NASKAH PUBLIKASI
KEBERMAKNAAN HIDUP REMAJA AKHIR YANG MENIKAH AKIBAT KEHAMILAN DI LUAR NIKAH
Oleh : EKAWATI NOVIKASARI HEPI WAHYUNINGSIH
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2007
NASKAH PUBLIKASI
KEBERMAKNAAN HIDUP REMAJA AKHIR YANG MENIKAH AKIBAT KEHAMILAN DI LUAR NIKAH
Telah Disetujui Pada tanggal
Dosen Pembimbing Utama
(Hepi Wahyuningsih, S.Psi, M.Si)
KEBERMAKNAAN HIDUP REMAJA AKHIR YANG MENIKAH AKIBAT KEHAMILAN DI LUAR NIKAH
Ekawati Novikasari Hepi Wahyuningsih
INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebermaknaan hidup remaja akhir yang menikah akibat kehamilan di luar nikah serta proses terbentuknya kebermaknaan hidup. Pertanyaan yang hendak diajukan adalah : Bagaimana kebermaknaan hidup yang dimiliki remaja akhir dengan status menikah setelah mengalami kehamilan di luar nikah. Subjek penelitian adalah remaja yang memiliki ciri khas tertentu yaitu berusia 19 sampai 25 tahun, tinggal di wilayah kecamatan T Sleman Yogyakarta dan sebelumnya telah diketahui bahwa remaja akhir tersebut menikah karena kehamilan. Sesuai dengan sifat penelitian kualitatif yang terbuka dan luwes, metode dan tipe pengumpulan data dalam penelitian kualitatif sangat beragam, disesuaikan dengan masalah, tujuan penelitian, serta sifat objek yang diteliti. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik wawancara mendalam dan observasi. Dalam hal analisis data, peneliti menggunakan salah satu cara yang sangat umum dalam menganalisis data yaitu : (a) Menggumpulkan data, (b) Membuat Koding, (c) Membuat tema, (d) Membuat kategori, dan (e) Melakukan penarikan kesimpulan. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitiaan kualitatif studi kasus yaitu suatu pendekatan mengenai situasi dan makna sesuatu yang di teliti. Penelitian kualitatif menghasilkan data deskriptif baik berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang maupun dari perilaku yang dapat diamati. Penelitian kualitatif di arahkan pada latar dan individu secara holistic (utuh atau keseluruhan). Hasil penelitian menggambarkan bahwa remaja akhir yang menikah akibat kehamilan di luar nikah yang merasakan kebermaknaan dalam hidupnya dapat terlihat dalam kehidupannya. Remaja akhir yang menikah akibat kehamilan di luar nikah yang merasakan kebermaknaan dalam hidupnya dapat menerima keadaan dirinya, memiliki perasaan yang positif terhadap diri dan lingkungannya, memiliki dorongan hidup yang positif dan terpenuhi dalam kebutuhan akan kasih sayang. Kebermaknaan hidup tersebut terbentuk dan berkembang dipengaruhi berbagai hal antara lain : penerimaan lingkungan, dukungan sosial, penyelesaian masalah, pemahaman moral, dll.
Kata kunci : Kebermaknaan hidup, Hamil di luar nikah.
IDENTITAS PENULIS
Nama
: Ekawati Novikasari
Alamat
: Ngemplak Kembangarum Rt 03/Rw29 Donokerto Turi Sleman Yogyakarta 55551
Alamat rumah
: Ngemplak Kembangarum Rt 03/Rw29 Donokerto Turi Sleman Yogyakarta 55551
Telephon/HP
: 081 802 744 752
PENGANTAR
Setiap ciptaan Tuhan memiliki hak untuk mengembangkan diri dan hidup damai, tak terkecuali mereka para remaja yang sedang dalam masa pencarian jati dirinya. Menurut Michaelis (Zulkifli, 1992) pada awal masa remaja seseorang mengalami perkembangan jasmani yang pesat karena organ-organ tubuh saat ini sedang mampu-mampunya mengatasi gangguan-gangguan yang didorong oleh perkembangan kelenjar jenis. Menurut Hall (Sarwono, 2002) masa remaja adalah masa antara usia 12 sampai dengan usia 25 tahun, penuh tekanan dan badai (strum und drang) yang mencerminkan kebudayaan modern yang penuh gejolak akibat pertentangan nilai-nilai. Selain itu, menurut Sarwono (Bachtiar, 2004) remaja adalah individu yang sedang mengalami perkembangan baik fisik maupun mental. Pada masa ini, remaja mengalami perkembangan seksual. Kematangan organ seksualnya mulai berfungsi, baik untuk reproduksi (menghasilkan keturunan) maupun rekreasi (mendapatkan kesenangan). (Imran dalam Pratiwi, 2004). Perkembangan fisik remaja diawali pubertas. Terjadi perubahan penampilan, bentuk maupun proporsi tubuh, serta fungsi fisiologis berupa kematangan organ seksual. Hormon yang mulai berfungsi juga mempengaruhi dorongan seksual, sehingga remaja mulai tertarik terhadap lawan jenis dan ingin mendapatkan kepuasan seksual. Pada masa ini juga, muncul berbagai macam perilaku termasuk perilaku negatif dan menyimpang seperti merokok, minum minuman keras, menggunakan obat-obatan terlarang, bahkan terlibat dalam hubungan seks bebas. Pada masa
remaja terjadi pula perubahan perilaku sosial, saat ini mereka mulai menjalin hubungan yang lebih luas dengan teman sebayanya. Pergaulan yang semakin luas ini tidak hanya sebatas pada teman sejenis melainkan juga teman lain jenis bahkan ada diantara mereka yang menjalin hubungan lebih intim atau biasa disebut pacaran. Pacaran menurut Pratiwi (2004) merupakan salah satu bentuk ekspresi akibat adanya perbedaan naluriah seks dua jenis kelamin. Pacaran dalam kehidupan remaja memiliki dampak positif yaitu adanya proses penyesuaian dengan pasangannya, belajar berkonflik, belajar mengambil keputusan, saling terbuka, saling menghargai satu sama lain dalam posisi yang setara. Meskipun pacaran memberikan fungsi sosial yang penting pada remaja, tetapi terlalu banyak pacaran mungkin tidak memberikan perkembangan psikologis. Vockell (Pratiwi, 2004) mengemukakan, bahwa orang-orang yang pacaran terlalu menyita waktu dari aktivitas lain akan membuat hubungan sosial dan prestasi akademik menurun Hubungan pacaran yang hanya bertujuan untuk kesenangan semata diduga membawa pengaruh masuknya anak remaja kedalam seks pranikah. Beberapa tahun belakangan ini, di Indonesia umumnya dan Yogyakarta khususnya marak dengan kasus-kasus kehamilan di luar nikah. Kehamilan menurut Hurlock (1999) adalah awal kehidupan baru yang dimulai dengan bersatunya sel seks pria dan sel seks wanita. Kehamilan juga dapat diartikan sebagai hasil pertemuan antara sel telur (ovum) dan sel mani (spermatozoon) dalam tubuh wanita yang dilakukan melalui persetubuhan atau
coitus pada masa ovulasi. (Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, 1983). Sedangkan pernikahan atau sering disebut perkawinan menurut hukum Islam adalah suatu perjanjian untuk mensyahkan hubungan seksual dengan lawan jenis dengan memenuhi syarat-syarat dan rukun tertentu. (Ikhsan, 2004). Kehamilan di luar nikah dapat diartikan sebagai hasil pertemuan antara sel telur dan sel sperma melalui hubungan seksual yang dialukan tanpa diawali dengan suatu perjanjian yang mensahkan hubungan seksual tersebut. Dengan kata lain kehamilan di luar nikah pada remaja akhir adalah kehamilan yang terjadi akibat hubungan seksual antara remaja laki-laki dan perempuan yang belum secara sah menikah. Menurut sudut pandang agama, hubungan seksual yang dilakukan di luar lembaga perkawinan yang sah merupakan tindakan perzinahan. (Kartono, 1992). Menurut catatan Pusat Layanan dan Informasi Remaja (pilar) PKBI dalam situs www. Suaramerdeka.com/harian/0406/27/kot05.htm disebutkan bahwa kasus kehamilan diluar nikah dari tahun-ketahun semakin meningkat. Tercatat tahun 2002 terdapat 50 kasus, tahun 2003 terdapat 97 kasus dan tahun 2004 terdapat 101 kasus. Sedangkan menurut data dari
Pusat Studi Seksualitas (PSS) PKBI
Yogyakarta (Koran Merapi, 1 Mei 2006) diketahui bahwa pada tahun 2004 kasus kehamilan tidak dikehendaki tercatat 560 kasus, tahun 2005 menunjukkan penurunan yaitu 550 kasus. Angka tersebut adalah angka yang berhasil dicatat oleh pilar dan Pusat Studi Seksualitas, sedangkan kasus yang tercatat dalam
lembaga lain atau kasus yang belum tercatat kemungkinan lebih besar dari angka tersebut. Menurut Prof. Dr. Wimpie Pangkahila, Guru besar fakultas Kedokteran Universitas Udayana, setiap tahun terjadi 2,5 juta kasus aborsi di Indonesia. Yang lebih mengejutkan lagi, dari 2,5 juta kasus tersebut, 1,5 juta kasus diantaranya dilakukan oleh remaja. (Kartini, no.2151 edisi 27 Oktober-14 November 2005). Kenyataan seperti ini sangat menyedihkan. Namun dari sekian banyak kasus aborsi, ada sebagian lainnya yang berusaha mempertahankan kehamilannya dan memilih menikah sebagai solusinya. Idealnya seorang remaja akhir memiliki persiapan yang matang saat memutuskan untuk berumah tangga ataupun memiliki anak. Seseorang yang telah memiliki kesiapan untuk berumahtangga tentunya akan memiliki kesiapan pula dalam menghadapi kehamilan. Namun, berbeda pada seorang remaja akhir yang mengalami kehamilan di luar nikah tentunya akan berbeda pula dalam menghadapi dan menyikapi kehamilannya. Sebenarnya, remaja akhir yang mengalami kehamilan di luar nikah dan mau mempertahankan kehamilannya dapat terganggu pada kondisi sosial dan ekonominya dan juga pada kondisi psikologisnya. Norma-norma sosial yang berkembang di lingkungan tempat tinggal remaja akhir yang menikah akibat kehamilan di luar nikah juga dapat mempengaruhi keadaan psikologis remaja tersebut. Remaja akhir yang hamil di luar nikah seringkali dihujat, ditolak, dianggap
sebagai
pembawa
aib
atau
menjadi
pergunjingan
di
dalam
lingkungannya. (Ikhsan, 2004). Lebih parahnya lagi diantara mereka ada yang dikucilkan oleh keluarga dan masyarakat serta menjadi bahan perbincangan
masyarakat sekitar bahkan dianggap sebagai pembawa aib bagi masyarakat dan lingkungannya atau bahkan ada pula yang diusir dari lingkungannya. (Hasil pengamatan awal peneliti). Beban psikologis akan semakin bertambah ketika remaja akhir yang mengalami kehamilan di luar nikah tersebut menikah. Kewajiban sebagai istri dan calon ibu membutuhkan tanggungjawab yang besar membuat remaja akhir tersebut semakin terbebani. Wanita seusia remaja akhir yang seharusnya masih dalam tahapan mempersiapkan kehidupan pernikahan dan mempersiapkan karier ekonomi terpaksa melakukan kewajiban yang seharusnya belum dilakukannya dapat membuat remaja akhir tersebut merasa tertekan. Belum lagi ketika harus memasuki lingkungan keluarga yang baru dengan kebiasaan dan aturan yang baru pula dapat membuat beban psikologis remaja akhir tersebut bertambah. Selain itu, pernikahan yang diawali oleh kehamilan di luar nikah rentan dengan masalah dan konflik karena sama-sama belum dewasa dan belum siap memikul tanggung jawab sebagai orangtua bahkan kadang pernikahan tersebut sulit untuk dipertahankan sehingga seringkali berakhir dengan perceraian. (Zein, 2005). Hal tersebut dapat membuat kehidupan remaja akhir yang mengalami kehamilan di luar nikah terasa tidak berarti, tidak bahagia dan akhirnya menjadi tidak bermakna. Makna hidup adalah hal-hal yang dipandang penting, dirasakan berharga dan diyakini sebagai sesuatu yang benar serta dapat dijadikan tujuan hidup (Bastaman, 1995). Frankl (2003) mengartikan makna hidup sebagai sesuatu hal yang unik dan spesifik yang harus dicari dan ditemukan sendiri oleh individu tersebut.
Crumbaugh dan Maholick (Koswara dalam Rahmatun, 2005) menyatakan bahwa kebermaknaan hidup adalah seberapa besar seseorang mengalami dan merasa hidupnya berarti. Tasmara (2001) menegaskan bahwa kebermaknaan hidup adalah seluruh keyakinan serta cita-cita yang paling mulia yang dimiliki seseorang. Makna hidup menurut Tasmara (2001) adalah cara seseorang untuk mengisi kehidupannya dan memberikan gambaran menyeluruh yang menunjukkan arah dalam caranya manusia berhubungan dengan lingkungan sekitarnya. Makna hidup merupakan suatu hal yang unik dan hanya dapat dipenuhi oleh orang tersebut dan tidak dapat diberikan oleh orang lain. Mereka yang menghayati hidup bermakna menunjukkan corak kehidupan yang penuh gairah dan optimisme dalam menjalani kehidupan sehari-hari dan mereka mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan. Mereka menjalani kehidupan sehari-hari dengan penuh semangat dan memiliki tujuan hidup yang jelas, baik tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka panjang. Kegiatan sehari-hari akan semakin terarah dan dikerjakan dengan penuh tanggung jawab. Adapun ciri-ciri orang yang mampu menemukan makna hidup dan menghayati makna hidup menurut Schultz (Schultz, 1991) adalah : a. Bebas memilih langkah dan tindakannya sendiri b. Secara pribadi bertanggungjawab terhadap tingkah laku hidup dan sikap menghadapi nasib c. Tidak ditentukan oleh kekuatan-kekuatan dari luar dirinya d. Telah menemukan arti dalam kehidupan yang sesuai dengan dirinya e. Secara sadar mengontrol hidupnya
f. Mampu mengungkapkan nilai-nilai daya cipta, nilai-nilai pengalaman dan nilai-nilai sikap g. Telah mengatasi perhatian terhadap dirinya h. Berorientasi pada masa depan, mengarahkan dirinya pada tujuan dan tugastugas yang akan datang i. Memiliki alasan untuk meneruskan kehidupan j. Memiliki komitmen terhadap pekerjaan k. Mampu memberi dan memerima cinta Gambaran mengenai hidup yang bermakna menunjukkan bahwa bila makna hidup ditemukan dan tujuan hidup berhasil direalisasikan, maka kehidupan akan dirasakan sangat berarti (meaningful) yang pada gilirannya akan menimbulkan kebahagiaan (happiness). Sehingga dapat dikatakan bahwa kebahagiaan adalah akibat dari keberhasilan seseorang memenuhi arti hidupnya. (Bastaman, 1995). Menurut Frankl (Bastaman, 1996), terdapat 5 (lima) faktor kebermaknaan hidup yang satu sama lain erat berhubungan serta saling menunjang, yaitu : a.
Pemahaman Diri
b.
Bertindak Positif
c.
Pengakraban Hubungan
d.
Pendalaman dan Penerapan Tri Nilai Adapun nilai-nilai tersebut adalah sebagai berikut : 1.
Creative Value (nilai-nilai kreatif)
2.
Experiental Values (nilai-nilai penghayatan)
3.
Attitudinal Values (Nilai-nilai bersikap)
e.
Ibadah Kelima faktor diatas disebut Panca Cara Temukan Makna Hidup (Bastaman,
1995). Kelima faktor yang menjadi metode untuk menemukan makna hidup tujuannya untuk menjajagi sumber makna hidup dari kehidupan sehari-hari dan lingkungan sekitarnya. Sedangkan aspek kebermaknaan hidup menurut O’Connor dan Chamberlain (Leath,1999) adalah : Aspek Kognitif, Aspek Motivasional, dan Aspek Afektif. Dari uraian dan berbagai fenomena yang terurai diatas, jelas bahwa kebermaknaan hidup mempunyai peran dalam diri seseorang termasuk remaja akhir yang menikah akibat kehamilan di luar nikah. Remaja akhir yang menikah akibat kehamilan di luar nikah mempunyai kebermaknaan hidup yang khas dan menarik untuk diteliti mengingat keberadaan remaja akhir yang menikah akibat kehamilan di luar nikah hidup dalam kondisi kontroversi. Kebermaknaan hidup remaja akhir yang menikah akibat kehamilan di luar nikah berbeda-beda tergantung pada kemampuannya memahami diri. Kebermaknaan hidup yang dapat dirasakan, akan membuat remaja akhir mampu mengaktualisasikan diri, hidup wajar dan diterima dalam masyarakat. Bagaimana kebermaknaan hidup yang dimiliki remaja akhir yang menikah akibat kehamilan di luar nikah?
METODE PENELITIAN
A. Desain penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor (Moleong, 2005) adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif baik berupa katakata tertulis atau lisan dari orang-orang maupun dari perilaku yang dapat diamati. Penelitian kualitatif di arahkan pada latar dan individu secara holistic (utuh atau keseluruhan). Penelitian yang dilakukan ini menggunakan rancangan penelitian studi kasus. Penelitian studi kasus
menurut Muslimin (Muslimin, 2002) adalah
penelitian yang meneliti segala segi sosial dari suatu kelompok atau golongan tertentu, yang masih belum di ketahui orang lain. Menurut Alsa (Alsa, 2003) menyatakan bahwa penelitian dengan rancangan studi kasus dilakukan untuk memperoleh pengertian yang mendalam mengenai situasi dan makna sesuatu atau subjek yang di teliti. Penelitian studi kasus lebih mementingkan proses daripada hasil, lebih mementingkan konteks daripada suatu variable khusus, lebih ditujukan untuk menemukan sesuatu daripada kebutuhan informasi (Alsa, 2003).
B. Fokus Penelitian Fokus penelitian pada penelitian ini adalah kebermaknaan hidup remaja akhir yang menikah akibat kehamilan di luar nikah.
C. Subjek Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di wilayah Kecamatan T, Sleman Yogyakarta. Subjek penelitian pada penelitian ini adalah remaja akhir yang berusia antara 19 tahun sampai 25 tahun dan sebelumnya telah diketahui bahwa subjek melakukan pernikahan karena mengalami kehamilan diluar nikah. Subjek menikah dengan laki-laki yang menghamilinya dan sampai saat ini masih menjalani kehidupan pernikahannya.
D. Metode Pengumpulan Data Metode ini digunakan untuk mencari data-data dan informasi di lapangan, dalam hal ini penulis menggunakan tehnik-tehnik pengumpulan data sebagai berikut : 1. Wawancara Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif sehingga metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode pengumpulan data kualitatif berupa wawancara. Wawancara menurut Chadwick, Bahr, dan Albert (Muslimin, 2002) merupakan suatu bentuk pengumpulan data yang paling dasar. Sedangkan Black dan Dhampion (Muslimin, 2002) mengemukakan bahwa wawancara adalah teknik penelitian yang paling sosiologis karena wawancara lebih mengedepankan interaksi terutama interaksi verbal antara peneliti dan responden. Wawancara pada penelitian ini merupakan metode primer karena metode ini yang digunakan sebagai metode yang utama. Bentuk
wawancara terstruktur tetapi tidak terstandar dirasa paling sesuai untuk penelitian ini karena berupaya untuk menyelidiki hal yang masih baru, dan menimbulkan suasana yang sangat dekat antara interviewer dengan interviewee, interviewee dapat bebas menjawab pertanyaan tanpa merasa dibatasi. 2. Observasi Menurut Bogdan (Moleong, 2005) pengamatan adalah penelitian yang bercirikan interaksi sosial yang memakan waktu cukup lama antara peneliti dengan subjek dalam lingkungan subjek dan selama itu data dicatat dalam bentuk catatan lapangan yang dikumpulkan secara sistematis dan berlaku tanpa gangguan. Tehnik ini digunakan untuk melakukan pengamatan langsung baik pada saat wawancara berlangsung ataupun dalam kehidupan sehari-hari. Pada penelitian ini, tehnik observasi digunakan sebagai metode penelitian sekunder karena hasil dari metode observasi ini digunakan sebagai data pendukung hasil wawancara yang merupakan metode primer dalam penelitian ini.
E. Metode Analisis Data Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian berupa penelitian studi kasus. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang datadatanya berbentuk kata-kata atau gambar seperti transkrip wawancara, fotografi, memo, dokumen personal atau dokumen lain bukan berupa angka-angka. (Alsa,
2004).
Penelitian tentang kebermaknaan hidup yang dilakukan penulis ini
merupakan penelitian kualitatif studi kasus. Oleh sebab itu metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis data kualitatif berupa analisis content atau analisis isi.
HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Kebermaknaan hidup merupakan bagian yang mendasar dari individu. Setiap individu memiliki kebermaknaan hidup yang berbeda. Bisa dikatakan kebermaknaan hidup merupakan pengalaman subjektif. Yaitu pengalaman yang hanya dapat dirasakan oleh individu tersebut. Kebermaknaan hidup memiliki berbagai aspek sebagai bagiannya. Dari penelitian yang dilakukan peneliti, secara umum terdapat beberapa aspek yang berkaitan dengan kebermaknaan hidup pada remaja akhir yang menikah akibat kehamilan diluar nikah. Aspek tersebut antara lain : pandangan terhadap diri, perasaan diri, kasih sayang, motivasi. Kebermaknaan hidup yang dirasakan oleh subjek selama kehidupan adalah merupakan hal yang unik dan khas pada individu. Kebermakanaan hidup juga dipengaruhi
oleh
beberapa
hal
dalam
perkembangannya.
Faktor
yang
mempengaruhi kebermaknaan hidup remaja akhir yang menikah akibat kehamilan di luar nikah yang didapat dari subjek-subjek penelitian antara lain : Dukungan keluarga, hambatan, interaksi sosial, penerimaan diri, penerimaan lingkungan, moral, sosial dan managemen konflik. Hanya saja faktor-faktor tersebut tidak
mutlak ada pada masing-masing subjek. Hal tersebut mendasar pada keunikan dan pengalaman hidup masing-masing subjek tersebut. Adanya perbedaan kondisikondisi yang mempengaruhi kebermaknaan hidup, mengakibatkan kebermaknaan hidup individu berbeda. Kebermaknaan hidup yang dirasakan oleh remaja akhir yang menikah akibat kehamilan di luar nikah tampak dan dapat dilihat dengan adanya penerimaan terhadap diri dan penerimaan dari lingkungan, adanya kemampuan berinteraksi dengan lingkungan, memiliki managemen konflik yang baik dan tepat, memiliki motivasi yang tinggi serta memiliki rasa kasih sayang tehadap sesama. Selain itu, peran pemahaman keagamaan dan pelaksanaan ibadah juga memberikan sumbangan pada pembentukan kebermaknaan hidup remaja akhir yang menikah akibat kehamilan di luar nikah. Setiap subjek dalam penelitian mempunyai faktor yang berbeda-beda dalam terbentuknya kebermaknaan hidup. Namun dari sekian subjek terdapat beberapa persamaan dalam memaknai hidupnya. Subjek yang dapat merasakan kebermaknaan dalam hidupny cenderung di pengaruhi oleh faktor penerimaan diri, penerimaan lingkungan, interaksi sosial, motivasi, kasih sayang dan pelaksanaan ibadah.
B. Pembahasan Penelitian ini mendasarkan pada pertanyaan penelitian yaitu bagaimana kebermaknaan hidup yang dimiliki remaja akhir yang menikah akibat kehamilan di luar nikah?
Kebermaknaan hidup yang dirasakan oleh remaja akhir yang
menikah akibat kehamilan di luar nikah bervariasi, berbeda antara individu satu dengan yang lain. Remaja akhir yang menikah akibat kehamilan di luar nikah yang dapat merasakan kebermaknaan dalam hidupnya tampak dan dapat dilihat dengan adanya penerimaan terhadap diri, adanya motivasi yang dapat dilihat dari cara subjek melakukan kegiatannya dan adanya wujud dari kasih sayang yang diberikan dan diterima subjek. Kebermaknaan hidup akan semakin kuat dengan adanya penerimaan positif dari lingkungan, adanya kemampuan berinteraksi dengan lingkungan, memiliki penyelesaian masalah yang baik dan tepat. Selain itu, peran pemahaman keagamaan dan pelaksanaan ibadah juga memberikan sumbangan pada pembentukan kebermaknaan hidup remaja akhir yang menikah akibat kehamilan di luar nikah. Remaja akhir yang menikah akibat kehamilan di luar nikah yang dapat merasakan kebermaknaan dalam hidupnya, mampu memandang dan berpikir positif terhadap diri dan lingkungannya. Selain itu, remaja akhir yang menikah akibat kehamilan di luar nikah yang dapat merasakan kebermaknaan dalam hidupnya, menunjukkan penerimaan yang positif terhadap kehamilan dan pernikahannya dengan adanya keinginan untuk mempertahankan kehamilan dan pernikahannya. Akan tetapi remaja akhir yang menikah akibat kehamilan di luar nikah yang tidak dapat merasakan kebermaknaan dalam hidupnya, cenderung memandang negatif terhadap diri dan lingkungannya serta cenderung menerima dirinya secara negatif. Kebermaknaan hidup yang dapat dirasakan oleh remaja akhir yang menikah akibat kehamilan di luar nikah juga ditunjukkan dengan kemampuan
berinteraksi dengan lingkungan secara utuh dan konsisten ikut serta dalam kegiatannya. Remaja akhir yang menikah akibat kehamilan di luar nikah yang tidak dapat merasakan kebermaknaan dalam hidupnya, cenderung untuk menutup diri, tertekan, tidak nyaman, tersisih dan withdraw. Subjek ketiga cenderung dapat merasakan kebermaknaan dalam hidupnya. Hal ini ditandai dengan adanya keinginan subjek untuk tetap mempertahankan kehamilannya. Selain itu, subjek ketiga merasakan kebahagiaan baik selama menjalani kehamilan ataupun setelah menikah dan memiliki anak. Dari hasil wawancara dengan subjek ketiga disebutkan secara tidak langsung bahwa subjek merasa kehamilannya dapat menjadi jalan untuk mendapatkan restu orangtua dan keluarga. Dalam Al-qur’an surat Ar-Ruum ayat 21 telah dijelaskan bahwa : “Allah telah menciptakan jodohmu dari jenismu sendiri agar kamu menemukan ketenangan disampingnya, ia juga menemukan kasih sayang yang mengikat. Yang demikian itu merupakan ayat bagi kaum yang berpikir.”
Jelaslah dalam surat tersebut bahwa Allah mengehendaki ketenangan bagi umatnya dengan disediakannya jodoh pada masing-masing individu. Ketenangan tersebut akan dapat tercapai manakala mampu menjalankan segala sesuatu sesuai porsi dan hukum yang berlaku (sesuai norma yang dianut). Bagi siapapun umat manusia telah diciptakan jodoh bagi mereka hanya saja manusia wajib berusaha untuk menemukannya dengan jalan yang benar, sesuai dengan syariat agama yang dianut.
Menurut sudut pandang agama, hubungan seksual yang dilakukan di luar lembaga perkawinan yang sah merupakan tindakan perzinahan. (Kartono, 1992). Dalam al Qur’an surat Al Isra ayat 32 dijelaskan bahwa “Jangan kamu dekati zina, zina itu sungguh perbuatan keji dan jalan paling buruk.” (QS 17 : 32) Berdasarkan ayat tersebut, jelaslah bahwa Allah melarang umatnya untuk melakukan perbuatan yang termasuk dalam kategori zina seperti hubungan suami istri di luar lembaga perkawinan. Dengan kata lain, perzinahan atau hubungan seksual di luar lembaga pernikahan sangat bertentangan dengan norma agama dan norma dalam masyarakat. Namun secara psikologis, remaja akhir yang mengalami kehamilan di luar nikah biasanya cenderung tertekan dan merasa bersalah telah melakukan perbuatan yang bertentangan dengan norma yang berlaku. Apalagi bila ditambah dengan adanya pergunjingan bahkan pengucilan oleh lingkungannya hal ini akan semakin menambah beban pada remaja akhir yang mengalami kehamilan di luar nikah. Hingga pada akhirnya akan berimbas pada ketidakbermaknaan dalam hidup.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Kasus kehamilan di luar nikah yang semakin marak dikalangan remaja dapat menjadi bahan kajian terutama untuk memahami karakteristik dan keunikan kondisi psikologisnya. Sebagai manusia biasa, remaja akhir yang menikah akibat
kehamilan di luar nikah ingin di mengerti dan di pahami kebutuhan-kebutuhan psikologisnya terutama kebutuhan untuk mencapai kebermaknaan hidup. Kebermaknaan hidup memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia termasuk pada remaja akhir yang menikah akibat kehamilan di luar nikah. Dalam kebermaknaan hidup terdapat beberapa aspek seperti : kognitif, afektif dan motivasional serta dipengaruhi oleh faktor-faktor pembentuk kebermaknaan hidup. Kebermaknaan hidup yang dirasakan remaja akhir yang menikah akibat kehamilan di luar nikah ditandai dengan adanya pandangan diri positif, kebutuhan kasih sayang yang terpenuhi dengan baik, dorongan-dorongan hidup positif, penerimaan diri positif, penerimaan lingkungan yang baik, dukungan sosial yang positif serta pemahaman moral sebagai tolok ukur kehidupan juga kemampuan interaksi sosial yang baik. Sebaliknya, remaja akhir yang menikah akibat kehamilan di luar nikah yang tidak dapat menemukan dan merasakan kebermaknaan hidup cenderung tidak dapat menerima kondisi diri, tidak dapat menyalurkan dan mendapatkan kebutuhan kasih sayang, cenderung menarik diri dan tidak memiliki dorongan hidup yang positif.
B. Saran 1. Bagi remaja akhir yang menikah akibat kehamilan di luar nikah agar dapat menerima keadaan dirinya secara menyeluruh sehingga mampu meraih kehidupan yang berguna bagi diri sendiri, keluarga maupun lingkungan.
2. Bagi masyarakat umum agar tidak selalu berpandangan negatif terhadap remaja akhir yang menikah akibat kehamilan di luar nikah karena sesungguhnya mereka juga tidak menginginkan kehamilan tersebut terjadi pada
mereka.
Diharapkan
masyarakat
terutama
keluarga
dapat
memberikan dukungan moral bagi remaja akhir yang mengalami kehamilan di luar nikah sehingga mereka dapat berpikir jernih untuk melanjutkan kehidupannya. Selain itu, diharapkan agar masyarakat dapat lebih menanamkan nilai-nilai moral serta agama dalam kehidupan remaja sehingga kasus kehamilan di luar nikah pada remaja di masa yang akan datang dapat ditekan. 3. Bagi peneliti selanjutnya agar dapat melengkapi penelitian yang dilakukan peneliti kali ini. Mereka dapat melakukan pendampingan maupun penyuluhan terhadap remaja tentang dampak negatif kehamilan di luar nikah sehingga di masa yang akan datang kasus kehamilan di luar nikah pada remaja dapat dikurangi. Hal ini akan berguna bagi para remaja sehingga mereka dapat lebih mengoptimalkan potensi positif dalam dirinya.
DAFTAR PUSTAKA
Alsa, A. 2004. Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif serta Kombinasinya dalam Penelitian Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. 1983. Obstetri Fisiologi. Bandung : Elemen Bastaman, H. D. 1995. Integrasi Psikologi dengan Islam. Yogyakarta : Yayasan Insan Kamil dan Pustaka Pelajar . 1996. Meraih Hidup Bermakna. Jakarta : Paramadina Bachtiar, A. 2004. Cinta Remaja : Mengungkap Pola dan Perilaku Cinta Remaja. Yogyakarta : Saujana Dahlan, Zaini, H. 2002. Qur’an Karim dan Terjemahan Artinya. Yogyakarta : UII Press Frankl, V. E. 2003. Logoterapi : Terapi Psikologi Melalui Pemaknaan Eksistensi. Terjemahan Murtadlo. Yogyakarta : Kreasi wacana Hurlock, E. B. 1999. Psikologi Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Edisi kelima. Jakarta : Penerbit Erlangga Ikhsan, A. S, R. 2004. Agenda Cinta Remaja Islam : Menyelami Dunia Remaja, Sensai Pacaran, Masa Puber dan Gelora Seksualitas. Yogyakarta : Diva Press Kartini, no.2151 edisi 27 Oktober-14 November 2005 Kartono, K. 1992. Psikologi Wanita: Mengenal Ibu dan Nenek. Jilid 2. Bandung : Penerbit Mandar Maju Koran Merapi, 1 Mei 2006 Leath, C. 1999. The Experience of Meaning in Life from a Psychological Perspective. Junior Paper, Psychology Honors Program. United states : Univercity of Washington Moleong, L. J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya Pratiwi. 2004. Pendidikan Seks untuk Remaja. Yogyakarta : Tugu Publisher
Rahmatun, D. A. 2005. Hubungan antara Persahabatan dengan Kebermaknaan Hidup pada Mahasiswa. Skripsi. Tidak diterbitkan. Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia Sarwono, S.W. 2002. Psikologi Remaja. Edisi revisi. Jakarta : Rajagrafindo Persada Schultz, D. 1991. Psikologi Pertumbuhan : Model-model Kepribadian Sehat. Terjemahan. Yogyakarta : Penerbit Kanisius Tasmara, T. 2001. Kecerdasan Ruhaniah, Membentuk Kepribadian yang Bertanggungjawab, Profesional dan Berakhlak. Jakarta : Gema Insani Press www. Suaramerdeka.com/harian/0406/27/kot05.htm Zulkifli, L. 1992. Psikologi Perkembangan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya