EVALUASI PASCA HUNI RUANG PERAWATAN INTENSIF RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UNIT II POST OCCUPANCY EVALUATION OF THE INTENSIVE CARE UNIT PKU MUHAMMADIYAH HOSPITAL UNIT II OF YOGYAKARTA Irhami Elfajri1, Widodo Hariyono2,Iswanta3. 1. Program Studi Manajemen Rumah Sakit, Program Pascasarjana, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Jalan Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta 55183 Email:
[email protected] 2. Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Gadjah Mada. 3. RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta ABSTRAK Latar Belakang: Penampilan fisik suatu rumah sakit merupakan hal yang sangat penting bagi perkembangan suatu rumah sakit. Penampilan fisik termasuk bangunan, penataan ruang, infrastruktur harus mendekati indikator kenyamanan. Untuk mengetahui keadaan sarana dan prasarana fisik yang saat ini ada digunakan evaluasi pasca huni. Metode Penelitian: Penelitian ini adalah penelitian deskriptif observasional, jenis data dan analisis data berupa data kualitatif dan kuantitatif. Populasi pada penelitian ini adalah pengguna internal ruang perawatan intensif. Total keseluruhan sampel sebanyak 17 orang data yang didapat 15 orang, 2 orang mengikuti pelatihan. Hasil dan Pembahasan: Suhu ruangan diruang perawatan intensif adalah 27,9ºC, pencahayaan 213 lux, kebisingan 49,7 db, dan kelembaban 52,1%. Hasil observasi fisik bangunan untuk aspek proses dan fungsional baik, hasil observasi prasarana ruang aspek proses buruk sedangkan aspek fungsional dan teknikal baik. Simpulan Penelitian: Terdapat beberapa ruangan yang belum tersedia seperti ruang administrasi,ruang kepala ruangan ICU, ruang utilitas bersih, janitor, dan tanda bahaya. Tingkat kebisingan dan pencahayaan masih belum memenuhi standar. Dan ruang perawatan intensif mudah diakses dari ruangan lainnya Kata kunci: Performansi Fisik, Ruang Perawatan Intensif, Evaluasi Pasca Huni
ABSTRACT
Background: The physical appearance of a hospital is very important for the development of a hospital. The physical apperance including buildings, spatial planning, infrastructure must be approached of comfort indicators. To know the state of physical infrastructure used post occupancy evaluation. Method: This research is a descriptive observational study, the type of data and analysis is qualitative and quantitative data. The population in this study are the internal user intensive care unit. The total of 17 respondents, data obtained 15 people, 2 training. Result and Discussion: The temperature in intensive care unit is 27,9ºC, the lighting is 213 lux, noise is about 49,7 db, and moisture 52,1%. The results of observation of the building 's physical and functional aspects of the process well , the observation of the bad aspects of the space infrastructure , while the functional and technical aspects well. Conclusion: There are some rooms that have not been available as administrative space , head of ICU room , utility room clean , janitor , and alerts. The noise level and the lighting is still not meet the standards . And intensive care is easily accessible from other rooms Keywords: Physical Performance, Intensive Care Unit, Post Occupancy Evaluation.
PENDAHULUAN
intensif, sehingga dapat dikatakan
Penampilan
fisik
suatu
rumah sakit merupakan hal yang sangat penting bagi perkembangan suatu rumah sakit. Penampilan fisik termasuk
bangunan,
ruang,
insfrakstruktur
mendekati
dengan
kenyamanan. indah,
penataan harus indikator
Bangunan
fungsional,
yang
efisien,
dan
bersih akan memberikan kesan yang positif bagi seluruh pengguna rumah sakit, terutama pasien dan pengunjung rumah sakit. Penampilan
fisik
suatu
rumah sakit, pada dasarnya akan berhubungan
langsung
dengan
kualitas pelayanan medik yang berlangsung. Bangunan yang baik tentunya akan memberikan tingkat kenyamanan yang tinggi kepada pengguna fasilitas pelayanan di rumah
sakit,
memberikan
sehingga
akan
sumbangan
pada
proses penyembuhan pasien yang datang ke rumah sakit tersebut Salah satu kriteria pelayanan di rumah sakit adalah pelayanan kesehatan di ruang perawatan
kualitas
pelayanan
perawatan
intensif
ruang merupakan
salah satu ujung tombak pemberian pelayanan kesehatan dari sebuah rumah sakit. Oleh karena itu, pelayanan
ruang
perawatan
intensif adalah suatu unit integral dalam suatu rumah sakit dimana pasien yang pernah dirawat di ruang perawatan intensif akan menjadi
pengaruh
di
mana
pengalaman besar bagi masyarakat untuk
memberikan
tentang
gambaran
bagaimana
kualitas
pelayanan yang ada di rumah sakit itu sebenarnya. Banyaknya
pasien
yang
membutuhkan ruang perawatan intensif RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II tidak sebanding dengan jumlah tempat tidur pasien yang sudah tersedia di ruang perawatan
intensif
RS
PKU
Muhammadiyah Yogyakarta Unit II. Jumlah
tempat
digunakan tempat
hanya
tidur,
perawatan
tidur
yang
berjumlah
padahal
insentif
RS
4
ruang PKU
Muhammadiyah Yogyakarta Unit II
Kesehatan yaitu memiliki ruangan :
memiliki 10 tempat tidur. Selain itu,
ruang administrasi, ruang untuk
ventilator
ruang
tempat tidur pasien, ruang isolasi
hanya
pasien, pos sentral perawat, ruang
yang
perawatan
ada
di
intensif
berjumlah 1 padahal banyak pasien
dokter
kritis
petugas,
yang
perawatan
masuk
ke
ruang
intensif
yang
membutuhkan alat tersebut. Berfungsinya
RS
jaga,
ruang
istirahat
pantri,
ruang
penyimpanan alat medik, ruang utilitas bersih, ruang utilitas kotor,
PKU
ruang kepala ruangan ICU, parkir
Muhammadiyah Yogyakarta Unit II
troli, ruang ganti penunggu pasien,
menyebabkan semakin tingginya
dan ruang ganti petugas (pisah pria
jumlah personil yang terlibat di
dan
ruang perawatan intensif, sehingga
keluarga pasien (berada di luar
penempatan
sirkulasi
ICU), koridor untuk kebutuhan
ruangan, maupun impelementasi
pelayanan, janitor, toilet petugas
fungsi ruangan harus diatur dengan
medik, ruag penyimpanan silinder
baik.
gas
ruangan,
wanita),
medik,
ruang
toilet
tunggu
pengunjung,
ruang diskusi medis. LANDASAN TEORI
Evaluasi Pasca Huni (EPH)
Penyelenggaraan pelayanan
adalah
kegiatan
dalam
ruang perawatan intensif di rumah
penilaian
tingkat
sakit
suatu
bangunan
harus
berpedoman
Keputusan
Menteri
Republik
Indonesia
pada
Kesehatan Nomor
memberikan dukungan
keberhasilan dalam
kepuasan kepada
terutama
pedoman
kebutuhan-kebutuhannya.
di
rumah sakit. Unit intensif
Kegiatan EPH ruang
menurut
dan
penghuni,
1778/MENKES/SK/XII/2010 tentang penyelenggaraan
dalam
rangka
pemenuhan
dilakukan untuk
perawatan
menilai tingkat kesesuaian antara
Kementerian
bangunan dan lingkungan binaan
dengan nilai – nilai dan kebutuhan
perlengkapan
penghuni bangunan, disamping itu
mekanikal
juga untuk memberikan masukan
jenis dan jumlah serta kualitasnya
dalam merancang bangunan yang
tergantung dari kegiatan yang
mempunyai fungsi yang sama. EPH
berlangsung
bermanfaat untuk acuan jangka
tersebut. Dengan demikian ada 2
pendek, jangka menengah dan
faktor
jangka panjang serta memberikan
sebagai pengguna dan bangunan
dukungan
meningkatkan
beserta komponen-komponennya
kepuasan penghuni atas bangunan
sebagai lingkungan binaan yang
dan lingkungan binaan yang dihuni.
mengakomodasi kegiatan manusia.
untuk
Rumah
sakit
merupakan
elektrikal
dan
dan perabotan yang
di
penting,
dalam
yaitu
rumah
manusia
Dalam evaluasi pasca huni
sebuah fasilitas umum yang sarat
yang
dengan
performansi yang meliputi tiga
prasarana
pengguna
diukur
adalah
kriteria
sarana. Sebuah rumah sakit sangat
aspek yaitu :
berpengaruh dengan keadaan dan
a. Aspek teknikal : dapat terjadi
fungsi
dari
prasarana
dan
ciri latar belakang lingkungan
sarananya, terlebih pada rumah
pengguna beraktivitas. Meliputi
sakit modern yang menggunakan
struktur, sanitasi dan ventilasi,
teknologi
keselamatan
maju.
manajemen
rumah
Banyak sakit
yang
elektrikal,
kebakaran,
dinding
eksterior,
kurang memperhatikan hal ini.
finishing interior, atap, akustik,
Seperti
diketahui
pencahayaan
bangunan
bukan
atas
ruangan
pembatasnya
sebuah
hanya
dan
terdiri
pembatas-
saja,
berfungsi
juga
yaitu
komponen
tetapi
komponen
dan
sistem
kontrol lingkungan. b. Aspek fungsional : meliputi faktor manusia, penyimpanan,
lain
komunikasi
dan
alur
servis.
fleksibilitas
dan
perubahan,
Komponen servis ini terdiri atas
kerja,
serta spesialisasi dalam tipe
instrumen.
atau unit bangunan.
menggunakan teknik Correlated-
c. Aspek
perilaku
validitas
meliputi
Item Total Correlation. Sedangkan
dan
pengujian reliabilitas menggunakan
interaksi, persepsi lingkungan,
Alpha Cronbach yang dinyatakan
citra dan makna, serta kognisi
reliabel jika nilai diatas 0,5.
teritorialitas,
:
Uji
privasi
dan orientasi lingkungan.
HASIL 1. Uji Validitas dan Reliabilitas
BAHAN DAN CARA Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif.
Data
diperoleh
dari
kuantitatif pengukuran
pencahayaan, suhu, kelembaban, dan kebisingan. Sampel
Sampel penelitian ini berjumlah 15 sehingga nilai r tabelnya (0,05, 26) adalah 0,514. Sehingga item pertanyaan
dinyatakan
valid
apabila nilai correlated-item total yang
digunakan
correlation memiliki nilai r hitung
pada penelitian ini adalah seluruh
lebih
populasi penelitian berjumlah 17
pengujian validitas pada penelitian
orang. Data yang didapat 15 orang
ini diperoleh nilai r hitung semua
karena 2 orang paramedis ruang
item pertanyaan lebih besar dari
perawatan
0,514 sehingga dapat dinyatakan
pelatihan
intensif selama
mengikuti 3
bulan
September 2015 – Desember 2015. Pada penelitian dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas. Dengan tujuan untuk menguji kelayakan
besar
dari
0,514.
Hasil
bahwa semua item pertanyaan telah valid. Pengujian reliabilitas nilai alphanya lebih besar dari 0,5
(Azwar,1999).
Hasil
pengujian menunjukkan nilai alpha croncbach 0,978 lebih besar dari 0,5
sehingga dapat dinyatakan bahwa
validitas
dan
reliabilitas
item pernyataan telah reliabel.
memenuhi
Dengan demikian hasil pengujian
yang valid dan reliabel sehingga
pengujian
telah
instrumen
instrumen dapat digunakan untuk
analisis
2. Hasil Observasi
evaluasi proses dan performasi
a.
Fisik
Bangunan
berikutnya.
Ruang
fungsional. Ketiga unsur tersebut
Perawatan Intensif. Keadaan fisik
dapat mengukur keadaan fisik dari
bangunan ruang perawatan intensif
ruang perawatan
dilihat daribeberapa unsur, yaitu Kategori Kebutuhan Ruang
Hasil Observasi Ya √
b) Ruang administrasi
√
c) Ruang istirahat petugas
√
d) Ruang ganti petugas
√
e) Ruang kepala perawatan intensif f) Ruang istirahat petugas √ g) Instalasi komunikasi
Hasil Penilaian
Jumlah skor 1 -2 : buruk 3-4 : cukup 5-6 : baik
Baik
Tidak
Aspek Proses a) Pintu masuk
Kriteria Penilaian
√
√
Sumber: Diolah dari data primer (2015)
Aspek Proses
memaparkan
Digunakan untuk mengetahui
perawatan intensif rumah sakit
bangunan
telah
fisik
ruang
bangunan
sesuai
fisik
dengan
perawatan intensif rumah sakit.
persyaratan teknis bangunan
Aspek proses tersebut akan
ruang perawatan intensif .
Aspek Fungsional
perawatan intensif telah sesuai
salah
satu
mengukur
aspek
untuk
kebutuhanruang
dengan bangunan
persyaratan ruang
teknis
perawatan
intensif rumah sakit. Belum
terdapat ruang khusus untuk
untuk
isolasi pasien, ruangan tersebut
penyakit yang mengeluarkan
diperuntukkan
suara dalam ruangan. Sehingga
yang
untuk
menderita
pasien penyakit
pasien
dengan
menderita
belum
tersedianya
menular, pasien yang rentan
ruang
terkena penularan dari orang
perawatan
lain, pasien yang menderita
dengan
penyakit
ditempatkan di tempat tidur
yang
menimbulkan
bau ( seperti penyakit kanker,
isolasi
di
ruang
insentif
pasien
kriteria
tersebut
pasien biasa.
diabetes dengan ganggren) dan
Kategori
Hasil Observasi Ya
Aspek Fungsional a) Ruang isolasi pasien b) Nurse central station c) Ruang dokter jaga d) Pantri e) Ruang penyimpanan alat medik
Hasil Penilaian
Jumlah skor 1-4 : buruk 5-8: cukup 9-12: baik
Baik
Tidak √
√ √ √ √
f) Ruang utilitas bersih g) Ruang utilitas kotor √ h) Ruang tunggu keluarga √ pasien
Kriteria Penilaian
√
i) j) k) l)
Koridor √ Janitor √ Toilet petugas medik √ Toilet √ pengunjung/penunggu pasien a. Prasarana Ruang Perawatan Intensif Sumber: Diolah dari data primer (2015) Setiap rumah sakit memiliki prasarana
untuk
mendukung
kegiatan rumah sakit. Prasarana yang
dibutuhkan
pada
ruang
perawatan rumah
intensif
sakit
bangunan
meliputi
instalasi
tanda bahaya kebakaran, tanda bahaya
sumber
listrik,
tanda
mekanikal, instalasi elektrikal, dan
bahaya pada sumber gas medik.
instalasi proteksi kebakaran. Setiap
Tanda bahaya tersebut
instalasi
penting dikarenakan keselamatan
terbagi
lagi
menjadi
sangat
beberapa sarana.
pasien di dalam ruang perawatan
intensif sangat diperhatikan. Tanda-
Aspek Proses Prasarana ruang perawatan
tanda
bahaya
tersebut
akan
menggunakan
tabel,
intensif RS PKU Muhammadiyah
dijelaskan
dilihat dari aspek proses yaitu
yaitu sebagai berikut:
Kategori
Hasil Observasi Ya Tidak
Kriteria Penilaian
Aspek Proses Jumlah skor 1: buruk a) Tanda bahaya √ 2: cukup kebakaran 3: baik b) Tanda bahaya √ sumber listrik c) Tanda bahaya √ pada sumber gas medik Sumber: Diolah dari data primer (2015)
Berdasarkan
tabel
tersebut
dipasang
diruang
Buruk
perawatan
dinyatakan bahwa tidak ada tanda
intensif,
bahaya
di
kecelakaan yang terjadi di ruang
intensif.
Hal
ruang
perawatan
tersebut
sangat
guna
Hasil Penilaian
meminimalisir
perawatan intensif.
berbahaya karena ruang perawatan intensif terdapat banyak peralatan
Aspek Fungsional
medis yang beraliran listrik, dan
Prasarana ruang perawatan
terdapat pula gas medik. Tanda-
intensif dapat dilihat lengkap atau
tanda
tidak dari aspek fungsional, yaitu
bahaya
tersebut
perlu
adalah
tempat
pembuangan
pasien. Terutama pasien ICU yang
kotoran atau sampah. Rumah sakit
sangat memerlukan perhatian lebih
yang memenuhi standar tentunya
karena
sangat memperhatikan kebersihan
dialami pasien.
lingkungan
untuk
keadaan
darurat
yang
kesehatan
Aspek Fungsional Prasarana Ruang Perawatan Intensif Kategori
Hasil Observasi Ya Tidak
Kriteria Penilaian
Hasil Penilaian
Aspek Fungsional Jumlah skor 1: buruk a) Terdapat penampungan √ 2: cukup sampah medis padat 3-4: baik b) Terdapat Penampungan √ sampah medis cair c) Terdapat penampungan √ sampah medis benda tajam d) Terdapat penampungan √ sampah non medis Sumber: Diolah dari data primer (2015)
Baik
Tempat pembuangan kotoran atau
kesehatan penghuni, masyarakat
sampah medis telah baik, hal
dan lingkungan.
tersebut dikarenakan pembuangan
Aspek Teknikal
sampah medis telah diklasifikasikan
Prasarana ruang perawatan
sesuai dengan jenis sampahnya.
dilihat dari aspek teknikal antara
Sampah medis tidak tercampur
lain
sehingga
kebisingan, kotak kontak listrik,
tidak
mengganggu
pencahayaan,
loker, alat pemadam kebakaran,
mekanikal,
cairan disinfektan, tempat cuci
memberikan
tangan dan aliran air. Kebisingan
terhindar dari gangguan. Terutama
merupakan
bagi pasien ICU yang menderita
prasarana
instalasi
rumah
penghawaan,
sakit
kenyamanan,
harus dan
penyakit berat, perlu kenyamanan
pasien ICU memerlukan penangan
agar pasien dapat pulih karena
yang serius.
Kategori
Hasil Observasi Ya Tidak
Kriteria Penilaian
Aspek Teknikal 1-3: buruk 4-6: cukup a) Pencahayaan √ 7-9: baik b) Kelembaban dan √ Temperatur c) Kebisingan √ d) Kotak kontak √ listrik e) Alat pemadam √ kebakaran f) Cairan √ disinfektan g) Tempat cuci √ tangan h) Aliran air √ Sumber: Diolah dari data primer (2015)
Hasil Penilaian Baik
3. Evaluasi Pasca Huni
Gambar : Evaluasi Pasca Huni Aspek Proses
100%
50%
Ya Tidak
0% Luas lantai mengakomodir
Akses peralatan
Koridor lebar
Gambar : Evaluasi Pasca Huni Aspek Fungsional
Evaluasi
pasca
huni
aspek
penyimpanan dan pengambilan alat
fungsional telah baik, luas lantai
medic
yang
setiap
mudah dilakukan dan koridor dan
tempat tidur pasien mengakomodir
pintu masuk cukup lebar untuk
kebutuhan
kelancaran
digunakan
peralatan
untuk
ruang dan
dari
semua
petugas.
Akses
di
ruang
penyimpanan
aktivitas
di
ruang
perawatan intensif.
100% 50%
Ya Tidak
0% Lantai bersih
Jendela maksimal
Dinding cerah
Dinding keras
Tinggi langitlangit pas
Gambar 4.17 Evaluasi Pasca Huni Aspek Teknikal
Evaluasi pasca huni aspek teknikal
visual untuk menguatkan orientasi
telah
pada
baik
menurut
para
siang
dan
malam
responden. Hal tersebut dibuktikan
maksimal,
dengan
peraawatan
insentif
perawatan intensif dalam keadaan
cerah
tidak
bersih, tidak licin, dan tahan api,
dinding ruang perawatan intensif
jumlah
keras, tahan api, tidak memiliki
lantai
jendela
pada
sebagai
ruang
sarana
dan
dinding
hari ruang
berwarna
menyilaukan,
sambungan
dan
mudah
Oleh karena pasien-pasien
dibersihkan, dan tinggi langit-langit
perlu
mendapatkan
perawatan
ruang perawatan intensif tidak
yang intensif performa fisik dari
terlalu tinggi dan tidak terlalu
ruang perawatan intensif minimal
pendek.
sesuai dengan standar Kemenkes RI. Kebutuhan ruang dan prasarana
PEMBAHASAN
di ruang perawatan intensif RS PKU
1. Performa Fisik di ICU PKU
Muhammadiyah telah baik, walau
Muhammadiyah Unit 2
belum sempurna.
Ruang ICU adalah unit pelayanan
Beberapa
kekurangan
rawat inap dirumah sakit yang
kebutuhan ruang dan prasarana
memberikan
seperti ruang administrasi, ruang
perawatan
khusus
pada penderita yang memerlukan
kepala
perawatan yang lebih intensif yang
bersih, ruang janitor, tanda-tanda
mengalami gangguan kesadaran,
bahaya (tanda bahaya kebakaran,
gangguan
dan
tanda bahaya sumber listrik, dan
mengalami serangan penyakit akut.
tanda bahaya sumber gas medik),
ICU
tempat cuci tangan, kebisingan,
saran
pernafasan,
menyediakan dan
kemampuan,
prasarana
serta
vital
denga
ruang
utilitas
dan pencahayaan.
peralatan khusus untuk menunjang fungsi-fungsi
ruangan,
Ruang administrasi untuk menyelenggarakan
kegiatan
menggunakan keterampilan staf
administrasi khususnya pelayanan
medis, perawat dan staf lain yang
pendaftaran dan rekam medik
berpengalaman dalam pengelolaan
internal pasien di Ruang Perawatan
keadaan-keadaan
tersebut.
Intensif (Kementerian Kesehatan
Sebagian besar penderita yang
RI, 2012). Ruangan ini tidak ada di
dirawat diruang ICU adalah pasien
RS
yang menderita berbagai penyakit
Yogyakarta Unit II. Hanya terdapat
komplikasi, akut, atau kronis.
meja adminstrasi akan tetapi tidak
PKU
Muhammadiyah
digunakan. Belum tersedia ruang
keterbatasan ruang yang dimiliki
kepala ruangan ICU yang berisi
oleh RS PKU Muhammadiyah Unit
ruang kerja dan istirahat kepala
2. Selain itu, ruang janitor juga tidak
ruangan, dilengkapi sofa, meja, dan
tersedia,
kursi kerja (Kementerian Kesehatan
alat-alat kebersihan masih menjadi
RI, 2012), Terdapat ruang dokter
satu dengan ruang janitor utama
jaga ICU namun tidak digunakan
rumah sakit.
sehingga
penempatan
sebagaimana mestinya, dokter jaga
Tanda-tanda bahaya seperti
beristirahat disalah satu tempat
tanda bahaya kebakaran, tanda
tidur pasien yang tidak digunakan.
bahaya sumber listrik, dan tanda
Hal ini dikarenakan ruangan dokter
bahaya sumber gas medik belum
jaga
tersedia
terlalu
jauh
dari
pasien,
di
ruang
perawatan
sehingga tidak efisien jika terjadi
intensif. Tanda bahaya di ruang
kondisi perburukan pada pasien
perawatan
yan membutuhkan dokter datang
diperlukan, karena terdapat banyak
segera.
alat-alat medis, aliran listrik serta
intensif
sangat
Ruang utilias bersih juga
gas medik. Belum tersedia pula
tidak tersedia secara khusus di
tempat cuci tangamn di ruang
ruang perawatan intensif RS PKU
perawatan intensif. Tempat cuci
Muhammadiyah Yogyakarta Unit II.
tangan merupakan prasarana yang
Ruang utilitas
penting, sebagai tempat mencuci
untuk
bersih digunaan obat-obatan,
tangan setelah petugas merawat
semua barang-barang yang bersih
pasien. Kebersihan di rumah sakit
dan
juga
sangat diutamakan agar petugas
digunakan untuk menyimpan linen
tidak mudah tertular penyakit atau
bersih (Kementerian Kesehatan RI,
menularkan penyakit.
2012).
menyimpan
steril,
dan
boleh
Ruangan
tempat
Kenyamanan pasien sangat
penyimpanan obat berada didekat
diutamakan akan tetapi di ruang
nurse
perawatan intensif dinilai masih
center
station
karena
terlalu bising, indeks maksimal
merupakan
kebisingan yaitu 45 dBA akan tetapi
lingkungan tempat bakteri dan
di ruang perawatan intensif masih
virus
diatas angka tersebut yaitu 49,7
penelitian Abdullah dan Buraerah
dBA.
Pencahayaan
perawatan
intensif
salah
satu
berkembang,
media
menurut
di
ruang
(2011) bahwa kelembaban di suatu
juga
masih
rumah sakit berpotensi membuat
kurang optimal masih dibawah
kuman dan bakteri berkembang.
indeks pencahayaan yaitu 250 Lux, sedangkan
diruang
perawatan
2.
Hasil Evaluasi Pasca Huni
intensif yaitu hanya 213 Lux. Pencahayaan
Evaluasi Pasca Huni (EPH) sangat
didefinisikan sebagai pengkajian
penting dalam ruang perawatn
atau penilaian tingkat keberhasilan
intensif
suatu
karena
berhubungan
hal erat
tersebut dengan
bangunan
memberikan
dalam
kepuasan
kenyamanan petugas dan pasien.
dukungan
Menurut penelitian Adi Santosa
terutama
(2006)
kebutuhannya Haryadi dan Slamet
pada
mengenai interior
menyatakan
pencahayaan rumah
(1996).
pemakai,
nilai-nilai
dan
Evaluasi pasca huni di
tata
ruang perawatan intensif sudah
pencahayaan yang mengandung
baik. Ruang perawatan intensif
elemen-elemen interior merupakan
mudah dicapai dari ruangan lainnya
sarana pemantul cahaya di dalam
seperti darti IGD (Instalasi Gawat
ruang. Ini erat kaitannya dengan
darurat), radiologi, kamar operasi,
pembagiaan area dan pencahayaan
bangsal penyakit dalam, bangsal
karena akan berkaitan dengan
bedah, bangsal kandungan, dan
kenyamanan pengguna ruangan.
dari laboratorium. Selain itu luas
Selain
bahwa
sakit,
kepada
dan
pencahayaan,
lantai
dapat
kelembaban ruangan juga perlu
kebutuhan
diperhatikan
peralatan
karena
udara
mengakomodir
ruang dan
dari
petugas,
semua akses
penyimpanan dan pengambilan alat
berwarna
medik
penyimpanan
menyilaukan, selain itu dinding
mudah dilakukan, koridor dan pintu
ruang perawatan intensif keras,
masuk
untuk
tahan
ruang
sambungan
di
ruang
cukup
kelancaran
lebar
aktivitas
di
perawatan intensif.
cerah
api,
dan
tidak
tidak
memiliki
dan
mudah
dibersihkan, dan tinggi langit-langit
Arsitektur rumah sakit PKU
ruang perawatan intensif tidak
Muhammadiyah Yogyakarta Unit II
terlalu tinggi dan tidak terlalu
sudah
karena
pendek. Ruang perawatan intensif
kemudahan dalam pencapaian dari
RS PKU Muhammadiyah Yoyakarta
suatu ruangan ke ruangan lain
Unit II cukup memadai sebagai
mudah diakses. Hal ini dkarenakan
ruang perawatan intensif. Dapat
arsitektur rumah sakit yang sudah
mengakomodir
dirancang sedemikian rupa untuk
petugas dan pasien.
cukup
memudahkan melakukan
baik,
setiap akses
ke
segala
aktifitas
orang tiap-tiap
SIMPULAN
ruangan, seperti penelitian tamitu
Berdasarkan uraian tersebut
(2012) yang menyatakan arsitektur
maka dapat diambil kesimpulan
sangat
sebagai berikut:
diperlukan
memudahkan masyarakat
akses maupun
guna bagi petugas
rumah sakit. Selain
1. Bangunan fisik ruang perawatan intensif Bangunan fisik ruang perawatan
itu
ruang
intensif RS PKU Muhammadiyah
perawatan intensif selalu dalam
Yogyakata Unit II cukup baik, hanya
keadaan bersih, jumlah jendela
terdapat beberapa ruang yang
sebagai
belum
sarana
lantai
visual
untuk
tersedia,
seperti
ruang
menguatkan orientasi pada siang
administrasi, ruang kepala ruangan
dan malam hari sudah maksimal,
ruang perawatan intensif, ruang
dinding ruang perawatan intensif
utilitas bersih, janitor atau ruang
cleaning
service,
tanda
bahaya
akses
penyimpanan
dan
(tanda bahaya kebakaran, tanda
pengambilan alat medik di ruang
bahaya sumber listrik, dan tanda
penyimpanan
bahaya pada sumber gas medik).
dan koridor pintu masuk cukup
2. Prasarana ruang perawatan intensif
lebar untuk kelancaran aktivitas di
Berdasarkan
aspek
proses
mudah
dilakukan,
ruang perawatan intensif.
prasarana ruang perawatan intensif buruk karena tidak memiliki tanda bahaya
dan
1. Abdullah, M.Tahir dan Buraerah
sumber gas medik. Sedangkan
Abdul Hakim. 2011. Lingkungan Fisik
aspek
dan Angka Kuman Udara Ruangan
sampah
kebakaran,
fungsional
listrik
DAFTAR PUSTAKA
baik
sudah
karena
dibedakan
di
Rumah
Sakit
Umum
Haji
berdasarkan jenisnya dan aspek
Makassar, Sulawesi Selatan. Jurnal
teknikal baik, hanya kebisingan dan
Kesehatan
pencahayaan yang belum sesuai
Vol.5, No.5, April 2011.
standar.
Nasional
2. Aswin, Prof.dr. Soedjono, PhD.
3. Evaluasi pasca huni Evaluasi
Masyarakat
pasca
huni
2001. di
ruang
perawatan intensif dirasakan baik
“
Metodologi
Penelitian
Kedokteran”. Yogyakarta : Fakultas Kedokteran UGM.
oleh responden. Ruang perawatan
3. Clancy, C.M. 2008. “Designing for
intensif mudah diakses oleh ruang
Safety : Evidence – Based Design and
IGD, ruang radiologi, ruang kamar
Hospital”. American Journal of
operasi, ruang bangsal penyakit
Medical Quality.
dalam, ruang bangsal bedah, ruang
4. Direktorat
Bina
bangsal kandungan, dan ruang
Penunjang
Medik
laboratorium. Selain itu luas lantai
Kesehatan, Direktorat Bina Upaya
di ruang perawatan intensif telah
Kesehatan. 2012.” Pedoman Teknis
mengakomodir kebutuhan ruang
Bangunan
dari semua peralatan dan petugas,
Rumah
Pelayanan dan
Sakit
Sarana
Ruang
Perawatan Intensif “. Jakarta :
Evaluation”.
New
York
Kmenterian Kesehatan RI.
Nostrand Ranhola Company.
:
Van
5. Hasyim, H. 2005. “ Manajemen
11. Purves, G. 2002. “ Healthy Living
Hiperkes dan Keselamatan Kerja di
Centres A Guide to Primary Healthy
Rumah Sakit”. Jurnal Manajemen
Care Design”. Oxford : Architectural
Pelayanan Kesehatan. Vol. 08 (02) :
Press.
61-65.
12. Santoso, Adi. 2006. Pencahayaan
6. Hatmoko.
2010.
“
Panduan
Pada Interior Rumah Sakit : Studi
Pembahasan Kasus Manajemen Fisik
Kasus Ruang Rawat Inap Utama
dan
Sakit”,
Gedung Lukas, RS Panti Rapih,
Makalah seminar : “ Arsitektur dan
Yogyakarta. Dimensi Interior, Vol.4,
Manjemen
No.2, Desember 2006 : 49-56.
Arsitektur
Rumah
Rumah
Sakit”.
Yogyakarta : MMR FK UGM.
13. Tatimu, Stephanie, 2012. Rumah
7. Hatmoko, AU. 2004. “ Konsep Perencanaan
dan
Perancangan
Rumah Sakit Terkini”,
makalah
seminar : “ Manajemen Pengelolaan Bangunan
dan
Instalasi
Medik
Rumah Sakit”. Yogyakarta 8. Kunders, G.D, et al. 2000. “ Hospital Planning, Design and Management “, New Delhi : Mc Graw Hill. 9. Kusnanto, Hari. TT. “ Metode Kualitatif dalam Riset Kesehatan”. Yogyakarta : Program Studi Ilmu Kesehatan
Masyarakat
Pascasarjana UGM. 10. Preiser, V.F.E., Rabinowitz, H.Z., White, ET. 1998. “ Post Occupancy
Sakit Ibu dan Anak di Luwuk. Jurnal Dimensi Arsitektur Vol.1, No.1 (2012) 1-5.