Naskah Publikasi Jurnal HUBUNGAN TINGKAT PENERAPAN USAHATANI KONSERVASI TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN PENDAPATAN USAHATANI KUBIS (Brassica oleracea L.) (STUDI KASUS KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU)
THE RELATIONSHIP OF CONSERVATION FARMING IMPLEMENTATION TO WARD CABBAGE’S (Brassica oleracea L.) PRODUCTIVITY AND INCOME ( A STUDY CASE BUMIAJI DISTRICT BATU CITY)
Oleh: DIDIK ERWIN DARMADI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN PROGRAM STUDI AGRIBISNIS MALANG 2012
Lembar Persetujuan Publikasi Naskah Jurnal HUBUNGAN TINGKAT PENERAPAN USAHATANI KONSERVASI TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN PENDAPATAN USAHATANI KUBIS (BRASSICA OLERACEA L.) (STUDI KASUS KECAMATAN BUMIAJI KOTA BATU) THE RELATIONSHIP OF CONSERVATION FARMING IMPLEMENTATION TO WARD CABBAGE’S (BRASSICA OLERACEA L.) PRODUCTIVITY AND INCOME ( A STUDY CASE BUMIAJI DISTRICT BATU CITY)
Nama NIM Program Studi Jurusan Menyetujui
: Didik Erwin Darmadi : 0810440209 : Agribisnis : Sosial Ekonomi : Dosen Pembimbing
Pembimbing Utama,
Pembimbing Pendamping,
Prof. Dr. Ir. Nuhfil Hanani, MS NIP. 19581128 198303 1 005
Mangku Purnomo, SP., MSi., Ph.D. NIP. 19770402 200501 1 001
Mengetahui, Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian
Dr. Ir. Syafrial, MS NIP.19580529 198303 1 001
Hubungan Tingkat Penerapan Usahatani Konservasi terhadap Produktivitas dan Pendapatan Usahatani Kubis (Brassica oleracea L.) (Studi Kasus Kecamatan Bumiaji Kota Batu) The Relationship of Conservation Farming Implementation to Ward Cabbage’s (Brassica oleracea L.) Productivity and Income ( A Study Case Bumiaji District Batu City) Didik Erwin Darmadi*, Nuhfil Hanani**), Mangku Purnomo**) *) Mahasiswa Sarjana Ekonomi Pertanian, Program Sarjana, Universitas Brawijaya, Malang **) Komisi Pembimbing. Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya. Malang
ABSTRAK Cabbage is one of vegetables that has a potential to be cultivated in the Bumiaji District, Batu City. This is supported by a very good condition of the land that is suitable for planting vegetables. Condition of the land in the Bumiaji District, Batu City has a quite high slope area and thus a variety of land conservation technologies in farming to sustain soil fertility and productivity of vegetables. However, vegetables farmers (cabbage) is generally difficult to implement conservation farming because they think the application of conservation farming is too cumbersome and adds the cost of their farm. The aim of this study is to identify the level of adoption of conservation farming and factors affecting its application to cabbage growers as well as analyzing the relationship level of implementation of conservation farming on the productivity of cabbage farmers' income. The analysis states that most of the implementation of conservation farming on high cabbage with the application of the factors that influence the slope of the land, formal education and knowledge of farming land conservation. Application rate does not affect the conservation of farm productivity and farm income in real cabbage, but by applying a higher conservation farming in the long run the chances of getting a higher revenue productivity increase. Keywords: Cabbage, Conservation Farming, Farm Conservation Implementation
ABSTRAK Kubis merupakan salah satu sayuran yang sangat berpotensi untuk dibudidayakan di Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Hal ini didukung oleh keadaan lahan yang cukup subur sehingga sangat cocok untuk ditanami sayuran. Kondisi lahan di Kecamatan Bumiaji, Kota Batu memiliki kemiringan lahan yang cukup tinggi dan bervariasi sehingga diperlukan suatu teknologi konservasi lahan dalam berusahatani demi keberlanjutan kesuburan lahan dan produktivitas sayuran. Akan tetapi, petani sayuran (kubis) pada umumnya sulit untuk menerapkan usahatani konservasi karena mereka beranggapan penerapan usahatani konservasi terlalu rumit dan menambah biaya usahatani mereka. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat penerapan usahatani konservasi dan faktor-faktor yang mempengaruhi penerapannya pada petani
kubis serta menganalisis hubungan tingkat penerapan usahatani konservasi terhadap produktivitas pendapatan petani kubis. Hasil analisis menyatakan bahwa sebagian besar tingkat penerapan usahatani konservasi pada kubis tinggi dengan faktor-faktor penerapan yang berpengaruh adalah kemiringan lahan, pendidikan formal dan pengetahuan usahatani konservasi lahan. Tingkat penerapan usahatani konservasi tidak mempengaruhi produktivitas dan pendapatan usahatani kubis secara nyata, tetapi dengan menerapkan usahatani konservasi tinggi dalam jangka panjang kemungkinan mendapatkan produktivitas pendapatan lebih tinggi semakin besar. Kata kunci: Kubis, Usahatani Konservasi, Penerapan Usahatani Konservasi
PENDAHULUAN Sampai saat ini sektor pertanian masih memegang peranan penting bagi perkembangan perekonomian di Indonesia. Hal ini ditunjang oleh keadaan geografis Indonesia yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah dan lahan yang subur. Akan tetapi kondisi pertanian di Indonesia semakin lama semakin menurun. Kondisi ini ditunjukkan dengan semakin sempitnya lahan pertanian dan penurunan tingkat produktivitas lahan akibat pengolahan lahan dan penerapan sistem pertanian yang kurang memperhatikan keberlanjutan kesuburan lahan, yaitu sebagai contoh sistem pertanian konvensional. Penerapan pertanian konvensional pada tahap-tahap awal memang mampu meningkatkan produktivitas pertanian dan pangan secara nyata, akan tetapi dalam jangka panjang efisiensi produksi semakin menurun karena berbagai efek samping yang merugikan, seperti peningkatan erosi permukaan, banjir dan tanah longsor, penurunan kesuburan tanah dan kehilangan bahan organik tanah. Dengan kondisi seperti ini, maka diperlukan suatu teknologi pertanian yang dapat mempertahankan dan meningkatkan kesuburan lahan secara berkelanjutan. Teknologi yang dapat menjaga kesuburan lahan dan ketahanan lingkungan sering dikenal dengan sistem usahatani konservasi. Kecamatan Bumiaji Kota Batu merupakan salah satu daerah dataran tinggi dan sangat berpotensi untuk lahan pertanian. Luas lahan Kecamatan Bumiaji menurut penggunaannya 9168,47 Ha dengan luas lahan sebagai lahan pertanian 4369 Ha atau 47,66%, sedangkan luas lahan menurut topografi atau bentang lahan 3002,325 Ha atau 32,25% berupa dataran dan 6166,153 Ha atau 67,25 % berupa perbukitan atau pegunungan (Dinas Pertanian, 2011). Lahan di daerah ini sangat subur dan cocok untuk ditanami tanaman sayuran, salah satunya adalah tanaman kubis. Kubis merupakan salah satu jenis komoditas holtikultura yang sudah dikenal oleh masyarakat luas baik dikalangan konsumen maupun petani, yaitu sebagai bahan makanan untuk sayur yang setiap tahun kebutuhan akan komoditas ini terus meningkat, baik sebagai bahan sayur mayur maupun sebagai tanaman obat (Rukmana, 1994). Tanaman kubis cukup berpotensi untuk dibudidayakan di daerah ini didukung dengan kemudahan dalam pemeliharaan dengan biaya yang tidak terlalu tinggi. Luas tanam tanaman kubis di Kecamatan Bumiaji 408,1 Ha dengan produksi 7.341,9 ton dan produktivitas 18 ton/Ha (Dinas Pertanian, 2011). Dalam berusahatani komoditas sayuran utamanya di dataran tinggi sangat diperlukan suatu teknologi yang dapat menjaga kesuburan lahan dan dapat
meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani. Teknologi tersebut sering dikenal dengan sistem usahatani konservasi. Menurut Sinukaban (1994) dalam Koestiono (2008) sistem usahatani konservasi yaitu mengkombinasikan teknik-teknik konservasi baik vegetasi maupun mekanik ke dalam sistem pertanian yang telah ada dengan tujuan meningkatkan pendapatan petani, kesejahteraan petani dan sekaligus menekan tingkat kerusakan lahan. Dapat disimpulkan usahatani konservasi merupakan usahatani yang berupaya untuk memanfaatkan sumberdaya tanah dan air secara optimal dan lestari dengan tujuan meningkatkan produksi dan pendapatan petani serta menjaga ketahanan lingkungan secara berkelanjutan. Kecamatan Bumiaji sebagai salah satu daerah yang berpotensi untuk usahatani sayuran sudah mulai dilakukan upaya pelestarian lingkungan dengan menekankan petani sayuran seperti petani kubis untuk menerapkan usahatani konservasi. Akan tetapi, petani kubis pada umumnya sulit untuk menerapkan usahatani konservasi karena mereka beranggapan penerapan usahatani konservasi terlalu rumit dan menambah biaya usahatani mereka. Petani kubis berpendapat dengan penerapan usahatani konservasi seperti pembuatan teras dan penanaman tanaman penguat teras dapat mempersempit luas tanam tanaman kubis dan menambah biaya tenaga kerja sehingga produksi dan pendapatannya menurun. Penelitian ini diantaranya bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat penerapan usahatani konservasi dan faktor-faktor yang mempengaruhi penerapannya pada petani kubis; menganalisis hubungan tingkat penerapan usahatani konservasi terhadap produktivitas usahatani kubis; dan menganalisis hubungan tingkat penerapan usahatani konservasi terhadap pendapatan petani kubis. METODE PENELITIAN Penentuan lokasi dalam penelitian ini dilakukan dengan purposive atau sengaja, yaitu di Dusun Jurang Kuali, Desa Sumber Brantas dan Dusun Junggo, Desa Tulungrejo, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Penentuan lokasi penelitian ini berdasarkan pada pertimbangan bahwa pada lokasi tersebut merupakan daerah produksi sayursayuran dan salah satunya adalah kubis. Selain itu, usahatani yang dilakukan berada di lahan dengan kemiringan yang cukup tinggi dan petani belum sepenuhnya menerapkan teknik konservasi lahan pada kegiatan usahataninya. Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode sampel gugus bertahap. Metode sampel gugus bertahap merupakan metode dimana pengambilan sampel yang dilakukan secara bertahap berdasarkan wilayah-wilayah yang ada (Singarimbun dan Effendi, 2008). Dalam Kecamatan Bumiaji terdapat sembilan desa yang secara sengaja atau purposive dipilih dua desa yaitu Desa Sumber Brantas dan Desa Tulungrejo. Pemilihan kedua desa ini berdasarkan pertimbangan bahwa dari sembilan desa di Kecamatan Bumiaji desa yang memiliki kemiringan lahan paling tinggi dengan penanaman sayuran yang intensif berada di kedua desa tersebut. Selanjutnya, dalam kedua desa tersebut masing-masing dipilih satu dusun. Untuk Desa Sumber Brantas, dipilih Dusun Jurang Kuali sedangkan Desa Tulungrejo dipilih Dusun Junggo. Pemilihan kedua dusun ini berdasarkan jumlah petani sayur (kubis) yang paling banyak dan kemiringan lahan yang lebih tinggi dalam kedua desa tersebut.
Tabel 1. Jumlah Petani Responden dalam Penelitian dengan Metode Sampel Gugus Bertahap Desa Dusun Populasi Sampel (10% Populasi) Junggo 249 25 Tulungrejo 379 38 Sumber Brantas Jurang Kuali 628 63 Total Sumber: Data Primer Diolah, 2011. Menurut Arikunto (1998), apabila jumlah populasi lebih dari 100, maka dapat diambil antara 10 % – 15 % atau 20 % – 25 % atau lebih dari jumlah populasi. Karena keterbatasan waktu dan tenaga, maka dalam penelitian ini diambil 10 % dari jumlah petani kubis di lokasi penelitian. Sehingga berdasarkan metode sampel gugus bertahap yang digunakan dalam penentuan sampel seperti yang disajikan pada tabel 9 diatas, maka diambil 63 petani kubis sebagai responden atau 10 % dari jumlah petani kubis di Dusun Tulungrejo, Desa Tulungrejo dan Dusun Jurang Kuali, Desa Sumber Brantas. Metode pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data primer melalui wawancara terstruktur dan observasi. Sedangkan untuk data sekunder diperoleh dari berbagai literatur, hasil terdahulu, bukti-bukti relevan serta instansi terkait yang digunakan untuk menunjang data primer. Metode analisis data yang digunakan yaitu analisis deskriptif, analisis fungsi faktor-faktor yang mempengaruhi penerapan usahatani konservasi, uji asumsi klasik, pengukuran variabel, analisis tingkat penerapan usahatani konservasi, analisis biaya, penerimaan, produktivitas dan pendapatan usahatani kubis, dan analisis hubungan tingkat penerapan usahatani konservasi terhadap produktivitas dan pendapatan usahatani kubis. a. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif merupakan analisis yang menggambarkan fenomena atau karakteristik dari data (Jogiyanto, 2005). Analisis ini meliputi keadaan usahatani kubis di lokasi penelitian, karakteristik petani, keadaan penduduk dan letak geografis daerah penelitian. b. Analisis Fungsi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penerapan Usahatani Konservasi Dalam menguji tentang faktor yang mempengaruhi tingkat penerapan usahatani konservasi digunakan analisis regresi fungsi penerapan adopsi usahatani konservasi dengan menggunakan SPSS versi 17. Model fungsi penerapan adopsi usahatani konservasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: Yadopsi = α0 + α1X1 + α2 X2 + α3 X3 + α4X4 + α5X5 + α6 X6 + α7X7 + α8X8 + u Dimana: α0 = intersep/konstanta α1,.., α7 = koefesien adopsi dari X1,...,X8 Yadopsi = adopsi atau penerapan usahatani konservasi X1 = Umur petani (tahun) X2 = Luas lahan (Ha) X3 = kemiringan lahan X4 = pendidikan formal X5 = pendidikan non-formal
X6 X7 X8 u
= pengetahuan cara konservasi = pengetahuan usahatani konservasi lahan = pengetahuan pentingnya konservasi = kesalahan
c. Uji Asumsi Klasik Persamaan regresi yang dihasilkan melalui proses perhitungan tidak selalu merupakan model yang baik untuk melakukan estimasi terhadap variabel independennya. Model regresi yang baik harus bebas dari penyimpangan asumsi klasik yang terdiri dari asumsi kenormalan, multikolinearitas, heteroskedasitas, dan autokorelasi. d. Analisis Tingkat Penerapan Usahatani Konservasi Dalam mengetahui tingkat penerapan usahatani konservasi dilakukan dengan pemberian skor (scoring). Menurut Singarimbun dan Effendi (2008) langkah awal dalam pengukuran variabel adalah dengan melakukan pemberian skor, dimana setiap jawaban variabel yang ada diberi skor-skor tertentu untuk memudahkan mengukur jenjang atau tingkatan dari masing-masing variabel tersebut. Dalam penelitian ini variabel yang digunakan untuk mengetahui tingkat penerapan usahatani konservasi adalah: perlakuan teras, penanaman tanaman tahunan, penanaman tanaman penguat teras, pembuatan saluran resapan, pembuatan saluran pembuangan air, penggunaan pupuk kandang, penggunaan seresah. Dalam pengukuran variabel tersebut disertai dengan alat bantu pengukuran yaitu rumus sturges. Rumus sturges merupakan sebuah rumus untuk menentukan jumlah kelas interval kelas yang sebaiknya digunakan dalam pengelompokan data (Supranto, 2008). Rumus tersebut dinyatakan sebagai berikut: I=r/k Dimana: I = interval kelas r = rentang (selisih nilai terbesar dengan terkecil) k = jumlah interval kelas e. Analisis Biaya, Penerimaan, dan Pendapatan Usahatani Kubis 1. Analisis Biaya Usahatani Kubis Biaya usahatani itu sendiri mempunyai arti semua pengeluaran yang dipergunakan dalam suatu usahatani. Biaya usahatani diklasifikasikan menjadi dua (Soekartawi, 2002), yaitu : a. Biaya tetap (fixed cost) Cara menghitung biaya tetap adalah: n FC=Σ Xi Pxi i=1 Keterangan: FC = biaya tetap (Rp) Xi = jumlah titik input yang membentuk biaya tetap = harga input (Rp) Pxi
n = macam input b. Biaya tidak tetap (variable cost) Cara menghitung biaya variabel adalah: VC = TC – FC Keterangan: VC = biaya tidak tetap (Rp) TC = biaya total (Rp) FC = biaya tetap (Rp) Selanjutnya untuk mengetahui besarnya total biaya produksi dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: TC = TFC + TVC Keterangan: TC = Biaya Total (Rp) TFC = Total Biaya Tetap (Rp) TVC = Total Biaya Variabel (Rp) 2. Analisis Penerimaan Usahatani Kubis TRi = Yi . Pyi Keterangan: TR = Total penerimaan (Rp) Y = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani (Kg) Py = Harga Y (Rp) 3. Analisis Pendapatan Usahatani Kubis Menurut Soekartawi (2002) pendapatan usahatani adalah selisih antara total penerimaan dan total biaya. Pd = TR – TC Dimana: Pd = pendapatan usahatani (Rp) TR = total penerimaan (Rp) TC = total (Rp) f. Analisis Hubungan Tingkat Penerapan Usahatani Konservasi terhadap Produktivitas dan Pendapatan Usahatani Kubis Dalam menganalisis tingkat produktivitas dan pendapatan usahatani kubis menggunakan dua kategori pengelompokan yaitu tinggi dan rendah. Sedangkan untuk menganalisis hubungan tingkat penerapan usahatani konservasi terhadap produktivitas dan pendapatan usahatani kubis menggunakan analisis tabel silang (cross table analysis). Analisis tabel silang yaitu suatu metode analisis yang digunakan untuk mengamati hubungan antara dua variabel (Singarimbun dan Efendi, 2008). HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam mengidentifikasi tingkat penerapan usahatani konservasi petani kubis digolongkan menjadi dua golongan yaitu rendah dan tinggi. Tingkat penerapan rendah dimana petani menerapkan usahatani konservasi dengan skor dari 7 sampai 21. Sedangkan tingkat penerapan tinggi dimana petani kubis menerapkan usahatani konservasi dengan skor antara 22 sampai 35.
Tabel 2. Distribusi Tingkat Penerapan Usahatani Konservasi No Tingkat Penerapan Usahatani Jumlah (orang) Persentase (%) Konservasi 1 Rendah 21 33,33 2 Tinggi 42 66,67 Jumlah 63 100 Sumber: Data Primer, 2012 (Diolah) Hasil analisis regresi dengan menggunakan delapan variabel independen (umur, luas lahan, kemiringan, pendidikan formal, pendidikan non-formal, pengetahuan cara konservasi, pengetahuan usahatani konservasi lahan, dan pengetahuan pentingnya konservasi lahan) dan variabel dependen (tingkat penerapan usahatani konservasi) yaitu dapat diketahui bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat penerapan usahatani konservasi kubis adalah kemiringan lahan, pendidikan formal dan pengetahuan usahatani konservasi lahan. Tabel 3. Hasil Uji Regresi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Penerapan Usahatani Konservasi Variabel Bi tStatistik hitung –t Konstanta 20,347 Umur Petani -0,071 -1,836 0,72 Luas lahan -0,289 -0,219 0,828 Kemiringan 1,921 5,753 0,000 Pendidikan Formal -0,983 -3,267 0,002 Pendidikan Non-Formal -0,217 -1,481 0,145 Pengetahuan Cara Konservasi 0,024 0,247 0,806 Pengetahuan Usahatani Konservasi Lahan 0,382 3,608 0,001 Pengetahuan Pentingnya Konservasi lahan -0,152 -1,445 0,154 = ܀0,648, Statisitik F = 12,431 Sumber: Data primer, 2012 (Diolah) Analisis Biaya, Penerimaan, dan Pendapatan Usahatani Kubis per Hektar selama satu musim tanam adalah rata-rata biaya total yang dikeluarkan responden pada usahatani kubis per satu musim tanam yaitu sebesar Rp. 29.350.888,86. Rata-rata biaya total diperoleh dari rata-rata biaya tetap sebesar Rp.6.883.245,47 ditambah dengan ratarata biaya variabel sebesar Rp. 22.467.643,19. Rata-rata produksi per hektar sebesar 43.423,09 kilogram dengan harga jual rata-rata sebesar Rp. 1.200,00/Kg. Sehingga diperoleh rata-rata penerimaan usahatani kubis yang didapat responden per hektar dalam satu kali musim tanam yaitu sebesar Rp. 52.107.709,75. Selanjutnya rata-rata pendapatan usahatani kubis petani responden per hektar dalam satu kali panen yaitu sebesar Rp. 22.756.820,89. Pendapatan tersebut diperoleh dari hasil pengurangan besarnya penerimaan yang diperoleh dengan biaya total yang dikeluarkan. Berdasarkan hasil analisis hubungan tingkat penerapan usahatani konservasi terhadap produktivitas tanaman kubis dengan menggunakan analisis tabel silang (cross table analysis), diperoleh bahwa dari 21 petani dengan tingkat penerapan rendah sebanyak 10 orang (47,62 %) produktivitas usahataninya rendah dan sebanyak 11 orang (52,38 %) produktivitas usahataninya tinggi. Sedangkan dari 42 petani dengan tingkat
penerapan tinggi sebanyak 28 orang (66,67 %) produktivitas usahataninya rendah dan sebanyak 14 orang (33,33 %) produktivitas usahataninya tinggi. Dengan demikian menunjukkan bahwa tingkat penerapan usahatani konservasi tidak berpengaruh terhadap produktivitas usahatani kubis. Tabel 4. Hasil Analisis Hubungan antara Tingkat Penerapan Usahatani Konservasi dengan Produktivitas Usahatani Kubis Tingkat Penerapan Produktivitas Jumlah Rendah Tinggi 10 11 Rendah 21 28 14 Tinggi 42 38 25 Jumlah 63 Sumber: Data Primer, 2012 (Diolah) Berdasarkan hasil analisis hubungan tingkat penerapan usahatani konservasi terhadap pendapatan usahatani kubis dengan menggunakan analisis tabel silang (cross table analysis), diperoleh bahwa dari 21 petani dengan tingkat penerapan rendah sebanyak 8 orang (38,09 %) pendapatanya rendah dan sebanyak 13 orang (61,94 %) pendapatannya tinggi. Sedangkan dari 42 petani dengan tingkat penerapan tinggi sebanyak 29 orang (69,05 %) pendapatannya rendah dan sebanyak 13 orang (30,95 %) pendapatannya tinggi. Hal ini berarti menunjukkan bahwa tingkat penerapan usahatani konservasi tidak berpengaruh terhadap pendapatan usahatani kubis. Tabel 5. Hasil Analisis Hubungan antara Tingkat Penerapan Usahatani Konservasi dengan Pendapatan Usahatani Kubis Tingkat Penerapan Pendapatan Jumlah Rendah Tinggi 8 13 Rendah 21 29 13 Tinggi 42 37 26 Jumlah 63 Sumber: Data Primer, 2012 (Diolah)
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
1. a. Hasil dari identifikasi tingkat penerapan usahatani konservasi diketahui bahwa sebagian besar tingkat penerapan usahatani konservasi petani kubis tinggi yaitu sebanyak 42 orang atau sebesar 66,67 % dari total responden. Sedangkan untuk tingkat penerapan usahatani konservasi petani kubis kategori rendah yaitu sebanyak 21 orang atau 33,33 % dari total responden. b. Faktor - faktor penerapan usahatani konservasi yang mempengaruhi tingkat penerapan usahatani konservasi pada kubis adalah kemiringan lahan, pendidikan formal dan pengetahuan usahatani konservasi lahan. 2. Tingkat penerapan usahatani konservasi tidak mempengaruhi produktivitas kubis secara nyata, tetapi dengan menerapkan usahatani konservasi tinggi dalam jangka panjang kemungkinan mendapatkan produktivitas lebih tinggi semakin besar.
3. Tingkat penerapan usahatani konservasi tidak mempengaruhi pendapatan secara nyata, tetapi dengan menerapkan usahatani konservasi tinggi dalam jangka panjang kemungkinan petani kubis mendapatkan pendapatan lebih tinggi semakin besar. Saran 1. Petani kubis mulai secepat mungkin untuk menyadari pentingnya konservasi lahan bagi usahatani mereka demi keberlanjutannya dalam jangka panjang dengan menerapkan sistem usahatani konservasi secara optimal. 2. Adanya bentuk perhatian khusus yang lebih kepada masyarakat petani kubis dari instansi pemerintahan terkait (seperti Dinas Pertanian dan Kantor Lingkungan Hidup) di Kecamatan Bumiaji, Kota Batu demi kepentingan masyarakat luas dan ketahanan ekologi Kota Batu. Seperti bantuan sarana produksi, penyuluhan pentingnya usahatani konservasi dan pendampingan secara rutin dan berlanjut. 3. Perlu dilakukan penelitian selanjutnya mengenai biaya yang dibutuhkan dalam bangunan konservasi sehingga diketahui besarnya investasi yang harus dikeluarkan petani dalam menerapkan sistem usahatani konservasi.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian. PT. Rineka Cipta. Jakarta. Jogiyanto. 2005. Metodologi Penelitian Bisnis. BFE. Yogyakarta. Koestiono, Djoko. 2008. Usahatani Konservasi Lahan Kering. Agritek Pembangunan Nasional. Malang. Singarimbun, M dan Sofyan, Effendi. 2008. Metode Penelitian Survai. LP3ES. Yogyakarta. Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia. Jakarta. Supranto. 2008. Statistik: Teori dan Aplikasi, edisi ketujuh. Erlangga. Jakarta.