Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7 Surabaya, 25 Pebruari 2012 PENERAPAN STRATEGI KONFLIK KOGNITIF DALAM MENGATASI MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI POKOK LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT SISWA KELAS X SMA KHADIJAH SURABAYA Muhammad Agus Al Arief, Suyono Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya ABSTRAK Penelitian tentang penerapan strategi konflik kognitif dalam mengatasi miskonsepsi pada materi pokok larutan elektrolit dan non elektrolit bertujuan untuk mengetahui profil miskonsepsi, sumber penyebab miskonsepsi, dan dampak strategi konflik kognitif sebagai penurunan miskonsepsi pada materi pokok larutan elektrolit dan non elektrolit. Rancangan penelitian yang digunakan adalah One Group PreTest Post-Test Design yang dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan dengan jumlah subyek penelitian sebanyak 26 siswa SMA Khadijah Surabaya. Instrumen yang digunakan adalah tes pelacakan miskonsepsi dan panduan wawancara. Hasil penelitian yang diperoleh dikelompokkan menjadi tiga: pertama, profil miskonsepsi ditemukan pada semua konsep larutan elektrolit dan non elektrolit. Miskonsepsi terbesar terjadi pada konsep contoh senyawa elektrolit dan non elektrolit berdasarkan sifat pengionannya serta definisi elektrolit berdasarkan jenis senyawa dilihat dari persentase miskonsepsi siswa sebesar 69% dan 65%. Kedua, sumber penyebab miskonsepsi: (1) prakonsepsi siswa yang salah, siswa menganggap semua larutan elektrolit adalah senyawa ion, (2) pengalaman sehari-hari: siswa menganggap elektron berperan sebagai penghantar listrik, dan (3) penjelasan dan contoh dari guru, buku, dan LKS yang kurang jelas dan lengkap: HCl dapat mengion menjadi ion H+ dan Cl- tanpa menyebutkan HCl adalah senyawa kovalen polar. Ketiga. strategi konflik kognitif dapat menurunkan miskonsepsi pada materi pokok larutan elektrolit dan non elektrolit.
Kata Kunci: Strategi Konflik Kognitif; Profil Miskonsepsi; Menurunkan Miskonsepsi; Sumber Penyebab Miskonsepsi; Larutan Elektrolit dan Non Elektrolit
A. Pendahuluan Mata pelajaran kimia di SMA/MA adalah salah satu bagian dari IPA yang mempelajari tentang segala sesuatu zat yang meliputi komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energetika zat yang melibatkan keterampilan dan penalaran. Ada dua hal yang berkaitan dengan kimia yang tidak terpisahkan, yaitu kimia sebagai produk (pengetahuan kimia yang berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, teori, dan temuan ilmuwan) dan kimia sebagai proses (kerja ilmiah) (Lampiran Permendiknas No. 22 Tahun 2006). Konsep di dalam ilmu kimia memiliki karakteristik tertentu, B - 171
Sastrawijaya (dalam Effendy, 2002) mengemukakan bahwa konsep di dalam ilmu kimia adalah konsep yang berjenjang dari yang sederhana ke konsep yang lebih tinggi tingkatannya. Kean dan Middlecamp (dalam Effendy, 2002) mengemukakan bahwa: (1) sebagian besar konsep kimia bersifat abstrak, (2) konsep-konsep kimia merupakan penyederhanaan dari keadaan sebenarnya, (3) konsep kimia bersifat berurutan. Dari beberapa pengertian konsep tersebut, masalah yang sering terjadi adalah ketidakmampuan siswa dalam menginterpretasi konsep-konsep yang bersifat abstrak menjadi konsep yang
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7 Surabaya, 25 Pebruari 2012 ilmiah. Tidak dimiikinya kemampuan materi elektrolit dan non elektrolit ini tersebut memungkinkan timbulnya adalah (1) semua senyawa kovalen kesulitan siswa dalam mempelajari ilmu adalah non elektrolit, (2) semua kimia dan terjadi kesalahan dalam elektrolit adalah senyawa ion, (3) memahami konsep-konsep dalam kimia. senyawa ion dapat menghantarkan listrik Menurut Berg (dalam Effendy, dalam bentuk padatan, dan (4) lelehan 2002) kesalahan yang diperbuat siswa senyawa ion mengandung ion hidrogen antara lain adalah: (1) kesalahan yang (H+) dan ion hidroksida (OH-). terjadi secara acak tanpa sumber Miskonsepsi yang dialami siswa tertentu, misalnya salah hitung atau salah dipengaruhi oleh prakonsepsi siswa yang penulisan rumus; (2) kesalahan dalam kurang sesuai. Menurut Pinker (dalam mengingat atau menghafal; (3) kesalahan Maruli dan Redhana, 2007) siswa hadir yang terjadi secara terus- menerus serta di kelas umumnya tidak dengan kepala menunjukkan kesalahan sebagai sumberkosong, melainkan siswa telah sumber tertentu. Kesalahan jenis ketiga membawa sejumlah pengalamandisebut kesalahan konsep, salah konsep pengalaman atau ide-ide yang dibentuk atau miskonsepsi. Salah satu konsep sebelumnya ketika berinteraksi dengan dalam pelajaran kimia adalah larutan lingkungannya. Artinya bahwa sebelum elektrolit. Kompetensi dasar pada materi pembelajaran berlangsung sesungguhnya larutan elektrolit dan non elektrolit siswa telah membawa sejumlah ide-ide adalah mengidentifikasi sifat-sifat dari atau gagasan-gagasan. Siswa larutan elektrolit dan non-elektrolit menginterpretasikan tentang gejalaberdasarkan data hasil percobaan.Materi gejala yang ada di sekitarnya. Gagasanini mempelajari tentang larutan non gagasan atau ide-ide yang telah dimiliki elektrolit dan elektrolit, jenis larutan oleh siswa sebelumnya ini disebut berdasarkan daya hantar listrik, dan jenis dengan prakonsepsi atau konsepsi larutan elektrolit berdasarkan ikatan. alternatif. Gardner (dalam Redhana dan Materi tersebut saling berkaitan dan Kirana, 2004) mengemukakan merupakan satu kesatuan sehingga prakonsepsi ini sering merupakan dalam mempelajari materi tersebut harus miskonsepsi. Kenyatan menunjukkan dibagi menjadi bagian-bagian yang lebih bahwa konsepsi alternatif siswa sangat sederhana dan dapat diajarkan secara resisten terhadap perubahan. bertahap atau selangkah demi selangkah Sebagai upaya untuk agar tidak terjadi miskonsepsi. mempercepat terjadinya perubahan Calik (2005) dalam jurnalnya pemahaman konsep pada siswa maka mengemukakan miskonsepsi yang terjadi diterapakan suatu strategi yang dapat pada materi larutan elektrolit dan non menimbulkan suatu ketidakseimbangan elektrolit ini terletak pada semua larutan (disequiibrium) dalam pikiran siswa atau dapat menghantarkan listrik. Menurut konflik kognitif. Carey (dalam Suparno, Leng (2006) dalam bukunya meluruskan 1997) menyatakan dengan adanya bahwa elektrolit dapat menghantarkan konflik, siswa akan tertantang untuk listrik tidak hanya mempunyai ion, tetapi mengubah pemahaman yang salah adanya ion yang bergerak serta elektrolit terhadap suatu konsep. Pada kondisi dapat menghantarkan listrik bukan konflik kognitif, siswa dihadapkan pada karena adanya elektron. Kheng (2008) tiga pilihan, yaitu: (1) mempertahankan dalam bukunya menyebutkan intuisinya semula, (2) merevisi sebagian miskonsepsi yang sering muncul dalam intuisinya melalui proses asimilasi, dan B - 172
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7 Surabaya, 25 Pebruari 2012 (3) merubah pandangannya yang bersifat awal dan tes pelacakan miskonsepsi akhir intuisi tersebut dan mengakomodasikan sebagai pembandingnya. Perbandingan pengetahuan baru (Brook dalam antara tes miskonsepsi awal dan tes Santyasa, 2005). miskonsespsi akhir diasumsikan sebagai Perubahan pemahaman suatu efek dari treatment yang diberikan, yaitu konsep yang salah baru berhasil jika konflik kognitif. terjadi proses penataan ulang yang kuat. Seseorang yang mengalami konflik kognitif akan mengalami perubahan C. Hasil Penelitian dan Pembahasan konsep dalam dirinya (perubahan 1. Tes Awal struktur kognitif). Perubahan yang Tes awal digunakan untuk mengarah pada perbaikan konsep yang pengetahuan awal siswa pada konsep salah ini terjadi apabila menggunakan elektrolit. Data hasil tes awal ini strategi yang tepat. merupakan data pendukung yang dapat Berdasarkan uraian di atas, digunakan untuk mengetahui pra strategi konflik kognitif merupakan salah konsepsi siswa dan sumber-sumber satu strategi pembelajaran yang dapat penyebab miskonsepsi siswa. mengurangi miskonsepsi siswa. Berdasarkan perbandingan persentase Miskonsepsi tersebut tidak mudah antara jawaban benar dan salah dapat diubah secara langsung hanya dengan diketahui bahwa pengetahuan awal memberi konsep baru,sedangkan di sisi siswa pada konsep larutan elektrolit lain anak-anak memiliki penalaran dan non elektrolit masih sangat kurang. formal yang berbeda-beda. Dalam hal Hal ini tergolong wajar karena siswa ini, peneliti terdorong untuk belum pernah mendapatkan menggunakan strategi konflik kognitif pembelajaran pada materi larutan sebagai upaya menurunkan miskonsepsi elektrolit dan non elektrolit siswa terhadap konsep-konsep larutan sebelumnya. Kurangnya pengetahuan elektrolit dan non elektrolit. awal siswa pada konsep larutan elektrolit dan non elektrolit ini memungkinkan terjadinya miskonsepsi. B. MetodePenelitian Jenis penelitian ini adalah Miskonsepsi siswa ini akan semakin penelitian pra-eksperimen dengan kuat jika tidak segera diupayakan memberikan analisis deskriptif dan pembelajaran dengan strategi yang inferensial terhadap data penelitian. tepat. Penelitian ini tergolong penelitian desain 2. Tes Pelacakan Miskonsepsi Awal pra eksperimen (pra experimental design). pada Konsep Larutan Elektrolit dan Desain penelitiannya adalah “Pre-test and Non Elektrolit Post-test One Group Design” yaitu Tes pelacakan miskonsepsi eksperimen yang dilaksanakan pada satu awal siswa digunakan untuk kelompok saja tanpa kelompok mengetahui profil miskonsepsi setelah pembanding. Di dalam desain ini dilakukan pembelajaran non konflik observasi dilakukan sebanyak 2 kali yaitu kognitif. Tes pelacakan miskonsepsi sebelum eksperimen (tes pelacakan awal ini berupa 20 soal pilihan ganda miskonsepsi awal) dan sesudah yang disertai Certainty of Response eksperimen (tes pelacakan miskonsepsi Index(CRI). Data hasil tes ini akhir). Setelah itu dilakukan analisis dan diidentifikasi secara individu dan menggunakan tes pelacakan miskonsepsi kelompok sesuai dengan ketentuan B - 173
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7 Surabaya, 25 Pebruari 2012 CRI untuk membedakan antara siswa mengetahui persentase siswa yang yang tahu konsep, tidak tahu konsep, miskonsepsi pada tiap konsep. Data dan miskonsepsi.Tujuan dari hasil identifikasi profil miskonsepsi identifikasi profil miskonsepsi siswa siswa secara individu ditunjukkan secara individu adalah untuk pada Gambar 1.
Gambar 1 Grafik Identifikasi Jumlah Siswa yang Tahu Konsep, TidakTahu Konsep, dan Miskonsepsi pada Tes Pelacakan Miskonsepsi Awal Hasil analisis terhadap data c. Konsep yang memiliki jumlah dalam Gambar1 adalah sebagai persentase miskonsepsi tergolong berikut: kecil terdapat pada konsep nomor a. Berdasarkan hasil analisis profil 1 tentang sifat elektrolit dan non miskonsepsi secara individu elektrolit berdasarkan hasil diketahui bahwa setelah percobaan sebesar 4%. Dari satu pembelajaran non kognitif konflik kelas, hanya sebagian kecil ditemukan adanya miskonsepsi jumlah siswa yang mengalami pada materi pokok larutan miskonsepsi. Hal ini elektrolit dan non elektrolit menunjukkan sebagian besar b. Konsep yang paling banyak siswa sudah menguasai konsep mengalami miskonsepsi terdapat dengan baik. pada konsep nomor 9 tentang Untuk menetapkan konsep contoh senyawa elektrolit dan non mana di antara 20 konsep larutan elektrolit berdasarkan sifat elektrolit dan non elektrolit yang pengionannya sebesar 69% dan paling kuat miskonsepsinya perlu disusul konsep nomor 7 tentang dilakukan identifikasi profil definisi elektrolit berdasarkan miskonsepsi siswa secara kelompok. jenis senyawa sebesar 65%. Siswa Identifikasi miskonsepsi secara yang menjawab salah pada kelompok dapat dianalisis dari ratakonsep ini merasa yakin bahwa rata nilai CRI yang menjawab benar, jawabannya benar. Hal ini CRI yang menjawab salah, dan fraksi menunjukkan sebagian besar siswa yang menjawab benar dari 26 siswa belum menguasai konsep siswa. Rata-rata nilai CRIB, rata-rata dengan baik. nilai CRIS, dan fraksi benar dapat dilihat pada Gambar 2. B - 174
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7 Surabaya, 25 Pebruari 2012
. Gambar 2 Grafik Perbandingan rata-rata CRI Jawaban Benar dan Salah dengan Fraksi Benar Pada Tes Pelacakan Miskonsepsi Awal Hasil analisis untuk pada konsep ini nilai CRIS identifikasi profil miskonsepsi tergolong tinggi. Hal ini siswa secara kelompok ini adalah mengindikasikan terjadinya sebagai berikut: miskonsepsi, namun miskonsepsi a. Terjadinya miskonsepsi yang terjadi pada konsep ini ditunjukkan dengan rata-rata nilai paling lemah diantara konsep2,5
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7 Surabaya, 25 Pebruari 2012 miskonsepsi setelah dilakukan konflik kognitif terjadi penurunan pembelajaran dengan strategi konflik miskonsepsi. Data hasil pelacakan kognitif. Dari tes ini akan dapat miskonsepsi akhir siswa secara diketahui apakah melalui penerapan individu ditunjukkan pada Gambar 3. model pembelajaran dengan strategi
Gambar 3 Grafik Identifikasi Jumlah Siswa yang Tahu Konsep, Tidak Tahu Konsep, dan Miskonsepsi pada Tes Pelacakan Miskonsepsi Akhir Hasil analisis terhadap data konsep-konsep ini persentase dalam Gambar 3 adalah konsep miskonsepsi siswa tergolong cukup nomor 1 tentang sifat elektrolit dan tinggi, karena sepertiga atau lebih non elektrolit berdasarkan hasil dari satu kelas siswa masih percobaan sudah tidak ada siswa yang mengalami miskonsepsi. Hal ini mengalami miskonsepsi (0%). menunjukkan pada konsep ini siswa Konsep-konsep yang masih masih rentan mengalami mengalami miskonsepsi terdapat pada miskonsepsi.Dari Gambar 3 dapat konsep nomor 7 tentang contoh diketahui bahwa setelah pembelajaran senyawa elektrolit berdasarkan sifat dengan strategi konflik ditemukan konduktivitasnya, konsep nomor 9 sejumlah siswa masih mengalami tentang contoh senyawa elektrolit dan miskonsepsi namun dalam jumlah non elektrolit berdasarkan sifat yang relatif sedikit. pengionannya masing-masing sebesar Identifikasi secara kelompok 31%, dan konsep nomor 17 tentang pada tes pelacakan miskonsepsi akhir definisi elekrolit berdasarkan sifat divisualisasikan dalam Gambar 4. dan wujudnya sebesar 35%. Pada
B - 176
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7 Surabaya, 25 Pebruari 2012
Gambar 4 Grafik Perbandingan rata-rata CRI Jawaban Benar dan Salah dengan Fraksi Benar pada Tes Pelacakan Miskonsepsi Akhir Hasil analisis untuk siswa tergolong tidaktahu konsep. identifikasi profil miskonsepsi Jadi, miskonsepsi yang paling siswa secara kelompok ini adalah lemah terdapat pada konsep sebagai berikut: nomor 3 tentang contoh senyawa a. Terjadinya miskonsepsi larutan elektrolit kuat berdasarkan ditunjukkan dengan rata-rata nilai konsentrasi yang mempunyai nilai 2,5
0,5), siswa adalah pada konsep definisi maka pada konsep ini nilai CRIS elektrolit berdasarkan jenis senyawa tergolong rendah. Hal ini yang diketahui dari nilai CRIS mengindikasikan pada konsep ini sebesar 2,96. B - 177
Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 – ISBN : 978-979-028-550-7 Surabaya, 25 Pebruari 2012 2. Miskonsepsi pada konsep larutan miskonsepsi pada konsep-konsep elektrolit dan non elektrolit dalam pelajaran kimia lainnya untuk disebabkan oleh beberapa sumber mencegah terjadinya miskonsepsi antara lain prakonsepsi awal siswa yang lebih jauh dalam mempelajari yang salah. Prakonsepsi siswa yang kimia. salah ini dapat diatasi dengan strategi DaftarPustaka konflik kognitif. Prakonsepsi siswa Calik, M. 2005. Investigating the terbentuk melalui pengalaman sehariEffectiveness of Teaching Methods hari, interaksisosial, dan penjelasan Based on A Four-Step Constructivist dan contoh dari guru, buku, serta LKS Strategy. Journal: Research Fund of yang kurang jelas dan lengkap. Karadeniz Technical University, 3. Penerapan model pembelajaran Project Number: 2005.116.002.1 , dengan strategi konflik kognitif dapat http://researchcommons.waikato.ac.nz menurunkan miskonsepsi yang terjadi /bitstream/10289/3649/1/four%20step pada konsep larutan elektrolit dan non %20constructivist%20strategy.pdf elektrolit. diakses tanggal 15 oktober 2010. Effendy. 2002. Upaya Untuk Mengatasi E. Saran Kesalahan Konsep Dalam Dari hasil penelitian ini, yang Pengajaran Dengan Menggunakan dapatdisarankan peneliti sebagai masukan Strategi Konflik Kognitif. Media adalah: Komunikasi Kimia, 2(6): 1-19. 1. Prakonsepsi siswa seringkali Kheng, Y. T. 2008. Longman Essential miskonsepsi. Miskonsepsi tersebut Chemistry Form 4 (Bilingual Text). harus segera diatasi sedini mungkin. Malaysia: Pearson SDN. BHD. Sebelum mengajar, hendaknya guru Leng, L. W. 2006. Exploring Chemistry menentukan strategi yang tepat agar Form 4. Malaysia: Fajar Bakti SDN. miskonsepsi yang terjadi tidak BHD. berkelanjutan. Santyasa, I W. 2005. Model Pembelajaran 2. Bagi pengajar dapat Inovatif Dalam Implementasi mempertimbangkan metode CRI Kurikulum Berbasis Kompetensi. sebagai metode untuk Jembrana: IKIP Negeri Singraja. mengidentifikasi profil miskonsepsi Suparno, Paul. 1997. Filsafat yang terjadi pada saat akhir kegiatan Konstruktivisme dalam Pendidikan. pembelajaran. Yogyakarta: Kanisius. 3. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk mengidentifikasi profil
B - 178