NASKAH PUBLIKASI
EFEKTIVITAS METODE BED MAKING : AN OCCUPIED BEDTERHADAP TEKANAN INTERFACE
RETNO SUMARA 20121050010
PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2014
Efektivitas Metode An Occupied BedMakingterhadap Tekanan Interface
Effectiveness ofmethod An Occupied Bed Making onPressure Interface
Retno Sumara1)Elsye Maria Rosa2)Yuni Permatasari I3) 1) Mahasiswa Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 2) Bagian Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 3) Bagian Magister Keperawatan Universitas Muhammadiayah Yogyakarta
ABSTRACT Prevention of pressure sores is the role of nurses to provide nursing care for patients. The efforts to prevent pressure sores should be done as early as possible since the patients identified at risk of developing pressure sores which includes the provision of support surface (interface pressure). Support surface (interface pressure) is used to manage external pressure on bone protrusions, which is the provision of an effective bed making. Objective of the research is to knoweffectiveness ofmethod an occupied bed making onpressure interface. Research design uses quasy experiment methode with control group pre test - post test with accidental sampling technique with 48 respondents devided in two group. Each treatment group was given an occupied bed making and control group was given angle rope bed making. Both groups were evaluated for 3 days. The measurement instrument is Portable Portable Interface Pressure sensor : Palm Q. Analysis technique used paired t-test and t independent test. This research shows that: 1) there are differences in interface pressure difference pre and post control group with significance 0,000 (p-value < 0,05), there was no difference in interface pressure difference pre and post intervention group with significance 0,866 (p-value > 0,05), 2) The pressure difference at the interface beds making intertervensi group and the control group with significance 0,075 (p-value > 0,05), H0 refused. The use of occupied bed making method have a more stable interface pressure for early prevention of pressure ulcers. Kata Kunci : Bed making, An occupied bed making, Pressure interface
Efektivitas Metode An Occupied BedMakingterhadap Tekanan Interface Retno Sumara1)Elsye Maria Rosa 2)Yuni Permatasari I3)
ABSTRAK Pencegahan luka tekan adalah peran perawat dalam upaya memberikan pelayanan keperawatan pada pasien. Upaya pencegahan luka tekan dilakukan sedini mungkin sejak pasien teridentifikasi berisiko mengalami luka tekan yang meliputi pemberian dukungan permukaan(interface pressure). Dukungan permukaan (interface pressure), digunakan untuk mengelola tekanan eksternal pada tonjolan tulang, salah satunya adalah pemberian bed making yang efektif. Penelitian bertujuan menganalisis efektivitas metode an occupied bed makingterhadap tekanan interface. Metode penelitian Quasi Eksperimentwith Pre Post Test Design dengan jumlah sampel 48 responden terdiri dari 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan diberikan metode an occupied bedmaking dan kelompok kontrol diberikan metode bed making tali sudut. Kedua kelompok dilakukan evaluasi selama 3 hari.Instrumen yang digunakan adalah Portable Portable Interface Pressure sensor : Palm Q. Analisis menggunakan uji paired t test dan t independent. Hasil menunjukkan 1). perbedaan tekanan interfacepre dan post pada kelompok intervensi significancy sebesar 0,000 (p-value< 0,05) artinya ada perbedaan tekanan interface sebelum dan sesudah diberikan metode tali sudut. Pada kelompok intervensi signifikansinya sebesar 0,866(p-value> 0,05) artinya tidak ada perbedaan tekanan interface sebelum dan sesudah diberikan metode tali sudut. 2) Perbedaan tekanan interface bed making pada kelompok intertervensi dan kelompok kontrol dengan nilai signifikansi sebesar 0,075 (p-value > 0,05), berarti H0 diterimaartinyatidak ada perbedaan metode an occupied bed making terhadap tekanan interface. Penggunaan metode bed making an occupied bed yang mempunyai tekanan interface lebih stabil merupakan upaya pencegahan dini resiko terjadinya pressure ulcer Kata Kunci : Bed making, an occupied bed making, tekanan interface
LATAR BELAKANG Kerusakan integritas kulit dapat disebabkan karena trauma pada kulit, tertekannya kulit dalam waktu yang lama, sehingga menyebabkan lesi primer yang dapat memperburuk dengan cepat menjadi lesi sekunder, seperti pada luka tekan atau dekubitus1. Perawatan kulit untuk mencegah luka tekan adalah peran perawat dalam upaya memberikan pelayanan keperawatan pada pasien. Pencegahan luka tekan sebaiknya lebih berfokus pada upaya mencegah tekanan yang berlebihan dan terus menerus disamping memperbaiki faktorfaktor resiko lainnya2. Sebuah elemen kunci dalam pencegahan pressure ulcer dan manajemennya adalah pemilihan distribusi tekanan permukaan dukungan atau pressure interface redistributing yang tepat untuk pasien saat duduk atau berbaring di tempat tidur3. Tekanan permukaan yang tinggi merupakan faktor yang signifikan untuk resiko perkembangan luka tekan. Tekanan permukaan (interface) diukur dengan menempatkan alat pengukur tekanan permukaan ( Portable Interfece Pressure Sensor) diantara area yang tertekan dengan matras. Standart ukuran tekanan interface normal di indonesia adalah < 35 mm Hg4. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas metode an occupied bed makingterhadap tekanan interfacedi ruang ICU dan IMC RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta.Instrumen yang digunakan adalah Portable Portable Interface Pressure sensor : Palm Q.Intervensi dilakukan dengan mengamati tekanan interface selama 3 hari. Dari uraian diatas penulis ingin meneliti tentang efektivitas metode an occupied bed making untuk mengukur tekanan interface
REVIEW LITERATUR Definisi Tekanan Interface Tekanan permukaan didefinisikan oleh European Pressureb Ulcer Advisory Panel (EPUAP) dan the National Pressure Ulcer Advisory Panel (NPUAP) (2009) sebagai perangkat khusus redistribusi
tekanan yang dirancang untuk pengelolaan beban jaringan penyebaran tekanan permukaan, baik dengan cara mekanis atau memvariasikan tekanan pada lokasi yang berbeda di bawah pasien, sehingga berat pasien tersebar di wilayah yang luas. Tekanan permukaan (pressure interface) adalah gaya per satuan luas yang bertindak tegak lurus antara tubuh dan permukaan dukungan.Tekanan merupakan faktor determinant utama terjadinya pressure ulcer / dekubitus2. Mengukur tekanan interface diterapkan secara eksternal yaitu pada lapisan kulit dengan menempatkan alat pengukur tekanan antar muka ( pressure pad evaluator) diantara area yang tertekan dengan matras. Penelitian telah dilakukan untuk mengukur tekanan interface dan menunjukkan bahwa tekanan interface diukur pada posisi duduk atau posisi telentang (supine)11. Meningkatnya tekanan interface dapat menyebabkan penurunan oksigenasi jaringan sehingga mengakibatkan sumbatan pada pembuluh kapiler dan gangguan pada sistem limfatik yang konsekuensinya menghasilkan kerusakan dan atau kematian jaringan dan perkembangan luka dekubitus. Tekanan terjadi apabila ada kombinasi antara dorongan dari luar dan dalam yang menekan jaringan pada tingkat atau diatas tekanan penutupan kapiler (> 32 mmHg). Ini berarti bahwa pasien dengan nilai interfac pressure tinggi beresiko berkembang ulkus tekanan. Standart ukuran tekanan interface normal di indonesia adalah < 35 mg Hg 4. Faktor yang Mempengaruhi Tekanan Interface pada Jaringan Menurut WOCN Society (2003) faktor yang mempengaruhi tekanan antarmuka pada jaringan : 1) Kekakuan permukaan dukungan, Permukaan dukungan bertujuan untuk mengurangi tekanan antarmuka dengan memaksimalkan kontak dan mendistribusikan berat badan di wilayah yang luas. Berbagai macam produk dukungan permukaan yang tersedia dan beberapa percobaan klinis telah
dilakukan seperti bantal untuk mengurangi tekanan, kasur (misalnya, kepadatan busa, gel, dll), tempat tidur khusus dan sistem penggantian linen11. 2) Komposisi jaringan tubuh Toleransi jaringan dipengaruhi oleh kemampuan struktur yang mendasari kulit (misalnya pembuluh darah, cairan interstitial, colagen) untuk bekerja sama sebagai satu set paralel yang mengirimkan beban dari permukaan jaringan ke bagian dalam kerangka. Penutupan tekanan kapiler menggambarkan jumlah minimal tekanan yang dibutuhkan untuk runtuhnya kapiler, yang menyebabkan anoksia jaringan11. Tekanan kapiler adalah 32 mmHg tetapi bervariasi tergantung pada daerah diukur, misalnya, tekanan kapiler pada ujung arteri 3040 mm Hg, pada ujung vena 10-14 mm Hg, dan di tengah sekitar 25 mm Hg. Penutupan tekanan kapiler sebenarnya berkisar 12-32 mm Hg. Intensitas tekanan antarmuka yang diterapkan secara eksternal pada kulit, menunjukkan bahwa tekanan antarmuka umumnya melebihi tekanan kapiler11. Tekanan antarmuka adalah dari 0 hingga 100 mmHg11. 3) Geometri (posisi) tubuh yang didukung Pengaturan posisi merupakan salah satu bentuk intervensi keperawatan yang diterapkan dalam rangka pencegahan pressure ulcer khususnya pada pasien dengan imobilisasi. Pemberian posisi yang benar sangatlah penting dengan sasaran utama pemeliharaan integritas kulit kesejajaran
yang dapat mengurangi tekanan, membantu
tubuh
yang
baik,
dan
mencegah
neuropati
komprehensif22. Posisi berbaring dapat mempengaruhi tekanan pada kulit orang berbaring di tempat tidur . posisi semi fowler 30 dan posisi tengkurap mempunyai tekanan lebih rendah dari posisi berbaring dengan sudut 9016.
Lokasi Pengukuran Tekanan Interface Pengukuran inteface pressure dilakukan pada bagian tubuh yang sangat rentan untuk terjadi luka tekan (pressure ulcer). Tempat yang paling umum untuk ulkus tekanan terjadi lebih dari tonjolan tulang (tulang dekat dengan kulit) seperti bawah, tumit, pinggul, siku, pergelangan kaki, bahu, belakang punggung dan bagian belakang kepala19. Jenis - jenis bed making 1. An unoccupied Bed Teknik untuk memasang linen tempat tidur kosong digunakan ketika pasien mampu pindah dari tempat tidur9 2. An Occupied Bed Adalah menata / membuat tempat tidur dengan seorang pasien yang berada di atas tempat tidur. Prosedur atau aktivitas perawatan harus hatihati dan tepat untuk membantu meminimalkan gangguan kepada pasien9. 3. Bed making a post-operative Adalah tempat tidur khusus yang disiapkan untuk menerima dan mengurus pasien saat dari kamar pembedahan atau anestesi bed, dan digunakan untuk pasien dengan gips besar atau keadaan lain yang akan membuat sulit bagi pasien untuk mentransfer dengan mudah ke tempat tidur20 Jenis Bed making di Rumah Sakit 1. Metode sudut 90 adalah pemasangan linen dengan membuat sudut 90 pada setiap sudut linen terhadap matras/kasur. Tempatkan dan bentangkan linen bersih di tengah, atas dan sampai melebihi panjang kasur sehingga bisa ditarik sampai kebawah kasur. Sebelum menyelipkan sisi lembar linen, buat sudut dapat dengan cara menyelipkan linen sampai terbentuk sudut 90
2. Metode tali sudut adalah pemasangan linen dengan membuat tali pada setiap sudut linen kemudian tali ditarik kencang sehingga dan masukkan dalam matras/kasur, sehingga metode ini mempunyai regangan yang lebih kuat sehingga dapat mengurangi kerutan ataupun lipatan pada linen. 3. Metode karet adalah pemasangan linen dengan menggunakan jenis linen yang sudah terpasang karet di setiap sudutnya. Biasanya jenis ini sudah model dari perusahan atau model dari pabrik linen tersebut. . METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode Quasi Eksperimentwith Pre Post Test Design. Pada penelitian ini terdiri dari 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan yaitu kelompok pasien yang diberikan perlakuan bedmaking : an occupied bed dan kelompok kontrol yang diberikan perlakuan bed making tali sudut. Kedua kelompok akan dilakukan pengamatan pada masing-masing metode bed making yaitu metode an occupied bed dan metode tali sudut kemudian dilakukan pengukuran tekanan interface dan dilakukan pengamatan selama 3 hari.
HASIL PENELITIAN Karakteristik Responden Tabel
1.
Distribusi frekuensi demografi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, umur dan berat badan di ruang ICU/ICCU dan Ruang IMC Rumah Sakit PKU Yogyakarta bulan Oktober-November tahun 2013 (n=48).
Jenis Kelamin
Jumlah
%
Perempuan Laki-laki Total Umur
17 31 48
35,4 64,6 100
Umur < 25 tahun Umur 26-50 tahun Umur 51-65 tahun Umur > 66 tahun Total
4 10 18 16 48
8,3 20,8 37,5 33,3 100
Berat Badan < 50 Kg 51– 65 Kg > 66 Kg Total
1 41 6 48
2,1 85,4 12,5 100
Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan ristrik diagnosa medis di ruang ICU/ICCU dan Ruang IMC Rumah Sakit PKU Yogyakarta bulan Oktober - November tahun 2013 (n=48). Diagnosa Medis Kardiovaskular Hiperglikemia Neurologi/Stroke Cedera kepala Lain-lain
Jumlah 6 5 11 15 11
% 12,50 10,42 22,92 31,25 22,92
Total
48
100
Gambar 1 Rata-rata perubahan tekanan interface pre dan post pada kelompok intervensi dan kelompok kontroldi ruang ICU/ICCU dan Ruang IMC Rumah Sakit PKU Yogyakarta bulan OktoberNovember tahun 2013 (n=48). .
Hasil penelitinmenunjukkan pada kelompok intervensi saat pre dan post dengan menggunakan uji paired t test menunjukkan signifikansinya sebesar 0,866 (p-value > 0,05) artinya tidak ada perbedaan tekanan interface pada pre dan post. Sedangkan pada kelompok kontrol menunjukkan nilai significancy
sebesar 0,000 (p-value < 0,05) artinya ada perbedaan tekanan interface pada pre dan post. Hasil perbedaan tekanan interface bed making pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol, salah satunya dengan t-independent sample
yang
menunjukkan menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,075 (p > 0.05). Sehingga diartikan bahwa tidak ada perbedaan metode an accupied bed making terhadap tekanan interface.
PEMBAHASAN Menurut WOCN Society (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan interface pada jaringan yaitu: komposisi jaringan tubuh, kekakuan permukaan dukungan, geometri (posisi) tubuh yang didukung10. Toleransi jaringan dipengaruhi oleh kemampuan struktur yang mendasari kulit (misalnya pembuluh darah, cairan interstitial, kolagen) untuk bekerja sama sebagai satu set paralel yang mengirimkan beban dari permukaan jaringan ke bagian dalam kerangka11. Penyusutan kolagen dan serat elastis menyebabkan kulit tipis dan melemahnya elastisitas kulit. Hal ini dapat mengakibatkan gesekan (friction) atau geser (shear) sehingga menyebabkan lapisan kulit memisah, atau sobek 12. Gesekan (friction) dan geser (shear) merupakan komponen integral dari pengaruh tekanan pada klien. Pergesekan (friction) terjadi ketika dua permukaan bergerak dengan arah yang berlawanan. Pergesekan dapat mengakibatkan abrasi dan merusak permukaan epidermis kulit. Mayoritas cedera geser dapat dihilangkan dengan posisi yang tepat karena kebanyakan geseran pada pasien dengan posisi tinggi sehingga pasien meluncur ke bawah, atau diseret di tempat tidur atau kursi seperti terseret linen tempat tidur2. Kedua kekakuan permukaan dukungan. Permukaan dukungan bertujuan untuk mengurangi tekanan antarmuka dengan memaksimalkan kontak dan mendistribusikan berat badan di wilayah yang luas. Berbagai macam produk dukungan permukaan yang tersedia dan beberapa percobaan klinis telah dilakukan seperti bantal untuk mengurangi tekanan, kasur (misalnya, busa, gel, dll), tempat tidur khusus dan sistem penggantian linen11.
Berdasarkan hasil didapatkan ruang ICU/ICCU dan IMC menggunakan paramount bed elektrik. Sedangkan matrass yang digunakan adalah matras yang standart ICU/ICCU yang dirancang untuk pasien tirah baring/bed rest. Mengukur tekanan interface diterapkan secara eksternal yaitu pada lapisan kulit dengan menempatkan alat pengukur tekanan antar muka ( pressure pad evaluator) diantara area yang tertekan dengan matras. Penelitian telah dilakukan untuk mengukur tekanan interface diukur pada posisi duduk atau posisi telentang (supine)11. Hal ini sesuai dengan penelitian Keller et al (2005) mengevaluasi dan membandingkan tekanan interface jaringan pada tiga permukaan dukungan berbeda pada pasien trauma. Permukaan dukungan menggunakan matras semi soft, matras vacuum dan matras spine board. Tekanan interface jaringan di skapula, sakrum, tumit. Hasil tekanan interface yang tinggi dan berpotensi iskemik ditemukan pada ketiga dukungan-permukaan, dengan tekanan tertinggi adalah matras spine board (melebihi 170 mmHg)13. Berdasarkan data penelitian jenis linen di rumah sakit adalah jenis kain 100 % katun. Bahan linen yang halus untuk permukaan matras umumnya terbuat dari kain nilon atau polytetrafluoroethylene yang memiliki koefisien gesek (friction) yang rendah11. Bahan yang semakin keras permukaan dukungannya akan semakin besar tekanan yang dihasilkan, karena permukaan dukungan yang keras tidak bisa melengkung mengikuti lengkungan tubuh sehingga tekanan yang dihasilkan akan lebih besar 14. Ketiga geometri (posisi) tubuh yang didukung. Mengukur tekanan interface diterapkan secara eksternal yaitu pada lapisan kulit
dengan
menempatkan alat pengukur tekanan antar muka (pressure pad evaluator) diantara area yang tertekan dengan matras15. Dalam penelitian ini pasien yang digunakan
adalah
pasien
dengan
posisi
head
up
30
dengan
mempertimbangkan tekanan interface yang minimal. Hal ini sesuai dengan penelitian Defloor T (2000) menyatakan posisi berbaring dapat mempengaruhi tekanan pada kulit orang berbaring di tempat tidur. Tekanan dicatat dalam 10 posisi berbaring yang berbeda pada 2 kasur
pada 62 responden sehat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa posisi semi fowler 30 dan posisi tengkurap mempunyai tekanan interface terendah. Posisi lateral 30 memiliki tekanan interface lebih rendah dari posisi berbaring dengan sudut 9016. Colin (1996) menyatakan pasien diposisikan miring sampai 90, menimbulkan kerusakan suplai oksigen yang dramatis pada area trokanter dibandingkan dengan pasien diposisikan miring dengan 3018. Call & Baker (2007) mengidentifikasi perbedaan beban tempat tidur sebelum, selama dan setelah elevasi dari posisi datar (supine) ke posisi fowler. Kekuatan mekanik yang mempengaruhi kulit pasien dan jaringan telah diidentifikasi dan dipengaruhi oleh mekanisme frame tempat tidur terutama ketika bagian head up /kneegatch posisi (posisi fowler) yang digunakan dalam perawatan pasien. Hasil menyatakan bahwa pada saat frame dikembalikan kembali ke posisi datar, tekanan interface sedikit lebih tinggi dari pada posisi awal. Ilustrasi tersebut membuktikan bahwa ada perbedaan yang jelas antara tekanan yang diberikan oleh masing-masing posisi / frame tempat tidur selama urutan17. Penelitian Matsuo; Sugama; Okuwa; Konya; Hiromi (2011) interface pressure digunakan untuk mengelola tekanan eksternal pada tonjolan tulang, berdasarkan ketatnya lembar linen dapat terjadi menyebabkan pressure ulcer. Metode bed making diklasifikasikan 1). “Corner” di mana sudut lembaran yang dilipat dalam dan di bawah dengan cara segitiga, 2). “No Treatment” di mana tidak ada perawatan yang diberikan kepada sudut, 3). “ Tie” di mana sudut lembaran yang dilipat dalam dan di bawah bagian belakang kasur dan diikat, dan 4). ”No Sheet” di mana hanya digunakan kasur. Hasilnya metode “Corner” menurunkan area kontak menjadi 0,6 dibandingkan dengan yang lain yang meningkat 1,8 kali dari MIP (Maximum Interface Pressure)7. Dari penjelasan tersebut maka metode bed making menggunakan model lipat 90lebih efektif dibandingkan dengan metode tali sudut. Hal ini dibuktikan dengan tekanan interface yang diobservasi selama 3 hari berturut-turut tidak mengalami kenaikan yang signifikan dan cenderung stabil. Sedangkan pada kelompok metode tali sudut menghasilkan tekanan interface yang cenderung
mengalami kenaikan. Hal ini dapat diasumsikan bahwa akan lebih baik tidak diberikan bed making, apabila bed making tali sudut dapat meningkatkan tekanan interface pada pasien karena hanya dengan matras yang terstandar, busa pada matras akan lebih mengikuti lengkungan tubuh dari pada diberikan bed making tali sudut yang mempunyai tahanan atau regangan yang lebih besar. Dengan stabilnya tekanan interface diharapkan tidak akan mengembangkan resiko terjadinya pressure ulcer / dekubitus karenan besarnya tekanan. Hal ini sangat relevan dengan penelitian Suriadi & Hiromi et al (2007) yang menyatakan nilai tekanan interface yang tinggi beresiko berkembang pressure ulcer4. Dalam membantu memenuhi kebutuhan dasar pasien perawat hendaknya selalu memonitor integritas kulit pasien sehingga bisa menurunkan terjadinya resiko pressure ulcer yang disebabkan kenaikan tekanan interface dan distribusi proporsi tubuh yang tidak merata karena bantalan lemak yang kurang menahan tekanan oleh tonjolan tulang. Sehingga menjadikan pertimbangan bagi perawat dalam mencegah resiko terjadinya pressure ulcer secara dini untuk lebih mempertimbangkan penggunaan metode bed making an occupied bed yang mempunyai tekanan interface lebih stabil.
SIMPULAN Tidak ada perbedaan metode an occupied bed making terhadap tekanan interface.
SARAN. Dalam upaya pencegahan dini terjadinya resiko pressure ulcer diharapkan metode bed making an occupied yang mempunyai tekanan interfece lebih stabil dapat diaplikasikan di rumah sakit. Diharapkan rumah sakit lebih memperhatikan standart ukuran linen supaya pelaksanaan bed making lebih efektif.Bagi peneliti selanjutnya yang memiliki ketertarikan terhadap pencegahan dini pressure ulcer kiranya dapat menggali lebih jauh tentang berbagai jenis-jenis posisi yang bisa meningkatkan tekanan interface, gesekan (friction) dan geser (shear) yang merupakan komponen integral terhadap tekanan pada klien.
Ucapan Terima Kasih Rasa syukur kepada Allah SWT yang memberikan kesehatan, kesempatan, kemudahan-kemudahan dan kelancaran hingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik. Pembimbing pertama saya ibu Dr. Elsye Maria Rosa, M. Kep dan pembimbing kedua saya ibu Yuni Permata Sari I, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp. KMB, CWCS yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan semangat, motivasi dan penuh kesabaran pada saat membimbing serta memberikan masukan sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik. Seluruh dosen dan staf Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang telah banyak membantu dalam penyelesaian tesis ini. Terima kasih atas dukungan materil maupun non materil dan semangat yang diberikan oleh seluruh civitas akademika Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya sehingga tesis ini dapat diselesaikan tanpa hambatan. Rumah Sakit Umum PKU Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan dan bersedia untuk bekerja sama serta memfasilitasi peneli dalam penggunaan ruangan untuk proses penelitian. Tidak lupa pula ucapan terima kasih saya haturkan kepada kedua orangtua dan teman-teman Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta saya yang selalu memberikan motivasi dan doa untuk kelancaran proses pendidikan saya.
Daftar Pustaka 1. Perry, A.G., Potter, P.A. (2005). Fundamental of nursing: concepts, process, andpractice. (6th ed.). St.Louis: Mosby 2. Virani, Tazim et al. 2011 . Nursing Best Practice Guideline: Risk assessment and prevention of pressure ulcers. Registered Nurses’ Association of Ontario. Diakses di http://rnao.ca/bpg/guidelines/riskassessment-and-prevention-pressure-ulcers tanggal 07 Juli 2013. 3. Tissue Viability Society. (2010). Laboratory measurement of the interface pressures applied by active therapy support surfaces. Journal of Tissue
Viability.
Volume
19,
2-6.
Diakses
http://www.journaloftissueviability.com/ Tanggal 25 Juni 2013. 4. Suriadi, Hiromi Sanada, et al. (2007). Risk factors in the development of pressure ulcers in an intensive care unit in Pontianak, Indonesia. International Wound Journal, 4(3), 208 – 215. 5. Watts D, Abrahams E, MacMillan C, Sanat J, Silver R, VanGorder S, Waller M, York D. 1998. Insult after injury: pressure ulcers in trauma patients.
Orthop
Nurs
;(4),
84-
91.Diakses
di
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/9814340 tanggal 22 desemcer 2013. 6. Bryant, Ruth .A. (2000). Acute and Chronic Wounds Nursing Management, Second Edition. Missouri, St. Louis : Mosby Inc. 7. Effects On Air Mattress Pressure Redistribution Caused By Differences In Bed Making. Matsuo Junko; Sugama Junko; Okuwa Mayumi; Konya Chizuko; Sanada Hiromi in21st Conference of the European Wound Management
Association.
EWMA
2011.
:http://ewma.org/fileadmin/user_upload/EWMA/pdf/
Diakses
di
tanggal 28 Juli
2013. 8. Elkin MK, Perry AG, Potter PA (2003). Nursing Interventions and Clinical Skills. Third edition. Mosby, St Louis MO 9. Bloomfield J et al. (2008). Recommended procedure for bedmaking in hospital. RCN Publishing Company-Nursing Standard, 22 (2), 41-44. Diakses di http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/18323052,
tanggal 20
Juni 2013. 10. WOCN Society. (2003). Guideline for management of pressure ulcer, WOCN Clinical Practice Guideline Series 2. Glenview. III. Author. 11. Bryant, Ruth A; Denise. (2007). Acute : Chronic Wound ; Current Manajement Concepts third edition. Philadelphia. Elsevier 12. Kenneth, Wright. 2010. A Self - Help Guide Pressure Ulcers Prevention And Treatment. Mediscript Communications Inc. Diakses pada tanggal 9 desember 2013 . www.dmsystems.com/pdf/PUSelfHelpGuide.pdf.
13. Keller et al, 2005. Tissue Interface Pressures On Three Different Support Surfaces For Trauma Patients. INJURY: international journal of the care of the injured. (36), 946 – 948. Diakses di www. elseiver.com tanggal 22 Desember 2013. 14. Abdullah, Mikrajuddin. 2004. IPA FISIKA 2 . PT. Gelora Aksara Pratama. Diakses di http://books.google.co.id/books tanggal 22 desemcer 2013. 15. Lamberts. (2005). The Value of Pressure Ulcer Risk Assessment and Interface Pressure Measurements in Patients A nursing perspective. J.T.M. Weststrate, Department of Surgery , Rotterdam, the Netherlands . Diakses di repub .eur.nl/res/pub/7208/050425_Weststrate-J.pdf tanggal 33 Juni 2013. 16. Defloor T. 2000. The effect of position and mattress on interface pressure. Applied Nursing Research : ANR. Feb ; 13(1): 2 - 11. Diakses http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10701278# 21 Desember 2013. 17. Call, Evan; Baker, Loyal (2007) . How does bed frame design influence tissue interface pressure? A comparison of four different technologies designed for long-term or home care. Journal of Tissue Viability 17, 2229. Diakses http://www.journaloftissueviability.com/ Tanggal 25 Juni 2013. 18. Colin D, et al (1996) . Comparison of 90 and30 laterally inclined positions in the prevention of pressure ulcers using transcutaneous oxygen and
carbon.
Adv
Wound
Care,
9(3):35-8.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/8716272 Tanggal 28 Juni 2013. 19. Stephen & Haynes J (2006). Implementing the NICE pressure ulcer guideline. British Journal of Community Nursing. 11, 9, S16-S18. Dikases http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16835566 tanggal 23 Juni 2013 20. Khadka et al. (2008). Fundamental Of Nursing Procedure Manual For Pcl Course. Nursing Department, Khwopa Poly-Technic Institute & Japan International
Cooperation
Agency
(JICA).
Diakses
www.jica.go.jp/nepal/english /office/topics/pdf/topics02_01.pdf tanggal 23 Juni 2013. 21. EPUAP, NPUAP. (2009). Pressure Ulcer Prevention Quick Reference Guide. Dikases di http://www.epuap.org/guidelines/ tanggal 22 Juni 2013. 22. Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G. (2002). Brunner dan Suddarth : Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Philadelphia. EGC. 23. Wound, Ostomy, and Continence Nurse Society. (2003). Guideline for management of pressure ulcer, WOCN Clinical Practice Guideline Series 2. Glenview. III. Author. Diakses di www. Wocn.org/ tanggal 23 Oktober 2013.