NASKAH PUBLIKASI
KEPUASAN KERJA DITINJAU DARI KOMUNIKASI DENGAN ATASAN
Oleh: WELLY MULYA SARI SONNY ANDRIANTO, S.Psi., Psi. DIAN SARI UTAMI, S.Psi.
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2008
NASKAH PUBLIKASI
KEPUASAN KERJA DITINJAU DARI KOMUNIKASI DENGAN ATASAN
Telah Disetujui Pada Tanggal
_________________
Dosen Pembimbing Utama
(Sonny Andrianto, S.Psi., M.Si.)
ii
KEPUASAN KERJA DITINJAU DARI KOMUNIKASI DENGAN ATASAN
Welly Mulya Sari Sonny Andrianto Dian Sari Utami
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis apakah ada hubungan positif antara komunikasi dengan atasan dengan kepuasan kerja pada karyawan. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara komunikasi dengan atasan dengan kepuasan kerja pada karyawan. Semakin tinggi komunikasi dengan atasan, semakin tinggi pula kepuasan kerja pada karyawan. Subyek dalam penelitian ini adalah pegawai kantor Pusdiklat Depdagri Regional Yogyakarta. Subyek penelitian berjumlah 39 responden, terdiri dari 22 laki-laki dan 17 perempuan. Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah dibuat secara mandiri oleh peneliti. Adapun skala yang digunakan adalah skala kepuasan kerja dengan mengacu pada aspek-aspek yang dikemukakan oleh Luthan (2006) dan skala komunikasi dengan atasan dengan mengacu pada aspek-aspek yang dituliskan oleh Thoha (2002). Metode analisis data yang digunakan menggunakan program SPSS (Statistical Programme for Social Science) 12.0 for Window untuk menguji apakah terdapat hubungan antara komunikasi dengan atasan dengan kepuasan kerja pada karyawan. Hasil korelasi product moment dari pearson menunjukan angka korelasi sebesar r = 0,585 dan p = 0,000 (p < 0,01) yang artinya ada hubungan positif yang sangat signifikan antara komunikasi dengan atasan dengan kepuasan kerja pada karyawan. Jadi hipotesis penelitian diterima. Sedangkan sumbangan efektif yang diberikan variabel komunikasi terhadap variabel kepuasan kerja sebesar 34.2% yang berarti masih ada 65.8% faktor lain yang mempengaruhi kepuasan kerja, misalnya saja kesempatan untuk maju, keamanan kerja, gaji, perusahaan dan manajemen, pengawasan, faktor intrinsik dari pekerjaan, kondisi kerja, aspek sosial dalam pekerjaan, dan fasilitas. Kata Kunci : Kepuasan Kerja, Komunikasi Dengan Atasan
iii
PENGANTAR
Dewasa ini kepuasan kerja menjadi hal yang cukup menarik dan penting. Hal ini karena kepuasan kerja terbukti banyak bermanfaat dan berguna bagi kepentingan umum, industri dan masyarakat. Bagi suatu industri, penelitian mengenai kepuasan kerja adalah dalam rangka usaha peningkatan produksi dan pengurangan biaya melalui perbaikan sikap dan tingkah laku karyawannya. Selanjutnya, bagi masyarakat tentunya akan menikmati hasil kapasitas maksimum dari industri tersebut serta naiknya nilai manusia di dalam konteks pekerjaan (As’ad, 1998). Kepuasan kerja merupakan masalah penting bagi kelangsungan suatu organisasi. Ada 4 alasan mengapa kepuasan kerja ini perlu mendapatkan perhatian. Pertama, terdapat bukti bahwa pekerja yang tidak puas lebih sering berpindah kerja dan lebih mungkin untuk keluar. Kedua, pekerja yang tidak puas cenderung akan terlibat dalam perilaku yang merusak. Ketiga, pekerja yang merasa puas cenderung akan memiliki kesehatan yang lebih baik dan akan tinggal lebih lama. Keempat, bahwa kepuasan dalam kerja akan mempengaruhi kehidupan pekerja diluar pekerjaannya (Munandar, 2001). Menurut Robbins (Munandar, 2001) ketidakpuasan kerja pada tenaga kerja karyawan dapat diungkap ke dalam berbagai macam cara. Misalnya, selain meninggalkan pekerjaan, karyawan dapat mengeluh, membangkang, mencuri barang milik organisasi, dan menghindari sebagian dari tanggungjawab pekerjaan mereka. Aksi unjuk rasa yang dilakukan merupakan bentuk ketidakpuasan kerja yang diungkapkan dengan cara menyuarakan (voice), yaitu ketidakpuasan kerja
iv
yang diungkap melalui usaha aktif dan konstruktif untuk memperbaiki kondisi, termasuk memberikan saran perbaikan & mendiskusikan masalah dengan atasan (Munandar, 2001) . Di Indonesia sendiri, kasus mengenai masalah kepuasan kerja juga telah banyak terjadi. Beberapa bukti menunjukkan bahwa masih banyak karyawan yang belum puas merasakan kepuasan kerja, terlihat dari masih seringnya terjadi aksiaksi unjuk rasa, demonstrasi dan mogok kerja yang dilakukan karyawan, yang mengajukan berbagai tuntutan kepada perusahaan tempatnya bekerja. Pada umumnya tuntutan yang paling banyak dikemukakan karyawan berkaitan dengan permintaan kenaikan upah, peningkatan kesejahteraan, dan perlakuan yang adil dari perusahaan. Tuntutan-tuntutan tersebut tidak lagi hanya berkisar mengenai tidak dibayarkannya hak-hak karyawan sesuai ketentuan yang berlaku, tetapi telah menyangkut adanya tuntutan karyawan terhadap fasilitas kesejahteraan seperti perumahan, kenaikan uang makan dan uang transport, tambahan bonus uang servis, tuntutan upah lembur, dan sebagainya (Astuti, 2002). Pendapat diatas juga didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan untuk mengidentifikasi faktor yang memiliki kontribusi paling besar terhadap kepuasan kerja (internal dan eksternal) dari para pekerja bagian weaving (penenunan) PT. CANDRATEX SEJATI. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang memiliki kontribusi paling besar terhadap variabel kepuasan kerja internal adalah penghargaan berupa pujian dengan bobot faktor sebesar 95.1% sedangkan untuk variabel kepuasan kerja eksternal adalah pengarahan yang diberikan oleh atasan dengan bobot faktor sebesar 98.9% (Adianto, 2005).
v
Penelitian Johnston (Susanti, 2002) mengatakan bahwa 62% karyawan menyatakan puas terhadap pekerjaannya dengan menilai keramahan dan perhatian pada pekerjaan sebagai sifat yang istimewa. Penelitian lain dilakukan oleh Manggala (2004) mengenai pengaruh kepuasan kerja terhadap disiplin kerja karyawan, setelah melakukan penelitian di lapangan diperoleh kesimpulan bahwa kepuasan kerja mempengaruhi tingkat kedisiplinan karyawan, artinya jika kepuasan kerja diperoleh secara positif oleh karyawan maka kedisiplinan karyawan baik. Sebaliknya jika kepuasan kerja kurang tercapai dari pekerjaannya maka kedisiplinan karyawan rendah. Hasil-hasil penelitian di atas dapat menjelaskan bahwa karyawan dan perusahaan merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Karyawan memegang peran utama dalam menjalankan roda kehidupan perusahaan. Apabila karyawan memiliki produktivitas dan motivasi kerja yang tinggi, maka laju roda pun akan berjalan kencang, yang akhirnya akan menghasilkan kinerja dan pencapaian yang baik bagi perusahaan. Di sisi lain, bagaimana mungkin roda perusahaan berjalan baik, kalau karyawannya bekerja tidak produktif, artinya karyawan tidak memiliki semangat kerja yang tinggi, tidak ulet dalam bekerja dan memiliki moral yang rendah. Menurut Robbins (2003), kepuasan kerja didefinisikan sebagai suatu sikap umum seseorang terhadap pekerjaannya. Definisi ini mengandung pengertian yang luas. Dengan kata lain kepuasan kerja merupakan penjumlahan yang rumit dari sejumlah unsur pekerjaan yang terbedakan dan terpisahkan satu sama lain.
vi
Sementara itu, Gilmer (As’ad, 1998) menyatakan bahwa kepuasan kerja seorang karyawan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kesempatan untuk maju, keamana kerja, gaji, perusahaan dan manajemen, pengawasan, faktor intrinsik dari pekerjaan, kondisi kerja, aspek sosial dalam pekerjaan, komunikasi, dan fasilitas. Masing-masing faktor tersebut berhubungan satu sama lain dan memiliki peranan penting dalam kehidupan sebuah perusahaan. Dari penjelasan tersebut, salah satu faktor yang mempengaruhi kerja karyawan adalah komunikasi. Komunikasi yang lancar antar karyawan dengan pihak manajemen banyak dipakai sebagai alasan untuk menyukai jabatan maupun pekerjaannya (Marina, 2006). Idealnya, pada sebuah organisasi, peran pimpinan sangat besar guna menyakinkan, mengarahkan dan membimbing bawahannya. Oleh karena itu, adalah menjadi tugas manajemen agar karyawan memiliki semangat kerja dan moral yang tinggi serta ulet dalam bekerja. Melalui komunikasi yang efektif, motivasi bawahan dapat meningkat sehingga menimbulkan semangat kerja yang baik, begitu juga dengan komunikasi ke atas juga dipercaya berpengaruh terhadap produktivitas karena tanpa komunikasi ke atas, pimpinan tidak hanya kurang memahami kebutuhan anggotanya, tetapi juga kurang memiliki informasi untuk mengambil keputusan yang baik. Ketidaklancaran dalam komunikasi sangat tidak menguntungkan bagi suatu organisasi, karena hambatan dalam efisiensi kerja berarti hambatan pula bagi pencapaian tujuan organisasi, dan tercapainya tujuan organisasi merupakan indikasi adanya kepuasan kerja (Suryandari, dkk , 2005).
vii
Definisi komunikasi itu sendiri menurut Kartono (2005) adalah arus informasi dan emosi yang terdapat dalam masyarakat, baik yang berlangsung secara vertikal maupun secara horisontal. Komunikasi vertikal adalah komunikasi yang mengalir dari atasan ke bawahan dan sebaliknya dari bawahan ke atasan (Thoha, 2003). Komunikasi ke bawah dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi mengalir dari jabatan berotoritas lebih tinggi kepada mereka yang berotoritas lebih rendah. Komunikasi ke atas dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi mengalir dari tingkat yang lebih rendah ke tingkat yang lebih tinggi (Muhammad, 2005). Robbins (2003) mengemukakan alasan pentingnya komunikasi di tempat kerja dimana komunikasi yang berlangsung secara tatap muka, terus terang dan terbuka antara atasan dengan bawahan dan sebaliknya, sehingga baik karyawan maupun pimpinan saling memahami kebutuhan dan keprihatinan masing-masing sehingga tercipta suatu kerjasama yang baik dalam mencapai tujuan bersama. Melalui komunikasi baik langsung maupun tidak langsung, pimpinan diharapkan dapat menggerakkan bawahannya agar dengan penuh pengertian, kesadaran dan senang hati bersedia mengikuti kehendak pimpinan tersebut (Suryandari, dkk, 2005). Komunikasi merupakan unsur penting yang harus dimiliki oleh pimpinan termasuk dalam menimbulkan kepuasan kerja para anggotanya. Karyawan yang puas dengan apa yang diperolehnya dari perusahaan akan memberikan lebih dari apa yang diharapkan dan ia akan terus berusaha memperbaiki kinerjanya. Sebaliknya, karyawan yang kepuasan kerjanya rendah, cenderung melihat pekerjaan sebagai hal yang menjemukan dan membosankan,
viii
sehingga ia bekerja dengan terpaksa dan asal-asalan. Untuk itu merupakan keharusan bagi perusahaan untuk mengenali faktor-faktor apa saja yang membuat karyawan puas bekerja di perusahaan, karena dengan tercapainya kepuasan kerja karyawan, maka produktivitas pun akan meningkat. Kepuasan kerja merupakan hal yang penting untuk diperhatikan dalam suatu organisasi karena akibat-akibat yang muncul dari ketidakpuasan kerja akan sangat merugikan baik bagi karyawan itu sendiri maupun organisasi (Astuti, 2002). Karyawan yang merasakan bahwa komunikasi yang terjalin dengan baik akan menunjukkan sikap-sikap positif dalam pekerjaannya yang berarti menunjukkan kepuasan kerja yang dirasakannya (Marina, 2006). Komunikasi yang baik adalah komunikasi yang mampu menumbuhkan saling pengertian antara pihak-pihak yang melakukan komunikasi (Astuti, 2002). Rakhmat (Savitri, 2007) menyatakan bahwa komunikasi yang baik bukan hanya sekedar kepandaian berbicara, melainkan komunikasi itu sendiri bersifat efektif atau berkualitas, yang menjadi soal bukanlah berapa kali komunikasi dilakukan, tetapi bagaimana komunikasi itu dilakukan. Komunikasi yang efektif menurut Thoha (2002) dapat dicapai apabila terdapat keterbukaan, empati, dukungan, kepositifan dan kesamaan. Dengan keterbukaan komunikasi antara atasan dan bawahan, maka karyawan akan mendapatkan informasi yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaannya. Kualitas komunikasi akan sulit dicapai apabila kemampuan untuk melakukan empati kurang. Pimpinan harus menujukkan kesungguhan hatinya berkomunikasi dengan bawahan. Perhatian yang cukup yang diberikan atasan terhadap kebutuhan
ix
karyawan menjadi aspek pendukung adanya kepuasan kerja. Dengan dukungan maka akan tercapai komunikasi yang efektif. Dukungan adakalanya terucapkan dan adakalanya tidak terucapkan. Dukungan yang tidak terucapkan, seperti anggukan kepala, senyum, dan juga tepukan tangan tidaklah mempunyai nilai yang negatif, melainkan dapat merupakan aspek positif dari komunikasi (Thoha, 2002). Komunikasi akan efektif jika terdapat perhatian yang positif terhadap diri karyawan terhadap atasan (Thoha, 2002). Jika karyawan mempunyai perasaan positif maupun negatif terhadap dirinya, dan mengkomunikasikan perasaan tersebut kepada atasan, maka atasan kemungkinan akan mengembangkan rasa positif atau negatif pula sesuai dengan karyawan yang menyampaikan informasi. Kesamaan adalah salah satu indikasi adanya keefektifan dalam berkomunikasi (Thoha, 2002). Kesamaan kepribadian bertujuan agar masing-masing pihak yang berkomunikasi merasa dihargai dan dihormati. Kesamaan merupakan karakteristik yang teristimewa, karena kenyataannya manusia tidak ada yang sama.
METODE PENELITIAN
A. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai pada Pusdiklat Departemen Dalam Negeri Regional Yogyakarta.
x
B. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala. Peneliti akan menggunakan dua buah skala untuk mengukur kedua variabel, yaitu: 1. Skala Kepuasan Kerja Alat ukur yang akan digunakan untuk mengukur kepuasan kerja yaitu skala kepuasan kerja. Skala ini di susun secara mandiri oleh peneliti berdasarkan aspek kepuasaan kerja yang dijelaskan oleh Luthan (2006), yaitu aspek pekerjaan, aspek gaji, aspek promosi, aspek pengawas, dan aspek rekan kerja (Luthan, 2006).
2. Skala Komunikasi Dengan Atasan Alat ukur yang akan digunakan untuk mengukur tingkat komunikasi dengan atasan pada penelitian ini yaitu skala komunikasi dengan atasan yang dibuat secara mandiri oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek komunikasi menurut Thoha (2002), yaitu kesamaan, kepositifan, dukungan, empati, dan keterbukaan.
C. Metode Analisis Data Penelitian ini termasuk jenis penelitian korelasional, yaitu mencari hubungan antara komunikasi dengan atasan dengan kepuasan kerja. Untuk metode analisis data, peneliti menggunakan analisis statistik. Penelitian menggunakan statistik korelasi product moment Pearson. Teknik korelasi ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara komunikasi dengan atasan dengan
xi
kepuasan kerja. Untuk pengolahan data, peneliti menggunakan program komputer SPSS 12.00 for Windows.
HASIL PENELITIAN
1. Hasil Uji Asumsi Sebelum melakukan analisis data , terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yang meliputi uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas dan uji linieritas merupakan syarat sebelum dilakukannya pengetesan nilai korelasi, dengan maksud agar kesimpulan yang ditarik tidak menyimpang dari kebenaran yang seharusnya ditarik (Hadi, 1996). a. Uji Normalitas Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah variabel penelitian ini terdistribusi secara normal atau tidak. Kaidah yang digunakan yaitu jika p>0,05 maka sebaran data normal, sedangkan jika p<0,05 maka sebaran data tidak normal. Uji normalitas dengan menggunakan teknik one-sample KolmogorofSmirnov Test dari program SPSS 12.00 for Window menunjukkan nilai K-SZ sebesar 0,422 dengan nilai p = 0,994 (p > 0.05) untuk kepuasan kerja dan nilai KSZ sebesar 0,932 dengan p = 0,351 (p > 0.05) untuk komunikasi dengan atasan. Hasil uji normalitas ini menunjukkan bahwa kepuasan kerja dan komunikasi dengan atasan memiliki sebaran normal.
xii
b. Uji Linieritas Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah variabel kommunikasi dengan atasan dan intensi kepuasan kerja memiliki hubungan yang linear. Hubungan antara kedua variabel dikatakan linier apabila p<0,05 begitu pula sebaliknya, hubungan antara kedua variabel dikatakan tidak linier apabila p>0,05. Hasil uji linearitas dengan menggunakan program SPSS (Statistic Program For Social Science) 12.00 for Windows dengan teknik Compare Means menunjukkan F = 18,714; p = 0,001. Berdasarkan hasil analisis di atas, dapat dikatakan bahwa hubungan kedua variabel tersebut adalah linier karena p<0,05.
2. Uji Hipotesis Untuk mengetahui adanya hubungan antara komunikasi dengan atasan dengan kepuasan kerja, maka digunakan uji korelasi dengan menggunakan korelasi product moment dari Pearson dengan menggunakan program komputer SPSS (Statistic Program For Social Science) 12.00 for Windows. Hasil analisis data menunjukkan korelasi antara variabel kepusan kerja dengan komunikasi dengan atasan, nilai r = 0,585 dengan p = 0,000 (p<0,01). Hal ini berarti menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara komunikasi dengan atasan dengan kepuasan kerja, sehingga hipotesis yang diajukan dapat diterima. Analisis koefisien determinasi pada korelasi antara kepuasan kerja dengan komunikasi dengan atasan menunjukkan angka sebesar 0,342 yang berarti
xiii
komunikasi dengan atasan memberikan sumbangan sebesar 34,2% terhadap kepuasan kerja.
3. Analisa Tambahan Untuk memperkaya hail penelitian yang telah didapatkan maka dilakukan analisa tambahan yaitu berupa analisis faktor demografi dengan kepuasan kerja berdasarkan hasil deskripsi subjek yang telah didapatkan. Dari analisis yang dilakukan, didapatkan hasil bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara pegawai laki-laki dan pegawai perempuan dalam mengalami perasaan kepuasaan kerja. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara pegawai yang memiliki rentang usia 23 – 38 tahun dan pegawai yang memiliki rentang usia 39 – 54 tahun dalam mengalami perasaan kepuasaan kerja. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara pegawai yang memiliki rentang lama bekerja 1 – 15 tahun dan pegawai yang memiliki rentang lama bekerja 16 – 24 tahun dalam mengalami perasaan kepuasaan kerja. Tidak ada perbedaan yang signifikan antara pegawai yang memiliki pendidikan SMA - D3 dan pegawai yang memiliki pendidikan S1 – S2 dalam mengalami perasaan kepuasaan kerja.
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis data penelitian, maka hipotesis yang telah diajukan, yaitu ada hubungan positif antara komunikasi dengan atasan dengan kepuasan kerja dapat diterima. Hasil analisis korelasi dengan menggunakan teknik
xiv
korelasi product moment dari Pearson menunjukkan koefisien korelasi (r) sebesar 0,585 dengan p = 0,000 (p<0,01), dengan hasil tersebut dapat diartikan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara antara komunikasi dengan atasan dengan kepuasan kerja. Semakin tinggi komunikasi dengan atasan maka semakin tinggi kepuasan kerja. Hal tersebut diatas juga didukung oleh kategorisasi yang dihasilkan oleh responden dalam penelitian ini. Hasil pengkategorian dengan membandingkan mean hipotetik dan mean empirik pada skala kepuasan kerja berada dalam kategori sedang hingga tinggi yaitu sebesar 68%, sedangkan hasil kategorisasi dengan membandingkan mean hipotetik dan mean empirik pada skala komunikasi dengan atasan berada pada kategori sedang hingga tinggi yaitu sebesar 73%, hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar subyek penelitian ini memiliki kepuasan kerja yang cukup tinggi, dan didukung komunikasi dengan atasan yang juga cukup tinggi. Tingginya kepuasan kerja pada subyek penelitian di sebabkan oleh tingginya tingkat komunikasi dengan atasan yang dimiliki. Komunikasi dengan atasan yang baik pada diri seorang pegawai akan mendukung kepuasan kerja yang dimilikinya. Jadi jika seorang pegawai memiliki komunikasi dengan atasan yang baik maka kepuasan kerja bisa dirasakan oleh pegawai tersebut. Diterimanya hipotesis penelitian ini menunjukkan bahwa komunikasi dengan atasan berhubungan dengan kepuasan kerja dimana komunikasi memberikan sumbangan sebesar 34,2 % terhadap kepuasan kerja dan selebihnya sebesar 65,8 % dipengaruhi oleh faktor lain di luar komunikasi. Faktor lain di luar
xv
komunikasi, yang mempengaruhi kepuasan kerja dijelaskan oleh Blum (As’ad, 1998) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja, antara lain faktor individual, meliputi umur, kesehatan, watak, dan harapan. Faktor yang lain yaitu faktor
sosial,
meliputi
hubungan
kekeluargaan,
pandangan
masyarakat,
kesempatan berekreasi, kegiatan perserikatan pekerja, kebebasan berpolitik, dan hubungan kemasyarakatan. Faktor utama dalam pekerjaan, meliputi upah, pengawasan, ketentraman kerja, kondisi kerja, dan kesempatan untuk maju. Selain itu juga penghargaan terhadap kecakapan, hubungan sosial di dalam pekerjaan, ketepatan dalam menyelesaikan konflik antar manusia, perasaan diperlakukan adil baik yang menyangkut pribadi maupun tugas.
KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif yang sangat signifikan antara komunikasi dengan atasan dengan kepuasan kerja. Hal ini berarti semakin tinggi kualitas komunikasi dengan atasan maka semakin tinggi kepuasan kerja pada karyawan. Begitu pula sebaliknya semakin rendah kualitas komunikasi dengan atasan maka semakin rendah kepuasan kerja pada karyawan. Jadi hipotesis yang menyatakan ada hubungan positif antara komunikasi dengan atasan dengan kepuasan kerja dapat diterima
xvi
SARAN
Dalam penelitian tentunya masih ada banyak kekurangan, begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis, sehingga penulis merasa perlu memberikan saran-saran yang dapat membangun yang ditujukan kepada beberapa pihak. Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan, ada beberapa hal yang dapat disarankan, antara lain: 1. Pegawai Pusdiklat Depdagri Yogyakarta Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa ada hubungan antara komunikasi dengan atasan dengan kepuasan kerja. Oleh karena itu, diharapkan para pegawai dapat lebih terlibat dengan pekerjaannya dan menjalin hubungan yang baik dengan para sesama pegawai dan atasan, sehingga akan tercipta keharmonisan dan kenyamanan di lingkungan kerja, dan para pegawai selalu mengasah seluruh potensi dan kemampuan yang dimiliki untuk meningkatkan performa kerja dan selalu berusaha untuk menjadi lebih baik. 2. Peneliti selanjutnya ?
Peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian mengenai kepuasan kerja dengan komunikasi dengan atasan, disarankan untuk lebih menggunakan subjek yang sesuai dengan topik tersebut, dengan menggunakan subjek yang benar-benar mengalami masalah komunikasi dengan atasan, dan masalah tersebut benar-benar mempengaruhi kepuasan kerjanya.
xvii
?
Peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian mengenai kepuasan kerja, disarankan untuk menggunakan metode penelitian kualiatif. Hal ini dikarenakan metode kualitatif dirasa sebagai metode yang tepat untuk menggali segala informasi dari subyek mengenai kepuasan kerja dan komunikasi dengan atasan. Selain wawancara mendalam, di perlukan juga observasi dan wawancara langsung dengan atasan sehingga mendukung data yang diambil.
?
Peneliti sebaiknya menggunakan teori baru serta mencari aspek kepuasan kerja yang lebih sesuai dengan permasalahan, dengan menambah referensi buku dan jurnal-jurnal industri terbaru, khususnya yang berbahasa asing.
?
Peneliti selanjutnya diharapkan dapat memiliki banyak data kepuasan kerja di lokasi penelitian sehingga benar-benar bisa menujukkan adanya masalah di lokasi penelitian, dan kepekaan peneliti dalam melihat permasalahan yang ada di lokasi penelitian untuk dapat lebih diteliti sangatlah diperlukan agar hasil penelitian dapat dimanfatkan untuk mengatasi masalah yang ada tersebut.
?
Peneliti selanjutnya juga diharapkan lebih cermat dalam memilih waktu pengambilan data, agar para subyek dapat benar-benar dalam kondisi yang siap untuk menjawab atau memberikan merespon pada skala penelitian, sehingga tidak akan ada angket yang dibawa pulang dan lupa untuk dikembalikan.
xviii
DAFTAR PUSTAKA Adianto, H. 2005. Analisis Pengaruh Karakteristik Pekerjaan dan Kepuasan Kerja Terhadap Performansi Kerja Operator pada Bagian Produksi. Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Vol. 7, No. 2, September 2005: 125-138 Anaroga, P. 2001. Psikologi Kerja. Jakarta: PT. Rineka Cipta
As’ad, M. 1998. Seri Ilmu Sumber Daya Manusia: Psikologi Industri. Edisi Keempat. Yogyakarta: Liberti Astuti, F. 2002. Hubungan Persepsi Terhadap Imbalan Kerja dan Komuniksi Dua Arah (Ataan-Bawahan) Dengan Kepuasan Kerja Karyawan. Skripsi (Tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia Azwar, S. 1997. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Azwar, S. 2003. Reliabilitas dan Validitas Cetakan IV. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Bovee, C. L., dan Thill, J. V. 2002. Komunikasi Bisnis. Edisi Enam. Terjemahan: Alex Sindoro. Jakart: PT. Prenhallindo Davis, K. L., dan Newstrom, J. W. 1989. Human Behavior at Work: Organizational Behavior. 8th Ed. Singapore: McGraw Hill Book Co, Inc. Emporium, M. 2006. Kepuasan Kerja Menurun. http://portal.cbn.net.id/cbprtl/cyberjob/detail.aspx?x=Hot+Topic&y=cybe rjob%7C0%7C0%7C3%7C1615 Nov 2006 14:32:00 WIB Effendy, O. U. 2002. Dinamika Komunikasi. Bnadung: Remaja Rosdakarya Gitosudarmo & Sudita. 2000. Perilaku Keorganisasian. Edisi Pertama. Yogyakarta: PT. BPFE Hadi, S. 1996. Statistik 2. Yogyakarta: Andi Offset
xix
Handoko, T. H. 1999. Manajemen Personalia Dan Sumberdaya Manusia. Yogyakarta: BPFE Kartono, K. 2002. Psikologi Sosial Untuk Manajemen, Perusahaan & Industri. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Keser, A. 2005. The Relationship between Job and Life Satisfaction in Automobile Sector Employees in Bursa Turkey. “Ýþ,Güç” Endüstri Ýliºkileri ve Ýnsan Kaynaklarý Dergisi. Cilt:7 Sayý:2 , Haziran 2005, ISSN: 1303-2860 Koesmono, T. 2005. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Motivasi Dan Kepuasan Kerja Serta Kinerja Karyawan Pada Sub Sektor Industri Pengolahan Kayu Skala Menengah Di Jawa Timur. Jurnal Manajemen & Kewirausahaan, Vol. 7, No. 2, September 2005: 171-188 Kuswadi. 2004. Cara Mengukur Kepuasan Karyawan. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo Luthans, F. 2006. Perilaku Organisasi. Edisi Kesepuluh (Terjemahan). Yogyakarta: Andi Copyright Manggala, D. P. 2004. Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Disiplin Kerja Karyawan Di Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Daerah Tingkat II Karawang. Undergraduate Theses from JBPTUNIKOMPP / 2004-10-15 09:35:50. http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptunikomppgdl-s1-2004-dikkypurna-591&q=Kerja Marina, G. E. 2006. Hubungan Antara Komuniksi Interpersonal Dengan Kepuasan Kerja Karyawan Bank Indonesia Cabang Yogyakarta. Skripsi (Tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Muhammad, A. 2005. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara
Munandar, A. S. 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: UI Press
xx
Murray, R. A.,1999. Job Satisfaction of Professional and Paraprofessional Library Staff at the University of North Carolina at Chapel Hill. A Master’s paper for the M.S. in L.S.degree. February, 1999. 56 pages. Advisor: Robert M. Losee. Prasetyo, Nurtjahjanti dan Indrawati. 2005. Komitmen Organisasi Ditinjau Dari Komunikasi Interpersonal Yang Efektif Di Tempat Kerja. Jurnal Psikologi Undip, Vol. 2, No. 1, Juni 2005 Purwanto, D. 2003. Komunikasi Bisnis. Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga
Robbins, S. P. 1998. Perilaku Organisasi: Konsep, Kontroversi dan Aplikasi. Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Prehallindo Savitri, R. A. 2007. Kesepian Ditinjau Dari Kualitas Komunikasi Pada Remaja Dengan Orangtua Tunggal. Skripsi (Tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Sudarsono, A. 2007. Andaikan http://www.jelajahsemesta.co.id/ ramadhan.html. 09:13
Maslow Memahami Ramadhan. andaikan-maslow-memahami-
Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta, CV.
Surayka, E. 1993. Hubungan Antara Komunikasi Atasan Bawahan Dengan Keterlibatan Kerja Pada Karyawan WITEL VI Semarang. Skripsi (Tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM Suryabrata, S. 2000. Pengembangan Alat Ukur Psikologi. Yogyakarta: Penerbit Andi Suryandari, Nurtjahjanti dan Indrawati. 2005. Hubungan Antara Efektivitas Komunikasi Atasan Bawahan Dengan Disiplin Kerja Bawahan Pada Anggota Kepolisian Di Kepolisian Resort Semarang. Jurnal Psikologi Undip, Vol. 2, No. 2, Desember 2005
xxi
Susanti, W. 2002. Hubungan Antara Kelelahan Kerja Dengan Kepuasan Kerja Pada Karyawan Di PT. PLN (Persero) Unit Bisnis Distribusi Jatim Area Pelayanan Malang. Undergraduate Theses from JIPTUMM / 2002-11-02 07:24:00 http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jiptumm-gdls1-2002-wahyu-5725-hubungan&q=Kerja Thoha, M. 2003. Perilaku Organisasi: Konsep Dasar Dan Aplikasinya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Tubbs, S. L., dan Moss, S. 2001. Humman Communication: Konteks-Konteks Komunikasi. Terjemahan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset ----------. 2007. Jemputan Dihapus, Karyawan http://www.suaramerdeka.com/harian/0706/14/slo03.htm14 2007.220308
Demo. Juni
----------. 2007. Dirut Bank Mandiri Dilaporkan Ke Mabes Polri. http://hukumonline.com/detail.asp?id=17944&cl=Berita 7/11/07.220308 ----------. 2008. Purnomo Minta Demo Tidak Ganggu Pelayanan PLN. http://www.kompas.com/read.php?cnt=.xml.2008.01.30.15171735&chann el=1&mn=15&idx=1 30 Januari 2008 | 15:17 WIB.220308
xxii
Identitas Penulis Nama
: Welly Mulya Sari
Alamat
: Jl. Kaliurang Km 12,5 Turen Sardonoharjo, RT 5, RW 2, No. 52, Tegal Rejo, Ngagglik, Sleman, Yogyakarta
No HP
: 081578842820
xxiii