HUBUNGAN PENDIDIKAN ORANG TUA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA DENGAN KEHAMILAN DI LUAR NIKAH DI DESA SUKOMULYO
Jumiatun ABSTRAK Pendidikan kesehatan tentang kesehatan reproduksi sebaiknya diberikan kepada anak supaya anak tidak salah pergaulan. Pendidikan kesehatan reproduksi yang diberikan antara lain perilaku hubungan seksual bisa menyebabkan penyakit HIV/PMS, memberikan informasi dasar yang tepat dan akurat mengenai berbagai risiko berhubungan seks yang tidak terlindung/tidak aman, mendiskusikan pengaruh sosial dan media terhadap perilaku seksual, mengembangkan model tentang cara menolak hubungan seksual yang tidak diinginkan dan membantu remaja memahami masyarakat dan pengaruh-pengaruh lainnya. Tujuan penelitian mengetahui hubungan antara pendidikan orang tua tentang kesehatan reproduksi pada remaja dengan kehamilan di luar nikah di Desa Sukomulyo. Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi remaja perempuan berumur 10-19 tahun yang ada di Desa Sukomulyo Kecamatan Kaliwungu Selatan Kabupaten Kendal pada bulan Juli 2015 sebanyak 47 remaja, dengan teknik sampling jenuh dan analisa penelitian dengan menggunakan analisa univariat dan bivariat dengan uji chi-square α = 0,05 Analisis hasil penelitian dari 44 responden, mayoritas responden menerangkan pendidikan kesehatan reproduksi baik sebanyak 25 orang (56,8%) dan mayoritas responden tidak hamil diluar nikah sebanyak 32 orang (72,7%). Analisa bivariat dihasilkan ada hubungan antara pendidikan orang tua tentang kesehatan reproduksi pada remaja dengan kehamilan di luar nikah (p=0,001 < 0,05). Disarankan kepada remaja lebih memilih teman yang baik, tidak melakukan kegiatan seks sebelum nikah dan pergaulan bebas pada Kata kunci :Pendidikan kesehatan reproduksi remaja, Kehamilan diluar nikah, Remaja PENDAHULUAN Remaja merupakan generasi penerus bangsa. Apabila remaja tidak dalam kondisi sehat secara optimal seperti salah pergaulan serta tidak mendapat pendidikan orang tua maka remaja tidak dapat diandalkan untuk menjadi generasi penerus bangsa (Widiastuti, 2010; h. 28). Batasan umur remaja menurut Soetjiningsih (2007; h. 45) yaitu umur 10-18 tahun. Remaja terdiri dari 3 tahap yaitu masa remaja awal, masa remaja tengah, dan masa remaja akhir yang memiliki ciri berbeda pada masing-masing tahap (Widiastuti, 2010;h. 37) 55 dari 100 remaja kelompok umur 10-14 tahun ternyata ada yang sudah kawin, 1 dari 100 remaja umur 10-14 tahun pernah melahirkan hidup antara 12 anak, serta 10 dari 1000 remaja umur 10-14 berstatus cerai hidup. Perkawinan di usia muda ini akan memberikan sumbangan terhadap tingginya kelahiran (Anonim, 2011). Tujuan pendidikan kesehatan reproduksi remaja adalah untuk memudahkan remaja mencapai sikap dan tingkah laku yang diinginkan yaitu sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab. Informasi mengenai kesehatan reproduksi perlu diberikan sedini mungkin, idealnya sebelum masa pubertas dengan cara yang berbeda-beda pada setiap tingkatan
kelompok umur sehingga mereka tidak mengalami kebingungan (Pangkahila, 2004; h. 34) Keluarga mempunyai pengaruh yang cukup besar bagi perkembangan remaja karena keluarga merupakan lingkungan sosial pertama, yang meletakan dasar-dasar kepribadian remaja. Pola asuh orang tua sangat besar pengaruhnya bagi remaja. Pola asuh otoriter, demokratik ataupun permisif memberikan dampak yang berbeda bagi remaja (Soetjiningsih, 2007; h. 34). Orang tua dapat mulai mengajarkan tentang seksualitas yaitu pertama kali anak mengalami menstruasi untuk anak perempuan dan mimpi basah untuk anak laki-laki. Dengan adanya perubahan dalam dirinya membuat mereka bertanya, maka orang tua dapat memberikan penjelasan mengenai perubahan yang terjadi dalam dirinya dan tentang seksualitas yang benar pada anakanaknya. Adanya pemahaman yang salah mengenai pendidikan seks, sehingga muncul larangan membicarakan seksualitas di depan umum karena dianggap sesuatu yang vulgar (Pangkahila, 2004; h.34). Hasil studi pendahuluan yang dilakukan peneliti diketahui 2 dari 110 remaja yang ada di Desa Sukomulyo pernah hamil diluar nikah yaitu pada tahun 2013 dan tahun 2014. Data kehamilan pada usia < 19 tahun sebanyak 6 orang. Wawancara yang dilakukan terhadap 10 remaja di Desa Sukomulyo
Hubungan Pendidikan Orang Tua Tentang Kesehatan ….(Jumiatun)
1
didapatkan hasil hanya 4 orang yang mendapatkan informasi kesehatan reproduksi dari orangtua, orang tua sudah memberikan pendidikan kesehatan sejak masih kecil dan 6 remaja tidak mendapatkan informasi kesehatan reproduksi. Berdasarkan data tersebut, maka penulis tertarik mengadakan penelitian tentang “Hubungan Pendidikan Orang Tua Tentang Kesehatan Reproduksi pada Remaja Dengan Kehamilan di Luar Nikah di Desa Sukomulyo” METODE PENELITIAN KerangkaKonsepPenelitian Variabel independent Pendidikan orang tua tentang kesehatan reproduksi remaja
Variabel dependent
Kehamilan diluar nikah pada remaja
Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi menurut Suyanto dan Salamah (2009;h.33-34) adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui Hubungan Pendidikan Orang Tua Tentang Kesehatan Reproduksi pada Remaja Dengan Kehamilan di Luar Nikah di Desa Sukomulyo Populasi, Sampel dan Teknik Sampling 1. Populasi Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah remaja perempuan berumur 10-19 tahun yang ada di Desa Sukomulyo Kecamatan Kaliwungu Selatan Kabupaten Kendal pada bulan Juli 2015 sebanyak 47 orang. 2. Sampel dan teknik sampling Dalam penelitian ini responden yang masuk dalam kriteria eksklusi sebanyak 3 responden sehingga sampel sebanyak 44. Pengambilan
sampel dalam penelitian ini menggunakan sampling jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila anggota populasi digunakan sebagai sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode angket atau kuesioner untuk menggali data tentang pengetahuan Orang Tua Tentang Kesehatan Reproduksi pada Remaja Dengan Kehamilan di Luar Nikah di Desa Sukomulyo 2
PengolahandanAnalisa Data Teknik pengolahan data dilakukan melalui empat tahapan yaitu : editing, coding, scoring, tabulatingdata. Data yang telah diolah kemudian dilakukan analisis secara kuantitatif. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat untuk memperoleh gambaran tentang frekuensi dari tiap variabel baik variabel deppenden maupun variabel indeppenden, serta analisis bivariat untuk mengetahui hubungan variabel deppenden maupun variabel indeppenden, dengan menggunakan uji korelasi Chi Square HASIL PENELITIAN 1. Pendidikan orang tua tentang kesehatan reproduksi Tabel 1 pendidikan orang tua tentang kesehatan reproduksi Pendidikan orang tua tentang kesehatan reproduksi Baik Cukup Kurang Total
Frekuensi
Persentase
25 10 9 44
56,8% 22,7% 20,5% 100,0%
Berdasarkan tabel 1 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden menerangkan pendidikan kesehatan reproduksi baik sebanyak 25 orang (56,8%), pendidikan kesehatan reproduksi cukup sebanyak 10 orang (22,7%) dan responden terkecil menerangkan pendidikan kesehatan reproduksi kurang sebanyak 9 orang (20,5%). 2. Kehamilan diluar nikah pada remaja Tabel 2 Kehamilan diluar Nikah pada remaja Kehamilan diluar nikah pada remaja Tidak hamil diluar nikah Hamil diluar nikah Total
Frekuensi 32 12 44
Persentase 72,7% 27,3% 100,0%
Berdasarkan tabel 2 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak hamil diluar nikah sebanyak 32 orang (72,7%) dan responden hamil diluar nikah sebanyak 12 orang (27,3%). 3. Hubungan pendidikan orang tua tentang kesehatan reproduksi pada remaja dengan kehamilan di luar nikah di Desa Sukomulyo Kecamatan Kaliwungu Selatan Kabupaten Kendal
J. Ilmu Kesh. Vol.5 No. 1 Juli 2014
Pendidikan orang tua tentang kesehatan reproduksi Baik Cukup Kurang Total
Kehamilan diluar nikah Tidak hamil
P value
Total
Hamil
F
(%)
f
24 3 5 32
11,4 6,8 11,4 72,3
1 7 4 12
2,3 15,9 9,1 27,3
25 10 9 44
56,8 22,7 20,5 100,0
0,001
Berdasarkan tabel 3 diatas menunjukkan bahwa pendidikan orang tua tentang kesehatan reproduksi baik dengan remaja tidak hamil sebanyak 24 (11,4%) remaja hamil sebanyak 1 (2,3%), pendidikan orang tua tentang kesehatan reproduksi cukup dengan remaja tidak hamil sebanyak 3 (6,6%) remaja hamil sebanyak 7 (15,9%) dan pendidikan orang tua tentang kesehatan reproduksi kurang dengan remaja tidak hamil sebanyak 5 (11,4%) remaja hamil sebanyak 4 (9,1%) BAHASAN 1. Pendidikan orang tua tentang kesehatan reproduksi pada remaja Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden menerangkan pendidikanorang tua tentang kesehatan reproduksi baik sebanyak 25 orang (%56,8),dan responden terkecil memberikan pendidikan kesehatan reproduksi kurang sebanyak 9 orang (20,5%). Orang tua menerangkan pendidikan kesehatan pada remaja karena orang tua tidak mau anaknya terlibat dalam seks bebas, hamil diluar nikah, putus sekolah bahkan sampai meninggal karena aborsi. Dengan pendidikan kesehatan yang diberikan diharapkan remaja tidak akan mengalami penyimpangan seks bebas. Pada usia remaja, anak semakin berkembang, sebaiknya orang tua menerangkan mengenai menstruasi (haid), mimpi basah, dan juga perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada seorang remaja. Orangtua bisa menerangkan bahwa si gadis kecil akan mengalami perubahan bentuk payudara, atau terangkan akan adanya tumbuh bulu - bulu di sekitar alat kelaminnya (Kusmiran, E, 2011;h. 89). Orang tua menerangkan pendidikan kesehatan reproduksi baik pada remaja hal ini dikarenakan pada kelompok usia remaja merupakan usia yang paling rentan terinfeksi HIV/AIDs dan Penyakit Menular Seksual (PMS) lainnya. Bahkan, dalam jangka waktu tertentu, 61 ketika perempuan remaja menjadi ibu hamil, maka kehamilannya dapat mengancam kelangsungan hidup janin/bayinya. Orangtua memberikan pendidikan kesehatan tentang kesehatan reproduksi pada remaja, hal ini
dikarenakan kesehatan reproduksi merupakan masalah penting untuk mendapatkan perhatian terutama kalangan remaja. Remaja yang kelak akan menikah dan menjadi orang tua sebaiknya mempunyai kesehatan reproduksi yang prima. Di kalangan remaja telah terjadi semacam revolusi hubungan seksual yang menjurus kearah liberalisasi yang dapat berakibat timbulnya berbagai penyakit hubungan seksual yang merugikan alat reproduksinya (Manuaba, 2009;h.89). 2. Kehamilan di luar nikah Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak hamil diluar nikah sebanyak 32 orang (72,7%) dan responden terkecil remaja hamil diluar nikah sebanyak 12 orang (27,3%). Kehamilan adalah masa ketika seorang wanita membawa embrio atau fetus di dalam tubuhnya. Awal kehamilan terjadi pada saat sel telur perempuan lepas dan masuk ke dalam saluran sel telur. Pada saat bersetubuh, berjutajuta cairan sel mani atau sperma dipancarkan oleh laki-laki dan masuk ke rongga rahim (Astuti, 2011; h. 16). Kehamilan diluar nikah bisa terjadi pada remaja hal ini dikarenakan pergaulan yang salah dari remaja, pacaran yang berlebihan dan kurangnya kontrol orang tua terhadap anak. Hal ini sesuai dengan Mutia (2014) faktor yang mempengaruhi kehamilan pada remaja antara lain kurangnya peran orang tua dalam keluarga, kurangnya pendidikan seks dari orang tua dan keluarga terhadap remaja dan perkembangan IPTEK yang tidak didasari dengan perkembangan mental yang kuat. Dampak dari remaja yang hamil diluar nikah seperti keguguran, persalinan prematur, remaja mudah terjadi infeksi, anemia, keracunan kehamilan dan kematian pada ibu (Mutia, 2012). 3. Hubungan pendidikan orang tua tentang kesehatan reproduksi pada remaja dengan kehamilan di luar nikah di Desa Sukomulyo Kecamatan Kaliwungu Selatan Kabupaten Kendal Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan orang tua tentang kesehatan reproduksi cukup+kurang dengan remaja hamil sebanyak 11 (2,3%) remaja tidak hamil sebanyak 8 (18,2%) dan pendidikan orang tua tentang kesehatan reproduksi baik dengan remaja hamil sebanyak 1 (2,3%) remaja tidak hamil sebanyak 25 (56,8%). Pendidikan kesehatan tentang kesehatan reproduksi sebaiknya diberikan kepada anak supaya anak tidak salah pergaulan. Pendidikan
Hubungan Pendidikan Orang Tua Tentang Kesehatan ….(Jumiatun)
3
kesehatan reproduksi yang diberikan antara lain perilaku hubungan seksual bisa menyebabkan penyakit HIV/PMS, memberikan informasi dasar yang tepat dan akurat mengenai berbagai risiko berhubungan seks yang tidak terlindung/tidak aman, mendiskusikan pengaruh sosial dan media terhadap perilaku seksual, mengembangkan model tentang cara menolak hubungan seksual yang tidak diinginkan dan membantu remaja memahami masyarakat dan pengaruh-pengaruh lainnya (Tirtarahardja, 2008;h. 56). Dengan pendidikan kesehatan reproduksi diberikan kepada remaja diharapkan remaja tidak terjerumus dalam masalah seks yang bebas, remaja bisa mengendalikan diri, tidak terjadi kehamilan diluar nikah sampai tidak terjadi aborsi. Oran tua mempunyai harapan anaknya bisa rajin sekolah dan bisa menjadi kebanggaan orang tua (Mutia, 2014). Pendidikan kesehatan reproduksi harus dianggap sebagai bagian dari proses pendidikan, yang mempunyai tujuan untuk memperkuat dasardasar pengetahuan dan pengembangan kepribadian. Melalui pendidikan kesehatan reproduksi merupakan upaya bagi remaja untuk meningkatkan pemahaman, pengetahuan, sikap, dan perilaku positif tentang kesehatan reproduksi dan seksualnya, serta meningkatkan derajat reproduksinya (Nurohmah, 2013). Kejadian kehamilan diluar nikah dapat dipengaruhi oleh pendidikan kesehatan reproduksi yang diberikan kepada orang tua, orang tua yang bisa mendidik anakanya dengan baik maka akan menghasilkan anak dengan perilaku baik pula, begitu juga sebaliknya. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Markum (2012), bahwasanya kurangnya komunikasi secara terbuka antara orang tua dengan remaja dalam masalah seksual, dapat memperkuat munculnya penyimpangan perilaku seksual. Salah satu dampak dari perilaku penyimpangan seksual adalah kehamilan diluar nikah. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Hastutik (2012) hubungan antara tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dengan sikap terhadap seks pranikah, di SMA Negeri 2 Karanganyar yang didapatkan hasil menunjukkan ada hubungan antara tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dengan sikap terhadap seks pranikah dengan nilai p value 0,002 (p<0,05). SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
4
1.
2. 3.
Sebagian besar responden memberikan pendidikan kesehatan reproduksi baik sebanyak sebanyak 25 orang (56,8%) Sebagian besar responden tidak hamil diluar nikah sebanyak 32 orang (72,7%) Ada hubungan antara pendidikan orang tua tentang kesehatan reproduksi pada remaja dengan kehamilan di luar nikah dengan uji korelasi menggunakan chi-square didapatkan nilai p value 0,001 (p< 0,05)
Saran 1. Bagi remaja Diharapkan remaja lebih memilih teman yang baik, tidak melakukan kegiatan seks sebelum nikah dan pergaulan bebas. 2. Bagi masyarakat Diharapkan masyarakat selalu memperhatikan perkembangan remaja, memberikan pendidikan kesehatan dan mendidik anaknya supaya menjadi remaja yang bertanggung jawab 3. Bagi Tenaga Kesehatan Diharapkan tenaga kesehatan memberikan pendidikan kesehatan kepada remaja supaya tidak ada remaja yang hamil diluar nikah 4. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan penelitian ini sebagai sumber informasi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan masalah pendidikan orang tua tentang kesehatan reproduksi pada remaja dengan kehamilan di luar nikah. DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2011. www.dataremaja.com. Data remaja indonesia. Diakses tanggal 6 April 2015 2013. Available from: http://repository.usu.ac.id. AccessedDiakses tanggal 3 April 2015 Arikunto, S.(2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.h. 168, 178, 211 Asfriyati, 2005. Masalah Kehamilan Pranikah pada Remaja Ditinjau dari Kesehatan. Reproduksi. Info Kesehatan Masyarakat. h. 45 Astuti, 2011. Asuhan Kehamilan untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba. Medika. h. 16 Ediastuti dan Manikam, 2010. Determinan Remaja Melakukan Hubungan Seks Pranikah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. h. 282 Endah (2014). Maksimalkan peran orang tua dalam pendidikan kesehatan reproduksi pada remaja. Diakses tanggal 5 Mei 2015.
J. Ilmu Kesh. Vol.5 No. 1 Juli 2014
Farahzulin, 2010. http://en.wikipedia.org/wiki/Paimio_Sanat orium. diakses tanggal 3 APril 2015 Hastutik (2012) hubungan antara tingkat pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dengan sikap terhadap seks pranikah, di SMA Negeri 2 Karanganyar Hidayat, A.A. (2010). Metode penelitian kebidanan dan teknik analisi data. Jakarta : medika salemba.h.81, 92 Ihsan, 2005. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta. h. 29 Kusmiran, E, 2011. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita, Salemba Medika,. Jakarta.h. 89 Markum (2012), Tumbuh Kembang Anak, Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Jilid I, cetakan I, (Jakarta: Balai Penerbit FKUI Manuaba, 2008. Keluarga Berencana. Dalam: Manuaba, I.A.C., Manuaba, I.B.G.F. (eds). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Edisi 2. Jakarta: EGC. h. 89 Monks, 2006. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Gadjah Mada. h. 45 Mutia, 2014. Gambaran pengetahuan dan sikap remaja tentang pernikahan dini di desa korowelang Kulon Kecamatan Cepiring Kabupaten Kendal Notoatmodjo, S. 2012; Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : rineka cipta.h. 37, 83, 103, 105, 115, 130, 152, 176, 182-183 Nugraha & Windy, 2007. Apa yang Ingin Diketahui Remaja Tentang Seks. Jakarta : Bumi Aksara. h. 78 Nurohmah, 2013. Maternal & Child Nursing SupplementJuly 2013 Subject Guide onINTRODUCTIONNURSING Buku ajar keperawatan maternitas Saifuddin AB, 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Pustaka Sarwono Prawirohardjoh. h. 89 Setiawan, A. (2011). Metodologi penelitian kebidanan. Yogyakarta : nuha medika.h.98-99 Soetjiningsih (2007) Buku Ajar Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta : Sagung Seto. h. 34, 45, 78 Sugiyono, (2013). Statistika Untuk Penelitian, Cetakan Ketujuh, Bandung: CV. Alfabeta.h.39 Sulistyawati, 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta; C.V Andi Offseth. h.2 Suyanto dan Salamah,U.(2009). Riset Kebidanan Metodologi & Aplikasi. Yogjakarta: Mitra Cendikia.h.33-34, 47, 59
Tirtarahardja, 2008. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. h. 33, 51, 56-57 Widiastuti, 2010. Kesehatan Reproduksi.Yogyakarta:Fitramaya. h. 28, 37, 67, 69
Hubungan Pendidikan Orang Tua Tentang Kesehatan ….(Jumiatun)
5