MULIA SUSANTI, S.Farm, M.Pd, Apt. FITRIANINGSIH, SKM, M.Si. Med. IDENTIFIKASI staphylococcus aureus PADA RUANG SERUNI DAN KENANGA KELAS III DI RSUD KRATON KABUPATEN PEKALONGAN.
ABSTRAK
Bakteri Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif dengan susunan bergerombol dan bewarna ungu. Staphylococcus aureus juga merupakan flora normal, tetapi dalam jumlah besar bakteri ini menjadi patogen. Bakteri ini dapat menyebabkan infeksi ringan maupun sampai mengancam jiwa. Rumah sakit merupakan sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan, pendidikan, maupun penelitian. Selain menjadi tempat pelayanan kesehatan, rumah sakit juga dapat menjadi sumber infeksi, terutama infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang terjadi saat seseorang masih perawatan di rumah sakit. Infeksi ini disebabkan oleh bakteri, jamur dan virus. Infeksi nosokomial dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya faktor petugas kesehatan, alat-alat medis, pengunjung. Tujuan penelitian untuk mengetahui adanya bakteri Staphylococcus aureus pada ruang seruni dan kenanga kelas III di RSUD Kraton Kab. Pekalongan. sampel yang digunakan adalah sampel udara yang ada pada ruang seruni dan kenanga kelas III, Jenis penelitian ini adalah jenis deskriptif yaitu penelitian yang hanya menggambarkan sesuatu yang diteliti. Hasil yang diperoleh dari hasil penelitian bakteri Staphylococcus aureus pada ruang seruni dan kenanga kelas III di RSUD Krtaon Kab. Pekalongan, pada ruang seruni 100% semua media positif Staphylococcus aureus. Kesimpulan dari penelitian ini dapat diketahui bahwa Stapylococcus aureus mengkontaminasi ruang perawatan seruni dan kenanga.
Kata kunci : Staphylococcus aureus, Infeksi nosokomial, Rumah sakit
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Infeksi nosokomial adalah infeksi yang berasal dari rumah sakit.(2) Berdasarkan data kejadian infeksi nosokomial di RSUD Setjonegoro kabupaten Wonosobo mengalami peningkatan dari tahun 2010 ada 0,37 % kasus, dan tahun 2011 ada 1,48 % kasus.(3) Penelitian yang dilakukan oleh Wikansari tahun 2012 di Rumah Sakit X Kota Semarang. Rumah sakit yang berkapasitas 239 tempat tidur. Beberapa jenis infeksi nosokomial yang terjadi di RS X Kota Semarang yaitu Infeksi Saluran Kemih (ISK), Infeksi luka dan pneumonia.(4) Bakteri patogen yang umum menyebabkan infeksi nosokomial adalah Pseudomonas aeruginosa, Klebsiella, E.Coli, Serratia, Enterobacter dan Staphylococcus aureus.(5) Infeksi nosokomial yang serius adalah yang disebabkan oleh bakteri Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus.(6) Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif. Bakteri ini dapat menyebabkan infeksi yang relatif ringan sampai yang dapat mengancam jiwa. Infeksi yang relatif ringan antara lain infeksi kulit. Infeksi yang mengancam jiwa antara lain infeksi pernapasan atau pneumonia.(8) RSUD Kraton kabupaten Pekalongan sebagai daerah,
berfungsi
menyelenggarakan upaya
tempat rujukan di
kesehatan
yang
bersifat
penyembuhan dan pemulihan pasien bukan sebaliknya menambah jumlah orang sakit karena terjadinya infeksi nosokomial, sebagai kegiatan pertama
pada penelitian ini adalah mengidentifikasi bakteri Stapylococus aureus pada ruang Kenanga dan Seruni kelas III. Tiap ruangan terdiri dari delapan tempat tidur pasien, jarak antara tiap tempat tidur dengan tempat tidur lainnya sangat dekat. Sedangkan pasien pada ruangan ini mempunyai penyakit yang berbedabeda sehingga kondisi ini memungkinkan terjadinya infeksi nosokomial yang disebabkan oleh Stapylococus aureus. Berdasarkan dari latar belakang ini maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai bakteri Stapylococus aureus pada Ruang Seruni dan Kenanga kelas III di RSUD Kraton, Kabupaten Pekalongan.
B. Identifikasi Masalah 1. Stapylococus aureus merupakan salah satu bakteri penyebab infeksi nosokomial. 2. Kondisi ruangan rumah sakit khususnya kelas III yang lembab dan padatnya
pengunjung
sangat
mendukung
tumbuhnya
bakteri
Stapylococcus aureus.
C. Pembatasan Masalah Penelitian ini di batasi pada identifikasi bakteri stapylocous aureus pada ruangan kenanga dan seruni kelas III RSUD Kraton.
D. Rumusan Masalah Apakah ruang seruni dan kenanga kelas III di RSUD Kraton kabupaten Pekalongan terkontaminasi bakteri Stapylococcus aureus ?
E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Untuk mengetahui ada tidaknya bakteri Stapylococcus aureus. 2. Tujuan khusus Untuk mengetahui perbedaan kualitas udara di ruang seruni dan kenanga kelas III di RSUD Kraton Kab.Pekalongan.
F. Manfaat penelitian 1. Menambah wawasan pengetahuan dan ketrampilan dalam pengambilan sampel, pemeriksaan sampel dan identifikasi sampel secara mandiri. 2. Memberikan informasi mengenai pemindah sebaran infeksi nosokomial di dalam ruangan khususnya rumah sakit.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Bakteri Bakteri berasal dari bahasa Yunani “Bacterion” yang berarti batang kecil, sedangkan dari bahasa Latin “Bacterium” yang berarti kelompok raksasa dari organisme hidup. Bakteri hidup dengan sendiri-sendiri atau berkelompok, hidup di sekitar kita, mulai dari daerah tropis hingga kutub, dataran rendah hingga pegunungan dan juga pada tubuh kita, serta termasuk organisme yang jumlahnya melimpah, ukuran bakteri sangat kecil antara 0,5-5 mikron.(9) Berdasakan bentuk morfologinya, maka bakteri dapat di bedakan atas tiga golongan, yaitu basil, golongan kokus, dan golongan spiral.(10)
1. Faktor Pertumbuhan Bakteri Pertumbuhan bakteri menurut Pelczar, 1988 dipengaruhi oleh : a) Nutrisi Semua organisme hidup membutuhkan nutrisi sebagai sumber energi. Beberapa contoh nutrisi yang dibutuhkan oleh organisme, seperti karbon, nitrogen, sulfur dan fosfor.
b) Air Semua organisme termasuk bakteri membutuhkan air untuk fungsi metabolik dan pertumbuhannya. Karena air merupakan kebutuhan vital sebagai sumber kehidupan. c) Suhu Suhu juga mempengaruhi laju pertumbuhan dan jumlah total pertumbuhan organisme. Setiap spesies bakteri tumbuh pada suatu kisaran suhu tertentu. Atas dasar ini maka bakteri dapat diklasifikasi sebagai psikrofil yang tumbuh pada 0-250C mesofil yang tumbuh pada 250C - 400C dan termofil yang tumbuh pada suhu 500C atau lebih. d) Keasaman atau kebasaan (pH) pH optimum pertumbuhan bagi kebanyakan bakteri terletak antara 6,5-7,5. Namun beberapa spesies dapat tumbuh dalam keadaan sangat masam, atau sangat alkali. Bagi kebanyakan spesies nilai pH minimum dan maksimal 4-9 . Bakteri dapat tumbuh dengan sempurna apabila hal-hal di atas tercukupi, karena pada dasarnya bakteri juga mahluk hidup yang memerlukan tambahan zat untuk dapat tetap tumbuh dan berkembang biak.(9)
B. Stapylococcus aureus 1. Klasifikasi Stapylococcus aureus : Kingdom
: Procaryotae
Divisio
: Firmicutes
Class
: Firmibacteria
Famili
: Micrococcaceae
Genus
: Staphylococcus
Spesies
: Stapylococcus aureus (10)
2. Morfologi dan Identifikasi Stapylococcus aureus termasuk kokus gram positif, bulat, tidak bergerak dan berkelompok. Pembentukan kelompok ini terjadi karena pembelahan sel terjadi dalam tiga bidang dan sel-sel anaknya cenderung untuk tetap berada di dekat sel induknya.(11) Stapylococcus aureus merupakan salah satu contoh dari genus Stapylococcus yang pada pewarnaan cat gram terlihat bergerombol seperti buah anggur dengan warna ungu yang berarti bakteri gram positif. Selain itu Stapylococcus aureus adalah pathogen utama pada manusia. Hampir semua manusia pernah terinfeksi oleh Stapylococcus aureus selama hidupnya, dengan derajat keparahan yang beragam, dari keracunan makan atau infeksi kulit ringan hingga infeksi berat yang mengancam jiwa. untuk mengetahui atau memperbanyak bakteri Stapylococcus aureus perlu dilakukan pembiakan dengan menggunakan media pertumbuhan yaitu media agar.
Specimen yang mengandung Stapylococcus aureus jika di tanam pada cawan agar darah membentuk koloni yang khas dalam 18 jam pada suhu 370C, tetapi tidak menghasilkan pigmen dan hemolisis sampai beberapa hari pada suhu ruang yang optimal. Stapylococcus aureus yang patogen menghasilkan koagulase dan cenderung menghasilkan pigmen kuning. Bakteri ini juga dapat menghasilkan enzim dan toksin. Staplococcus aureus dapat menyebabkan penyakit baik melalui kemampuannya untuk berkembang biak dan menyebar luas di jaringan serta dengan cara menghasilkan berbagai subtansi ekstraseluler. Beberapa subtansi tersebut adalah enzim, lainnya di anggap sebagai toksin. Alfatoksin merupakan protein heterogen yang bekerja dengan spectrum luas pada membran sel eukariot. Selain itu Toksin sindrom syok toksik sebagian besar di hasilkan oleh Stapylococcus aureus. Toksin ini menyebabkan demam, syok dan melibatkan berbagai sistem tubuh. Stapylococcus aureus merupakan flora normal pada kulit, saluran napas dan saluran cerna manusia. Stapylococcus aureus di temukan dalam hidung pada 20-50% manusia. Stapylococcus aureus juga sering di temukan pada pakaian, seprai, dan benda-benda lainnya di lingkungan manusia. Epidemiologi Stapylococcus aureus adalah parasit manusia yang dapat ditemukan dimana-mana. Sumber utama infeksi adalah lesi terbuka,
barang-barang yang terkontaminasi lesi tersebut, serta saluran napas dan kulit manusia. Penyebaran melalui kontak langsung di anggap sangat penting di rumah sakit, karena sebagian besar staf atau pasien membawa staphylococcus aureus, di rumah sakit tempat yang paling berisiko tinggi mengalami infeksi Stapylococcus aureus adalah perawatan neonates, unit perawatan intensif, ruang operasi, dan bangsal kemoterapi kanker. Stapylococcus aureus patogen yang masuk secara pasif pada daerahdaerah tersebut dapat menimbulkan penyakit klinis yang berat. (12)
C. Rumah sakit Rumah sakit adalah tempat atau sarana kesehatan yang digunakan untuk menyelenggarakan
upaya untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, serta dipergunakan untuk kepentingan pendidikan, pelatihan, penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan.(13) Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit dinyatakan bahwa rumah sakit sebagai sarana pelayanan kesehatan, tempat berkumpulnya orang sakit maupun orang sehat atau dapat menjadi tempat penularan penyakit serta memungkinkan terjadinya pencemaran lingkungan dan gangguan kesehatan.(14)
Berdasarkan
Permenkes
RI
Nomor
986/Menkes/Per/11/1992
pelayanan rumah sakit umum pemerintah Departemen Kesehatan dan Pemerintah Daerah diklasifikasikan menjadi : 1. Rumah Sakit Kelas A Rumah Sakit kelas A adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis luas oleh pemerintah, rumah sakit ini telah ditetapkan sebagai tempat pelayanan rujukan tertinggi (top referral hospital) atau disebut juga rumah sakit pusat. 2. Rumah Sakit Kelas B Rumah Sakit kelas B adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran medik spesialis luas dan subspesialis terbatas. Rumah sakit pendidikan yang tidak termasuk tipe A juga diklasifikasikan sebagai rumah sakit tipe B. 3. Rumah Sakit Kelas C Rumah Sakit kelas C adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran subspesialis terbatas. Terdapat empat macam pelayanan spesialis disediakan yakni pelayanan penyakit dalam, pelayanan bedah, pelayanan kesehatan anak, serta pelayanan kebidanan dan kandungan. 4. Rumah Sakit Kelas D Rumah Sakit ini bersifat transisi karena pada suatu saat akan ditingkatkan menjadi rumah sakit kelas C. Pada saat ini kemampuan
rumah sakit tipe D hanyalah memberikan pelayanan kedokteran umum dan kedokteran gigi. Sama halnya dengan rumah sakit tipe C, rumah sakit tipe D juga menampung pelayanan yang berasal dari puskesmas. 5. Rumah Sakit Kelas E Rumah sakit ini merupakan rumah sakit khusus (special hospital) yang menyelenggarakan hanya satu macam pelayanan kedokteran saja. Pada saat ini banyak tipe E yang didirikan pemerintah, misalnya rumah sakit jiwa, rumah sakit kusta, rumah sakit paru, rumah sakit jantung, dan rumah sakit ibu dan anak.(15)
D. RSUD Kraton RSUD Kraton merupakan rumah sakit umum milik pemerintah daerah kabupaten Pekalongan sebagai pusat pelayanan kesehatan rujukan utama untuk daerah jawa tengah bagian utara. Adapun fasilitas yang tersedia di rumah sakit ini antara lain nstalasi Gawat Darurat (IGD) 24 Jam dan Intensif Care Unit (ICU), Instalasi Bedah Sentral (IBS) 24 Jam, 16 Instalasi rawat jalan dan 8 ruang perawatan. (16) Pada Rumah Sakit Kraton tiap ruang perawatan terbagi menjadi 3 kelas diantaranya : 1. Ruang Seruni Ruang Seruni kelas I terdapat 2 tempat tidur pasien, kelas II terdapat 5 tempat tidur pasien dan ruangan kelas III terdapat 8 tempat tidur pasien, di ruang seruni semua pasien berjenis kelamin wanita dengan
penyakit yang berbeda. Pada ruang seruni terdapat ruang isolasi khusus untuk penderita penyakit menular. 2. Ruang Kenanga Ruang Kenanga kelas I terdapat 2 tempat tidur pasien, kelas II terdapat 5 tempat tidur pasien dan ruangan kelas III terdapat 8 tempat tidur pasien. Di ruang seruni semua pasien berjenis kelamin Pria dengan penyakit yang berbeda. Pada ruang seruni terdapat ruang isolasi khusus untuk penderita penyakit menular. Ruangan Seruni dan Kenanga hampir tidak ada ventilasi dan cahaya pun hanya pantulan kaca ventilasi yang tertutup. Sehingga ruangannya panas dan lembab udara jarang yang masuk atau keluar untuk pertukaran udara. Akibatnya debu, bakteri dan jamur bertumpuk di dalam ruangan sehingga berisiko menyebabkan infeksi nosokomial.
E. Infeksi nosokomial Nosokomial berasal dari bahasa yunani, kata noso artinya penyakit sedangkan komeo yang artinya merawat. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang di dapat seseorang selama perawatan di rumah sakit.(17) Nosokomial dikenal pertama kali pada tahun 1847 oleh semmelwis dan hingga saat ini tetap menjadi masalah yang mendapat perhatian sejak tahun 1950, infeksi nosokomial mulai diteliti di berbagai negara, terutama di Amerika Serikat.
1. Beberapa faktor infeksi yang memungkinkan, antara lain: a) Petugas dan pengunjung yang melakukan kontak langsung dengan pasien dapat menularkan penyakit infeksi kepada pasien. Juga petugas yang tidak kontak langsung dengan pasien juga berperan penting dalam terjadinya infeksi nosokomial. b) Penularan melalui udara yang diakibatkan batuk dan bersin.(18)
F. Kerangka Teori
Faktor yang mempengaruhi Infeksi nosokomial
PemindahSebaran: 1. Kontak Langsung 2. Batuk dan Bersin 3. Debu
Sumber infeksi: - Lingkungan - Pengunjung - petugas
Udara
Bakteri Stapylococcus aureus
Pemeriksaan laboratorium : 1. Mikroskopik 2. Makroskopik
Gambar. 2.1 Kerangka Teori
G. Kerangka Konsep
Udara
Bakteri Stapylococcus aureus
Variabel bebas
Variabel terikat Gambar. 2.1 Kerangka Konsep
Hipotesis: Ada kecenderungan udara di dalam ruangan seruni dan kenanga mengandung bakteri Stapylococcus aureus
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Yaitu penelitian yang mencari gambaran adanya bakteri Stapylococcus aureus pada ruang pasien di RSUD Kraton.
B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Penelitian ini dilakukan di RSUD kraton yang beralamat di Jl.Veteran Kecamatan kraton Pekalongan Utara, kota Pekalongan. 2. Waktu penelitian dilakukan mulai bulan April tahun 2015
C. Populasi dan sampel 1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah ruang seruni dan ruang kenanga kelas III di RSUD Kraton, Kabupaten Pekalongan. 2. Sampel Sampel pada penelitian ini adalah udara di ruang seruni dan kenanga kelas III RSUD Kraton, Kabupaten Pekalongan.
D. Definisi Operasional 1. Stapylococcus aureus adalah bakteri gram positif, tersusun dalam kelompok seperti anggur yang tidak teratur. Bakteri ini dapat melakukan fermentasi manitol dengan menghasilkan pigmen kuning. 2. Rumah sakit Kraton adalah sarana kesehatan yang berfungsi sebagai tempat yang memberikan pelayanan kesehatan serta perawatan orang sakit. Menyelenggrakan pendidikan,penelitian serta pengembangan ilmu pengetahuan. 3. Identifikasi bakteri Stapylococcus aureus adalah pemeriksaan dengan menggunakan cara penangkapan melalui udara kemudian di tanam di media agar kemudian dilakukan pemeriksaan secara makroskopis dengan melihat pertumbuhan koloni maupun secara mikroskopis dengan melihat morfologi bakteri. 4. Ruang Seruni dan Kenanga merupakan ruang perawatan Penyakit dalam wanita dan pria kelas III di RSUD kraton, Kab. Pekalongan.
E. Instrumen penelitian 1. Alat-alat a. Mikroskop b. Oven c. Autoclave d. Labu Erlenmeyer 300 mL dan 250 ml e. Cawan Petri f. Gelas objek dan kaca tutup
g. Lampu spirtus h. Ose i. Batang pengaduk j. Neraca analitik 2. Bahan-bahan a. Media Nutrien Agar (NA). b. Media Blood Agar Plate (BAP) c. HIB d. Cat Gram A,B,C dan D e. Novobiocin f. Manitol salt agar (MSA)
F. Sterilisasi alat Alat-alat dicuci sampai bersih dan dibiarkan kering, kemudian dibungkus dan dimasukkan ke dalam oven. Sterilisasi alat pada suhu 180°C selama 1 jam.
G. Prosedur pengambilan sampel 1. Sebelum melakukan penelitian ruangan yang akan digunakan sebagai sampel dibersihkan dulu dengan disinfektan (lantai dan meja). 2. Setelah lantai dan meja bersih, letakan 4 media plate pada masing-masing sudut ruangan seruni dan kenanga. 3. Media NA diletakan di atas meja dalam keadaan terbuka, selama 60 menit.
4. Setelah selesai semua media dimasukkan kedalam termos es, kemudian di bawa ke laboratorium untuk diinkubasi dalam suhu 370 C selam 24jam.
H. Prosedur identifikasi 1. Hari 1 a. Pengamatan koloni yang tumbuh Koloni yang tumbuh dari media Na diamati mengenai bentuk, warna, koloni setelah di amati dan di curugai koloni yang di maksud kemudian tanam di media HIB inkubasi selama 15 menit, kemudian lakukan pengecatan gram. b. Pengecatan Gram dan Prosedur Pengecatan Gram Pengecatan gram bertujuan untuk membedakan gram positif dan gram negatif. Prinsip Pengecatan gram positif adalah bakteri mampu menyerap cat gram A, di kuatkan oleh cat gram B, tidak dilunturkan cat gram C, dan tidak mampu menyerap cat gram D, sehingga berwarna ungu. Prinsip pengecatan gram negatif adalah bakteri mampu menyerap cat gram A, tidak di kuatkan cat gram B, di lunturkan cat gram C dan mampu menyerap cat gram D sehinnga berwarna merah. Untuk prosedur pengecatan gram : 1) Ose disentuhkan pada nyala apai spirtus sampai memijar,di ambil koloni tersangka yang ada di HIB, letakan pada objek glass yang sudah di bersihkan dengan alkohol, fiksasi di atas api spirtus.
2) Menenteskan cat gram A sampai menutup olesan pada preparat dan di tunggu selama 3 menit kemudian cuci dengan air mengalir. 3) Meneteskan cat gram B sampai menutup olesan pada preparat dan tunggu selama 1 menit kemudian cuci dengan air mengalir. 4) Meneteskan cat gram C sampai menutup olesan pada preparat dan tunggu selam 30 detik, kemudian cuci dengan air mengalir. 5) Meneteskan cat gram D sampai menutup olesan pada preparat dan tunggu selama 2 menit kemudian cuci denagan air mengalir. 6) Preparat dikeringkan pada suhu kamar dan di amati di bawah mikroskop
dengan
menggunakan
perbesaran
100
kali
(menggunakan imersi). c. Penanaman pada media BAP 1) Panaskan ose sampai merah membara, dinginkan 2) Ambil bakteri yang di curigai dari media HIB 3) Goreskan pada media plate secara merata pada zona 1, lalu panaskan kembali ose 4) Setelah panas, dinginkan goreskan ose dari zona 1 ke zona 2 membentuk garis-garis 5) Panaskan kembali ose, dinginkan lalu goreskan ose dari zona 2 ke zona 3 membentuk garis-garis. 6) Panaskan kembali ose sampai panas, dinginkan lalu goreskan ose dari zona 3 ke zona 4 membentuk garis-garis. 7) Inkubasi selama 24 jam pada suhu 370 C.
d. Uji Katalase: 1) Siapkan obyek glass yang sudah dibersihkan dengan kapas alkohol. 2) Teteskan satu tetes reagen H2O2 pada objek glass tersebut 3) Ambil sedikit koloni bakteri dari BAP dengan ose yang sudah di sterilkan. 4) Tempelkan ujung ose tersebut pada reagen H2O2 yang terdapat pada objek glass. 5) Amati adanya gelembung udara. 2. Hari ke II a. Penanaman pada media MSA 1) Tanam terlebih dahulu bakteri dari BAP ke HIB steril, inkubasi selama 15 menit. 2) Panaskan ose sampai merah membara, dinginkan 3) Ambil bakteri yang di curigai dari media HIB 4) Goreskan pada media plate secara merata pada zona 1 lalu panaskan kembali ose 5) Setelah panas, dinginkan goreskan ose dari zona 1 ke zona 2 membentuk garis-garis 6) Panaskan kembali ose, dinginkan lalu goreskan ose dari zona 2 ke zona 3 membentuk garis-garis. 7) Panaskan kembali ose sampai panas, dinginkan lalu goreskan ose dari zona 3 ke zona 4 membentuk garis-garis. 8) Inkubasi selama 24 jam pada suhu 370 C.
b. Penanaman pada media NA ( uji sensitifitas) 1) Tanam bakteri dari HIB pada media NA dengan cara perataan yaitu dengan menggunakan lidi kapas steril di celupkan pada media HIB tersebut. 2) Letakan disk antibiotik novobicin di tengan media NA tersebut 3) Inkubasi pada suhu 370 C selama 24 jam, catat hasilnya c. Uji CPT 1) Siapkan plasma citrate dengan cara darah Na citrate 1:9, di centrifuge, lalu ambil plasmanya. 2) Teteskan plasma citrate pada obyek glass 3) Ambil koloni bakteri dengan ose jarum steril, lalu campurkan pada cairan plasma citrat tersebut 4) Kemudian di rotator atau di goyang obyek glass tersebut selama 2-3 menit 5) Amati adanya koagulasi atau gumpalan seperti butiran pasir. 6) Hasil positif adanya koagulasi.
3. Hari III Pengecatan gram lagi untuk memastikan kembali, apakah benar bakteri yang di harapkan ada atau tidak.
I.
Pengolahan dan Analisa Data Data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh langsung dari pemeriksaan Staphylococcus aureus pada media agar baik secara makroskopis maupun mikroskopis, dianalisa dan disajikan secara deskriptif.