XIX-
METODOLOGI
PENELXTXAN
A. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan rotan
Bahan penelitian yang digunakan adalah 9 jenis rotan dan berasal dari beberapa daerah di Indonesia. Contoh jenis rotan adalah seperti T a b e l 9. Tabel 9. Contoh jenis rotan untuk penelitian
1. 2. 3. 4. 5. 6.
7. 8. 9.
Nama botani
Nama daerah
Calamus manan Miq. C.scipionum Burr. C.ornatus 01. C burckianus Becc Daemnorops heteroides Burr. Khorthalsia tysmani i Jungh. Ca7anws inops Becc. C.zo1ingeri Becc. C a l a w s sp
Manau Semambu Seuti Balukbuk Tretes Sampang Tohiti Batang Galaka
.
.
Asal
Kode contoh
Lampung Lampung Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Sulawes i Tengah Sulawesi tengah Su lawes i Tengah
Berdasarkan pemanfaatan dalam perdagangan,
rotan
manau dan tohiti termasuk ke dalam kelompok rotan elit, semaxbu, batang dan seuti termpasuk jenis-jenis yang sudah diperdagangkan
sedangkan sisanya adalah jenis-jenis yang
belum diperdagangkan.
2. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi alat pemungutan, alat pengolahan dan alat pengujian rotan. Alat pengolahan rotan terdiri dari unit penggoreng rotan untuk mengolah rotan segar menjadi rotan bahan mentah; rak pengering untuk menjemur rotan mencapai kadar air kering udara: moisture tester untuk mendet'eksi kadar air rotan dan gergaji tangan untuk memotong rotan menjadi ukuran yang sesuai dengan ukuran contoh uji. Adapun alat pengujian rotan yang digunakan terdiri dari tinbangan, gelas ukur dan oven
untuk mengukur berat
jenis; mesin uji universal dan mesin uji torsi untuk mengukur sifat mekanis statis; aZat uji rangkak, deflektometer dan stop watch untuk mengukur sifat mekanis dinamis. Untuk pengukuran dimensi serat dan persentase sel serta jaringan penyusun rotan digunakan alat-alat seperti pisau mikrotom, peralatan maserasi dan mikroskop cahaya
.
Selanjutnya alat-alat
gelas-kaca
yang
digunakan
untuk isolasi selulosa-alpa dan lignin serta menetapkan kandungan komponen kimia rotan adalah autoclave dengan oil bath, tabung stainless steel, sokhlet, pendingin tegak, labu takar gelas arloji, pipet, cawan porselen dan lain-lain. Sedangkan alat defraktometer sinar-x digunakan untuk penetapan persentase kristalit dalam selulosa-alpa
dan alat kromatografi gas digunakan untuk analisa sifatsifat lignin.
1. Pengumpulan dan persiapan contoh Pengambilan contoh rotan disertai oleh tenaga botanis untuk melaksanakan identifikasi jenis rotan berdasarkan pedoman identifikasi menurut Dransfield (1979). Contoh rotan yang dikumpulkan adalah dari tanaman yang sudah berumur cukup tua. Rotan ditebang pada bagian pangkal kemudian dibersihkan dari kelopak dan duri. Pengambilan bahan contoh rotan dimulai dari awal bagian nbatang-normalm dengan cara memotongnya dalam kelipatan satu
meter s/d bagian akhir bagian 88batang-normalN,
maksimal 10 potong. Bagian ujung yang muda/lunak dibuang. Untuk tiap jenis rotan yang dikumpulkan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1) jumalah potongan tiap jenis tidak boleh kurang dari 20
Poton9 2) panjang tiap potongan 1 meter dengan diameter berkisar
antara 25
-
30 nun
3) tiap potongan bebas cacat secara fisis (kulit ter-
gores, retak, pecah dll) maupun biologis gerek/pinhole, lubang api-api, jamur dll).
(lubang
Potongan-potongan contoh ini selanjutnya dikeringanginkan dalam selang waktu secukupnya (2
-
3 hari) kemu-
dian diikat dan dibungkus dengan baik untuk dikirimkan ke Puslitbang Hasil Hutan, Bogor. Setelah sampai di Bogor contoh rotan dibersihkan lalu digoreng dengan campuran minyak tanah (kerosene) dan minyak kelapa dalam perbandingan volume 9:l menit.
Selanjutnya contoh
rotan digosok,
selama 30 dicuci
dan
dikeringkan sampai mencapai kadar air kering udara (lebih kurang 15 % k-a). Akhirnya contoh rotan dipotong-potong menurut keperluan pengujian dan pengukuran sifat-sifat yang diteliti. 2. Pengujian dan pengukuran
Sifat fisikomekanik rotan yang akan diukur meliputi: 1) Berat Jenis (specific gravity) 2) Rasio Berat Jenis bagian dalam dan luar
3) Modulus Elastisitas (modulus of elasticity) 4) Keteguhan Lentur Maksimum (maximum bending strength)
5) Daya lenting (elastic resilience) 6) Tegangan
Lentur
Elastis
(stress at
proportional
limit) 7) Modulus Kaku (modulus of rigidity) 8) Keteguhan Torsi Elastis (elastic shear stress)
9) Keteguhan Torsi Maksimum (ultimate shear stress)
10) Rasio deformasi elastis dan plastis 11) Rangkak (creeps) Untuk mengidentifikasi indikator mutu rotan maka dipilih secara selektif dari beberapa sifat fisik mekanik seperti tersebut di atas. Sifat-sifat yang terpilih akan ditetapkan sebagai indikator mutu rekayasa rotan. Secara regresi nasing-masing indikator tersebut akan dijadikan peubah bebas yang nilainya bergantung kepada semua sifat fisik-mekanik lainnya sebagai peubah tak bebas. Dengan demikian terdapat beberapa hubungan fungsional antara masing-masing indikator mutu dengan sifat fisik mekanik rotan.
Hubungan indikator yang paling kuat
dengan sifat fisik-mekanik rotan akan dijadikan persyaratan untuk penentuan mutu rotan. Langkah selanjutnya ialah menentukan hubungan fungsional antara indikator mutu dengan sifat-sifat dasar anatomi dan kimia rotan. merupakan
peubah
tak
Dalam ha1 ini indikator mutu
bebas
dan
sifat-sifat
dasar,
anatomi-kimia merupakan peubah bebas. Adapun peubah bebas sifat-sifat dasar rotan yang diukur adalah: 1) Kerapatan ikatan pembuluh 2) Persentase serat pada penampang lintang 3) Persentase pori pada penampang lintang
4) Panjang sel serat 5) Diameter sel serat
6) Rasio panjang dan diameter sel serat
7) Tebal dinding sel serat 8) Kadar komponen holoselulosa 9) Kadar selulosa-alpa
10) Kadar lignin
11) Kadar silika 12) Kristalinitas selulosa 13) Kadar prazat lignin 3. Prosedur pengujian
a. Berat jenis Pengujian berat jenis rotan mengacu kepada Pedoman Pengujian Sifat Fisik-Mekanik Kayu LPHH (Lenbaga Penelitian Hasil Hutan, 1974)
dengan modifikasi yang
disesuaikan dengan contoh bahan yang digunakan, yaitu rotan. Ukuran contoh uji adalah panjang 2 cm sedangkan lebar dan tebalnya disesuaikan dengan diameter contoh rotan. Pengukuran berat jenis dilakukan pada contoh rotan utuh (bagian kulit dan bagian dalam) kemudian dilanjutkan pada bagian dalam setelah contoh dikupas bagian kulitnya setebal 1-2 ma. Berat jenis rotan utuh, bagian dalam dan bagian kulit dihitung berdasarkan berat kering tanur dengan rumus sebagai berikut:
dimana: BJ = Berat Jenis B = Berat contoh utuh kering tanur V = Volume contoh utuh kering tanur, dengan metoda celup (water displacement) b. Lentur statis Pengujian Pedoman
lentur
Pengujian
statis rotan mengacu
Sifat
Fisik-Mekanik
Kayu
kepada LPHH
(Lembaga Penelitian Hasil Hutan, 1974) dengan modifikasi yang disesuaikan dengan contoh bahan yang digunakan, yaitu rotan. Ukuran contoh uji yang dibuat adalah panjang 35 cm sedangkan lebar dan tebalnya disesuaikan dengan diameter rotan. Jarak antara penyangga diatur sepanjang 30 cm. Beban dan defleksi dilakukan sampai maksimum. Pada pengujian rotan nilai maksimum ditandai oleh kenaikan beban yang konstan. Bahan rotan dalam uji lentur statis ini dipandang sebagai bahan berbentuk bulat panjang yang masif. Dari hasil uji lentur statis ini dihitung Modulus Elastisitas (MOE), Tegangan pada Batas Elastis, Daya
Lenting dan Tegangan Maksimum dengan rumus, masingmasing sebagai berikut:
..
dimana: MOE = Modulus Elastisitas o, = Tegangan pada batas elastis U = Daya lenting/enersi potensial 3 Beban pada batas elastis = Jarak sangga D = ~iameterrotan fe = defleksi/lendutan pada batas elastis 'max = Beban maksimum Omax = Tegangan maksimum c. Torsi Pengujian keteguhan torsi mengacu kepada Pedoman Torsee8s Torsion Testing, Tokyo Testing Machine MFG, CO., LTD., dengan modifikasi sesuai dengan bahan rotan
yang digunakan. Contoh Uji berukuran panjang 28 cm dipasang pada mesin uji torsi tipe AT-6. Salah
satu ujung contoh
uji diberi gaya puntir dan ujung lainnya menahan putaran (-
5).
1
Ketemngan : 1 . Ro tan 2. Pendulum 3. Gaya putar
Garbar 5. Alat u ji torsi
Pada pengujian torsi akan diperoleh parameter yaitu : Besarnya modulus rigiditi (MRG) dapat dihitung dengan menggunakan rumus : te L MRG =
Besarnya tegangan torsi pada batas elastisitas (te) dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Besarnya keteguhan torsi maksimum (haax) dapat dihitung dengan rmenggunakan rumus : 16 Tmax
tmax = n D3
Dimana : MRG
= Modulus regiditi
te
= Tegangan elastisitas torsi
tmax = Keteguhan torsi maksimum r
= Jari-jari
D
= Diameter
L
= Jarak bentang
8
= Sudut torsi (radian)
Te
= Momen torsi pada batas elastis
Tmax = Momen torsi maksimum
d. Uji Rangkak
Uji rangkak (creep test)'dilakukan untuk menentu,-..
kan besaran defleksi elastis (elastisitas), rangkak (creeps), dan plastisitas (permanent set). Prosedur pengujian
disusun
berdasarkan
(Kollman and Cbt&,1968).
teori
reologi
kayu
Sedangkan alat pengujian
dirancang dan dibuat oleh Puslitbang Hasil Hutan, Bogor (lihat G a r b a r 6). Contoh uji rotan panjang 30 cm disangga pada kedua ujungnya.
Pada bagian
tengah diberi
beban-
rangkak yang besarnya 60 % dari beban pada batas proporsi dan dilengkapi dengan alat deflektometer. Lama pembebanan adalah satu jam dan pengukuran plastisitas dflakukan setelah 30 menit pelepasan beban.
2e 1
1
Keterangan :
I
1 , Ro tan 2. Deflektometer 3. Beban 4. Penyangga
4
3
I
=4
Besarnya
beban-rangkak
(=P) diperoleh melalui
tegangan rata-rata batas elastis tiap jenis rotan dengan menggunakan rumus:
dimana ; a, = Tegangan rata-rata pada batas elastis D = Diameter rotan L = Jarak sangga Besarnya elastisitas
(E) dapat diperoleh dari
besarnya defleksi yang terjadi seketika pada saat pembebanan awal (= YtO)
. Adapun
besarnya plastisitas
(P) diperoleh dari defleksi yang tersisa setelah 30 menit pelepasan beban (= Yt2). Dengan demikian rasio E/P adalah;
Yt2 Rasio E/P = YtO Besarnya rangkak diperoleh dari selisih defleksi setelah pembebanan satu jam (Ytl) dan defleksi awal (YtO), yaitu; Mulur = Ytl
-
YtO
e. Dimensi serat Untuk mengukur dimensi serat beberapa
potong
contoh rotan berukuran sekitar 0,5 x 0,5 x 3,O cm dibuat preparat melalui proses maserasi dengan metoda Schlutze (Pandit, 1991). Dimensi serat yang diukur dengan bantuan mikroskop cahaya meliputi diameter
dan
tebal
dinding.
Pengukuran
panjang, dilakukan
dengan mistar-gelas yang diletakkan pada lensa okuler. Setiap strip pada mistar-gelas tersebut ditera panjangnya melalui mikrometer gelas yang dipasang pada bidang
objek
mikroskop
pada
pembesaran
tertentu.
Mikrometer gelas digunakan ~ b a g a idasar untuk nilai tera. Dengan demikian setiap strip pada lensa okuler dapat diketahui panjang sebenarnya. Selanjutnya nilai dimensi serat
ditentukan oleh jumlah
strip
pada
mistar-gelas. Panjang serat diukur pada pembesaran 100 kali dengan
jumlah serat sekurang-kurangnya
100 serat.
Sedangkan diameter serat diukur pada pembesaran 450 kali dengan jumlah serat sekurang-kurangnya 50 serat. Adapun tebal dinding diperoleh dengan rumus:
dimana, TB = tebal dinding d = diameter serat 1 = diameter lumen
f. Persentase sel penyusun rotan Contoh rotan yang utuh dan sehat mula-mula direbus dalam air sekitar 10 jam kemudian dibiarkan dingin selama satu malam.
Selanjutnya pada contoh dibuat
sayatan penampang lintang dan longitudinal setipis mungkin dengan pisau mikrotom. Sayatan dibuat menjadi preparat
mikrotom
dan untuk
pewarnaan
digunakan
safranin. Sel-sel (jaringan) penyusun yang dihitung meliputi sel serat dan pori. Prosedur pengukuran persentase sel penyusun rotan mengikuti metoda seperti dilakukan oleh Indrawati, 1992. Penampang lintang rotan pada preparat mikrotom dipotret dengan camera merk ~ a s h i c a dengan lensa 55 mm dan tipe
FX-3.
Hasil pernotretan
dipotong-potong dan dikelompokkan menurut sel penyusun
yang
diukur.
Masing-masing
kelompok
sel
penyusun
ditimbang dan dihitung persentasenya berdasarkan berat dengan rumus; Berat kelompok sel penyusun
x 100 % Berat total g. Kerapatan Berkas pembuluh Penetapan kerapatan berkas pembuluh dilakukan pada penampang lintang contoh uji berukuran panjang 5 cm dengan bantuan loupe. Pengukuran dilakukan secara sampling untuk area seluas 4 mm2
masing-masing pada
bagian tepi, tengah dan pusat rotan. Hasil pengukuran ketiga lokasi sampel dijumlahkan dan kerapatan berkas pembuluh ditetapkan per ma2 dengan rumus;
dimana : Kb = Kerapatan Pi = Banyaknya Te = Banyaknya Pu = Banyaknya
ikatan ikatan ikatan ikatan
pembuluh pembuluh pembuluh pembuluh
tiap pada pada pada
mm2 bagian pinggir bagian tengah bagian pusat
h. Kadar holoselulosa Selulosa termasuk hemiselulosa atau disebut juga holoselulosa adalah fraksi polisakarida total dalam rotan yang bebas zat ekstraktif dan lignin. Penetuan kadar selulosa mengikuti prosedur SII.1657-85.
Prinsip
penentuan kadar selulosa yaitu dengan mengisolasinya dari rotan melalui dua tahap, yaitu:
- penghilangan
zat ekstraktif dengan melarutkannya
dalam alkohol-benzen menurut SII.1293-85.
- penghilangan
lignin dengan klorinasi kemudian diek-
straksi dengan monoetilamin. Residu yang diperoleh setelah pengeringan oven 105 f 3 ' ~adalah selulosa yang dihitung dengan rumus :
dimana : S = kadar holoselulosa C = berat endapan selulosa kering tanur B = berat i. Kadar lignin Lignin yang merupakan senyawa aromatik berbentuk amorf, adalah bagian dari rotan yang bebas zat ekstraktif dan bukan karbohidrat. Prosedur penentuan lignin mengikuti SII.0528-81.
Prinsip kerjanya yaitu:
mengisolasi zat ekstraktif dengan alkohol-benzen 1 : 2 selama 8 jam, kemudian dihidrolisa dengan asam sulfat 72 % selama
2
3 menit dan hidrolisa disempurnakan
dengan asam sulfat 3 %.
Hasil residu setelah penya-
ringan dan pengeringan pada oven 105 f 3 'C adalah lignin (Klason) yang dihitung dengan rumus :
L
-x
100 % B dimana: L = kadar lignin C = berat endapan lignin kering tanur B = berat contoh kering tanur 3=
j. Kandungan Prazat Lignin Prazat lignin diperoleh melalui oxidasi polimer lignin dengan nitrobenzen.
Prosedur kerjanya mengi-
kuti : Lin dan Dence, 1992.
dengan prinsip ker ja
mengoksidasi serbuk kayu bebas ekstraktip dalam tabung baja anti karat dengan larutan nitrobenzen dan KOH selama 2 jam pada suhu 170
OC
lalu dilan jutkan dengan
pemisahaan. Pemisahan prazat lignin dalam hasil oxsidasi dikerjakan
melalui
penyaringan,
ekstraksi
choloroform, dehidrasi dan evaporasi.
dengan
Selanjutnya,
prazat dilarutkan dengan metanol dan diinjeksikan kedalam chromatografi gas untuk analisis kualitatif dan kuantitatif.
Prazat yang dianalisis adalah kan-
dungan persentase guayasil, syringil dan para-hydroksi benzaldehide dalam sampel yang diinjeksikan. Kondisi chromatografi gas yang
dipakai untuk analisis adalah
sebagai berikut: Merek Kolom Gas pembawa Kecepatan
: : : :
-
Skimatzu GC 14A Kapiler, Silika, CPB-10 UHP Nitrogen 0,40 ml/menit
: FID : 3 0 0 ~ ~
Detektor Temperatur
k. Kadar selulosa-alpa Kadar selulosa-alpa adalah bagian selulosa yang mempunyai berat molekul tinggi, DP > 200 unit glukosa, dan merupakan bagian yang tinggal setelah bagian selulosa lainnya larut pada perlakuan dengan natrium hidroksida 8,3 %
. Pelamtan
terjadi setelah pengem-
bangan dengan natrium hidroksida 17,5 %. Penetapan kadar selulosa-alpa mengikuti prosedur SII.0443-81.
Endapan
selulosa-alpa yang
diperoleh
setelah kering tanur ditimbang sampai beratnya konstan. Kadar selulosa-alpa dihitung dengan rumus:
dimana : Sa = Kadar selulosa-alpa C = Berat endapan kering tanur B = Berat contoh kering tanur
1. Kadar silika Silika
(5102) adalah salah satu bagian dari
komponen abu anorganik yang tersisa setelah seluruh kgmponen organik diisolasi melalui pengabuan pada suhu 575 It 25
'c.
Pemisahan silika dari abu dilakukan
dengan melarutkannya dalant asam klorida pekat, 65 %. Penentuan kadar silika mengikuti prosedur SII.1292-85.
Hasil residu dalam miligrara yang diperoleh setelah pengeringan oven 105 f 3 'C dihitung berdasarkan berat contoh rotan kering, dengan rumus :
dimana : Si = kadar silika C = berat silika dalam m g B = berat contoh kering tanur m. Kristalinitas selulosa Sebelum
menjadi
bagian
dinding
sel
molekul-
molekul selulosa yang berbentuk seperti rantai panjang meapbentuk berkas-berkas molekul selulosa yang diletakkan ssjajar satu sama lain. Berkas-berkas ini kemudian diselubungi oleh hemiselulosa untuk membentuk unit yang lebih besar yang disebut mikrofibril. Mikrofibril ini dalam dinding sel telrletak berlapis-lapis.
Di
dalam tiap mikrofibril ada bagian berkas molekul selulosa yang tersusun rapi disebut daerah kristalin atau nisel dan lain disebut daerah amorf. Kristalinitas adalah bagian kristalin yang terdapat dalam dinding sel rotan. Untuk penetapan kristalinitas selulosa digunakan instrumen X-ray difraction
PHILLIPS
pw.1130.
Contoh
yang
dianalisa
adalah
selulosa-alpa yang sudah dipisahkan dari rotan. Contoh dijadikan preparat aunorientedn pada lempeng aluminium
dan dimasukkan ke dalam usample holdere8 untuk disinari.
Penyinaran dilakukan pada kondisi: Sudut penyinaran : 4-3Z0c Kecepatan sudut : 1°/menit Kecepatan kertas grafik : 1 cm/menit Konstanta waktu : 1x1~3cps Tenaga listrik : 20 mA, 35 kV Dari hasil penyinaran diperoleh difragtogram yang
menunjukkan adanya selulosa amorf dan puncak-puncak selulosa kristalin. ditentukan
dari
Persentase
perbandingan
selulosa luas
kristalin
puncak-puncak
difragtogram selulosa kristalin dan luas total difragtogram menurut metoda Hendayani (1983). C . MALISIS
DATA
Pertama, kumpulan data primer yang telah diperoleh diuji normalitasnya lalu ditabulasi.
Pengolahan selanjutnya
pada data adalah mendapatkan ukuran gejala pemusatan (estimasi
nilai
tengah) dan
dispersi
masing-masing
peubah.
Berdasarkan nilai tengah peubah dilakukan rangking menggunakan skala pengukuran ordinal.
Data kualitatif ini selanjut-
nya diolah dengan analisis gerombol untuk pengelompokan jenis-jenis rotan yang diteliti.
Metoda analisis yang
digunakan adalah adalah metoda gerombol berhirarki. Untuk mengetahui perbedaan sifat-sifat kelompok jenis dilakukan
uji perbedaan beberapa rata-rata dengan menggunakan statistik F, yang dilanjutkan dengan uji Duncan. Selanjutnya, data yang
diperoleh
digunakan
sebagai
basis data untuk perhitungan-perhitungan teknik regresi, korelasi dan seleksi faktor (lihat Galbar 7). Model-model regresi, yaitu formula matematis yang menunjukkan bentuk
hubungan fungsional antara peubah bebas dengan peubah tak bebas, yang digunakan dalam analisis ini adalah sebagai Tabel 10. Tabel 10. Model-model regresi untuk analisis
No. 1. 2. 3. 4. 5.
Y = Y = Y = Y = Y = 6. Y = 7. Y = 8. Y 9. eY= 10. Y =
Persamaan regresi
Nama Model
BO+BlXl+B2X2+. ..+BkXk+ei BO+R~X+E~
linier multipel linier sederhana kuadrat i k polinomial hiperbola eksponensial geometr i k logistik logar i tmi k logaritmik resiprokal
BO+BIX+B~X~+E~
BO+B~X++B~X~+B~X~+E~ ~/(BO+B~X)+E~ BOeBlx+ei atau lnY=lnBO+BIX+ei BOxB1+ei atau lnY=lnBO+Bl lnX+ei 1/(~001~)+e~ atau ln(l/Y)=lnBO+(lnB1)X+ei BOxb+ei atau Y=lnBO+BllnX+ei eBo-BIX+ei atau lnY=BO-B1/X+ei
-
Tahapan pembuatan model dimulai dengan model regresi berganda peubah
dengan
salah satu sifat
terikat dan
sifat
fisik-mekanik
fisik-mekanik
lainnya
sebagai sebagai
peubah bebas. Peubah terikat yang berkaitan erat dengan semua sifat fisik-mekanik akan dijadikan sebagai peubah indicator sifat fisik-mekanik rotan. Peubah indikator ini selanjutnya akan dicarikan hubunganya dengan masing-masing sifat fisik-mekanik lainnya melalui model regresi linier sederhana dan non linier. Peranan sifat anatomi dan kimia terhadap indikator sifat fisik-mekanik akan dianalisa melalui model regresi berganda
dan
sederhana
(linier dan
non
linier) dengan
indikator fisik-mekanik sebagai peubah terikat dan sifat fisik-mekanik sebagai peubah bebas. Selanjutnya
dilakukan
pemilihan
model
terbaik
dan
seleksi faktor pada model-model yang terbentuk dengan melakukan keabsahan atau kehandalan model. dipakai untuk penilaian
Tolok ukur yang
kehandalan model
ialah
sebagai
berikut : 1. Uji F
2. Koef isien determinasi , R2. 3. Koef isien determinasi terkoreksi , Ra2
4. Koefisien korelasi, R
5. Koefisien regresi, bi
6. Koefisien regresi parsial baku, b t i
Uji F dilakukan untuk mengetahui kontribusi yang nyata dari peubah-peubah bebas terhadap peubah terikat.
Nilai F
hitung diperoleh dari hasil bagi kuadrat tengah regresi d m kuadrat tengah
sisa dari daftar sidik ragam. Untuk ini
dikembangkan hipotesa, Ho : 01=02=....=Bk=O
melawan Ha :
minimum salah satu dari Bi $0. Kriteria pengujian adalah apabila F hitung > F tabel pada tingkat a tertentu maka Ha diterima atau berarti peubah bebas mempunyai kontribusi yang nyata terhadap peubah terikat dalam model regresi yang diperoleh. Koef isien determinasi , R2 adalah hasil bagi
jumlah
kuadrat regresi dan jumlah kuadrat total kemudian dikalikan dengan 100 %
. Nilai
R2 menunjukkan derajat ketepatan atau
kecocokan garis regresi yang terbentuk berdasarkan nilainilai
penduga
terhadap
himpunan
data
hasil
observasi.
Apabila R2 mendekati 100 % berarti senua data hasil observasi terletak semakin dekat dengan garis regresi atau model semakin
handal.
Koef ieien determinasi terkoreksi , Ra2 adalah koefisien yang sudah dikoreksi oleh derajat bebas sisa, derajat bebas total, jumlah kuadrat sisa dan jumlah kuadrat sisa. Kriteria uji kehandalan model dengan ~a~ sama separti R2. Dalam
model
regresi
linier
multipel,
koefisien-
koef isien determinasi , Ri2, dapat digunakan untuk seleksi peubah bebas yang berperanan nyata dalam model dengan menggunakan teknik maju bertahap (forward step wise regression). Kriteria pengujiannya adalah apabila F hitung < F tabel pada
taraf a maka peubah yang bersangkutan dapat diabaikan. Nilai
F hitung diperoleh dari;
Model regresi yang diperoleh akan diuji koefisienkoefisien regresinya agar peubah bebas Xi dapat digunakan untuk menduga peubah respon Y. tersebut satu persatu
digunakan
Untuk menguji koefisien statistik tstudent
dan
ttabel pada taraf a tertentu. Apabila thitung > ttabel maka peubah bebas Xi dengan koefisien Bi yang bersangkutan dapat digunakan untuk menduga peubah respon, Y. Koefisien regresi parsial baku, b p i digunakan untuk mengidentifikasi peubah bebas Xi yang paling berpengaruh di antara peubah-peubah bebas lainnya dalam model regresi. Koefisien ini diperoleh dengan rumus : b p i = bij(wi2/JK(y)) dimana, bi = koefisien regresi parsial Xi dengan Y wi2 = jumlah kuadrat peubah Xi Peubah bebas Xi dengan bi yang menghasilkan b p tertinggi merupakan peubah terpenting atau yang paling berpengaruh terhadap Y di dalam model regresi yang bersangkutan (Sudjana,1983: Prajitno,l981 dan Sugiarto,l992) Adapun pola umum analisa data dapat dilihat seperti diagram alir pada Garbar 7 di bawah ini.
G a r b a r 7. Diagram alir deskriptif prosedur analisis data
Input 1 Data fisiko-kimia, anatomi dan mekanik rotan Data fisik selulosa
-
-
Uji normalitas data
\I/ Output 1 Deskripsi peubah nilai tengah simpangan baku - nilai minimum-maksimum
-
Input 2 Rangking nilai tengah sifat dasar
I Analisis gerombol/ Analisis gugus
Output 2 Kelompok jenis rotan Kelompok I Kelompok I1 Kelompok I11 Deskripsi peubah penciri Kelompok
-
-
-
Data sifat fisikomekanis
Analisis : Korelasi, regresi dan seleksi faktor (linier sederhana dan multiple)
\
Output 3 indikator mutu rekayasa rotan
\
/
Input 4 Data fisiko-mekanik,anatomiskimia & struktur lignin
.-
\I/
Analisis : Korelasi,regresi & seleksi faktor (linier,non linier sederhana & multipel) I
+ Output 4 Model-model matematis hubungan indikator mutu dan anatomi kimia pendugaan keteguhan maks hubungan keteguhan maks dan anatomi kimia
-
-
/
-
Input 5 indikator mutu model hubungan indikator mutu dan keteguhan deskripsi peubah penciri rotan Kel.1 (elite), If dan I11
- data
-
V
Analisis mutu Rotan
tidak
Klasifikasi mutu penggunaan dan spesifikasi Mutu I, 11, I11
/