The Effectivity of Implementation Wudhu in Reducing Germs on Hands, Mouth, and Nose to Nurse at Nur Hidayah Hospital inYogyakarta Vika Habsari Budi Utami1 Dra. Lilis Suryani, M.Kes2 1 2
Medical Study Program, Faculty of Medicine and Health Science Microbiology Department, Faculty of Medicine and Health Science Muhammadiyah University of Yogyakarta ABSTRAK
Tubuh manusia terdapat berbagai macam flora bakteri yang menetap. Ada yang bersifat sementara maupun yang tetap. Flora bakteri tersebut bisa normal atau bisa menjadi patogen. Tubuh manusia setiap harinya terpapar oleh bakteri dari luar seperti dari lingkungan. Pada instansi Rumah Sakit, masih banyak terjadi infeksi nosokomial. Berbagai antiseptik telah diteliti dan terbukti dapat menurunkan angka kuman yang terjadi di Rumah Sakit. Intervensi yang diberikan pada penelitian ini adalah penerapan berwudhu. Berwudhu (thaharah) adalah membersihkan diri (mensucikan diri) dari hadats dan najis yang melekat pada tubuh manusia. Wudhu merupakan kunci utama sebelum seseorang menunaikan ibadah shalat dalam Islam. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimental dengan rancangan pretest-postest group non control untuk membandingkan parameter kuman Staphylococcus sp dan Streptococcus sp sebelum dan sesudah berwudhu. Terjadinnya penurunan jumlah angka kuman ditunjukkan dengan cara menghitung jumlah angka uman yang telah diusap dari tangan, hidung dan mulut perawat pada media TSA yang telah dikultur masing-masing sebelum dan sesudah berwudhu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan jumlah angka kuman Staphylococcus sp pada mulut perawat dengan nilai p=0,002 (p≤0,05) dan penurunan jumlah angka kuman pada hidung perawat dengan nilai p=0,000 (p≤0,05). Hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa terjadi penurunan angka kuman yang bermakna sebelum dan sesudah terhadap kuman Staphylococcus sp pada mulut dan hidung perawat dengan penerapan berwudhu sesuai dengan tatacara yang benar. Kata
Kunci :
infeksi
nosokomial,
angka
kuman,
berwudhu,
perawat
ABSTRACT In the human body there are various kinds of flora bacteria residing. There is a temporary or a permanent. The bacterial flora may be normal or may be pathogenic. The human body every day exposed to bacteria from the outside as from the environment. Hospitals in the institution, many of nosocomial infection. Various antiseptics have been studied and shown to reduce the number of bacteria that occur in hospital. Interventions are given in this research is the application of wudhu. Wudhu (thaharah) is cleaned up (purify themselves) from hadats and unclean attached to the human body. Wudhu is key before someone perform prayers in Islam. This study was quasi-experimental, pretest-posttest non control group to compare the parameters of Staphylococcus sp and Streptococcus sp before and after wudhu. The decrease in the total number of bacteria was shown by calculating the total number of bacteria that have been rubbed out of the hands, nose and mouth nurses have on TSA media cultured respectively before and after wudhu. The results of this study indicate that a decline in the total number of bacteria in the mouth nurse Staphylococcus sp with p = 0.002 (p ≤ 0.05) and a decrease in the total number of bacteria in the nose nurse with p = 0.000 (p ≤ 0.05). From the results of these studies concluded that there was a significant decrease in the number of germs before and after the Staphylococcus sp in the mouth and nose nurse with the application of ablution in accordance with the correct procedures.
Keywords : Nosocomial infection, the number of germs, wudhu, nurse
Pendahuluan
Di antara golongan
Infeksi nosokomial banyak terjadi di seluruh dunia dengan kejadian tebanyak di negara miskin dan negara yang sedang berkembang karena
penyakit-penyakit
infeksi
masih menjadi penyebab utama. Infeksi
nosokomial
merupakan
infeksi yang terjadi pada pasien
mempunyai
faktor
resiko
yang tinggi
dalam penularan infeksi nosokomial adalah perawat karena perawat yang paling sering berinteraksi dengan pasien
setiap
harinya.
Sehingga
penting dilakukan disinfeksi untuk menurunkan
jumlah
kuman
khususnya pada setiap instansi rumah sakit. Disinfektan yang paling sering
rawat inap di rumah sakit6.
digunakan dalam praktek kedokteran Berdasarkan hasil survey di
yaitu alkohol 70% dan klorin 0,5%4.
salah satu Rumah Sakit melalui data rekam
medik
angka
infeksi
nosokomial tahun 2009 pada ruangan ICU sekitar 20%. Dan berdasarkan data indikator mutu pelayanan data yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum Daerah Dr Pirngadi Kota Medan Tahun 2007 terhadap infeksi nosokomial sebesar 2,63%
yang
terdiri dari infeksi yang disebabkan oleh penggunaan jarum infus sebesar 1,8%, akibat tirah baring (dekubitus) 0,2 % dan angka infeksi luka operasi sebesar 0,6%, transfusi darah 0,03%. Sedangkan
Angka
Mikroorganisme yang mejadi penyebab dari infeksi nosokomial yang paling sering ditemukan dengan kontak langsung berupa bakteri gram positif seperti staphylococcus aureus, staphylococcus
koagulase-negatif,
basilus gram negatif, Pseudomonas, dan
Vancomycin
Resistent
Enterococci (VRE). Transmisi juga dapat melalui udara seperti bakteri S. aureus, S. pyogens, M. tuberculosis, dan S.pneumoniae7. Sehubungan dengan masih
infeksi
tingginya tingkat prevalensi infeksi
nosokomial tahun 2008 pada ruangan
nosokomial yang terjadi khususnya
ICU sebesar 40%17.
di Indonesia, pada penelitian kali ini peneliti mengambil sampel jumlah angka kuman pada tangan, hidung
dan mulut pada perawat di RS Nur Hidayah
Yogyakarta
Dalam
pengumpulan
data
dengan
perawat di RS Nur Hidayah, peneliti
berupa
mempersiapkan proposal penelitian
berwudhu sebagai salah satu cara
dan mengurus perijinan dari Rumah
mensucikan diri dari hal-hal yang
Sakit yang menjadi subjek penelitian.
kotor dalam agama Islam yang
Setelah
dilakukan
komunikasi
memberikan
intervensi
sebelum
mengerjakan
itu
peneliti berupa
melakukan pengumpulan
sholat dan telah memberikan manfaat
perawat pada pertemuan perawat di
banyak bagi tubuh.
RS
pada penelitian ini adalah untuk efektivitas
penerapan
berwudhu dalam menurunkan angka
RS
maksud
dari
concent pada perawat. b. Persiapan pengampilan sampel kuman
kuman pada tanga, mulut dan hidung di
untuk
penelitian ini dan melakukan inform Tujuan yang hendak dicapai
perawat
Hidayah
menyampaikan
Tujuan Penelitian
mengetahui
Nur
Nur
Hidayah
Yogyakarta.
Setiap perawat yang akan melakukan akan
pengambilan
dijelaskan
bagaimana
Bahan dan Alat
sampel
Bahan-bahan yang digunakan
sampel,
sekali
proses
tersebut.
lagi
pengambilan Perawat
akan
mendapatkan dua perlakuan yaitu
dalam penelitian ini sebagai berikut :
sebelum
Media TSA, larutan NaCl fisiologis,
berwudhu dengan tiga sampel dari
dan air kran.
setiap perawat yaitu tangan, mulut
Alat-alat
yang
digunakan
dalam penelitian ini adalah kapas lidi steril, cawan petri, inkubator, lampu spiritus dan alat penghitung kuman. Cara Penelitian a. Pengumpulan data perawat
berwudhu
dan
sesudah
dan hidung. c. Pengambilan isolat kuman Sebelum
berwudhu,
usap
salah satu tepalak tangan perawat dengan kapas lidi steril yang sudah dicelupkan
ke
NaCl
fisiologis.
Kemudian kapas lidi steril tersebut
Setelah
perlakuan
dioleskan ke media TSA secara tipis
pengambilan sampel angka kuman
tetapi menyeluruh sambil didekatkan
sebelum wudhu dilakukan semua,
ke lampu spiritus yang apinya telah
perawat diminta untuk berwudhu
dinyalakan (sesuai prinsip steril)
dengan air kucuran kran sesuai
setelah itu cawan petri tersebut
dengan tata cara berwudhu yang
ditutup dan dimasukkan pada suhu
benar. Kemudian dilakukan kembali
dingin. Dilanjutkan dengan usapan
pengambilan sampel angka kuman
mulut khususnya di lidah dengan
sesudah
kapas lidi steril tadi tapi tanpa
perlakuan sebelum berwudhu.
dicelupkan terlebih dahulu ke NaCl fisiologis. Setelah itu kapas lidi steril
wudhu
sama
seperti
d. Pengkulturan kuman Di
dioleskan ke media TSA secara tipis
laboratorium,
sampel-
tetapi menyeluruh sambil didekatkan
sampel kuman yang di media TSA
ke
cawan petri
tadi dimasukkan ke inkubator dengan
ditutup dan dimasukkan pada suhu
suhu 37o C selama kurang lebih 18
dingin. Terakhir, usapan di hidung.
jam.
lampu spiritus,
Kapas lidi steril yang telah diberi NaCl fisiologis diusap ke permukaan
e. Penghitungan jumlah koloni kuman
depan dinding salah satu lubang hidung hingga kapas lidi tersebut
Koloni yang tumbuh pada
penuh terusap. Setelah itu dioleskan
media TSA selanjutnya dihitung
ke media TSA secara tipis tetapi
menggunakan
menyeluruh sambil didekatkan ke
dengan
lampu spiritus tadi, kemudian cawan
tersebut menjadi 4 bagian saja agar
petri ditutup dan dimasukkan ke suhu
lebih mudah menghitungnya dan
dingin.
diberi satuan colony forming unit
Setiap pengambilan
satu
sampel menggunakan satu cawan petri.
alat
membagi
penghitung cawan
petri
(CFU). Hasil Penelitian Dari hasil penelitian yang dilakukan dalam upaya menurunkan
jumlah kuman pada tanga, mulut dan
Yogyakarta diperoleh hasil sebagai
hidung perawat di RS Nur Hidayah
berikut.
Tabel 1. Hasil analisis deskriptif rata-rata angka kuman di tiap lokasi yang berbeda dengan perlakuan berwudhu pada perawat Jenis Kuman Streptococcus Lokasi
N
Staphylococcus
Rata-rata ± SD (CFU/mL) Pre
Post
Pre
Post
Tangan
38
97 ± 90
93 ± 87
55 ± 45
55 ± 47
Mulut
38
277 ± 178
270 ± 240
116 ± 95
83 ± 82
Hidung
38
166 ± 117
181 ± 196
133 ± 68
120 ±71
Dari
tabel
di
atas
sebelum diberikan perlakuan berupa
menunjukkan
bahwa
setelah
berwudhu sebesar 277 CFU/mL.
pengambilan
sampel
kuman
Rata-rata
angka
kuman
perawat
dilakukan dan dikultur, jenis kuman
terendah terdapat pada jenis kuman
yang ditemukan pada ketiga lokasi
Staphylococcus sp sesudah diberikan
berupa bakteri Staphylococcus sp dan
perlakuan berupa berwudhu sebesar
Streptococcus sp. Rata-rata angka
55 CFU/mL (pada pengolahan data
kuman tertinggi pada lokasi mulut
didapatkan mean : 54,63).
dengan jenis kuman Streptococcus sp
300 250 200
Sebelum Sesudah
150 100 50 0 Tangan
Mulut
Hidung
Grafik 1. Rata-rata angka kuman Streptococcus sp di beberapa lokasi dengan perlakuan berwudhu pada perawat Grafik 1 menunjukkan bahwa
perawat terjadi penurunan angka
tidak terjadi penurunan jumlah angka
kuman.Hasil
kuman Streptococcus sp pada tangan
Wilcoxon menunjukkan nilai p untuk
dan
angka kuman di
hidung
berwudhu
perawat
kecuali
setelah
pada
mulut
analisa
statistika
Mulut p=0,30
(p>0,05).
Grafik 2. Rata-rata angka kuman Staphylococcus sp pada beberapa lokasi dengan perlakuan berwudhu pada perawat Pada menunjukkan
grafik
2
bahwa
di
atas terjadi
menggunakan Paired T-test pada angka
kuman
di
hidung
penurunan jumlah angka kuman
menunjukkan nilai p=0,000 (p≤0,05).
Staphylococcus sp pada mulut dan
Hasil analisa statistika Wilcoxon
hidung perawat kecuali pada tangan
pada
perawat.
menunjukkan nilai p=0,002 (p≤0,05).
Hasil
statistika
angka
kuman
di
mulut
Tabel 2. Hasil analisis statistika nilai p dengan menggunakan Paired Ttest dan Wilcoxon Pretest-Postest Lokasi
Streptpcoccus sp
Staphylococcus sp
Tangan
p=0,637
p=0,582
Mulut
p=0,30
p=0,002
Hidung
p=0,689
*p=0,000
*menggunakan analisis uji data Paired T-test karena data variansi normal.
data
Pada tabel 2, terdapat dua
nilai p=0,002 (p≤0,05) untuk Pre-
yang
jumlah
Post Staphylococcus sp pada mulut
yang
dan nilai p=0,000(p≤0,05) untuk Pre-
menunjukkan
penurunan
angka
bermakna
dengan
kuman
masing-masing
Post Streptococcus pada hidung.
Diskusi Bakteri gram positif seperti
tenggorokan
manusia.
Staphylococcus sp dan Streptococcus
Mikroorganisme
yang
banyak
sp
ditemukan
kulit
seperti
sebenarnya
merupakan
flora
di
bakteri normal. Tetapi bakteri ini
corynebacterium, S.epidermidis, dan
dapat menjadi patogen pada keadaan
Enterococcus11.
tertentu bergantung pada faktor-
Pada penelitian Rahmawati
faktor fisiologis dari bakteri seperti
F.J.
suhu, kelembaban dan ada tidaknya
menunjukkan
nutrisi
etanol menunjukkan hasil yang lebih
tertentu
serta
zat-zat
penghambat. Bakteri
baik
Triyana
S.Y
bahwa
(2008)
antiseptik
dibanding dengan antiseptik
S.aureus
lainnya yaitu sabun triclosan padat
koagulase positif ditemukan dalam
lama dan baru, irgasan dan alkohol.
hidung (saluran pernafasan atas) dan
Dalam hasil penelitian Loho T dan
mulut pada 20-50% pada manusia.
Utami
Jenis
Efektivitas Antiseptik 1% Triclosan
bakteri
seperti
dan
Streptococcus
pneumonieae sering ditemukan pada
terhadap
(2007),
tentang
S.aureus,
“Uji
E.coli,
Enterococcus
faecalis
Pseudomonas menunjukkan antiseptik
dan
fungsinya membersihkan diri, sama
aeruginosa”
dengan antiseptik atau disinfektan
pemberian
yang telah banyak digunakan di
bahwa
larutan
Triclosan
1%
instansi
Rumah
Sakit
untuk
secara in vitro efektif terhadap
membersihkan diri dalam khaitannya
S.aureus, E.coli, dan Enterococcus
dengan infeksi nosokomial.
faecalis.
Berwudhu (thaharah) adalah Berbeda
dengan
hasil
membersihkan diri
(mensucikan
penelitian ini, dengan menggunakan
diri) dari hadats dan najis yang
penerapan
didapatkan
melekat pada tubuh manusia. Wudhu
hasil sebelum dan sesudah berwudhu
merupakan kunci utama sebelum
pada isolat mulut dan hidung dengan
seseorang menunaikan ibadah shalat
jenis kuman Staphylococcus
dalam
berwudhu
sp
Islam.
signifikan menurunkan jumlah angka
Rasulullah
kuman.
aku Berbagai jenis disinfektan
yang telah terbukti seperti alkohol
hadits
berkata,”Sesungguhnya
hanya
berwudhu
Dalam
diperintahkan jika
aku
untuk hendak
mengerjakan shalat”9.
70%, irgasan , dan triclosan telah
Ada empat sarana yang bisa
dipakai di berbagai instansi Rumah
digunakan dalam berwudhu yaitu air,
Sakit
debu,
untuk
terjadinya sebagai
menanggulangi
infeksi standar
Disinfektan
nosokomial cuci
yang
memiliki
efek
membunuh
struktur
tangan. digunakan
yang
dapat
eksternal
tanah
penelitian
ini,
peneliti
Perbedaan
antara
berwudhu
sebagai
sarana
diri
dengan
membersihkan
irgasan yang memiliki efek sebagai
disinfektan
biocidal.
jumlah
antiseptik dalam
kuman
yaitu
atau
mengurangi berwudhu
ini,
membersihkan semua bagian tubuh
intervensi
dengan tatacara yang benar sesuai
berupa penerapan berwudhu yang
ajaran Al-Qur,an. Dalam berwudhu
peneliti
memberikan
kali
kali
Dalam
berwudhu.
penggunaan
penelitian
batu.
menggunakan air sebagai sarana
maupun internal dari bakteri. Seperti
Pada
dan
memiliki syarat sah, sunnah, hal-hal
bahwa terjadi penurunan jumlah
yang wajib dilakukan ketika sebelum
angka kuman Staphylococcus sp
wudhu, ketika berwudhu dan hal-hal
pada mulut dan hidung perawat di
apa saja yang membatalkan wudhu.
RS Nur Hidayah Yogyakarta setelah
benar
Tatacara
berwudhu
yang
sesuai
Al-Qur’an
dan
berwudhu. Saran
dilakukan oleh Rasulullah adalah dengan
mencuci
tangannya
kedua
tiga
kali,
telapak
Penelitian berikutnya perlu menambahkan
kontrol
sebagai
kemudian
pembanding dari intervensi yang
berkumur-kumur dan memasukkan
diberikan. Contohnya saja seperti
air ke dalam hidungnya, kemudian
memberikan kontrol berupa alkohol
mencuci wajahnya tiga kali, lalu
atau disinfektan lain yang telat
membasuh kedua tangan kanan dan
terbukti dapat menurunkan angka
kirinya masing-masing sampai siku
kuman secara signifikan.
tiga kali, memngusap kepalanya, dan
Sebaiknya ditambahkan juga
terahir membasuh kaki kanan dan
subyek penelitian dengan perawat
kirinya
masing-masing
kali
Rumah Sakit yang berbeda untuk
sampai
mata
itu
membandingkan antara perawat yang
Rasulullah bersabda, “Barang siapa
melakukan kegiatan berwudhu setiap
berwudhu
harinya dengan perawat Rumah Sakit
kaki.
seperti
tiga Setelah
wudhuku
ini
kemudian berdiri dan ruku’ dua kali
yang
tidak
melakukan
dengan sikap tulus ikhlas, niscaya
berwudhu terkait dengan penurunan
diampuni dosa-dosanya yang telah
jumlah
lalu.”8.
nosokomial.
kuman
Perlu
pada
infeksi
dilakukan
kembali
peragaan tata cara berwudhu yang
Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang
benar
sesuai
ajaran Islam oleh
telah dilakukan dapat disimpulkan
peneliti
pengambilan
Ucapan Terima Kasih
sampel
ketika
pengumpulan perawat agar hasil lebih baik.
kegiatan
sebelum
melakukan
Peneliti mengucapkan terima kasih banyak kepada Ibu Dra. Lilis
Suryani yang telah membimbing
telah banyak membantu penelitian ini
selama penelitian ini berlangsung.
terutama
pengambilan
data.
Bapak Jamhari selaku laboran yang
practical guide (2nd Ed). Diakses 2 April, 2012, dari World Health Organization:
Daftar Pustaka 1. Abduh, M., Nugroho, R. B., & Fasitasari, M, (2010). Perbedaan Jumlah Kuman di Telapak Tangan antara Sebelum dan Sesudah Penggunaan Antiseptik Triclosan dan Cida stat® Studi Eksperimental pada Cuci Tangan Perawat di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang. Karya Tulis Ilmiah FK UNISULA. 2.
Darmadi, (2008). Infeksi Nosokomial : Problematika dan Pengendaliannya. Jakarta: Salemba Medika.
3. Departemen Kesehatan RI, (2008). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah SAkit dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya. Jakarta: FKM UI. 4. DeNoon, D.J, 2010. CDC Finally Gets Data as State Laws Force Hospitals to Count Infections. WebMD Health News. Diakses 2 April 2012, dari www.medicinenet.com/script/ main/art.asp?articlekey=116 699#. 5. Ducel, G., Fabry, J., & Nicolle, L. (2002, Desember). Prevention of HospitalAcquired Infections: A
http://www.who.int/csr/resou rces/publications/drugresist/e n/whocdscsreph200212.pdf.
6.
Frost & Sullivan, (2010). Hospital-acquired Infection – Trends Across Europe. Diakses 2 April 2012, dari http://www.sicherheitimop.a t/documents/FrostSullivanH ospitalInfectionsTrendsacro ssEuropeJuni2010.pdf.
7. Gillespie S.H & Bamford K.B, (2009). Medical Microbiology and Infection At a Glance (3rd. Ed) (S.Tinia, Trans.). Jakarta : Erlangga. (Original work published 2007). 8.
Gisymar, S. (2002). Terapi Wudhu. Surakarta : NUUN
9.
Habni, Y. (2009). Perilaku Perawat Dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial di Ruang Rindu A, Rindu B, ICU, IGD, Rawat Jalan di RUmah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan. Skripsi Program Studi Ilmu Keperawatan FK USU .
10. Hasanuddin, O. (2007). Mukjizat Berwudhu. Jakarta: QultumMedia
11. Jawetz, E., Melnick, J.L, & Adelberg, E.A, (2008). Mikrobiologi Kedokteran th (23 Ed) (E. Nugroho & R.F. Maulany, Trans.). Jakarta : Buku Kedokteran EGC. 12. Kholid, A. (2010). Manfaat Wudhu dan Sholat dari Segi Kesehatan Modern. Diakses 10 April 2012, dari http://smkn3pacitan.sch.id/i ndex.php?option=com_cont ent&view=article&id=118: manfaat-wudhu-dan-sholatdari-segi-kesehatanmodern&catid=48:umum. 13. Lestari, E.S, & Farida, H., (2004). Perbandingan Efek Disinfeksi Klorheksidin Glukonat 1,5% + Setrimid 15% dalam Baskom dan Alokohol Tangan sebagai Sarana Cuci Tangan Petugas Kesehatan di Bangsal RSUP Kariadi Semarang. Laporan Penelitian Para Dosen FK UNDIP. 14. Loho, T., & Utami, L., (2007). Uji Efektivitas Antiseptik Triclosan 1% terhadap Satphyloccocus aureus,
Escherichia coli, Enterococcus faecalis, dan Pseudomonas aeruginosa. Artikel Penelitian FK UI. 15. Pramita, H., Abduh, S., & Chodidjah , (2011). Perbedaan Aktivitas antara Alkohol 70% dengan Klorin 0,5% terhadap Jumlah Kuman pada Membran Stetoskop. Karya Tulis Ilmiah Strata Satu FK UNDIP. 16. Rahmawati, F.J., & Triyana, S.Y., (2008). Perbandingan Angka Kuman pada Cuci Tangan dengan Beberapa Bahan Standarisasi Kerja di Laboratorium Mikrobiologi FK UII. Jurnal Penelitian dan Pengabdian FK UII. 17.
Sukartik, (2009). Hubungan Faktor-faktor Eksogen Dengan Tindakan Pencegahan Infeksi Nosokomial di Ruang Rawat Inap Bedah RSU Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan. Tesis USU Medan.