Peluang bisnis INDUSTRI SERAT SABUT KELAPA
OLEH : NAMA
: WIRO FANSURI PUTRA
NIM
: 11.12.6300
KELAS
: 11-S1SI-13
STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Tahun 2011/2012
Industri Serat Sabut Kelapa
PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Sebagai negara kepulauan dan berada di daerah tropis dan kondisi agroklimat yang mendukung, Indonesia merupakan negara penghasil kelapa yang utama di dunia. Pada tahun 2000, luas areal tanaman kelapa di Indonesia mencapai 3,76 juta Ha, dengan total produksi diperkirakan sebanyak 14 milyar butir kelapa, yang sebagian besar (95 persen) merupakan perkebunan rakyat. Kelapa mempunyai nilai dan peran yang penting baik ditinjau dari aspek ekonomi maupun sosial budaya. Sabut kelapa merupakan hasil samping, dan merupakan bagian yang terbesar dari buah kelapa, yaitu sekitar 35 persen dari bobot buah kelapa. Dengan demikian, apabila secara rata-rata produksi buah kelapa per tahun adalah sebesar 5,6 juta ton, maka berarti terdapat sekitar 1,7 juta ton sabut kelapa yang dihasilkan. Potensi produksi sabut kelapa yang sedemikian besar belum dimanfaatkan sepenuhnya untuk kegiatan produktif yang dapat meningkatkan nilai tambahnya. Serat sabut kelapa, atau dalam perdagangan dunia dikenal sebagai Coco Fiber, Coir fiber, coir yarn, coir mats, dan rugs, merupakan produk hasil pengolahan sabut kelapa. Secara tradisionil serat sabut kelapa hanya dimanfaatkan untuk bahan pembuat sapu, keset, tali dan alat-alat rumah tangga lain. Perkembangan teknologi, sifat fisika-kimia serat, dan kesadaran konsumen untuk kembali ke bahan alami, membuat serat sabut kelapa dimanfaatkan menjadi bahan baku industri karpet, jok dan dashboard kendaraan, kasur, bantal, dan hardboard. Serat sabut kelapa juga dimanfaatkan untuk pengendalian erosi. Serat sabut kelapa diproses untuk dijadikan Coir Fiber Sheet yang digunakan untuk lapisan kursi mobil, Spring Bed dan lain-lain.
Tujuan Tujuan dari penyusunan karya ilmiah ini adalah: 1. Menyediakan rujukan bagi masyarakat dalam rangka meningkatkan realisasi kredit usaha kecil, khususnya untuk komoditi serat sabut kelapa 2. Menyediakan informasi dan pengetahuan untuk mengembangkan usaha kecil serat sabut kelapa terutama tentang aspek keuangan, produksi, dan pemasaran. 3. Untuk menciptakan lapangan pekerjaan Ruang Lingkup Penyusunan lending model ini memerlukan studi mengenai pola pembiayaannya yang mencakup aspek-aspek sebagai berikut:Aspek pemasaran yang meliputi antara lain kondisi permintaan (termasuk pasar ekspor), penawaran, persaingan, harga, proyeksi permintaan pasar; Aspek produksi yang meliputi gambaran komoditi, persyaratan teknis produk, proses pengolahan, dan penanganannya; Aspek keuangan yang meliputi perhitungan kebutuhan biaya investasi dan kelayakan keuangan (menggunakan alat analisis rugi-laba, cash flow, net present value, pay back period, benefit cost ratio, dan internal rate of return) dilengkapi analisa sensitivitas; Aspek sosial-ekonomi yang meliputi pengaruh pengembangan usaha komoditi yang diteliti terhadap perekonomian, penciptaan lapangan kerja, dan pengaruh terhadap sektor lain. ASPEK PEMASARAN PERMINTAAN Serat sabut kelapa atau dalam perdagangan dunia dikenal dengan Coconut Fiber atau Coconut Coir, merupakan bahan baku untuk berbagai industri, antara lain industri karpet, dashboard dan jok untuk kendaraan, jok perabot rumah tangga, matras, spring bed, kemasan serta tali. Karakteristik produk yang bersifat heat retardant dan biodegradable, serta kecenderungan konsumen produk industri dalam penggunaan bahan alami mendorong peningkatan permintaan terhadap serat sabut kelapa. PENAWARAN Statistik jumlah usaha kecil (industri kecil atau industri rumah tangga) dan produksi serat sabut kelapa yang dihasilkan secara Nasional masih belum tersedia. Sehingga peluang berhasilnya bisnis serat sabut kelapa sangatt menjanjikan. PERSAINGAN DAN PELUANG PASAR Potensi persaingan industri serat sabut kelapa dapat ditinjau dari aspek persaingan produk substitusi dan persaingan industri sejenis. Dari aspek persaingan produk substitusi, khususnya sebagai bahan baku untuk industri jok kursi (mobil dan rumah tangga), dash board mobil, tali dan produk sejenis, serat sabut kelapa menghadapi persaingan dengan industri produk sintetis seperti karet busa dan plastik. Walaupun demikian, karakteristik fisika-kimia serat sabut kelapa yang spesifik dan biodegradable serta berfungsi sebagai heat retardant menjadikan serat sabut kelapa mempunyai fungsi yang spesifik yang tidak dapat digantikan oleh produk sintetis PENDAPATAN Pendapatan usaha industri serat sabut kelapa diperoleh dari produk utama, yaitu serat dan hasil samping berupa gabus yang dikenal sebagai Coco Peat. Pendapatan usaha diproyeksikan dengan asumsi bahwa pada tahun pertama usaha beroperasi pada kapasitas 80% dan pada tahun kedua kapasitas 90%, dan pada tahun ke tiga dan seterusnya beroperasi pada kapasitas 100%. Perincian tentang rencana produksi, penerimaan dan proporsi penerimaan usaha selama umur proyek.
ASPEK SOSIAL EKONOMI Manfaat Sosial Ekonomi Bahan baku sabut kelapa merupakan hasil samping dari industri pengolahan kopra atau petani / pedagang buah kelapa. Keberadaan industri pengolahan serat ini menjadikan hasil samping sabut kelapa memberikan nilai ekonomis yang lebih baik, sehingga meningkatkan pendapatan petani/pedagang buah kelapa. Pemanfaatan sabut kelapa sebagai bahan baku industri sehingga menjadi komoditi perdagangan menyebabkan terbukanya kesempatan kerja baru, yaitu dalam bentuk adanya pedagang pengumpul sabut kelapa serta usaha jasa transportasi. Karakteristik usaha kecil industri pengolahan sabut kelapa secara umum tidak sepenuhnya menggunakan mesin / peralatan dalam proses produksinya, khususnya pada tahap pembersihan, penyaringan dan pengeringan. Pada kondisi teknologi produksi tersebut, usaha ini membutuhkan tenaga kerja paling sedikit sekitar 20 – 30 tenaga kerja, ASPEK DAMPAK LINGKUNGAN Industri pengolahan serat sabut kelapa tidak menghasilkan limbah cair maupun gas. Limbah yang terjadi adalah dalam bentuk fisik, yaitu berupa hasil samping gabus sabut kelapa dalam jumlah atau volume yang besar. Setiap 1000 butir sabut kelapa yang diproses akan menghasilkan sekitar 100 – 125 liter butiran gabus. Akan tetapi, hasil samping butiran gabus atau Coco Peat ini masih mempunyai nilai ekonomi, dalam pengertian dapat dijual apabila dilakukan proses penyaringan dan pengeringan serta dengan teknologi pengemasan sehingga memenuhi persyaratan mutu yang dikehendaki konsumen. Coco Peat dapat digunakan sebagai media tanam antara untuk tanaman jamur. Gabus sabut kelapa dalam bentuk debu dari proses pemisahan dan sortasi serat berpotensi terhadap kesehatan tenaga kerja, apabila tenaga kerja tidak dilengkapi dengan pelindung atau masker. Akan tetapi karena ukuran partikelnya yang relatif besar, maka debu gabus kelapa ini tidak memberikan dampak yang negatif terhadap lingkungan sekitarnya. Industri pengolahan serat memberikan dampak lingkungan fisik yang positif oleh karena dapat mengurangi limbah sabut kelapa sebagai hasil samping dari kegiatan usaha perdagangan buah kelapa dan usaha pengolahan kopra. KESIMPULAN 1. Industri pengolahan serat sabut kelapa merupakan industri yang berpotensi untuk dikembangkan, dengan sumber bahan baku sabut kelapa yang sangat berlimpah yaitu sekitar 1,7 juta ton. Indonesia masih belum memanfaatkan secara optimal potensi sabut kelapa untuk dijadikan serat sabut kelapa yang mempunyai nilai ekonomis sebagai komoditi perdagangan dan bahan baku industri. 2. Serat sabut kelapa dan hasil sampingnya berupa butiran gabus kelapa (coco peat) merupakan salah satu komoditi yang mempunyai pasar yang cukup potensial baik untuk pasar domestik maupun pasar ekspor. Kebutuhan dunia terhadap serat sabut kelapa adalah sekitar 75,7 ribu ton, dan kontribusi Indonesia terhadap kebutuhan serat sabut kelapa dunia masih sangat kecil. Serat dan butiran gabus sabut kelapa mempunyai keunggulan komparatif ditinjau dari aspek karakteristik fisika-kimia yang tidak dapat digantikan oleh produk sintetis, dan mempunyai prospek untuk produk industri yang berorientasi ramah lingkungan. Industri serat sabut kelapa Indonesia menghadapi persaingan dengan negara produsen serat yang telah lebih maju dari segi teknologi dan pasar, yaitu antara lain Srilanka, India, dan Thailand.
SARAN 1. Berdasarkan potensi bahan baku, prospek pasar, tingkat teknologi proses, dan aspek finansial, disarankan Bank dapat memberikan kredit untuk pengembangan usaha industri serat sabut kelapa ini, khususnya terhadap usaha kecil dan menengah. 2. Untuk menjamin kelancaran pengembalian kredit, pihak perbankan seyogyanya juga turut berpartisipasi dalam pembinaan usaha ini, khususnya pada aspek pemasaran, antara lain dalam bentuk dukungan pelayanan dan informasi untuk perluasan pasar ekspor.
REFERENSI http://www.karyatulisilmiah.com/industri-serat-sabut-kelapa.html http://farm1.static.flickr.com/175/471825532_cf49ab4395.jpg