NASKAH PUBLIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPERCAYAAN MASYARAKAT TERHADAP KYAI (STUDI KUALITATIF)
Oleh : WENY EKASWATI RATNA SYIFA’A R
FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2006
NASKAH PUBLIKASI
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPERCAYAAN MASYARAKAT TERHADAP KYAI (STUDI KUALITATIF)
Telah disetujui Pada Tanggal
____________________
Dosen Pembimbing
Hj. Ratna Syifa’a R, S.Psi.,M.Si
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPERCAYAAN MASYARAKAT TERHADAP KYAI (STUDI KUALITATIF)
Weny Ekaswati Ratna syifa’a R
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap kyai. Pada penelitian ini akan digali semua faktor yang nantinya muncul dalam diri responden. Subjek penelitian ini adalah masyarakat Situbondo yang berdomisili dekat dengan Pondok Pesantren. Desain penelitian yang digunakan adalah Etnografi. Sedangkan metode pengambilan data menggunakan wawancara dan observasi Teknik analisis dalam penelitian ini adalah teknik analisis tematik. Berdasakan temuan lapangan dapat disimpulkan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap kyai juga dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Faktor ekternal terdiri dari Lingkungan, Gelar kyai merupakan pemberian Allah, Kebiasaan dan adat istiadat, Keluarga, Media Informasi, Popularitas Kyai. Sedangkan faktor internal yaitu Persepsi terhadap Kyai.
Kata Kunci : Kepercayaan, Kyai.
PENGANTAR Dalam era globalisasi ini, warga masyarakat dituntut untuk lebih cepat dalam berpikir dan bertindak guna kelangsungan hidup mereka yang semakin hari semakin keras. Setiap ruang hidup saat ini penuh dengan persaingan sehingga membuat warga masyarakat begitu giat dalam melaksanakan tugas sebagai manusia yang membutuhkan kebutuhan duniawi demi kelangsungan hidup mereka. Selain kebutuhan duniawi, warga masyarakat juga memerlukan spiritualitas yaitu menjalin hubungan yang lebih dekat dengan sang pencipta. Warga masyarakat Indonesia telah terkenal akan kereligiusitasan mereka. Ini tercermin dari sikap serta perilaku warga masyarakat Indonesia yang berbeda dengan negara lain karena warga masyarakat Indonesia masih menjunjung tinggi aturan agama serta norma-norma sosial yang berlaku di setiap tempat tinggal mereka. Usaha yang dilakukan warga masyarakat dalam mewujudkan keinginan mereka agar lebih dekat lagi dengan sang pencipta mengarahkan mereka akan pentingnya keberadaan seorang ulama. Di Indonesia sendiri dari jaman setelah keberadaan para wali Allah yang sering disebut sebagai wali songo. Sebagian besar warga masyarakat mempercayai dan meyakini akan keberadaan seorang ulama. Mereka dapat dijadikan panutan dalam hidup, dapat memberikan kesejukan ketika sedang bercengkrama juga yang lebih penting memberikan pengetahuan tentang agama lebih dalam dan lebih detail sehingga warga masyarakat menjadi lebih paham dan mengerti akan hal-hal yang menyangkut tentang agama khususnya agama islam.
Inilah yang kemudian memotivasi para ulama atau kyai untuk mendirikan sebuah Pondok Pesantren guna memfasilitasi warga masyarakat yang ingin memperdalam ilmu agama mereka. Di negara Indonesia hampir seluruh pelosok daerah banyak berdiri pondok pesantren . Mulai dari Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur termasuk Madura. Pondok Pesantren mengajarkan berbagai hal dari bahasa asing, ilmu pengetahuan umum dan lebih fokus lagi pada pendidikan agama. Dari sekian banyak daerah, Jawa Timur merupakan daerah basis ulama. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya Pondok Pesantren dan juga ulama. Ulama besar yang telah terkenal se-Indonesia banyak berasal dari Jawa Timur. Dalam kemunculan tokoh agama yang sering di sebut ulama, masyarakat kemudian mempercayai dan meyakini ulama. Keyakinan mereka bermacam-macam bentuknya. Ada yang sekedar memiliki keyakinan bahwa ulama tersebut hanya sebagai orang yang dapat menjadi tempat bertanya dan berdiskusi tentang agama, hingga ketika seseorang yang meyakini ulama sebagai seseorang yang penting atau yang ikut andil dalam pengambilan keputusan dalam hidupnya. Sampai saat ini kepercayaan terhadap ulama masih kental dan ada hampir pada sebagian besar warga masyarakat Indonesia. Ini disebabkan berbagai aktivitas yang menguras tenaga dan pikiran belum lagi masalah yang muncul dalam diri pribadi atau dalam keluarga sehingga mereka menginginkan kesejukan, ketenangan dalam masing-masing pribadi yang menimbulkan keyakinan atau kepercayaan terhadap seorang ulama itu dalam setiap individu.
Menurut hasil rumusan musyawarah antar pimpinan Al Ma’had Ali A’l islam (pesantren tinggi) seluruh Indonesia yang diselenggarakan pada tanggal 2 sampai dengan 8 jumadil ula 1409 atau 14 sampai dengan 17 desember 1988, bertempat di wisma PHI cempaka putih Jakarta, ulama adalah jamak dari kata ‘alima yang berarti seseorang yang memiliki ilmu yang mendalam luas dan mantap. Dalam al-qur’an surat 35:28 dan surat 26:197 menegaskan bahwa orang yang memiliki jiwa, kemampuan dan potensi “khasanah” kepada Allah hanyalah Ulama. Karena itu ulama adalah seseorang yang memiliki kepribadian dan akhlak yang dapat menjaga hubungan dekatnya dengan allah dan memiliki benteng kekuatan untuk menghalau dan meninggalkan segala sesuatu yang dibenci oleh Allah. Tunduk, patuh dan “khasanah” kepada-Nya. Rasulullah saw memberikan rumusan tentang ulama dengan sifat-sifatnya yaitu bahwa ulama adalah hamba Allah yang berakhlak Qur’ani yang menjadi “waratsatul anbiya” (pewaris para nabi), “qudwah” (pemimpin dan panutan), khalifah, pengemban amanah Allah, penerang bumi, pemelihara kemaslahatan dan kelestarian hidup manusia. Dari beberapa pengertian tadi maka dalam tafsir fizilalil Qur’an jilid VI juz XXII pada halaman 130, maka musyawarah menetapkan pengertian ulama sebagai berikut, ulama adalah hamba Allah yang memiliki jiwa dan kekuatan khasayyatullah, mengenal Allah dengan pengertian yang hakiki, pewaris nabi, pelita umat dengan ilmu dan bimbingannya, menjadi pemimpin dan panutan yang uswah hasanah dalam ketaqwaan dan istiqamah yang menjadi landasan baginya dalam beribadah saleh, selalu benar dan adil. Di daerah pedesaan sebagian besar memanggil ulama dengan sebutan Kyai.
Keyakinan seseorang terhadap suatu subjek atau objek tertentu akan di pengaruhi oleh informasi tentang subjek atau objek tersebut, pengaruh dari lingkungan setempat, dari dalam diri individu sendiri, pengalaman individu. Besar kecilnya pengaruh - pengaruh tersebut tergantung dari proses kognitif yang terjadi dalam individu tersebut. Proses kognitif tersebut berperan penting dalam proses meyakini sesuatu. Karena dari proses tersebut muncul pertanyaan-pertanyaan untuk meyakinkan akal pikiran kita tentang keyakinan terhadap sesuatu. Kemudian kita baru dapat memutuskan apakah kita akan meyakini atau tidak. Sejak para wali telah tiada, maka tugas untuk mensyiarkan agama islam di bebankan kepada ulama yang ada saat itu. Hingga saat ini tugas tersebut masih diemban oleh ulama. Keadaan di daerah Situbondo khususnya, sangat berbada sekali dengan fungsi ulama yang telah di sebutkan diatas. Fungsi ulama di Situbondo selain untuk mensyiarkan agama islam, juga sebagai tempat untuk penyelesaian masalah pada setiap warga setempat baik masalah pribadi, keluarga, penyakit dan lain-lain. Kemudian dari kejadian tersebut menimbulkan ketergantungan sikap pada masyarakat setempat terhadap ulama atau warga sering menyebutnya kyai. Mengetahui hal tersebut maka sudah waktunya diadakan penelitian tentang kepercayaan masyarakat terhadap kyai yang menimbulkan ketergantungan sikap pada setiap warga masyarakat setempat. Dari segi sikap dan mental yang dimiliki, imam Al-Ghazali dalam kitab ihya ulumiddin menggolongkan ulama menjadi dua macam yaitu:
1. Ulama Dunia : ulama yang dengan ilmunya itu ia bermaksud memperoleh kenikmatan dunia atau berkeinginan meraih jabatan duniawi yang setinggitingginya (Ali Imran:187). 2. Ulama akhirat : ulama dalam arti sesungguhnya menurut Imam Al-Ghazali ada beberapa tanda ulama sejati: ?
mengutamakan kepentingan akhirat
?
menyesuaikan antara ucapan dan perbuatannya
?
berusaha sungguh-sungguh mencari ilmu yang bermanfaat di akhirat dan menghindari ilmu yang kurang bermanfaat.
?
Hidupnya sederhana
?
Menghindari banyak bergaul dengan penguasa
?
Tidak gegabah memberikan fatwa
?
Sebagian besar perhaitiannya diarahkan menuju pembinaan keluhuran budi (termasuk muroqabah dan mujahadah).
?
Sungguh-sungguh dalam memperkuat keyakinan agama dalam hatinya.
?
Prihatin, rendah hati, suka diam, dan wajahnya memantulkan sinar yang membuat orang ingat kepada Allah.
?
Menghindarkan diri dari hal-hal yang dapat mengacaukan iman
?
Mencari ilmu atas dasar hati nurani.
?
Menjauhkan diri dari perbuatan bid’ah Ada beberapa fungsi dan kewajiban ulama:
# Dakwah dan penegak islam serta pembentuk kader penerus: ?
memimpin dan menggerakkan pelaksanaan “iqomatuddin” 1. menanamkan dan memperkuat aqidah tauhidullah serta membebaskan manusia dari kemusyrikan. 2. mengatur
dan
melaksanakan
da’wah
islamiyah
terhadap
semua
lapisan/golongan mesyarakat. 3. menyelenggarakan dan mengembangkan da’wah islamiyah, ta’lim, tabiyah, tazkiyah dan hikmah secara menyeluruh dan sempurna. 4. menyelenggarakan pembinaan dan pembentukan kader penerus perjuangan “iqomatuddin”. ?
membina persatuan dan kesatuan dalam menunaikan tugas-tugas/kewajiban “iqomatuddin”.
# Pengkajian islam dan pengembangannya: ?
senantiasa menggali ajaran Al-qur’an dan As-sunnah
?
menemukan dan mengemukakan gagasan-gagasan baru yang islami untuk memperbaiki/meningkatkan kualitas hidup dan kehidupan masyarakat.
# Perlindungan dan pembelaan terhadap islam dan umat islam ?
mencintai dan melindungi “dhuafa”, “fugara” dan “masakin”.
?
Memperjuangkan dan membela kepentingan islam dan umat islam.
?
Membela dan melindungi islam dan umat islam dari setiap rongrongan dan usaha-usaha pelunturan ajaran dan aqidah islam (keputusan musyawarah antar
pimpinan Al-Ma’had Al Ali Al Islam seluruh Indonesia, yayasan Pondok Pesantren Indonesia, Bogor, Tanpa tahun, hal. 2-5). Pada penjelasan salah satu warga setempat bahwa masyarakat mempunyai kepercayaan terhadap Kyai/ulama karena ulama/Kyai merupakan keturunan langsung dari Nabi Muhammad saw. Sedangkan Nabi Muhammad sendiri merupakan nabi besar bagi umat islam jadi secara tidak langsung mareka harus dan wajib percaya pada ulama/Kyai. Beliau juga menjelaskan bahwa ulama/Kyai yang mereka anut sekarang
merupakan
keturunan
dari
Kyai/ulama
terdahulu
yang
mempunyai/memberikan pengaruh begitu besar pada masyarakat dan daerah setempat dengan kata lain warga masyarakat memiliki kepercayaan pada kyai/ulama karena atas karismatik yang dimiliki oleh ulama/Kyai tersebut. Kemudian dijelaskan pula karena Kyai/ulama membentuk dan bergelut pada suatu perkumpulan yang bernama Nadratul Ulama yang merupakan wadah dimana para ulama berkumpul dan mendiskusikan berbagai hal. Selain itu pula ada perilaku menyimpang dari kepercayaan yang mereka anut yaitu bahwa jika kyai memerintahkan masyarakat tersebut untuk menjual sesuatu demi terlaksananya keinginan warga, maka warga yang diperintahkan tidak ragu lagi untuk menjalankan perintah tersebut walaupun harta yang warga miliki hanya sebatas itu. Secara ideal tugas/fungsi para ulama adalah mengajarkan seperangkat keyakinan agama, sistem nilai dan amal nyata kepada pemeluk agama islam (Dr. Hiroko Horikoshi, 1987). Ulama selalu diharapkan berperan sebagai figur moral dan pemimpin sosial. Ulama harus menjadi penerjemah yang sah dan benar terhadap
doktrin dan nilai-nilai islamiyah itu kedalam situasi kehidupan sosial yang mengalami transformasi sehingga umat dapat dibimbing dan diarahkan menuju cita-cita tertinggi dari islam yaitu terwujudnya masyarakat yang maju, sejahtera, dan diridhoi oleh Allh SWT (Muhammad Tholchah Hasan, 2000). Dalam
pemahaman
kultural
Indonesia,
kepemimpinan
ulama
lebih
dipersepsikan sebagai kepemimpinan “karismatik” atau kepemimpinan “tradisional”. Dalam teori Weber menyatakan bahwa pemimpin karismatik adalah pemimpin yang dihormati dan dipatuhi oleh masyarakatnya, karena di pandang memiliki sifat-sifat personal yang luar biasa. Sejauh mana otoritas dan kredibilitas (kewibawaan) yang dimiliki oleh pemimpin tersebut, akan tergantung pada pengakuan dan kepercayaan dari masyarakat pengikutnya. Sedangkan pemimpin tradisional lahir dan dibentuk atas dasar garis keturunan dan lebih merujuk kepada “status supermasi genetik” daripada “prestasi kualitatifnya” Berdasarkan dari tinjauan latar belakang permasalahan di atas maka muncul keinginan penulis untuk mengangkat topik penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap kyai. Penelitian ini dikhususkan pada masyarakat Situbondo. Penelitian ini sebaiknya dilakukan agar dapat memberikan gambaran yang sebenarnya tentang kepercayaan terhadap kyai yang terjadi pada masyarakat Situbondo.
METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Metode ini digunakan karena penelitian yang dilakukan bersifat alamiah. Artinya apa yang terjadi atau apa yang diteliti merupakan peristiwa yang terjadi tanpa harus dibuat-buat atau bisa juga disebut fenomena dalam masyarakat. Dan ini cenderung terjadi dalam masyarakat tertentu khususnya masyarakat Situbondo yang menjadi subjek penelitian ini. Penelitian ini menggunakan desain penelitian Etnografi. Etnografi merupakan suatu bangunan pengetahuan meliputi teknik penelitian, teori etnografi, dan berbagai macam deskripsi kebudayaan (spradley,1997). Etnografi berulang kali bermakna untuk membangun suatu pengertian yang sistematik mengenai semua kebudayaan manusia dari perspektif orang yang telah mempelajari kebudayaan itu. B. Fokus Penelitian Fokus dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap kyai. C. Responden Penelitian Subjek penelitian ini adalah masyarakat Situbondo yang memiliki perilaku bahwa mereka percaya terhadap kyai. Sampel penelitian ini adalah masyarakat yang berdomisili dekat dengan salah satu pondok pesantren yang kyainya cukup terkenal di Situbondo dan menunjukkan perilaku yang mengarah pada kepercayaan terhadap kyai.
D. Metode Pengumpulan Data Pada penelitian kualitatif, dalam pengambilan data sangat bermacam-macam sesuai dengan masalah yang diteliti. Ada beberapa metode yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini, yaitu observasi dan wawancara. Sifat dari wawancara tersebut adalah informal dan terbuka. Dimaksudkan agar dalam proses wawancara tidak terjadi kekakuan yang menyebabkan subjek tidak sesuai dalam menjawab pertanyaan yang diberikan peneliti. E. Prosedur Pengumpulan Data Prosedur penelitian ini diawali dengan membuat janji terlebih dahulu kepada subjek penelitian kemudian setelah menyetujui kesepakatan bersama baru memulai proses wawancara di rumah peneliti. Sebelum melakukan wawancara secara mendalam, peneliti terlebih dahulu melakukan pendekatan terhadap subjek penelitian dengan bertanya seputar kehidupan subjek sekaligus melakukan observasi
fisik
subjek. Dalam proses wawancara, peneliti menggunakan alat Bantu tape recorder dan buku catatan. Observasi dilakukan setelah wawancara berlangsung. F. Teknik Analisis Data Pada teknik analisis data untuk penelitian kualitatif terbagi menjadi dua. Pertama, Analisis tematik dan yang kedua menggunakan analisis Grounded Theory (Poerwandari, 2001). Sedangkan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis tematik. Analisis tematik bukan metode kualitatif baru yang di kembangkan, melainkan suatu proses yang digunakan dalam mengolah informasi kualitatif. Analisis tematik adalah proses yang dapat digunakan hampir
Semua metode kualitatif, dan memungkinkan penerjemahan gejala/informasi kualitatif menjadi data kualitatif seperti diperlukan oleh peneliti (Boyatzis, 1998 dalam Poerwandari 2001).
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Dalam Moleong (2004), Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang di alami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk katakata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Dalam pengambilan data menggunakan observasi dan wawancara. Pada desain penelitian menggunakan etnografi. Kemudian dalam menganalisa data penelitian menggunakan analisa tematik. Penelitian ini bermaksud mengungkap faktor-faktor yang mempengaruhi Kepercayaan masyarakat terhadap kyai. Pertanyaan penelitian ini apa sajakah faktorfaktor yang mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap kyai. Berdasarkan hasil analisa temuan data observasi dan wawancara yang peneliti lakukan selama penelitian, peneliti berhasil mengungkap dan menemukan beberapa faktor yang mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap kyai. secara garis besar, faktor-faktor tersebut terbagi menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal (lihat tabel 2 dan 3).
Faktor eksternal individu tersebut, terdiri atas: faktor lingkungan; gelar kyai merupakan pemberian Allah; kebiasaan dan adat istiadat dari nenek moyang di Situbondo; faktor keluarga; media informasi. Faktor eksternal yang mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap kyai yaitu faktor lingkungan. Lingkungan sangat berpengaruh pada proses psikologis dalam diri individu. Ada beberapa hal yang harus terpenuhi untuk menciptakan situasi yang dapat memfasilitasi tumbuhnya kepercayaan yaitu visibilitas dan kedekatan (Sztompka, dalam penelitian Gading 2005). Temuan data yang ada dalam penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh faktor lingkungan dengan kepercayaan masyarakat terhadap kyai, sebagaimana dapat kita lihat pada subjek I dan II. Mereka percaya pada kyai karena memiliki salah satu faktor dimana rumah mereka dekat dengan kyai. sehingga dapat memperhatikan setiap tingkah laku kyai tersebut sehingga muncul dalam diri mereka kepercayaan terhadap kyai. subjek I menjelaskan bahwa selain faktor yang tersebut diatas, subjek juga mempertimbangkan kepopularitasan kyai. Kyai yang diyakini harus terkenal di daerah tersebut karena itu merupakan penghargaan dari masyarakat bahwa kyai tersebut sudah tidak diragukan lagi keberadaannya. Faktor eksternal lain adalah gelar kyai merupakan pemberian Allah. Faktor ini juga berpengaruh terhadap keyakinan pada kyai. Hal ini dapat kita lihat pada temuan subjek I dan II. Subjek I menerangkan bahwa gelar kyai itu diberikan langsung oleh Allah karena orang yang diberi gelar kyai langsung dari Allah adalah orang-orang terpilih menurut Allah dan Allah tidak mungkin salah pilih. Subjek mendapat
informasi tersebut dari pengajian yang di ikutinya. Subjek II mengetahui gelar kyai diberikan oleh Allah dari kitab suratunnadiyyin. Kitab tersebut dibaca pada saat mondok di pondok pesantren terkenal di Situbondo sehingga subjek meyakini kyai dalam diri individu. Faktor eksternal lain adalah kebiasaan dan adat istiadat dari nenek moyang di Situbondo. Temuan data yang peneliti dapatkan mengarahkan faktor tersebut juga mempengaruhi tingkat kepercayaan terhadap kyai. Seperti subjek I, menjelaskan bahwa awal subjek percaya pada kyai karena merupakan kebiasaan yang diikuti oleh subjek. Pola asuh dan pendidikan yang diterapkan dalam keluarga turut mempengaruhi tingkat kepercayaan anak-anaknya. Middlebrook dalam penelitian Kusmaryani 2004, menyatakan bahwa sikap orang tua dan anak cenderung selalu sama sepanjang hidup. Faktor eksternal lain adalah faktor keluarga. Keluarga, tempat dimana subjek berada tentu memiliki pengaruh terhadap proses psikologis yang ada dalam individu. Sebagaimana subjek I, keyakinan terhadap kyai semakin bertambah ketika salah satu anggota keluarga membutuhkan pertolongan kyai. Awalnya istri subjek sudah sakit sejak lama. Dibawa ke dokter tidak kunjung sembuh, lalu subjek membawa istrinya ke kyai untuk coba di obati dan ternyata sembuh. Begitu juga dengan anak subjek yang memiliki sifat yang keras. Segala keinginannya harus dituruti. Subjek ingin anaknya tidak seperti itu. Maka subjek membawa anaknya ke kyai. menurut kyai, anak subjek harus ditambah namanya kemudian diadakan selamatan. Setelah semua perintah kyai dilaksanakan maka apa yang diinginkan subjek terwujud, anaknya
menjadi lebih baik. Kepercayaan adalah kesediaan seseorang untuk menetapkan dan menyerahkan segala aktivitasnya kepada orang lain karena yakin bahwa orang lain tersebut seperti apa yang di harapkannya (Scanzoni, dalam penelitian Marpaung 2003). Faktor eksternal lain adalah media informasi. Informasi yang diterima subjek akan mempengaruhi proses kognitif maupun afektif dalam diri individu. Sebagaimana subjek I, keyakinan pada kyai meningkat ketika mendapat informasi dari pengajian yang subjek ikuti. Subjek II mengawali keyakinannya terhadap kyai karena pernah mondok di salah satu pondok pesantren dan di sana subjek membaca kitab yang bernama kitab suratunnadiyyin yang berisikan tentang asal usul kyai. menurut Fishbein dan Ajzen (1975) menyebutkan ada beberapa bentuk kepercayaan salah satunya adalah Informational belief yaitu kepercayaan yang di bentuk melalui penerimaan informasi dari sumber eksternal seperti radio, Koran, majalah, televisi, internet dll. Temuan data yang ada dalam penelitian ini juga menunjukkan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap kyai, selain dipengaruhi oleh banyak faktor eksternal diatas ternyata dipengaruhi juga oleh faktor internal. Adapun faktor internal itu yaitu persepsi individu terhadap kyai yang diperkuat oleh figur kyai diantaranya Kyai islam sunnah wal jamaah, Kyai mengajarkan ajaran rasulullah, Kyai memberikan syiar agama, Kyai memiliki tingkah laku yang baik, Kyai memberikan petunjuk/tempat bertanya tentang kehidupan, Kyai merupakan penerus rasulullah, Kyai memiliki silsilah dari wali/sunan, Kyai memberikan petunjuk yang
benar/pengarahan yang baik, Kyai sebagai tempat penyelesaian masalah, Kyai lebih dekat dengan Allah sehingga doanya cepat diterima, Kyai sebagai panutan. Persepsi dalam diri individu memiliki pengaruh terhadap kepercayaan pada kyai. Dalam istilah yang digunakan oleh Fishbein dan Ajzen (1975), kepercayaan adalah penilaian tentang kemungkinan suatu objek mempunyai karakteristik tertentu. Seseorang dapat saja tidak mempercayai seluruh informasi yang diberikan, dan pada saat yang sama membentuk kepercayaan lainnya yang juga dapat mempengaruhi sikapnya (Fishbein&Ajzen, 1975). Faktor ini terdapat pada semua subjek penelitian. Dalam istilah yang digunakan oleh Fishbein dan Ajzen (1975), Kepercayaan adalah penilaian tentang kemungkinan suatu objek mempunyai karakteristik tertentu. Scanzoni (dalam penelitian Marpaung 2003) bahwa kepercayaan adalah kesediaan seseorang untuk menetapkan dan menyerahkan segala aktivitasnya kepada orang lain karena yakin bahwa orang lain tersebut seperti apa yang diharapkannya. Allinso dalam penelitian Marpaung 2003, menemukan bahwa kepercayaan interpersonal mendasari penilaian seseorang terhadap karakteristik dan motivasi orang lain dan akan meningkatkan pertukaran informasi penting. Figur kyai dapat menjadi faktor yang berpengaruh dalam kepercayaan mereka terhadap kyai, walaupun subjek satu dengan lainnya saling memiliki pendapat yang berbeda-beda tentang figur kyai tersebut. Salah satu subjek menjelaskan bahwa dia percaya pada kyai karena memiliki silsilah dari wali/sunan. Dari faktor tersebut kemudian subjek memiliki persepsi bahwa kyai merupakan penerus rasulullah.
Faktor-faktor yang terdapat dalam faktor figur kyai saling terkait antara faktor satu dengan faktor lainnya. Seperti pada subjek I, menjelaskan bahwa kyai memiliki silsilah dari wali/sunan sehingga subjek memiliki persepsi bahwa kyai merupakan penerus rasulullah. Dalam penjelasan subjek terungkap bahwa penerus rasulullah yang pertama adalah para wali, baru kemudian para kyai. Dari faktor tersebut kemudian muncul faktor kyai sebagai panutan karena kyai memiliki tingkah laku yang baik. Selain itu kemudian muncul bahwa kyai selalu memberikan petunjuk/pengarahan yang baik dan benar. Kyai yang subjek yakini tidak mungkin memiliki tingkah laku dan memberikan pengarahan yang tidak baik. Subjek yakin akan hal itu karena kyai yang di yakini memiliki silsilah dari wali/sunan. Pada subjek II tidak berbeda jauh dengan subjek I. Subjek memiliki persepsi bahwa kyai merupakan penerus rasulullah sehingga kyai selalu mengajarkan ajaran rasulullah dan mensyiarkan agama. Dari faktor itu kemudian muncul faktor kyai memiliki tingkah laku yang baik dan selalu memberikan pengarahan yang baik serta petunjuk tentang kehidupan. Subjek menyebutkan kyai sebagai panutan karena kyai merupakan penerus dari rasulullah. Kemudian untuk subjek III, menjelaskan bahwa subjek yakin pada kyai islam sunnah wal jamaah yang memiliki arti kyai tersebut selalu mengajarkan ajaran islam secara benar dan juga mengajarkan ajaran rasulullah. Dari faktor tersebut kemudian muncul bahwa kyai sebagai tempat bertanya tentang hidup karena subjek merasa awam dalam pengetahuan tentang agama dan kehidupan sehingga subjek merasa perlu bertanya pada kyai.
Faktor yang berpengaruh terhadap kepercayaan mereka pada kyai adalah kebarokahan doa kyai. Kepercayaan merupakan hipotesis atau asumsi personal terhadap akan dibuktikannya sebuah hasil atau pernyataan sehingga apabila di tes dengan semua alat tes akan di terima oleh orang yang mempengaruhinya sebagai sesuatu yang valid (Mc Garty dan Haslam, dalam penelitian Mulyani 1989). Dalam kaitannya dengan kebarokahan doa kyai, peneliti menemukan beberapa hasil penelitian yang menunjukkan adanya pengaruh kebarokahan doa kyai terhadap kepercayaan pada kyai. Beberapa responden dalam penelitian ini ada yang percaya terhadap kyai karena kebarokahan doa kyai yang telah terbukti dan memberi manfaat bagi responden atau ada responden yang hanya mengharapkan doa kyai untuk dirinya. Temuan data wawancara pada responden menunjukkan pengaruh kebarokahan doa terhadap kepercayaan pada kyai. Subjek I yang mempercayai dan meyakini bahwa doa kyai memberikan barokah pada subjek. Subjek juga menceritakan bahwa nenek moyang subjek selalu datang ke kyai hanya untuk minta barokah dan doanya. Seiring berjalannya waktu, subjek membuktikan bahwa doa kyai membawa barokah bagi diri subjek. Artinya bahwa setiap doa yang kyai panjatkan selalu diterima dan di kabulkan oleh Allah. Menurut subjek doa kyai cepat di kabulkan karena dekat dengan Allah dan subjek merasa jika subjek berdoa sendiri belum tentu dikabulkan. Subjek II percaya pada kyai sejak mondok di pondok pesantren di Situbondo. Subjek hanya mengharapkan doa kyai ketika berkunjung ke kyai.
KESIMPULAN Peneliti
berhasil
menemukan
beberapa
faktor
yang
mempengaruhi
kepercayaan masyarakat terhadap kyai faktor-faktor tersebut terbagi menjadi dua macam yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu persepsi individu terhadap kyai. Sedangkan faktor eksternal terdiri atas faktor lingkungan; gelar kyai merupakan pemberian Allah; kebiasaan dan adat istiadat dari nenek moyang di Situbondo; faktor keluarga; media informasi. Setiap subjek yang menjadi objek dalam penelitian ini memiliki faktor yang terpenting dalam proses keyakinan mereka terhadap kyai. Dan setiap faktor yang muncul saling terkait dengan faktor lainnya. Setiap individu berbeda bagaimana awal mula mereka memiliki keyakinan terhadap kyai. Ada yang bermula karena memang kebiasaan dari para nenek moyangnya namun ada pula yang mengawali keyakinan tersebut melalui media informasi atau melalui pondok pesantren. Kadar kepercayaan masing-masing individu berbeda tergantung dari informasi dan pengalaman dari keyakinan tersebut. Media informasi merupakan faktor yang memiliki peran penting dalam proses kepercayaan ini, namun tidak semua individu yang mengawali kepercayaan melalui media informasi. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh pengenalan awal tentang kyai. Salah satu subjek meyakini kyai Dari kebiasaan nenek moyang, kemudian subjek lain karena dipengaruhi oleh lingkungan. Subjek yang mengenal kyai dari informasi
(kitab atau pengajian) akan meyakini kyai dengan kesungguhan hati. Apapun yang dikatakan kyai akan dilaksanakan. Faktor lingkungan disini memiliki arti bahwa masyarakat yang lokasi tempat tinggalnya dekat dengan domisili kyai maka kemungkinan besar mempengaruhi persepsi masyarakat tentang kyai. dan faktor ini sangat mendukung akan keyakinan seseorang terhadap kyai. Kepopularitasan kyai juga mendukung pada kepercayaan masyarakat terhadap kyai. masyarakat berpikir bahwa jika kyai tersebut telah memiliki nama di daerah tersebut maka tidak diragukan lagi akan keberadaannya yaitu kyai tersebut dapat dipercaya dan dipertanggung jawabkan perbuatannya. Secara keseluruhan hasil penelitian ini, tidak hanya mengungkap faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap kyai, namun hasil penelitian ini menunjukkan gambaran tentang dinamika perilaku masyarakat yang di pengaruhi oleh kepercayaan mereka terhadap kyai. Temuan data dari hasil penelitian ini tidak hanya dipengaruhi oleh faktor eksternal melainkan juga oleh faktor internal seperti persepsi individu terhadap kyai. B. Saran – saran 1. Bagi Kyai atau Ulama Dari hasil penelitian ini tergambar jelas bahwa kyai memiliki pengaruh yang sangat besar bagi masyarakat Situbondo. Masyarakat sangat tergantung sekali terhadap kyai. Dari gambaran hasil penelitian tadi, maka peneliti menyarankan pada kyai yang memiliki pengaruh besar terhadap masyarakat untuk menjaga kepercayaan
tersebut. Berikan contoh yang baik, pengarahan yang baik serta ajaran yang sesuai dengan ajaran agama. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya Peneltian Kepercayaan Masyarakat terhadap Kyai mudah-mudahan dapat dijadikan satu referensi bagi peneliti selanjutnya. Penelitian ini telah mengungkap beberapa faktor yang mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap kyai. faktor tersebut terbagi dua yaitu internal dan ekternal. Selain dapat mengungkap faktorfaktor yang mempengaruhi kepercayaan terhadap kyai, dalam penelitian ini juga memperlihatkan bahwa masyarakat yang memiliki kepercayaan terhadap kyai adalah masyarakat yang memiliki pendidikan rendah. Bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian lebih lanjut dengan menggali lebih dalam tentang kepercayaan masyarakat terhadap kyai juga dapat melakukan penelitian pada masyarakat yang memiliki pendidikan tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Baedowi, A. 2003. Transformasi Otoritas Keagamaan Pengalaman Islam Indonesia. Jakarta: PT Gramedia pustaka utama. Djaelani, A Q. 1994. Peran Ulama dan Santri Dalam Perjuangan Politik Islam di Indonesia. Surabaya: PT Bina Ilmu Dzakiah, L. 2003. Perbedaan Kepercayaan santri terhadap Kyai di Pesantren tradisional dan Pesantren Modern. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Direzkia, Y. 1999. Hubungan Locus of Control Eksternal dan self Monitoring dengan Kepercayaan terhadap Pengobatan Paranormal pada Mahasiswa Universitas Syiah Kuala Banda Aceh. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah mada. Gading, U S. 2005. Sms marketing dan kepercayaan Interpersonal. Intisari Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Hasan, M T. 2000. Islam dalam Perspektif Sosio Kultural. Desember. Jakarta: Lantabora Press. Horikoshi, Dr H. 1987. Kyai dan Perubahan Sosial. Desember. Jakarta: P3M Kusmaryani, R E. 2004. Hubungan Persepsi sistem Pengupahan dengan Kepercayaan dan Komitmen Organisasi. Tesis (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Program Pasca Sarjana Fakultas psikologi Universitas Gajah Mada. Marpaung, F S. 2003. Kepercayaan konsumen terhadap kualitas dan minat membeli produk makanan ditinjau dari pencamtuman label layanan konsumen pada kemasan. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. Ma’shum, KH A. 1993. Ajakan suci. Mulyani, S. 1989. Perbedaan perilaku asertif ditinjau dari Locus of Control dan Kepercayaan antar pribadi pada suami maupun pada istri ketika menghadapi situasi konflik. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.
Paramita, D. 2003. Kemampuan kerjasama ditinjau dari kepercayaan diri dan kepercayaan terhadap orang lain pada mahasiswa fakultas psikologi UII. Ringkasan Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia. Poerwandari, E. K. 1998. Pendekatan Kualitatif Dalam Penelitian Psikologi. Lembaga Pengembangan sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi. Universitas Indonesia. Poerwandari, E. K. 2001. Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia. Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi Universitas Indonesia. Spradley, J P. 1997. Metode Etnografi. Pengantar: DR. Amri Marzali MA. Februari. Yogyakarta: PT Tiara Wacana. Tim penyusun. 2004. Pedoman Penyusunan Usulan Skripsi dan Penyusunan Skripsi. Jogjakarta: Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia Windarningroem, N. 1994. Hubungan antara Pengungkapan Diri dan kepercayaan antar Pasangan dengan Penyesuaian Perkawinan. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada.