NASKAH PUBLIKASI
PERSEPSI TERHADAP OTORITAS ORANG TUA (AYAH DAN IBU) DAN PENGETAHUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PADA MAHASISWA DI YOGYAKARTA
Oleh:
Dwi Ayu Rizkiyah Mira Aliza Rachmawati
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2008
NASKAH PUBLIKASI
PERSEPSI TERHADAP OTORITAS ORANG TUA (AYAH DAN IBU) DAN PENGETAHUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PADA MAHASISWA DI YOGYAKARTA
Telah Disetujui Pada Tanggal
_________________
Dosen Pembimbing Utama
(Mira Aliza Rachmawati, S.psi.,M.Si,.)
PERSEPSI TERHADAP OTORITAS ORANG TUA (AYAH DAN IBU) DAN PENGETAHUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PADA MAHASISWA DI YOGYAKARTA
Dwi Ayu Rizkiyah Mira Aliza Rachmawati
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan negatif antara persepsi terhadap otoritas orang tua dan pengetahuan pengambilan keputusan pada mahasiswa. Asumsi yang diajukan dalam penelitian ini ada dua, yang pertama adalah ada hubungan negatif antara persepsi terhadap otoritas ayah dan pengetahuan pengambilan keputusan pada mahasiswa. Semakin tinggi persepsi terhadap ayah maka semakin rendah pengetahuan pengambilan keputusannya, begitu juga sebaliknya. Asumsi yang kedua adalah ada hubungan negatif antara persepsi terhadap otoritas ibu dan pengetahuan pengambilan keputusan pada mahasiswa. Semakin tinggi persepsi terhadap otoritas ibu maka semakin rendah pengetahuan pengambilan keputusannya, begitu juga sebaliknya. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah 69 orang mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan S1 di universitas yang berada di Yogyakarta. Tehnik pengambilan subjek yang digunakan adalah metode purposive random sampling. Skala yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu skala persepsi terhadap otoritas orang tua yang mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Chao dan Chen (37 aitem) dan skala pengetahuan pengambilan keputusan yang mengacu pada teori Mondy dan Premeaux (46 aitem). Hasil uji asumsi untuk mengetahui persepsi terhadap otoritas ibu menunjukkan sebaran data normal (K-SZ =0.646; p=0.739) dan linier (F = 7.988; p = 0.007), maka data tersebut dianalisis dengan menggunakan teknik korelasi product moment dari Pearson. Dari hasil korelasi dapat diketahui bahwa persepsi anak terhadap otoritas ibu berkorelasi sangat signifikan dengan pengetahuan pengambilan keputusan (r = -0.328). Hasil uji asumsi untuk mengetahui persepsi terhadap otoritas ayah menunjukkan sebaran data tidak normal (K-SZ = 1.560; p=0.015) dan tidak linier (F = 3.964; p = 0.051), maka data tersebut dianalisis dengan menggunakan teknik korelasi product moment dari Spearman Rho. Dari hasil korelasi dapat diketahui bahwa persepsi anak terhadap otoritas ayah berkorelasi sangat signifikan dengan pengetahuan pengambilan keputusan (r = -0.298). Akan tetapi hasil korelasi persepsi terhadap otoritas ayah dengan pengetahuan pengambilan keputusan tidak dapat digeneralisasikan untuk populasi, hanya dapat digeneralisasikan untuk subyek penelitian ini. Kata kunci : persepsi, otoritas orang tua, pengambilan keputusan
PENGANTAR
Setiap individu yang hidup, baik muda maupun tua sangat sering menghadapi perubahan-perubahan, pergeseran-pergeseran, adanya pertentanganpertentangan, terjadinya kesalahan-kesalahan yang perlu dibetulkan, dan munculnya hal-hal yang tidak terduga sama sekali sebelumnya yang tentu saja berpotensi besar menimbulkan masalah atau konflik jika tidak dikelola dengan baik. Menghadapi perkembangan atau masalah semacam itu memerlukan pengambilan keputusan yang cepat dan tepat (Syamsi, 2000). Dalam hal ini, mahasiswa sebagai suatu komunitas menjadi sumber daya manusia yang intelektual dan kompetitif serta sebagai motor penggerak dalam segala lini kehidupan,
diharapkan
dapat
memutuskan
segala
sesuatunya
dengan
mempertimbangkan segala aspek yang ada. Aktivitas pengambilan keputusan dilakukan individu untuk memecahkan masalah, mulai dari masalah sederhana sampai masalah yang lebih kompleks; baik persoalan yang menyangkut kehidupan diri pribadi maupun persoalan yang menyangkut kepentingan orang banyak (publik). Menurut Asekott (dalam Moesono, 2006), pada situasi pengambilan putusan yang sifatnya rutin sehari-hari, individu dimungkinkan untuk menentukan alternatif pilihan melalui judgment sederhana, namun pada situasi putusan yang kompleks, mutlak diperlukan suatu prosedur problem solving dengan tahapan yang lebih sistematis. Masa remaja ialah masa di mana pengambilan keputusan meningkat. Remaja mengambil keputusan-keputusan tentang masa depan, teman-teman mana
yang dipilih, apakah harus kuliah, apakah harus membeli mobil, dan seterusnya. Remaja yang lebih tua lebih kompeten daripada remaja yang lebih muda, sekaligus lebih kompeten daripada anak-anak (Keating dalam Santrock, 1995). Keterampilan pengambilan keputusan oleh remaja seringkali jauh dari sempurna. Dan kemampuan untuk mengambil keputusan tidak menjamin bahwa keputusan semacam ini akan dibuat dalam kehidupan sehari-hari, di mana luasnya pengalaman sering memainkan peran yang penting. Remaja perlu punya lebih banyak peluang untuk mempraktekkan dan mendiskusikan pengambilan keputusan yang realistis. Banyak keputusan-keputusan dunia nyata terjadi di dalam atmosfir yang menegangkan, yang meliputi faktor-faktor seperti hambatan waktu dan keterlibatan emosional. Salah strategi untuk meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan remaja tentang pilihan-pilihan dunia nyata yang meliputi masalah
seperti
seks,
obat-obatan,
dan
kebut-kebutan
adalah
dengan
mengembangkan lebih banyak peluang bagi remaja untuk terlibat dalam permainan peran dan pemecahan masalah kelompok dengan keadaan-keadaan semacam ini. Pengambilan keputusan sangatlah penting bagi remaja karena mereka tidak terlepas dari persoalan masa depan yang penuh dengan peristiwa-peristiwa yang tidak pasti yang menuntut mereka memanage segala sesuatu agar berjalan dengan baik dan mampu menetapkan apa yang terbaik sehingga mereka berani dan siap untuk terjun ke masyarakat. Sekali kemampuan berpikir dikuasi oleh remaja, ia akan berbuat lebih banyak lagi daripada sekadar berpikir. Remaja akan belajar merefleksikan dan merenungkan hal-hal secara alami yang mungkin cara
itu tidak lagi dirasakan normal dan alami oleh kebanyakan orang dewasa. Dengan menguasai pikiran sepenuhnya, remaja ketika tumbuh dewasa tidak akan raguragu dalam membuat keputusan secara adil. Dia tidak akan bergantung pada pandangan orang lain yang mungkin tidak akan pas dengan kondisinya. Banyak orang yang berkualitas tidak bisa melakukan hal tersebut, disebabkan tidak terbiasa melakukannya sejak dini, karena tidak dididik untuk berpikir dan membuat keputusan. Seseorang yang tidak terlatih untuk berpikir biasanya akan melibatkan emosinya untuk menutupi kekurangannya. Saat dewasa akan cenderung membuat suatu keputusan yang buruk untuk dirinya sendiri dengan lebih melibatkan emosi daripada logika. Arah menuju kehancuran dalam kehidupan ini dibangun atas keputusan-keputusan yang bersifat emosional.
METODE PENELITIAN
A. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan S1 dari seluruh univeristas yang ada di yogyakarta dan sekitarnya dan dari semua jurusan yang diambil dengan menggunakan teknik random sampling.
B. Metode Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data dengan teknik kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyatan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.
1. Skala Persepsi Terhadap Otoritas Orang Tua Skala alat ukur yang digunakan untuk mengungkap persepsi terhadap otoritas oarng tua didasarkan pada pendapat Chao dan Chen (Xu, Farver, Zhang, Zeng, Yu & Cai, 2005), yang menyebutkan tiga aspek pola asuh otoriter, yaitu aspek parental control without democratic give – and – take, restrictive discipline, high supervision of the child. Skala persepsi terhadap otoritas orang tua dibedakan antara skala ayah dan ibu agar tidak membingungkan responden. Jumlah aitem-aitem pada skala persepsi terhadap otoritas orang tua, baik ayah dan ibu, adalah masing-masing sebanyak 28 aitem (14 aitem favorable dan 14 aitem unfavorable) yang terdiri dari 3 aspek dengan masing-masing aspek terdiri dari 10, 8 dan 10 aitem. Skala model yang digunakan sebagai pola dasar pengukuran skala persepsi terhadap otoritas orang tua adalah model skala Likert. Alternatif responnya yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Pada aitem favourable, skor untuk jawaban Sangat Sesuai (SS) diberi skor 4, Sesuai (S) diberi skor 3, Tidak Sesuai (TS) diberi skor 2, dan Sangat Tidak Sesuai (STS) diberi skor 1. Skor aitem-aitem unfavourable, untuk setiap jawaban Sangat Sesuai (SS) diberi skor 1, Sesuai (S) diberi skor 2, Tidak Sesuai (TS) diberi skor 3, dan Sangat Tidak Sesuai (STS) diberi skor 4.
2. Skala Kemampuan Pengambilan Keputusan Skala alat ukur yang digunakan untuk mengungkap kemampua pengambilan keputusan mengacu pada tahap-tahap pengambilan keputusan yang telah disebutkan sebelumnya. Jumlah aitem-aitem pada skala kemampuan pengambilan keputusan adalah 50 aitem yang terdiri dari 5 tahap dengan masing-masing aspek terdiri dari 10 aitem (5 aitem favorable dan 5 aitem unfavorable). Alternatif responnya yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Pada aitem favourable, skor untuk jawaban Sangat Sesuai (SS) diberi skor 4, Sesuai (S) diberi skor 3, Tidak Sesuai (TS) diberi skor 2, dan Sangat Tidak Sesuai (STS) diberi skor 1. Skor aitem-aitem unfavourable, untuk setiap jawaban Sangat Sesuai (SS) diberi skor 1, Sesuai (S) diberi skor 2, Tidak Sesuai (TS) diberi skor 3, dan Sangat Tidak Sesuai (STS) diberi skor 4.
E. Metode Analisis Data Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan statistik. Metode analisis statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah korelasi product-moment yang dilakukan dengan program komputer SPSS (Statistical Programme for Social Science) 12.00 for Window.
HASIL PENELITIAN 1. Deskripsi Subyek Penelitian Subyek penelitian adalah mahasiswa dengan rentang usia 18-24 tahun, dan menempuh kuliah di Yogyakarta yang berjumlah 89 orang. Secara lengkap dapat dilihat dari tabel berikut. Tabel 1 Deskripsi Subjek Penelitian No Deskripsi 1 Usia : 18 Tahun 19 Tahun 20 Tahun 21 Tahun 22 Tahun 23 Tahun 24 Tahun Jumlah Subjek
Jumlah 8 3 22 30 13 7 6 89
2. Deskripsi Data Penelitian Dalam penelitian mengenai persepsi terhadap otoritas orang tua dan kemampuan pengambilan keputusan pada mahasiwa di Yogyakarta, peneliti mengkategorikan subyek penelitian menjadi lima yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Untuk mendapatkan gambaran umum mengenai data penelitian secara singkat dapat dilihat pada tabel deskripsi data penelitian yang berisikan fungsi-fungsi statistik dasar. Secara lengkap, tiaptiap variabel untuk skala pengambilan keputusan, skala otoritas ayah, dan skala otoritas ibu. Tersaji dalam tabel 2
Tabel 2 Deskripsi Data Penelitian Secara Keseluruhan Empirik Hipotetik Variabel Min Max Rerata SD Min Max Rerata Pengambila 92 155 132.5 10.68 46 184 115 n Keputusan Otoritas 18 45 27.38 4.38 13 52 32.5 ayah Otoritas 32 77 49.9 7.26 24 96 60 ibu Ket : Min = Skor Total Minimal Max = Skor Total Maksimal Dari mean empirik nantinya akan dikategorikan sebagai: a) Sangat Tinggi
( X > m + 1,8 SD )
b) Tinggi
( m + 0,6 SD < X = m + 1,8 SD )
c) Sedang
( m – 0,6 SD < X = m + 0,6 SD )
d) Rendah
( m – 1,8 SD < X = m – 0,6 SD )
e) Sangat Rendah
( X = m – 1,8 SD )
SD 23 6.5 12
Keterangan: X = Skor Total M = Mean Empirik SD = Standar Deviasi Skala kemampuan pengambilan keputusan terdiri dari 46 aitem, setiap aitem diberi skor antara 1 sampai 4. Rentang skala adalah 46 × 1 ( jumlah aitem kali skor terendah ) sampai dengan 46 × 4 ( jumlah aitem kali skor tertinggi) yaitu 46 sampai 184 dengan jarak sebesar 184 – 46 = 138. Rentangan angka tersebut dibagi dalam satuan deviasi standar sebesar 138 / 6 = 23 (SDH). Distribusi normal dibagi atas enam bagian atau enam deviasi standar, tiga bagian berada di sebelah kiri mean dan tiga bagian di sebelah kanan mean (Azwar, 1993). Kelompok
subyek dikategorikan mempunyai kemampuan pengambilan keputusan sangat rendah jika skor atau X = 113.276, rendah ( 113.276 < X = 126.092 ), sedang ( 126.092 < X = 138.908), tinggi ( 138.908 < X = 151.724 ), dan sangat tinggi ( X > 151.724 ). Tabel 3 Deskripsi Kategorisasi Kemampuan Pengambilan Keputusan Pada Subyek Penelitian Skor Kategori Frekuensi Prosentase 5.6% 5 Sangat rendah X = 113.276 15.7% 14 Rendah 113.276 < X = 126.092 50.6% 45 Sedang 126.092 < X = 138.908 24.7% 22 Tinggi 138.908 < X = 151.724 3.4% 3 Sangat Tinggi X > 151.724 jumlah 89 100%
Skala persepsi terhadap otoritas orang tua (ayah) terdiri dari 13 aitem, setiap aitem diberi skor antara 1 sampai 4. rentanng skala adalah 13 × 1 ( jumlah aitem kali skor terendah ) sampai dengan 13 × 4 ( jumlah aitem kali skor tertinggi ) yaitu 13 sampai 52 dengan jarak 52 – 13 = 39. Rentangan angka tersebut dibagi dalam satuan deviasi standar sebesar 39 / 6 = 6.5 (SDH). Kelompok subyek dikategorikan mempunyai persepsi terhadap otoritas orang tua (ayah) sangat rendah jika skor atau X = 19.496, rendah (19.496 < X = 24.752), sedang (24.752 < X = 30.008), tinggi (30.008 < X = 35.264 ), dan sangat tinggi (X > 35.264). Tabel 4 Deskripsi Kategorisasi Persepsi Terhadap Otoritas Orang Tua (Ayah) Subyek Penelitian Skor Kategori Frekuensi Prosentase X = 19.496 Sangat rendah 3 3.4% 19.496 < X = 24.752 Rendah 16 18% 24.752 < X = 30.008 Sedang 54 60.7% 30.008 < X = 35.264 Tinggi 13 14.5% X > 35.264 Sangat Tinggi 3 3.4%
Jumlah
89
100%
Skala persepsi terhadap otoritas orang tua (ibu) terdiri dari 24 aitem, setiap aitem diberi skor antara 1 sampai 4. rentanng skala adalah 24 × 1 ( jumlah aitem kali skor terendah ) sampai dengan 24 × 4 ( jumlah aitem kali skor tertinggi ) yaitu 24 sampai 96 dengan jarak 96 – 24 = 72. Rentangan angka tersebut dibagi dalam satuan deviasi standar sebesar 72 / 6 = 12 (SDH). Kelompok subyek dikategorikan mempunyai persepsi terhadap otoritas orang tua (ibu) sangat rendah jika skor atau X = 36.832, rendah (36.832 < X = 45.256), sedang (45.544 < X = 54.256), tinggi (54.256 < X = 62.968 ), dan sangat tinggi (X > 62.968). Tabel 5 Deskripsi Kategorisasi Persepsi Terhadap Otoritas Orang Tua (Ibu) Pada Subyek Penelitian Skor Kategori Frekuensi Prosentase X = 36.832 Sangat rendah 1 1.1% 36.832 < X = 45.256 Rendah 24 26.9% 45.544 < X = 54.256 Sedang 41 46% 54.256 < X = 62.968 Tinggi 21 23.6% X > 62.968 Sangat Tinggi 2 2.2% Jumlah 89 100%
3. Hasil Uji Asumsi Sebelum melakukan analisis data, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas dan uji linieritas merupakan syarat sebelum dilakukannya pengetesan nilai korelasi, dengan maksud agar kesimpulan yang ditarik tidak menyimpang dari kebenaran yang seharusnya ditarik.
a. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah variabel penelitian ini terdistribusi secara normal atau tidak. Kaidah yang digunakan yaitu jika p>0,05 maka sebaran data normal, sedangkan jika p<0,05 maka sebaran data tidak normal. Uji normalitas dengan menggunakan teknik one-sample KolmogorofSmirnov Test dari program SPSS 12.00 for Window menunjukkan nilai K-SZ sebesar 0.842 dengan nilai p = 0.477 (p > 0.05) untuk kemampuan pengambilan keputusan. Nilai K-SZ sebesar 1.440 dengan p = 0.032 (p < 0.05) untuk persepsi terhadap otoritas orang tua (ayah). Dan untuk nilai K-SZ sebesar 0.637 dengan p = 0.812 (p > 0.05) untuk persepsi terahadap otoritas orang tua (ibu). Hasil uji normalitas ini menunjukkan bahwa kemampuan pengambilan keputusan dan persepsi terhadap otoritas ibu memiliki sebaran normal. Sedangkan hasil uji normalitas menunjukkan bahwa persepsi terhadap otoritas ayah memiliki sebaran yang tidak normal. b. Uji Linieritas Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah variabel kemampuan pengambilan keputusan dan persepsi terhadap otoritas orang tua (ayah dan ibu) memiliki hubungan yang linear. Hubungan antara kedua variabel dikatakan linier apabila p<0,05 begitu pula sebaliknya, hubungan antara kedua variabel dikatakan tidak linier apabila p>0,05. Hasil uji linearitas dengan menggunakan program SPSS (Statistic Program For Social Science) 12.00 for Windows dengan teknik Compare Means
menunjukkan F = 12.253; p = 0.001. Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dikatakan bahwa hubungan antara variabel kemampuan pengambilan keputusan dan persepsi terhadap otoritas ayah linier karena p < 0,05. Hasil uji linearitas dengan menggunakan program SPSS (Statistic Program For Social Science) 12.00 for Windows dengan teknik Compare Means menunjukkan F = 4.322; p = 0.042. Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dikatakan bahwa hubungan antara variabel kemampuan pengambilan keputusan dan persepsi terhadap otoritas ibu linier karena p < 0.05.
4. Uji Hipotesis Untuk mengetahui adanya hubungan antara persepsi terhadap otoritas ibu dengan kemampuan pengambilan keputusan maka digunakan uji korelasi dengan menggunakan korelasi product moment dari Pearson dengan menggunakan program komputer SPSS (Statistic Program For Social Science) 12.00
for
Windows. Hasil analisis data menunjukkan korelasi antara variabel persepsi terhadap otoritas ibu dan kemampuan pengambilan keputusan nilai r = -0,202 dengan p = 0,029 (p < 0,05). Hal ini berarti menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara persepsi terhadap otoritas ibu dan kemampuan pengambilan keputusan pada mahasiswa, sehingga hipotesis yang diajukan dapat diterima. Untuk mengetahui adanya hubungan antara persepsi terhadap otoritas ayah dan kemampuan pengambilan keputusan pada mahasiswa maka digunakan uji korelasi dengan menggunakan korelasi product moment dari Spearman dengan
menggunakan program komputer SPSS (Statistic Program For Social Science) 12.00 for Windows. Hasil analisis data menunjukkan korelasi antara variabel persepsi terhadap otoritas ayah dan kemampuan pengembilan keputusan pada mahasiswa nilai r = -0,410 dengan p = 0,000 (p < 0,01). Hal ini berarti menunjukkan bahwa ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara persepsi terhadap otoritas ayah dengan kemampuan pengambilan keputusan, sehingga hipotesis yang diajukan dapat diterima.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis data penelitian, maka hipotesis yang telah diajukan, yaitu ada hubungan yang negatif antara persepsi anak terhadap otoritas ayah dengan kemampuan pengambilan keputusan dan ada hubungan yang negatif antara persepsi anak terhadap otoritas ibu dengan kemampuan pengambilan keputusan dapat diterima. Hasil analisis korelasi dengan menggunakan teknik korelasi product moment dari Pearson untuk mengetahui hubungan antara persepsi terhadap ibu dengan kemampuan pengambilan keputusan pada mahasiswa menunjukkan koefisien korelasi (r) sebesar -0,202 dengan p = 0,029 (p < 0,05), dengan hasil tersebut dapat diartikan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara persepsi terhadap otoritas ibu dan kemampuan pengambilan keputusan. Semakin tinggi persepsi terhadap otoritas ibu semakin rendah kemampuan pengambilan keputusan pada mahasiswa. Begitu juga dengan hubungan antara
persepsi terhadap ayah dengan kemampuan pengambilan keputusan pada mahasiswa, hasil analisis korelasi dengan menggunakan teknik korelasi product moment dari Spearman menunjukkan koefisien korelasi (r) sebesar -0,410 dengan p = 0,000 (p < 0,01), dengan hasil tersebut dapat diartikan bahwa ada hubungan negatif yang sangat signifikan antara persepsi terhadap otoritas ayah dan kemampuan pengambilan keputusan pada mahasiswa. Semakin tinggi persepsi terhadap otoritas ayah semakin rendah kemampuan pengambilan keputusan pada mahasiswa. Tinggi rendahnya kemampuan pengambilan keputusan pada mahasiswa di sebabkan oleh tingginya persepsi terhadap otoritas orang tua yang dimiliki. Persepsi anak terhadap otoritas orang tuanya akan mendukung kemampuan pengambilan keputusan yang dimilikinya. Jadi jika seorang anak (mahasiswa) memiliki tingkat persepsi terhadap otoritas orang tua yang rendah maka kemampuan kognitifnya (kemampuan pengambilan keputusan) akan baik. Keputusan-keputusan yang riil, memadukan dan menyatukan berbagai macam aspek dari diri individu, dengan menerapkan teori dalam tindakan. Sebaliknya, sikap apatis, tidak berani mengambil keputusan, menahan diri dan tidak berbuat apa-apa yang berlarut-larut hanya dapat mengakibatkan terjadinya kesalahan, tetpai juga malapetaka. Setiap kali individu tidak berani mengambil keputusan, sebagian besar dari diri tidak diaktifkan dan perkembangan berhenti. Hal ini menimbulkan kecemasan dan kekosongan batin. Di samping itu, sikap semacam ini apabila dilakukan terus menerus akan memperbesar bentrokan antara kekutankekuatan batin yang saling bertentangan, dan menyebabkan individu merasa
bosan, tertekan dan letih. Namun, komitmen dan penerimaan yang sepenuhnya atas keputusan kita sebagai milik diri sendiri justru mempunyai efek yang sebaliknya. Keputusan-keputusan itu membuat bergairah untuk hidup, tetap mengenal selera dan nilai dir sendiri. Hal ini dimungkinkan karena setiap kali individu mengambil keputusan yang nyata, ia membuka dan menggunakan seluruh dirinya, yaitu selera, niat, prioritas, kemampuan menilai dan energi, yang dipadukan dalam tindakan (Rubin, 1990). Sukses dalam suatu bidang akan membawa ke suatu prestasi sebagai hasil dari keputusan-keputusan yang didasarkan atas pilihan bebas, yaitu pilihan-pilihan yang mencerminkan diri sendiri, prioritas serta nilai-nilai diri. Mengatsi ketidakmampuan untuk mengambil keputusan dan keputusan yang berhasil tidak terjadi tanpa motivasi yang tinggi. Individu harus menghendakinya agar memiliki cukup daya juang untuk mencapainya. Pengambilan keputusan merupakan salah satu pertolongan yang paling berharga bagi pengenalan diri. Pengenalan diri sangat dibantu oleh pengenalan sifat-sifatnya sendiri. Berusaha mengambil keputusan berarti sepenuhnya memanfaatkan hak istimewa manusia. Individu sendiri sebagai manusia yang mempunyai pilihan dan keputusan yang potensial, yaitu pilihan yang berada di luar pengaruh naluri dan sifat biologis. Membuat keputusan akan memberi individu kebebasan untuk menggunakan kekuatan dalam menghayati kehidupannya sendiri (Rubin, 1990).
KESIMPULAN
Hasil penelitian ini telah membuktikan bahwa hipotesis yang berbunyi ada hubungan yang negatif antara persepsi terhadap otoritas orang tua dan kemampuan pengambilan keputusan pada mahasiswa.
SARAN Dalam penelitian tentunya masih ada banyak kekurangan sehingga penulis merasa perlu memberikan saran-saran yang membangun yang ditujukan kepada beberapa pihak, supaya manfaat yang diperoleh lebih aplikatif. Saran-saran tersebut ditujukan kepada: 1. Bagi Subyek Penelitian (Mahasiswa) Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat membantu mahasiswa agar tidak terpaku pada perintah orang tua. Sebagi seorang anak memang sudah sewajarnya kita menuruti apa yang orang tua katakan. Tapi sebagai individu yang terus berkembang, diharapkan mahasiswa sebagai generasi penerus mampu membuka lebar pergaulan yang dapat meningkatkan wawasan. 2. Bagi Masyarakat Dari hasil penelitian ini juga dapat membantu masyarakat luas, khususnya orang tua untuk senantiasa memberikan kesempatan kepada anak-anaknya untuk membuka lebar pergaulannya agar semakin terbuka juga pengetahuan dan ketrampilan anak dalam menghadapi situasi yang baru. Dan agar anak
tidak menjadi inidvidu yang tergantung pada orang lain untuk semua hal dallam hidupnya. Hal ini bukan berarti tidak ada batas sama sekali, tapi orang tua tetap mengawasi pergaulan anaknya agar tidak terjerumus kepada hal-hal yang negatif. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Saran bagi penelitian selanjutnya yaitu pertama, bagi peneliti yang tertarik dengan tema yang sama diharapkan menggunakan metode penelitian kualiatif. Hal ini dikarenakan metode kualitatif dirasa sebagai metode yang tepat untuk menggali segala informasi dari subyek mengenai persepsi terhadap otoritas orang tua dan kemampuan pengambilan keputusan. Selain wawancara mendalam, di perlukan juga observasi dan wawancara langsung dengan mahsiswa dan orang tuanya sehingga mendukung data yang diambil. Yang kedua, peneliti sebaiknya lebih cermat dalam memilih waktu pengambilan data, agar para subyek dapat benar-benar dalam kondisi yang siap untuk menjawab/ memberikan merespon pada skala penelitian. Apabila peneliti selanjutnya yang akan menggunakan tema yang sama juga menggunakan metode penelitian kuantitatif agar lebih banyak membuat aitem pernyataan. Hal itu dimaksudkan agar lebih banyak lagi variasi aitem yang dibuat dan memperkecil kemungkinan banyaknya aitem yang terbuang. Selain itu pembuatan alat ukur pengambilan keputusan dengan menggunakan analisa kasus pertanyaan tertutup. Hal itu dimaksudkan agar subyek lebih diketahui sejauh mana kemampuan pengambilaan keputusan.
DAFTAR PUSTAKA
Moesono, A. 2006. Decision Making Memilih Studi Psikologi Pada Mahasiswa Baru Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Humanitas. Vol 3 no. 1. 79-87 Rubin, T. I. 1990. Mengatasi Ketidakmampuan Dalam mengambil Keputusan. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia Santrock, J. W. 1995. Life Span Development. Jakarta: Erlangga
Syamsi, I. 2000. Pengambilan Keputusan dan Sistem Informasi. Jakarta: Bumi Aksara Xu, Farver, Zhang, Zeng, Yu & Cai. 2005. Mainland Chinese parenting styles and parent–child interaction. International Journal of Behavioral Development 2005, 29 (6), 524–531