MYOPIA (Rabun Jauh)
Disusun Oleh :
Fahmi Firmansyah (01.12.000.3..)
Fauza Kariki T.S
Shindy Intan D.S
(01.12.000.350)
(01.12.000.366)
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Jenjang S-1 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju Jakarta 2015
Myopia (Rabun Jauh) 1. Pengertian Rabun Jauh atau Myopia Miopi atau biasa juga disebut rabun jauh (dari bahasa Yunani: myopia "penglihatan-dekat") adalah sebuah kerusakan refraktif mata di mana citra yang dihasilkan berada di depan retina ketika akomodasi dalam keadaan santai. Myopia merupakan kelainan refraksi dimana berkas sinar sejajar yang memasuki mata tanpa akomodasi, jatuh pada focus yang berada didepan retina. Dalam keadaan ini objek yang jauh tidak dapat di lihat secara teliti karena sinar yang datang saling bersilangan pada badan kaca, ketika sinar tersebut sampai diretina sinar-sinar ini menjadi divergen, membentuk lingkaran yang difus dengan akibat bayangan yang kabur. Mata minus atau rabun jauh, yang secara medis dikenal dengan istilah miopi adalah gangguan penglihatan yang membuat penderitanya tidak bisa melihat dengan baik obyek benda yang jauh, namun masih baik untuk melihat obyek yang dekat seperti membaca. Ini terjadi karena bola mata yang terlalu panjang atau karena kelengkungan kornea yang terlalu besar sehingga cahaya yang masuk tidak difokuskan secara baik dan objek jauh tampak buram. Penderita penyakit ini tidak dapat melihat jarak jauh dan dapat ditolong dengan menggunakan kacamata negatif (cekung).
Miopia (rabun jauh) Imej difokuskan di hadapan retina
Miopi, bayangan benda jatuh di depan Retina
Perkembangan teknologi menyebabkan para penderita rabun jauh dapat diatasi melalul operasi mata dengan menggunakan lacer excimer. Pada operasi ini, kornea mata dibuat sedemikian rupa agar nampak datar, sehingga kelainan pembiasan pada mata dapat dikoreksi. Dalam ilmu kedokteran, cara ini disebut PRK (Potorefractive Kerateclomy). Cara ini efektif untuk mengatasi rabun jauh dari -2 dioptri hingga -8 dioptri. Masalah penglihatan yang buruk ini lebih umum dialami oleh orang dewasa yang lebih muda. Kemampuan fokus mata bisa mulai menurun pada masa kecil, dan terus menurun hingga masa remaja. Namun biasanya kondisi akan stabil pada awal usia 20-an, dan setelah itu kebanyakan orang merasa tidak perlu sering lagi untuk mengubah resep kacamata atau lensa kontak resep bahkan tidak sama sekali. Miopia lebih banyak mempengaruhi orang-orang Cina, Jepang, dan Asia Tenggara.
2. Tipe Miopia a) Myopia Aksial Bertambah panjangnya diameter anteroposterior bola mata dari normal. Pada orang dewasa panjang axial bola mata 22,6 mm. perubahan diameter anteroposterior bola mata 1 mm akan menimbulkan perubahan reflaksi sebesar 3 dioptri b) Myopia Kurfatura Kurfatura dari kornea bertambah kelengkungannya, misalnya pada keratokomus dan kelainan congenital. Kenaikan kelengkungan lensa bisa juga menyebabkan myopia kurvatura, misalnya pada stadium intumesen dari katarak. Perubahan kelengkungan kornea sebesar 1 mm akan menimbulkan perubahan refraksi sebesar 6 dioptri. c) Myopia Indeks Refraksi Peningkatan indeks bias media refraksi sering terjadi pada penderita diabetes mellitus yang kadar gula darahnya tidak terkontrol. d) Perubahan Posisi Lensa Perubahan posisi lensa kearah anterior setelah tindakan bedah terutama glaucoma berhubungan dengan terjadinya myopia. Berdasarkan tingginya dioptri, myopia dibagi dalam 1) Myopia sangat ringan, dimana myopia sampai dengan 1 dioptri
2) 3) 4) 5)
Myopia ringan, dimana myopia antara 1-3 dioptri Myopia sedang, dimana myopia antara 3-6 dioptri Myopia tinggi, dimana myopia 6-10 dioptri Myopia sangat tinggi, dimana myopia >10 dioptri
Miopia berdasarkan umur : a. Congenital (sejak lahir dan menetap pada masa anak (sejak lahir dan menetap pada masa anak-anak) b. Youth-onset myopia onset myopia (< 20 tahun) c. Early adult-onset myopia onset myopia (20 - 40 tahun) d. Late adult-onset myopia onset myopia (> 40 tahun). Menurut perjalanan miopia dikenal bentuk : a. Miopia stasioner, miopia yang menetap setelah dewasa b. Miopia progresif, miopia yang bertambah terus pada usia dewasa akibat bertambahnya panjang bola mata c. Miopia maligna, miopia yang berjalan progresif, yang dapat mengakibatkan ablasi retina dan kebutaan atau sama dengan myopia pernisiosa = miopia maligna = miopia degeneratif. Miopia degeneratif atau miopia maligna biasanya bila miopia lebih dari 6 dioptri disertai kelainan pada fundus okuli dan pada panjangnya bola mata sampai terbentuk stafiloma postikum yang terletak pada bagian temporal papil disertai dengan atofi korioretina. Atrofi retina berjalan kemudian setelah terjadinya atrofi sklera dan kadang-kadang terjadi ruptur membran Bruch yang dapat menimbulkan rangsangan untuk terjadinya neovaskularisasi subretina. Pada miopia dapat terjadi bercak Fuch berupa biperplasi pigmen epitel dan perdarahan, atrofi lapis sensoris retina luar, dan dewasa akan terjadi degenerasi papil saraf optik.
3. Penyebab Rabun Jauh Mata minus ini dikarenakan oleh lensa mata yang bentuknya tidak memungkinkan untuk bisa fokus pada objek yang jauh. Kornea adalah lapisan khusus pada permukaan mata yang lentur dan melakukan lebih banyak pekerjaan karena cahaya yang memasuki mata. Cahaya harus benar-benar membelok sehingga menciptakan gambar yang tajam. Ketika sinar cahaya paralel melewati kornea, maka kornea harus cukup mencembung dan fokus pada retina (membran yang sensitif terhadap cahaya yang melapisi bagian belakang mata). Lensa bertugas untuk menyesuaikan fokus yang baik. Pada kasus miopia, baik kornea yang terlalu membentuk cembung atau terlalu lama untuk kembali akan membuat cahaya bertemu di depan retina, dan pada saat mencapai retina gambar menjadi buram. Rabun jauh sebagian besar disebabkan oleh masalah genetik dan bukanlah bentuk suatu penyakit. Namun beberapa penelitian menunjukkan bahwa, orang yang banyak melakukan banyak pekerjaan yang mengharuskan lebih banyak fokus pada obyek yang sama mungkin lebih cenderung mengembangkan rabun jauh-hal ini misalnya terlalu sering dan lama menatap monitor komputer maupun gadget, atau terlalu sering membaca dalam waktu lama. Penyebab lain yang mungkin bisa mempengaruhi adalah, kurang nutrisi yang dibutuhkan oleh mata, sering membaca di tempat yang kurang cahaya, dan sering membaca sambil tidur.
Anak-anak yang lahir secara prematur juga tak jarang yang mengembangkan kondisi yang mempengaruhi bentuk mata, dan lebih mungkin untuk mengembangkan rabun jauh.
4. Faktor Resiko Terjadinya Miopia Beberapa faktor resiko terjadinya miopia diantaranya adalah: 1) Genetis. Sebagian besar kasus rabun jauh disebabkan oleh penurunan sifat dari orang tua. 2) Ras. Ternyata, orang Asia memiliki kecenderungan miopia yang lebih besar (70% - 90%) dari pada orang Eropa dan Amerika (30% - 40%). Paling kecil adalah Afrika (10% - 20%). 3) Kekurangan makanan bergizi pada masa pertumbuhan hingga usia 12 tahun. 4) Kebiasaan buruk, misalnya kebiasaan melihat jarak dekat secara terus menerus seperti membaca, melihat media visual (televisi, komputer, gadget) dalam jarak dekat, membaca sambil tiduran, dan membaca di tempat yang kurang cahaya (remang).
5. Penyebab Rabun Jauh 1. Keturunan (herediter) 2. Ketegangan visual atau factor lingkungan Dari faktor diatas, faktor herediter pada miopi pengaruhnya lebih kecil dari faktor ketegangan visual. Terjadinya miopi lebih dipengaruhi oleh bagaimana seseorang menggunakan penglihatannya, dalam hal ini seseorang yang lebih banyak menghabiskan waktu di depan komputer atau seseorang yang menghabiskan banyak waktunya dengan membaca tanpa istirahat akan lebih besar kemungkinannya untuk menderita miopi. Faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi misalnya pada rabun malam yang disebabkan oleh kesulitan mata untuk memfokuskan cahaya dan membesarnya pupil, keduanya karena kurangnya cahaya, menyebabkan cahaya yang masuk kedalam mata tidak difokuskan dengan baik.
6. Gejala dan Komplikasi Pertamakali orang mengetahui kalau dirinya menderita rabun jauh biasanya pada masa remaja, yaitu ketika mereka mungkin mengalami rasa sakit kepala, nyeri pada mata, serta mengetahui bahwa orang lain bisa melihat obyek yang jauh secara lebih baik darinya. Setelah mendapatkan kacamata resep, mereka mungkin akan merasakan sebuah kejutan saat melihat begitu jelas dan bagus nya pemandangan yang mereka lihat – bahkan penderita seringkali tidak menyadari bahwa mata manusia sebenarnya mampu berfungsi dengan baik. Gejala lain rabun termasuk kebutuhan menyipitkan mata untuk bisa melihat dengan jelas, sering berkedip dan menggosok mata.
Miopia hampir tidak pernah memburuk dengan cepat, namun beberapa penyakit seperti diabetes, bisa membuat rabun jauh berkembang lebih cepat. Penyakit yang paling mendasari biasanya yang menyebabkan masalah di bagian belakang mata. Karena komplikasi tersebut, maka bisa membuat penderita kesulitan untuk mengetahui apakah resep kacamata perlu dirubah. Satu-satunya cara untuk memastikannya adalah untuk memperoleh tes mata secara teratur.
7. Pengobatan Mata Minus Ada tiga jenis pengobatan untuk rabun miopia, yaitu memakai kacamata, lensa Kontak, dan dilakukan operasi mata. 1)
Kacamata Bisa mengatasi semua masalah penglihatan, termasuk hyperopia, miopia,dan astigmatisme. Lensa kacamata bifocal sangat membantu masalah penglihatan jauh dan dekat. Menggunakan kacamata adalah cara yang berbeda untuk membantu penglihatan secara jangka panjang. Kacamata juga bermanfaat untuk menghambat tingkat perkembangan kearah yang lebih parah, terutama untuk masalah rabun dekat. a. Lensa Kontak Lensa kontak juga bisa menjadi pilihan untuk mengatasi miopia. Namun untuk kasus miopia yang lebih berat, bisa menjadi tebal dan berat, sehingga beberapa orang kemudian merasa tak nyaman. Walaupun sudah digantikan oleh versi yang lunak dan lebih nyaman, tapi mungkin sulit untuk dibersihkan. Lensa kontak sekali pakai merupakan pilihan yang cukup populer. Contact lens mungkin lebih praktis, sayangnya membuat orang rentan mengalami infeksi mata. Namun resiko bisa diminimalisir dengan cara merawat dan membersihkan lensa kontak sesuai petunjuk, membuang tepat waktu, dan tidak digunakan saat tidur. Lensa kontak ada dua macam yaitu lensa kontak lunak (soft lens) serta lensa kontak keras (hard lens). Pengelompokan ini didasarkan pada bahan penyusunnya. Lensa kontak lunak disusun oleh hydrogels, HEMA (hydroksimethylmetacrylate) dan vinyl copolymer sedangkan lensa kontak keras disusun dari PMMA (polymethylmetacrylate). Keuntungan lensa kontak lunak adalah nyaman, singkat masa adaptasi pemakaiannya, mudah memakainya, dislokasi lensa yang minimal, dapat dipakai untuk sementara waktu. Kerugian lensa kontak lunak adalah memberikan ketajaman penglihatan yang tidak maksimal, risiko terjadinya komplikasi, tidak mampu mengoreksi astigmatisme, kurang awet serta perawatannya sulit. Kontak lensa keras mempunyai keuntungan yaitu memberikan koreksi visus yang baik, bisa dipakai dalam jangka waktu yang lama (awet), serta mampu mengoreksi astigmatisme kurang dari 2 dioptri. Kerugiannya adalah memerlukan fitting yang lama, serta memberikan rasa yang kurang nyaman.
Pemakaian lensa kontak harus sangat hati-hati karena memberikan komplikasi pada kornea, tetapi komplikasi ini dikurangi dengan pemilihan bahan yang mampu dilewati gas O2. Hal ini disebut Dk (gas Diffusion Coefficient), semakin tinggi Dk-nya semakin besar bisa mengalirkan oksigen, sehingga semakin baik bahan tersebut. b. Lensa Kontak Ditinjau dari Segi Klinis 1. Lapang Pandangan Karena letak lensa kontak yang dekat sekali dengan pupil serta tidak memerlukan bingkai dalam pemakaiannya, lensa kontak memberikan lapang pandangan yang terkoreksi lebih luas dibandingkan kacamata. Lensa kontak hanya sedikit menimbulkan distorsi pada bagian perifer. 2. Ukuran Bayangan di Retina Ukuran bayangan di retina sangat tergantung dari vertex distance (jarak verteks) lensa koreksi. Jika dibandingkan dengan pemakaian kacamata, dengan koreksi lensa kontak, penderita miopia memiliki bayangan yang lebih besar di retina, sedangkan pada penderita hipermetropia bayangan menjadi lebih kecil.
3. Akomodasi Dibandingkan dengan kacamata, lensa kontak meningkatkan kebutuhan akomodasi pada penderita miopia dan menurunkan kebutuhan akomodasi pada penderita hipermetropia sesuai dengan derajat anomali refraksinya. c. Pemilihan Lensa Kontak Lensa Kontak Lunak Pemakaian lensa kontak pertama kali
Lensa Kontak Keras Gagal dengan lensa kontak lunak
Pemakaian sementara
Iregularitas kornea Alergi dengan bahan lensa kontak lunak Dry eye Astigmatisme Keratokonus
Bayi dan anak-anak Orang tua Terapi terhadap kelainan kornea
Pasien dengan overwearing problem Tabel Perbandingan Indikasi Pemakaian Lensa Kontak Lunak dan Keras 2)
Operasi Ada 3 metode operasi mata untuk memulihkan masalah kondisi mata ini, yaitu photorefractive photorefractive keratectomy (PK), laser-assisted in situ keratomileusis (LASIK), dan radial keratotomy (RK). Metode laser RK sudah jarang digunakan, sementara yang paling sering adalah Lasik dan PK. Namun RK terkadang digunakan
untuk mengoperasi mata silinder yang parah, yaitu caranya dokter mata memotong sekitar kornea dengan tepat menggunakan pisau berlian kecil. Pada PRK operasi menggunakan laser yang dikendalikan oleh komputer untuk menghilangkan epitel, kemudian merusak lapisan kulit tebal kulit yang diukur dari kornea. LASIK sama dengan PRK, kecuali lipatan epitel pertamakali dipotong menggunakan pisau berlian, dan penggunaan laser untuk menghilangkan jaringan dari lapisan tebal kulit bagian kornea, lalu penutup diletakkan kembali pada tempatnya menempel tanpa lem atau jahitan. Prosedur lasik memiliki waktu pemulihan lebih cepat dari PK, tetapi mungkin berkesempatan sedikit lebih tinggi terjadi komplikasi selama operasi. Perbaikan prosedur ini masih terus-menerus dalam pengembangan. Salah satu contoh adalah “wave front” atau “custom” LASIK, di mana komputer memetakan masalah penglihatan yang membutuhkan koreksi, dan meningkatkan keakuratan hasilnya. Prosedur yang lain mencakup penyisipan cincin kecil yang bisa dilepas ke dalam kornea untuk mengurangi risiko komplikasi. Operasi ini sendiri berlangsung cepat (dalam hitungan beberapa menit) dan tidak menimbulkan rasa sakit, namun mata akan terasa perih selama beberapa hari sesudahnya. Operasi hanya bisa dilakukan pada mata yang sehat yang tidak terinfeksi, dan tidak cocok untuk anak-anak dan remaja yang penglihatannya masih berubah. Bukan berarti setelah operasi segala kondisi mata bisa teratasi dengan sempurna, yang ditunjukkan oleh hasil studi berbeda-beda; namun kebanyakan orang yang telah dilakukan operasi laser telah mengalami peningkatan penglihatan. Penting untuk diingat, bahwa walau bagaimanapun ada beberapa orang yang tidak mengalami peningkatan penglihatan pasca operasinya – bahkan beberapa orang berakhir dengan penglihatan yang semakin buruk. Untuk dapat menjalani prosedur LASIK perlu diperhatikan beberapa hal, yaitu: i. Ingin terbebas dari kacamata dan lensa kontak ii. Kelainan refraksi: Miopia sampai -1.00 sampai dengan - 13.00 dioptri. Hipermetropia + 1.00 sampai dengan + 4.00 dioptri. Astigmatisme 1.00 sampai dengan 5.00 dioptri iii. Usia minimal 18 tahun iv. Tidak sedang hamil atau menyusui v. Tidak mempunyai riwayat penyakit autoimun vi. Mempunyai ukuran kacamata/ lensa kontak yang stabil selama paling tidak 6 (enam) bulan vii. Tidak ada kelainan mata, yaitu infeksi, kelainan retina saraf mata, katarak, glaukoma dan ambliopia viii. Telah melepas lensa kontak (Soft contact lens) selama 14 hari atau 2 (dua) minggu dan 30 (tiga puluh) hari untuk lensa kontak (hard contact lens)
Adapun kontraindikasi dari tindakan LASIK antara lain: i. Usia < 18 tahun / usia dibawah 18 tahun dikarenakan refraksi belum stabil. ii. Sedang hamil atau menyusui. iii. Kelainan kornea atau kornea terlalu tipis. iv. Riwayat penyakit glaukoma. v. Penderita diabetes mellitus. vi. Mata kering vii. Penyakit : autoimun, kolagen viii. Pasien Monokular ix. Kelainan retina atau katarak Sebelum menjalani prosedur LASIK, ada baiknya pasien melakukan konsultasi atau pemeriksaan dengan dokter spesialis mata untuk dapat mengetahui dengan pasti mengenai prosedur / tindakan LASIK baik dari manfaat, ataupun kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi. Setelah melakukan konsultasi / pemeriksaan oleh dokter spesialis mata, kemudian mata anda akan diperiksa secara seksama dan teliti dengan menggunakan peralatan yang berteknologi tinggi (computerized) dan mutakhir sehingga dapat diketahui apakah seseorang layak untuk menjalankan tindakan LASIK. Persiapan calon pasien LASIK: i. Pemeriksaan refraksi, slit lamp, tekanan bola mata dan finduskopi ii. Pemeriksan topografi kornea / keratometri / pakhimetri Orbscan iii. Analisa aberometer Zy Wave, mengukur aberasi kornea sehingga bisa dilakukan Custumize LASIK iv. Menilai kelayakan tindakan untuk menghindari komplikasi Sebagian besar pasien yang telah melakukan prosedur atau tindakan LASIK menunjukan hasil yang sangat memuaskan, akan tetapi sebagaimana seperti pada semua prosedur atau tindakan medis lainnya, kemungkinan adanya resiko akibat dari prosedur atau tindakan LASIK dapat terjadi oleh sebagian kecil dari beberapa pasien antara lain: a. Kelebihan / Kekurangan Koreksi (Over / under correction). Diketahui setelah pasca tindakan LASIK akibat dari kurang atau berlebihan tindakan koreksi, hal ini dapat diperbaiki dengan melakukan LASIK ulang / Re-LASIK (enhancement) setelah kondisi mata stabil dalam kurun waktu lebih kurang 3 bulan setelah tindakan. b. Akibat dari menekan bola mata yang terlalu kuat sehingga flap kornea bisa bergeser (Free flap, button hole, decentration flap). Flap ini akan melekat cukup kuat kira-kira seminggu setelah tindakan. c. Biasanya akan terjadi gejala mata kering. Hal ini akan terjadi selama seminggu setelah tindakan dan akan hilang dengan sendirinya. Pada sebagian kasus mungkin diperlukan semacam lubrikan tetes mata. d. Silau saat melihat pada malam hari. Hal ini umum bagi pasien dengan pupil mata yang besar dan pasien dengan miopia yang tinggi. Gangguan ini akan berkurang seiring dengan berjalannya waktu. Komplikasi sangat jarang terjadi, dan keluhan sering membaik setelah 1-3 bulan.
Kelebihan Bedah Refraksi LASIK antara lain: a. Anestesi topikal (tetes mata) b. Pemulihan yang cepat (Magic Surgery) c. Tanpa rasa nyeri (Painless) d. Tanpa jahitan (Sutureless & Bloodless) e. Tingkat ketepatan yang tinggi (Accuracy) f. Komplikasi yang rendah g. Prosedur dapat diulang (Enhancement)
8. Proses Diagnosis Rabun Jauh Rabun jauh umumnya dapat didiagnosis melalui pemeriksaan mata oleh ahli kacamata atau dokter spesialis mata. Dalam proses ini, ahli kacamata akan meminta Anda untuk membaca tiap huruf atau angka dengan ukuran berbeda-beda pada tabel dari jarak tertentu. Jika dibutuhkan, ahli kacamata bisa merujuk Anda ke dokter mata untuk menjalani retinoskopi untuk melihat reaksi retina terhadap cahaya. Pengidap rabun jauh disarankan untuk melakukan pemeriksaan mata secara rutin agar perkembangan kondisinya bisa dipantau. Frekuensi pemeriksaan yang baik adalah setidaknya sekali tiap dua tahun. Frekuensi pemeriksaan yang lebih sering terkadang dibutuhkan untuk mendeteksi kondisi mata. Misalnya, menderita diabetes, berusia di atas 40 tahun, menderita glaukoma atau memiliki anggota keluarga dengan glaukoma.
9. Pencegahan Pencegahan Rabun Jauh sebaiknya dimulai dari usia dini, menghindari kebiasaan buruk, mengkonsumsi makanan bergizi khususnya yang mendukung kesehatan mata seperti telur, brokloi, buah alpukat, wortel dan bayam. Sedangkan untuk mengatasi Rabun Jauh adalah dengan menggunakan kacamata minus atau lensa kontak (ukurannya dapat diketahui melalui periksa mata ke dokter atau di toko kacamata yang memiliki alat pengukur dioptri), terapi obat mata khusus dan melalui operasi misalnya melalui operasi LASIK (Laser-assisted insitu keratomileusis).
Miopia mungkin bisa dicegah atau dihambat perkembangannya dengan melakukan beberapa hal. Bahkan, mungkin juga bisa semakin ringan dengan cara melakukan beberapa hal berikut : 1. Melakukan latihan mata setiap hari, seperti melihat berbagai objek pada jarak yang berbeda (jauh dan dekat secara bergantian), mengedipkan mata secara normal (tidak terlalu cepat dan lambat), menutup mata dengan telapak tangan, serta melihat benda bergerak. Hal ini untuk melatih kornea mata agar bisa lentur. Kurangi waktu melihat layar ponsel atau komputer, terutama saat didalam tempat yang gelap. 2. Mengonsusmi sayuran dan buah-buahan bergizi, terutama yang bermanfaat menunjang penglihatan seperti, salmon, alpukat, bawang putih, bawang merah, telur, bayam, wortel, jeruk, sayuran berdaun hijau, dan lain-lain. Nikmatilah pemandangan alam yang luas dan hijau. Anda mungkin harus sering bepergian ke pegunungan untuk melihat pohon-pohon hijau, atau pulang ke desa kampung halaman untuk melihat persawahan. Selain itu, pemandangan laut yang luas juga bisa mengurangi mata minus. 3. Menggunakan kacamata dengan lensa terpolarisasi adalah terapi yang sangat bagus untuk mengurangi silau.
10. Tingkat Keparahan Rabun Jauh Rabun jauh terbagi dalam tiga kategori, yaitu rabun jauh ringan, menengah, dan berat. Pengelompokan ini ditentukan berdasarkan dioptri (D) yang dimiliki oleh pasien. Dioptri adalah unit pengukuran yang digunakan ahli medis dalam mengukur seberapa parah tingkat rabun jauh seseorang.
Penderita rabun jauh yang ringan umumnya hanya membutuhkan kacamata untuk melakukan aktivitas tertentu, misalnya saat belajar, mengemudi, atau menonton televisi. Jika berukuran -0.5D hingga -3D, rabun jauh tergolong ringan. Jika mengidap rabun jauh tingkat menengah atau dioptri -3D hingga -6D, Anda dianjurkan untuk selalu memakai kacamata atau lensa kontak. Sementara pada rabun jauh yang parah, yaitu lebih dari -6D, pengidap hanya dapat melihat objek dengan jelas jika memegangnya sangat dekat dengan mata dan tanpa memakai kacamata.
Komplikasi Komplikasi lain dari miopia sering terdapat pada miopia tinggi berupa ablasio retina, perdarahan vitreous, katarak, perdarahan koroid dan juling esotropia atau juling ke dalam biasanya mengakibatkan mata berkonvergensi terus-menerus. Bila terdapat juling ke luar mungkin fungsi satu mata telah berkurang atau terdapat ambliopia.