NASKAH PUBLIKASI
Korelasi Antara Emotional Maturity Dengan Nursing Services
Oleh Zainul Anwar, S. Psi, M. Psi NIP. 109.0907.0516
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG Tahun 2011
i
ABSTRAK Anwar, Zainul (2004). Korelasi Antara Emotional Maturity Dengan Nursing Services Kata Kunci : Emotional Maturity, Nursing Services Hubungan dengan orang lain adalah bagian terpenting dalam kehidupan manusia sehari-hari. Termasuk hubungan antara perawat dengan pasien maupun pihak pasien, perawat harus membawakan penampilan secara profesional antara ketrampilan teknis dengan emosionalitasnya sehingga dapat menampilkan bagaimana perawat merasakan dan bagaimana keinginan atau kemauan pasien bisa berjalan secara proporsional. Jika perawat tidak dapat membawakannya, tentu dapat disalah mengertikan, tidak disukai, dimarahi atau bahkan dikeluarkan dari profesi sebagai perawat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara emotional maturity dengan nursing services. Penelitian ini dilaksanakan di RSI Aisiyah Malang dengan menggunakan metode kuantitatif dan populasi dalam penelitian ini adalah semua perawat tetap, sedangkan sampel berjumlah 50 orang. Metode pengumpulan data yang dipakai adalah dengan menggunakan skala pengukuran. Teknik analisa data yang digunakan adalah uji korelasi product moment dengan menggunakan SPSS for windows. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada korelasi yang sangat signifikan antara emotional maturity dengan nursing services, hal tersebut dapat dilihat dari perolehan nilai koefisien korelasi ( r ) sebesar 0,729 pada taraf signifikansi (p) 0,000. Ini berarti, semakin tinggi tingkat emotional maturity perawat, semakin baik pula nursing services yang diberikan begitupun sebaliknya. Adapun sumbangan efektif (r2) emotional maturity atas nursing services sebesar 53,1 %, berarti ada 46,9 % lagi yang merupakan sumbangan dari faktorfaktor lain. Hal ini dikarena nursing services merupakan variabel yang cukup komplek, sehingga memungkinkan faktor lain yang juga ikut mempengaruhi korelasinya.
ii
PENDAHULUAN Dewasa ini perkembangan keperawatan di Indonesia telah mengalami perubahan yang cukup signifikan, yakni menuju perkembangan keperawatan sebagai profesi. Proses ini merupakan suatu perubahan yang sangat mendasar dan konsepsional, yang menyangkut seluruh aspek keperawatan baik aspek pelayanan atau asuhan keperawatan, aspek pendidikan, pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kehidupan keprofesian dalam keperawatan. Tuntutan dan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan keperawatan semakin meningkat sebagai akibat kondisi sosial ekonomi yang semakin maju, termasuk latar belakang pendidikan yang semakin tinggi yang berdampak pada tuntutan pelayanan keperawatan yang semakin berkualitas. Pekerjaan sebagai perawat, dimana perawat ini dituntut bekerja untuk melayani masyarakat baik yang dalam keadaan sakit maupun sehat. Pekerjaan ini sangat berbeda dengan pekerjaan lainnya, sebab pekerja harus menggunakan dirinya sendiri sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan pasien yang kadang selalu menghargai dan ada juga yang tidak tahu berterima kasih. Pekerjaan sebagai perawat dihadapkan pada manusia bukan pada benda mati sehingga menuntut adanya pencurahan emosional yang tinggi, dan belum tentu semua orang mau menerimanya. Hubungan dengan orang lain adalah bagian penting dalam kehidupan manusia sehari-hari. Dimana perawat harus membawakan penampilan secara profesional antara ketrampilan teknis dengan emosionalitasnya sehingga dapat menampilkan bagaimana perawat merasakan dan bagaimana keinginan atau kemauan pasien bisa berjalan secara proporsional. Jika perawat tidak dapat membawakannya, tentu dapat disalah mengertikan, tidak disukai, dimarahi atau bahkan dikeluarkan dari profesi perawat. Sebagai contoh, misalnya di rumah sakit X terdapat pasien yang tiba-tiba penyakitnya kambuh dan hal itu membuat panik keluarga yang menungguinya, sehingga secara spontan keluarganya pun memanggil perawat dengan kasar untuk segera menanganinya. Karena perawat tersebut sedang memeriksa pasien lainnya, akhirnya perawat tersebut pun menimpalinya dengan perkataan kasar pula. Hal ini tentu akan menimbulkan image yang jelek pada perawat khususnya dan pada rumah sakit umumnya berkaitan dengan kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan.
1
Seringkali emosi negatif perawat juga muncul tatkala perawat berhadapan dengan seorang pasien atau pihak pasien yang cerewet dan susah diatur. Atau perawat yang berhadapan dengan pasien atau pihak pasien yang kurang bisa menghargai perawat ketika memberikan pelayanan, sehingga pasien atau pihak pasien pun hanya bisa marah-marah terhadap perawat. Oleh karena itu, dalam usaha agar berhasil diterima oleh orang lain atau masyarakat, seseorang perlu belajar mengenal, menafsirkan dan bereaksi secara tepat terhadap situasi yang ada. Dalam hal ini salah satu aspek psikis manusia yang terpenting dalam kehidupan manusia terutama dalam hubungan dengan orang lain adalah emosi. Seseorang individu dituntut untuk memiliki pengendalian emosi atau kematangan emosi, sehingga dalam hubungan dengan orang lain atau masyarakat dapat berjalan dengan baik. Dengan demikian, perawat dituntut untuk memberikan pelayanan sesuai dengan standart profesi tanpa memandang tatanan, ras, warna kulit, derajat, jenis kelamin, kebangsaan dan keyakinan, sehingga diperlukan suatu kematangan emosi dalam melayaninya. Kematangan menjadi sangat berarti karena kematangan itu menunjukkan pada suatu yang dapat meningkatkan kesejahteraan. Emosi yang matang akan sangat membantu individu untuk membangun toleransi perasaan dan dapat belajar menghadapi problem tanpa menunjukkan emosionalitas yang berlebihan. Oleh karena itu, kematangan emosi menjadi sangat penting untuk dimiliki setiap perawat, agar pelayanan keperawatan yang ditampilkannya dapat diterima oleh pasien maupun pihak pasien dengan lapang dada. Emosi berpengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap individu. Secara langsung emosi mempengaruhi fungsi fisik, dan mental suatu sikap, minat dan nilai-nilai individu. Emosi yang ringan sekalipun dapat mempengaruhi pada keseimbangan emosional individu dan menganggu perilaku normalnya. Sementara efek tidak langsungnya berasal dari penilaian orang lain terhadap individu yang berperilaku emosional, perlakuan yang diberikan dan hubungan emosional yang dapat dibina dengan individu tersebut Keberhasilan seorang perawat dalam pembentukan hubungan dan situasi perawatan yang baik antara lain ditentukan oleh kemampuan berhubungan dengan
2
orang lain, berkomunikasi dan bekerja sama. Seorang perawat harus mempunyai sikap-sikap yang baik demi pekerjaan dan pelaksanaan tugas-tugasnya, dan juga harus mempunyai tuntutan internal yang tinggi, maksudnya upaya untuk mendorong diri sendiri untuk mencapai standar keberhasilan tertentu berupa tuntutan untuk tampil sebagai orang yang memiliki kemampuan dan mampu bertingkah laku adaptif dalam pekerjaannya. Perawat sebagai individu yang berada dalam suatu lembaga atau institusi mempunyai tugas untuk memberikan pelayanan keperawatan (nursing services) yang memuaskan pasien, pihak pasien dan masyarakat. Dengan tugas demikian itu, maka dibutuhkan seorang perawat yang profesional sesuai dengan tuntutan dan perkembangan zaman, yang mengetahui tugasnya dan dapat bersikap sesuai dengan situasi dan kondisi yang sedang dihadapinya. Dari uraian di atas, emosi mempunyai peranan dalam memberikan pelayanan perawatan, sehingga perawat yang matang emosinya kemungkinan akan mempunyai pelayanan perawatan yang baik. Meskipun demikian, dugaan-dugaan di atas masih memerlukan pembuktian secara empiris. Oleh karena itu, penelitian ini akan mencoba mengungkap adanya korelasi antara emotional maturity dengan nursing service .
METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini adalah non eksperimen karena peneliti tidak mengontrol secara langsung variabel bebasnya karena sifat manifestasinya telah muncul, sehingga inferensi tentang relasi antar variabel dibuat, tanpa intervensi langsung, berdasarkan variasi yang muncul seiring dalam variabel bebas dan variabel terikatnya (Kerlinger, 2000). Sedangkan penelitian ini ingin mengetahui korelasi antara emotional maturity dengan nursing services.
Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah: Variabel bebas (x) : Emotional maturity Variabel terikat (y) : Nursing Services
3
Definisi operasional Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Emotional Maturity Merupakan kemampuan untuk mengendalikan emosi pada situasi lingkungan keperawatan dan secara nyata dapat diamati dari hasil skala kematangan emosi, dimana kriteria kematangan emosi adalah meliputi; kemampuan mengontrol emosi, adanya rasa kasih sayang atau kemanusiaan dan mempunyai rasa humor. 2. Nursing Services Merupakan suatu upaya atau pelayanan untuk membantu pasien pada kondisi yang lebih baik dari sebelumnya dalam suatu perawatan dan secara nyata dapat diamati dari hasil skala nursing service, yang meliputi aspek; adanya komunikasi yang baik (communication), menunjukkan suatu kesungguhan dan sikap empati serta bertanggungjawab terhadap tugas (activity)
dan menjaga moral serta kode etik
keperawatan (review).
Populasi dan sampel Penelitian ini populasinya adalah seluruh perawat tetap yang berjumlah 50 responden. Sedangkan teknik pengambilan sampel yaitu total sampling atau total jumlah keseluruhan populasinya karena jumlah subyek kurang dari 100 (Arikunto, 1998)
Jenis Data dan Instrumen Penelitian Jenis data Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan pada variabel tingkat kematangan emosi dan nursing service adalah data interval yaitu data yang batas variasi nilai satu dengan lainnya sudah jelas atau intervalnya dapat dibandingkan (Winarsunu, 2002). Interval yang digunakan adalah (tinggi, rendah) dan pengukurannya dilakukan dengan skala psikologis. Instrumen penelitian Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis skala Likert. Skala merupakan kumpulan pernyataan-pernyataan (statements) yang ditulis, disusun dan dianalisa sedemikian rupa sehingga respon seseorang terhadap
4
pernyataan tersebut
dapat
diberi angka atau skor dan kemudian dapat
diinterpretasikan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua macam, yaitu skala emotional maturity dan skala nursing services.
Validitas dan Reliabilitas Validitas Menurut Hadi (1990) mengemukakan bahwa validitas suatu alat ukur adalah seberapa jauh alat ukur dapat mengungkap dengan jitu atau bagian – bagian yang hendak diukur. Untuk mengukur kesahihan atau validitas angket di gunakan teknik korelasi product moment dari pearson, dalam hal ini digunakan untuk menentukan skor kasar (Hadi, 1991) dengan rumus : rxy
N . xy x. y ( N . x 2 ( x) 2 )( N . y 2 ( y ) 2 )
Keterangan : rxy = Korelasi product moment antara item dengan nilai total N = Jumlah subyek X =Jumlah nilai tiap item
Y =Jumlah nilai total item XY =Jumlah perkalian antara skor item dengan skor total X2 =Jumlah skor kuadrat skor item Y 2 = Jumlah skor kuadrat skor total Untuk menghindari adanya over estimasi, maka koefisien korelasi tersebut dikorelasikan dengan teknik korelasi Part Whole dengan rumus sebagai berikut :
r pq
r ( SDy ) ( SDx ) xy
( SD y ) 2 ( SD x ) 2 2( rxy ) 2 ( SD y )( SD x )
Keterangan: rpq : Koefisien korelasi total rxy : Koefisien Product Moment SDx : Standart deviasi item SDy : Standart deviasi total Metode Analisa Data Data yang didapatkan secara lengkap terperinci selanjutnya akan diolah dan dianalisis. Untuk mendapatkan hasil analisis tersebut maka diperlukan suatu metode
5
analisa data. Metode analisa data yang digunakan pada penelitian ini antara lain dengan cara membandingkan antara Mh (mean hipotetik) dengan Me (mean empirik) dengan tujuan untuk melihat kecenderungan pada masing-masing variabel. Jika Mh > Me, maka kecenderungan rendah. Jika Mh < Me, maka kecenderungan tinggi. Adapun rumus mencari mean hipotetik (Mh) adalah : Mh = D + E1 X A 2 Keterangan : Mh = Mean hipotetik D = Skor tertinggi dalam instrumen E = Skor terendah dalam instrumen A = Jarak item valid Sedangkan rumus mencari mean empirik (Me) adalah : Me X
N Keterangan : Me = Mean empirik x = Jumlah X N = Jumlah sampel Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa korelasi product moment, yaitu suatu teknik statistik yang digunakan untuk melukiskan dua hubungan antara dua buah variabel yang sama-sama berjenis interval atau rasio (Winarsunu, 1996).
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Deskripsi Data Untuk mempermudah pemahaman akan data yang diperoleh maka peneliti menggunakan perbandingan antara mean hipotetik (Mh) dengan mean empirik (Me), dimana : Jika Mh > Me, maka kecenderungan rendah Jika Mh < Me, maka kecenderungan tinggi Perhitungannya adalah sebagai berikut : 6
1. Perhitungan mean hipotetik tingkat emotional maturity perawat Mh = D + E1 X A 2 Mh
=
4+1 2
X 32
= 80 2. Perhitungan mean empirik tingkat emotional maturity perawat = x
Me
N = 5405 50 = 108,1 Dari hasil analisa data terhadap perhitungan nilai mean hipotetik dan mean empirik di dapatkan bahwasanya nilai mean hipotetik (Mh) sebesar 80 lebih kecil dari pada nilai mean empirik sebesar 108,1. Sehingga dapat diketahui bahwa perawat di RSI Aisiyah adalah memiliki kecenderungan tingkat kematangan emosi yang tinggi, artinya nursing services (pelayanan keperawatan) yang diberikan cenderung baik. Hal ini ditunjukkan dari nilai Mean hipotetik (Mh) yang lebih rendah dibandingkan dengan Mean empirik (Me). 1. Penghitungan mean hipotetik Nursing services (pelayanan keperawatan) Mh = D + E1 X A 2 Mh
=
4+1 2
X 30
= 75 Me = x N = 4915 50 = 98, 3 Dari hasil analisa data terhadap perhitungan nilai mean hipotetik dan mean empirik di dapatkan bahwasanya nilai mean hipotetik (Mh) sebesar 75 lebih kecil
7
dari pada nilai mean empirik sebesar 98, 3. Sehingga dapat diketahui bahwa nursing services (pelayanan keperawatan) memiliki kecenderungan yang baik. Hal ini ditunjukkan dari nilai Mean hipotetik (Mh) lebih rendah dibandingkan dengan Mean empirik (Me). Pada deskripsi data ini akan diuraikan tentang keragaman tingkat emotional maturity dan nursing services, sebagai berikut: Berikut ini tabel prosentase subyek atau responden tentang emotional maturity dan nursing services: Tabel 1 Distribusi Subyek Berdasarkan Tingkat Kematangan Emosi Tingkat Tinggi Rendah
Skor
Jumlah (Subyek)
81 – 128 32 – 80
50 0 50
Jumlah
Prosentase (%) 100 % 0% 100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa tingkat emotional maturity subyek (perawat) dalam penelitian ini adalah kecenderungan tinggi Tabel 2 Distribusi Subyek Berdasarkan Tingkat Nursing Services Tingkat Baik Buruk
Skor
Jumlah (Subyek)
76 – 120 30 – 75
50 0 50
Jumlah
Prosentase (%) 100 % 0% 100 %
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa tingkat nursing services (pelayanan keperawatan) subyek (perawat) dalam penelitian ini adalah kecenderungan baik Hasil Analisa Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini menggunakan teknik analisa korelasi product moment dengan menggunakan SPSS for windows. Adapun analisa data yang diperoleh sebagai berikut : Tabel 3 Rangkuman Correlations Product Moment Skala Emotional Maturity
8
r2
r 0, 729
0, 531
p 0,000
Keterangan Sangat signifikan
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pengujian hipotesis di atas menunjukkan adanya hubungan yang sangat signifikan antara variabel (x) yaitu emotional maturity dengan variabel (y) yaitu nursing services dengan koefisien korelasi (r) sebesar 0,729 pada taraf signifikan 10 % dan probabilitas (p= 0,000) dengan besar korelasi 53,1 % ( r2 x 100 ) artinya sumbangan efektif variabel emotional maturity terhadap nursing services (y) sebesar 53,1 %.
Pembahasan Sebagaimana tersebut pada hasil analisa data bahwa ada korelasi yang sangat signifikan antara emotional maturit (kematangan emosi) dengan nursing services (pelayanan keperawatan). Dimana semakin tinggi tingkat kematangan emosi seorang perawat maka akan semakin baik nursing services (pelayanan keperawatan) seorang perawat. Hasil tersebut mendukung teori yang dikemukakan oleh Crow & Crow (dalam Sunarto dan Hartono, 1999) yang menyatakan bahwa “An emotion, is an affektive experience that accompanies generalized inner adjustment and mental phsyiological stirredup states in the individual, and that shows it self in his overt behavior”. Jadi emosi merupakan pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang tampak. Kehidupan emosi erat hubungannya dengan orang lain. Namun, kualitas hubungan dengan orang lain dimulai dari bagaimana kualitas diri kita sendiri. Mulamula kita perlu berkomunikasi dengan diri sendiri secara benar setelah itu barulah kita dapat berkomunikasi dengan orang lain secara benar pula. Emosi merupakan bahasa komunikasi dalam diri kita dan kita perlu mempelajari maknanya (Wijokongko, 1997) Selanjutnya, Sarlito Wirawan Sarwono (dalam Yusuf, 2002)
juga
berpendapat bahwa emosi merupakan setiap keadaan pada diri seseorang yang disertai warna afektif baik pada tingkat lemah (dangkal) maupun pada tingkat yang luas (mendalam).
9
Dalam keadaan emosi pribadi seseorang telah dipengaruhi sedemikian rupa hingga pada umumnya individu kurang dapat menguasai diri dan seseorang yang mengalami emosi pada umumnya tidak lagi memperhatikan keadaan sekitarnya. Oleh karena itu sering dikemukakan bahwa emosi merupakan keadaan yang ditimbulkan oleh situasi tertentu, dan emosi cenderung terjadi dalam kaitannya dengan perilaku yang mengarah (approach) atau menyingkiri (avoidance) terhadap sesuatu, dan perilaku tersebut pada umumnya disertai adanya ekspresi kejasmanian, sehingga orang lain dapat mengetahui bahwa seseorang sedang mengalami emosi (Walgito, 2002) Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa keadaan dan kondisi emosi seseorang akan mempengaruhi pandangan, sikap, maupun perilaku. Individu dengan kondisi masih labil tentu akan berbeda dalam menghadapi suatu situasi jika dibandingkan dengan individu yang mencapai taraf kematngan emosi, mereka lebih dapat mengontrol emosinya melalui suatu tahap pemikiran dan pertimbangan yang rasional akan baik buruknya serta kemungkinan apa saja yang bisa ditimbulkan dari perilakunya tersebut. Purwanto mangatakan (1999) bahwa pengendalian emosi berarti memberikan berbagai pengarahan atau bimbingan yang diperlukan untuk mengadakan tingkah laku tertentu. Kematangan emosi tidak terjadi kerena pengaruh usia, walaupun usia merupakan suatu faktor penting bagi kematangan reaksi emosionil. Tercapainya kematangan reaksi emosionil berhubungan erat dengan masalah kepribadian seseorang dan yang telah dibentuk antara lain melalui pengalaman sosial, ilmu pengetahuan yang dimiliki, dan norma-norma agama. Sehingga emosi seseorang mempengaruhi pandangannya terhadap situasi di sekelilingnya. Bentuk pengaruh emosi yang paling ringan terhadap pandangan seseorang mengenai sesuatu atau situasi lingkungan biasanya disebut dengan priferensi, yaitu perasaan suka atau tidak suka terhadap sesuatu (Purwanto, 1999) Emosi yang kurang matang akan berbahaya bagi seseorang khususnya perawat dalam memberikan layanananya, individu atau perawat yang kurang dapat mengendalikan emosinya akan dapat membuat citra rumah sakit tertentu jelek di masyarakat, khususnya di mata pasien atau keluarga pasien. Tetapi sebaliknya, individu atau perawat yang emosinya matang akan mampu untuk mengembangkan
10
hubungan yang sehat dengan orang lain khususnya pasien atau keluarga pasien, sehingga mereka akan berusaha menyesuaikan diri dengan suasana orang lain untuk mencari keharmonisan dalam hubungannya dengan pasien dan keluarga pasien. Keharmonisan ini akan membuat perawat dapat berinteraksi dengan akrab, bersahabat, tercipta interaksi yang kooperatif dan tidak merasa adanya tanggungan beban emosional yang disembunyikan atau ditekan. Individu
yang
mempunyai kematangan emosi bukan
hanya
dapat
mengendalikan emosi yang berlebih saja, tetapi juga mereka harus menguasai caracara yang dapat diterima lingkungannya dan pada saat yang sama, tidak merugikan fisik dan psikis diantara individu. Hal ini menunjukkan bahwa semua emosi, baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan memainkan peran yang sedemikian penting dalam kehidupan dan setiap macam emosi mempengaruhi perilaku individu terutama dalam .berinteraksi dengan orang lain. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, kemampuan perawat dalam mengendalikan emosi sangat penting dalam memberikan pelayanan keperawatannya. Individu atau perawat yang mempunyai kematangan emosi lebih menunjukkan pelayanan yang baik dan lebih perhatian terhadap individu lain atau pasien dan keluarga pasien. Oleh karena itu, perawat yang memiliki tingkat kematangan emosi yang tinggi akan mampu mengekspresikan emosinya secara baik melalui pelayanan keperawatan yang ia berikan Selanjutnya untuk mengetahui keadaan sampel yang berkaitan dengan variabel pengukuran digunakan mean hipotetik dan mean empirik. Mean hipotetik (Mh) dari kematangan emosi adalah 80, sedangkan mean empiriknya (Me) adalah 108,1. Ini berarti Mh < Me, hal ini menunjukkan adanya tingkat kematangan emosi cenderung tinggi. Sedangkan mean hipotetik (Mh) dari nursing services ditemukan sebesar 75 dan mean empiriknya (Me) sebesar 98,3. Ini berarti Mh < Me, hal ini menunjukkan adanya nusing services (pelayanan keperawatan) yang cenderung baik. Hasil deskripsi data dengan menggunakan Mean hipotetik (Mh) dan Mean Empirik (Me) diketahui bahwa kondisi yang terjadi dalam subyek penelitian, adalah kecenderungan memiliki tingkat kematangan emosi yang tinggi dan pelayanan yang diberikan pun cenderung baik. Hal ini dikarenakan subyek penelitian sebanyak 50 perawat merupakan perawat tetap RSI Aisiyah Malang dan sudah sering mengikuti
11
beberapa pelatihan keperawatan sehingga perawat tersebut sudah berpengalaman dalam memberikan pelayanan. Dari hasil penelitian ini maka hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima, dan dapat disimpulkan bahwa antara kematangan emosi dengan pelayanan keperawatan mempunyai hubungan, semakin tinggi tingkat kematangan emosi seorang perawat maka akan semakin baik pula pelayanan keperawatan yang diberikan. Adapun sumbangan efektif (r2) kematangan emosi atas nursing services (pelayanan keperawatan) sebesar 53,1 %, berarti ada 46,9 % lagi yang merupakan sumbangan dari faktor-faktor lain. Hal ini dikarena nursing services (pelayanan keperawatan) merupakan variabel yang cukup komplek, sehingga memungkinkan faktor lain yang juga ikut mempengaruhinya. Adapun beberapa faktor lain yang juga mempengaruhi nursing services (pelayanan keperawatan) antara lain: Pertama, berkaitan dengan kesejahteraan perawat dalam hal ini adalah menyangkut besar kecilnya gaji perawat yang dia terima. Kedua, berkaitan dengan pendidikan perawat, dimana semakin tinggi pendidikan perawat maka kompetensi pelayanan keperawatannya pun semakin baik, dan. Ketiga berkaitan dengan sarana dan prasarana serta jumlah perawat yang ada dalam suatu rumah sakit, sebab pelayanan keperawatan itu berjalan selama 24 jam. Selain itu, dalam definisi operasional juga terjadi kemiripan dalam teori-teori yang dijadikan indikator penelitian, sehingga instrumen penelitian nampak bias dan hasil yang ditunjukkan pun terlihat tinggi. Oleh karena itu, semakin tinggi tingkat kematangan emosi, pelayanan keperawatan yang ditunjukkan pun semakin baik.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil analisa data yang telah dilakukan diketahui bahwa terdapat korelasi yang sangat signifikan antara emotional maturity (kematangan emosi) dengan nursing services (pelayanan keperawtan), hal ini menunjukkan semakin matang emosi seorang perawat maka pelayanan yang diberikan juga semakin baik. Adapun nilai sumbangan efektifnya sebesar 53,1 % ( r2 x 100 ) artinya sumbangan efektif
12
korelasi antara emotional maturity (kematangan emosi) dengan nursing services (pelayanan keperawatan) (y) sebesar 53,1 %.
Saran 1. Bagi Pihak Rumah Sakit Bagi rumah sakit diharapkan penelitian ini dapat menjadi masukkan dalam hal rekruitmen dan peningkatan sumberdaya manusia sehubungan dengan adanya korelasi antara emotional maturity (kematangan emosi) dengan nursing services (pelayanan keperawatan). Yaitu, dengan melakukan berbagai pelatihan dan seminar tentang pelayanan keperawatan. 2. Bagi Perawat Bagi perawat penelitian ini dapat menjadi informasi dalam hal pemberian pelayanan keperawatan, sehubungan dengan adanya kecenderungan kematangan emosi yang tinggi dan pelayanan yang cenderung baik, maka diharapkan perawat untuk selalu mempertahankan dan meningkatkan kematangan emosinya agar pelayanan yang diberikan semakin baik dan memuaskan, baik dengan mengevaluasi
cara
diri sendiri dan aktif dalam berbagai pelatihan atau seminar
keperawatan 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat lebih menyempurnakan penelitian ini dengan memperhatikan variabel-variabel lain yang besar kemungkinan dapat mempengaruhi kualitas pelayanan keperawatan, seperti kesejahteraan (tinggi rendahnya gaji) dan tingkat pendidikan perawat serta sarana dan prasarana dalam suatu rumah sakit. Selain itu, diharapkan juga untuk memperhatikan batasan teori sebagai landasan dalam menyusun instrumen penelitian, sehingga tidak terjadi kebiasan dalam instrumen penelian
DAFTAR PUSTAKA Ake, J. (2003). Malpraktek dalam Keperawatan. Jakarta: EGC. Akemat. (2002). Praktek Keperawatan Profesional Di Era Global. Makalah Seminar Nasional Di RSJ Pusat Lawang. Malang: Tidak Diterbitkan. Ali, Z. (2003). Dasar-Dasar Keperawatan Profesional. Jakarta: Widya Medika
13
Ardhana, W. (1963). Pokok-Pokok Ilmu Jiwa Umum. Surabaya: Usaha Nasional. Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Azwar, S. (1998). Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. ________. (2000). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Azwar, A. (1996). Ilmu Keperawatan. Jakarta: EGC Dalyono. (2001). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Eddington,P. (2003). Emotional Maturity. http://www.emotionalmaturity.htm. Edward, A. L. (1957). Techniques of Atittute Scale Construction. The University of Washington. Effendi, U dan Praja, S. J. (1984). Pengantar Psikologi. Bandung: Angkasa Ellis, R. B., Gates, R. J., Kenworthy, N. (2000) Komunikasi Interpersonal dalam Keperawatan: Teori dan Praktek. Jakarta: EGC Feinberg, M. R. (2003). Mengenali Tanda-Tanda Kedewasaan Pada Diri Seseorang Gunarsa, D. S. (1995). Psikologi Keperawatan. Jakarta: Gunung Mulia Hadi, S. (1993). Metodologi Research. Jilid 3. Yogyakarta: UGM Press. Hurlock, E.B. (1980). Psikologi Perkembangan. Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga. Edisi Kelima. Ikawati, Y. (2001). Kasus Malpraktek Bisa Dikenakan Pada Perawat Kartono, K. (1996). Psikologi Umum. Bandung: Mandar Maju. Kerlinger, F. N. (2000). Asas - asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta: UGM Press. Martin, D. A. (2003). Emotional Quality Manajement. Jakarta: Arga. Maramis, A. (1994). Ilmu Kedokteran Jiwa . Surabaya: Airlangga University Press. McGhie, A. (1996). Penerapan Psikologi dalam Perawatan. Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica dan Andi. Meningger, C. W. (1999). The Criteria of Emotional Maturity: http://www. emotional maturity criteria htm. Murray, J. (1992). Are You Growing Up-Or Just Getting Older? Emotional
14
Maturity: http://www.better you.com/maturity.htm. Nursalam. (2002). Peran Perawat dalam Meningkatkan Kualitas dan Kemandirian Keperawatan Secara Profesional Di Era Global. Makalah Seminar Nasional Di RSJ Pusat Lawang. Malang: Tidak Diterbitkan. Poerwanti, E. (1998). Dimensi Riset-riset Ilmiah. Malang: UMM Press. Priharjo, R. (1995). Praktek Keperawatan Profesesional: Konsep Dasar dan Hukum. Jakarta: EGC. Purwanto, H. (1994). Komunikasi untuk Perawat. Jakarta: EGC. __________. (1999). Pengantar Perilaku Manusia untuk Keperawatan. Jakarta: EGC. Santosa, S. (2003). SPSS: Mengola Data Statistik Secara Profesional. Jakarta: PT.Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia. Soesilowindradini. (tt). Psikologi Perkembangan Masa Remaja. Surabaya: Usaha Nasional. Sudarsono, S. R. (1997). Pelayanan Keperawatan Pofesional dalam Keperawatan Neurologi. Kumpulan Makalah Kursus Keperawatan Sulaeman, D. (1995). Psikologi Remaja dan Dimensi -Dimensi Perkembangan. Bandung: Mandar Maju. Sunaryo. (2004). Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta. EGC. Tim Departemen Kesehatan RI. (1994). Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Diterbitkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia. Tjipto, S. (2001). Peran dan Fungsi Perawat dalam Menangani Pasien Kritis. Makalah Seminar Pasien Sakit Kritis. Graha BIK-IPTEKDOK. Surabaya: Tidak Diterbitkan. Walgito, B. (2002). Pengantar Psikologi Umum . Yogyakarta. Penerbit Andi. Wijono, D. (2000). Manajemen Pelayanan Mutu Kesehatan. Surabaya: Airlangga University Press. Wijokongko, M. (1997). Keajaiban dan Kekuatan Emosi. Yogyakarta: Kanisius. Winarsunu, T. (2002). Statistik Dalam Penelitian Psikologi dan Pendidikan. Malang: UMM Press. Yusuf, S. (2002). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
15