EVALUASI PASCA HUNI TERHADAP PERFORMANSI FISIK RUANG INSTALASI GAWAT DARURAT RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UNIT II
POST OCCUPANCY EVALUATION OF PHISYCAL PERFORMANCE THE EMERGENCY ROOM AT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UNIT II HOSPITAL Triandari Sumantri¹, Widodo Hariyono², Iswanta3 1.Program Studi Manajemen Rumah Sakit, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 55183 Email:
[email protected] 2. Dosen Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Gadjah Mada. 3.Dosen Program Studi Manajemen Rumah Sakit, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ABSTRAK Latar Belakang : Salah satu kriteria penilaian pelayanan di rumah sakit adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga paramedik yang berada di Instalasi Gawat Darurat. Fisik rumah sakit merupakan suatu hal yang sangat penting bagi suatu rumah sakit. Bidang fisik termasuk bangunan, performansi ruang, infrastruktur pendukung. Penelitian ini untuk memperoleh gambaran dari pengguna ruang instalasi gawat darurat terhadap penampilan fisik ruang instalasi gawat darurat saat melakukan evaluasi pasca huni ruang instalasi gawat darurat RS PKU Muhammadiyah Unit II. Metode : Jenis penelitian deskriptif observasional. Jenis data dan analisis data berupa data kualitatif dan kuantitatif. Populasi pada penelitian ini adalah pengguna internal dan eksternal IGD. Total keseluruhan sampel sebanyak 56 responden. Analisis data menggunakan triangulasi untuk kemudian dilakukan pengolahan data dan kesimpulan. Hasil dan pembahasan : Hasil performansi fisik menunjukkan lokasi IGD mudah diakses oleh pasien akan tetapi di sisi lain masih belum cukup luas untuk menampung beberapa kendaraan secara bersamaan. Tingkat pencahayaan sebesar 328 lux, tingkat kelembaban sebesar 58% sudah sesuai dengan pedoman teknis, akan tetapi tingkat kebisingan 55,8 db dan suhu ruangan 27,8°C masih belum sesuai dengan pedoman teknis. Dari observasi di 5 titik pengamatan diperoleh hasil, yaitu untuk kategori keselamatan baik, kategori keamanan baik dan kenyamanan cukup. Kesimpulan : Dari penelitian evaluasi pasca huni yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa berdasarkan persepsi pengguna dilihat dari aspek keselamatan, kenyamanan dan keamanan perlu ditingkatkan. Lokasi,
pencahayaan, kelembaban dan suhu di instalasi gawat darurat belum sepenuhnya memenuhi standar. Kata Kunci: evaluasi pasca huni, instalasi gawat darurat
ABSTRACT Background : One of the assessment criteria for hospital services is health services provided by paramedics who were in the emergency room. Physical a hospital is something that very important for a hospital. Physical fields including construction, performance space, and supporting infrastructure. This study aims to describe from the emergency room users for the physical condition of emergency room during a post occupancy evaluation of emergency room PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II Hospital. Method : This study is a descriptive observational. The type of data and data analysis in the form of qualitative and quantitative data. The population in this study are the internal and external users emergency room. The total sample of 56 respondents. Data analysis was then performed using triangulation to data processing and conclusions. Result and Discussion : Physical performance results show emergency room location is easily accessible by the patient but on the other side is still not enough to accommodate some transportation at the same time. The lighting level is 328 lux, the moisture level is 58% it means appropiate with the technical guidelines, but the noise level is 55,8 db and the room temperature is 27,8°C it means not appropiate with the technical guidelines. According to the result of observation in 5 location, the result for safety category is good, security category is good and comfort is enough. Summary : from the research that has been done, we can conclude that based on users perception views from safety category, security category and comfort needs to be improved. Location, lighting, humidity and temperature in emergency room are not fulfill the standard yet. Keywords : post occupancy evaluation, emergency room
PENDAHULUAN
yang kesemuanya membangun
Rumah sakit sebagai salah
citra
layanan
kesehatan
di
satu fasilitas pelayanan kesehatan
kelasnya. Bangunan yang indah,
perorangan merupakan bagian
fungsional, efisien dan bersih
dari sumber daya kesehatan yang
memberikan kesan yang positif
sangat
dalam
bagi seluruh pengguna rumah
penyelenggaraan
sakit, terutama konsumen dan
diperlukan
mendukung
kesehatan. 1
upaya
Tercantum
pasien (Hatmoko AU, 2010).
pada Undang – undang No. 44
Pada dasarnya fisik rumah
tahun 2009 pasal 7 menyebutkan
sakit juga berhubungan langsung
bahwa
dengan kualitas layanan medik.
rumah
sakit
harus
memenuhi
persyaratan
lokasi,
bangunan,
prasarana,
sumber
Bangunan
yang
yang
peralatan.
pemanfaatannya
pasal
10
akan
memberikan tingkat kenyamanan
daya manusia, kefarmasian dan Pada
baik
tinggi
dalam sehingga
disebutkan bahwa Ruang Gawat
memberikan sumbangan pada
Darurat adalah salah satu ruang
proses penyembuhan pasien dan
yang disyaratkan harus ada pada
produktivitas pelaku. Bangunan
bangunan
yang baik juga akan memberikan
rumah
merupakan khusus
sakit,
ruang yang
pelayanan
yang
yang
pelayanan
bagi
terlaksananya
menyediakan
prosedur-prosedur
komprehensif
medik yang diberikan.
dan berkesinambungan selama 24 jam (Kemenkes RI, 2012). Fisik
jaminan
rumah
Bangunan
pelayanan
IGD
harus
menyediakan sarana penerimaan sakit
untuk penatalaksanaan pasien,
merupakan suatu hal yang sangat
hal ini merupakan bagian dari
penting bagi suatu rumah sakit.
perannya
Bidang fisik termasuk bangunan,
kepada pasien. Penunjang dalam
performansi ruang, tata lansekap
pemberian pelayanan IGD adalah
dan
pendukung
fasilitas dan kualitas dari gedung
mulai didekati dengan indikator
bangunan IGD itu sendiri. Banyak
kenyamanan,
serta
rumah sakit yang mengupayakan
keberpihakkan pada lingkungan
penampilan fisiknya sebagai salah
infrastruktur
keindahan
dalam
pelayanan
satu
unsur
dalam
strategi
Pasca Huni (EPH) merupakan
pengembangan (Miller et all,
pengkajian atau penilaian tingkat
1995).
keberhasilan Menurut Garvin, et all.,
suatu
dalam memberikan kepuasan dan
dalam Tjiptono (2008), salah satu
dukungan
mengukur kepuasan Terhadap
terutama
suatu
kebutuhannya.
produk
adalah
service
bangunan
ability, dimana pelayanan yang
kepada
pemakai,
nilai-nilai
dan
Bagaimana
kondisi
diberikan tidak terbatas hanya
performansi fisik di dalam ruang
sebelum penjualan, tetapi selama
instalasi gawat darurat di RS PKU
proses penjualan hingga purna
Muhammadiyah Yogyakarta Unit
jual,
II saat ini?
yang
juga
mencakup
pelayanan
reperasi
ketersediaan
komponen
dan yang
LANDASAN TEORI
dibutuhkan. Peningkatan fungsi dan
pelayanan
rumah
sakit
Penampilan fisik adalah merupakan
suatu
hal
yang
merupakan fenomena yang selalu
penting bagi sebuah rumah sakit.
dihadapi oleh para pengelola
Dari
rumah sakit.
paramedik, rumah sakit yang baik
Menurut Slamet
Haryadi
(1996)
dan
perencanaan
pengembangan
dalam
rangka
peningkatan
fungsi
dan
sisi
secara
dokter
maupun
fungsional
akan
meningkatkan kinerja, semangat dan produktivitas. Dari sisi pasien dan
pengunjung,
penampilan
pelayanan rumah sakit selalu
rumah sakit yang menarik akan
berdasarkan
memberi rasa aman dan nyaman
sebenarnya
keadaan saat
ini,
yang untuk
mencapai kondisi yang lebih baik di
saat
mendatang.
yang
dapat
mempercepat
penyembuhannya.
Untuk
Evaluasi
pasca
huni
mengetahui keadaan sebenarnya
didefinisikan sebagai pengkajian
dari prasarana dan sarana fisik
atau
saat ini perlu dilakukan evaluasi,
keberhasilan
yaitu evaluasi pasca huni (post
dalam memberikan kepuasan dan
occupancy evaluation). Evaluasi
dukungan
penilaian suatu
kepada
tingkat bangunan
pemakai,
terutama
nilai-nilai
dan
kebutuhannya. Evaluasi terhadap
standar RS tipe C dari Kementrian Kesehatan RI.
tingkat kepuasan pengguna atas sebuah
bangunan
mempelajari
elemen-elemen
bangunan
tersebut
digunakan
setelah
beberapa
Pengetahuan performansi
BAHAN DAN CARA
performance
(tampilan)
sakit
dengan
saat. tentang
bangunan
rumah
merupakan
peninhkatan
dasar
fungsi
dan
pelayanan rumah sakit.
Jenis menggunakan
penelitian
ini
rancangan
mix
method. Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif
observasional. Jenis data dan analisis
data
berupa
data
kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari observasi dan wawancara
Untuk dapat melengkapi
dan data kuantitatif diperoleh
standar pelayanan medik rumah
dari
sakit, diperlukan adanya standar
pengukuran suhu, pencahayaan,
medis yang harus dijadikan acuan
kebisingan dan kelembaban di
dalam upaya meningkatkan dan
Instalasi Gawat Darurat RS PKU
mengembangkan
Muhammadiyah II Yogyakarta.
rumah
sakit
data
kuesioner
untuk mencapai kondisi yang
Populasi
sesuai
yang
adalah pengguna internal dan
fasilitas
eksternal instalasi gawat darurat
dengan
ditetapkan.
standar
Pedoman
pada
dan
penelitian
rumah sakit yang dikeluarkan
RS
oleh Direktorat Jenderal Medik
Yogyakarta.
Kementrian Kesehatan RI dapat
digunakan pada penelitian ini
dipakai
adalah seluruh jumlah populasi
salah
satu
acuan.
PKU
ini
Muhammadiyah Sampel
penelitian
Standarisasi adalah penyesuaian
pada
bentuk (ukuran, kualitas, dsb)
sampel untuk pengguna internal
dengan pedoman (standar) yang
sebanyak
ditetapkan atau dapat disebut
sedangkan jumlah sampel untuk
pembakuan dalam penelitian ini
pengguna eksternal sebanyak 30
standar yang digunakan adalah
responden. responden
26
Total
ini.
yang
Jumlah
responden,
keseluruhan
sebanyak
56
responden.
Data
dikumpulkan
melalui : 1.
(r hitung) untuk item pernyataan dalam angket pengguna internal
Observasi
lapangan
lebih besar dari nilai r tabel (0,05;
dengan dibantu cek list dan
26)
gambar
pernyataan pengguna
yang
peneliti
dilakukan
dengan
oleh
=
0,388,
sehingga
item
internal
kamera.
dinyatakan valid. Sementara itu,
Observasi dilakukan dalam jangka
nilai pearson correlation (r hitung)
waktu
untuk item pernyataan dalam
1
bulan,
pada
bulan
Agustus 2015. 2.
angket pengguna eksternal lebih
Kuesioner
oleh
besar dari nilai r tabel (0,05; 30) =
pengguna gedung baik pengguna
0,361, sehingga item pernyataan
internal maupun eksternal. Data
pengguna eksternal dinyatakan
yang diperoleh dari kuesioner dan
valid
observasi
sebelum
Sementara, pengujian realibilitas
dilakukan pengolahan data mulai
instrumen angket menggunakan
dari membuat ringkasan. Pada
nilai alpha cronbach. Nilai Alpha
penelitian
akan
Cronbach untuk angket internal
dan
dan eksternal lebih besar dari 0,6
reliabilitas pada instrumen yang
sehingga instrumen dinyatakan
digunakan.
memiliki reliabilitas baik.
dilakukan
diisi
lapangan,
kuantitatif uji
validitas
Tujuan
dari
uji
(Arikunto,
2006).
validitas tersebut untuk menguji
2. Hasil Observasi
kelayakan instrumennya. Untuk
a. Fisik bangunan IGD
uji validitas menggunakan teknik
Letak bangunan IGD RS PKU
analisis korelasi bivariate pearson.
Muhammadiyah Yogyakarta Unit
Sedangkan,
untuk
II dalam hal ini dapat dikatakan
reliabilitas menggunakan Alpha
strategis, yaitu terletak pada jalan
Cronbach. Dinyatakan reliabel jika,
utama yang mudah dijangkau.
nilai Alpha Cronbach diatas 0,600.
Pintu utama untuk mengakses
pengujian
IGD RS PKU
Muhammadiyah
HASIL
Yogyakarta Unit II dalam hal ini
1. Uji Validitas dan Reliabilitas
adalah
satu.
Berdasarkan
keluar
masuk
olah
data
SPSS
diperoleh nilai pearson correlation
sehingga pasien
akses dan
pengunjung terpusat pada satu
menjadi satu akses jalur dengan
pintu tersebut.
dropping
b.
Observasi
pada
Titik
area
umum.
Hasil
observasi di titik dropping area
Pengamatan
pasien dalam hal ini menunjukkan
Observasi dilakukan pada lima
bahwa
titik pengamatan ruang dalam,
keselamatan, keamanan, maupun
main entrance, dropping area
kenyamanan berada pada kriteria
pasien,
untuk
katagori
ruang
tunggu
dan
cukup. Permasalahan utama yang
area
umum.
Hasil
dapat dilihat pada titik observasi
observasi pada ruang utama di
ini adalah bahwa lokasi dropping
bagian
menunjukkan
area pasien yang terlalu dekat
bahwa untuk area pengamatan di
dengan jalan umum, sehingga
ruang utama IGD, keselamatan
menyebabkan
dan keamanan berada dalam
menjadi tidak bebas bising dan
kriteria
sedangkan
belum cukup luas. Hasil observasi
kenyamanan dalam kriteria baik.
ruang tunggu menunjukkan hasil
Permasalahan utama dalam hal ini
yang baik dilihat dari kategori
adalah bahwa jumlah pintu utama
keselamatan,
keamanan,
dan
hanya satu. Sementara itu, di
kenyamanan.
Terdapat
dua
dalam
indikator
dropping
dalam
cukup,
ruangan
sendiri
tidak
area
saja
tersebut
yang
tidak
terpenuhi unsur bebas tabrakan.
terpenuhi, yaitu belum adanya
Hasil observasi main entrance
dua buah pintu keluar dan suhu
menunjukkan pintu masuk utama
yang belum optimal.
di IGD mudah ditemukan karena
3. Deskripsi
Data
posisinya berada pada koridor
Kuesioner
utama. Permasalahan yang dapat
a. Profil Responden
dilihat dari hasil pengamatan di
Responden penelitian terdiri dari
main entrance di IGD adalah
pengguna internal dan pengguna
bahwa hanya tersedia satu pintu
eksternal.
keluar dan belum cukup luas.
internal meliputi petugas media,
Hasil observasi dropping area
petugas
pasien
manajemen rumah sakit yang
dropping
menunjukkan area
pasien
bahwa masih
terdiri
Untuk
non
dari
pengguna
medis,
26
dan
responden.
Sementara pengguna eksternal
tersebut sisi pengguna eksternal
berjumlah 30 responden yang
menilai kondisi pintu masuk IGD
mewakili seorang pasien di IGD
cukup mudah dicapai pasien.
RS. Berdasarkan hal tersebut,
Selain
maka
responden pengguna eksternal
keseluruhan
responden
itu,
sebagian
pada penelitian ini berjumlah 56
dan
responden.
menyatakan bahwa IGD dekat
b.
dengan jalan umum (jalan raya)
Persepsi Pengguna IGD RS
pengguna
besar
PKU Muhammadiyah Yogyakarta
atau
Unit II
memudahkan
internal
parkir,
juga
sehingga
pasien
dalam
1) Persepsi Keselamatan
kondisi darurat yang memerlukan
Persepsi keselamatan dalam hal
penanganan segera. Sementara
ini berkaitan dengan kondisi pintu
untuk sistem proteksi kebakaran,
keluar dan tanda atau simbol
di IGD sudah dilengkapi dengan
yang digunakan untuk mengakses
satu alat pemadam kebakaran
pintu
kondisi
dan sudah terpasang di dalam
kedaruratan. Hasil pengolahan
ruangan sehingga jika terjadi
data
kebakaran alat tersebut sudah
keluar
dalam
kuesioner
menunjukkan
bahwa aspek keselamatan secara
siap
langsung
umum belum dipersepsikan baik
Berdasarkan
oleh sebagian besar responden,
dapat
baik pengguna internal maupun
untuk aspek keselamatan dalam
pengguna
eksternal.
Bagi
hal ini masih perlu ditingkatkan.
pengguna
internal,
unsur
uraian
dilihat
Terutama
digunakan.
bahwa
tersebut, capaian
berkaitan
dengan
pengguna
internal
keselamatan ini juga berkaitan
persepsi
dengan
posisi
masuk
maupun eksternal mengenai lalu
dengan
kemudahannya
untuk
lintas pasien yang terganggu
Hasil
akibat pintu masuk jadi satu
menurunkan
pintu
pasien.
penelitian menunjukkan bahwa
dengan pintu keluar IGD.
sebagian
2) Persepsi Keamanan
besar
menyatakan
bahwa posisi pintu masuk IGD
Persepsi keamanan dalam hal ini
mudah
untuk
berkaitan dengan tiga hal utama,
pasien.
Sejalan
menurunkan dengan
hal
yaitu bebas tabrakan, tidak licin,
dan
terkontrol.
Untuk
unsur
eksternal menilai bahwa lantai
bebas tabrakan, hasil penelitian
IGD RS PKU
menunjukkan bahwa responden
Yogyakarta Unit II tidak licin.
pengguna internal yang menilai
Sementara untuk proses triase
bahwa aktivitas kerja di IGD
sendiri,
belum bebas tabrakan masih
menyatakan
cukup tinggi. Sebagian besar
belum
responden
internal
pengawasan semua kegiatan di
menilai kondisi pintu IGD belum
pintu masuk, ruang tunggu, ruang
cukup siap didorong. Artinya
tindakan, dan ruang observasi.
bahwa unsur bebas tabrakan
Pada sisi lain, tempat pemisahan
belum dipersepsikan baik oleh
ruang
sebagian
besar
responden
penyakit sudah ada. Begitu pula
pengguna
internal.
Sementara
dengan pemisahan antara ruang
untuk bebas licin, sebagian besar
tindakan dan pemeriksaan yang
responden,
telah
pengguna
baik
pengguna
Muhammadiyah
50%
responden
bahwa
lokasinya
menunjang kemudahan
sesuai
dengan
dilakukan,
serta
kondisi
ruang
internal maupun eksternal dalam
tindakan bedah dan non bedah
hal ini telah memiliki persepsi
yang juga telah dibedah. Terlepas
positif.
dari kondisi tersebut, sebagian
Hal
bahwa pasien
ini
menunjukkan
tempat
menurunkan
di
IGD
rumah
sakit
besar internal
responden dalam
hal
pengguna ini
telah
tersebut dapat meminimalisasi
menyatakan bahwa bekerja di
terjadinya kejadian yang tidak
IGD sudah aman. Berdasarkan
diinginkan
uraian tersebut, dapat dinyatakan
dalam
proses
menurunkan pasien.
bahwa permasalahan yang masih
Selain bebas tabrakan dan
terdapat pada aspek keamanan
bebas licin, keamanan dalam hal
terdapat
ini juga berkaitan dengan kondisi
tabrakan dan terkontrol.
yang terkontrol. Hal ini berkaitan
3) Persepsi Kenyamanan
dengan beberapa kondisi. Kondisi
Persepsi kenyamanan dalam hal
pertama adalah kebersihan lantai.
ini berkaitan dengan beberapa
sebagian besar respoden, baik
unsur. Pertama adalah unsur suhu
pengguna
optimal. Terkait dengan hal ini,
internal
maupun
pada
unsur
bebas
responden
pengguna
internal
dinilai cukup terang, baik pada
maupun eksternal menunjukkan
pagi, siang, maupun malam hari.
adanya
Unsur
perbedaan
persepsi
ketiga
mengenai unsur ini. Responden
kebisingan.
pengguna
menunjukkan
internal
maupun
adalah Hasil
bebas
kuesioner
sebagian
besar
eksternal sebagian besar telah
pengguna internal menilai bahwa
menyatakan
IGD belum bebas kebisingan.
bahwa
di
IGD.
Sementara itu, untuk kesesuaian
Berbeda
suhu
pengguna
ruangan
IGD
dengan
dengan
responden
eksternal
yang
kebutuhan dalam hal ini terlihat
sebagian besar menilai bahwa
adanya
ruang IGD sudah bebas dari
perbedaan.
Bagi
responden pengguna
internal,
kebisingan.
Unsur
keempat
menyatakan bahwa suhu IGD
adalah cukup luas sebagian besar
telah sesuai dengan kebutuhan.
responden pengguna internal dan
Berbeda
eksternal
dengan
pengguna
persepsi
eksternal
menyatakan
sudah
yang
merasa nyaman dengan keadaan
sebagian besar menilai bahwa
luas ruang pemeriksaan, tindakan
suhu ruangan IGD belum sesuai
atau observasi.
dengan kebutuhan. Sedangkan
Selain
itu
,
unsur
berdasarkan hasil pengamatan
selanjutnya dalam hal ini adalah
dan pengukuran langsung di IGD
penilaian kenyamanan pengguna
dengan
IGD atas berbagai fasilitas yang
menggunakan
alat
humidity meter suhu
ada di dalamnya. Sebagian besar
ruangan IGD di RS menunjukkan
responden internal telah merasa
angka 27,8°C. Angka ini lebih
nyaman dengan kondisi fasilitas
besar
yang
atau sarana di ruang IGD. Presepsi
ditetapkan dan dapat disimpulkan
positif atas kenyamanan tersebut
bahwa suhu ruangan di IGD masih
dinilai untuk kamar mandi, ruang
tidak sesuai atau masih terlalu
tunggu, ruang istirahat, maupun
panas.
tata
dari
standar
Unsur kedua adalah cukup terang.
Hasil
kuesioner
menunjukkan suhu di IGD telah
letak
peralatan.
Permasalahan yang dapat dilihat adalah pada banyaknya keluarga pasien
yang
dirasakan
oleh
sebagian
besar
responden
merasa nyaman dengan kondisi
cukup
fasilitas atau sarana di ruang IGD.
menganggu kinerja dalam ruang
Persepsi positif atas kenyamanan
IGD.
tersebut
pengguna
internal
Sementara untuk kondisi ruang istirahat petugas, sebagian besar
responden
dinilai
untuk
kamar
mandi, ruang tunggu, maupun ruang pemeriksaan.
pengguna
internal menyatakan tidak ada
PEMBAHASAN
ruang
1. Performansi fisik di dalam
istirahat
petugas
dan
merasa tidak nyaman dengan
ruang
ruang istirahat. Hasil penelitian
Muhammadiyah
menunjukkan
Unit II
ada
ketidak-
nyamanan dari ruang istirahat perawat
dengan
alas
tidur
IGD
di
RS
PKU
Yogyakarta
a. Lokasi IGD Berdasarkan
pedoman
seadanya dan tidak terlalu rapi.
teknis
Dari hasil wawancara langsung
gawat darurat rumah sakit
dengan salah satu petugas yang
dari
bekerja
mengatakan
Kesehatan RI Tahun 2012,
bahwa tidak disediakan ruang
lokasi IGD Rumah Sakit
istirahat khusus untuk perawat.
harus memenuhi beberapa
Ruang istirahat perawat yang
kriteria. Bangunan gawat
sekarang digunakan adalah ruang
darurat terletak di lantai
operasi yang tidak terpakai dan
dasar dengan akses masuk
tidak layak digunakan sebagai
yang
ruang istirahat. Berbeda dengan
khususnya
ruang
datang
di
IGD,
istirahat
dokter
yang
bangunan
Kementrian
mudah
untuk
(Kemenkes, 2012).
jaga.
yang
dengan
menggunakan
dokter
dicapai
pasien
memang sudah disediakan khusus istirahat
ruang
ambulan
Diruang tersebut sudah tersedia
Lokasi
tempat tidur, meja, kursi, almari.
gawat darurat harus dapat
Hasil menunjukkan
penelitian bahwa
juga
sebagian
besar responden eksternal telah
dengan
bangunan ruang
mudah
dikenal
dari jalan raya baik dengan menggunakan
pencahayaan lampu atau
Intensitas
tanda
lainnya
perlu disesuaikan dengan
(Kemenkes, 2012). Hasil
kebutuhan penglihatan di
observasi
dalam ruang berdasarkan
arah
menunjukkan
pencahayaan
lokasi IGD dekat dengan
aktivitas-aktivitas
jalan raya sehingga mudah
dalamnya.
diakses pasien termasuk
sebagai sarana pelayanan
yang
publik
datang
dengan
menggunakan
ambulan.
di
Rumah
yang
sakit
penting.
Kualitas pelayanan dalam
Permasalahan pada lokasi
rumah
IGD
ditingkatkan
apabila
dropping area dimana jalur
didukung
dengan
dropping area
peningkatan
kualitas
IGD hanya dapat dilalui
fasilitas
oleh
merupakan
ini
terletak
dua
pada
ambulance
sakit
dapat
fisik.
IGD
salah
satu
sekaligus. Oleh sebab itu,
wujud fasilitas fisik yang
ketika terdapat beberapa
penting bagi
kendaraan
pasien. Tata pencahayaan
yang
pelayanan
bersamaan akan masuk,
dalam
maka
mempengaruhi
terdapat
sebelum
antrian
pasien
dapat
IGD
kenyamanan
dapat
pasien,
di
diturunkan dari kendaraan.
samping juga berpengaruh
b.
bagi kelancaran paramedis
Pencahayaan
Pencahayaan merupakan
dalam
salah satu aspek penting
aktivitasnya
dalam perancangan ruang.
pasien. Pencahayaan yang
Ruang
telah
baik
dapat
mendukung aktivitas dan
fungsinya
kegiatan lainnya pengguna
dirancang
yang tidak
memenuhi
menjalankan
digunakan
dengan baik apabila tidak
bangunan,
disediakan
fungsi
pencahayaan.
akses
untuk
mendukung
keamanan
menciptakan yang
melayani
dan
lingkungan
sesuai
dan
menyenangkan 1985).
(Simha,
Rumah
Berdasarkan
tempat
Sakit
sebagai pelayanan
pedoman teknis bangunan
kesehatan
ruang
darurat
masyarakat harus memiliki
dari
ruang IGD yang memenuhi
gawat
rumah
sakit
Kementrian Kesehatan RI
syarat
Tahun
termasuk
2012,
ruang
bagi
kesehatan kualitas
tindakan dalam IGD harus
udaranya. Ruangan yang
mempunyai
tidak
tingkat
memenuhi
syarat
pencahayaan sebesar 300
kesehatan akan mudah
sampai dengan 500 lux.
menularkan
Hasil pengukuran tingkat
melalui peralatan, bahan
pencahayaan
yang digunakan, makanan
tindakan angka
di
ruang
menunjukkan 328
lux.
Hasil
pengukuran
tingkat
pencahayaan
minuman,
petugas
kesehatan
dan
pengunjung.
Untuk
mencegah
menunjukkan tingkat
penyakit
bahwa pencahayaan
penularan
penyakit,
Kementrian
Kesehatan
RI
sudah lebih besar dari
mensyaratkan agar tingkat
standar
yang
kelembaban relatif ruang
tentukan, sehingga dapat
tindakan adalah 30-60%.
dikatakan bahwa tingkat
Tingkat
pencahayaan
ruang
diukur
sudah
menggunakan
tindakan memenuhi Dengan
minimal
di
IGD
persyaratan. adanya
humidity pengukuran
kelembaban dengan
meter.
alat Hasil tingkat
pencahayaan yang baik ini
kelembaban di ruangan
dapat
mendukung
IGD menunjukkan angka
aktivitas dan kegiatan di
58,0%. Hasil pengukuran ini
ruang tindakan IGD.
menunjukkan angka yang
c.
lebih besar dari standar
Kelembaban
tingkat
kelembaban.
Berdasarkan hal tersebut,
ruang
maka dapat disimpulkan
terlepas dari lokasi RS
tingkat
yang dekat dengan jalan
kelembaban
di
IGD
ini
ruangan IGD sudah sesuai
raya
dengan rekomendasi dari
suara
pedoman
kendaraan bermotor yang
teknis
yang
sehingga
tidak
banyak
lalu
lalang
telah ditetapkan.
terdengar sampai RS.
d.
e.
Kebisingan
Suhu
Pentingnya kenyamanan di
Permasalahan
sekitar
merupakan
sakit
suhu
kawasan
rumah
khususnya
pada
penting untuk dicermati.
maka
Suhu yang terlalu panas
bangunan
IGD
hal
RS yang
sedapat mungkin kawasan
dapat
menimbulkan
rumah sakit terhindar dari
perasaan
capai
kebisingan
kantuk, sedangkan terlalu
lingkungan
sekitarnya
seperti
dari
dingin
dan
membuahkan
kendaraan bermotor. Hasil
ketidaktegangan
studi
mengurangi daya atensi
menunjukkan
kebisingan
dapat
(Sastrowinoto,
dan
1985).
mengganggu
kinerja
Kementrian Kesehatan RI
tenaga
ketika
mensyaratkan
medis
suhu
bekerja. Oleh karena itu
ruangan yang ideal bagi RS
Kementrian Kesehatan RI
antara 21,1 – 23,9oC. Hasil
mensyaratkan
batas
pengukuran suhu ruangan
tingkat
IGD di RS menunjukkan
kebisingan untuk kawasan
angka 27,8oC. Angka ini
RS tidak lebih dari 55 dB.
lebih besar dari standar
Hasil pengukuran tingkat
yang
kebisingan ruang IGD di RS
karena
menunjukkan angka 55,8
disimpulkan bahwa suhu
dB. Angka ini sedikit lebih
ruangan
besar dari standar yang
terlalu panas.
paparan
ditetapkan. Kebisingan di
ditetapkan itu
di
oleh dapat
IGD masih
2.
Evaluasi
Pasca
Huni
keselamatan
berdasarkan persepsi pengguna
ditingkatkan
internal dan eksternal terhadap
Khususnya terkait dengan kondisi
performansi fisik ruang instalasi
pintu masuk yang masih jadi satu
gawat
dengan
darurat
RS
PKU
masih oleh
pintu
perlu
pihak
keluar
RS.
yang
Muhammadiyah Yogyakarta Unit
menganggu lalu lintas pasien. Hal
II
ini juga sesuai dengan hasil Ada lima titik observasi
observasi dimana jumlah pintu
dari segi keselamatan, keamanan
utama
dan kenyamanan yang digunakan
sehingga
dalam melakukan evaluasi pasca
pemisahan antara jalan masuk
huni IGD. 8Menurut Daniar Valent,
dengan jalan keluar. Tentu saja,
dkk (2014), evaluasi pasca huni
hal
adalah proses evaluasi terhadap
masuk dan keluar ruang IGD
bangunan dengan cara sistematis
menjadi
dan
demikian, dilihat dari kemudahan
teliti
selesai
setelah
dibangun
bangunan dan
telah
ini
IGD
RS
hanya
tidak
dilakukan
mengakibatkan
terganggu.
satu,
akses
Meskipun
pintu masuk ruang IGD untuk
dipakai untuk
menurunkan
beberapa waktu. Tahapan yang
besar responden menilai pintu
dilakukan dalam evaluasi pasca
masuk mudah untuk menurunkan
huni
perencanaan,
pasien. Selain itu, pintu masuk
data
IGD juga mudah dicapai oleh
adalah
pengumpulan
dan
penerapan. Aspek berhubungan
pasien,
sebagian
pasien. Hal ini sesuai dengan hasil keselamatan dengan
observasi dimana posisi pintu
kondisi
masuk utama IGD berada pada
pintu keluar dan tanda atau
koridor utama. Ruang IGD yang
simbol yang digunakan untuk
dekat dengan jalan umum atau
mengakses pintu keluar pada
parkir juga memudahkan untuk
kondisi darurat. Hasil kuesioner
diakses sehingga dapat dengan
menunjukkan aspek keselamatan
segera menurunkan pasien dalam
masih belum dipersepsikan baik
kondisi darurat yang memerlukan
oleh sebagian besar responden
penanganan segera.
sehingga capaian untuk aspek
Aspek keamanan dalam hal
ini
berhubungan
pemisahan ruang bedah dan non
dengan
bedah. Sebagian besar responden
bebas tabrakan, tidak licin dan
menyatakan lantai IGD sudah
terkontrol.
bersih.
Hasil
menunjukkan
kuesioner permasalahan
Sementara
untuk
pemisahan ruang sesuai dengan
utama pada aspek keamanan
kondisi
terletak
bebas
Ruang triage di IGD juga sudah
terkontrol.
ada. Pemisahan antara ruang
pada
tabrakan
unsur
dan
penyakit
sudah
Sementara unsur tidak licin sudah
tindakan
dipersepsikan
pemeriksaan juga sudah ada.
baik
oleh
dengan
ada.
ruang
pengguna internal dan pengguna
Sementara
eksternal. Unsur bebas tabrakan
ruang tindakan bedah dan non
di
bedah juga sudah ada di ruang
ruang
IGD
maih
belum
pemisahan
antara
terpenuhi karena pintu IGD masih
IGD.
terbentur
Aspek kenyamanan dalam hal ini
peralatan
angkut
penggerak saat didorong. Selain
berhubungan
bebas tabrakan, aspak keamanan
tingkat
juga terkait dengan unsur bebas
kebisingan, tingkat kelembaban
licin. Sebagian besar responden
dan fasilitas yang ada di ruang
menyatakan tempat menurunkan
IGD
pasien sudah bebas licin dan
menunjukkan
aman
dapat
utama pada aspek kenyamanan
yang
terletak pada unsur suhu belum
tidak diinginkan ketika sedang
optimal, tingkat kebisingan dan
menurunkan pasien. Lantai di
fasilitas RS. Ruang IGD telah
ruang IGD sendiri juga sudah
memiliki alat pendingin ruangan
bebas licin. Sementara itu, untuk
akan tetapi pengguna eksternal
unsur kondisi yang terkontrol
sebagain
berkaitan
kebersihan
ruangan IGD masih belum sesuai
lantai, tempat pemisahan ruang,
dengan kebutuhan, sementara
terdapat ruang triage, letak ruang
untuk pengguna internal suhu
triage, pemisahan ruang tindakan
sudah sesuai dengan kebutuhan.
dengan ruang pemeriksaan dan
Hasil observasi pengukuran suhu
sehingga
meminimalisasi
kejadian
dengan
dengan
pencahayaan,
RS.
Hasil
besar
suhu, tingkat
kuesioner
permasalahan
merasa
suhu
seharusnya yaitu 56,2 db. Unsur
dengan pedoman teknis yang
berikutnya adalah cukup luas.
dikeluarkan oleh Kemenkes RI
Hasil
2012.
kuesioner
menunjukkan
ruang IGD sudah cukup luas dan
2.
sesuai dengan kebutuhan. Unsur
aspek
selanjutnya
dianggap
terkait
dengan
Evaluasi pasca huni pada keselamatan belum
masih
baik
oleh
fasilitas yang ada di RS. Pengguna
sebagian besar responden baik
eksternal sendiri telah merasa
pengguna internal dan eksternal
nyaman dengan fasilitas yang
sehingga capaian untuk aspek
diberikan
sementara
keselamatan
pengguna internal masih merasa
ditingkatkan
terganggu
Sedangkan evaluasi pasca huni
RS
dengan
keluarga
pasien
banyaknya
yang
keluar
pada
masih oleh
aspek
dianggap
belum
hal
kuesioner
juga
maka
dapat
pihak
keamanan
masuk ruang IGD. Berdasarkan tersebut
perlu
baik.
RS.
juga Hasil
menunjukkan
disimpulkan bahwa suhu, tingkat
permasalahan utama pada aspek
kebisingan dan fasilitas RS masih
keamanan terletak pada unsur
harus ditingkatkan.
bebas tabrakan dan terkontrol. Evaluasi pasca huni pada aspek
SIMPULAN 1.
Hasil
kenyamanan performansi
fisik
masih
dianggap
belum baik sehingga masih perlu
menunjukkan lokasi IGD mudah
untuk
diakses oleh pasien akan tetapi di
kuesioner
sisi lain masih belum cukup luas
permasalahan utama pada aspek
untuk
kenyamanan terletak pada unsur
menampung
kendaraan pada
secara
dropping
beberapa bersamaan
area
pasien,
suhu
ditingkatkan.
belum
Hasil
menunjukkan
optimal,
tingkat
kebisingan dan fasilitas RS.
tingkat pencahayaan dan tingkat kelembaban sudah sesuai dengan
DAFTAR PUSTAKA
pedoman teknis,
1.
tingkat ruangan
kebisingan
akan tetapi dan
masih belum
suhu sesuai
Direktorat Bina Pelayanan Penunjang
Medik
dan
Sarana Kesehatan. 2012. “
Pedoman Teknis Bangunan
Produktivitas
Rumah Sakit Ruang Gawat
Ergonomi.” Jakarta: PT.
Darurat
Pustaka
“.
Jakarta
:
Kementrian Kesehatan RI. 2.
Hatmoko.,
AU.,
et
2010.“Arsitektur
3.
al.
Pressindo. 8.
Rumah
et
al.
2015. “Evaluasi Purna Huni
Wisata Budaya Senaputra
1995.“New
Malang “. Jurusan Teknik
Direction
in
pada
and Healthcare
Arsitektur
Facility Design.” New York :
Brawijaya.
Garvin,.
Et
9.
al.
Dewi,
Taman
Universitas
Dyah
Permata
2008.
Kurnia. 2006. “ Analisis
dari
Tata Sirkulasi Manusia di
http://repository.usu.ac.id/
Instalasi
bitstream
Rumah Sakit DR Sardjito
/123456789/28926/5/Chapt
Yogyakarta “. Tesis IKM FK
er%20I. pdf
UGM.
Haryadi&Sudibyo.1996, Evaluasi
Pasca
10.
Huni,
Rawat
Aswin, Prof.dr. Soedjono,
Program Pendidikan Pasca
Penelitian
Sarjana
Yogyakarta
Kerjasama
Magister
Depkes
RI,
“Building
Kedokteran”.
11.
Pelayanan Medik. 2008. “ D.A
(1985),
Pedoman Penyelenggaraan
Environment,
Pelayanan Rumah Sakit “. Jakarta
Publishing
Kesehatan RI.
Company
Limited”.
1985.
Fakultas
Direktorat Jenderal Bina
New Delhi : Mc Graw-Hill
Suyatno
:
Kedokteran UGM.
Jakarta. Simha,
Darurat
PhD. 2001. “ Metodologi
Manajemen Rumah Sakit–
7.
Daniar.,
Miller, R.L., Swensson, E.S.
Diunduh
6.
Valent,
Fasilitas
Mc Graw-Hill,Inc.
5.
Binaman
Sakit.” Yogyakarta.
Hospital
4.
dengan
12. Sastrowinoto. “Meningkatkan
:
Departemen
Nugroho, D. 2011. “Evaluasi Pasca
Huni
Pengguna
Internal
Berdasarkan
Performa
Fisik
Kamar
Operasi RS Panembahan Senopati
Bantul”.
Tesis
MMR UMY. 13.
Poliman. 1997. “Strategi Pengembangan Unit Gawat Darurat
Rumah
Sakit
Honoris
dengan
Menggunakan
Teori
Evaluasi Pasca Huni”. Tesis IKM FK UGM. 14.
Suryadhi. 2005. “ Evaluasi Pasca Huni Instalasi Gawat Darurat di Badan Rumah Sakit
Umum
Tabanan”.
Tesis IKM FK UGM. 15.
Preiser, V.F.E., Rabinowitz, H.Z., White, ET. 1998. “ Post
Occupancy
Evaluation”. New York : Van
Nostrand
Company.
Ranhola