-Nya sendiri. Tetapi untuk manusia. Ia datang sebagai manusia supaya Diri-Nya dan pola hidup-Nya menjadi pola hidup dan patokan bagi manusia. Hidup kita harus berorientasi pada-Nya. Kita tidak bisa lagi hidup seolah-olah Ia tidak ada. Ia telah menampakkan Diri-Nya. Pola hidup-Nya harus menjadi pola hidup kita. Jalan hidup-Nya harus jadi jalan hidup kita. Jalan yang baru! Seorang kristen memang selalu dituntut untuk hidup lebih baru. Selalu menempuh jalan
76
Praedicamus Vol. XII, No. 44, Oktober-Desember 2013
hidup yang baru, melepaskan cara dan jalan hidup yang usang, yang lama. Diceriterakan bahwa pada masa perang Vietnam, seorang pilot Amerika ditugaskan untuk membom suatu wilayah di Vietnam. Ketika ia menerbangkan pesawatnya di atas wilayah itu dan hendak menjatuhkan bom-bom yang dibawanya, tiba-tiba ia melihat gumpalan awan-awan yang berbentuk persis wajah Yesus tepat di bawah pesawatnya, di mana bom-bom itu harus dijatuhkan. Ia begitu kaget dan tersentuh oleh wajah Yesus yang menangis itu, lalu membelokkan pesawatnya pulang ke pangkalan. Wajah Yesus itu seolah-olah menangisi daerah dan ribuan manusia yang akan menjadi korban yang tak berdosa dari bom-bom itu. Selanjutnya diceriterakan bahwa sesudah perang Vietnam yang keji itu, pilot tadi memasuki suatu biara untuk menjadi rahib. Memang sesudah bertemu dengan Yesus orang harus menempuh jalan hidup yang baru, bertemu dengan Yesus berarti bertemu dengan perubahan. Perubahan kepada yang lebih baik, lebih berkenan di hati Tuhan dan sesamanya. Waktu perang dunia II, tentara Jepang menduduki Flores juga. Tentara Jepang terkenal kejam dan bejad, paling kurang untuk orang-orang Flores saat itu. Salah seorang dari mereka adalah
kapten Sato. Selama ia berada di Flores rupanya ia berkenalan dengan banyak orang katolik, termasuk imam-imamnya. Rupanya melewati orang-orang katolik itu ia mengenal Yesus Kristus. Sesudah perang ia kembali ke Jepang dan menjadi katolik. Kemudian ia menulis sebuah buku yang berjudul “I Remember Flores Island”, di mana antara lain ia
menceriterakan bagaimana ia mengenal Yesus Kristus di pulau katolik itu. Mengenal Yesus Kristus telah merubah jalan hidupnya!! Kita mungkin sudah bertahun-tahun mengenal Yesus Kristus! Sejauh mana kita telah menempuh jalan hidup yang baru??nn Ruang Homili ditulis oleh Rm. Yosef Lalu, Pr
vvv
~Pimpinan dan Seluruh Staff ~ Komisi Kateketik KWI Mengucapakan: “Selamat Natal Tahun 2013” Kepada Semua Pembaca Setia Majalah Praedicamus Tuhan Yesus Telah Lahir, Mari Kita Menyambutnya Dengan Penuh Suka Cita Praedicamus Vol. XII, No. 44, Oktober-Desember 2013
77