UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN KERJASAMA DALAM BELAJAR PKN MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL COOPERATIVE SCRIPT PADA SISWA KELAS III SDN 1 NGRAKUM KEMUSU BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2012/2013
NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Sarjana (S-1) Kependidikan Bagi Guru Dalam Jabatan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun oleh :
GUSWANTA A.54C 090 027
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012
HALAMAN PENGESAHAN
UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN KERJASAMA DALAM BELAJAR PKN MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL COOPERATIVE SCRIPT PADA SISWA KELAS III SDN 1 NGRAKUM KEMUSU BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2012/2013 ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui metode cooperative script dapat meningkatkan keaktifan dan kerjasama dalam belajar PKn pada siswa kelas III SDN 1 Ngrakum Kemusu Boyolali tahun ajaran 2012/2013. Jenis penelitian ini adalah PTK. Subyek yang menerima tindakan adalah siswa kelas III SDN 1 Ngrakum Kemusu Boyolali yang berjumlah 15 siswa. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan melalui tiga langkah yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil dari penelitian ini adalah meningkatkan keaktifan dan kerjasama. Peningkatan keaktifan siswa terlihat dari semakin bertambahnya jumlah siswa yang berpartisipasi dalam proses pembelajaran disetiap siklusnya, dengan jumlah perlakuan sebanyak 2 siklus penelitian tindakan kelas. Hasil siklus I untuk keaktifan adalah 64,2% dan siklus II adalah 83%. Peningkatan kerjasama siswa terlihat dari aktifitas siswa dalam mengerjakan tugas secara kelompok. Hasil siklus I untuk kerjasama adalah 61,4% dan pada siklus II hasilnya adalah 94%. Kata kunci: cooperative script, keaktifan, kerjasama
PENDAHULUAN Gagasan mengenai peningkatan mutu pendidikan di Indonesia sebenar tidak pernah berhenti, terutama mulai berlakunya kurikulum 1975. Kurikulum 1975 merupakan perbaikan dari kurikulum berbasis pengetahuan menjadi kurikulum berbasis kognitivisme. Perubahan kurikulum 1975 ke kurikulum 1984, orientasi pendidikan pada basis kognitivisme disempurnakan menjadi berbasis ketrampilan proses. Kurikulum 1984 disempurnakan menjadi kurikulum 1994 yang berbasis ketrampilan proses makin diintensifkan. Pada bagian akhir dari dasawarsa berlakunya kurikulum 1994 (tahun ajaran 2001-2002) muncul lagi gagasan pembaharuan dengan diitroduksikannya konsep pendidikan kecakapan hidup (life skill education), yang ditindaklanjuti dengan terbitnya draft kurikulum berbasis kompetensi. Perubahan dan perkembangan kurikulum yang didasari oleh berkembangnya pembaharuan pendidikan demi meningkatnya mutu pendidikan itu seiring dengan perubahan dan perkembangan paradigma pendidikan yang berlaku secara global. Ini menunjukkan bahwa upaya peningkatan mutu pendidikan di Indonesia secara konseptual tidak ketinggalan dibandingkan dengan perkembangan gagasan pembaharuan pendidikan di negara-negara maju. Namun, indikator-indikator pendidikan menunjukkan bahwa mutu pendidikan belum
meningkat secara berarti, bahkan banyak kalangan memberi penilaian mutu pendidikan di Indonesia makin rendah (Susanto, 2002). Oleh karena itu, pemerintah telah menetapkan Standar Kompetensi Kelulusan dan Standar Isi, untuk dijadikan acuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (Mulyasa, 2007). RUMUSAN MASALAH Merujuk pada uraian latar belakang di atas dapat dikaji permasalahan yang timbul yaitu: Bagaimanakah metode cooperative script dapat meningkatkan keaktifan dan kerjasama dalam pembelajaran PKn siswa kelas III SDN 1 Ngrakum Kemusu Boyolali tahun pelajaran 2012/2013?
TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode cooperative script dapat meningkatkan keaktifan dan kerjasama siswa dalam mata pelajaran PKn pada siswa kelas III SDN 1 Ngrakum Kemusu Boyolali tahun pelajaran 2012/2013.
LANDASAN TEORI 1. Keaktifan Belajar Keaktifan belajar siswa merupakan unsur dasar yang penting bagi keberhasilan proses pembelajaran. Keaktifan belajar adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun mental yaitu berbuat dan berpikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan (Sardiman, 2001:98). Belajar aktif merupakan suatu pendekatan dalam pengelolaan sistem pembelajaran melalui cara-cara belajar yang aktif menuju belajar yang mandiri. Kemampuan belajar mandiri merupakan tujuan akhir dari belajar aktif. Untuk dapat mencapai hal tersebut, kegiatan pembelajaran dirancang sedemikian rupa agar bermakna bagi siswa. Belajar yang bermakna terjadi apabila siswa berperan secara aktif dalam proses belajar dan akhirnya mampu memutuskan apa yang akan dipelajari dan cara mempelajarinya (Ella Yulaelawati, 2004). Belajar aktif merupakan perkembangan dari teori Dewey Learning by Doing (1859-1952). Dewey sangat tidak setuju pada Rote Learning atau belajar dengan menghafal. Dewey merupakan pendiri sekolah Dewey School yang menerapkan prinsip-
prinsip Learning by Doing, yaitu bahwa siswa perlu terlibat dalam proses belajar secara spontan. Keingintahuan siswa akan hal-hal yang belum diketahuinya mendorong keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar. Menurut Dewey, guru berperan untuk menyediakan sarana bagi siswa untuk dapat belajar. Dengan peran serta siswa dan guru dalam belajar aktif akan tercipta suatu pengalaman belajar yang bermakna sehingga dapat membentuk “siswa sebagai manusia seutuhnya”. Sesuai dengan persepsi Dewey, peran serta siswa dan guru dalam konteks belajar aktif menjadi sangat penting. Guru berperan aktif sebagai fasilitator yang membantu memudahkan siswa belajar, sebagai nara sumber yang mampu mengundang pemikiran dan daya kreasi siswa, sebagai pengelola yang mampu merancang dan melaksanakan kegiatan belajar bermakna, dan yang mampu mengelola sumber belajar yang diperlukan. Siswa juga terlibat dalam proses belajar bersama guru, karena siswa dibimbing, diajar, dan dilatih menjelajah, mencari, mempertanyakan sesuatu, menyelidiki jawaban atas suatu pertanyaan, mengelola dan menyampaikan hasil perolehannya secara komunikatif. Siswa dibimbing agar mampu menentukan kebutuhannya, menganalisis informasi yang diterima, menyeleksi bagian-bagian penting, dan memberi arti pada informasi baru. Siswa juga diharapkan mampu memodifikasi pengetahuan yang baru diterima dengan pengalaman dan pengetahuan yang pernah diterimanya. Selain itu, siswa juga dibina untuk memiliki keterampilan agar dapat menerapkan dan memanfaatkan pengetahuan yang pernah diterimanya pada hal-hal atau masalahmasalah baru yang dihadapinya. Dengan demikian, siswa mampu belajar mandiri. Belajar aktif mengandung berbagai kiat yang berguna untuk menumbuhkan kemampuan belajar aktif pada diri siswa dan menggali potensi siswa dan guru untuk bersama-sama berkembang dan berbagi pengetahuan, keterampilan serta pengalaman. 2. Kerjasama Kerjasama adalah kegiatan yang dilakukan oleh beberapa lembaga atau orang untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan (Badudu dan Zain, 2001). Menurut Soekanto (1989:60) kerjasama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingankepentingan tersebut melalui kerjasama. Syani, (2002:156) menjelaskan bahwa
kerjasama adalah bentuk proses sosial, dimana di dalamnya terdapat aktifitas tertentu yang ditunjukkan untuk mencapai tujuan bersama dengan saling membantu dan saling memahami terhadap aktifitas masing-masing. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kerjasama adalah melakukan suatu kegiatan atau usaha yang ditangani oleh dua orang (pihak) atau lebih dengan saling membantu, saling mengurus kepentingan bersama dalam rangka mencapai tujuan bersama. Dalam penelitian ini kerjasama yang dimaksud adalah bentuk proses sosial yang dilakukan anak satu dengan anak lainnya dalam sebuah kelompok belajar untuk saling membantu, berbagi pengalaman, berkomunikasi untuk saling bertukar pikiran dan bertanggungjawab dalam menyelesaikan tugas kelompok. 3. Belajar dan Pembelajaran a. Pengertian Belajar. Belajar adalah proses suatu perilaku menurut Skinner (dalam Dimyati dan Mudjiono , 2006:9). Belajar adalah suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman menurut Gagne (dalam Ratna Wilis Dahar,1989:11). Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri seseorang. b. Pengertian Pembelajaran. Istilah pembelajaran merupakan perkembangan dari istilah pengajaran dan istilah belajar. Dalam kamus besar Bahas Indonesia, kata pembelajaran adalah kata benda yang diartikan sebagai proses cara menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Kata ini berasal dari kata kerja belajar yang berarti berusaha untuk memperoleh kepandaian atau ilmu, berubah tingkah laku, atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Corey dalam Miarso dalam Nyimas Aisyah dkk (2007:1.3) memberikan pengertian bahwa pembelajaran adalah suatu proses di mana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam kondisi-kondisi khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu. Pembelajaran merupakan sub-set khusus pendidikan. Pembelajaran adalah upaya yang dilakukan oleh seseorang (guru atau yang lain) untuk membelajarkan siswa yang belajar (M.Djauhar Siddiq,2009:1.9). Pada pendidikan formal (sekolah), pembelajaran merupakan tugas yang dibebankan kepada guru, karena guru merupakan tenaga professional yang dipersiapkan untuk itu. Menururt Mundhofir dalam M Djauhar Siddiq(2009:1.9) pada garis besarnya ada
empat pola pembelajaran.(1) Pola pembelajaran guru dengan siswa tanpa menggunakan alat bantu/bahan pembelajaran dalambentuk alat peraga.Pola pembelajaran ini sangat tergantung pada kemampuan guru dalam mengingat bahan pembelajaran dan menyampaikan bahan tersebut secara lisan kepada siswa.(2) Pola (guru + alat bantu) dengan siswa.Pada pola pembelajaran ini guru sudah dibantu oleh berbagai bahan pembelajaran yang disebut alat peraga pembelajaran dalam menjelaskan dan meragakan suatu pesan yang bersifat abstrak. (3) Pola (guru+ media)
dengan siswa.Pola pembelajaran ini sudah mempertimbangkan
keterbatasan guru yang tidak mungkin menjadi satu-satunya sumber belajar.Guru dapat memanfaatkan berbagai media pembelajaran sebagai sumber belajar yang dapat menggantikan guru dalam pembelajaran. Jadi pola ini pola pembelajaran bergantian antara guru dan media dalam berinteraksi dengan siswa. Konsekuensi pola pembelajaran ini adalah harus disiapkan bahan pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran.(4) Pola media dengan siswa atau pola pembelajaran jarak jauh menggunakan media atau bahan pembelajaran yang disiapkan.Berdasarkan pola-pola pembelajaran tersebut ,maka membelajarkan itu tidak hanya sekedar mengajar (seperti pola satu),karena membelajarkan yang berhasil harus memberikan banyak perlakuan kepada siswa.Peran guru dalam pembelajaran lebih dari sekedar sebagai pengajar/informator belaka,tetapi guru harus memiliki multi peran dalam pembelajaran.Dan agar pola pembelajaran yang diterapkan juga dapat bervariasi,maka bahan pembelajarannya harus dipersiapkan secara
bervariasi
juga.Secara
konseptual,pembelajaran
merupakan
suatu
sistem.Suatu organisme, suatu organisasi,sebuah sekolah dan suatu pembelajaran merupakansuatu sistem.Kesemua sistem tersebut memiliki batasan sendirisendiri,dan berbeda antara sistem satu dengan sistem lainnya,meskipun antar sistem juga dapat saling mempengaruhi.Secara umum,setiap sistem termasuk sistem pembelajaran mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: (1) Tujuan artinya setiap sistem harus memiliki tujuan yang jelas. (2) Fungsi artinya dengan adanya tujuan yang akan dicapai menghendaki terlaksananya berbagai fungsi yang diperlukan untuk menunjang usaha mencapai tujuan.(3) Komponen artinya demi terlaksananya fungsi yang menunjang usaha pencapaian tujuan di dalam sistem ada bagian-bagian yang melaksanakan masing-masing fungsi.Bagian inilah yang disebut komponen.(4)
Interaksi atau saling hubungan.Artinya semua komponen dalam suatu sistem saling berhubungan,saling
mempengaruhi,dan
saling
membutuhkan.(5)
Jalinan
keterpaduan.Artinya sistem bukan hanya kumpulan komponen yang terpisahpisah,akan tetapi merupakan jalinan komponen yang terpadu.(6) Proses transformasi.Artinya bahwa keterpaduan tersebut bukan keterpaduan yang berhenti dan mati.Keterpaduan tersebut terjadi dalam aktifitas/proses merubah input menjadi output.(7) Umpan balik.Artinya sistem dalam proses kadang berhasil kadang gagal.Oleh sebab itu sistem membutuhkan umpan balik.Itulah sebabnya dalam pembelajaran ada komponen evaluasi pembelajaran,yang salah satu fungsinya adalah untuk memberikan umpan balik.(8)Lingkungan.Artinya bahwa sistem memiliki batasan lingkungan sendiri-sendiri yang mampu membedakan batasan antara sistem yang satu dengan yang lain.Misalnya,pembelajaran yang satu berbeda dengan pembelajaran yang lain karena batasan/lingkungannya berbeda. c. Hakekat PKn. Hakekat PKn adalah merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang dilandasi oleh Pancasila dan UUD 1945 (Mulyasa, E. 2007). d. Karakteristik Pembelajaran PKn. Karakter Pembelajaran PKn yaitu program pendidikan berdasarkan nilai-nilai Pancasila sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan menjadi jati diri yang diwujudkan dalam bentuk perilaku dalam kehidupan sehari-hari para siswa baik sebagai individu sebagai calon guru/pendidik, anggota masyarakat, dan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa (Permendiknas no 22 tahun 2006). 4. Metode Cooperative Script dalam Pembelajaran PKn a. Proses Pembelajaran PKn. PKn merupakan salah satu bidang kajian yang mengemban misi nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia koridor value-based education. Konfigurasi atau kerangka sistematik PKn dibangun atas dasar paradigma sebagai berikut: Pertama, PKn secara kurikuler dirancang sebagai subyek pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan potensi individu agar menjadi warga negara Indonesia yang berakhlak mulia, cerdas, partisipatif, dan bertanggungjawab. Kedua, PKn secara teoritik dirancang sebagai
subyek pembelajaran yang memuat dimensi-dimensi kognitif, afektif, dan spikomotorik yang bersifat konfluen atau saling berpenetrasi dan terintegrasi dalam konteks subtansi ide, nilai, konsep, dan moral Pancasila, kewarganegaraan yang demokratis dan bela negara. Ketiga, PKn secara pragmatik dirancang sebagai subyek pembelajaran yang menekankan pada isu yang mengusung nilai-nilai dan pengalaman belajar dalam bentuk berbagai perilaku yang perlu diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari dan merupakan tuntunan hidup bagi warga negara dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara sebagai penjabaran lebih dari ide, nilai konsep, dan moral Pancasila kewarganegaraan yang demokratis dan bela negara (Budimansyah 2002). b. Hakekat MetodeCooperative Script. Pembelajaran cooperative script adalah pembelajaran yang mengatur interaksi siswa seperti ilustrasi kehidupan sosial siswa dengan lingkungannya sebagai individu, dalam keluarga, kelompok masyarakat, dan masyarakat yang lebih luas (Schank dan Abelson dalam Hadi, 2007). Pembelajaran cooperative script adalah kontrak belajar yang eksplisit antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa mengenai cara berkolaborasi. c. Kemampuan Metode Cooperative Script Dalam Meningkatkan Keaktifan dan Kerjasama. Danserau dalam Hadi (2007) menjelaskan bahwa langkah-langkah dalam pembelajaran cooperative script sebagai berikut: 1) Guru membagi siswa untuk berpasangan, 2) Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan peran membuat ringkasanya, 3) Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar, 4) Pembicara
membacakan
ringkasannya,
sementara
pendengar
menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya, 5) Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya dan, 6) Guru membantu siswa menyusun kesimpulan. Langkah-langkah pembelajaran cooperative script oleh Danserau dalam penelitian ini digunakan sebagai acuan pelaksanaan pembelajaran cooperative script.
Kajian Penelitan yang Relevan Pada kajian yang relevan penulis mengambil pembanding yang ditulis oleh Nudiansah. Dia 2008 jurusan Biologi Fakultas MIPA Universitas Negeri Malang dengan pembimbing Drs Susetyoadi Setyo, M.Pd. dan Dr Abdul Ghofur, M.Si. Adapun judulnya adalah Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Model Cooperative Script Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Ketuntasan Hasil Belajar Pada Siswa Kelas VIII-A SMPN 21 Malang. Dari penelitian yang dilakukan oleh Nudiansah hasilnya adalah: ada peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VIII-A SMP Negeri 21 Malang setalah diterapkan metode pembelajaran kooperatif model cooperative script.
Kerangka Pemikiran
KONDISI AWAL
TINDAKAN
KONDISI AKHIR
Guru masih menggunakan metode yang konvensional. Ceramah, tanya-jawab dan pemberian tugas.
Keaktifan dan kerjasama siswa masih rendah, tingkat keaktifan siswa baru mencapai 33,3% dan 40% untuk kerjasama.
Guru menggunakan metode cooperative script dalam pembelajaran PKn.
Melalui metode cooperative script dapat meningkatkan keaktifan dan kerjasama siswa dengan persentase 80% untuk keaktifan dan 86,6% untuk kerjasama.
HIPOTESIS Berdasarkan pada kajian teori dan kerangka berpikir di atas, maka pelaksanaan pembelajaran melalui metode cooperaive script dapat meningkatkan keaktifan dan kerjasama pada siswa kelas III SD Negeri 1 Ngrakum Kemusu Boyolali Tahun Pelajaran 2012/2013.
METODE PENELITIAN Penelitian ini tergolong dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas dilakukan untuk meningkatkan tindakan dalam pelaksanaan pembelajaran serta pemecahan persoalan pembelajaran. Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. 1. Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai bulan Agustus 2012. Subjek penelitian adalah siswa kelas III semester I di SD Negeri 1 Ngrakum Kemusu Boyolali. Jumlah siswa sebanyak 15 orang, terdiri dari 8 siswa laki-laki dan perempuan berjumlah 7 siswa. 2. Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai bulan Agustus 2012. Subjek penelitian adalah siswa kelas III semester I di SD Negeri 1 Ngrakum Kemusu Boyolali. Jumlah siswa sebanyak 15 orang, terdiri dari 8 siswa laki-laki dan perempuan berjumlah 7 siswa. 3. Indikator Kinerja Indikator kerja yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatnya keaktifan dari 33,3% menjadi 80% dari jumlah kehadiran siswa dan kerjasama dari 40% menjadi 86,6% dalam pelajaran PKn siswa kelas III semester I SD N 1 Ngrakum Kemusu Boyolali tahun pelajaran 2012/2013. Tabel 1 Indikator Pencapaian KONDISI AWAL KEAKTIFAN KERJASAMA 33,3% 40%
KONDISI AKHIR KEAKTIFAN KERJASAMA 80% 86,6%
HASIL PENELITIAN 1. Kondisi Awal a. Keadaan Guru Tabel 2 Daftar Guru SDN 1 Ngrakum No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nama Joko Suyono, S.Pd Paniyo, S.Pd Sri Haryanto, S.Pd Sigit Trihartoyo, S.Pd Guswanta, A.Ma Fitriatun Siti Sumini, S.Pd Tukiman, A.Ma Gusmiyati, S.Pd
Pendidikan Sarjana/S1 Sarjana/S1 Sarjana/S1 Sarjana/S1 D2 PGSD D2 PGSD Sarjana/S1 D2 PGAI Sarjana/S1
Alamat Karang Mojo Andong Byl Sarimulyo Kemusu Byl Klewor Kemusu Boyoli Ngegot Klego Boyolali Kanoman Ngemplak Byl Kedung Rejo Kemusu Byl Kadipaten Andong Byl Sambi Boyolali Munggur Andong Byl
b. Keadaan Ruang Kelas Di bawah ini keterangan kondisi ruang kelas III. 1. Luas : 8 X 7 m. 2. Bangunan : Permanen. 3. Lantai : Keramik warna putih. 4. Penerangan : Lampu listrik dan Jendela kaca. 5. Meja siswa : 20 . 6. Kursi siswa : 20 . 7. Meja Guru : 1 . 8. Kursi Guru : 1. 9. Almari : 1. 10. Papan Tulis : 1 (white board). 11. Gambar-gambar dinding.
c. Keadaan Siswa Tabel 3 Daftar Siswa SDN 1 Ngrakum No
Nama
L/P
Umur ( Th )
1. 2.
Satrio Alqony
L P
9 9
Brt Bdn ( Kg ) 23 20
Tngg Bdn ( Cm ) 124 119
Jabatan Kepala Sekolah Guru Kelas VI Guru Kelas V Guru Kelas IV Guru Kelas III Guru Kelas II Guru Kelas I Guru PAI Guru Penjaskes
3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Dea Siti Imam Ikbal Risky Kris Nabela Nunung Haryanto Viki Warjono Wiwik Irma
P P L L L L P P L L L P P
9 9 9 10 9 9 9 9 9 9 9 9 9
20 20 21 22 15 17 22 17 19 18 20 18 17
122 121 119 120 115 115 128 114 120 121 120 118 114
Keadaan mental siswa kelas III SDN 1 Ngrakum adalah sebagai berikut: 1 atau 6,6% orang sangat aktif, 5 atau 33,3% pendiam, dan 9 atau 60% sedang atau wajar.
2. Hasil Rekapitulasi Pembelajaran Kondisi Awal Tabel 4 Hasil Amatan Keaktifan Kondisi Awal
No
1.
2.
3.
Indikator
Perhatian Siswa terhadap penjelasan guru
Kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam kelompok ahli
Kemampuan siswa mengemukakan pendapat dalam kelompo asal
Butir Amatan / Deskreptor 1. siswa memperhatikan guru 2. siswa mendengarkan guru 1. siswa mampu memberi penjelasan 2. siswa mampu memberi bimbingan 1. siswa mampu membuat pertanyaan
Hasil Amatan Peningkatan Keaktifan Jml
%
7
46,6
7
46,6
3
20
3
20
4
26,6
4.
5.
6.
2. siswa mampu menjawab pertanyaan Mampu mendengarkan pendapat teman 1. mampu memberi gagasan kepada teman 2. mampu memberi solusi kepada teman 1. mampu bersikap demokratis 2. mampu mengambil keputusan
6
40
10
66,6
4
26,6
4
26,6
10
66,6
4
26,6
Jumlah
58
412,8
Rata-rata
5,27
37,5
Mendengarkan dengan baik ketika teman berpendapat
Memberi gagasan yang cemerlang
Membuat keputusan berdasarkan pertimbangan anggota yang lain
Tabel 5 Hasil Amatan Kerjasama Kondisi Awal.
No
1.
Butir Amatan / Deskriptor
Indikator
Kerjasama kelompok
dalam
2.
Memberi kesempatan berpendapat kepada teman dalam kelompok
3.
Membuat perencanaan dan pembagian kerja yang matang
1. siswa mengerjakan tugas 2. siswa saling bertanyajawab Mampu membagi waktu kepada teman untuk berpendapat 1. mampu membuat perencanaan tugas kepada
Hasil Amatan Peningkatan Kerjasama Jml
%
12
80
8
53,3
10
66,6
4
26,6
teman
4.
5.
2. mampu membagi tugas kepada teman 1. mampu memanfaatkan potensi anggota 2. mampu membagi tugas kepada teman 1. mampu bekerjasama dalam menyelesakan masalah 2. mengedepankan musyawarah dalam penyelesaian masalah
4
26,6
6
40
4
26,6
6
40
5
33,3
Jumlah
59
393
Rata-rata
6,5
43,6
Memanfaatkan potensi anggota kelompok
Saling membantu dalam menyelesaikan masalah
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata prosentase dari amatan kondisi awal keaktifan dalam belajar PKn dengan 11 macam butir amatan atau deskriptor adalah 37,5%, dan prosentase kerjasama dalam belajar PKn dengan 9 macam butir amatan atau deskriptor adalah 43,6%. 3. Hasil Observasi Siklus I a. Hasil Observasi Perilaku Guru Saat Pembelajaran Tindakan Siklus I yaitu: 1) Pada saat prapembelajaran baru mencapai 60%. 2) Penampilan verbal dan non verbal baru mencapai 60%. 3) Ketrampilan menggunakan media pembelajaran mencapai 60%. 4) Ketrampilan menerangkan baru mencapai 40%. 5) Ketrampilan bertanya mencapai 70%. 6) Ketrampilan mengadakan assessment mencapai 100%. 7) Ketrampilan memberi motivasi baru mencapai 60%. 8) Ketrampilan menutup pelajaran sudah mencapai 100%. b. Hasil Observasi Perilaku Siswa Saat Pembelajaran Tindakan Siklus I yaitu: 1) Ketertarikan mengikuti pembelajaran mencapai 80%. 2) Keseriusan mengikuti
pembelajaran mencapi 73,3%. 3) Pemahaman materi pembelajaran mencapai 53,3% 4) Rasa keingintahuan meningkat mencapi 53,3% c. Hasil Observasi Situasi Kelas Saat Pembelajaran Tindakan Siklus I yaitu: 1 )Suasana kelas tenang hasilny ya. 2) Pencahayaan cukup hasilnya ya. 3) Siswa gaduh hasilnya tidak. 3) Meja dan kursi nyaman hasilnya ya. 4) Cuaca mendukung hasilnya ya. 5) Tulisan di papan tulis jelas hasilnya ya. 6) Sirkulasi udara lancar hasilnya ya. 7) Pengoperasian perangkat media lancar hasilnya ya. d. Hasil Observasi Peningkatan Keaktifan dan Kerjasama Saat Pembelajaran Siklus I yaitu: Keaktifan baru mencapi 64,2% dan kerjasama mencapai 61,5% 4. Hasil Observasi Siklus II a. Hasil Observasi Perilaku Guru Saat Pembelajaran Tindakan Siklus II adalah: 1) Prapembelajaran hasilnya 100%. 2) Penampilan Verbal dan Non Verbal hasilnya 100%. 3) Ketrampilan menggunakan Media Pembelajaran hasilnya 100%. 4) Ketrampilan memilih Metode pembelajaran hasilnya 100%. 5) Ketrampilan menerangkan/menjelaskan hasilnya 100%. 6) Ketrampilan Bertanya hasilnya 100%. 7) Ketrampilan Mengadakan Assessment (penjagaan) hasilnya 100%. 8) Ketrampilan Memberi Motivasi hasilnya 60%. 9) Ketrampilan Menutup Pelajaran hasilnya 100%. b. Hasil Observasi Perilaku Siswa adalah 1)Ketertarikan mengikuti
pembelajaran
hasilnya 100%. 2) Keseriusan mengikuti pembelajaran hasilnya 100 %. 3) Pemahaman materi pembelajaran hasilnya 80%. 4) Rasa keingintahuan hasilnya 100%. c. Hasil Observasi Situasi Kelas adalah 1) Suasana kelas tenang hasilnya ya. 2) Pencahayaan cukup hasilnya ya. 3) Siswa gaduh hasilnya ya. 4) Meja dan kursi nyaman hasilnya ya. 4) Cuaca mendukung hasilnya ya. 5) Tulisan di papan tulis hasilnya ya. 6) Sirkulasi udara lancar hasilnya ya. 6) Pengoperasian perangkat media lancar ya. d. Hasil Observasi Peningkatan Keaktifan dan Kerjasama pada Siklus II adalah Untuk Keaktifan hasilnya 83% dan Kerjasama hasilnya 94,8%.
Tabel 6 Hasil Amatan Keaktifan dan Kerjasama Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II No 1.
2.
3.
4.
5.
6.
Indikator Perhatian siswa terhadap penjelasan guru Kerjasama dalam kelompok
Kemampuan siswa mengemuka kan pendapat dalam kelompok ahli Kemampuan siswa mengemuka kan pendapat dalam kelompok asal Memberi kesempatan berpendapat kepada teman dalam kelompok Mendengark an dengan baik ketika teman berpendapat
Butir Amatan/ Deskriptor 1.Siswa memperhatikan guru. 2.Siswa mendengarkan guru. 1.Siswa mengerjakan tugas 2.Siswa saling bertanyajawab. 1.Siswa mampu memberi penjelasan. 2.Siswa mampu memberi bimbingan.
1.Siswa mampu membuat pertanyaan. 2.Siswa mampu menjawab pertanyaan.
Mampu membagi waktu kepada teman untuk berpendapat
Mampu mendengarkan pendapat teman
Keaktifan dan Kerjasama Awal Jml %
Si I
Si II
Jml
%
Jml
%
7
46,6
12
80
13
86,6
7
46,6
12
80
13
86,6
12
80
12
80
15
100
8
53,3
8
53,3
15
100
3
20
8
53,3
12
80
3
20
7
46,6
10
66,6
4
26,6
10
66,6
13
86,6
6
40
10
66,6
15
100
10
66,6
10
66,6
15
100
10
66,6
10
66,6
15
100
Lanjutan tabel 6 Indikator No 7.
8.
9.
10.
11.
Butir Amatan/ Deskriptor
Memberi 1.Mampu gagasan yang memberi gagasan cemerlang kepada teman 2.Mampu memberi solusi kepada teman. Membuat 1.Mampu perencanaan membuat dan perencanaan pembagian tugas kepada kerja yang teman matang 2.Mampu membagi tugas kepada teman. Membuat keputusan berdasarkan pertimbangan anggota yang lain
1.Mampu bersikap demokratis. 2.Mampu mengambil keputusan.
Memanfaatkan potensi anggota kelompok
1.Mampu memanfaatkan potensi anggota. 2.Mampu membagi tugas kepada teman. 1.Mampu bekerjasama dalam menyelesaikan masalah. 2.Mengedepankan musyawarah dalam penyelesaian masalah.
Saling membantu dalam menyelesaikan masalah
Keaktifan dan Kerjasama Awal Siklus I Siklus II Jml % Jml % Jml % 4
26,6
8
53,3
10
66,6
4
26,6
7
46,6
10
66,6
4
26,6
6
40
10
66,6
4
26,6
6
40
13
86,6
10
66,6
12
80
13
86,6
4
26,6
10
66,6
13
86,6
6
40
9
60
15
100
4
26,6
10
66,6
15
100
6
40
10
66,6
15
100
5
33,3
12
80
15
100
KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Penerapan metode pembelajaran kooperatif model cooperative script dapat meningkatkan keaktifan dalam belajar PKn pada siswa kelas III SDN 1 Ngrakum Kemusu Boyolali semester I tahun pelajaran 2012/2013. Hasil peningkatan keaktifan dalam belajar PKn dari siklus I ke siklus II adalah dari 64,2% siswa menjadi 83% siswa. 2. Penerapan metode pembelajaran kooperatif model cooperative script dapat meningkatkan kerjasama dalam belajar PKn pada siswa kelas III SDN 1 Ngrakum Kemusu Boyolali semester I tahun pelajaran 2012/2013. Hasil peningkatan kerjasama dalam belajar PKn dari siklus I ke siklus II adalah dari 61,4% siswa menjadi 94,8% siswa.
IMPLIKASI Penerapan metode cooperative script ini dapat menghasilkan: 1. Siswa menjadi aktif dalam mengikuti pembelajaran. 2. Siswa menjadi berani berbicara di hadapan orang lain. 3. Siswa menjadi semangat bekerjasama dengan teman. 4. Siswa mampu membuat ringkasan materi. Adapun langkah-langkah pembelajaran cooperative script adalah sebagai berikut: 1. Guru membagi siswa untuk berpasangan. 2. Guru membagi wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan peran membuat ringkasanya. 3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar. 4. Pembicara
membacakan
ringkasannya,
sementara
pendengar
menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya. 5. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya danGuru membantu siswa menyusun kesimpulan.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S., Suhardjono, & Supardi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Aryana, IBP. 2004. Pengembangan Perangkat Model Belajar BerdasarkanMasalah Dipandu Strategi Kooperatif Serta Pengaruh Implementasinya Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Siswa Sekolah Menengah Atas Pada Pelajaran Ekosistem. Disertasi Tidak Diterbitkan. Malang: Universitas Negeri Malang. Badudu dan Zain, 2001. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Budimansyah, Dasim. 2002. Model Pembelajaran dan Penilaian Berbasis Portofolio. Bandung: Genesindo. Dimyati & Mujiono. 1994. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Proyek Pembinaan & Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan Dirjen Dikti Depdikbud. Ella Yulaelawati. 2004. Kurikulum dan Pembelajaran Filosofi Teori dan Aplikasi. Bandung: Pakar Raya. Hadi, S. 2007. Pengaruh Strategi Pembelajaran Cooperative Script Terhadap Ketrampilan Berpikir Kritis, Ketrampilan Metakognisi, dan Kemampuan Kognitif Biologi Pada Siswa Laboratorium Universitas Negeri Malang. Tesis Tidak Diterbitkan. Malang: UNM. (http://ardhana12.woodpres.com/2009/01/20.indikator-keaktifan-siswa-yang-dapatdijadikan-penilaian-dalam-ptk-21) Jacobs, GM., Lee, G. S., & Ball, J. 1996. Learning Cooperative Learning Via Cooperative Learning : A Sourcebook of Lesson Plants For Teacher Educcation On Cooperative Learning. Singapore: SEAMEO Regional Language Center. Johnson, D.W & Johnson, R.T. 1994. Learning Together and Alone Cooperative, Competitive and Individualistic Learning. Boston Allyn and Bacon. Lie, A. 2002. Cooperative Learning. Mempraktekkan Cooperative Learning di Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo. Kemendikbud, 2012. Instrumen Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran. Mulyasa, E. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan : Suatu Panduan Praktis. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nur, M. & Wikandari, P.R. 2004. Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan Pendekatan Konstruktivis dalam Pengajaran. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. Ratna, Wilis, Dahar. 1989. Teori-Teori Belajar. Bandung: Erlangga. Rahayu, S. 1998. Pembelajaran Koopeative dalam Pendidikan IPA. Chinema FMIPA IKIP Malang No.2. Vol.27. Juli 1998. Sardiman, AM. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Puataka. Slavin, R.E. 1995. Cooperative Learning : Theory, Research and Practive Boston: Allyn and Bacon. Soekanto, Soerjono. 1989. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers. Susanto, P. 2002. Ketrampilan Dasar Mengajar IPA Berbasis Konstruktivisme. Malang: UNM Biologi MIPA. Suwandi, Joko. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Classrom Action Research. Surakarta: Qinant. Syani, Abdul. 2002. Sosiologi Skematik Teori dan Terapan. Jakarta: Bumi Aksara.