PROSES PEMBERDAYAAN PETANI DALAM KONTEKS PROYEK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI MISKIN MELALUI INOVASI (P4MI) STUDI KASUS DESA SEMBALUN LAWANG KECAMATAN SEMBALUN KABUPATEN LOMBOK TIMUR Naskah Publikasi untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-2
Program Studi Magister Perencanaan Kota dan Daerah Jurusan Ilmu-Ilmu Teknik
diajukan oleh : Prihatin Irawati 17388/PS/MPKD/05
kepada SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2006
THE PROCESS OF FARMER EMPOWERMENT IN THE CONTEXT OF POOR FARMER INCOME IMPROVEMENT THROUGH INNOVATION PROJECT (PFI3P) A Case Study in Sembalun Lawang Village, Sembalun Sub-district, Lombok Timur Regency PROSES PEMBERDAYAAN PETANI DALAM KONTEKS PROYEK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI MISKIN MELALUI INOVASI (P4MI) Studi Kasus Desa Sembalun Lawang Kecamatan Sembalun Kabupaten Lombok Timur Prihatin Irawati1, Sudaryono2, Deva Fosterharoldas Swasto3 Program Studi Magister Perencanaan Kota dan Daerah Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada
Abstract The Poor Farmer Income Improvement through Innovation Project is one of the development programs designed to help farmers in developing agribusiness system on marginal land where poverty concentrates through farmer empowerment. The research aims to describe the process and to formulate the empirical concepts of farmer empowerment in the context of Poor Farmer Income Improvement through Innovation Project in Sembalun Lawang village, Sembalun subdistrict, Lombok Timur regency. In order to describe and discuss the process and formulate the concept of farmer empowerment, the research applies a naturalistic approach with phenomenological paradigm. It adopts a qualitative method with inductive data analysis, i.e., describing phenomena as empirical facts based on daily events as the main reality. Based on the findings in the field and discussion results, the research concludes that the setting system of the PFI3P in Sembalun Lawang village in the natural context shows the process of farmer empowerment as a series of activity to enable all potencies and to involve the society in many activities of village investment development as a form of reality of social change. Trust, interaction and kinship relation being established are social capital growing in the community. As the result despite no formal mobilization of farmer groups, through the existing KID institution and farmer groups farmers are able to explore the local values as form of innovative ability. It is inseparable from the participation of external parties such as government or NGOs which offer assistance in the transformation of knowledge and skills. However, it is also realized that the local institutions in the society like KID and FD are still weak and the management capac i t yi nt hei mpl e me nt a t i onoft hepr oj e c ti sbe y ondt hea c t or ’ s capacity. Sustainability becomes a particular concern. Therefore, it needs institutional strengthening by building partnership with both the government and private sector so that the improvementoff a r me r ’ spr oduc t i vi t ybe c ome smor epr og r e s s i ve . Keywords: poor farmer, empowerment process, sustainability after investment 1 2 3
Mahasiswa Magister Perencanaan Kota dan Daerah UGM Yogyakarta Tahun 2005. Pengajar pada Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Pengajar pada Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
1
PENGANTAR Fenomena kemiskinan bagi masyarakat di daerah pedesaan, umumnya bersumber dari sektor pertanian. Kurangnya dukungan pengetahuan tentang pemahaman masyarakat petani terutama di lahan marginal sebagai kantong kemiskinan selama ini, menyebabkan usaha pemerintah tampaknya masih belum terlaksana dengan sempurna, baik mengenai kesuburan lahan, infrastruktur maupun kelembagaan agribisnisnya. Dalam kerangka itulah, Badan Litbang Pertanian dengan bantuan Asian Development Bank (ADB) melalui Proyek Peningkatan Pendapatan Petani Miskin melalui Inovasi (P4MI), merupakan salah satu program pembangunan yang didesain untuk membantu petani dalam membangun sistem agribisnis di lahan marjinal sebagai kantong kemiskinan. Upaya peningkatan pendapatan petani tersebut dilakukan dengan memberdayakan petani melalui mobilisasi kelompok dan perencanaan desa, pengembangan kelembagaan, dan dapat berpartisipasi dalam menentukan sarana dan prasarana desa yang dibutuhkan disertai dukungan teknologi pertanian yang sesuai dengan kebutuhan terutama pada lahan-lahan marjinal serta memberikan akses yang luas kepada petani terutama dalam bidang informasi. Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu daerah yang mendapatkan Proyek Peningkatan Pendapatan Petani Miskin melalui Inovasi (P4MI). Untuk tahun pertama dipilih sepuluh desa pilot project dan salah satunya Desa Sembalun Lawang. Terpilihnya Desa Sembalun Lawang sebagai lokasi sasaran, dikarenakan desa ini merupakan salah satu wilayah yang memiliki agroekosistem lahan kering dataran tinggi dan mempunyai karakteristik lahan marginal yang cukup luas, serta mengingat mayoritas penduduk Sembalun Lawang bekerja di sektor pertanian dengan tingkat pendapatan masih tergolong di bawah garis kemiskinan. Adapun sasaran dari kegiatan ini, di samping tercipta peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat khususnya petani miskin, diharapkan juga terciptanya kreatifitas,
2
prakarsa dan inovasi pada masyarakat petani sehingga bisa mandiri. Untuk mencapai kemandirian masyarakat diperlukan suatu proses dengan
bertitik tolak agar dapat
meningkatkan taraf hidupnya, dengan menggunakan dan mengakses sumberdaya setempat sebaik mungkin, baik sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia. Pentingnya budaya lokal sebagai suatu aset dalam pembangunan merupakan faktor pendorong yang memposisikan masyarakat sebagai individu dalam interaksi sosial. Untuk menjaga dinamika sistem sosial, perlu didukung dengan meningkatkan kemampuan masyarakat dan manusia sebagai individu dengan mengikutsertakan semua potensi yang ada pada masyarakat. Dengan melibatkan masyarakat untuk berperan serta dalam pembangunan, akan menumbuhkan perasaan memiliki dan pada gilirannya masyarakat akan memperoleh manfaat atas perubahan yang terjadi di sekitar mereka. Berdasarkan gambaran tersebut di atas, maka proses pemberdayaan masyarakat petani sebagai salah satu komponen Proyek Peningkatan Pendapatan Petani Miskin melalui Inovasi (P4MI) menarik untuk diteliti dengan melihat fenomena yang ada. Dengan demikian tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan proses
dan merumuskan konsep-konsep empiris
pemberdayaan petani dalam konteks Proyek Peningkatan Pendapatan Petani Miskin melalui Inovasi (P4MI) di Kabupaten Lombok Timur khususnya di Desa Sembalun Lawang.
TINJAUAN PUSTAKA Sebagian besar penduduk Indonesia hidup di daerah pedesaan dan mengandalkan bertani sebagai kehidupannya. Dalam realitas ini, banyak orang menganggap hidup sebagai petani adalah hidup marginal dan terabaikan. Kemiskinan merupakan bagian dari masyarakat desa yang umumnya bersumber dari sektor pertanian. Kemiskinan bagi masyarakat petani merupakan wujud dari ketidakcukupan, ketidakmampuan dan ketidakberdayaannya dalam memenuhi segi kebutuhan tertentu menurut sistem nilai yang dianut masyarakat.
3
Masyarakat petani secara umum sering dipahami sebagai suatu kategori sosial yang seragam dan bersifat umum (Rahardjo, 1999). Pemahaman dan usaha pemerintah selama ini tampaknya masih belum dapat dilaksanakan dengan sempurna karena kurangnya dukungan pengetahuan tentang masyarakat petani di lahan marginal sebagai kantong kemiskinan, baik yang menyangkut sistem pertanian maupun kehidupan sosial budaya masyarakatnya. Untuk menjaga dinamika sistem sosial, perlu didukung dengan meningkatkan kemampuan masyarakat dan manusia sebagai individu melalui pemberdayaan. Ife (1996) mengartikan, konsep pemberdayaan (empowerment) sebagai upaya memberikan otonomi, wewenang, dan kepercayaan kepada setiap individu dalam suatu organisasi, serta mendorong mereka untuk kreatif agar dapat menyelesaikan tugasnya sebaik mungkin. Pemahaman ini menurut Masik (2005), menyatakan bahwa interaksi yang terjalin merupakan modal sosial yang memberikan keuntungan dalam perspektif individu maupun kelompok dengan mengakui pentingnya interaksi dan jaringan sosial sebagai aset kolektif, di mana hubungan antara interaksi sosial yang dilakukan secara individual dan norma serta nilai kepercayaan pada kelompok bersifat timbal balik. Dengan demikian, Konsep pemberdayaan merupakan upaya memandirikan masyarakat lewat perwujudan potensi kemampuan yang mereka miliki dalam menentukan pilihan kegiatan untuk menjadi lebih baik dengan memberikan kepercayaan kepada setiap individu dalam suatu organisasi melalui serangkaian proses. Usaha memandirikan masyarakat desa serta menanggulangi kemiskinan dan kesenjangan
menjadi
genomena
yang
kompleks.
Pembangunan
pedesaan
dalam
perkembangannya tidak semata-mata terbatas pada peningkatan produksi pertanian tetapi lebih dari itu yaitu sebuah upaya atau proses dalam spektrum kegiatan yang menyentuh pemenuhan berbagai macam kebutuhan, sehingga segenap anggota masyarakat dapat mandiri, percaya diri, dan tidak tergantung pada orang lain.
4
Keterlibatan masyarakat sangat penting dalam menentukan keberhasilan suatu program pembangunan, di mana menurut Craig dan May (1995) dalam Hikmat (2004) bahwa partisipasi merupakan komponen penting dalam pembangkitan kemadirian dan proses pemberdayaan. Dengan berpartisipasi aktif, akan menumbuhkan rasa kesadaran dan tanggung jawab masyarakat yang tercermin dengan adanya perubahan sikap mental, pandangan hidup, cara berpikir dan cara bekerja (Khairuddin, 2000). METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan naturalistik dalam kerangka paradigma fenomenologis dan metode induktif kualitatif ,yaitu lebih mengutamakan proses berpikir dengan memahami sikap, pandangan, perasaan dan prilaku sebagai realita utama di kehidupan sosial berupa pikiran-pikiran, pendapat dan sesuatu informasi yang sifatnya kegiatan atau aktifitas yang bisa diamati, kemudian dideskripsikan dan melaporkan pandangan-pandangan dari informan secara terinci. Metode kualitatif menuntut pendekatan holistik, dengan mendudukkan objek penelitian dalam konstruksi ganda serta melihat objeknya dalam satu konteks natural (Muhadjir, 2002), dengan mencari unit-unit informasi yang ada di lapangan yaitu berupa tema-tema yang mengemuka dalam proses pemberdayaan petani
melalui mobilisasi
kelompok tani dan perencanaan desa, pengembangan kelembagaan desa serta pembangunan sarana prasarana inwestasi desa dalam konteks Proyek Peningkatan Pendapatan Petani Miskin melalui Inovasi (P4MI), dimulai sejak sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai pasca kegiatan investasi. Dalam penelitian ini, peneliti merupakan instrumen utama dan dibantu dengan instrumen pendukung berupa catatan lapangan, kamera, peta dan alat perekam. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara tidak terstruktur dan mendalam, disamping itu digunakan
5
pula teknik observasi partisipan untuk mengamati prilaku dan studi dokumentasi yang berkaitan dengan materi penelitian. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive dan berkembang dengan snowball sampling, sebagai upaya untuk memenuhi kriteria triagulasi data, kemudian data yang diperoleh diidentifikasi dan klasifikasi terhadap data-data yang bersifat tetap atau tidak menunjukkan perubahan dalam berbagai variasi situasi dan kondisi. Pengelompokkan data dan kategorisasi dilakukan secara induktif dengan mengabtraksikan tema-tema untuk mencari makna yang terkandung didalamnya, dan selanjutnya tema tersebut diabstraksikan ke dalam konstruksi konseptual dengan bahasan yang obyektif.
SEKILAS TENTANG P4MI Proyek Peningkatan Pendapatan Petani Miskin melalui Inovasi (P4MI) ini pelaksanaannya direncanakan selama lima tahun, sejak tahun 2003 sampai 2007 di lima kabupaten dari seluruh kabupaten yang ada di Indonesia dan salah satunya Kabupaten Lombok Timur. Pada tahap awal pelaksanaan kegiatan di masing-masing kabupaten dipilih sepuluh desa sebagai pilot project. Untuk Kabupaten Lombok Timur sendiri memiliki 106 desa sasaran dengan jumlah petani miskin yang dominan dan tersebar di 20 kecamatan. Proyek ini merupakan salah satu program pembangunan yang didesain untuk membantu petani di pedesaan dalam membangun sistem agribisnis di lahan marjinal sebagai kantong kemiskinan. Fokus utama P4MI adalah memberdayakan petani melalui mobilisasi kelompok dan pengembangan kelembagaan serta perbaikan investasi sarana prasarana umum di tingkat desa yang dibutuhkan petani dalam mendukung pengembangan agribisnis, meningkatkan akses petani terhadap informasi pertanian yang berkaitan dengan teknologi dan informasi pasar serta melakukan reorientasi penelitian di daerah marginal. Untuk menangani kegiatan P4MI sehari-hari di tingkat kabupaten, Bupati bertanggung
6
jawab dalam pelaksanaan kegiatan pemberdayaan petani (komponen 1), dengan membentuk Tim Koordinasi Kabupaten (Distric Coordination Committee-DCC) dan Unit Pelaksanaan Proyek di kabupaten (Project Implementation Unit - PIU). Ketua DCC adalah Bupati dengan anggota instansi terkait di tingkat kabupaten, LSM lokal dan BPTP, sedangkan PIU bertanggung jawab dan bertugas mengelola, mengkoordinasikan, dan memonitor kegiatan proyek di tingkat kabupaten. Sedangkan di tingkat kecamatan dibentuk FAD (Forum Antar Desa –Project Inter Village Forum-PIVF), bertugas memverifikasi proposal yang diajukan oleh KID dengan anggotanya terdiri atas anggota ketua KID dari masing-masing desa dan satu fasilitator desa yang wanita. Untuk kelancaran di tingkat bawah (desa), sesuai dengan Project Administration Memorandum (PAM) P4MI, dibentuklah KID (Komite Investasi Desa –Village Project Investment Committee –VPIC) yang dilakukan secara musyawarah dan transparan. Komisi Investasi desa (KID) merupakan tulang punggung dalam mengimplementasikan kegiatan P4MI, dengan dibantu/didampingi oleh Fasilitator Desa dan LSM lokal. KID mempunyai tugas dan tanggung jawab yang utama adalah mengelola kegiatan investasi desa, dimulai dari musyawarah, menentukan alokasi kegiatan, perencanaan, dan penyusunan proposal, pelaksanaan dan pengelolaan dana investasi serta pemanfaatan dan pemeliharaannya. Pada tahun pertama, proses pendampingan oleh LSM lokal masih dalam bentuk kerjasama tidak tertulis antara PIU dan LSM lokal. Hal ini karena terdesaknya kegiatan proyek di tingkat kabupaten harus segera dimulai, dan beberapa kesepakatan telah dicapai selama Loan Inception Mission pada bulan Juni 2003. Sedangkan untuk penertiban administrasi keuangan investasi desa, KID membuka rekening bank untuk mengakses dana investasi desa dengan persetujuan BPD dan Kepala desa serta melaporkan nomor rekening kepada PIU dan KPKN untuk pencairannya.
7
Untuk mengimplementasikan investasi desa, maka telah disediakan dana bantuan sebesar maksimum $ 30.000 per desa berdasarkan kriteria investasi yang ditetapkan untuk melaksanakan investasi desa. Pembangunan atau rehabilitasi/renovasi untuk investasi desa yang sesuai dengan ketentuan Panduan Umum
P4MI/PFI3P (2004) meliputi : (1)
Infrastruktur desa (termasuk jalan dan jembatan); (2) Gudang desa; (3) Irigasi kecil; (4) Pasar desa; (5) Pengkajian dan diseminasi teknologi pertanian; (6) Pelatihan petani; (7) Pengembangan Informasi; dan (8) Konservasi tanah dan air. HASIL DAN PEMBAHASAN Temuan dan Tema 1.
Sosialisasi Proyek Sosialisasi ditujukan untuk memberikan informasi dan gambaran umum proyek secara
keseluruhan, terutama tentang tujuan dan sasaran yang ingin dicapai kepada masyarakat yang akan menjadi kelompok sasaran penerima manfaat proyek. Adanya keterlambatan pelaksanaan kegiatan P4MI di tingkat desa, tidak menyurutkan KID dan FD maupun pekasih dalam menyebarkan informasi di tingkat penerima manfaat. Hanya saja cara pandang dari para pelaku cenderung menyamakan proses sosialisasi dengan penyebarluasan informasi proyek seperti biasa. 2.
Koordinasi Kelembagaan Keberhasilan suatu program pembangunan sangat ditentukan oleh koordinasi antar
pelaku baik di tingkat desa, kecamatan dan kabupaten. Otorita lokal yang dilakukan oleh PIU di tingkat kabupaten menyebabkan beberapa kegiatan belum berjalan sesuai dengan ketentuan yang ada dalam PANDUM P4MI. Sedangkan di tingkat desa, pelaksanaan kegiatan dapat terkoordinir dengan baik, berkat adanya kerjasama dan interaksi yang terjalin antara masyarakat dan pengelola kegiatan.
8
3.
Penentuan Kegiatan Penentuan kegiatan merupakan salah satu prasyarat dalam pelaksanaan kegiatan
pembangunan investasi di desa berdasarkan kriteria investasi yang telah ditetapkan oleh Panduan Umum. Kegiatan fisik merupakan prioritas utama dibandingkan kegiatan non fisik. Penggunaan skala prioritas melalui mekanisme musyawarah desa disebabkan karena banyaknya usulan yang masuk sehingga dalam pelaksanaannya, KID maupun pemerintah desa tidak bisa mengakomodir semua usulan secara keseluruhan. 4.
Keterlibatan Masyarakat Peran pekasih sangat besar dalam menggerakkan warga subak untuk bergotong royong
dalam pembangunan investasi desa, meskipun disadari indikasi keterlibatan masyarakat pada kegiatan P4MI ini lebih mudah digerakkan dalam hal yang sifatnya tidak meminta pengorbanan materi atau uang yaitu swadaya tenaga dan penyerahan lahan secara sukarela. Walaupun masih terdapat beberapa kelemahan dalam implementasi P4MI,
akan tetapi
partisipasi nyata masyarakat baik dalam pelaksanaan maupun dalam pengambilan keputusan cukup diperhitungkan. Dalam hal pengawasan serta pemanfaatan dan pemeliharaan yang dilakukan masyarakat sebagai bentuk partisipasi nyata tumbuhnya perasaan memiliki dan pada akhirnya masyarakat akan memperoleh manfaat atas perubahan yang terjadi di sekitar mereka. 5.
Kontrol Sosial Terhadap Kinerja KID Dalam pelaksanaan pembangunan investasi, pengawasan yang dilakukan masyarakat
merupakan suatu bentuk kontrol sosial terhadap kinerja KID. Pentingnya sarana pendukung aktivitas petani sehari-hari memberikan rasa tanggung jawab kepada KID untuk menerapkan prinsip keterbukaan dan transparansi dalam pengelolaan dan penggunaan dana investasi sebagai kontrol sosial serta bentuk interaksi yang dilakukan oleh individu sebagai masyarakat
9
dengan KID sebagai institusi sehingga meminimalisasi terjadinya penyimpangan. Dalam pengelolaan keuangan, KID diberikan otonomi penuh sehingga baik pemerintah desa maupun FAD tidak turut campur. 6.
Jalinan Kemitraan Kerja sama yang dilakukan oleh KID dengan memanfaatkan kelompok tani yang ada di
desa, tidak saja dalam hal menerapkan inovasi dan mengadopsi teknologi yang telah diberikan oleh pihak pemerintah. Kemitraan dengan pihak swasta juga telah dilakukan dalam hal penerapan inovasi dan pemasaran hasil pertanian. Di sisi lain, pemerintah juga melakukan pembinaan melalui gelar teknologi untuk dapat disebarkan ke masyarakat serta memberikan informasi-informasi pertanian terkait dengan pengembangan agribisnis di lahan marjinal. 7.
Nilai-Nilai Lokal Masyarakat Kebiasaan petani menyimpan padi di lumbung, pola tanam masih tradisional dan sistem
barter yang dilakukan petani merupakan suatu aset budaya dalam pembangunan yang dapat mendorong proses pelembagaan dari inovasi. Aspek sosial budaya menjadi sangat penting dalam menggali nilai-nilai lokal masyarakat sebagai faktor pendorong terciptanya inisiatif masyarakat untuk menerapkan inovasi. Pemanfaatan limbah pertanian untuk pembuatan pupuk kompos dan insektisida nabati, merupakan bentuk inovasi yang digali dari kearifan lokal masyarakat Desa Sembalun Lawang, yang dilakukan atas kerjasama KID dan kelompok tani Horsela. 8.
Kendala Kegiatan Setiap aktivitas kegiatan proyek tidak luput dari kendala yang ditemui pada saat
pelaksanaan. Adapun kendala yang ditemui pada saat pelaksanaan kegiatan P4MI di Desa Sembalun Lawang meliputi terlambat turunnya dana, aturan sering berubah, perubahan nilai uang, dan ketersediaan tenaga spesifik yaitu tenaga tukang, mengingat mayoritas mata
10
pencaharian penduduk adalah petani serta adanya persepsi orientasi proyek oleh sebagian masyarakat, akan tetapi semua ini bisa dikondisikan oleh KID dan pemerintah desa, sehingga pelaksanaan kegiatan dapat berjalan dengan baik. 9.
Manfaat dan Dampak Investasi Manfaat dari pembangunan sarana investasi di Desa Sembalun Lawang sudah dapat
dirasakan oleh penerima manfaat, begitu juga dampaknya telah membawa perubahan nilai baik dari segi teknis, sosial dan ekonomi. Kegiatan pembangunan sarana/prasarana fisik, pemangaatannya relatif lebih mudah, disertai dengan pemeliharaan yang memadai agar pemanfaatan dari bangunan tersebut dapat berlanjut, meskipun kegiatan proyek telah selesai. Sedangkan untuk kegiatan peningkatan keterampilan, diperlukan pemanfaatan yang intensif dan usaha serta pembinaan yang berkelanjutan. 10. Keinginan dan Harapan Dengan melihat keberhasilan dan manfaat serta dampak dari investasi desa, membawa keioginan dan harapan masyarakat agar proyek ini dapat berlanjut. Hal ini menimbulkan keinginan untuk menerapkan awig-awig/peraturan oleh pemerintah desa tapi menemui kendala, sehingga diserahkan pada masyarakat penerima manfaat dalam pemeliharaannya sebagai bentuk dari perasaan memiliki. Sedangkan eksistensi kelembagaan KID sangat diharapkan oleh masyarakat setempat dengan memasukkan nilai-nilai lokal yang ada karena masyarakat adalah modal utama pembangunan. 11. Penguatan Kelembagaan Penguatan kelembagaan dimaksudkan agar eksistensi KID, FD maupun FAD yang telah terbentuk, lebih aktif dan berdaya meskipun kegiatan pembangunan investasi desa sudah selesai. Penguatan kelembagaan ini dilakukan oleh pihak pengelola melalui LSM pendamping, yang keberadaannya baru eksis setelah memasuki paruh kedua pelaksanaan
11
P4MI. Rencana muatan penguatan kelembagaan yang akan dilakukan yaitu dengan menjalin kemitraan baik dengan pemerintah maupun pihak swasta sehingga lebih progresif dalam meningkatkan produktivitas usaha tani. Konseptualisasi Proses Pemberdayaan Petani 1.
Konsep Realita Perubahan Sosial Pemberdayaan merupakan upaya memandirikan masyarakat lewat perwujudan potensi
kemampuan yang mereka miliki dalam menentukan pilihan kegiatan untuk menjadi lebih baik melalui serangkaian proses sehingga tercipta perubahan sosial. Realita yang ada dalam masyarakat petani di Desa Sembalun Lawang sebagai salah satu desa pilot project P4MI,, perubahan itu muncul sebagai akibat dari perubahan prilaku masing-masing individu, dimana setiap individu memiliki motif dan alasan tersendiri dalam keikutsertaannya melaksanakan kegiatan pembangunan investasi, sehingga manfaatnya telah membawa perubahan prilaku masyarakat baik terhadap aktivitas petani maupun dampaknya pada penambahan nilai produksi dan nilai jual tanah yang dilalui oleh kegiatan tersebut. Dengan kata lain kegiatan P4MI mempunyai dampak teknis, sosial dan ekonomi terhadap kelompok sasaran. Partisipasi nyata sejak dari sosialisasi hingga pasca kegiatan berupa pemanfaatan dan pemeliharaan hasil investasi merupakan wujud penggalian potensi kemampuan yang dimiliki masyarakat dengan memberikan kepercayaan kepada masing-masing individu melalui KID sebagai intitusi untuk mengimplementasikan kegiatan P4MI. Kesempatan mengemukakan pendapat dalam musyawarah desa merupakan bentuk nyata proses dari pemberdayaan politik, di mana mereka dapat belajar berdemokrasi. Meskipun disadari masih terdapat beberapa kelemahan dalam implementasi P4MI, akan tetapi realita perubahan sosial dalam proses pemberdayaan petani
sudah terekspresi melalui proses dinamis yang terjadi dalam
masyarakat petani Desa Sembalun Lawang.
12
2.
Konsep Modal Sosial Jalinan sosial antara pengurus KID dengan masyarakat penerima manfaat dalam suatu
kelembagaan KID merupakan bentuk modal sosial yang terbangun dalam pelembagaan. Melalui organisasi ini dapat melancarkan interaksi dan transaksi sosial sehingga segala urusan bersama masyarakat terkait dengan pelaksanaan kegiatan P4MI dapat diselenggarakan dengan mudah. Hubungan kekerabatan, interaksi dan kepercayaan warga subak sebagai sasaran penerima manfaat dengan pekasih maupun yang terjalin melalui KID, terlihat dengan adanya keterlibatan masyarakat dalam kegiatan gotong royong pembangunan investasi desa, di mana gotong royong tersebut tidak terlepas dari ikatan adat, tradisi serta kerukunan sosial yang terbina dalam modal sosial. Hal ini membuktikan bahwa interaksi dan kualitas yang baik dari modal sosial akan memiliki dampak positif terhadap kesejahteraan dan pembangunan di tingkat lokal melalui proses pembelajaran. 3.
Konsep Kemampuan Inovatif Setiap individu memiliki kekuatan/daya untuk mengembangkan potensi-potensi dan
keterampilan mereka untuk meningkatkan kehidupannya, sehingga mereka mampu membentuk inisiatif, melahirkan kreasi dan melakukan inovasi-inovasi di dalam lingkungannya. Kemampuan yang dimiliki masyarakat Desa Sembalun Lawang ini dituangkan melalui kelompok tani Horsela dan kelembagaan KID yang terbentuk, sebagai upaya pendukung dalam melakukan aktivitas pembangunan di tingkat lokal, meskipun secara formal belum ada mobilisasi kelompok tani. Kemampuan inovatif ini tercermin pada kegiatan kelompok tani Horsela yang bekerjasama dengan KID dalam mengangkat kearifan lokal masyarakat dengan memanfaatkan limbah pertanian menjadi pupuk kompos dan insektisida nabati serta mampu dalam mengadopsi dan menerapkan inovasi yang diberikan oleh pemerintah (BPTP). Dengan demikian, aspek sosial budaya menjadi sangat penting dalam
13
menggali nilai-nilai lokal masyarakat sebagai faktor pendorong terciptanya inisiatif masyarakat untuk menerapkan inovasi. 4.
Konsep peranan Unsur Eksternal Dalam mengimplementasikan kegiatan Proyek Peningkatan Pendapatan petani Miskin
melalui Inovasi (P4MI) tidak terlepas dari peranan unsur eksternal. Peran pemerintah yang paling menonjol sesungguhnya terletak pada penentuan kebijakan dan pendanaan. Otorita lokal menyebabkan PI Uc e nde r ung“ pr oj e c tor i e nt i d”. Hal ini tentu saja mengganggu proses interaksi antara FAD, KID dan FD. Di tingkat desa, Organisasi kelompok tani yang ada akan tumbuh dan berkembang sehingga memerlukan mitra-mitra kerja yang lain atau dukungan dari jaringan sumber daya lokal dalam memberikan transformasi pengetahuan dan keterampilan. Sedangkan keberadaan LSM dan konsultan pasca kegiatan sangat penting dalam memfasilisasi memobilisasi kelompok tani dan melakukan penguatan kelembagaan KID maupun FD di tingkat desa sehingga diharapkan KID dan FD lebih aktif dan berdaya pasca kegiatan investasi. PEMBAHASAN Pengimplementasian P4MI di Desa Sembalun Lawang membentuk sistem setting, di mana masing-masing kegiatan terdiri dari sub-sub kegiatan yang saling berhubungan dengan membentuk suatu sistem kegiatan. Sebagai salah satu komponen dari P4MI, pemberdayaan petani dilakukan dengan tujuan meningkatkan kemampuan petani dalam perencanaan dan implementasi investasi di desa, sehingga dapat mendukung inovasi produksi pertanian dan pemasaran
melalui
mobilisasi
kelompok
tani,
pengembangan
kelembagaan
serta
pembangunan investasi desa. Pembangunan investasi desa merupakan kegiatan utama dalam pemberdayaan petani untuk menunjang inovasi dalam rangka pengembangan agribisnis. Untuk membangun
14
investasi desa, diperlukan pengembangan kelembagaan sebagai motor penggerak kegiatan di tingkat lokal. Proses pelembagaan yang terjadi baik melalui KID, FAD maupun kelompok tani yang ada, menanamkan sikap mental masyarakat terhadap realita perubahan sosial yang terjadi di lingkungannya. Jalinan sosial antara pengurus KID dengan masyarakat penerima manfaat dalam suatu kelembagaan KID merupakan bentuk modal sosial yang terbangun dalam pelembagaan. Melalui organisasi ini dapat melancarkan interaksi dan transaksi sosial sehingga segala urusan bersama masyarakat terkait dengan pelaksanaan kegiatan P4MI dapat diselenggarakan dengan mudah. Konsep modal sosial sebagai suatu fenomena alamiah dari kehidupan masyarakat memperlihatkan bahwa manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup sendiri, ia membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Keterlibatan masyarakat dalam melaksanakan kegiatan sejak dari proses awal sosialisasi hingga pasca kegiatan, hal ini tentu saja dapat membangkitkan kemandirian dalam proses pemberdayaan serta menanamkan kesadaran pada potensi diri dengan mengajak masyarakat untuk merencanakan dan menentukan kegiatan investasi. Kesadaran ini tumbuh dan berawal dari masing-masing individu sehingga memampukan dirinya untuk berpartisipasi dan partisipasi juga membantu masyarakat miskin untuk melihat realita sosial ekonomi yang mengelilingi mereka. Aktivitas kelembagaan KID sebagai forum kebersamaan telah menjalin kerjasama dengan memanfaatkan kelompok tani Horsela yang ada di desa, meskipun secara formal belum ada mobilisasi kelompok tani. Dengan adanya interaksi yang terjalin, mampu membangkitkan potensi yang dimiliki dengan membentuk inisiatif dan kreasi memanfaatkan limbah pertanian bawang putih dan jerami padi lokal untuk pembuatan pupuk kompos dan insektisida nabati. Inovasi yang digali berdasarkan nilai-nilai lokal masyarakat ini merupakan
15
faktor pendorong terciptanya inisiatif masyarakat sebagai bentuk kemampuan inovatif, sehingga keterikatan antar anggota kelompok tani dan KID memiliki kebutuhan yang sama untuk maju dan berkembang. Dengan demikian, masyarakat akan semakin terbuka dan merasa membutuhkan pengetahuan dan keterampilan untuk memperbaiki kondisinya. Perlunya mitra-mitra kerja yang lain atau dukungan dari jaringan sumber daya lokal dalam memberikan transformasi pengetahuan dan keterampilan, berkat adanya peranan pemerintah. Namun disadari, institusi yang terbentuk masih lemah dan kapasitas manajemen penyelenggaraan proyek masih di luar kemampuan pelakunya, terutama sekali keberlanjutan pasca kegiatan investasi. Untuk itu, keberadaan LSM dan konsultan pasca kegiatan, sangat penting dalam memfasilisasi memobilisasi kelompok tani dan melakukan penguatan kelembagaan KID maupun FD di tingkat desa sehingga diharapkan KID dan FD lebih aktif dan berdaya pasca kegiatan investasi. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil temuan lapangan dan pembahasan yang dilakukan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa sistem setting kegiatan P4MI di Desa Sembalun Lawang dalam konteks natural memperlihatkan bahwa proses pemberdayaan petani yang terjadi merupakan serangkaian kegiatan dengan memampukan potensi yang dimiliki dan keterlibatan masyarakat dalam berbagai macam kegiatan pembangunan investasi desa sebagai bentuk dari realita perubahan sosial. Kepercayaan, interaksi serta hubungan kekerabatan yang terjalin merupakan modal sosial yang tumbuh dalam masyarakat sehingga melalui kelembagaan KID dan kelompok tani yang ada, mampu menggali nilai-nilai lokal sebagai bentuk dari kemampuan inovatif meskipun secara formal belum ada mobilisasi kelompok tani, dan semua ini tidak terlepas dari peranan unsur eksternal baik pemerintah maupun LSM pendamping dalam memberikan trasformasi pengetahuan dan keterampilan. Namun disadari, institusi lokal
16
di masyarakat yaitu KID yang terbentuk dan keberadaan FD masih lemah dan kapasitas manajemen penyelenggaraan proyek masih di luar kemampuan pelakunya, terutama sekali keberlanjutan pasca kegiatan investasi. Untuk itu, perlu dilakukan penguatan kelembagaan dengan menjalin kemitraan baik dengan pemerintah maupun pihak swasta sehingga lebih progresif dalam meningkatkan produktivitas usaha tani. Rekomendasi yang dapat diberikan dalam rangka kesempurnaan pelaksanaan P4MI yang memasuki paruh kedua dalam memberdayakan petani miskin di masa yang akan datang adalah keberlanjutan kegiatan pasca pembangunan investasi desa, perlu dipikirkan penguatan modal KID sehingga dapat meningkatkan kapasitas kelemcagaan dan mengingat begitu banyaknya program-program pembangunan pedesaan, untuk itu harus ditanamkan kepada stakeholder desa, agar P4MI bisa disinergikan dengan program lainnya sehingga perencanaan pembangunan di pedesaan secara bertahap akan terkadi peningkatan kualitas sumberdaya manusia dan sumberdaya alamnya. DAFTAR PUSTAKA Hikmat, H., 2004. Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Penerbit Humoniora, Bandung. Ife, Jim., 1996. Commuoity Development, Creating Community Alternatives-Vision, Analysis and Practice. Addison Wesley Longman, Australia. Khairuddin, 2000. Pembangunan Masyarakat, Tinjauan Aspek: Sosiologi, Ekonomi dao Perencanaan. Liberty, Yogyakarta. Masik, Agustomi, 2005. Hubungan Modal Sosial dan Perencanaan. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol. 16/No.3, Desember 2005, hlm 1-23. Muhadjir, Noeng, 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Penerbit Rake Sarasin, Yogyakarta. Rahardjo, 1999. Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian. Penerbit Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
17