VI.
MSIL DAN P E M W S A N I
6-4 Reafitaa Sumberdaya AIsm dan Lingkungtan Swam Anakan 8,f .IUdXm dan OaeanoglraB
Segarer Anakm dpngaruh4 dua musim yaitu
mush hyan pada Man
Nwmber-April serta musim kemarau dad buhn Juli-Septernber. Msnunrt Klasifikasi iklh SmM Ferguson &wah Ini t m s u k t i mush lklEm A d e w
cumf~Wjan rata-rata 3.444 mmltahun atau mta rata 7-'I37 rnmlbutsn pada musim kernarau dan 226,41852 mmhulan pada rnusirn hujan. Suhu rata-rata 28,7 O C dm sinar matah* $00% kisaran 8 jam {putcut 8.Wf6.00 W#B). Pegerakan air di laguna Segam Anakan dipengaruhi aliran sungai dan
pasang swut cfari Samdaa H i m . Tip2 pasang surutnya #d#m4aTqurat-4 dengan dominasi semi diurnal, yaitu dalarn sehari ttbjadi 2 kali pamng dan 2 kali
sunrt dsngan kisaran fluktuasi pasut adatah 0,4-1,9 meter. Salinitas air berubah-
utmh se&& irma pas& air taut, dimma saliftitas t M i t m j d pads wairtu
pasang tsrtinggi yaitu 3 3 , s %a PKSPL IPB aIQ9Q). 8.1.2 Ekosistm dl Segara An&an
R Perairern Segara Anakan
Tub& perairan Iwuna Segara Anakafi tents magalami pnyempifm d m pendangkaIan a-t
sedimentasi (dipMmk811 Wih 6,2 juta tonlEaM) dad
sungalangal yang bemuam di kawasan in( tenrtsma sungai Citanciui bang m e W a andapan sabanyak 5 juta ton/%), &rda#rkan
ECi (1984)
dalam Tauwman 11999) tahun 1900 luas perairan Segara Anakan masih 8.W5
ha dan laju penyempitan sangat wpt sehhggs smtnkin Mun mekin menyenpit. Hmil s m y tahm 1992
tunsnya tktggat 1800 ha. f3d-r
pantauan citra ssteiit LANDSAT TM 7 hasil otahan PMO luesan seluruh perairan
M80 1 1 I S U M:Taufirsman, 1939 dan PMO SACDP,
1321
l W I
m.
125
yang rnasih terpengaruh oleh pamng sunrt air hut yang m c a p a i 1-2 m. Di
perairan mklatr barat kawasan ini dijumpai sepanjang 1-2 krn dari garis pantai
ke afah barat. Oi daerah ini p o b mangrove tenrtama
terdapat di sepanjang
sungai Semkrat cilik, amburat g d s , Kayurn&ati, Cikujang dm Cibeurwm.
Jenis mangrove di k w a n ini terdiri dari: Bakau Wrah (Rhizopam apkuiata),
api (Aw'cenni~].Tanaman mangrove di kawasa~tn hi telah b n p k ditebang
sehhn. Daerah ini mengalami penrbahan yaw sangat cepat, dimna tanah
fimbul yang h r u brfsentuk biasanya s e g w ditumbuhi mangrove pioner seperti Sonnetaria &n Avicennia, p n g masyarakat setempat m
yebutnya Bogernan.
Di bagian tengah selrain mangrwe pioner, juga diturnbuhi jenis Brugtliera dm semak-%malt mangrove (Jaruju dan gadelan). Sedmgkrtn di sabslah tirnur,
ads tiga rnarga yang dtmui yaitu Rhizopom, Sonnetaria dan Avicennia.dan
dibaiakangnye terdapat m a k mangrove jenis wrakas. Mesi kuat dijumpai di
pantai Muara Bua, rnuara sunmi Bondan dan sungai Pekalangan. Oiblakang
sernak mangrove ini terdapat lahan pertanian d m kswasan pemukiman pgnduduk, Di sepanjang sungai Krambangkuning di dominasi oleh mangrove jsnis Nyurut-~dan Nyirih. Sedang dikawasan bagian selatan kawasan ini juga terdapat betserapa
tanaman jati {Fwtunia grandis), Dengan dwnikian dapat
dilihat baRwa vegetasi yang ada di kawasan hutan mangrove Segara Anakan
bgitu
bragam,
Berdasarkan
ofeh
Icientiftkasi
Lambaga
Psngkajian
Pengembangan Mangrove (1998) ditemukan 28 M i s vagetasi hutan mangrove di Segara Anakan (Tabel 171,
Tabel I?. Jenis Vagetasi di Hutan Mangrove Segara h k m Cllacap No f &nis f NotrnaLokaf f No j &nTs Nama Lokal f IAvlcennia a l h f Api-apI l f 5 j Ficus mtosa Panggang 2 1Avbnnia marina Api-api 1 16 ] Pmma obtusifoiia Singkil 1 Jaranan
9 Xfloc~rpusgmnafurn 10 Xyioca~pus moluccensisi 1 1 1 CsIfieramnghas Lim 12 I Hen'tereo Iittomliis 13 /A&hms
1
jMyirih Nyuruh Bintaro Dungun Gedangan
f
123 24 125 [ 28 127
{mammset
1-
CQypha&on M o p s tagal
A Sumbr : LPP Mrlangmve, 1998.
1
Jenrkan Kayu Duduk
1
1 Amalan IGebang [ Tingi
-
I
mangrwe yang masih tidak terganggu Wnya sebagian k&l yaitu 958,4 ha, di mana dari sejurnlah kecil tersebut yang terctapat di karnpumg leut audah tidak a& yang tidak brgartggu. Konrlisi hutran mangrove di Segara Anakan
dsn
behagai perubakn penggunaan laban dari Mas hutan mangrove disajikacan
Tabel 18. Kondisi khan Mangrove di kawasen Sagara Anakan Temsuk
Luas TOM
4Q7.3 252 a? 1,5
i
1 ]
282.7
I
70.5 72.3 f 3!59 1259,4 (I%3,8
1
1 1
830.5 458.5
4824,7
1
1
0
Q
1
1
1 1a,3 1
0 [ 830,O 0 4%,5 4 m , 3 10897~5
1
t
: Hariyanto (250t ) dahm Wibisona (2DQ2) Keterangan : U.A : Ujung Aiang, U.G : Ujung Eagak, PN : Panikel, NK : Nusoksmbaqan dan Kt. : Karnpung b u t
Surnber
Pemanfaatan kawasan %gwa Anakan sebagian besar sampai saat ini
msih clidarninasi ekosistm mangrove yang maliputi tiga kawasan, yaitu kawasan hutan mangrove di bawah PT. Perhutani, kawasan Musakembmgan
clan kawasan kampung taut. Di Kampung Laut tarclapat badan perairan laguna Segara Anakan yang sekgian disdwlilingnya terdapat pemukiman penduduk
Para penduduk Kampung Lad mamanfsatkan laguna
tampat
mwrtgkap ikan, sedangkan di areal tsnah timbul membuka empang (tambak).
&asistern hUt.8n mangrove di kawasan Segara Anakan m d i i (a) Manfaat
hngswrg yaitu sejumhh 18
mi m
a t tercakup dahn 5 k e b q o k (&a&
Rasil hufan, hasit peninan, hasif mWa, usaha m h k , dan manfaaf wisafa). @)
Manfat tidak Iangsung : sebagai pancegah Wemd air hut dao se&@ penyedia pakan udmg. (c)Manfaat @#an : keeaneltaragamm hayati (MWveWy) Id) Manfaat eksistsnsi : nilai kebmdaan dari msyarakat di kawasan SA.
Dari segi mtrfaat ek-,
Man maqmva di Segara AAnakan &pat
rnsnywakan kebutuhan brbegai jmis satwe liar sebagai temp&
beristirahat,
mencad rnakan dan b e r s ~ d u r Serdasar . laporan LPP Manme ff %90), =Mar 85 jenis bunrng mandiami amai ini bmawk jm%s k m m m pmaf~ B l w k (Myctenh cinema], bangau tong-tong {~ptoptiIosjavanicus), kuntul dan
Wkok. 15 drantamya temrssuk diinctungi, 3 jenis migran dsri blahan bumi
utara yaw men&
makan di dataran lumpur pasang
sum fian
satu janis
endernik pulau Jawa yaitu : B u m Jaw8 (Centmpus ndgmmfils]. 3 jenis burung mtgfan tersebut adalatr f r i d (Tiinget sfagmtih'sf, Gagajahan ( # m i u s spp,j,
Cemk (Charadds javanEcum) yang dittang muhi bulan September hingga April. Jenis mamaiia yang a&
( M a m a f&uIaris),
di kawasan SA antara hh Monyat Ekor P*
tutung {pmsbflis crisfata). Hewan hinnya yaitu tinsang
(Lutra lula) dan Pesut (Q&iaa
bmw'rosfris) yang sudah sangat jarang ditmui.
6.4.4 Sejarah KanitemsI dan Wngelolaan Semra Anakan Kawasan SA asaI mulanya manrpakan k a w w n perairan yang tidak be-
yang dikehtingi hutm mangrove. Sekitar titFtun 1-
kawasan ini
barn muM dihuni yaitu keW prajuritvjurft kerajaan Mataram dipimpin ahh Osmang Wiroyuda {ymg aleh penduduk Kampung Laut kmudian Seb*
"Mhh Jags
dhm
taut"), h a n g W q s $ s r n I , b m n g udaswm d m
Demang Wirasura menempati wbelab barat sisi utsra Pulau Nusakarnbangan
yaitu di Lirnusbuntu, Kembangkuning, Lemp~tgpuatng,Klapakerep, Karranghja
smp& ujtangbarat Batukfdir. Me~ekadaWg djufw Raja M & m wtuk manjqp kawssan taut sekitar Cilacap dari kemungkinan datsngnye bangstit Empa yew
ilaatitus~gancarmsMdaarahWunUr~Bnsi~danmcari daefah jajahan. DawR Cifacap m e t w p m pelabuhm dam yang sangat baik dan aman sehlngga besar kemungklnan menjadi tempat pendamtan kapal asing.
-4eM
kerajam Matasam terdesak del, VOC Wanda, VQC meryafkkan
Nusakambangan sebagai pulau pmjara bagi pmbmntak dan
penjahai.
%teIah ciikuasai Wanda dan rnenjadi puiau psnjara, penglut 'Mbah Jaga Law { e m i r ban p i d h ire K m n g Kobar yarcg k r a d a di tengah taut SA dengan mendirikan paFkarnpungan di stas air dengan mmah panggung yang dibuaf dad
kayu-kayu yang diambil hutan mangrove Etan dari hutan pulau NuSakmbmgm. ifarena terjadi kebakaran di Karangkobar rnerek8 lrfamudian pindah dan mendirikan perkampungan barn di sakiar laut SA yang nantinya terbeniuk
k a m p u n g - k a m pa-
diaks lentt #bag#
&al baM Kampung but,
dimtamnya kampung Motean, Maces, PenRenan, Karanganyar, Cibeureurn,
PanUcel, Mwadua. Wyarakat Karnpung lautpun smmkin berkmbng. Tapi perkernbangan kurnunitas tidak dikuti peningkatan kondisi sosial e k m m i masyarakat, tingkat pendidlkan dan pendapatan rnasyarakat rnasih sangat rendah, sanitasi h h f k dm
air be&h sulit k
m itu 4imM banyak
perrjM
diantaranya wabah malaria yang setiap tahun menyorang.
Sekitar tahun 1835 Bmnda
m 8 m w t pos pw@gam unt*
menjaga
barnanan dan mengawasi tab tintas playaran di seldtar Srylarcx Anakarn
sehingga daerah ini dikenal juga sebagai 'PaJaganMyaw artinya tempat mnjaga. Tahm 4931 kondia hutan mangrove mas&t-8
M k , Wapi t e k w
ternadcap lingkungan mulai taFjadi dmgan mkin menhgbtnya kegiatan manusla
di &ar
k a m Sri.
Ketika Jepang rnanduduki Indonesia sekihr 1942, Jepang memetintahkan
untuk
kayu-kayu
mmgm~suntuk digunakan s@ai
bahn
jembabn, benteng dan kaparluan perang lainnya. Set&& tremrdekaan m p a i
tahun 1950 karma masih disibukkm oi& m W s j k
m
d
d tfan Muin
58mpat dila)rukan penataan, munarl penggampan fiar dm U k u p m V ~ u I r z t n kawasran hutsin,
Pada t a n 1950 Jawatan KeIwimm mufai mmgnvenMsit dm mn&8 hutan-hutan yang &a termasuk tanah timbul. Sast itu ditatapkan irshwa hutan
dm tanah timbut ymg ada sebium 1942 W k l a olah jawatan KehuWm yang seEamnya didfikan pengeldmnya kepada PT. Pwhtrtwti KesElfm Pernangku Hutan (KPH) Banyumas Barat. Tanah tirntxti yang muncuI wkelatt tshun 1942 inilsrh yang mmimbulkan berbagai parmasakkn agraria hingga mat
ini sepsrti penggunaan untuk lahan swab, perlcarnpungan, tambak dan
sabagainya.
Perkembangan sa(anjutnya minnmjukhn Wwa lagma SA yang
menrpakan muara dad ssngai Citandui, Cirneneng, Cikmda den Ujungalang, dari tahun ke i&un tens msngaxlsmi pmpmpitsn dan
alcibat
tingginya m s i dari huh ctaerstft ahran strrrgai (DAS). Laju sectimentasi yang
mncapd 6,2 juta rn3 satiap tahun, mengakibatkan munculnya tanah timbul yaw
kemudian berubah mnjadi d a m . S w n k- 4
sedimmtasi addah dad
sungai Citandui. Pada tahun 3977, untuk rnsnangani amsi di DAS ini melahi
bmWn
tjari USAID
d h k s a w b n proyek C
M 1 di damh Penawmgm
Ciamb. Trahun lWl-tQ88 dibnjutkan Pmpk Chndui ti yang ctiatdmsikan urtkrk
membuat prasarana pertanian, gembangunan jalen dan pengembangtin
kmampuan kdmbtigaatl dm kernampurn rnesymket. Sdain kenrsakan fisik, kondisi masyamkat dl Wrnpung Laut juga ma&h sangat rnemprihatinkan cfiantaranya sat*
taturn t e w watsah malaria. U W
membanfti meningkatkan kondisi Kampung hut, psmarintalr )
Kaputusan Bupati C i a p dengan No.
414.3/3351111f$988dengan tujuan utama meningkaikan fipe e n WasZmtasi Oasa
PmlkeI dxi desa swadaya ke tingkatan yang lebh tinggj.
~~ kawasan
SA muM m d a p a t Matian pada September 1988 dmgan adanya psninjaua bemma oleh Mentori Nqara Kependudukan dan Lingkungan Hidup, Menteri
Peke-
U r n , Mentt4ri Kahutanan dan Mnteri Kehaklman ke Segara
Anakan e n kemuctian disepahati barbagai hat: ( 9 ) &gem difaksmkan
penangmn kawssan SA, (2)Panangman hams djlaksanakan seam terpadu, (3) Pariu pwarrgamn fsik M a p m l s8Wurn disusun pula ppbfmy m g mantap kaatitannya dengan brganggunya sistern drainase dan (4) Pedu segera
dipMaMan penctucluk Motman dan KIacas ke Pwikei mengingat Wlau Nusakarnbsngan rnaslh mnrpakan daerah tartutup.
Dengan wmakin hrkembangnya kehidupan masyamkat di Kawasan SA, pmh$atan kwejaMemm masyarakat di 3 desa di Mayah hi rnambuhthm pemsltian yang Iebih serius. Untuk itu Satgas Panikel dibuhkan dan karnudian &bent&
Satgas Kampung kaut mlaiui Kepufusan hpati C k a p No.
4l4.lLM410lRahun 4 3 3 9 . Satgas Kampung taut ini kernudan dubah menjadi
Satgas Pengembangan Surnber day& Pantal SA jrneialui Keputum B u m C
i
Ma. 414.2/58WO4/Th1989) #engm tugs menggeli potmi swnber
daya dm SA dan pernasalahan- pernasalahan yang tarkait di dalahnya
Pada tatKwr $992 D~ektwat.hderaJ
Bwi)ranan
D e p s r t m Pertanian
bekerja sama Efengan A S € A W S C W P dengan dtrkungan ICLARM mmertakukan
kajian terhaclap Kawasan SA yang Mjudul The Intqmbd
=am W a n Cilmp,
Ib9ansgemenf Hm for
Cwtrai Java, iwnasia. Hasit keajian in4 sdmjutnya
digunakan sebagai salah satu awen untuk penanganan dan pangalalaan K a w m SA.
Satgas
Pengembangan
$umber
Daya
Pantai
SA
danjutny8
disempmakan kdemhgmmya w a n dinrbsih menjadi §&gas P
W
t
Kawasan SA berdasarltan Keputusan Bupati Cilacap No. 414.2/#9.a!15n"ahun 1994, dengan tugas rnengamankan dan ~ s s h i k a n Kawasan SA.
Mefuasnya tanah timt3ut di k m a n SA
~~hi-nya
s-er
pe~hidupanpenduduk di utara taguna sebagai nefayan. Kondisi Ini mendorong mmareka bralih mata pencaharEan dari yang semh berbasis kehutm mnjadi
ke behasis darat. Tanah tirnbul yaw ada mereka manfaatkan sebagai fabn pedanian. Bahkan kemudian hutan mangrove ymg ada clikonversi pula dah pendud&
menjadi Man prhnim. Akumufasi
sdunlh perubahm
lingkungan ini, atau eksternalitas nagati dari kegiatatan penduduk di hulu DAS dan
pewbangan mangrove di SA, brdampak pada menunulnya mberadaya perikanan di taguna, yang lrini tumn sampai 50 K dad prcduksi 50 tahun yang
Mu. Perubehan lingkungan ysng drastis ini tidak hanya berdampak pada pendurfuk Kampung h u t yang m i h mw~ggantungkanhidupnya sebagai
nalayan, tetapi juga pada #layan di sepanjang pant& Selatan Jawa. Selain itu p r a s w m perikwn brupa pdabhan ikan dan pasar di Cilacap dan hjing)rbk
Ciarnis juga menjadi tidak termanfaatkan secam uptimat
Penduduk yang bermukim di baglan utam laguna hampir ticfak memiliki
@pilihan lagi What hilangnya smbw pnghicklpan Wag&Mayan k m a makin mtuasnya tanah timbul sehingga mareka memanfaatban tanah tersebut sebagai
lam pwtanian. Kencendmmgm ini m y e b a b b n pecsmbhm hutan
mangrove oteh p w n i urrkrk drkmversi menpdr !attan pertanian. &I
hi
memparparrth kefusakan hutan mangrove SA. Oisisi lain, penduduk yaw dekat d e w n Imt mssih tetap menggentungken kehWpmya pede Mur pwik~~tan yaw mengandalkan kebamdaan lagma. Akan tetapi produktivitas perikanan
tutun wmpai 50 % drui produksi %Mar sapuluh t a n yang lalu.
~
Hasil perhnan yang menurun ditambah adanya petambak dari fwr daerah
yaw mulei rnernbuka tambak di SA mancforong nelayan Karnpung W betusaha men&
alternatif usaha lain d a w n membuka lahan mangrove untuk
dikanversi menjadi tarnbak. Akibatnya hutan mangrove SA yang rnarupakan supply detritus penting bagi kelangsungan bring pangan (Food web) di perairan
selatm Pulau Jawa rnenjadi makin twdegradasi, Mifitas ini menarik banyak penduduk Iuar Karnpung taut untuk datang sehingga tekanan terbadap SA %makin rnaningkat dan kenrsakan skosistam SA semakin tinggi. Dari uraian di atas tempak bafiwa petukhm lingkungan di SA yang barlangsung saat ini
tejadi
s e a m sirnuitan dan membantuk femmena siftius kmsakan litlgkungan
SA dengan darnpak yang terns matuas rnenuju kerusakan yang sernakin intans. Sedimantasl dari hulu DAS
I Kt
Ekosistem P e m ~ s n
paratan)
Ekodstern Tarnbak
Penurunawaegagraaas~: Ekclsistem Mangrove Ekosistem Perairan
Degradasi fejaring pangan (fwd web) dan akosistern
Penduduk P d a tetrlg dan Lmr ng
P&nt
PehmbElk klfemheft iwtmbah
Gambar 4. Siklus Kemsakan Lingkungan di Segara Anakan JSA).
Membunrknya kondisi surnbsrdaya atam dan linghungan di SA mendwong
DifeMwat Jenderai P e m # ~ n g mOaemh DeprXm DaEarn Negeti dan Direktmt Jendml Pengairan Departemen Paksrjmn Umum bemaha rnenyelamatkan SA melalui Proysk Konsarvasi dan Pembmgunan S e g m ana)rern
(Sagam Anakan Conservation and Oevdapment Project-SACDP)
dengan dana pinjaman dad Asia E)weloprnent Bank (ADBj. Propk ini
diWten$#ni tatnrn l996 dm Mrianlgsung % h a 5 tahun {tahun 1997
-
2502). Paria tahun 2001 sudah terbentuk kmmaten prnbmfu Karnpung taut,
dan pa& tafiun 2002 sudah dibentuk badan psngelda bemama Badan Pwgdola Kawasarr S~QNZIAnakan (BPKSA) 6.2 Disain InsltusI Proyek Konsenrasi dan Pembangunan Segaxa
Anakan 3.2.1 Ungkup dan Desain Proysrk SACDP
P m g m k m a s i dm pmgddaan SA adalah &$an utam dW Prow
SACDP. Proyek inl dirancang untuk m-ah
degradasl lebih lanjuf dari
kawasandengan melakukan upaya konservasi dan perlindungan lingkmgan &&ern
yang sangat barn#& y d u lagma dm hutan r
n me?tatui ~
fntewensiketeknikan rnaupun manajedal. M a w
SACOP Adah (a) Lh4uk dindwtgi, mengembangkan
dan rnengefolet semra Olrrrkslanjutan lingkungan SA untuk meyakinkan trahwa
skosistem y m g mempunyai #hi &mW dm msid 4
b teFsebut Map
tarilndungl untuk kepentingan saa4 atekarang dan rnendatang. (b) Untuk manlngkatkan kapasitas kelembagaan dalarn rnengetola Segara Anakan.
A d a p tujuan proyak adaiah {a) Mmhgkatitan Icammpuan kalmbagaan clan etparatur Pemerlntah daerah ddam Pembangumn dan Pengsiolaan kawasan
SA; (b) Mangemkmgkan kemampuan s u m y 8 mwIlrsia di sekitar SA
~
dengan pendidibn, peI&itran dan penyutuhan; (c) Membina LSM d a g a i media meningkatkan kepedulhn, prakarsa dan karnitraan masyarakat dalam perliMfungan dm pelestarian SA ssbagai s u m h penghidupan rnasyarakat. Sedangkan sasaran proyak adalah fa) Meningkatnya kemampuan kelernbagaan
datarn pengetolaan SA; {b) Mingkatnya kranaampuan aparatur Pernerintah Daerah yang terkait; fc) Meningkatnya kandisi wsial ekonorni rnasyarakat di mkitar lokasi kegiatan proyek khususnya dan masyarakat pacia umumnya; dan
(d)Tersusunnya mudel Pangetolaan Terpadu SA Proyek ini meliputi 3 (Tim) karnponen peketjaan
(kamponen A),
yaitu: prwfema
Pengelalaan sumbwdaya air dan Pengendalian Sedimentasi
yang dikoordinasikan olsh Direktorat Jendsral Pengairan Departamen Pekerjaan
Urnurn. K e d w (Kompanen 01, Pmgsmbangan rnasyatakat yang iarahkan untuk
peningkatan kesejahtaraan dm paFtisipasi aktif masyarakat dalam proyek. krnponen yang ketiga
(C)yaitu Peningkatan Kemampuan Keiembagaan dan
Psngeblaan Proyekdengan target akhir terbentuknya lernbaga pengetola
swadana yaw dl sebut S A P W Badsn Pewdola
Kawasan Segara Anakan
(BPKSA) pada tahun ke4 pruyek. Program dan kegiatan proyek SACDP secara
fengkap disajikan pada Lampiran 2. Total biaya pmyek SACDP adalah US $76,885 juta atau Rp. 177,7?Milyar
(liha4 tabel 19). Sumbar dana pruyek SACDP, sakitar 60 % (US
$ 45.6 juta)
mewpalran pinjaman luar mgwi {laan) yang brasal dari Asia Development Bank (ADB) dan 30 % biaya proyek bersurnbw dari dslam nageri yaitu dari Pemerintah Repubtik Indonesia. Sebagian W a r dana dialakasikan untuk
komponen A (prangelolaan sumtrdaya air dan Pmgendalian s e d i m ) yang merupakan kornponen
fisik,
darg
alokasi
biaya
pengembangan masyarakat hanya ssjurnlah US $6,Q13juta.
untuk
kmponen
I
TOTAL WAYA OASAR
i
Kornpom fisik Komponm Unarga TOTAL BIAYA PROYEK
- 33 42421
133 l&rl
12 307 23 297 168 789
5 881 366.4 72 946
I
2 591 12 0 c 146 76 085
907 Pmt:
I
I
M
TOTAL MAYA WHIR
I
l ~ i l atubr i mata uang asing Sumbet :ADB, 1996
60 M 9
1
29 714
I
Dari sejumlah biaya sebagaimana tabal 19 di atas, sekitar US $3,348 juta diperuntukkan bagi pembangunan dosa, budidaya perikanan, pngetolaan air dan rebabilitasi mangrove (tabel 20).
Tabal20. Parkifaan Rincian Biaya Proxgk Per Tahun(4 398-2002) b i Anaamn Tahunttn IDaltrm Rihan US $1 1 -KOMPONEN Total I t 9 9 8 M j 199912#00 I 2000/2004 2OOtt2W2 7175 20500 1 0 10250 3075 A /I. Pengalban wngai 12. Pangewkan buns 15380 1 3.095 4815 8150 1540
w
I
13. Pehaikan bendurnan
I c 11.
an tar my&
1
430
1400
4881
234
1!7
4295
2000
I
117
485
1
Sumbr : ADB. 16398 Proyek
t.
SACOP
rnulai f3fektif
tahun
etnggaren
?99711998 dan
Program Kanservasi dan Pengelolsaan Kawasan barnpa : (a) Rehabilitasi mangrove di hutan yang nrsak dan ex ttarntsak p n g weasuai rekarnendaai
PKSPL tPB (1998) saluas i f 2 5 ha dan {b) pengembangan empang parit.
0
2.
Penguatan Kebmbagaan Masyamkaf mslalui psnguatan kelsmbagasn
&mmttsyar&kat
dm
mata pmxhafistn &emEditif
Whhgga
kefwgantungan ferhadap sumberdaya alam Segara Anakan muiai
g 3.
Peningkatan pendaptan masymkaf dan penkigkatan halitas hidup masyarakat metsalui bantuan modal userha serta bantuan dana hibah dssa.
4.
Peningkabn sarana clan prasamw desa be-
pembangunan pasar
dew, armam, psmavinganjalan desa, jambatan penghubung, batai desa, selokan sanitasi d m pinbangunan fasibs MCK Tahapn4ahapan ddm impimentasi program cfapat dKhat pada Lampiran 6.
Dalam paneiitian ini psrsoalan yang kaji dibatasi hanya pada program yang menyangkut kggiatan konsewasi clan pengelolaan ka-
bgar8 Anskan.
6.2.2 hatituJ Proyek SACDP
Proyak SACDP melibatkan instansi di tingkat pusat, propinsi, kabupaten, tinght~smaproqekcdand%sas9sal%n.Seem
nasiwld
koordinasikan deh NetionaI Stmn'ng Committee (NSC)
pmy&
rSi
deng an rnelihkan
Badan Pmncanaan P e m b a n g u n a n ~ f ~ ) d BadanKowdiwsj a n Tata Ruang Nasionat f8KTRMj. Dl tingkat propinsi dtkoordfnasasibn okh Joint Provincjal Sfeedng Committee {JPSC), den di tingkat kabupaten oleh &int Distdct Task Fme (JDVF).
Di tingkat pelaksanaan, proyek rnsmbentuk Project Management Ofice (PMO) y a w =jak 2402
mensasfi
A m h n PlaJlning an& M a m g m w t
PmjW ( S A W ) ratarr Badan Fengetah #awasan Sagam An-n
(BPKSA)
dibantu Tim konsultan sebagai pmncana dan penyusun disain rencana proyek.
Urttuk mendmptngi mesymkat a t u k C o d Commwtity Orgartisation (LC#)
aiau Wage Organizer (VD) di setiap desa lokasi serta Unit Pelaksana
Legenda
ll*..___l
: Gark InstnrM
.Cia&-
Wrdinasi
Cambar 5. StruMur Orglanksi Pehksana Proyek SACDP
ProyaWprO@d Impkmntafion Unit (PIU) sebagai tenaga tebis sesuai bidarig
pekerjaan proyek. Stnrkkrr wganisasi proyek SACDP dapat diliht &tam garntrar 5. Sedangkan tugas dan gambaran masingmasing bagian dapat dilihat pada lampiran 4. 6.2.3 Mekanlsm tmplementasi Proyak
PMO adatah pengrrtola proyek di tingkat Kabupaten Cilacap terutama untuk kornponen 0 dan C. Untuk rnempsrlancar pelaksanaan program disusun druktur wganisasi dan mkanism peiaksansan proyak sabagairnana Gambar
6. Qtganisasi pelaksana proyek ditetapkan rnelalui surat Keputusan Bupati Cilacap
1
Kepata PMQ
1
DESA-DESA SAWRAN Ketmngan : -: InstnrW dan Pengenrfallan -: Koordhasl
Gambat 8. StntMur Organisasi dan Mekanisme Pefaksanaan Proyek di Sqpm Anakan.
mangrove sefuas 1.125 Ha, kedua, Mengupayahn kwntungan sosial skonomis atas pamanfastan surnberdaya alarni, rnslalui program pengembangan
perihnan, pariwisata dan gertanian. Kefiga, Wngupayakan keunturtgan sosiai
&onamis atas manfaatan sumbrdaya alami, melalui program pangambangan perikanan, pariwiseta dan pertanian. Keempat, Pengsndalian pemsnfaatan surnhrdaya atam SA dengan rnernbatasi te jadinya pernanfaatan perikanan bsrfebih oleh penduduk di dalarn kawasan Iagune SA dan mancswh pewbangan Rutan liar.
Dan kefima, Anernbangun kowdinasi yang kornunikatif diantara komponan proyek. Dari berbagai uraien yang telah dipapakan tarnpak bahwa untuk mendukung
kehrtrasilan proyek SACDP talah dibenhk b e r m a m brnbege (institusi) yang melibatkan berfiagai pihak muiai dari lembaga pemerintahan di pusat, hingga propinsi, kabupaten sarnpai di tinghat masyarakat (Lihat Tabel 21). Tabsl21. Kelsngkapan Kelernbagaan Organisasi Proyak SACDP ' I Lgmtraga TerkaR No 1 Inst(tu%lProyek dan Tingkat 1 I ?endanan 1 Bantusn ADS dan pendamping dati I pemerintsh Indonesia (APBNdan APBD) 1 1 sappenas {Kefua), Oitjen SD.Pengairan 2 f ExecuPng Agency di pusat National Steering Comrnitte (NSC) D ~ PU, F Diijen Bina -8angda ~e$dagri, Ditjen Anggaran Depkw 3 1 Penaelola Konflik nrzlna antar ! Badan Koordinasi Tata Ruana Nasionai kabGpaten dan erntar propin$ I (BURN) 4 1 Joint Province Staerina Committee di 1 8a~rwdaJawa Tenaah. I tingkt progin4 I mima ~ a w a~arc;t 5 1 Joint Districk Task Force di finaltat 1 Baa~eda.Dinaa : Perihnan dan
-
I
-
1
'
8
1 Manamen Proied
] Pariwisata den PMD, Suddin Pengairan.
I Pfayek Chnduy-Ciwulan,
iomc ~ommun&yOrganisation (LCO) P M ~ PIU, , ~onsulhndan LSM LBDS dan Village Organizer (VO)
7
Masyamkt
8 1 Pengelola Kawasan Yang terbentuk Sum& : ADB, 1998 dan LBDS 2002
Agarat desa, M D , BPD, Kadus, UW, RT dan kelommk-kelomwk keria j BPKSA
pelaksanaan dan koordinasi proyek serka penyelwai kmflik mengingat pro*
barada
di 2 kabupaten di propinsi yang barbeda. Metihat disain instltusi proyek SACDP
I
w w m ini dapat diambil kesimpulan pmting. Petfama, instikrsi SACDP bersifat ~
~
~
(
d
a
r
i
~
~
k
%
~
( m e h t h bany.ittr wpdsasi). KedwIM u s i SACDP sangat k4as pads aparah
pemerintatr ketimbang pada kekmbagan yang ada di masyarakat. Dafarn mmpsisjksan Imbaga lokd dm masyarakatlokal sangat n q a k nktidak pmporsimal di mma kmhga lakd den masymkat Idcsl dltmpetkam hmye sebag9 uby@k pmyek, meskipun ada rnekaniarne pengusulan tetapi hanya sabatas pengusulan kegiatan yang sejalan dengan proyek, sedangkan menyangkut kebaakan tidak ada rnehismnya, &@a, p m d a r w ~ sangat didomhsi mtuk
fW smmtara
sangat minim, yakni harp US $5.140
kwatan pengmkm kapasi2as m q & a t
jufa, dan kwrnmf, program juga bias target, mrnana orientasi program masih
sebatas pancapajan pelaksanaan, sedangkanpemhinam pasca kogisntan terabzkikan.
6,3 Petfama Kefembahfaan Pray& SACDP Dalam meWaat pmfoma kdsmbagaan %fleMtassuatu kelambagaan ~
d
e
t
p
a
t
m
c
t
a
r
i
h
~
~
*
~
:
8.3.1 Efisitmsl Proyek
P e k k w m n (ur,y& SACDP y
(pendalarnan) hguna psmbngunm
-k
q bmpa proyak fisik ( s e p d p m p u k a n
dan ptpnyodetan sungrti, mhabilitasi mangrove, dan
saranw prasarana desa) maupun non fisi ( sapecti penguah
rnBS~afak;&dan m & M WtW
'
t &k
-8
merniliki tingkat Msiansi yang kurang memuaskan, di mana proyek gaga1
immmh w t M a manfaat pel&-
.pray&
umumnya h a n g
dirasaIran masyamkat. PelJsanaan proysk yang paling mmberl manfaat adelah
pernbangunan dssa yang mernbangun sarana dan pnnsmmna frsik desa. Ketidak ~ m p e ) s ) t s m m p r o g t e k ~ d i ~ m ~ ~ : 1.
Kekumng hrtrasikn mencapai target konmwasi fisih berupa pengenrkan
hgma dan penyodebn sungai.
KBttdjidBI
brhashian ditmjukkm deb
~
~
~
)
kenyataan baWa satelah pengentkan laguna dengan cepat kembafi
mmgaW pmdangkatan. $mentam p e n m a n
sun@
sebagai main
pmwt barn MmasiT rnembuat sodefan Cikonde, semsnfara penyodatan
Citanrfui sampai saat peneMm dilaksafiakan b & m terhksma karma
sdmya kmfk m 2.
g 4 d ~ g #m n symkat.
Tidak tempainya target rehabilitasi mangrove setuas 1125 Ha (hanya
tercapspi 666 Ma atau 59,2 %) seda tW tewujt&y#
mangmve
pemslihEwaan
Mrkebnjutan. Bdasar wawanc8ra dengan responden
sebagian besar had penanman s d a h nrsak {ma8), konrlisi ini tmjarfj m kwatahan pEmtbinsm )relmpk. Sesuai in
m,~~
mangmve akan disarahkan kepada ketompok, tapi
usaha penyiapan
k
k e r n agar clapat mengebda tidak bffiasil. 3.
Kegagatan pengembangern masyarakat, dirnana pernMnaan peningkatean pendapatan dan pangalhan usaha rnasyarakat berupa banhaEan modal dan
dempfot seam umum tidak fmkmbmg. Kegagalan program k a m a sistem ptambinaan masyarakat yang digunakan sangat bias dengen
pendakahn kepmyakan shngga t
i !&a barkambang, pad&& proses
pengembangan masyamkat sangat menuntut kebettanjutan tfengsan penyiapan slstern dan rnekanisme yang mendukung.
4.
Usma rnasyambt wltuk melalTjutkart pegram seam m
M tid&
berkembang
banktan
dan
mash
tetap
kgiatanfpgmWproyek ckwi pmer&&.
menghampkan
BJIeskipwr bantuan dirawmg
mtuk brnandirian masyarakat, tatapi m a w perntrmaarr hanya berkisar pad# aspek teknis bantuan, sernentara aspek m a n m e n d m pengembangan diabmkan, mi&)ra
tidak Wjdannye sistm pengmbalian
modal. Aklbatnya bantuan bementi tanpa sempat:betkernbang.
Mengingat institusi SACDP mamiliki kamkter sebagaimana halaman 65,
&wid e m h ahn nwmbuka k e s m p a t ~Muk twjadhya k & W organisasi dan Bisya. Pengambiran keputusan den implernentasinya Rams
m s n w wris stntktw dan mkmisme yang sangat
panian~,padahal sifat
sumberdaya alm psisir sangat dinamis dan #pat
bmbatr, sayagyanya
strukurnp sederhana dan tidak terlalu panjang. Dan dari segi biaya, stnrMur
yang dsmikian ini tiaprd d@sWcan # M u h k a n
rfana yang Kiclak sedM.
Kamungkinan munculnya masahh struktur juga bise tejadi. Kenyataannya
bsfifusj NSC terlambat dibentuk dm f3PKSA yang semestinya Went& pada
tahem k8-4 (1-1,
h d i b m k p*
-2002.
6-3.2 Redlstrtbus! Keadilan
Mi w a w a m a &ngan masya~akalmnurjukkan M w t
i sekKulc
lapisan masyarakat bisa rnenikmati proyek tenrtarna kesempaian untuk bemsaha atau bekerja seperti ikut menanarn rnangmve, bskerja di proyek fisik, atau
Wsmpatrn rnmpembh bmtim &a(
d m dm@&.
Pcmy&ahya addah iidak.
jalasnya mekanisme gelskaanaan clan pengeiolaan proyek di tingkat masyarakat, d i m a n a ~ ~ n g c 3 n s l a l ( a n ~ m ~ M u m p u d a n t ~ ~ k ~
Kepata Desa sehingga tidak
semua komponen rnersyarakat (tenrtarna di lapis
bawah) Msa tariibat di dslam program.
%orang warga rnasyarakat Ujmg Afang (Torto, 28 Tafiwt) m8nyatak~n
fiahwa proyek SACDP di Kampung laut tidak ada yang berhasil, bantuan uang
W y a ditramtzw-hamburksn dan M y # -+rang bagian, Di sisi lain pmgrem serfrrg &ksanafcan
terterrtu yanq mr&p&
s e a m mendadair sefrmgga
penyiapannya tidak matang dan akhimya diambil
a
jaian pintas d e w #
Iwswtg.
Fakfor VU yang bertugas memf3ina masyaraitaf juga menrpakan kelernahan
y q djbmui. Btwdasar wwatacsra ditemuken banyaknya k e M m WrOcisar pada
kumng memtanya pembinaan di selunrfi lapisan msyarakat alsh VO.
-a
WtWa kin: (9) jtf&h
Va y
q
m 8 1 OfaW PW
we,
dusun-dusun lsinya terpisah oleh madan yang SUM. Idastnya i dusun ? orang pmdanyhg, 42) intensifasWaradam VO & desa yang ti-
setiap hari di desa,
karma setitiap hsri Sat,tu dm Minggu )rWdesa, (3)VO tinggai di pusat dasa, padaha1 masyarakat sasaran yang dibina Wkan
hrdasar pusat &$a, tetapi
kedekatan dengan wmbe~dayambalnya lagma den mangfove. Dadwwancara ciengan masyarakat juga tewngkap bahwa manajemsn proyek (PMUJ kurcrng
infens daiam mdakukan pengawasan dan monitorjng hasi kegiatan sshinggs upayzt p
kegagatan b h g a i pwgram tidak
e m m n . Intwitas PMO twun
ke lapangan sangat minim dengan alasan sudah a& VO di setiap dasa sehingga
s a w persdan sudah disemhkan kepadsl VO untuk menanganinya. 6-33 Adaptabifltas
Oaya
erdaptabilitas
sebuah
program
sangat
dipedukan
dafam
impbmt85inya. AsSerptaWtas digeriukm untuh mghindad wietidabewaian dan ketidakbergunaan hasit proyek. Adaptabilitas &lam implernentasi proyak ham d h s u a h n dmgm k
W W , &,
budayi3,
cfan ksbutul.lan
masyarakat di mana prayek dibkeianabn. Bakm imptementasi proyek SACDP
mash ditemukan adanya kumngnya adaptabiiitas pelaksanaan proyak, tenrtama pada pebksemsan t&rtls. ACibatnya pmgmm sdrrg kwang dapat barjdwr.
Psnyebabnya adalah kurangnya mernparhatikan kondlst lokd. Bebrapa program yangfarrang~Ikanadap~antswa~: $,
Pmywk pengerukan lagurra hanycl rnernpet&n fsrktor t e r n semata, tetapi tidak mmpematikan faktor keMasaan masyamkat dan karatctgristik lokal
m
a tidak mamir?ta pedimbangart masymkat tdrd
ctahukl,
akibatnya flssinya k u m g bakelanjutan dimetna pendangkalan kembaYi tajadi secara #pat.
2. Pembangunan paser yang tidak berguna, ksmna tidak melihat kebiasaan iual
beli mctsyarakat K m g w g Lad yang bekKn t-sa
dwgm &mya war
ferpusatf, tetapi hbR terbiasa menunggu sehingga adanya bangunan pasar
yang &up 3.
rnegah men@& tidak berguna,
Pmyeic kurang memperhatikan faktw kebutuhan dan kabiasaern masyarakat
daiam pengembangan akuakultur sehingga yang diiawaFkan adalah jenis &an yang sebenaranya kwang biasa dibubidayakan dm p m a s m n y a
kurang. DemiWan pula pernbinaan psrnbuatan bandeng presto tidak memperhatkn faktar ketsmdiaan bahan baku pmbu&n
dm t
i
ditakukan psrnbinaan pernasaran hasitnya. 4.
Adanya bantuan yang sifatnya tap a w n W p a paket yang didatangkm ahh pittak petaksana proyek. Bsrdasw pmgakuarr masyarakat ctt FaW&
ditarnukan adanya bantuan pernbuatan empang tetapi paitet batran-bahan yang dibwikan k m t m bmpa pupuk dan kapur whingga manjsmdi Wak dapat digunakan sesuai tujuannya.
Keberbarhasllsn pmyek yang sudah bisa &!fiat
clibnfuknya
BPKSA (8adan Ptwrgdola
mnjadi b m w a pmanen
secsra
flsik adalah
Kawas~tnSegm Analrsn) yaog
wadam yang mmilfhi wmenang dan
tanggungiawab pengelolaan SA d e b h proyek berakhir untuk rnelanjutlcan pmgm kmservasi dan pmloangunan SA. Adapun stmktur orgmkasi h d a n
Pengelah W a s a n Segara Anskan Cf3PKSA) dapat disimak paid gaambar 6.4
bEbf.
"
Hasil dan dampak pmyek S A W ini juga rnerupakan basil kebijakan yang digitnabn sebagai satafi&ii penitaian iemadap eiektirfias pefloma kelembagaan pmyek.
Keteranclan Garnbar: PBP (Fengeblaan Budidaya dan Penangksapan), PPP {Pengelolaan P-nian dan Peternakan), PKRSA (Pangelolaan Konservasi ddan Rehabilitasi SD.Alam), PAKU ( Pmgembartgan Agrlbignis cfan Kemltraan Usaha). PULPTI (Pmgembangan Kqiasama LSM, Peg, Tinggi dan Instansi), PKSM (Pengembangan Kelompok Swadaya Masyatakat), P W (Pengembangan W layah Terpadu), A K (Administrasi dan keuangan), DikIat TK {hndidikan latihan dan Ketenagakerjaan) Kumbaga (Hukurn dan Kelembagaan)
Meskipun sudatr dibentuk organisasi BPKSA, kebedanjutan program rnasih
M u m bisa barfanjut karma hasil dari kimrja prayek s m r a umum rnasih sangat
randah sehingga program yang dilaksanakan behenti. Dengan demikian prnbentukan pernhtukan k d a n pengelola bukan merupakan jalan ketuar yang sesungguilnya tidak rnengmai samran inti persoalan. BPKSA akan bisa barhasil
jika tidak menenrskan kinsrja atau rnengadopsi kinerja proyek SACDP tatapi
Dad sisi peratwan untuk menunjang pengelolaan kawasan Swam Anskan, telafi hrhasil ditetapkan 4 buah perahran daarah (Perch) (Lihaf Tabet 221,
temyata baturn $a&asil dilaksanakan. Widak M a s i l a n penerapan perakrran
kelemhannye terlatak pad# tidak kansistenannya palaksana proyek SACDP dalam mwlsrapkan prda tersebut, rnulai tatrap sosiaiisasi, impiernontasi rian
Tahl22, Pwaturan PeKaturan tentang Penplalaan Seglara Anakan Cilacap No 1 Aturan f N o w 1 Tentang I Barlaku Mula1 52JIOJ71128 Pmartibn Usaha Partambakan SK Bupati I
2 da - h. r-.--
I
t
123 tahun 12~00 28 tahun
[PenetapanWas Wasan ~egaraAnakan Parnbentukan Qrganisasi dan tats kerja Badan Pengcslola j~awasinSA Rmcana Tats Ruang Kawawn Ssgara Anakan Pangelotaan Perikanan di Wasan Segara Anakan IPengelolaan Hutan Mangrove di lidawasan Segara Anakan
ZUQO 6 tahun
5 Perda
16 tahun
Pwda
20Q1 17 tahun 12001
6 1
1
121Juli 2000
f
8 Dasember 2 0 0
I
31 Mei 2001
26 Mapamber 20Ql 26 Nopember 12#1
Fakta ini rnenunjukkan b a h a formalisasillegalismi Perda, dijadikan
sebagai target ukma oleh mamiernan proyek, sahingga dengan ditetapkannya
P d a maka target dianggap sudah tercapai, narnun dalarn kenyataannya penerapannya kurang twrhasil. Padahal adanya institusi (Etturan) informal di masyarakat Karnpung faut sebenarnya sangat piensial untuk bisa dikmbangkan
sebagai institusi yang memadai untuk mengurangi atau menghilangkantarjadinya prilaku yang mentsak lingkungan. Namun
manajarnan pray& SACDP kurang
msmbsri w n g untuk turnbuhnya institusi ldal &gai
basis pengelolaan
sehingga pengawasanoleh rnasyarakat sendiri h a n g Wornbang..
Tahap sosialsasi kepader masyarakat sernestinya dimulai katika a&
rencana penyusunan Perda yaitu dengan rnemberibn infamasi tentang perlunya peraturan dan rnenwri masukan-masukan dan rnenampung aspirasi dari masyarakat whingga materi Perde mencarminkan keinginan masyarakat. Dan kefika ?&a
di tetapkan, masyarakat sudah bisa rnengikutinya, Dari basil
wawancara ditarnukan fakh bahwa masyarakat tidak pwnah mengetahui adanya
sosialisasi tantang Perda tersebut, Masyarabt hanya rnengetahui adanya tarangan panebangan mangrove dari papan pengumurnan yang dipasang di
tempat-tempat terlenkr,
1
I
Kelemafian penerapan per& ini diakui deh staf PMO Eka Budhi Suryadi, yaitu hfiwa pengatwan dan pengawasan yang dilakukan proyek masih &atas
sdanya Pwaturan daerah {Psrda) tetapi sosiznlisasi dan permrangan ke
rnasyarakat b l u m terlaksana. Dsmikian pula perangkat pengawasan dan
twhadap Perda tersebut. 13. Tarmano t32 tahun) ~ l a h smrang warga tljung
Gagak mensinyaIir b a r n masih klangsungnya pebangan dan ptusakan mangrove sarnpai mat ini oleh orang luar Kampung Laut karena pemarintah tidak
kunsistcmn
meneraNan aturan
yang ada
serta tidak adanya petug~tsyang
rnengawasi s m r a rutin, sehingga para perusak tebp tenang. Untuk rnsngatasi
hal ini Dia bsrniat membentuk satgas pengawas rnandiri yang diambii dari angota
kelompok mangrove dengan persetujuan Uspala Desa dan Kecarnatan. Di masyarakat Kampung Laut wbanamya sudah diternukan adanya
kasspakatan informal antar masyarakat ataupun antara masyarakat dangan
aparat desa, yang sebagian merupakan hasil psmbinaan dan pgnyuiuiten dari royek SACDP dalarn pengelolaan kawasan Segam Anskan (tabel 23).
Tabel 23. Lembagra Pengatutan SA yang Tumbuh di Masyarakat Kampung Laut Na I Jenis 1I tokasi II tsi ... - - . . . Aturan . .... . ... . . . ..
I
1
I Ilkrat Bersama Kades, IUiunsr Alane IKemahaman tentang wntingnya mangrove sebagai tumpuan rnasa'depan~ a s p m dan h LAnU dan K a m g Tam- kempakatan untuk menjamnya . . serta tidak
II
I1 -
I1
merisatt 2 /Kesapakatan Warga IUjung Gawk jPnebang mangrove diberi sanksi d i m ke
4
Kesepakatan Kades-
Iscswai kein~inanmgsyarakat Seluruft b s a Kesapakertetn Mhwa : betmngaiapa membang satu pohon mangrove heruo menanam kembali Kampuryl
Sumbar : Data P r i m , 2002 Dangan adanysn keaepakatan maka rnasyarakat Kampung Laut sudah
sangat sedikit yang rnasih metakukan pengambitan mangrove, artinya
I
undnw !seMcraswy yodwoley y!etq) yoduro~eq undnles epo lunleq utz~e!8sy
Tabel 25.
Kelompok Kerja yang T a M u k &lam Pangambangan Masyeirakat
b a s mangrove yang bsrhasil ditanarn seiuss 666 ha (59,2 % dad targat
Tab1 26.Realisasi Hasil Rehabilitasi Mangrove di Karnpung Laut h a s Tercahabilitasi(Ha] K t e gori mhabilitttsi Ujung Alanp j Ujung Gagak 1 Panikel
1
Hutan Rusrk
19SS/atboo1
I
2M301 2001
Sub Total Ex Tarnbak 1999 200Q
2001 Sub Total Jumldth
I
75 1 75 1 0 1 t50
a 0 141 I41
I
Jumlah
284
50 89 0 139
1 1.1
0 0 11 150
3 75
50
I
1 I 1
1 1 1 I
75 75
1 1
239 1
200
j
489
o 25 0 25 225
75
1 -II
1 I 1 I
25 f 41
177 $66
SACDP tidak @%Mi&lam mmangani persoalan Segara Anakan sehinggs
persoafanSA b l u m terselesaikan, bahkan akar rnasalah yang sebenamya tidak tersentuh, Hal ini rnenunjukkan bahwa proyek yang diiaksanakan merniliki
ksEamahan yang sangat mandasar baik didelom strukhr kelernbagaannya
Meskipun mbelurn pmyek SACDP &tang,
uaaha konsarvasi dan
pengdolaan kawasan SA deh masyamkst bmpung Laut bdum ada dan proyek
SACDP yang
dilaksanakan juga kurang barhasil, tetapi
melihat lirtgkungannya semakin rusak semantara hasil
swam kogniw karma
program SACOP bdum
biss monyelesaikan pernasalahan yang eda maka di kakngan masyarakat Kampung Laut tumhh psngatahuan clan pemahaman dasar diantat-anya adalah
pengetahuan yaw psitiif bagi pengelolaan Segara Anakan antara kin: a.
Maningkatnya pengetahuan tentang ancaman tertradap iingkungannya dan
parfunya penyelamatan (konservasi) tertladap lingkungan. b,
Meningkatnya pemahaman temadap ekosistern di sekitamya dan
manfaatnya c.
Meningkatnya pemahaman cam mamhabilitasi ekosistem dan rnanfaatnya
d.
Meningkatnya pemahaman tentang perlunya eturan dan penegakannya, prtunya kerjasarna antara masyarakacat den pemsrintah dalam rnengatasi
persoalan SA. Pengatahuan di atas turnbuh karena rnasyarakai blah rnelihat sendid dan
merasakan lingkungannya semakin rusak, sementara proyek SACDP belurn behas#dan belum bisa manyalesaikan pernasalahan yang a&. kugnitif di atas edalah modal
Pmgatahuan
awal bagi masyarakat Karnpung laut
malakukan pengelolaan Sagara Anakan di
untuk
rnasa mendatang dengan
rnensinergikan katjrjasarna pemerintah dan mssyarakat lakal, dirnana masing-
masing merniIlki peran dalam setimp tahapan pengelohen rnutal tahapan
parencanaan sampai evaluasi dangan hak dan kewajiban yang ssirnbang. 6.4
Ksndala dan Pemsafahan Program
Dad hasil wawancara diketahui bahwa kendab yang dihadapi proyek SACDP di Kampung Laut antam iain: pertama, tidak terpadunya instansi pemerintah dalam metaksanakan proysk-proyek di Kampung taut (seldorat),
setrii-tgga =ring terjadi ketiiaksinkman diantara intansi psmsrintah. Kedua,
pfuyek-
yang dilaksmakan di kampung hut pmdekatartnya seiatu
bernuansa keproyekan dimana sudah terbiasa rnembed imhlan meten' (byeran) sehingga naasyarakat &an
m m a antusias
tmadap proyek apabib ada
imbalan, Wfa tidak ada M i l a n #aka masymbt mwjftdi Irurang mnanggapi
=cam positif program dan hasil proyek. Akibatnya masyarakst kurang rnerasa bed-wat>
atas hasl
proyak, karena proyek dimggap hanya s e w
miUk pelaksana proyek. Kumng bertanggungjawabnya paserta tehadap hasil
misalnya difunjukkan paving kurang dipefihara, domp1ot ticfek d m rnasymket &in Ira& Mak Ma dikpkan karma &ah gaga!.
Pernasalah ketiga adalah penjadwalan bebrapa kegiatan kwnponen A, 0 &n C yang kurang sabras. Penyebabnya adabh tidak tsrp@nutrislpe w a l penugasan personal konsuttan proyeit. Disarnping itu, laju degradasi kuatitas
lingkungan SA yang pesat rnemaksa pedunya dilakukan revfew temadap tmcana-renwtna kecegiatan yzmg W h ditstapkan. Review M a d a p rancana kegiatan tersebut dipdukan karma tsrkait dsngan kegiatan #anjutan seperti
mncana penyediaan dana pernhn~y~lan,upaya pmingkatm kepduM rnasyarakat (pub& awamness) serta penetapan
ma
pmnganart kawasan
smra terpadu. Masdah yang ketiga ini mmdorong timbufnya bwbetgai m a s W tunman seperti mdwsnya tanah tlrnbul dan rnendangkalnya k m b l SA. Pmdangkalan ini rnmyebahkan kawasan SA tidak dapat lagi mmmpmg pmkm air dari huh,
setrhgga salahsahr ambat lanjutannya adatah terjadirrya banjir pada musim hujern,
ancaman banjir sampai saat ini masih terns rnengancam rnasymkat skitar §A. M m m t hasit mwartcare m
a n masywekEni den V 0 ditmkm beberaps
kentjala progrerrn kmservssi dan pengeblan SA balk yang dhadapi di tingkat masywakat maupun palaksana proy&, antam hln :
a.
Kurangnya sasialisasl program dan pmturan ke setunrh lapisan
msymkat. W m s i tentang progrrtm twbatas
pacjrt
apml dasri rian
fokoh masyarskai a a s u t arang-wang terdekafnya sehingga informasi fldak
tersebar
m m b . Persoal~tn hi mmimbulkan
kemnbufilstn sosM di
sebagian masyaraht terutama yang Waitan dengan persoatan imbalanlupah dan bantuan.
Hal ini dibuktiken sedikitnya paserts yang
pahm tentang arah dm tujuan pmyek SACDP.
b.
Beberapa kegiatan tidak Wanjut karma ketidakcmkan dengan kmdsi
lapang dm w M u pdaksmaan sehingga gagal, hal hi Inierjadi karena W s a n a {PMO d m tcondtan) mash memapkpkan pmd&ahn iap down
dan M u m secara efekti menyerap kebutuhan dan kondisi setempat.
c.
kurangnys jumhh tenaga pendamp@ VO M L W sehingga hnya terpusat pada wihyah teftentu. Ada satu desa yang VUnya justru bukan di
pusat kegMan.
d,
intensitas p m b l n m dah VO kumg optimal karma VO tidak sapukmya di lokasi (hari sabtu dan rninggu keluat
insfmrinasi pert-
a.
dem) sehingga jangkauan
W p d a masyarakat kurang -:a.
Tidak adanya aMasi pemtiharaan dad PMO sohingga sebagian bestlr hasil tanaman mangrove mati, Berdasar mw~ncaradengan VO dan maqarakat, kematian rnangwe bisehbkan deb bebwapa hd yaitu : r
Kateriambatrln pemdihsarsan, sehingga mangrove kalah bmaing dengan
tanaman perdu (km@ d m g-n)
yang peFtumbufiannya
hbih CBptTt.
SeIum taramplnya pekerjza daiam mmmm mangrow sehingga sehfngga banyak mangrove yang mak d m mti Lokasi penanaman mangrove tidak terjangkau oloh pasang air hut
k a m barads tarlalu tinggi.
Terinjak oleh pencari kepiting dan masyatakat yang masuk ke dalam
wed pananaman mangrove. f,
Gagalnya program-program peningkatan usaha masyarakat a m tidak
berkcwnbangnya bantuan pningkatranwaha. 9.
Tidak jdasnya makanisme pengebfaan bantuan tenrtama yang bwpa dana bergulir, sehinggzr dana bantuan tersebut menjadi tidak felas. Uasa tanggimg jawab masjrarakat untuk mangambaIikan menjadi rendah karma
bantuan torsabut Gfnggap sebagai pernberisrn cuma-cuma fanpa ada h a j i b a n mfuk rnengembdikan atau mngembangkannya febih lanjut. g.
Belurn krmtrutmya temt,aga yang msmfokuskan dlri pada pngawasan mangrove baik dilakukan oieh petugas ataupun oleh masyarakat sectam swadaya. Sehmgga permbangan mangrove tenttam
pertdud&
krar
Kampung taut terns Bedernjut, meskipun papan farangan penebangan mangrove sesuai Perda No. 17/2000 s u d a dipasang dibsmagai lokasi.
h.
Meskipun sudah banyak dit3entuk k ~ f r ~ l o m p kacak@ di rnasymkat yaitu k&mpok kanservasi kebmpok
dan ketornpok ekonomi, namun kebrnpok-
temM balm ada yaw h r k ~ m k m gmanrfM cfan maju.
kehmpok tersebut masih mengandalkan dukungan dana dari proyek.
6,s Partkipasl Masyarrtkat LokaC &lam Program Konsewasl dan
Pengdotaan Segarsr Anakan B.5.Z Tingkat PartlsIpari Masyarakat Ddam Prugram Uomenrasl dan Fengslolaan SA Keferfibatan masyarakat Kampung taut dalam kmservasi dan pengelolaan
Segara Anskan, sebmmya Mru twjadi &elah actanjra proyek SACUP di dasadssa Kampung taut. Keteflibatan masyarakat tMak terjadl di awal proyek, karma
pada tahap awal pgrencanaan proyek bbih banyak mefibatkan konsuRan.
Indiketor yang digunaken dalarn msangukur tinggi rendahnya partislpasi diantEtrzrnya ad&h
it&&
W a n masyarakat secara s d a r dabm Mapan
program yang disusun dan dlaksanakan, ysng metiguti proses peremwan
kagiatan, pelaksanaan yang mdipuu pencadan bibit abu b a h , wnyemian dan
penanatlam, pmialihaman dan pengawasan terhadap hasit panmaman serta mengevaluasi kegiatan. Sayangnyei keterlibatan rnasymtat tidak dimulai M tahap perermnawl, tat@ hanya pada tahap pelaksanaan dengan ikut mencari bibit, menyemaikan,
menanam dm menyulam. Sedangkan pa& Mapan sehnjutnya kesarnpatan pes&a
program untuk M i b a t berkwang. Keadaan ini kemudhart
dii)ruti
krhentinya kegiatan irslompok setelah peiaksanaan penanaman seIesai. Ini
rnmbuMikan hhwa kegatan kelompdc sangat tswgantung pada program yang dirancang dan dilaksanakan proyek. Adapun penjetasan partisipasi masyarakat pada masingmasing tahapan adalah sebapi berlkut :
A.
Parttalpmg Miwyarakat Datarn Tahap Pwemanaan Dalarn tahap petencanaan retrabilitasi mangrove, berdassr wawancara
d k d a h i bahwa sebgiian b s a r r'epmdm tidak ikut sajak awal dalam merancanakan kegiatan. Keadaan ini tertihett clad pmbentukan ketompok, di
mans ida pmbantukanrtya bukan bemsal dad inisiettW dan kebutuhan masyarabt tetapf karerta kwtuhan &mya
w.P
~
~ )s&qmk a in n) malty51 OM
PMO diserahkacan kspada desa dan VO, kemudian pihak ~ B S Brnerninta bberapa
mng unW ikuf menjadi anggota dan Mentuk hpengmsm kebmpolt, fk;twlerh ketika kegiafan a m dimulai anggota kelompok dikumputkan, d m perryuIutran
tantang taknik penanaman. Tetagi ragat pemnmnaan teknis tantang pnanaman, b h i , wMu dm sebagainya hanya metibatkan ketua ke(ompok d m b b m p a
pengunis, VO dan pWk PMU. Setelah perencanaan siap bawlah anggota
Wompok Ebimobiiisesl unttrk rnahksanakan kegatan salanjutnya.
Pembsntukan kelompok Empang Parit juga dinjuk oleh &sa. Tapi dalarn
pelaksanam tanggota IreIornpok Ernpang Parit tedlbat ikut mempersiapkan perencanmn seam teknis, hal ini dlkamnakan anggota kelompak Empang Parit yang sedikit dan bra& di lahsn miiiki anggots, jadi
rasa tanggungfawabnya
muncui k z i ~ n afaktor kepmlikan tahan yang dipakai. 8.
Partisipas! Masyarakat Dalam Tahap Pafakiiolnrran Pelaksanaan tahapan ini dlmulai dari
pncarian bibit di hutan,
rnenyemeikan, msmbuat terowongan dan menanam benih atau bibit. Dari hasil
wawancam diketahui tsahwa dalam pelaksanann program retlerbilitasi mangrove dan ernpang parit,
8'1,s %
responden mslakukan sendid pencarian bibit
mangrove di hutan kemudian rnenysmsikan, sementara 12,5% mmbeli ke orang
lain, dan 97,5% peserta ikut terlibat dalam penanaman, dan 2,5 % menyatakan tidak lkut karena tidak diajak serta oleh f<etua kelampok.
Narnun dernikian, tingkat partisipasi pserta yang tinggi pa& pelaksansnan program tersebut tidak sejalan dengan kenyataan bahwa hasil penanaman yang dilakukan saat ini kondisinya tidak bagus. Kenyataan ini tejadi karma
pendekatan pembinaan yang bersifat kepmyekan, dimans proysk SACDP salalu rnernbayar Fietiap pebrjaan dengan irnbafan tertsntu unkrk satiap aktivitas yang dii)nrtI, rniwlnya sefiap Wbit yang dlprdeh dibayyar sebesar Rp. W-IQO,-lbuah
mangrove. Untuk rnelakukan penanaman clangan sistam hadan setiap orang diupah Rp. 17,5QO,-hari dan jiha rnernakai &stern Mrongan Rp. 50,- pertaneman.
Dmikian pula untuk pnyutarnan dan prneliharaan, selalu ada slstsrn pengupahan, sehingga begitu iidak a& blaya yang dialokasikan untuk peserta
maka aktivitas pemeliharaan dan keianjutan program behenti, termasuk aMivitas kelompak juga behenti.
Program pengembangan empang patit ditakukan dmgan rnsmbudidayakan
ikan di kolam yang ditanami mangrove dipadukan dengan ternak karnMng,
nrarnun hesilnys secara urnurn bdum twrhasil, di mana ttdak ada kelmpdr p n g m
i kebwhasilan. Padahat k d o m p k Waf,difasilitasi mhkukan field Mp
untuk mlihat pamntahan model ampang pan1 yang MrE1asil di Kabupatsn
Karawang. Drari hasil wawancartt dmgan salahsatu pesertPr darnplot EP rnenyatakm trnfPwa rn-a
mash ingin mencoba, n
m karma pmhksi fidak
bemasil sshingga modal belum eda untuk rnanwba lagi samantara manajmen proyek M u m pernah memberi sdusi. Penyebab kegagaian EP M r 8 lain
adsnya gangguan musang air dan banjir. Di iokasi diternukan adanya ketompok
yang sebenamya bexfiasil nmun karena pernasermya tirfak dibina rntlka petamtMk tidak m e f -
hasilnya. Meskipun pangumhaan budidaya ikamya
gagal, Wapi hadl penanaman mangrovenya kFhasil dan terawat dengan baik. Agak brbrfadengan k%lomp& mangrove, anggota kelampok Empang Parit umumnya swam
sukarela menyediakan tenaga dan
waMu untuk
melaksanakan program yang cfimncang proyek. Hal ini terjadi karena pewCta
punya asumsi hhwa karerta PMQ talah mmbsrikan bantuan nwdaI usaha W a ha1 ikr dianggap sebagai upah, sedangkan tenaga tidak dipemitungkan karena
bekerja d k a r n s e n a dan mereka beranggapan j i a bgmasil &a
M it# &an
meningkatkan pncfapatan memb sendiri.
Sslain keteffibatan &{am plaksanaan penanaman mangrove yang ditrdinasl dl b w a h pro@(
SACDP, pada sebagfan masyafakat Kmpung hut
juga ditemukan adanya kemauan menanam mangrave swam swadays di sak'rtar
nwnahnya dengsn cam mananam bibit mangrove di hutan afau sun@. Namun sikap demMan masih pada hraf menwba. Selain itu rnasyamkat saai ttini juga tidak lagi merusak dan mangarnbil mangrove untuk keprluan domestik dan -a].
Jikatau terpakse martgambi make dengm kesedaran
&an
m a n t i
tanaman yang diambfl dangan menanam sama jurnlahnya cffnngan yaw U@mM. bmauan menanam m g m v e sanditi ini m e m b u k t i batiwa
~~n
masyarakal yang kurang intens &lam program bukan hrarh btwa patiiipasi
masymkat rendsafr, tetapi dika~enakan pmdekatan keprqekan W h rnenyebabkan kewmpatan yaitu hanya pada o m g
masyarakat
tartentu
unfuk ferlibaf menjadi
sangat ternas
dan pada program tertenfu pula. AWlimya
msyarakat hanya manghmp imhiannya dari proyak. Hal ini ditwldctikan dari hasil wawamara, di mana sebagian besar raspanden
peserta mangrwe msnyatakan keterlibatan maraka ddm program aclalair
karena : (1) a& irnbatannya, (2) untuk mengisi waktctu luang ketika hasit fangkapm ikm manurun Sikap tersebut fidak dapaf diartikan b W a W a u h W & j i b tidak ada imbalan matend mka partisipasi rendah, a a b hal ini
mempakan caminan kondisi pengeiolaan proyek SACDP yang rnasih sangat kuat
nuansa kejxuyekmya. Sikap rnasyxakat yang
seca~am um kurang
bertanggungjawab datam rnenjalankan program yang diorganisir SAC DP terjadi bukan semata karma masyarakat tidak mau memelihara, namun proyek sqak
awahya sMah r n m g adanya insentif h p a bayam. B a y m iniiah yaw akhirnya justru menjadi disinsenti bagi rnasyarakat yaitu rnasyarakat hanya mau $Mibatclalam program SACDP jika ads imbalan berupa bayaan.
Asat mub ketorganturtgan pads imbalan mated, berdasar wawancsra
dsngan staf BPKSA Eka Budhi Suryadi dan VQ yaw Ibertugas di Kampung Lsut twja
k m a kebiasaan nwwrirna bantwn dan pruyek di desa met& yang
dimulai tahun 1974 ketika ada Wisbraaris agama thentu yang datang memberi bantuan secaFa terns menwus, iotapi tidak dhwtai bKnbingan m t d , setelah itu
kawsan Karnpung iaaut sehkr menjad sasamn barnan dan dana. MasyaraM
merasa jika ada bankran dirasaksan wparti ada "Sinterklas"yam datang mrambri hadiah, ektbatrtya msyarakat Wakl manghmp Mntuen daieng kemba8. Karena
kebiesean ini masyarakat canderung mernanfaatkan untuk mengambil keuntungan s e b e s a r - b m y a dari proyok itu. Sthp dan kebhsxm dsmikian
tempt# sampai sekamg masih rnslekat. Adanya fenamsna ini buhn taererti msywakat tidak m u b p a M i s i , # w e b m u bfp&is@& Mapi h a w ada Imbalan (incanfive).
Me-n
s u m m d b W pendampjng (VO) darj LSM, namun
pendekatamtya tetap mengkti gws icepmkan sehingga hasihrya tidak bsrtwda dengan proyak yang tanpa pendampingan LSM. Fenornena ini
mnrpakan k s i l kebijakan p ~ a y e kSACDP yang sangat hierarkis dan mekanis* sehingga menjadibn masyarakat Kampung taut kehilangan sifat organisnya
mtuk mmpi?&ankan lingkungrannya sendrrj.. Kekdibatan mmyarakat yang ti*
kmyata hh -
pa& tahap
plaksanaan, itupun karena ada imbalan dan tidak terjadi sejak awal pmyek.
Sedangkan pemehharaan tirferk dilakukan secara kolekti. Narrmn km
mra
individual pamahaman kognisi masyarakat Kampung taut tantang
kansarvasi Segrara Anakan semakin rnsningkat seiring dengan brakhirnya proyek. Sebagian mar msponden, setdah pmyek irki betjaian m e w mengetti bahwa program rehabilitasi rnangrava sangat bermanfaat dan pedu dilakukan
sscam twrkdmjutan. Pemhman terhadap hut.= mangrove Ma menlngkat yang cfilahr belakangi okh manfaat program yang tetah drasskan, SebagLn besar responden mngw2i bahwa rusaknya lingkungan habitat mangrwe
dIpsndang W a g a i
ancaman bagi kdangsungan hWup biota png ada bi
perairan yang akan mereka tangkap kelak balk ikan maupun keptting dan in1 akan
mempengaW pwrrtapatan m k . C,
Pa~sipasflas~ramkatdatrm~manfaaterrrHrstt
Manfaat langsung dari program bsium dirasakan. Hal ini terlihat diantaranya dad : (1) hasit tangkapart
%an yang Mktm
mmhgkat b -
mctenwfg t w s
msnumn, karma rnasih ada problem yang belum tersdesaikan yaitu p e m g k a l a n dsn penyempltm laguna, (2) belum tsrjadi pnhgkatan haAi
usaha di kalmgan msyafakat, (3). M u m meningkatnya produksi dan, (4). beturn behasif manunjang petningkatan usaha kmservasi dm pelastarian k~nwasanSA
alah rnasyarakat. Narnun dernikian ditemukan adanya hasil yang mulai dirasalcan
secara signifikan yaitu bahwa penrsakan mangrove oleh warga Kampung Laut teiah rnenwun s c a m drastis. Hal ini diakui ateh 82,s % responden, meskipun
dalam jurniah sedikit masih ditamukran perusalcan mangrove deh orang luar
Kampung Laut (tabel 27). Tabel 27. Hasil Peniiaian Responden "Terhdap Manfaat Proyek SACDP (K) No Manfaat 1 Berhasil Kumng I Tldak Berhrrril 1 Pmurunan perusakan Mangrove 1 82,5 1 17,s 2 Pwlingkatan usaha papwmm j 22,s 1 30,O 47,s
1 masyarakat 5
] Manfaat acfanya kelompok
1
27,s
1
25,O
I
47,s
Surnkr : Data Primer 2002 Dari tebal di atas juga terlihat bahwa, manfaat pembentukan kelompok
mangrove dan empang parit beiurn dirasakan masyarakat, ha1 ini juga dibuktikan
bahwa kelornpok konsewasi sudah ticiak aktif lagi, Hal ini tarjadi karma pernbentukan kelornpok konsenlasi dianggap kurang mamberi manfaat olah anggota. Selain itu juga dipengaruhi olsh faktor aspirasi pembentukan keiornpok,
di mana pembentukan kelampuk inisiatifnya bultan dari rnasyamkat tatapi atas perminfaandari pihak proyak SACDP rnelalui VU dan KspaIa Dasa (top down).
Rsndslhnya manfaat pray& SACDP yang dirasakan akhimya berirnplikasi pada sikag usaha masyarakat Kampung Laut untuk meiakukan kunmasi dan
piesterian kawsan SA yang randah pula. Tehpi rendahnya usaha masyarakat untuk mefakukan kmsemasi dan pelestarian kawasan SA M u m bisa diartikan partisipasi rnasyarakat rendah juga, karma masyarakat akan mau rneianjutkm
program apabila manfaat program dirasakan masyarakat. Kesalahan pendebtan proyenk SACOP telah mnyebabkan manfaat program sec8ra langsung kurang dirasetkan masyarakat.
D,
PatMslpal Mssyarakat dalam Pensawasan d m Evaluaart
'Fahapan ini mei@M kegbtan p e m e k s a n , m a s a n dm waiuasi kegialan. Setelah penanaman diraksanakan, pemeliharaan yanp difakukan beny>a penyulaman dan pembabatan gulma.
DAam pt3mdhwaan 75%
respanden rnmyaiairan ilnrt menyulam t a m m yang matiti; 82,s % respondan h h k a n ikut mendangir gulma; 67,5 % rasponden menyatakan ikut mengawasi penanaman.
kebrlrasilan
Dan
80%
responden
hrtanggungjawab atas keberhasitan program. perus&
myatakan
ikut
Oatam hat sikap temadap
mangrove, 90% responden rnenyatakao jika menemui orang ymg
merusak mangrove maka &an ditegur at=
dinashti, Ma$i tidak bmni
melaporkan kamna merasa buksn patugas yang bemenang, sedangkan 10%
reponden dam saja kwena rnerasa takut karena yang mfllsak mmgmve bi~tsanyaorang luar desa cian marnbawa senjata.
Mamun
seteiah proysk barakhir kekriibatan rnasyarakat dalam
pmdiharaan m r $ urmrm tidak berlanjut, meskitpun m r a irrdividu ada
anggota kelornpok yang rnelakukan penanaman mangrove bila mensrnukan bibit mangrove di hutan. Akan tstapi t i k &a anggob kdompk yang terktrat rfalam avaluasi Mil pekerjaan, bahkan sekrruhnya rnanyatzakan ksbmpak tirfak pemah
mgngevaluasi hasil penanaman. Ini rnenunjukkan k h w a masyarakat fidak 4edibaf datam proses waluasi m m . Ketidaktw!ibatan masjrarskEit d&m wduasi
program karma ksgiatsn evaluasi yang terstruktur dibawah proyek SACDP sampai h&n
September 2002 ( d i m pmyek dijadwdkstn berakhir) t
i
pernah berjatan.
Didorong deh diberlakukannya PerPrturan Oaerah (Perda) Kabupaten Cilacap P m l 47 tahw 2000 tentang Pengeldram Hutart Maqyuue, banyak
eIernen masyamkat yang rnenghmdaki s-ra
ditegakkannya perda tersabut
dengan dibentuk petugas p e n p a s , n a m BPKSA dan p m e r i n a beturn
msraalisasikan ha1 yang seharusnya manjadi tanggung-jawabny8 tmebut, meskipun di tmpat-tempat straw sudah dipasang papas, pmgmtmm farrangan menerbanglmemsak mangrove beserta ancaman hukumannya.
PMO SACDP
pemh rnehkuhn pamotretan u d m urrtuk p m a n
Weqaserrna dengan lTB, namun mangrnve tidak W h a t
tahun 1~~
karena telah tertutup tanamam wrdu yang perturnbutaannya lebiir #pat ditnding pertumf>uhan mangrove. Dernikian &a Iokasi, tingkat
ketika peneUti mninjau ke
kebehasilan sulif dipantau karena konciisi areal penanaman di
hufan nrsair sudah tertutup rapaf oIeh tanaman gulma jenis jerujon ~ A w ~ t u s
i l M u & ) dan gadelm (Derris hefemphfla) %bat
Mak
tiM&mv
pemaiifiaraan ol& Kelampok, Tanaman gulma ini m a m b l i mangrove sahingga
perturbuhan mangrove terganggu. Hasil penanaman yang w h p bepenanaman di ex ttambak, dimana kondisinya tanaman cukup bagus dengan
persentase tanaman hidup sampai 80 %. Pananaman di ex tambak bisa barhasil k a m pmilik tambak ikut m m a t mangrove dm Masinpa Cidak jautr dari
rumah sehingga mudah pengawasannya. Wlifiat hal t&k
bxjakmya pengawasan, &a
actarapa mggota
ketornpok mangrove yang siap menjadi anggota pengawas. Sahh m m n g tokoh pemuda Desa Ujung Gwak B. Tarmono (32) h m m n a m m h n t u k kebmpok pngclwas wakma dan akan meminta parsetujuart dad desa dan K m a M .
Ini mmunjukn bahwa di )(amping hut secara informal telah tumbuh kesarfsran mystarkat untuk mhkukan pengawasan teFhadap k e l e s t h hutm
mangrove yang dhjudkarr dabm kesepakatan-kesapakatarr irrformal, . Di selunth desa Kamputlg Laut divvujudkan &lam kesepakatan anhra masyarakat, Aparet Desa dan
?MU m a n kesep&atan yeitu "8arangsiapsmenebang satu
pohon mangmve, maka hams menanam kembali sejurnlah pohon yang diTU~6lk':
Di desa Ujung AIang drdapsrti kesepakahn be-
"Ikrar %emmanantars Kepala
Desa, Ktaua tMD clan K&ua &rang Tanlna yaifu bahwa hutan mangrove a t a h
m s a dapan W
a dm s e p k a t untuk mertpga bersama-sama. WBF hi
diprassstikan benrpa f>aIiho permanen yang difarnpafkan di damaga pintu masuk
desa dengan harapan smua orang yang ma& desa tersebut bjsa rneijhaf dan mengihtinya. Sedang ch desa Paniitsl ada perakrran dad KepaIa Dwa yang disepakati masyantkat yaitu jika mentsak mangrove dihukum denda 20 ribu
pelakunya chserahkan ke-
an
masymkat untuk d i r i sanksi.
Adanya kekrnbegaan rnasyerakat di Kampung Laut termbut sebenaranya
jauh Iefiih penkg datipada hanya sekiradar aturan formal p n g pmerapannya Mak &Mf, karerra s e a m sosioiogis Cretmbagaan yang muncul dafi datarn
stnrMur masyarakat sendiri ( seperti kesepakatan warga dan hukum adat) akan
lebih diakui deh masyarakat tersebut daripada aturan yang datangnya cfati p&ak hat, karena katembagaan infomat tersebut rnerupakan hasil persinggungan ida
&n ksbiasaan masyarakat
sehingga bila tidak mematuhi bsraFti melanggar
idenya sendid. Bafdasar w ~ n c a r ad-an
iokoh masyaraked U j q Aiang
E.Swamo (55 tahun), menurunnya kegiatan pnrsakan deh masyarakat di
Kampung Laut bukan k m n a masyaraka4 sudafl mengetahui adanya Per& yang dsusun PMQ SACDP, &pi karena sdanya atumn informal di &sa mareka dan sudah tumbubnya kebutuhan akan parlunya perfindungan lingkungannya.
Elari
hasit wwancara dengan responden diketahui baWa keinghm penempan atwan
di desa msreka didukung alah seluruh (-lOO%) respanden, namun msialisasi d#ri PemwSrtah W kurang bajalan yang dikui okh e g i a n b
r responden
(92,s%) yang rnengah belurn Wmah c i i r i penpbsan mupun pmyuhhan tentang Pda-perda pwgeialaan kawasan Segara Anaksn. Oari pmhhasan tentang p a r t i s m masye&& daim tahapm-hhapan
program sebagaimana di atas, sebmarnya partislpasi rnrasydrakat Urnpung Laut &Qrn pragram konservasi dan pengetohan S e g m Ana)can
kolaWir Wtif
bagus karena berbagai tabpan proyek teiah diikuti, tetapr karena kasempatan
berpartisipasi &lam tabpan yang ada tiW ma-
maka kasempatan yew
terbuka hanyalah pada ptakssnaan penanaman @a. Ini menunjukkan bahw
psrtisipasi masyarakat yang dernikisn kkasanlah bw858l dari kondisi masyarakat,
tetapi rnerugakan kmwhensi logis dari performa kelambagaan prayek SACDP. W a s a r kondisi padsipasi masyarakat yang damikian maka, partisipasi
rnasyamkat Kampung h u t rnenunrt konsapsi Wang (1981 j dapat dikategarikan ke &lam jenis partisipasi induced parfisjpatlon yaitu partisipasi setelah mendapat
pengarahan dari piftak lain, dalarn ha1 ini PMO, VO dan Oesa kmna itu tahapan yang diikw banr lahapan pelaksanaan. Dan menurut kategori partisipasi IlRR (I%), tingkatan partisipasi masyarakat Kampung Laut masih termasuk tipe Partisipasi dengan imbatan material, di mana partisipasi dengan membarikan kontribusi sumbwdaya
yang dimliki unktk rnernperaleh irnbalan berupa uang
(upah). Masyarakat mungkin menyediakan lahan dan bnaganya, namun tidak terlibat di datam proses sksperimentasi dan pembelajaran, akiktnya setelah program selesai rnasyarakat
tidak rnerniiiki pijakan untuk malanjutkan
ksgiatannya tarbukti bahwa tahapan yang diikuti masyarakat sebagian ksar
hanya tahapan pafaksanaaannya. Proses rnunculrtya partisipad masyarakat yang dernikian acfaleh karma behapa kondisi, Seslsai kansepsi He (1995), rnasysrakat akan terdorong untuk
ikut twrparfisipaai daiarn suatu kegiatan jika: (1) maraka merasa bafwa isu atau kegiatan itu penting untuk m e r W . Mrlasyarakat Kampung but sudah sangat merasstkan darnpak rusakrtya ekosistern sekitar rnweka, whingga ksbutuhan
mamparbaiki tingkungan amat mereka butuhkan don dianggap sangat pentiq.
(2) kegiatan yang diikuti akan msmbuat ~ ~ b t l h ayang n bmrti pada rnemka. Dalam pandawan masyarakat Karnpung hut d~anganmerehabilitasi mangmve
maka pandapatan rnereka akan bisa naik dan kehidupan mereka menjadi lebih
baik, kamm ikara-ikan dapat kernball rnernijah dan hrlindung di lagum, cfemikian
Wa j i b
laguna dipardalam mereka a k a mudah brlayar dan ikan-ikan akan
kembaii banyak, (3) pmbahan dalarn benfuk partisipasi tarsabut haws dimengarti dan temitei. Ini mensyaratkan adanya pemahaman yang mendalam
tantang program, hak dan kawajiban yang lebih terbka, (4) masyarakat fiarua diperbolehksn untuk ferlibat dalarn setiap tahp dan didukung dwlgan fasilitas mernadai. Seperti trans*,
keamanan, gsrbeltalan dli. Kekurangan pada salah
satu a h n menggagalkan partisipasi. Dalarn program rehabilitasi di Sagara
Anakan semua clukungan sudah tersedia, meskipun penyediaannya juga meliktkan masyarakat saperti peralatan dan bibit. Tetapi hat itu baru dilihat
secara fisik, sedangkan pkerjaan non fisik yang malibatksn kamarnpuan dan pemikiran relatif tidak melibatkan banyak pihak sahingga hanya melibatkan bebrapa pihak, (5) struMur dan prosesnya bukan sesuakr yang asing. Artinya
setiap orang hams rnangetahui bagairnana carer melakukan sesuatu. Urrtuk itulah diperlukan penyulutran, peiatihan dan pernaharnan terhadap peserta. 6.5-2 FaMor-faktor Yang lempenganrhi Partislpast
Berdasar uraian p d a h b mbelumnya dapat disirnputkan hhwa partisipasi
rnasyarakat &lam program konamasi dan pongeklaan SA dipengaruhi cara pendakatan dan perCorma kelembagaan pruyek SACDP. Cam pndekatan dm parforma keternbagaan pfoyek SACOP menunjukkan pengamh y m g b s s r pada bntuk dan tips partisipasi yang mum1 di rnasyarakat Karnpung but,
Salain dipenganrhi olah faktw cara pendekatan dan performa kdernbagaan
proyek SACDP, partisipasi masyarakat
juga dipangamhi keadaan sosial
e k a m i , sikap, persepsi dan kosmopotitan individu.
Dari
hasil
Analisis
Kornponen Utama dikatahui bahwa kantribusi satiap vaFiatwl pada partisipasi masyarakat rnsnunjukiran bahwa ragam pada sumbu pertama hingga katiga
mrsncapai 66 % artinya bahwa data hasiI analisis dapat diterangkan hingga
sumk katiga set>esar 66 %. Kompom utama paFtama hingga ketiga seam befwutan W i k i akar ciri 3.2742, 2.1464, dan 1.8329 yaw menjetaskan
masing-masing 29,8%, 19.5% dan 16.7%.
Bafdasar hasit analjs PCA diketahu brthwa faMor-far di tuar SACDP p n g Wqmgaruh M a d a p parhsipasi secara krklmt-kmrt adelah: Siap, persepsi,
kekosmpolitan dan pekejaan. Hat ini terliki dad faktor-faktor yang rnerniliki
kedskatan W n g a n t e h d a p paFtisipasi atau rnemiliki sudut paling cfekat {List lampiran 2.5). Ada satu faMor yang rnerniliki kotelasi narnun kecil. Sedengkan
fakfw Iainnya djduga tidak mmpunyaj hubungan tehadap W a f partisipasi.
Dad Lampiran 2.6 Mihat Wwa indiwdu cendenmg M d a dr tengah dan Mak ada pengelornpokkan yang mencolok, ini menunjukkan bahwa individu responden
cendenmg memiliki karakteristik yang sama, baik &lam kmkteFisti
tncfiviclu,
tingkat partisipasi rnaupun desa tokasi tinggat Panduduk yang manjadi paserta
program konsewasi dan panploaan SA memiliki icarakteristik yang relati homogan baik diM& dad karakter individu maupun partisipasinya.
Narnun bila ticermati lebih lanjut terlihat adsnnya ksoendarungan menplompok pada wmbu utama psrtgma negatif yang dwWi mvidu 9,32, 38 dan 39. tndividu tersebut mmifiki kamkteristik sebagal pnduduk
pendatang
dimana ha1 inl menentukan waktdlama tinggal di clesa yang mlatif bJum fama di brnpwrg La& dsn hpfubsi ssbagai Petaxti. E m l ha1 fni tidak rnmpengafithi
parfisipesinyri &lam program, Juga teltihat &any& pmge1ornpoMan indlvidu 4 dan 6, dimana kedw M v i c t u tersetwt rnemiliki kwakter umut y
q frampk sama
yaitu termasuk pewrta patmg tm. Faktor persepsi akan mernpengaruhi partisipasi karena difunjang oieh
pemahaman masy-at
Karnpung Laut
keadem k w a w y a g wsek
dan ancaman yang dirasakan sudah cukup bagus, dimana seluruh responden (100%) memakan dan memprihatinkankonclisl SA yaitu perairan menyempit clan
dangkal
serta
hutan
mangrove
diitanganUdiiretw;iL>iIibsi. Darni)cian juga
rusak
sehingga
falrtor sikap,
pwlu
Wwuh
segera
responden
rnemandang pdunya sagera ditakukan mhabilitasi mangrove karena mereka
sudah mernalrami dan rnerasakan manfaat bahwa ekusistem mangrove wbagai spawning ground dan nomery gmund bagi biota hut. Pandangan ini
mernpengaruhi sc3cara kuat pctrsepsi yang kernudian bedanjut menjadi siksp dari
maqarakat Kampung Laut. Sedangkan faktor kasrnopolitan respanden mendukung partisipasi karena faktw ini dicirikan oteh individu yang memiliki mobilitas infomatif yang tinggi,
sehingga rnereka termasuk individu yang terbuka mudah rnenerima tnformasi dari
luar dan mudah temrik atau mengikuti peritaku orang lain. Dalam kaitannya dengan program SACDP masyarakacat Kampung Laut yang memiliki tingkat )cosmopolitan cukup tinggi akan rnenerima program, mau melaksanakannya, dan mau rnengikuti den rnemrirna infomssi atalipun petunjuk yang dibedkan.
Sedangkan fakiar peksrjaan bsrkaitan dengan mats pncaharian responden yang sebagian besar bermata pencaharian utarna sebagai nelayan
(77.5 %), di mana nslayan mamiliki pemahaman l&ih tinggi, parsepsi lebih balk
&in a m m a n yang dirasakan lebh nyata daripada profesi tainnya. Dari kenyataan tefsebut, seianjutnya akan msmpenganthi sikap dan peribkunya untuk ikut tetiibat dalam program tconsenrasi dan pangablaern Sagera Anakan,
6.6 Arsthan Strateg1 Pengeloliaorn Kawasan Segara Anakan Msiihat performa kelembagaan pmyek SACDP yang dilaksanakan ban hasil
analisis SWOT pada Lampiran 7 dinpat ditentukan prioritas stratagi pangddaan sumkrdayaya alem SA dimasa mendatang, entara lain:
7,
Merrglmplemantasikan Pengefolaan Terpadu BertMJs Masyamhat. Pendekatan ini mernlliki tiga dirnensi yaitu pangeiolaan krbasis
sumbrdaya, pangeloraan yang malibatkan masyarakat dan pengelohan
dilskuken s m m tefpsdu. Dari katiga karnpansn tersebut dapat diserikan pengertiannya yaiki: suatu stmtegi
pengeldam wilayah pesisir yang
Wpusztt
pada rnasyarakat dan dihkukan secara terpadu dengan mmpethatikan aspek
skanami d m skdogi sumbrdaya, dimana dalam peMsanaannya hrjadi pembagian tanggung-jawab yang seirnbang antam pmxintalr dart pwggwra
sumberdaya {masyarakat) dengan tujuan
untuk
menctayagunakan dan
melestarikao swnberdaya yang ada. Oalarn konteks pengeldm SA, strate@ hi
hams berdasar pada prinsip-prinsip aniara lain : a.
Pengelalaan Segara Anakan hams dilakukan s e m terpadu dengan malibakan sehrufr stakefiotclers yang berkepentian dengan )rawasan, yaitu pemorintah, swasta, pergunran tinggi dan rnasyarakat lokal. Karena di SA sudah ada badan pengeloia, secara operasbnal dikWinasiRan obh badan pngeiota tersebut.
b.
Pangeto!aan haws bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan msymkat
c.
Psngelolaan hams berakar dad masyarakat loitat
d.
Meningkatkan m a ketsrgantur~gandan kepemikan myarakat aterhadap sumhrdaya yang ada dl seketitingnya
e.
Pengeklaan haws
meninghatkan katdibatan masyarakat, karena
masyarakat inilah yaw &an
mendapat martfat Eitaupun damp& dad
pangdolaan. Swam yang hendak rnemanfaatkan kawasan juga hams kbih
mengutmakan kepentiwn masyarakat lakal, f.
Pemerintatr brkewajiban a u k menyiapkarr rnasyara)cat agar memiliki kemampuan rnengebla sumbwdaya
p f q m m u a t a n keknbqam &Ed,
alam
dapai
di sakiiamya dengan
termamk pertguaten &W
masyamkat daman mrnberi allernatif usaha yang tidak mengancam s~mb~rda~8.
g.
PoIa pengddean herus rnemperhatikan s a t , jmis dan ktngsi sumberdaya yang &a, sahingga pmgebhan yang diiakukan dapat mengoptiMkan
fungsi &dogis dan akonomis sumberdaya. Kmci rfarj pengeIolaan Segara Analrsvl &&asis masyarakat dj Kampung tsul addah adanya hak-trak pengdolsan (Common pmpejr right) semamm hak uiapVhak adat yanq dibsrikan kapacja masyaraM lokal. Hak tersebut menjadi
sangat p e n t i kafana s&ma negara, sehinggsa
ini swnberdaya yang arfa menrpakan d i k
masyarakat merasa bahwa yang krtanggung-jawab
mengelda adairah nepra. Untuk itu1af-1masyarakd h a s diberi ruaxlg parfisipasi sabagai bent& m n a n g Wuit mengeiola k a w m disekitar masyarakat tersebut hidup. Hak-hak pengelolaan tersebut hams dilembagakan dan d i b r i k n
kepada unsur masyarakat lokal balk kepada kmbaga desa ataupun kelompok
masysrakat fokal yang dipercaya, tenriama rnasyaraicat yang menggantungkan hidupnya kepada surnberdaya alam.
2.
Menguptsmalkan pmanfsratan smberdaya tawasan Y W U P ~ ~daya dukung lirigkungannyr dan mengawkan lolrasi perikanan tangkap ke perairan samudera. Saat hi psmanfaatan psrikam t~ingkapdi
&una SA tens me-
penunman ( baik penunrnan jurntah, jenis dan ukumn ikan) sehingga nehyan rii Segara Anakan akan menangkap ikan Balam ukuran rnwsih kedl yang sem8Sfinya -an
uxttuk berkmbmg f M h daWu, mengingat fungsi utma
laguna SA adakh sebagai daemh pernijahan clan pengasuhan perikanan yang rrwjadi twnpuan Wayan di -tan
Jawa, Untuk ha! tewbut msira funpsi
konservasi kawasan hams kembal ditegahkan dengan wra sambit memberi kesempatan
biota laut untuk rnamulhkan kaerdaaan sasuai kondisi ideal
(sesuai fungsi spawrting
and dan nusery grouf?d)maka seem pertahan dan
hati-hati rnengahhkan keglatan nelayan lagma untuk beroperasi di sarnudera (rnenjadi n&ym samudem). Altematif hi sekaligw akan mmgursngi takanan
t d a d o p surnbedaya perairan dan hufan mangrove. Proses ini rnarnbutuhkan Penyiapan yang matang, k m a kWasaan m s y m k a t yang sudah dmikiar~ mengakar, serta faMar keterbatasan modal dan ieknolagi akan menyebabkan
fwjadhya gejolak soshl ekonomj.
Pengembangan ekonomi di k m s a n SA yang dipandang mas& memiliki pmspek adalah pengembangan budidaya h w p a budidaya tambak, narnun hrena wntannya Sqara Anakan maka pengusahaan tmkk di kawasan ini hams didasarkan pada daya dukung tingkungan dan dikontrat sacaw ketat.
Beberapa tahw ke blalrang pemah berkembang fiudidaya fambak, c i a kini tattamya tdengkdai. Altsmatif yang paling baifc adalah mmgusahakan kmWi
tambak yang terbengkalai tersebut sehingga tidak pedu membuka lahan bani. Agematif ini menrpakan sslahsatu &ternatif usaha agar
masyarakat mengu~angi
aktidfrtas yang rnsngancam kabaradaan sumberdaya perairan.
3.
Mempwhilrl dan Menlngbthn Klmrfa Kelembagazm PengeWaan Kawasran Swam A n a M Badan Pengelola Kawasan Segara Anakan (BPKSA)rnempakan tarnbaga
pengebla pen-
p r o y e SACDP, tetapi mengingat )ciner)a kdmbagaan pray&
SACDP p n g krrrang memuaskan maka p s n & W n dan cam kerja badan
pangeloia hams berbeda dsngan proyek SACDP. FakAor-fektw y a w mmdukung pedwlya q?toptimerIisasi psnhgkatsn kirlepja
BPKSA antar lain : (I) BPKSA memilhi kewenangan yang besar untuk mnentukan arah pmgetahan SA sahhgga mass &pan Wasan Segara Anakan Efan masyarakat Karnptrtrg Laut terktak pa& ktnsrja BPKSA, (2)BPKSA bukan lagi agen b e b g a i kwntingan (sebagaimana fratnya PMO SACDP)
rsehingga Msa M h hdepmkn dalarn mmgaW kqutustm, (3) WKSA
mengemban 'tugas yang berat yaikr misi ekolo~lsdan ekonomi yang haws bisa Wankan secara beriring, kammya 8PKSA ham bisa meningkakan
klneflanya secara febih pmfesioanl, (4) Sifat swackrns yang dimban BPKSA,
maka BPKSA dituntut
untuk M a ~ i r n a l k a nk i y a agar dapat
membenkan kontnbusi bagi daerah. Untuk bisa tempainya kin&ja psngslaism
BPKSA yang efeistif maka
BPKSA h a m menyarswp rnasukan dari M a g a i staWotder dm Werjasrna
dengan seluruh pihak temasuk seMor swflsta untuk mengogtirnalkan pengeblaan. N m u n #bapimna strategi point 1, masyafakprt M& haws diternpatkan pada porsi utarna datam prioritas pengembangan.
4.
Meningkaan pemMnstan dan k&erWhb ma%yotrakat drtlam araXiztp
tahapan pengelolaan kwman SA swam ptttsfpatff. Strategi ini diiakukan dengan suatu prernis bahwa sistsm pengaiolaan dan
dilaiiukan pihak bar. Datam stwtegi ini dsyaratkan adanya upaya pengakuan
terhadap hak dan &stern nilai masyarakat lokal agar dapat dikri tempat yang
psnguatan kapasitas masyamkat dalarn hat monitoring dan contdiing lingkungan s&a myediakan f W a s pwunjang d m ststem hubmgan (koortfiwi) yang
5,
Penlngkahn dan pengembangan p a h s i pMwlaata akrm SA a n a s k h r y a dmgan & l W m sw88ta dm masyarzrkat Mat. Meskipun di Segara AnaRn dan seMfamya fsrdapat obyekabyek
dirnanfaatkan, narnun pernanfaatan serta pengembangannya stagnan dan bslum
bisa rnembeti manfaat, yang signMbcsn bag pernerintah dan masyaraltat. Untuk
teMh mnhgkatkan d m na-
pariwisata alam inl maka pota yang
dapat dikambangbn actatah: a.
Mengemas paket kunjungan wisata aIam denflan rnmggabungican behapa Wek wisata rnanja satu pkk. Alternative yang dapat jadikan paket adalah obyek-obyek yang brdekatan diantaranya adalah : wisata hutan mangrwe, wlsafa di perairan Wna, &yek gua # NWamt>angan,
obyek panfai pasir putih r f i pantai setatan Nusakambangan. b.
Mengemas picst wisata ilmiah dengan obyek rnempelajarj ekosistem hutran mangrove d m ekosisiem hutan damtan Wsu Nusakambangm.
c.
Perlunya kerjasama dangafi pihak swasta untuk mengelala kegiatan.
d.
Pelibatan masyarakat M a l dalm keghtan wisata misalnya s e w bmga
panunjang wisata.