Jurnal Penelitian Psikologi 2013, Vol. 04, No. 02, 154-165
MOTIVASI ENTREPRENEUR PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL Fidia Astuti, Rizma Fithri Program Studi Psikologi Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya.
Abstrak: Penelitian ini untuk mengetahui motivasi entrepreneur pada PNS golongan III di IAIN Sunan Ampel Surabaya. Hipotesis pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran motivasi entrepreneur pada PNS Motivasi Entrepreneur adalah keinginan untuk mencapai keberhasilan untuk mengembangkan kreatifitas, melakukan inovasi, berani mengambil resiko dan berkerja keras untuk memanfaatkan sebuah peluang yang dihadapi setiap hari. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Hanya terdiri dari satu Vareabel yaitu motivasi entrepreneur. Subyek penelitian berjumlah 98 responden yang dipilih dengan menggunakan teknik quota sampling, karena ciri populasi dalam penelitian ini adalah berdasarkan jumlah masing – masiang kantor pasca sarjana, rektorat dan Fakultas berbeda – beda selain itu berdasarkan pada usia, pendidikan, masa kerja, jenis kelamin, dan kepangkatan(golongan). Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan metode angket berupa skala likert. Analisa data penelitian ini menggunakan teknik Deskiptive Kuantitatif dengan Frequensi. Berdasarkan analisa data diperoleh hasil sebagai berikut : Motivasi entrepreneur pada PNS Golongan III di IAIN Sunan Ampel Surabaya, dari 98 responden tertinggi pada kategori Tinggi yang ditunjukkan dengan nilai sebesar 71,5% dengan frekuensi 71 pegawai, kategori tidak menerima sebesar 0 %, kategori cukup tinggi 28,5% dengan frequensi 28 pegawai. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat dan masukan bagi subjek yang diteliti, lembaga pegawai (PNS Golongan III), dan penelitsi selanjutnya. Keywords: Motivasi, Entrepreneur, PNS golongan III.
Manusia hidup dalam sebuah lingkup sosial yang mengharuskannya mengikuti mekanisme hidup yang ada dalam lingkup sosial tersebut. Salah satunya adalah jika ingin memenuhi kebutuhan hidupnya maka seseorang harus berusaha mencari nafkah dengan bekerja. Kerja merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia. Seseorang bekerja karena ada sesuatu yang hendak dicapainya, dan orang berharap bahwa aktivitas kerja yang dilakukannya akan membawanya kepada suatu keadaan yang lebih memuaskan daripada keadaan sebelumnya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa pada diri manusia terdapat kebutuhan-kebutuhan yang pada saatnya akan membentuk tujuantujuan yang hendak dicapai dan dipenuhinya. Demi mencapai tujuan-tujuan itu, orang terdorong melakukan suatu aktivitas yang disebut kerja. (Anoraga, 1998, h. 11)
154
Motivasi Entrepreneur pada Pegawai Negeri Sipil
155
Ada berbagai macam bidang pekerjaan yang bisa dipilih oleh seseorang, antara lain pegawai negeri, pegawai swasta, dan entrepreneur (wirausaha). Seseorang di dalam memilih bidang pekerjaan yang diminatinya akan dilandasi oleh alasan - alasan tertentu. Di dalam memilih pekerjaan, apakah di kantorkantor pemerintahan atau di perusahaan, ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan. Menurut Anoraga (1998, h. 1), di Indonesia pada umumnya sering terjadi di dalam memilih pekerjaan ada faktor penting yang kurang diperhatikan. Hal ini disebabkan karena bisa saja seseorang memilih pekerjaan tanpa memikirkan pengaruh beberapa faktor terhadap kepuasan kerja. Mungkin saja seseorang terpaksa mengabaikan karena faktor situasi yang memaksa, misalnya karena sukar mencari pekerjaan sehingga orang terpaksa menerima pekerjaan dengan kondisi apapun. Perbuatan seseorang akan dilandasi oleh motif, begitu pula dengan motif untuk bekerja. Handoko (2002, h. 9) merangkum pengertian motif dari para ahli sebagai suatu alasan atau dorongan yang menyebabkan seseorang berbuat/melakukan sesuatu. Satu hal yang erat kaitannya dengan motif adalah motivasi. Menurut Irwanto, dkk (1997, h. 193) motivasi sering disebut sebagai penggerak perilaku. Salah satu pekerjaan yang banyak diminati oleh orang Indonesia adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS). Pegawai negeri adalah pekerja di sektor publik yang bekerja untuk pemerintah suatu negara. Pekerja di badan publik nondepartemen kadang juga dikategorikan sebagai pegawai negeri (2006, h. 1). Pada tahun 2006, tercatat lebih dari tiga juta orang yang bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS) atau 1,9 % dari keseluruhan jumlah penduduk Indonesia. Jumlah PNS di Indonesia ini memang secara kuantitatif masih kecil jika dibandingkan dengan negara-negara lain yang memiliki rasio PNS sebesar 20 – 30 % dari seluruh populasi. Menurut Feisal Tamin, mantan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara, meskipun rasio di Indonesia cukup kecil, namun pekerjaan ini mempunyai peminat yang cukup banyak. (Tamin, 2002, h. 5) Bagi sebagian besar penduduk Indonesia, menjadi PNS adalah sebuah dambaan, meskipun bagi sebagian lainnya merupakan keengganan. PNS dikatakan menjadi dambaan karena setiap tahunnya selalu ada antrean pengambil formulir CPNS yang semakin banyak (Wahono, 2006, h. 4). Fenomena yang saat ini muncul adalah kondisi sosial kita yang sekarang ini, di mana mencari kerja bisa dibilang lumayan sulit. Menurut mereka pekerjaan selain PNS tidak memberikan jaminan, apalagi dengan banyaknya kerja kontrak saat ini orang dapat dengan mudah diberhentikan jika kontraknya telah habis (Andry. Artikel Wirausaha atau PNS, 2011). Namun, sepertinya hal ini tidak sepenuhnya berlaku untuk beberapa kelompok penduduk. Ada juga beberapa dari penduduk Indonesia memilih berwirausaha. Menurut Thomas W. Zimmerer (1996) “Entrepreneur is the applaying creativity and innovation to
156
Fidia Astuti, Rizma Fithri
solve the problems and to exploit opportunities thah people face everyday ”. Kewirausahaan adalah penerapan kreatifitas dan inofasi untuk memecahkan masalah dan upaya untuk memanfaatkan peluang yang dihadapi setiap hari. Adapun manfaat bagi orang – orang yang berwirausaha bagi orang lain, adalah menambah daya tampung tenaga kerja, sehingga dapat mengurangi pengangguran. Sebagai generator pembangunan lingkungan dibidang produksi, distribusi, pemeliharaan lingkungan, kesejahteraan dan sebagainya. Berusaha memberi bantuan kepada orang lain dan pembangunan sosial sesuai dengan kemampuannya. Berusaha mendidik karyawannya menjadi orang mandiri, disiplin, jujur, tekun dalam menghadapi pekerjaan. Memberi contoh kepada orang lain, bagaimana kita harus bekerja keras. Hidup secara efisien, tidak berfoya-foya dan tidak boros.(Artikel, reading-all.blogspot.com) Entrepreneur juga memiliki faktor – foktor pemicu entrepreneur David C. McClelland (1961:207) mengemukakan bahwa entrepreneur ditentukan oleh motif berprestasi, optimisme, sikap – sikap nilai, dan status kewirausahaan atau keberhasilan. Yaitu orang - orang yang mengetahui bagaimana menentukan keputusan dalam pekerjaan dan bangga terhadap prestasinya. Dengan kata lain, seseorang wirausahawan atau entrepreneur harus memiliki dorongan yang kuat untuk mencapai keberhasilan (bygrave, 1994:2). Zimmerer (1996: 14 15) mengemukakan faktor – faktor yang menyebabkan berhasil dan gagalnya usaha. Faktor keberhasilan Yaitu kemampuan dan kemauan, tekad yang kuat dan kerja keras, kesempatan dan peluang, sedangkan faktor kegagalannya meliputi kelemahan, peluang, kemampuan dan pengalaman. Motivasi dalam teori Herzberg sering disebut dengan motivator, yaitu faktor faktor yang dapat mendorong orang untuk dapat memenuhi kebutuhan tingkat atasnya dan merupakan penyebab orang menjadi puas atas pekerjaannya. Herzberg menganalisis motivasi manusia dalam organisasi dan memperkenalkan teori motivasi dua faktor ( Curtis et al., 1996; Pace & Fuales, 1998; Kossen, 1983; Pereek, 1996), teori ini membicarakan dua golongan utama kebutuhan menutup kekurangan dan kebutuhan perkembangan(Pereek. 1996). Dengan menggunakan teknik insiden kritis, dalam permulaan penelitian yang membawa pada perumusan teori ini, data dikumpulkan melalui wawancara intensif dengan kurang lebih 200 Insiyur dan akuntan disembilan perusahaan industri (Herzberg, Mausner & Snyderman, 1959). Herzberg mengumpulkan data tentang kepuasan dan ketidakpuasan orang dalam pekerjaan mereka. Analisis, katanya menimbulkan dua kumpulan faktor (Face & Paules, 1998: 122 – 124), atau dua perangkat kegiatan yang memuaskan kebutuhan manusia yaitu: a)Kebutuhan yang berkaintan dengan kepuasan kerja, b) Kebutuhan yang berkaintan dengan ketidak kepuasan kerja Faktor – faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja disebut motivator (intrinsik). Ini meliputi prestasi kerja, penghargaan, tanggung jawab, promosi,
Motivasi Entrepreneur pada Pegawai Negeri Sipil
157
dan potensi bagi pertumbuhan pribadi. Bia faktor – faktor itu ditanggapi secara positif, pegawai cenderung merasa puas dan termotivasi. Namun bila faktor – faktor tersebut tidak ada ditempat kerja, pegawai akan kurang termotivasi, namun tidak berarti tidak puas dengan pekerjaan mereka. Faktor – faktor yang berkaitan dengan ketidakpuasan disebut faktor pemeliharaan (maintenance) atau kesehatan (hygiene), dan meliputi gaji, pengawasan, keamanan kerja, kondisi kerja, administrasi, kebijakan organisasi, dan hubungan atar pribadi dengan rekan kerja, atasan, dan bawahan ditempat kerja. Faktor – faktor ini berkaitan dengan lingkungan atau konteks pekerjaan alih – alih dengan pekerjaan itu sendiri. Jika faktor ini di nilai positif , pegawai tidak memahami kepuasan atau tampak termotivasi, namun, bila faktor – faktor tersebut tidak ada, pegawai akan merasa tidak puas. Menurut Marwansyah dan Mukaram (2000:157), Faktor hygiene tidak berhubungan langsung dengan kepuasan kerja, tetapi faktor hygiene berhubungan langsung dengan timbulnya ketidakpuasan kerja (dissatiesfier). Oleh karena itu, faktor-faktor hygiene tidak dapat digunakan sebagai alat motivasi, tetapi merupakan alat untuk menciptakan kondisi yang mencegah timbulnya ketidakpuasan. Sedangkan faktor motivator adalah faktor-faktor yang terutama berhubungan langsung dengan isi pekerjaan (job content) atau faktor-faktor intrinsik. Motivator akan mendorong terciptanya kepuasan kerja, tetapi tidak terkait langsung dengan ketidakpuasan. Sedangkan faktor hygiene adalah rangkaian kondisi yang berhubungan dengan lingkungan tempat pegawai yang bersangkutan melaksanakan pekerjaannya (job context) atau faktor-faktor ekstrinsik. Teori dua faktor Herzberg mengasumsikan bahwa hanya beberapa ciri pekerjaan dan karakteristik dapat menghasilkan motivasi. Beberapa karakteristik yang menjadi fokus manajer akan bisa menghasilkan kondisi kerja yang nyaman, tetapi tidak memotivasi karyawan. Motivasi ini diukur dengan cara mewancarai karyawan untuk menguraikan kejadian pekerjaan yang kritis. Telah dikemukakan oleh Herzberg sebuah model motivasi yang mempertajam pengertian kita mengenai efektivitas dari motivasi dalam situasi kerja. Menurut Herzberg, sistem kebutuhan – kebutuhan orang yang mendasari motivasinya (Pandji Anoraga.2006: 35), dapat dibagi menjadi dua golongan: a) Motivators Factors (intrinsik) yaitu , Pekerjaannya sendiri, Achievement, Kemungkinan untuk berkembang, Tanggung jawab, Kemajuan dalam jabatan, Pengakuan. b) Hygiene Factors (Ekstrinsik), yaitu Status kerja, Hubungan antar manusia, Supervisi, Peraturan – peraturan perusahaan dan administrasi, Jaminan dalam pekerjaan, Kondisi kerja, Gajidan Kehidupan pribadi Kebutuhan – kebutuhan ini berhubungan dengan sifat hakiki manusia yang menginginkan terciptanya hasil (Achievement), dan dengan berhasilnya pencapaian suatu hasil, mengalami perkembangan kepribadianya.
158
Fidia Astuti, Rizma Fithri
Rangsangan ini yang akan menimbulkan kebutuhan akan perkembangan dan pemuasannya diperoleh dari tugas – tugas dalam pekerjaan seseorang, jadi dari isi pekerjaannya. Sedangkan rangsangan yang timbul dari kebutuhan – kebutuhan faali seseorang akan mendapatkan kepuasan dari lingkungan kerjanya. Metode Penelitian Jenis pendekatan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif adapun analisis statistik yang digunakan adalah statistik diskiptif yang berfungsi untuk mendiskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti memalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang dilakukan untuk umum. Adapun tujuan utama dari statistik deskriptif adalah mengambarkan data, baik dengan tabel, grafik, maupun ringkasan data. Sedangkan jenis penelitian ini adalah penelitian survei, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Peneliti menggunakan 1 variabel yaitu motivasi Enterepreneur. Adapun definisi Operasional dari Motivasi Entrepreneur adalah keinginan untuk mencapai keberhasilan dengan mengembangkan kreatifitas, berinovasi, berani mengambil resiko dan berkerja keras untuk memanfaatkan sebuah peluang yang dihadapi setiap hari. Dalam penelitian ini subyek yang digunakan adalah PNS golongan III di IAIN Sunan Ampel Surabaya. Dengan demikian maka penelitian ini menggunakan sampel Quota Sampling, dikatakan Quota Sampling karena teknik ini menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri – ciri tertentu sampai jumlah(kuota) yang di inginkan. Jadi peneliti telah menentukan jumlah sampel yang akan di teliti karena jumlah populasi pada masing masing Kantor/ Fakultas berbeda. Selain itu ada juga datademografi yang akan dijadikan pendukung dalam penelitian ini yaitu jenis kelamin, jenis pekerjaan, kepangkatan, pendidikan, masa kerja dan usia. Proses pengambilan subyek diawali dengan penyebaran instrumen penelitian secara sukarela kepada PNS Golongan III yang sudah ditentukan oleh peneliti pada masing – masing Kantor/ Fakultas. Adapun cara pengambilan sampel dari populasi menggunakan Rumus Slovin (Umar, 2004, p.108), Maka penggunaan rumus diatas mendapatkan sampel sebesar: Table III. 1. Penagmbilan Sampel Kantor/fakultas Populasi Sampel (Berdasarkan rumus diatas) Rektorat 93 48 Adab 10 9
Motivasi Entrepreneur pada Pegawai Negeri Sipil
Tarbiyah Dakwah Ushuludin Syariah Pasca sarjana JUMLAH
10 10 9 12 5 149
159
9 9 8 10 4 98
Skala sikap yang dapat digunakan untuk penelitian ini adalah skala Likert karena skala ini digunakan untuk mengukur sikap, pendapatan persepsi seseorang atau kelompok orang tentang fenomena social (Sugiyono, 2011, 93). Skala ini Memberikan peluang kepada responden untuk mengekspresikan perasaan mereka dalam bentuk persetujuan terhadap suatu pernyataan (Simamora, 2004) Terdapat dua jenis pernyataan dalam skala ini yaitu pernyataan favourable dan unfavourable. Data yang terkumpul akan dilakukan analisis, Analisis data pada penelitian ini adalah menggunakan teknik deskriptif kuantitatif dengan frequensi. Alasan pemilihan teknik ini karena dalam penelitian ini, peneliti bertujuan hanya menggambarkan data, baik dalam bentuk, tabel, grafik maupun ringkasan data. Hal ini sesuai dengan definisi statistik menurut Sugiyono (2009) yaitu ststistik yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya (Anwar, 2009:47). Menggunakan bantuan program komputer SPSS (statistical product and service solution) 18.0 for windows. Hasil Penelitian Dilihat dari indikator – indikator dalam penelitian ini, maka secara keseluruhan tingkat motivasi Entrepreneur dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2 : Uji Frekuesi Keseluruhan Indikator Keseluruhan Frequency Percent Valid 37.00 1 1.0% 43.00 1 1.0% 44.00 5 5.1% 46.00 4 4.1% 48.00 2 2.0% 49.00 8 8.2% 50.00 1 1.0% 51.00 6 6.1% 52.00 7 7.1%
Fidia Astuti, Rizma Fithri
160
53.00 54.00 55.00 56.00 57.00 58.00 59.00 60.00 61.00 62.00 63.00 64.00 65.00 67.00 Total
8 9 1 16 3 6 6 3 1 1 3 4 1 1 98
8.2% 9.2% 1.0% 16.3% 3.1% 6.1% 6.1% 3.1% 1.0% 1.0% 3.1% 4.1% 1.0% 1.0% 100%
Hasil dari deskriptive frekuensi menunjukkan bahwa secara keseluruhan, yaitu dengan indikator, untuk mengembangkan kreatifitas, melakukan inovasi, berkerja keras untuk mencapai hasil, dan adanya keberanian untuk mengambil resiko. Menunjukkan hasil pada kategori tidak tinggi sebesar 0 %, pada kategori kurang tinggi sebesar 0%, untuk kategori cukup tinggi 28,5% dengan frequensi 28 pegawai, dan untuk kategori tinggi 71,5% dengan frequensi 70 pegawai. Jadi motivasi entrepreneur pada PNS gol III secara keseluruhan , berada pada kategori tinggi karena mayoritas pegawai yaitu sebesar 71,5% dengan frequensi 71 pegawai berada pada kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa motivasi entrepreneur PNS Golongan III itu adalah tinggi. Adapun berdasarkan data demografi motivasi entrepreneur pada PNS golonagan III yang paling tinggi mempengaruhi adalah berdasarkan golongan dan jenis kelamin seperti tabel berikut: Tabel 3. Motivasi entrepreneur berdasarkan golongan Crosstab Motivasi < 42 (tidak tinggi) golo III/a Count ngan Expected Count
43 > 52 (kurang tinggi)
> 67 (Tinggi)
53 > 62 ( cukup tinggi)
Total
1
0
21
0
22
,2
2,0
7,6
12,1
22,0
161
Motivasi Entrepreneur pada Pegawai Negeri Sipil
% within golongan
4,5%
,0%
95,5%
,0%
100,0%
% within motivasi
100,0%
,0%
61,8%
,0%
22,4%
1,0%
,0%
21,4%
,0%
22,4%
0
0
13
14
27
,3
2,5
9,4
14,9
27,0
% within golongan
,0%
,0%
48,1%
51,9%
100,0%
% within motivasi
,0%
,0%
38,2%
25,9%
27,6%
% of Total
,0%
,0%
13,3%
14,3%
27,6%
Count
0
0
0
15
15
Expected Count
,2
1,4
5,2
8,3
15,0
% within golongan
,0%
,0%
,0%
100,0%
100,0%
% within motivasi
,0%
,0%
,0%
27,8%
15,3%
% of Total
,0%
,0%
,0%
15,3%
0
9
0
15,3% 25
,3
3,1
11,8
18,7
34,0
% within golongan
,0%
26,5%
,0%
73,5%
100,0%
% within motivasi
,0%
100,0%
,0%
46,3%
34,7%
% of Total Count
,0% 1
9,2% 9
,0% 34
25,5% 54
34,7% 98
1,0
9,0
34,0
54,0
98,0
% within golongan
1,0%
9,2%
34,7%
55,1%
100,0%
% within motivasi
100,0%
100,0%
100,0%
100,0%
100,0%
1,0%
9,2%
34,7%
55,1%
100,0%
% of Total III/b Count Expected Count
III/c
III/d Count Expected Count
Total
Expected Count
% of Total
Bahwa responden yang memiliki motivasi tinggi sebanyak 9,2% berpangkat golongan III/d sejumlah 9 Pegawai. Dalam penelitian ini golongan III/d yang mendapat pesentase banyak kalau di lihat dari gaji yang di dapatkan setiap bulan maka kepangkatan mempengaruhi motivasi entrepreneur.
34
Fidia Astuti, Rizma Fithri
162
Tabel 4. Motivasi entrepreneur berdasarkan jenis kelamin Crosstab Motivasi
Count
1
0
43 > 52 (kurang tinggi) 34
Expected Count
,5
4,9
1,9%
< 42 (tidak tinggi) Jenis kelamin
L
53
18,4
29,2
53,0
,0%
64,2%
34,0%
100,0%
100,0%
,0%
100,0%
33,3%
54,1%
1,0%
,0%
34,7%
18,4%
54,1%
Count
0
9
0
36
45
Expected Count
,5
4,1
15,6
24,8
45,0
% within jeniskelamin
,0%
20,0%
,0%
80,0%
100,0%
% within motivasi
,0%
100,0%
,0%
66,7%
45,9%
% of Total Count
,0% 1
9,2% 9
,0% 34
36,7% 54
45,9% 98
Expected Count
1,0
9,0
34,0
54,0
98,0
1,0%
9,2%
34,7%
55,1%
100,0%
100,0%
100,0%
100,0%
100,0%
100,0%
1,0%
9,2%
34,7%
55,1%
100,0%
% within motivasi % of Total
Total
Total
18
% within jeniskelamin
P
> 67 (Tinggi)
53 > 62 ( cukup tinggi)
% within jeniskelamin % within motivasi % of Total
Bahwa responden yang memiliki motivasi tinggi sebanyak 9,2%. Dan dalam penelitian ini kategori jenis kelamin perempuan sejumlah 9 pegawai yang memiliki motivasi entrepreneur sebagai responden. Pembahasan Dari hasil penelitian di atas dapat diketahui motivasi entrepreneur pada PNS golongan III di IAIN Sunan Ampel Surabaya secara keseluruhan adalah Tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan hasil perhitungan deskripive frequensi
Motivasi Entrepreneur pada Pegawai Negeri Sipil
163
keseluruhan butir menunjukkan bahwa mayoritas Pegawai kategori tinggi 71,5% dengan frequensi 70 pegawai pada katagori tinggi. Hal ini tentu saja merupakan hasil yang baik. Karena dengan tingginya motivasi entrepreneur pada PNS golongan III dapat mengambarkan bahwa menjadi PNS bukan hal yang istimewa lagi. Berdasarkan data crosstab diatas dapat disimpulkan motivasi entrepreneur pada PNS golonan III, yang tinggi motivasinya dari data demografi adalah mereka PNS yang memiliki kepangkatan/ golongan III/d dengan jumlah 9,2% dan yang berjenis kelamin perempuan dengan jumlah 9,2%. Dari semua uraian dan hasil penelitian diatas menggambarkan motivasi entrepreneur pada PNS golongan III di IAIN Sunan Ampel Surabaya mayoritas Tinggi Sebesar 71,5% dengan frequensi 71. Sehingga diharapkan bahwa menjadi PNS bukanlah idaman lagi. Sesuai dengan teori Menurut Thomas W. Zimmerer (1996) “Entrepreneur is the applaying creativity and innovation to solve the problems and to exploit opportunities thah people face everyday ”. Kewirausahaan adalah penerapan kreatifitas dan inofasi untuk memecahkan masalah dan upaya untuk memanfaatkan peluang yang dihadapi setiap hari. Hal diatas juga sesuai dengan pendapat mengenai motivasi menurut Herzberg sering disebut dengan motivator, yaitu faktor - faktor yang dapat mendorong orang untuk dapat memenuhi kebutuhan tingkat atasnya dan merupakan penyebab orang menjadi puas atas pekerjaannya. Herzberg menganalisis motivasi manusia dalam organisasi dan memperkenalkan teori motivasi dua faktor ( Curtis et al., 1996; Pace & Fuales, 1998; Kossen, 1983; Pereek, 1996), teori ini membicarakan dua golongan utama kebutuhan menutup kekurangan dan kebutuhan perkembangan(Pereek. 1996). Tingginya motivasi entrepreneur pada PNS golongan III di IAIN Sunan Ampel Surabaya pada kategori Tinggi ditunjukkan dengan hasil penelitian secara keseluruhan sebesar 71,5% dan frequensi 71 pegawai. hasil ini menunjukkan bahwa mayoritas pegawai memiliki motivasi entrepreneur tinggi. Dengan adanya motivasi untuk mengembangkan kretifitas, melakukan inovasi, berkerja keras untuk mencapai hasil dan adanya keberanian untuk mengambil resiko. Hal ini diharapkan dapat berpengaruh positif pada PNS dan berwirausaha. Apabila factor – factor usia, pendidikan, kepangkatan, masa kerja, dan jenis kelamin, jenis usah itu di hubungkan dengan indicator – indikator untuk mengembangkan kreatifitas, melakukan inovasi, berkerja keras untuk mencapai hasil dan adanya keberanian untuk mengambil resiko, dari teori motivasinya Herzberg dapat diketahui bahwa Faktor – faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja disebut motivator (intrinsik). Ini meliputi tingkat usia, pendidikan, jenis kelamin, untuk mengembangkan kreatifitas, dan melakukan
164
Fidia Astuti, Rizma Fithri
inovasi. Bila faktor – faktor itu ditanggapi secara positif, pegawai cenderung merasa puas dan termotivasi. Namun bila faktor – faktor tersebut tidak ada ditempat kerja, pegawai akan kurang termotivasi, namun tidak berarti tidak puas dengan pekerjaan mereka. Faktor – faktor yang berkaitan dengan ketidakpuasan disebut faktor pemeliharaan (maintenance) atau kesehatan (hygiene), dan kepangkatan, masa kerja, adanya keberanian untuk mengambil resiko, dan berkerja keras untuk mencapai hasil. Faktor – faktor ini berkaitan dengan lingkungan atau konteks pekerjaan alih – alih dengan pekerjaan itu sendiri. Jika faktor ini di nilai positif , pegawai tidak memahami kepuasan atau tampak termotivasi, namun, bila faktor – faktor tersebut tidak ada, pegawai akan merasa tidak puas. Pada penelitian ini, hipotesis yang diajukan oleh peneliti terbukti, dengan teknik descriptive frequesi. tetapi hanya 71,5% pegawai yang memiliki motivasi entrepreneur. Simpulan dan Saran Penelitian ini menyimpulkan bahwa motivasi entrepreneur pada PNS golongan III di IAIN Sunan Ampel Surabaya tinggi. Yang mana dalam hal ini responden merasa bahwa dengan adanya motivasi untuk mengembangkan kretifitas, melakukan inovasi, berkerja keras untuk mencapai hasil dan adanya keberanian untuk mengambil resiko. Pada kategori Tinggi. Hasil ini menunjukkan bahwa mayoritas pegawai memiliki motivasi entrepreneur tinggi. Hal ini diharapkan dapat berpengaruh positif pada PNS dan berwirausaha. Berdasarkan data crosstab dari data demografi dapat disimpulkan motivasi entrepreneur pada PNS golonan III, yang memiliki motivasi tinggi dari data demografi adalah mereka PNS yang memiliki kepangkatan/ golongan III/d dan yang berjenis kelamin perempuan. Beberapa sran untuk PNS Golongan III adalah Pegawai diharapkan mampu membagi waktunya untuk dinas di kantor dan berentrepreneur. Menyeimbangkan antara tanggung jawab kerja dan juga mengembangkan usahanya atau agak keinginan untuk berwirausaha dapat terealisasikan.
Daftar Pustaka Anastasi, Anne. 1993. Bidang – Bidang Psikologi Terapan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Anoraga, Pandji. 2006. Psikologi Kerja. Jakarta: PT. Rineka Cipta Arikunto, Suharsimi. 1986. Prosedur Penelitian. Jakarta: Bina Aksara
Motivasi Entrepreneur pada Pegawai Negeri Sipil
165
Azwar, Saifuddin. 1999. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar .2008. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Puataka Pelajar Handoko, Marten. 1992. Motivasi Daya Penggerak Tingkah Laku. Yogyakarta: Kanisius Hasan, Iqbal. 2005. Pokok – Pokok Materi Statistik 1 ( Statistik Deskriptif). Jakarta: Bumi Aksara Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologis Perkembangan : Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga. Kistanto, Marestya Devi. 2010. Hubungan Prestasi Praktik Industry dan Prestasi Belajar Kewirausahaan. Jurnal Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang Muhid, A. (2010). “Analisis Statistik SPSS for Windows”. Surabaya. IAIN press Sarwono, Wirawan S. 1982. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: N.V. Bulan Bintang Singarimbun, Masri. Effendi, Sofian. 1989. Metode Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES Sugiyono. 2011. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R & D. Bandung: Penerbit Alfabeta 2003. Statistika Untuk Penelitian.Bandung:CV. Alfabeta Suharsimi A. 1990. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta: FIP IKIP Yogyakarta. Suryabrata, Sumadi. 2002. Metode Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Suryana. 2003. Kewirausahaan: Pedoman Praktis, Kiat Dan Proses Menuju Sukses.Jakarta: Selemba Empat Sobur, Alex.2003. Psikologi Umum. Bandung: CV Pustaka Setia Wijono, Sutarto. 2010. Psikologi Industri dan Organisasi . Jakarta : Kencana Walgito, Bimo, 1990, Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta, ANDI OFFSET Tim Penyusun Program Studi Psikologi Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel. 2011. Buku Pedoman Penulisan Proposal Skripsi, Skripsi Dan Artikel. Surabaya Yuliati, Dewi. 2010. Jurnal Psikologi: Entrepreneurship Motivation On The Chinese Ethnic. Undergraduate Program, Faculty of Psychology Gunadarma University