Naskah Publikasi Jurnal DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI CABAI MERAH (Capsicum annuum) (STUDI KASUS DI DESA KANIGORO, KECAMATAN PAGELARAN KABUPATEN MALANG) THE IMPACT OF CLIMATE CHANGE TO THE PRODUCTION AND INCOME OF RED PEPPER (Capsicum annuum) FARMERS (CASE STUDY IN KANIGORO VILLAGE, PAGELARAN SUBDISTRICT, MALANG REGENCY)
Oleh: FARAH MUTIARA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS PERTANIAN JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN PROGRAM STUDI AGRIBISNIS MALANG 2012
Lembar Persetujuan Publikasi Naskah Jurnal DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI CABAI MERAH (Capsicum annuum) (STUDI KASUS DI DESA KANIGORO, KECAMATAN PAGELARAN KABUPATEN MALANG) THE IMPACT OF CLIMATE CHANGE TO THE PRODUCTION AND INCOME OF RED PEPPER (Capsicum annuum) FARMERS (CASE STUDY IN KANIGORO VILLAGE, PAGELARAN SUBDISTRICT, MALANG REGENCY)
Nama
: FARAH MUTIARA
NIM
: 0810440209
Program Studi
: Agribisnis
Jurusan
: Sosial Ekonomi
Menyetujui
: Dosen Pembimbing
Pembimbing Utama,
Pembimbing Pendamping,
Prof. Dr. Ir. Djoko Koestiono, MS NIP. 19530715 198103 1 006
Riyanti Isaskar, SP., MSi. NIP. 19740413 200501 2 001
Mengetahui, Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian
Dr. Ir. Syafrial, MS NIP.19580529 198303 1 001
Dampak Perubahan Iklim Terhadap Produksi dan Pendapatan Petani Cabai Merah (Capsicum annuum) (Studi Kasus di Desa Kanigoro, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang) The Impact of Climate Change to the Production and Income of Red Pepper Farmers (Case Study in Kanigoro Village, Pagelaran Subdistrict, Malang Regency) Farah Mutiara*, Djoko Koestiono**), Riyanti Isaskar**) *) Mahasiswa Sarjana Ekonomi Pertanian, Program Sarjana, Universitas Brawijaya, Malang **) Komisi Pembimbing. Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya. Malang
ABSTRACT Red pepper is one vegetable that has the potential to be cultivated in the Pagelaran Subdistrict, Malang Regency. This is supported by an adequate state of infertile land that is suitable for planting vegetables. Climate change is an uncertain impact on the intensity of high rainfall. The existence of climate change is impacting on the income of farmers in farming. The objectives of this research are: 1) analyze the impact of climate change on the production of red peppers farmers in the study area, 2) analyze the impacts of climate change on farmers' income red peppers in the study area and, 3) describe the attitudes and knowledge of farmers to climate change. Determination of respondent use proportionate stratified random sampling using Parel’s formula. And the research method use farm analysis and average different test. The analysis states that the phenomenon of climate change causes a decrease in incomes of farmers and the production of red pepper, which is expected with climate change will increase the knowledge of farmers as a precaution. Key words: red peppers, climate change, production, income
ABSTRAK Cabai merah merupakan salah satu sayuran yang sangat berpotensi untuk dibudidayakan di Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang. Hal ini didukung oleh keadaan lahan yang cukup subur sehingga sangat cocok untuk ditanami sayuran. Perubahan iklim yang tidak menentu berdampak pada intensitas curah hujan yang tinggi. Adanya perubahan iklim sangat berdampak pada pendapatan petani dalam berusahatani. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) menganalisis dampak perubahan iklim terhadap produksi petani cabai merah di daerah penelitian, 2) menganalisis dampak perubahan iklim yang terjadi terhadap pendapatan petani cabai merah di daerah penelitian serta, 3) mendeskripsikan sikap dan pengetahuan petani terhadap perubahan iklim. Metode penentuan responden yang digunakan adalah proportionate stratified random sampling dengan menggunakan rumus Parel. Sedangkan metode penelitian
yang digunakan adalah analisis usahatani dan uji beda rata-rata. Hasil analisis menyatakan bahwa adanya fenomena perubahan iklim menyebabkan penurunan pendapatan petani dan produksi cabai merah, sehingga diharapkan dengan adanya perubahan iklim ini akan meningkatkan pengetahuan petani sebagai tindakan antisipasi. Kata kunci: cabai merah, perubahan iklim, produksi, pendapatan
PENDAHULUAN Pembangunan di sektor pertanian memberikan kontribusi yang besar terhadap pendapatan nasional Indonesia (GDP). Selain itu juga bertujuan untuk meningkatkan produksi pangan dengan upaya peningkatan ekspor dan mengurangi impor hasil pertanian. Hal ini terkait dengan sasaran pembangunan pertanian yang tidak saja menitikberatkan pada peningkatan kuantitas produksi, namun juga mengarah pada peningkatan pendapatan masyarakat, peningkatan taraf hidup petani, dan perluasan lapangan kerja. Salah satu subsektor pertanian yang dapat membantu peningkatan pendapatan negara adalah subsektor hortikulutura. Hal ini disebabkan produksi di sektor hortikultura cukup besar. Salah satu komoditas sayuran yang mempunyai fluktuasi harga yang besar adalah cabai merah. Cabai merah merupakan salah satu komoditas yang memiliki fluktuasi harga besar. Fluktuasi harga cabai dapat disebabkan oleh besarnya jumlah penawaran dan besarnya jumlah permintaan (Kemendag, 2012). Salah satu sentra produksi tanaman cabai merah di Kabupaten Malang adalah Kecamatan Pagelaran. Dari data pada tahun 2010, produksi tanaman cabai merah adalah 106 kuintal pada musim tanam Juli dan meningkat hingga 1.925 kuintal pada musim tanam Oktober 2010 (Dinas Pertanian, 2012). Perubahan iklim yang tidak menentu berdampak pada intensitas curah hujan yang tinggi. Peningkatan curah hujan yang fluktuatif akan menyebabkan banjir, lahan pertanian terendam air, longsor, dan akibatnya kuantitas dan kualitas produk pertanian akan menurun. Perubahan iklim juga menyebabkan kekeringan sehingga petani kesulitan memperkirakan musim yang terjadi datang lebih cepat atau terlambat. Adanya perubahan iklim sangat berdampak pada pendapatan petani dalam berusahatani. Dimana tujuan dari usahatani adalah untuk mendapatkan keuntungan yang tinggi pada saat panen dengan cara mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk mendapatkan pendapatan yang maksimal. Pada tahun 2010, di Desa Kanigoro, Kecamatan Pagelaran, muncul noda hitam di kulit pangkal batang pada tanaman cabai merahnya. Noda itu membuat pangkal batang mengecil dan akar membusuk. Beberapa tanaman dalam sebulan langsung mengering. Dalam keadaan daun yang kian sedikit itu, bakal buah gagal terbentuk. Pada masa yang lalu serangan seperti ini dianggap biasa karena tanaman tersebut masih tetap
berproduksi. Namun kondisi yang dihadapi sekarang cukup berbeda. Tanaman diserang penyakit ini dapat menyebar dengan cepat dan berdampak pada kegagalan panen. Dari hasil observasi awal di Desa Kanigoro telah mengalami penurunan produksi pada tahun 2006 dan 2010 dengan perubahan iklim ekstrem sekarang ini. Oleh karena itu, diperlukan pengkajian analisis pendapatan dan produksi usahatani cabai merah di Desa Kanigoro. Pentingnya penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana dampak perubahan iklim terhadap produksi dan pendapatan usahatani cabai merah di Desa Kanigoro. METODE PENELITIAN 1. Metode Penentuan Lokasi Penentuan lokasi secara purposive di Desa Kanigoro, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang. Lokasi penelitian ditentukan berdasarkan pertimbangan bahwa Kecamatan Pagelaran merupakan salah satu daerah sentra produksi sayuran, terutama cabai merah di Kabupaten Malang. Sedangkan Desa Kanigoro dipilih dengan pertimbangaan tingkat produktivitas cabai merah yang cukup tinggi. 2. Metode Penentuan Responden Responden dalam penelitian ini yang diambil adalah petani cabai merah di Desa Kanigoro Kecamatan Pagelaran Kabupaten Malang. Metode pengambilan sampel untuk penelitian ini secara proportionate stratified random sampling, yaitu pengambilan sampel dari suatu populasi yang telah terbagi menjadi bebebrapa lapisan (strata). Strata yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan luas lahan tanaman cabai merah yang sedang diusahakan. Hal ini dikarenakan petani pada daeah penelitian mempunyai luas lahan yang berbeda-beda. Untuk mendapatkan sampel yang representatif populasi dibagi menjadi tiga strata berdasarkan luas lahan garapan petani, yaitu : Strata I : Lahan Sempit (< - SD) Strata II : Lahan sedang (< - SD) sampai dengan (< + SD) Strata III : Lahan luas (< + SD) Jumlah petani cabai merah yang ada di daerah penelitian adalah 107 petani. untuk menentukan jumlah responden minimal yang akan digunakan dalam penelitian digunakan rumus Parel, et al (1973): n=
² ²
² ²
²
Keterangan : n : jumlah responden sampel N : jumlah populasi Nh : jumlah populasi pada strata ke-h S²h: varian pada strata ke-h d²: standar eror yang digunakan sebesar 10% z² : nilai Z pada tingkat kepercayaan tertentu 90% (1,960) Jumlah sampel setiap strata ditentukan dengan rumus sebagai berikut Parel, et al (1973)
=
Berdasarkan rumus di atas, didapatkan responden akan menjadi sampel adalah sebanyak 35 responden petani 3. Menurut Singarimbum (2008) metode pengumpulan data adalah dengan cara : a. Data Primer yaitu diperoleh melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. b. Data Sekunder yaitu diperoleh melalui instansi yang terkait dengan penelitian dan pustaka ilmiah. 4. Metode Analisis Data a. Analisis Deskriptif yaitu data-data yang sifatnya menggambarkan suatu keadaan atau fenomena yang diuraikan dengan kata-kata sesuai dengan informasi di lapang. b. Menurut Soekartawi (2002) analisis kuantitatif perhitungan biaya dilakukan dengan cara : a. Biaya total produksi usahatani TC= TFC + TVC b. Penerimaan, TR i = Yi . Pyi c. Pendapatan, (pendekatan on farm, off farm, dan natura) π = TR –TC c. Menurut Kountur (2006) analisis uji beda rata-rata dilakukan dengan cara : (1) Membuat Hipotesis Statistik (2) Mencari Varian / Ragam (s2) (3) Melakukan uji normalitas (4) Melakukan uji T HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Produksi, Biaya, dan Pendapatan a. Produksi
Produksi cabai merah merupakan hasil akhir dari proses budidaya yang dilakukan. Dihitung dengan cara menjumlah produksi dalam satu musim dari tiap petani kemudian dirata-rata. Adanya perubahan iklim berupa peningkatan intensitas curah hujan yang tinggi pada tahun 2010 menyebabkan penurunan tingkat produksi cabai merah yang dihasilkan pada tahun 2010. Hal ini dikarenakan peningkatan curah hujan dan terjadi sepanjang tahun menyebabkan tanaman cabai merah menjadi cepat busuk dan mudah terserang cendawan. Rincian produksi berdasarkan produktivitas dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini. Tabel 1. Rata-rata Produksi Tanaman Cabai Merah di Desa Kanigoro Persentase No Tahun Produksi (kg) penurunan (%) 11,887.86*) 1 2006 43,86 8.264,29**) 2 2010 Sumber : *) Key Informan **) Data Primer Diolah, 2012 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa rata-rata produksi cabai merah pada tahun 2006 adalah sebesar 11.887,86 kg. Sedangkan pada tahun 2010 produksi sebesar 8.264,28 kg. Berdasarkan tabel 12 di atas dapat dilihat bahwa telah terjadi penurunan produksi sebesar 3.623,57 kg atau sebesar 43,86% dari tahun 2006 ke tahun 2010. Dengan
demikian, di Desa Kanigoro memang telah terjadi penurunan produksi akibat perubahan iklim dengan intensitas curah hujan yang yang tinggi. b. Biaya Biaya total merupakan jumlah dari biaya tetap dan biaya variabel. Rincian mengenai biaya total yang digunakan dalam usahatani cabai merah dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini. Tabel 2. Rata-Rata Total Biaya Usahatani Cabai Merah pada Tahun 2006 dan 2010. No Uraian Tahun 2006 (Rp) Tahun 2010 (Rp) 1 Total Biaya Tetap 7.424.094,57 9.379.253,51 2 Total Biaya Variabel 59.461.024,45 79.555.278,06 3 TC 66.885.119,02 88.934.531,67 Sumber : Data Primer Diolah, 2012 Berdasarkan tabel 2 di atas, dapat diketahui kenaikan biaya total yang meliputi kenaikan biaya tetap pada tahun 2006 ke 2010 sebesar Rp 1.955.158,94 atau sebesar 26,33 % dan kenaikan biaya variabel sebesar Rp 20.094.425,61 arau sebesar 33,79 %. Dengan kata lain, selisih sebesar Rp 22.049.421,65 atau dengan persentase kenaikan total biaya usahatani adalah sebesar 32,96%. Kenaikan total biaya yang tinggi ini disebabkan oleh pengaruh perubahan iklim yang menyebabkan pembiayaan membengkak pada tenaga kerja dan penyemprotan pestisida. Tenaga kerja digunakan lebih banyak pada tahun 2010 untuk pengendalian hama dan penyakit, karena intensitas curah hujan yang tinggi menyebabkan tingkat serangan hama dan penyakit semakin sering dan tanaman akan mudah terinfeksi. c. Penerimaan Penerimaan merupakan hasil perkalian antara jumlah output dengan harga. Besar kecilnya penerimaan sangat dipengaruhi oleh jumlah produksi yang dihasilkan dan harga yang terjadi di pasaran. Besarnya tingkat penerimaan yang diterima petani cabai merah dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini. Tabel 3. Rata-rata Penerimaan Usahatani Cabai Merah di Desa Kanigoro, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang No Tahun Produksi (kg) Harga (Rp) Penerimaan (Rp) 1 2006 11.887,86 2 2010 8.264,28 Sumber : Data Primer Diolah, 2012
13.057,14 27.447.14
154.980.257,14 226,831,030.61
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat tingkat penerimaan yang diterima oleh petani cabai merah pada tahun 2006 dan 2010. Tingkat produksi pada tahun 2010 mengalamai penurunan (dirujuk pada tabel 1). Namun demikian, pada tahun 2010 harga pasar sangat tinggi sehingga tingkat penerimaan yang diterima petani pada tahun 2010 lebih tinggi daripada pada tahun 2006 walaupun pada tahun 2010 tingkat produksi menurun. Melonjaknya tingkat harga pada tahun 2010 dikarenakan adanya
iklim ekstrem sehingga menyebabkan penurunan produksi namun permintaan di pasar sangat tinggi. Pada tabel 18 dapat dilihat bahwa harga cabai merah rata-rata pada tahun 2006 adalah Rp 13.057,14-, sedangkan pada tahun 2010 adalah Rp 27.447,14. Kenaikan harga sebesar Rp14.390,00 atau sebesar 110% dari tahun 2006 ke 2010 menyebabkan tingkat penerimaan yang tinggi pada tahun 2010. Perbedaan tingkat penerimaan pada tahun 2006 dan 2010 sebesar Rp 7.185.077,37 atau sebesar 46,36 % diakibatkan adanya dampak perubahan iklim ekstrem dan tingkat inflasi yang terjadi. d. Pendapatan Pendapatan petani dilakukan dengan dua cara. Yakni perhitungan pendapatan dari on-farm dan pendapatan off farm. Untuk pendapatan petani pada on-farm dihitung dengan mengurangi total penerimaan (TR) total biaya (TC) pada masing-masing tahun 2006 dan 2010. Besar kecilnya pendapatan dipengaruhi oleh penerimaan yang diterima oleh petani cabai merah dan besarnya biaya yang dikeluarkan dalam usahatani. Rincian mengenai pendapatan petani cabai merah akan dijelaskan pada tabel berikut ini. Tabel 18. Rata-rata Pendapatan Petani Cabai Merah Desa Kanigoro, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang No Uraian Pendapatan 2006 Pendapatan 2010 1
Pendapatan On Farm (Rp)
Pendapatan natura (kg beras) 2 Sumber : Data Primer Diolah, 2012
88.095.138,12
126.528.754,14
20.975,03
18.745,00
Dari hasil perhitungan pendapatan natura pada 2006 didapatkan nilai Sedangkan pendapatan natura pada tahun 2006 yang didapatkan nilai 20.975,03 kg beras. Sedangkan pendapatan natura pada tahun 2010 adalah 18.745,00 kg beras. Penurunan sebesar 2.230,03 kg atau sebesar 11,89 % disebabkan oleh adanya perubahan iklim yang berdampak pada penurunan produksi dan penurunan pendapatan on farm. 2. Sikap dan Pengetahuan Petani Sejauh adanya perubahan iklim yang terjadi pada tahun 2010 sikap yang dilakukan petani ada dua hal yakni membiarkan tanaman tersebut dan memanen lebih cepat. Petani yang tidak membiarkan tanaman cabai merahnya beranggapan bahwa apabila tanaman cabai merah dipanen akan menambah biaya produksi dan mengakibatkan kerugian yang bertambah besar sedangkan petani yang memanen lebih cepat beranggapan bahwa jika tanaman tidak segera dipanen, serangan hama dan penyakit akan semakin tinggi karena curah hujan tidak kunjung selesai, padahal dalam proses pembentukan bunga dan buah tidak diperlukan air yang banyak. Apabila kebutuhan air terlalu tinggi, maka buah akan busuk. Berikut ini adalah gambar yang menjelaskan sikap petani terhadap adanya perubahan iklim.
43% 57%
Membiarkan (43%) Panen Lebih Awal (57%)
Gambar 1. Sikap Petani akibat adanya Perubahan Iklim di Desa Kanigoro, Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Malang Berdasarkan gambar 6 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar petani mengambil inisiatif untuk memanen cabai merahnya lebih awal sebagai tindakan tindak menghadapi perubahan iklim. Sebanyak 15 orang atau sebesar 42,86% petani yang tidak memanen cabai merahnya dan membirakannya mati. Sedangkan 20 orang petani atau sebesar 57,14% telah memanen cabai merahnya lebih awal.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
1. Rata-rata rata produksi cabai merah ppada tahun 2006 adalah sebesar 11.887,86 11.887, kg. Sedangkan pada tahun 2010 produksi sebesar 88.264,29 .264,29 kg. Hal ini dapat disimpulkan bahwa telah terjadi penurunan produksi pada tahun 2010. Hal ini membuktikan terjadi akibat perubahan perubahan iklim dengan intensitas curah hujan yang tinggi. Dari hasil uji beda rata rata-rata rata produksi tanaman cabai merah dengan menggunakan uji T sampel berpasangan untuk mengetahui apakah ada perbedaan rata-rata rata antara dua sampel produksi tahun 2006 dan 2010. Didap Didapatkan atkan nilai t hitung adalah 6,495 sedangkan nilai t tabel adalah 1,69, dimana nilai t hitung lebih besar daripada nilai t tabel sehingga terima H1 dan tolak Ho. Hal ini berarti bahwa terdapat perbedaan nyata antara produksi cabai merah pada tahun 2006 dan tahun 2010. 2. Rata-rata pendapatan on farm pada tahun 2006 sebesar Rp 88.095.138,12 88.095.138, . Pada tahun 2010 pendapatan petani on farm sebesar Rp126.528.754,14. Pada pendapatan off farm tidak semua petani melakukan pekerjaan di luar sektor pertanian. Pada tahun 2010 dari total 35 responden hanya 10 orang yang bekerja di sektor lain disamping sektor petanian atau sebesar 28,57%. Sedangkan pada tahun 2006 sebanyak 13 orang atau sebesar 37 37,14% ,14% bekerja di sektor lain selain sektor pertanian. Hal ini disebabkan karena petani pada 2010 telah banyak melakukan pekerjaan sampingan di luar usahataninya. Turunnya pendapatan pada on farm
memaksa petani untuk bekerja pada sektor off farm guna memenuhi kebutuhan hidupnya. 3. Dari hasil perhitungan pendapatan natura pada 2006 didapatkan nilai 20.975,03 kg beras. Sedangkan pendapatan natura pada tahun 2010 adalah 18.745,00 kg beras. didapatkan hasil uji beda rata-rata didapatkan nilai t hitung sebesar 7,879 dengan t tabel sebesar 1,69 yang berarti nilai t hitung lebih besar daripada nilai t tabel sehingga terima H1 dan tolak Ho. Hal ini berarti bahwa terdapat perbedaan nyata antara pendapatan tahun 2006 dan 2010. Penurunan pendapatan ini disebabkan oleh adanya perubahan iklim. 4. Sumber pengetahuan petani berasal dari media cetak, penyuluh, dan rekan tani. Media cetak merupakan sumber pengetahuan petani yang tertinggi dengan jumlah petani 17 orang atau senilai 48,57%. Sedangkan perubahan iklim juga menyebabkan perubahan morfologi pada tanaman cabai merahnya yakni tanaman tampak kerdil dan batang tanaman kurus dan kering. Sebesar 94% petani telah mengetahui adanya perubahan intensitas hama dan penyakit pada tanaman cabai merahnya dimana perubahan tersebut adalah tanaman cabai lebih banyak kutu daun di bawah permukaan daun dan lalat buah yang menyebabkan buah menjadi berlubang dan busuk. Sebanyak 57,14% petani mengambil inisiatif untuk memanen cabai merahnya lebih awal sebagai tindakan menghadapi perubahan iklim. Saran 1. Bagi instansi terkait seperti Dinas Pertanian, BMKG, dan petugas penyuluhan pertanian perlunya penyuluhan kepada petani mengenai dampak perubahan iklim sehingga dapat meningkatkan pengetahuan petani dalam rangka upaya mengatasi dampak perubahan iklim. 2. Bagi peneliti dan petani, perlu mencari metode budidaya untuk mengatasi curah hujan yang terlalu tinggi, yakni dengan perlakuan penggunaan mulsa atau plastik pada tanaman. 3. Bagi pemerintah, perlunya membuka kesempatan bekerja di luar sektor pertanian agar dibuka lebar pendapatan petani menjadi lebih tinggi. Selain itu, bagi petani perlu bekerja lebih banyak di luar sektor pertanian agar dapat menutupi biaya usahatani yang sangat tinggi di sektor pertanian. DAFTAR PUSTAKA Dinas Pertanian. 2012. Permintaan Cabai Merah. (online) http://www.dipertajatim.go.id/index3.php?gate=cabai_x. Diakses tanggal 3 Februari 2012 Kemedag. 2011. Cabai Merah. (Online) http://ews.kemendag.go.id/download.aspx?file=111230_ANK_PKM_PBK_Cab ai+Rev+1.0.pdf&type=publication. Diakses tanggal 3 Februari 2012
Kountur, Rony. 2006. Statistik Praktis. Jakarta. PPM. Parel, et,al. 1973. Sampling Design and Procedure. A/D/C. Singapore. Singarimbun, M dan Sofyan, Effendi. 2008. Metode Penelitian Survai. LP3ES. Yogyakarta. Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani. Universitas Indonesia. Jakarta.