I{ONAS PDFI2O16
VERSUSITAS HASIL IDENTIFIKASI REKONSTRUKTIFANTROPOLOGIS DAN KOMPARATIF ODONTOLOGIS PADA PENGGALIAN JENASAH PENYIDIKAN ULANG KASUS MARSINAH Sara AfariGadro, drg., M.Kes
Bagran llmu Kedokteran Forensik dan N,4edikolegal FK UGI\l/ lnstalas Keclokteran Forensik dan Mediko eqal RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
N,4engetahui identitas
PENDAHULUAN
Penganugerahan YaP Thiam
aec Yaya\an Pu5d. Slud. Fah Azdsi a <epaoa [,4a'sindh. dda.a1 me.unrukhan le_lang sensiLifild< dan latensitas kasus Marsinah bahwa sewaktu-waktu bisa muncul kembali n an_aoi a\rual re.hait isu hdk-hak azd5 manusa dan ketika rentang kurun waktu Awatd
lVa_usia _do'es
kasus belum sepenuhnya meniadakan adi
keforensikannya. Pada status penyidikan u
ang babak kedua
kasusnya
Yang
horba" naJp-n pelaku. rraka daoal drhi"ldall ada^ya kekeliruan dalan.
ditujukan untuk apakah melanjuikan proses peradilan pidananya ke tingkal peninjauan kembalj ke l\,4ahkamah Agung ataupun memperbarui tuntutan tersangka barunya, yang ternyata jLrsiru terpetieskan hingga sekarang, maka identifikasi untuk pembuktian identitas barang bukti korban menjadi salah satu hal yang menjadi pe_ti_g oiperhal ka_ o eh penyioik sebaqai antisipasi terhadap kemungkinan dramatisasi dilontarkannya pertanyaan tentang egal aspek ldentitas ini d sidang pengad lan berikutnya nanti, seperti yang d
tekankan da
am
. lngdt lebih ba k sen_ooyan: dalan_ pada membebaskan yang bersalah dari menghukum yang tidak bersalah . Akan lelapr oerlanut laqr apabild dioe'naltlan. sampai dibuatnya fil'r, Cry fat iustice yang dided kasikan untuk I\,4arsinah, beiapa menyadarkan kepada kita semua bahwa p o<,c< perdd la_ yang d tuiukdn unluk perad lan ydng oapal be'dkibat fala
hal i"i
menpero
e_ kead;ldn bdqinva
lidah
seharusnya berhenti pada semboyan tersebut di atas saja, lanpa berlanjut sampai dapat mengetahui slapa pelaku
penyampalan brieflrg
penyid k kepada tim gabungan ahli forensik
sebenarnva yanq harus bertanggung jawab
ketira dka- Telakukan penggdlian endsaL . ldenufikas merupakan upaya untuk
demi keadilan itu sendiri.3
Daldn perydi
ur
dentitds seseoranq ne a ui cir baik yang spesifik maupun selumlah mp-geLa,
korban
merupakan langkah awal dalam proses penyidikan yang harus dbuat jelas lebih dahu u.'zSelanjutnya dalam suatu proses peradilan yang tidak sampai mengetahui siapa pelakunya untuk diberikan sanksi pidana Vanq berkeadilan sepefti pada ldsu: I\,4ar!inan ni, ndkd menjad, sid' sialah semua usaha yang ielah dilakukan denqan menqhabskan dan mengorbankan banyak hal bak secara malerial maupun moral. Dengan dikelahLinla dentilas ba'k
Hien
non spesifik denoan cara sedemikian rupa sehingga dapat ditentukan bahwa orang yang tidak dkena tu adalah orang yang 5ebel-mnya -uga drkena me'rlki ciri-.rn tsb. Dalam penyidikan tindak pidana, identifikasi mempunyai art pentng, yaitu untuk rnengetahui ataupun membuklikan
diselenggarakan
penanganan
pemeriksaannya tergantung keadaan barang bukti dan indikasinya serta menurul hon5ep da_ proaeoul Ldraava. Bard_q b-kli ko'ba_ ddpa( borvar'asi <eodadnnva da'i
je_asdn ydng masi. ut-h dan seqdr. membusuk, termutilasi, terbakar, linggal rangka dlau sisa remdin bahkan san oai
bahwa seseorang itu ada ah korban ataupun pelaku s!atu iindak kejahatan yang telah terjadi.l
42
KONAS PDFI 2016
konfirmasi.
yang hancur atau rusak karena ber!bah 'o1rpo. , ! n dwi dd a .l y. d.b ldentifikasi pelsonal yang slrdah laz m ortdr-. a otFh p hd\ p. y di( dn.d . d secaTa visua dan teknk fotograli dengan mengenal c ri-ciri muka dan snyalemen t!buh, dengan propedyl benda-benda mllk p iodor "a l. ..rrl doh.n._. dl j",i daklioskoprs dsb; sedangkan penanganan
eh medis
me
kedokteran forens
k
yang body post data tidak dikena untuk mempero eh mortem dan mengumpu kan informasi
m/ssrlg perso, yang dperkrakan unluk memperoleh data ante moftem. Adapun alternatif caranya. ya tu apabi a kedua data post dan ante modem tsb dapat dipero eh,
lakukan
maka identfikas dapat diakukan dengan cara membandingkan data keduanya. Tergantung pada syarat kelengkapan dan
menggunakan sarana konvensionanya atau kurang mernperoleh has I yang meyakinkan unluk menqetahu alau
keakurasian aiau derajat pemenuhan kritera kedua data post dan ante mortem
yang d peroleh untuk dapat
de_ ll. oa_ dl.ru unl .l , -abdgd, lonfrndoi ddri
memouhtlc_ mp -nqkar
b!kti subyektif
pengembangan bukll
salng dibandifgkan. pencapaian hasil identiiikasi
dengan cara komparasi
demikian berpe uang nd v dual, art nya dapat sampai menunjuk siapa korban ketika keduanya cocok atau sama Akan tetap apabia data ante motem tidak dapat/ mudah dipero eh
dan
odl lKDn\d
kurban dan
nd
kasinya
beberapa
penanganan idenifikas medlk kedokteran
k yang dapat diaklkan mencakup d1(dra .ii pFne k-da oFrbaqa benlul cir! baik yang spesifk maupun yang non spes fik pada pemeriksaan uar dan da anl \-^@t tu otopsr. pe1 eril. ddn ,id l .dri dermatog ifs apabia dim nta, pemerjksaan forens
sepefii pada kebanyakan kasus krmnal, maka dar data pemerjksaan post rnortem yang dipero eh dapaL direkonstruksi, yaitu dniai untuk memperk rakan apakah lenis ke amin, usia, ras, t nggi badan seda c ri cirj
khusus korban dsb Biarpun
ang{liang alau rangka
tldak individua, tahapan identtas demik an dapat
secara antropoog, pemerksaan cri-cirl gig dan rahang secara odonto ogi, perneriksaan
tu
meokaisir dan rnemberikan petunluk dan arah penyidlkan Disin lah identiikas mernpunya art pent ng ba k dr b dang r 7a&ro krminal maupun non krimina
goongan darah berbaga sistem hngga pemeiksaan biolog moleku ar baik sld k
DNA persona pada jaringan
rnanusia
Tuluan
malpun prospek sidik DNA personal pada m kroba
ldenlificalion) lnterpol pada penanganan ;den(il k.si 'o o.rn ndl nu.roa na J dl mdl. p.r'rFnt .dn panF'( adn -Fp.r i
k jari
ad
.p-n JFrndlog 'i olah nadi. -idiL
odoniolog
s oleh
daktioskop
s seda
sid
k DNA lebih triloq sarana
u
ni
sa inq
n,
juga lethadap
KRONOLOGI PEMERIKSAAN KASUS DAN HASIL IDENTIFIKASI
Penggalan lenasah ranqka dalam penyid kan u ang kasus babak kedla
rekonstrukif
,ahu^d.r
ah
latensitas kasusnya.
I\4ars nah ni, yaitu sewakl! d lakukan o eh tim gabungan ahli forensik pada 27 Junr T995, adalah merupakan penanganan pemer ksaan barang bukti korban yang
antropologis tulang tu ang serla bukt non bologis propedy dan benda benda mlk prrbadi maupun bukti subyektif yang ain
d-
maka
sebaga refreshng rewew
g gi
pengg!naan cifl-c ri fsik med k spesifk dan 'ro pa\'r{ o. gan s4houF//F .AF,,hn\d
.poaga .r'@ a d-'ltfr
an
masrng-rnas ng untuk me engkap satu dengan yang la
kepolis an
dikedeparikan selracrai
pernerksaaf dentifikas
penyanrpa
adalah untuk mengekshibisi dan sebagai pembelajaran tentang peran pemeriksaan ekspertis antropo ogi dan odontologi da am sstem multidisip lner dengan cara/ verci
dilubuhnya dsb.'za5671rc!
[.4enurut konsep DVI (Disaster Victim
sid
ha
an tahap prosedural diaklkan, yaitu pemerksaan dead
alui d
ementas daiam
serangka
pemer ksaan apabila sedemikian rupa keadaan barang buktinya sehinqga polisi peny dik tidak dapat o
mp
dentfikas korban lak dkenal bak massa maupun tunggal krimina maka teldapal
.uL
43
KONAS PDF] 2016
ketiga kalinya setelah dua tahun daam
u ^u
r'lall- P'osa"
Pe ddirdn
ddri
penanganan pemeriksaan yang pertama di Rumah Sakjt Nganjuk terhadap penemuan jenasah Marcinah pada I IVei 1993 dan
rnerupakan ekshumasi kedua selelah ekshumasi pertamanya, yaitu pada waktLr penanganan pemer ksaan penggalan jenasah otops ulangnya pada 30 Oktober
l99J oleh um ahi lore si. dall ln..aaKedokteran Forensik RSUD Dr. Sutomo Surabaya.
V sum et repertum berupa laporan hasil gabungan ah o
pemeriksaan
eh tim
forensik lengkap berupa berita acara pemeriksaan barang bukti pro iustutia, terdiri aias satu berkas resume aporan has I pemeriksaan kolektf para ahl disertai lamp ran dua berkas berita acara mata ranta penanganan dan pemeriksaan bard_g b-l t di"eldi . na oe .a( ah .paniq
dn h.-l penenhcaa_ dd'i 'l "sngnaq nq a.li. -dnpirdn liTd bFIkds er
iersebut terdiri atas aporan
hasi
mineral dsb dengan keadaan tanah yang
pane !sadn ola_ mdsi rg-'r ds nq arl. varll antropolog , odonto og patologi, radro ogi, sero og dan biologj molekular. Dari tuluh bprkas ldnp rd_ se'Lr'.hnya. berhas ekspertis laporan hasi pemeriksaan antropolog s berada d urutan lampjrar 3
bera r karena mus m hujan pada saat d gali,
sedangkan berkas ekspedis laporan hasil
rnaka terjadiah proses saponfikas, yaitu rrFrrbub.rnya jaflngdn l"r ngdn ,ndknyd menjad seperli lemak lln beMarna puiih kekuningan berbau tengk. Khusus yang berhubungan dengan perneriksaan untLrk memberikan keterangan ah i teniang dentitas barang bukt korban maka yang terlbal dalam penanganan pemeriksaan ada ah ahli ahl antropologi, odontologi, serologi dan blo ogi mo ekular. Diawal dengan dikoordinas oleh ahli antropo og , penanganan barang bukt yang pe lana \r[ d lakuka_ 'eLe ah ekbh-.nasi ddd,a_ pembe si_dn dan pe'awdld_ ru dno lulang. Satu persatLr tulang d bersihkan op-gd- l enggu dkdn Ioror_asr kLac haus dan id-lidi sulen (iusuk sate) sambi menga iri dengan a r d bawah kran dan d atas kasa kawat untuk menjaga agar tidak
pemerlksaan identifrkasi odontoloqis berada d urutan lamp ran 4
Adapun tenlang keadaan barang bukti jenasah yang sudah terkubur seama dua
iahun
di daam tanah
denqan variabel
pengaruh derajat keasaman./ keaikalian, jasad
jasad renik ata!pun
kandungan
Tentang hasl dentifikas barang buktr ra_g\d ydng d \dnpdi"dn oaldn ra'rol an i bprla\ e!,pe.l . a-lropologi l.r".buL rl adalah sbb:
1. Jenis
mata rantai proses perialanan
sLratu
penanganan pemer ksaan barang b!kti oleh masing-rnasing ah nya.
disimpu
kan
ada ah
berdasarkan
incisura lsch ad ca lebar dan spina
ischiadica tidak menonjol,
tepr
acelabulLrm tajam, artrculat o sacroiliaca .dra dr|. bArberluh eegiLiga sudut oub <
lebar;
sacrum dengan tanda-tanda
ebdr. pandah engh-ng
ddngka
.
persendian dengan tulang panggul rata
dan berbentLrk segtiga; iemur dengan
d lakukan
pe'r_eri.sadn n\enLar rasi oan de' rlkasr t,rldng-luld_g pcd a konbrnasr a^dlofli. broog dan d_lroplogi ,n.ul ne geaF i bahwa barang bukti ada ah rangka manusia satLr indvidu, maka seianjutnya dilakukan perneriksaan eksperts lim gabungan ahli forensik m!lt displner dalam rangkaian
n
pengamatan kranloskopis tandatanda obb o, fro ldle ),anq rpnonol. Lepi orbila yd^g Ldj"n. p'o.6s' -s rnasioideus yang kecil dan tuberculum rnentale mand bula yang tidak menoniol !e.la penqdnalan oslPo\rop \ Ldnddtanda sbb: coxa dengan tanda-tanda
ada bagian barang bukti yang hilang, berikutnya tuano-tlrlang dikerinqkan dengan mengang nkan di sLrhu ruang
setempat. Setelah itu
ke arn
perempuan, yaitu
2
tanda lnea aspera satu dan sempt L'a -r o s .rpu I a_ antard 22
dengan 24 tahun,
berdasarkan
pengamatan osteoskopis tandatanda nel puti: epiphysis clav c!la belum
menutup, epiphysis semua tulang pdn_aaq c rdah renutup: obiilerasutura cranials antara lain sutura bas laris sudah menutup, sutura corona is, sagitial s dan occ pitalis belum
I{0NAS PIIFI
2O I 6
menuiup serta slad um pertLrmbuhan
dan
bukt dengan foto c/ose up rfuka pada daerah mulut Marsinah yang diberkan oleh penydik beseda dua gambar foto prof I muka [4arsinah yang terdapat pada sampu depan majalah Galra nomor 27 Tahun T tanggal 20 [4ei 1995 dan yang terdapat pada halaman 12
perkembangan
permukaan pubis pada symphysis stadum ll skala
1
.
ha- e 1 . --k Mo go id pa gdTdLar Lrdno-lopi\ ba dard.\"n jd.dr-rdnd" a u. ygo,r. icu! a1 pat dari pandangan vertika is, nc sura Rd
disi'r ou
majalah Forum nomor 5 Tahun lV ianqqa 22 Jun 1995, yano sernuanya dapat diamaU dengan jelas sulcus nasolabialis dan ketampakan gigi-gigi
mallomaxilaris dalam, os fronta e lebar;
pengukuran osteomeiris penghitunqan ndeks cranials 94,2 hyperbrachycran dan ndeks nasa is 115 4 p atyrrhin sefta odontoskopis adanya ianda keilokoilomofi permukaan palatnal
depannya; probabilitas/
perbandingan anlara derajal protrusifrtas/ ketonggosan relasi g gFg gi rahang alas dan bawah rangka yang
la Tinggi badan disimpulkan sekitar 148 sanpai 151crn dengan +12 crn, d htung dengan rumus Berynan dari panjang tulangtulang femur, humerus dan tiba kanan dan kiri pada tlik triik incisiva max
4
direpresentasikan dalarn beniuk rnodel cetakan gigi gigi rahang atas dan bawah
bdrd-g b,lr de-gd- teori d d . p'vr'..'rd- reld.r qrgFqrqr rdhdnq dl@. ddn b"vr"h dd am s sLem denLo mdk-;o r.dnJibu o lr. r.l ne qgun.l d 9d
osteometriknya.
Adapun tentang hasil identifikasi rangka yanq dlsampaikan dalam ampiran 4 berkas ekspertis laporan has I pemer ksaan identfikas odontologis tersebut, adalah sbb:
1
PEMBAHASAN
SF,ud .e.drdn oira g h,ll - ,.u.
r'7
yang tinggal laringan keras rangka, rnaka diddt ut- T.ht . pan ariL \'lan dndtcic
Kes mpLrlan tentang keidentikan antara
baranq bLrkt ranqka ekshumasi kedua (yang diperiksa oleh tim gabungan ahli forens k penyidikan ulang kasls Mars nah) dengan baranc bukt ienasah ekshumasi pertama (yang diperiksa oleh tim ah i iorens k dar lnsta as Kedokteran Forensik RSUD Dr Soetomo
ada ah berdasarkan kebo eh ladian dalarr
orpar.r- b oLogi Li 1^g IU dnq. .i'ro flsrrd . no-{olog dan d dLo'lri canr Jnropoog. tu ang-tu angi dapat ditentukan bahwa rangka adalah rnanusia berjumlah satu l
vidu. Proses se anlutnya dalam rangkaian mata ranta perja anan oe,l FriL sa@n b1 -ng bu( i 'angld. hh... id. llla.i -nl .i antropoiogis dan odontologist sepert ha nya pada kasus kr mina pada a ropoloqr 'rf .rI _r'a roFnrl d. ind
Surabaya),
adalah berdasarkan kesamaan/ kecocokan perbandingan data odontogram antara odontogram hasi pemeriksaan gigi post mortem pada ekshumas kedua yang dibuat oleh dokter gigi tim gabungan ahl
.
perreriksaan
dilakukan
dan
'o-an- k pAnyid I a_ u dng ra.u I IVarslnah dengan odontogram hasi pemeriksaan gigi post mortenr pada ekshumas pertama yang dibual oleh dot_er qgr hl ."1 ore_.r. do _slara-r Kedol eron Forensik RSUD Dr Soetomo yang terdapat pada lembar (elgd Vibun a( Rpp.-|unnyd ^oaor KH 93.870 tangga 1 November 1993 2. Kesimpu an tentang kesesuaian antara dard d p o .\rl ras ' etdka qiqi.q qi rahanq atas dan bawah ranqka barang
pengukuran antropometris. Pemeriksaan penqarnatan kranioskop s dan osteoskopis
sefta
pengukuran
kran
ometris
dan
osteometris seperU terseblrt daam hasl dentiflkasi antropologis di atas merupakan
cara peniaian
bentuk morfologis yang dan ukuran cri mengandalkan dar hasi perneriksaan posl rnortem barang bukti kurban, akan menqhasikan satuan cri c ri ba k kualitatif rnaupun kuanttatf sebaga komponen-komponen tahapan 45
bentLrk
KONAS PDl.t 2016
identltas: yaitu tentang jenis kelamin (dar tanda-tanda mol{ologis tentang dimorfisme seksua ), umur (dari tanda-tanda penurrou_a_ dd_ pprke nbdngan nalLrrlas iu ang tu ang), ras (dari tanda tanda morfologis dan ukuran indeks tentang cri
^ri di rngldl ra-d). ri gg: baddn
(ddri
penghitungan melalui forrnula matematika
tentang hubungan tnggi badan dengan tulang tulang panjang) dsb yang bersfat non individual.a 5&ra Hal demikian karena pada kasus krimnal kurban selain daarn
siatus s stem terblrka, yaitu
kepada
qiapapu_ dimungki_kdn sebdqai si kurbdn. demikian juga t dak rnudah unluk
memperoleh data ante mortem tentang
odonto og sebaga salah satu lriog sarana ide_ ifikds' p ne.. na(a id.^Lifh.si odontologls pada kasus ini lebih memilih cara komparas dengan mencoba rnengembangkan data anie dan post mortemnya unluk salng dibandingkan, yaitu daam Lrpaya menjawab terhadap kemungk nan dramatsasi muncLrlnya pertanyaan d s dang pengadian "apa betui itu rangka lvlars nah?". Pengembangan data ante mortem
dilakLrkan dengan secara retrospektif krono og s, yaitu berusaha mencari data d renlang waktu dalam proses penanganan pemeriksaan barang bukti dari tahap yang
rnengandalkan rnerekonslruksi dari saiu
terakh r mundur kebelakang ke lahap-tahap sebelunnya menulu ante mortern IVars nah. sedangkan pengembangan data post mortemnya dilakukan denqan membuat odontogram dan menggunakan
sumber data, yaitu data hasil pemeriksaan posl mortem dari barang bukli rangka saja,
a_al5s oearal orol .sllas 16asi agi qgi rahang atas dan bawah rangka barang
tidak membandingkan dengan data ante mortem orang hilang yang diperkirakan sebagai kurban, sehingga pencapaian hasil idenlifikasinya tidak sampa dapat
bukt (Analisis diakLrkan
rnenoamati re asi giqi-qiqi rahanq atas dan bawah dalam sistem dento-maxilo.randrbulo- ran,a 'a_gl d. ya (u reldl-
menunjuk siapa ind vidLr korbannya, meainkan berupa kornponen-komponen
pandangan lateralisnya krani!mnya dengan posisi bdang FrankfLrrt, yatu bidang yang melalui foramen infra orbiia is dan takik pa ng a as po -- aLuslrcus a\lern.s kir
orang hilang yang diperkirakan Oleh karana flu melode nF rrnlsaan identifkasi antropologis pada kasus ini langsung hanya
sebagai tahapan identitas yaitu ientang jenis keamin, umur. ras dan tinggi badan dsb. I\,4eskipun tidak dapat menunjuk siapa rangka barang bukti korbannya, namum identifkasi rekonstruklif demikian bers fat lebih obyektf berdasarkan barang buklinya sajd ya_g dalan sisler pFnyid ka ta\ '\ tungga dan rekonsiliasi kasus massal dapat dipakai sebagai petuniuk da am mernpersempit dan meloka isir serta mengkonfimasl individu yang d maksud.
Sebaliknya pada
pemeriksaan
identifikasi odontologis, tersedia
.dua
alternatif cara yang bisa diterapkan, yaitu
denqan
da_ \dndn ho-zonLa dLari -eja_ar larla
Deng.n bdnl-dn seula< oenano vanq diberi
ba_du penbprat sebagoi epreseqlas gars Simon di bidang frontal pada ttik foramen i_'ra orb'ral-. da dn leo didgnoss dera.d prolrus il.. I dnronel c. benang dengan bandul pemberat tad druk,r posrlr k.bF'adaannya dari posisi normaLnya, yaitu berada di sepert ga d stal gigi caninus untuk rahang atas dar'l
interdental gigi canlnus premolar kesatu
untuk rahang bawah). Dengan
cara
cata
komparatif dengan lalan membandingkan data post dan anie
demikian maka relasi g gi g gi rahang atas dan bawah dapat dinila derajat
mortem antara dead body dengan mtssing
protrusif tasnya.l6
perso, yang
rakan bila
17&ra
ingin
Pencapaian hasil identifkasi odonto ogis
mengetahui sampai pada tingkat individual slapa korban; maupun cara rekonstruktif
tentano keidentikan" antara baranq bukti
menggunakan data post moftem saja sepcni halnya cara penF'ksaa_ de_rifkasi
ada
diperk
Sesuai konsep
dan
prcsedutal DVIInterpol yanq menempatkan
rangka ekshumasr kedua dengan Marsinah
ah
berdasarkan
perbandingan odontogran yang dibuat pada pemeriksaan ekshumasl kedua dengan odontogram yang dipero eh pada ekshumasi periama
ITONAS PDFI2O16
sebelumnya yang dapat dijelaskan sebagai ekshumasi penyidikan !lang pertarna kasus
membandingkan data post mortem dead bady dengan ante mortem mlsslng per'so, yang diperkirakan untuk upaya menLrnjuk siapa orangnya. Meskipun menunjuk ndividu korban, namun probabrlitas/ kebolehjadiannya memerlukan penjelasan keahlian dalam menila dan mendasarkan obyektifitas pemeriksaannya dengan komprehensifitas dan kedalaman
l\larsrnah sebelumnya.r0 selanjulnya untuk pencapaian hasil identifikasi tentang
"kesesuaian" antara derajat proirusifilas
barang
(yang drrepresenlasikan melalui model cetakan qiqr dan rahanq ranqka barang bukti) dengan I\,4alsinah, maka keakurasran dan deraiat kepercayaannVa terqantunq pada bukti
rangka
perrahanr- "asus daa
perband.ngan pe_ge-noa_gan daLd po:t mortem tentang analisis derajat protrusifilas
relasi gigi-gigi rahang atas dan bawah
4. Akhirnya versi cara identifikasi
barang bukti rangka dengan
Odontologi saling melengkapi satu larhadap ydng ldi_ odgdikan sedulur sinorowedi . ya;tu sinegc ddn inLegrat| dalam multidisipliner; konfirmatif dalam
"keidentikan" dan "kesesuaian" tersebui merupakan derajat pencapaian penunjukan indiv du [,,larsinah secara retrospektif
rekonsiliasi. DAFTAR PUSTAKA
1. Anonyn. BLthu Pedoman Odontology Sebagai Identifikasi. cet.
penanganan
pemeriksaan idenlifikasr barang buktrnya. Meskipun secara individ!al dapat menunjuk
l\larsinah, namun
2
memerlukan penjelasan keahlian dalam menilai dan menghubungkan obyektifitas hasil pemeriksaan dan analisisnya denqan
3
kronologi
retrospeksi penanganannya.
1 ldentifikasi mu iidisip iner dalam penyid kan ulang kasus l\,4arsinah d,t-iukan -nr-l manganl sipasi 5.
llmu
2011. www.scribd.com/doc/24532924lSTu DlKASUS-MARSINAH Diakses 01 1 1201 5
Rathburn, T. A. & Buikstra, J. E., Human ldentification. Springfield, lllinois, USA: Charles C.Thomas Krogrnan, W. M., The Human Skeletan
in
Forensic Medicine. Spt)ng1ed, lllinos. USA Charles C Thomas Publisher. 1962.
identifikasi rekonstruktif data post rronem. [,4eskipur Liddk ne^unju{ ind vidu korban. cara rekonstruktif bersifat lebih obyektif dan keterangan lahapan identitas demikian dalam
Eckert W. G., Forensic Odonio ogy. ln: lntroduction ta Forcnsic Sciences. 2'd ed.,Boca Raton: CRS Press, 1997. 7. Gadro, S. A., B!dhisampurno, S- & Soegandhi, R.; Peran Pemer ksaan Antropologis dan Odontologis Dalam 6.
sistem penyidikan pada kasus kriminal
atau rekonsiliasi pada kasus musibah massal dapat memberi\an pelu.jLr( -nt-k meloLallsir dan neng\onl rrdsr
Pelayanan ldentifikasi
Kedokteran
Forenslk. SemirarPerangananBarang
Bukti Medis Kaitannya Dengan Pengadaan Visum et Repertum,
ndivdu yang dimaksud.
identifikasi komparatif,
ldries, A. I\1., Penercpan
Publisher, 1984.
bu{ri
apabila muncul di sidang pengadilan. Seperti pada umumnya kasus kriminal, antropologi menggunakan cata
3. Odontologi menggunakan
ke2,
Jam12..21 4.
2.
Sarana
Kedakteran Forensik Dalam Proses Penyidikan. Jakafta Sagung Seto,
komprehens
penbulridn rdenlitas bdrang
forpnsic
Jakarta:Dephankam ABRI,'1979.
probabilitasnya
fitas dan pernaharnan kasus dan
apapun
Vang Ielah drlaku^an. Antropologi oan
status pengembangan data ante mortemnya melalui perolehan foto c/ose up muka dan gambar foto profil orang yang dikatakan I\,larsinah. Dengan demikian kesimpulan
kronologi tahap-tahap
kro-o og
penanganannya.
Yogyakada,1996.
caTa
yaitu
47
KONAS PDFI2O16
8.
L
C.4., Forensic Dentistry, Boca Raton: CRS Press,
15. Stimson, P. G., Mertz,
lnterpol, Disaster Victim lndetification Guide. ln: D/saster yictim ldentification
'1997.
Worksh o p, Bandung, lndonesia, 2006.
Budiharjo,
fingerprint
A., Microbiome, The
in
16. Graber, T. M., Orlhodontics. Pinciples
next
and Prcctice. 3d ed.
forcnsic2 PIT PDFI
10.
Ata-Ali, J. & Ala-Ali, F., Forensic deniistry in hum€n identificationr A review ofthe literature. J CIin Exp Dent.
1972. '17.
Suprijo, A.. Lampiran Ekspertis 3: ldentifikasi Barang Bukti Rangka l\,,larsinah. Dalam: Berila Acara Pemeriksaan Barang Bukti Jenasah No. Barang Bukti: BB/ 34/ Vl 95/Dit Serse No. Poli N 23/ BA/ Vlll/ 95/
Dokpol, Ladokpol
8.
Disdokkes
Polri,1995.
12. Gadro.
S. A.. Larrpiran Ekspertis
4:
Pemenksaan ldentifikasi Odontologik.
Dalamt Betita Acara Pemeriksaan Barcng Bukti Jenasah No. Batang Bukti: BB/ 34/ VY 95/ Dit Serse No- Pol N 23/ BA/ VIll 95/ Dokpol, Ladokpol Disdokke6 Polri,1995.
Hillson,
S.,
Dental
Anthropology, Cambidge University Press, 1996. 14. Rogers, S. L., The Human Sku, lts Mechanics, Measurement and 13.
Graber.
T.
N,'1.
&
Swain,
B.
F.,
Orthodontic. Pinciples and Technique. St. Louis, Toronto,Princeton: The C. V. Mosby Co., 1985. '18. Sheikh A. & ljaz A., Lip morphology in bimaxillary dentoalveolar protrusion in class I and class ll adults, Paklsla, Oral & Dental Journal, 2oo9, 291 261-
20141 6(2)1162-7.
11.
Philadhelphia,
London, Toronto:W. B. Saunders Co.,
Joglosepur,2016.
yariations. Springfield. lllinois.
USA: Charles C. Thomas Publisher, 1984.
4A