NASKAH PUBLIKASI
STANDARISASI STOK OBAT DAN ALAT KESEHATAN EMERGENSI DI UNIT PERAWATAN RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UNIT II
Diajukan Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata 2 Program Studi Manajemen Rumah Sakit
Oleh: IRHAM PURNOMO 20131030061
PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN RUMAH SAKIT
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017
STANDARISASI STOK OBAT DAN ALAT KESEHATAN EMERGENSI DI UNIT PERAWATAN RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UNIT II Irham Purnomo1, Firman Pribadi2, Irma Risdiana3 1
Mahasiswa Program Studi Manajemen Rumah Sakit, 2Dosen Pembimbing 1, 3
Dosen Pembimbing 2
Program Studi Manajemen Rumah Sakit, Program Pascasarjana, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta INTISARI Latar Belakang: Pengelolaan obat dan alat kesehatan di rumah sakit merupakan satu aspek manajemen yang penting, dimana ketidakefisienan pengelolaan obat dan alat kesehatan tersebut akan memberikan dampak yang negatif terhadap terhadap rumah sakit baik secara medis maupun ekonomis. Kedaruratan medik dapat terjadi pada seseorang maupun sekelompok orang pada setiap saat dan dimana saja. Di ruang perawatan RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II sudah tersedia stok obat dan alat kesehatan emergensi tetapi belum ada standarisasi tentang jenis dan jumlahnya. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan rancangan studi kasus. Upaya pengembangan standarisasi ini dilakukan dengan menggunakan metode observasi, wawancara mendalam, focus group discussion, uji Delphi dan diskusi kelompok kecil. Hasil Hasil dan pembahasan: Hasil identifikasi masalah stok obat dan alat kesehatan emergensi di ruang perawatan adalah: Belum ada standarisasi dalam stok, prosedur permintaan, pelaporan serta penggantian obat dan alat kesehatan. Observasi yang dilakukan dengan menggunakan ceklist standar Manajemen Pengelolaan Obat (MPO) sebelum dilakukan intervensi hanya mendapatkan nilai 44%. Sejumlah rencana tindakan telah diusun untuk menstandarisasi stok obat dan alat kesehatan emergensi. Daftar obat dan alat kesehatan emergensi yang telah disusun, diusulkan kepada para pakar melalui uji Delphi. Hasil uji Delphi selanjutnya dilaporkan kepada panitia Farmasi dan Terapi (PFT) untuk dilakukan penilaian. Hasil penilaian PFT meliputi disetujuinya 14 item obat dan 18 item alat kesehatan emergensi yang harus distok di ruang perawatan yang selanjutnya akan diajukan kepada Direktur Rumah Sakit untuk disetujui dan kemudian disahkan sbagai surat keputusan. Langkah selanjutnya adalah mengimplementasikan hasil keputusan direktur Rumah Sakit. Evaluasi dilakukan setelah implementasi selesai dilakukan dengan menggunakan ceklist standar MPO dan mendapatkan nilai 80%. Kesimpulan: Evaluasi standar stok obat dan alat kesehatan emegensi yang dilakukan mengalami peningkatan setelah dilakukan intervensi. Kata Kunci: Standarisasi, stok, obat emergensi, alat kesehatan emergensi, unit perawatan.
1
LATAR BELAKANG
satu
Rumah sakit adalah salah
obat dan alat kesehatan emergensi
sarana
untuk
kesehatan
tempat
kondisi
kegawatdaruratan.
menyelenggarakan upaya kesehatan.
Tempat penyimpanan harus mudah
Upaya
diakses
kesehatan
adalah
untuk
memelihara
kegiatan
setiap dan
meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk
mewujudkan
kesehatan
yang
bagi
terhindar
penyalahgunaan
serta
dari
pencurian
(Permenkes Tahun 2014).
derajad
optimal
dan
Terselenggaranya pelayanan di
RS
PKU
Muhammadiyah
masyarakat (Siregar dan Amalia,
Yogyakarta Unit II tidak terlepas dari
2004). Pengelolaan obat dan alat
penyediaan obat dan alat kesehatan.
kesehatan di rumah sakit merupakan
Instalasi
Farmasi
satu aspek manajemen yang penting,
(IFRS)
adalah
dimana ketidakefisienan pengelolaan
bagian/divisi di rumah sakit yang
obat dan alat kesehatan tersebut akan
bertanggung
jawab
memberikan dampak yang negatif
pengelolaan
dan
terhadap rumah sakit baik secara
seluruh
medis
perbekalan
maupun
ekonomis
(Yusmainita, 2002). Kedaruratan
sediaan
Rumah
Sakit
satu-satunya
penuh
atas
pengendalian farmasi
kesehatan
lain
dan yang
beredar dan digunakan di rumah dapat
sakit. Di ruang perawatan RS PKU
maupun
Muhammadiyah Yogyakarta Unit II
sekelompok orang pada setiap saat
sudah tersedia stok obat dan alat
dan dimana saja. Keadaan ini selain
kesehatan emergensi tetapi belum
membutuhkan
dan
ada standarisasi tentang jenis dan
dari
jumlahnya. Dengan tidak adanya
terjadi
pada
keterampilan
medik
seseorang
pengetahuan yang
baik
penolong dan sarana yang memadai,
standarisasi,
juga dibutuhkan pengorganisasian
akan terjadi permintaan stok obat dan
yang sempurna
alat kesehatan tersebut akan terjadi
(Purwadianto
&
Sampurna, 2000).
maka
kemungkinan
berulang-ulang dengan item obat dan
Rumah sakit harus dapat
alat kesehatan yang tidak terbatas
menyediakan lokasi penyimpanan
dan permintaan yang tidak sesuai
2
dengan
kebutuhan,
akan
gabungan individual drug order
petugas
gudang
dengan floor stock system dan Unit
farmasi kewalahan, begitupun halnya
dose dispensing. Pemilihan sistem
dengan perawat pelaksana di ruang
distribusi obat sangat tergantung
perawatan
pada kondisi dan kebutuhan masing-
menyebabkan
yang
akan
terbebani
dengan situasi seperti ini.
masing rumah sakit (Quick et al.,
Berdasarkan uraian tersebut di atas, peneliti merasa tertarik untuk
1997). 3. Focus Group Discussion
melakukan penelitian tentang sistem
Focus
group
discussion
pengelolaan obat dan alat kesehatan
adalah suatu proses pengumpulan
emergensi untuk unit perawatan yang
informasi
akan diusulkan ke Direktur RS PKU
permasalahan tertentu yang sangat
Muhammadiyah Yogyakarta Unit II
spesifik melaui diskusi kelompok.
dalam
Permasalahan tertentu yang sangat
rangka
tercapainya
mengenai
suatu
pengelolaan yang terstandar.
spesifik menunjukkan bahwa diskusi
TINJAUAN PUSTAKA
dilaksanakan untuk memenuhi tujuan
1. Pengelolaan Obat dan Perbekalan
penelitian yang sudah sangat jelas.
Farmasi Rumah Sakit
Oleh karena itu, pertanyaan peneliti
Siklus kegiatan pengelolaan
harus jelas dan spesifik (Irwanto,
obat dalam instalasi farmasi menurut
1998).
Management Sciences for Health
4. Wawancara
(2012) meliputi empat fungsi utama : seleksi
(selection),
Wawancara
pengadaan
percakapan dengan maksud tertentu.
distribusi
Percakapan itu dilakukan oleh dua
(procurement),
(distribution), dan penggunaan (use).
pihak
2. Sistem Distribusi Obat Ruang
mengajukan
Perawatan
yaitu
terwawancara
Ada empat sistem distribusi
pewawancara
yang
pertanyaan
dan
yang
1999).
diterapkan yaitu : Floor stock system,
5. Metode Uji Delphi
drug
order
memberi
jawaban atas pertanyaan itu (Grbich,
obat rawat inap di rumah sakit yang
Individual
adalah
system,
3
Metode uji Delphi merupakan
Yogyakarta Unit II. Penelitian ini
proses dalam group yang terdiri dari
dilaksanakan pada bulan Februari
para
pakar
(expert/judge)
untuk
2015 sampai dengan bulan April
memeriksa
dan
2015. Subjek penelitian adalah stok
membandingkan serta mengarahkan
obat dan alat kesehatan emergensi,
informasi menuju konsensus bersama
perawat
para pakar tentang suatu topik yang
perawatan serta staf farmasi RS PKU
spesifik (Delp, 1997).
Muhammadiyah Yogyakarta Unit II.
6. Diskusi Kelompok Kecil (DKK)
Data
mendapatkan,
Diskusi
kelompok
dan
dokter
dianalisis
di
secara
ruang
kualitatif
kecil
dengan cara deskriptif. FGD dan
dilakukan untuk membicarakan suatu
wawancara dengan analisa isi yaitu
topik yang menjadi permasalahan,
dengan mengembangkan coding.
terdiri 5-10 orang dengan peserta
HASIL
memiliki
PEMBAHASAN
banyak
kesamaan
PENELITIAN
DAN
(homogeny), misal : usia, jenis
Identifikasi masalah stok obat
pekerjaan, tingkat pendidikan, jenis
dan alat kesehatan emergensi di unit
kelamin, pengalaman dalam suatu
perawatan RS PKU Muhammadiyah
hal dan sebagainya (Quick et al.,
Yogyakarta unit II harus dilakukan
1997).
secara
METODE PENELITIAN
menggunakan multi method, dengan
Penelitian penelitian rancangan
studi
metode
harapan agar didapatkan data yang
dengan
lengkap dan komprehensif baik data
Upaya
yang bersifat opini maupun fakta
ini
yang ada di lapangan. Hal ini sejalan
menggunakan
dengan pernyataan Grbich (1999)
kasus. standarisasi
dengan observasi,
dan
merupakan
kualitatif
pengembangan dilakukan
ini
komprehensif
wawancara
tujuan
dari
digunakannya
multi
mendalam, focus group discussion,
method adalah untuk menangani
uji Delphi dan diskusi kelompok
masalah inkonsistensi hasil analisis
kecil. Lokasi penelitian dilaksanakan
keterkaitan antar sektor yang berbeda
di ruang perawatan dan instalasi
sehingga mendapatkan hasil analisis
farmasi RS PKU Muhammadiyah
kunci yang lebih akurat dengan
4
mengeliminasi kelemahan masing-
petugas
masing metode.
Istijanto (2006) FGD adalah
Metode yang digunakan oleh peneliti
dalam
mengidentifikasi
masalah meliputi:
farmasi.
Menurut
diskusi kelompok kecil yang terdiri dari 6-10 orang. Dari FGD diharapkan muncul ide
1. Metode
wawancara
mendalam
(indepth
interview) Instalasi
spontan dari para peserta, yaitu
peserta
tidak
dengan
Kepala
memanipulasi pendapat yang
Farmasi
Rumah
diberikan.
Sakit (IFRS). Hal ini sesuai
Hasil wawancara mendalam
dengan dengan fungsi utama
dan FGD dapat disimpulkan
dari IFRS yaitu pengelolaan
bahwa masalah dalam stok
mulai
obat
dari
perencanaan,
pengadaan,
penyimpanan,
penyiapan,
peracikan,
dan
alat
kesehatan
emergensi di ruang perawatan RS
PKU
Muhammdiyah
pelayanan langsung kepada
Yogyakarta Unit II adalah:
pasien
a. Belum ada standarisasi
sampai
dengan
pengendalian
semua
stok
obat
dan
alat
perbekalan kesehatan yang
kesehatan emergensi di
beredar dan digunakan semua
ruang perawatan
unit rumah sakit (Siregar dan Amalia, 2003) 2. Metode discussion
permintaan,
terkait pelaporan
focus
group
dan penggantian obat dan
(FGD)
dengan
alat kesehatan emergensi
dokter jaga, petugas farmasi dan
b. Prosedur
perawat
di
ruang
belum terstandar c. Permintaan obat dan alat
perawatan. Kegiatan diskusi
kesehatan
emergensi
ini dihadiri oleh 7 orang
sering dilakukan secara
peserta yang terdiri dari 1
mendadak ketika terjadi
orang dokter jaga, 5 orang
kejadian emergensi
perawat ruangan dan 1 orang
5
d. Pelaporan
untuk
keamanan
obat
dan
alat
penggunaan obat dan alat
kesehatan dari pengambilan
kesehatan
emergensi
oleh orang yang tidak berhak
belum dilakukan secara
dan tidak sesuai prosedur,
berkesinambungan.
kejelasan standar jenis dan
3. Observasi di ruang perawatan
jumlah stok obat dan alat
menggunakan ceklist yang
kesehatan,
mengacu
pada
terhadap
akreditasi
Rumah
terkait
standar Sakit
Manajemen
selama
pencegahan kerusakan
obat
penyimpanan,
inspeksi
berkala
oleh
Pengelolaan Obat (MPO) dan
penanggung jawab ruangan
Peraturan Menteri Kesehatan
serta tidak tercampurnya obat
No. 58 Tahun 2014 tentang
emergensi
Standar
pasien.
Pelayanan
dengan
obat
Kefarmasian di Rumah Sakit.
Dari hasil observasi dapat
Observasi dilakukan di lima
disimpulkan bahwa sistem
ruang perawatan, meliputi:
pengelolaan obat dan alat
Ruang
Firdaus,
Ruang
kesehatan emergensi di ruang
Na’im,
Ruang
Arroyan,
perawatan Rumah Sakit PKU
Ruang Wardah dan Ruang
Muhammadiyah Yogyakarta
Zaitun.
materi
Unit II masih belum sesuai
observasi dititikberatkan pada
standar. Presentase kepatuhan
kesiapan
terhadap
Adapun
tempat
standar
hanya
penyimpanan, kondisi ruang
sebesar 44%. Capaian ini
penyimpanan
tentu sangat kecil mengingat
yang
sesuai
persyaratan, penataan obat
pentingnya
dan
yang
terhadap standar pengelolaan
akses
obat
alat
kesehatan
memudahkan pengambilan emergensi
di dan
dan
saat
emergensi
mencegah
perawatan.
kepatuhan
alat di
kesehatan ruang
kesalahan pengambilan obat,
6
Rencana tindakan yang akan dilakukan stok
untuk
obat
dan
RI Tahun 2014, tentang
menstandarisasi
Standar
alat
kesehatan
Kefarmasian di Rumah
perawatan
Sakit
emergensi di ruang adalah:
d. Daftar
1. Penyusunan
draft
awal
Obat
Esensial
Nasional Tahun 2014
tentang stok obat dan alat kesehatan
Pelayanan
e. Emergency
emergensi
Drug
Guidelines
berdasarkan referensi.
dari
WHO
Tahun 2007.
Penyusunan
draft
Draft awal berisikan item
awal standar obat dan alat
stok yang meliputi 20
kesehatan
emergensi
item obat dan 15 item alat
disusun
oleh
peneliti
berdasarkan referensi dari
ini
WHO
kesehatan.
obat terdiri dari 2 jenis
kemudian
obat sediaan tablet, 1
dengan
jenis obat sediaan gel dan
regulasi tentang obat yang
17 obat sediaan injeksi.
bersifat nasional dan lokal Sakit
agar
diaplikasikan. beberapa
referensi
digunakan
oleh
stok
obat
menyesuaikan
Rumah
Daftar
2. Melakukan
dapat
kepada
Uji
Delphi
narasumber
ahli
Adapun
dalam bidang emergensi yang
yang
terdiri dari dokter spesialis
peneliti,
emergensi
meliputi:
dan
dokter
spesialis anestesi.
a. Formularium
Rumah
Sakit
PKU
Tabel 1 Daftar Narasumber No.
Bidang Keahlian
Jumlah
1
Dokter Spesialis Emergensi
2 Orang
2
Dokter Spesialis Anestesi
4 Orang
Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2015 b. Formularium
Nasional
Tahun 2015 c. Referensi Departemen
Total
dari Kesehatan
Uji
Delphi
6 Orang
dilakukan
sebanyak dua tahap dengan 7
mengajukan
kuesioner
emergensi, didapatkan 8 item
kepada para narasumber. Uji
obat
Delphi dilakukan dua kali
presentase persetujuan 100%,
putaran
2
untuk
memenuhi
yang
item
memiliki
obat
dengan
syarat validitas dari metode
presentase 75%, 2 item obat
Delphi
dengan
dengan
responden
presentase
dibidang keahlian yang relatif
persetujuan 50%, 7 item obat
homogen. Kuesioner berisi
dengan presentase 25% dan 1
persetujuan
komentar
item obat dengan persetujuan
terbuka atas item obat dan
0%. Hasil persetujuan 0%
alat kesehatan yang telah
pada tahap selanjutnya tidak
disusun oleh peniliti.
dapat disetujui untuk diuji
Uji Delphi tahap I dilakukan
kembali pada Uji Delphi
melalui penyebaran kuesioner
tahap II.
kepada 6 orang narasumber
Dari
dan mendapatkan respon dari
terhadap draft alat kesehatan
4 orang narasumber (67%)
emergensi didapatkan 12 item
yang terdiri dari 2 orang
alat kesehatan yang memiliki
Dokter Spesialis Emergensi
presentase persetujuan 100%
dan 2 orang Dokter Dokter
dan 3 item alat kesehatan
Spesialis Anestesi. Hal ini
yang memiliki persetujuan
sejalaan dengan apa yang
75%. Hal ini menunjukkan
diungkapkan oleh Campbell
bahwa
(2002)
narasumber
dan
bahwa
tidak
ada
hasil
Uji
hampir
Delphi
semua memiliki
jumlah optimal untuk jumlah
pandangan yang sama tentang
sampel Uji Delphi, namun
alat
kisarannya adalah 4 sampai
yang harus di stok di ruang
3000
perawatan.
sampel
(Campbell,
kesehatan
emergensi
2002).
Beberapa narasumber juga
Dari Uji Delphi tahap I
memberikan usulan tambahan
terhadap
stok obat dan alat kesehatan
draft
obat
8
emergensi
di
ruang
diajukan kembali. Uji Delphi
perawatan. Usulan tambahan
tahap II ini secara umum
obat
lebih
emergensi
yang
sedikit
mendapatkan
diberikan oleh narasumber
komentar terbuka dan usulan
berjumlah item 12 obat yang
tambahan. Hal ini karena
terdiri
narasumber
dari
sediaan
obat
sudah
merasa
tablet, injeksi hingga spray.
banyak
memberikan
Usulan
tambahan
alat
komentar
dan
usulan
kesehatan
emergensi
yang
tambahan
pada
survey
diberikan oleh narasumber
sebelumnya. Item obat yang
berjumlah
alat
diajukan kembali pada Uji
kesehatan yang terdiri dari
Delphi tahap II sebanyak 19
alat kesehatan habis pakai,
item. Dari Uji Delphi tahap II
alat monitor vital sign, alat
terhadap draft obat emergensi
bantu pemberian obat dan
didapatkan 8 item obat yang
alat
memiliki
9
item
kejut
jantung.
presentase
Keterangan alasan mengapa
persetujuan 100%, 2 item
obat tersebut diusulkan juga
obat dengan presentase 75%,
diberikan oleh narasumber.
2
Pada Uji Delphi tahap II,
presentase persetujuan 50%
diajukan kembali kuesioner
dan 7 item obat dengan
kepada 6 narasumber dan
presentase 25%.
mendapat
4
Untuk item alat kesehatan
narasumber (67%). Tingkat
yang diajukan kembali pada
partisipasi narasumber ahli
tahap uji Delphi tahap II ini
pada Uji Delphi tahap II
sebanyak 15 item. Dari hasil
menunjukkan nilai yang sama
Uji Delphi tahap II terhadap
dibandingkan
draft
respon
Uji
dari
Delphi
item
obat
alat
dengan
kesehatan
tahap I. Item obat dan alat
emergensi didapatkan 12 item
kesehatan yang telah disetujui
alat kesehatan yang memiliki
pada
presentase persetujuan 100%
survey
sebelumnya
9
dan 3 item alat kesehatan
a. Disepakatinya
14
item
yang memiliki persetujuan
obat dan 18 item alat
75%. Hasil uji Delphi tahap
kesehatan
II
beserta jumlah yang harus
ini
tidak
perbedaan
mengandung
yang signifikan
emergensi
di
ruang
b. Ditetapkannya
Standard
dengan ketua dan anggota
Operating
Procedure
PFT, terkait hasil Uji Delphi.
(SOP)
Group interview ini sendiri
pelaporan
dilakukan untuk mendengar
penggantian obat dan alat
respon dan tanggapan dari
kesehatan emergensi di
peserta atas hasil Uji Delphi
ruang perawatan.
dengan uji tahap I.
perawatan.
3. Melakukan Group interview
di
tahap
distok
sebelumnya.
Disamping
itu
juga
melakukan
diskusi
untuk
permintaan, serta
4. Hasil kesepakatan draft stok obat
dan
alat
emergensi
kesehatan
oleh
PFT
menyepakati daftar stok obat
selanjutnya
dan alat kesehatan emergensi
kepada Direktur Rumah Sakit
di ruang perawatan. Pada
untuk
group interview ini peneliti
disahkan
sebagai
mempresentasikan
hasil
keputusan
sehingga dapat
tahapan
diterapkan
sebelumnya. Setelah peneliti
perawatan
penelitian
selesai
di
akan
disetujui
diajukan
kemudian
di
surat
ruang
mempresentasikan
5. Mengimplementasikan hasil
hasil penelitian, para anggota
keputusan Direktur Rumah
PFT berdiskusi membahas
Sakit tentang standar stok
apa
obat
yang
presentasikan didapatkan
telah
di
dan
sehingga
emergensi
kesepakatan
perawatan.
alat
hasil
kesehatan
di
ruang
diantara anggota PFT yang
Setelah
pembahasan
meliputi:
oleh PFT disahkan sebagai
10
surat
keputusan
Direktur
tertentu
yang
sesuai
Rumah Sakit maka langkah
dimonitor
selanjutnya adalah pengadaan
Penguncian tempat obat dan
obat
alat
dan
alat
kesehatan
secara
dan
kesehatan
rutin.
emergensi
emergensi serta sarana dan
dengan menggunakan segel,
prasarana yang mendukung
apabila akan digunakan maka
terlaksananya surat keputusan
harus merusak segel
tersebut.
melaporkannya
Peneliti
bersama
ke
bagian
petugas farmasi melakukan
farmasi
pendataan kekurangan obat
penggantian
dan alat kesehatan emergensi
mendapatkan
di
ruang
pengganti. Membuat daftar
perawatan. Setelah pendataan
stok tertulis yang tertempel di
kekurangan selesai dilakukan
tempat
maka pengadaan obat dan
kesehatan. Memastikan tidak
alat
ada obat emergensi yang
masing-masing
kesehatan
emergensi
dapat dilakukan. Setelah
maka
selesai
pasien.
langkah
Urutan
selanjutnya
melakukan dan segel
obat
tercampur
pengadaan
dilakukan,
untuk
dan
dan
dengan
rencana
alat
obat
tindakan
adalah
standarisasi sejalan dengan
implementasi dari obat dan
apa yang diungkapkan dalam
alat kesehatan yang telah
buku Management Sciences
tersedia.
alat
for Health (2012), bahwa
kesehatan ditempatkan pada
siklus kegiatan pengelolaan
tempat portable yang lebih
obat dalam instalasi farmasi
luas
semuanya
meliputi empat fungsi utama :
dapat tertampung di dalam
seleksi (selection), pengadaan
satu tempat. Obat dan alat
(procurement),
kesehatan
(distribution),
Obat
dan
sehingga
ditata
sesuai
dengan nama dan jenis. Suhu
distribusi dan
penggunaan (use).
penyimpanan obat emergensi
11
Evaluasi
merupakan
suatu
a. Sudah terstandarnya daftar
mengukur
atau
stok obat dan alat kesehatan
mengetahui tingkat keberhasilan atau
emergensi di ruang perawatan
tahapan
untuk
perubahan dari suatu tindakan yang telah dilakukan. Evaluasi
dalam
penelitian ini menggunakan ceklist observasi standar
yang akreditasi
mengacu
pada
Rumah
Sakit
terkait Manajemen Pengelolaan Obat (MPO)
dan
Kesehatan
Peraturan
Tahun
2014
kesehatan
emergensi tertata dengan baik sesuai nama dan jenis. c. Tempat
obat
kesehatan
dan
alat
emergensi
yang
terkunci
tentang
tertempel di tempat obat dan
setelah 3 bulan implementasi obat kesehatan
alat
d. Ada daftar stok tertulis yang
Rumah Sakit. Evaluasi dilaksanakan
alat
dan
Menteri
Standar Pelayanan Kefarmasian di
dan
b. Obat
emergensi
dilakukan.
alat kesehatan emergensi e. Tidak
ada
obat
yang
melampaui batas kadaluwarsa KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian
Dari hasil evaluasi dapat
dan pembahasan maka dapat diambil
disimpulkan
bahwa
terjadi
kesimpulan bahwa:
peningkatan
standar
dalam
1. Identifikasi masalah stok obat
pengelolaan obat dan alat kesehatan
dan alat kesehatan emergensi di
emergensi di ruang perawatan RS
ruang
PKU Muhammadiyah Yogyakarta
Muhammadiyah Yogyakarta Unit
Unit II. Peningkatan yang terjadi
II adalah sebagai berikut:
sebesar
a. Belum ada standarisasi stok
36%,
dimana
sebelum
perawatan
obat
hanya 44% dan setelah dilakukan
emergensi di ruang perawatan
Peningkatan
alat
PKU
dilakukan intervensi presentasenya
intervensi menjadi 80%.
dan
RS
kesehatan
b. Prosedur terkait permintaan, dari
intervensi terdiri dari:
hasil
pelaporan dan penggantian obat
dan
alat
kesehatan
emergensi belum terstandar.
12
c. Permintaan obat dan alat
diterapkan
kesehatan emergensi sering
perawatan
dilakukan secara mendadak ketika
terjadi
kejadian
emergensi
dan
ruang
c. Hasil pembahasan oleh PFT selanjutnya
akan
diajukan
kepada Direktur Rumah Sakit
d. Pelaporan untuk penggunaan obat
di
alat
kesehatan
untuk
disetujui
kemudian
disahkan
sebagai
emergensi belum dilakukan
keputusan
sehingga dapat
secara berkesinambungan
diterapkan
2. Observasi standar stok obat dan alat kesehatan emergensi yang dicapai
sebelum
surat
di
ruang
perawatan d. Mengimplementasikan hasil
dilakukan
keputusan Direktur Rumah
intervensi presentasenya hanya
Sakit tentang standar stok
44%.
obat
dan
3. Rencana tindakan yang telah
emergensi
dilakukan untuk menstandarisasi
perawatan.
stok obat dan alat kesehatan emergensi di ruang
perawatan
adalah:
4. Hasil
alat
kesehatan
di
pembahasan
ruang
oleh
PFT
meliputi: a. Disetujuinya 14 item obat
a. Penyusunan draft stok obat
dan
18
alat
kesehatan
dan alat kesehatan emergensi
emergensi yang harus distok
yang kemudian dilakukan Uji
di ruang perawatan
Delphi kepada narasumber ahli dalam bidang emergensi
b. Ditetapkannya
prosedur
permintaan, pelaporan serta
b. Melaporkan hasil Uji Delphi
penggantian obat dan alat
kepada Panitia Farmasi dan
kesehatan emergensi di ruang
Terapi (PFT) Rumah Sakit
perawatan.
untuk
penilaian
Evaluasi standar stok obat
apakah daftar stok obat dan
dan alat kesehatan emergensi
alat
yang
dilakukan
kesehatan
emergensi
tersebut sudah sesuai jika
dilakukan
dilakukan
setelah intervensi
13
presentasenya sebesar 80%,
b. Upaya peningkatan kesadaran
meningkat 36% dibandingkan
perawat di ruang perawatan
sebelum dilakukan intervensi.
terkait
ketersediaan
kondisi
penyimpanan
SARAN 1. Untuk
manajemen
RS
PKU
serta dan
monitoring kadaluwarsa dari
Muhammadiyah Yogyakarta Unit
obat
dan
II
emergensi.
alat
kesehatan
a. Diharapkan standar stok obat
KETERBATASAN PENELITIAN
dan alat kesehatan emergensi
Penelitian ini hanya meneliti
yang telah diterapkan dapat
tentang stok obat dan alat kesehatan
dipertahankan dan secara rutin
emergensi,
dilakukan
evaluasi
efektivitas dan pengelolaan yang lain
perbaikan
bila
kekurangan
serta didapati
sedangkan
pada
belum dilakukan.
dalam
pelaksanaannya
DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2002, Data obat di indonesia, Edisi X, Grafidian Medipress, Jakarta. Australian Council for Safety and Quality Health Care, 2002, Second National Report On Patient Safety: Improving Medication Safety, www.safetyandquality.org Campbell S.M, Brasbenning I, Hutchinson A, Marshall M, 2002, Research methods used in developing and applying quality indicators in primary care, Qual. Saf. Health Care, 11:358-364. Delph, P., Thesen, A., Mottiwalla, J., Seshadri, N., 1977, Systems tools for project planning, Library of Congress Cataloging in Publication Data, New York. DepKes RI, 2001, Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta. Devkaran, Subashine, Parsons, Howard., Van Dyke, Murray., Drennan, Jonathan dan Rajah, Jaishen. 2009, The Impact of a Fast Track Area on Quality and Effectiveness Outcomes: A Middle Eastern Emergensi Department Perspective. BMC Emerg med. 9: 11. Doi: 10.1186/1471-227x-9-11. 14
Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI, 2006, Standar Farmasi Rumah Sakit, Jakarta. Food Drug and Administration, 2004, Advisory Commite for Pharmaceutical Science, FDA available at http:/www.gov/ohrms/dockets/ac/04/transcripts/4034.pdf. Grbich C,1999, Qualitative Research In Health, Sage, London. Hanafiah, Y. dan Amir, A., 2008, Etika kedokteran dan Hukum Kesehatan Edisi 4, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Istijanto, 2006, Riset Sumber Daya Manusia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Jocobowicz, PB., Rainhorn, JD., & Reich, MR., 1994, Indicators for Monitoring National Drug Policies, World Health Organization, Geneva. Linstone, A.H., Turroff,M., ed, 2002, The Delphi Method: Technique and Applications, available at www.is.njet.edu/pubs/delphibook/delphibook.pdf. Management Sciences for Health, 2012, MDS-3: Managing Access to Medicines and Health Technologies, VA: Management Sciences for Health, Arlington. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2014, Standar Pelayanan Kefarmasian Di Rumah Sakit, Jakarta. Pudjaningsih, D., 1996, ‘Pengembangan Indikator Efisiensi Pengelolaan Obat di Farmasi Rumah Sakit’, Tesis, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Purwadianto, Agus & Sampurna, Budi., 2000, Kedaruratan Medik, Binarupa Aksara, Jakarta. Quick, JD., Rankin, JR., Laing, RO., O’Connor, RW., 1997, Managing Drug Supply, 2nd edition, Kumarian Press, Connecticut, USA. Siregar, C.J.P dan Amalia, L., 2004, Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Sugiono.1998, Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung.
15
Santoso, B., Suryawati, S., Prawitasari, J,E., 1996, Small Group Intervention vs Formal Seminar For Improving Aprropriate Drug Use, Social Science Medicine; 42 (8) : 1163-1168. Yusmainita, 2002, Pemberdayaan Instalasi Farmasi Rumah Sakit, diakses 1 Mei 2015, http://tempo.co.id/medika/arsip/122002/top-1.htm
16