MORFOLOGI INFLEKSIONAL DALAM BAHASA JAWA Oleh: Sri Handayani
ABSTMK Morfologi infleksional adalah pr,oses morfemis yang diterapkan pada kata sebagai unsur leksikal y*g sqma' Berbeda dengan derivasi
mengubah identitas leksikal seluruh kata, maka pada infleksioan identitqs ksta tidak berubah atau tetap dipertahankan' Jadi semua proses morfemis termasuk ke dalam morfologi infleksional selama identitas leksikalnya dipertahankan. Morfologi inJleksional dalam bahasa Jawa meliputi afiksasi kategori pra-D, -e, -mu, ku, verba I dan verba II yang ditandai dengan tidak terdapatnya kategori pasif di- D, adiektiva. Di samping itu morfologi infleksional
yang
juga terdcpat pada reduPlikasi. Kuta kunci: inlleksional' afiksasi, derivasi, reduplikasi, morfoloCt
20
VoI.9,
A.
No..
19,Nopember 2009
:
20-35
PENDAIIULUAN
Dalam penelitian morfologis, ada
berbagai
kemungkinan untuk menggolong-golongkan konstruksikontsruksi morfemis. Misalnya menurut pengaflksan dan jenis-jenisnya. Namun, yang paling masuk akal adalah penggolonganmenurut morfem dasar yang sama. Sebagai contoh arnatilah konstruksi morfemis yang mungkin dikembangkan dari morfem pradasar '. oiar, seperti mengajar, belajar, pelaiaran dan seterusrrya. Demikian pula
konstruksi dengan bentuk polimo,rfemis sebagai
dasar.
Misalnya dengan pelaiaran sebagai dasar, ada pelaiaranku, p e I aj ar anmu, p e I ajar annYa
Para ahli memakai istilah "paradigma" untuk golongan kontruksi morfemis dengan dasar yang sama. "Anggota-anggota" daftar "paradigma" itu disebut "alternanalternan" dani paradigma. Maklumlah daftar paradigmatis
dapat mencakup banyak sekali konstruksi; coba
saja
mendaftar seluruh paradigma: aiar. Maka dari itu muncullah pertanyaan tentang golongan-golongan bawahan dalam paradigma: ajar itu. Misalnya hubungan antara mengaiar dan diajar agalk erat, tetapi hubungan antara pelajar dan kuaiari sangat jauh. Para ahli berkonsensus bahwa dua golongan bawahan yang terpenting dalam paradigma morfemis adalah golongan yang berdasarkan "fleksi dan derivasi". Golongan infleksional adalah daftar paradigmatis yang terdiri atas bentuk'bentuk dari kata yang sama, sedangkan golongan derivasi adalah daftar yang terdiri dari bentuk-bentuk kata yang tidak sama. Untuk menentukan kata yang tidak sama dianjurkan dua asas penentuan identitas leksikal, yaiu perbedaan l<elas
2l
Morfobgi lrtfleksional Dalam Bahasa Jawa (Sri Handayani)
lrata, dan pe,rbedaan molcna. Menyangktrt yang pertama, misalnya:
sj6r
mengajar
pengajqr
(verba) (nomina).
Perbedaan mengajar dan pengalar jelas, yaitu mengctiar adalalu verta, dan pengaiar adalah nomina, dua kelas kata yang berbeda. Jadi hubungan antara mengaiar dan pengaiar adalaln hubungan "derivasi" atau hubunganr "derivasional"' Menyangkut criteria yang kedua, misalnya:
ajar
pengaior
(nomina) pengajaran ( nomina)'
dan
pengaiaran, sama-sama merupakan nomina, tetapi kata-kata itu rnemiliki identitas leksikal yang berbeda. Hal ini diketahui berdasarkan tes dekomposisi leksikal atau penguraian fitur semantiknya. Nomina p engaj ar berciri semantik bernyawa (animate), manusia (human), berciri semantik tak bernyawa sedangkan pengajaran -bukan (inainate) ryanusia (non human). Karena terjadi perubahan identitas leksikal tersebut, maka contoh di atas termasuk derivasionall. Untuk dapat menjelaskan fenomena bahasa tersebut, berikut ini akan dijelaskan konsep-konsep dan cirri-ciri n:rorf,ologi infleksional dan morfologi
Kata pengajar
derivasional.
22
Vol. 9, No. 19,Nopember 2009 : N-35
Morfologi infle}sional Morfologi infleksional adalah proses morfemis yang diterapkan pada kata sebagai unsur leksikal yang sam4 sedangkan morfologi deriivasional adalah proses morfemis yang mengubah kata sebagai unsur leksikal tertentu menjadi unsur leksikal yang lain. Dengan kata lain rnorfologi infleksional adalah semua perubahan yang paradigrnatis yang dihasilkdn dengan afiksasi, modifikasi iintern ataupun reduplikasi parsial (Verhaar" 1981: 66). Berbeda dengan derivasi yang mengubah identitas leksikal seluruh kata, maka pada infleksioanl identitas kata tidak berubah atau tetap dipertahanhan. Jadi semua proses morfemis selanaa tetap mempertahankan identitas leksikalnya termasuk ke dalam morfologi infl eksional. Lebih lanjut Verhaar menuliskan bahwa fleksi dapat berupa segmental atau non segmental. Bila segmental fleksi berupa afiksasional atau reduplihasi; bila non segmental, fleksi dapat berupa modifikasi vokal, dapat pula berupa suprasegmental. Bauer dalam Edi Subroto (1992), mernyatakan bahwa derivasi adalah proses morfemis yang menghasilkan leksem baru, sedangkan infleksi ialah proses morfemis yang menghasilkan bentuk-bentuk kata yang berbeda dari sebuah leksem yang sama. Atau, rnenurut rumusan Marchand dalam Edi Subroto (1992), morfem afiks infleksional membentuk kata-kata yang berbeda dari sebuah kata (baca: leksem) yang sam4 tidak membentuk sebuah satuan leksikal baru. Dengan demikian, afiks infleksional tidak relevan bagi pembentukan kata. Matthews dlalam Edi Subroto (1992), merumuskan pembentukan infleksional menghasilkan bentuk-bentuk kata
yang berbeda dalam sebuah paradigma,
sedangkan
pembentukan derivasional menghasilkan kata yang termasuk L3
Modologi Infleksional Dahm Bahasa Jawa (Sri Handayani)
paradigma yang berbeda. Hal itu dapat dicontohkan sebagai
berikut
:
(r) (He) (They) (I have)
(Hei$
work works worked I worked 2 working WORK
Bentuk-bentuk work, worked, working adalah bentukbentuk yang berbeda dari leksem yang sama, yaitu WORK (leksem dilambangkan/ dituliskan dengan huruf besar). Morfologi yang berkaitan dengan bentuk-bentuk kata tersebut termasuk infleksional. Dari leksem WORK dapat dibentuk leksem baru WORKER yang termasuk nomina. Pembentukan kata dari WORK--' WORKER itu disebut derivasional. Jadi, berdasarkan kaidah-kaidah gramatikal yang teramalkan dapat dinyatakan bahwa leksem WORK dapat berwujud work, works, worked I, worked 2 atauworking. Demikian pula dari leksem WORKER dapat diramalkan hadirnya bentuk-bentuk kata worker dan workers seperti halnya dari leksem BOY dapat diramalkan hadirnya bentuk-bentuk kata boy dan boys' Jadi, paradigma sepe.rti work, works, worked I, worked 2, working, atau paradigma seperti worker, workers masingmasing termasuk paradigma infleksional. Bedanya, yang pertama terdapat dalarn paradigma verba dan yang kemudian terdapat dalam paradigma nomina. Ciri keterarnalan atau yang bersifat otomatis pada pembentukan infleksional sangat ditekankan baik oleh
2)
maupun oleh Bauer (1983: 23). Maksudnya, setiap dasar verba bahasa inggris akan
Aronoff (1931:
24
Yol. 9, No, l9, Nopember 2009 : 20-35
mengalami paradigma infleksional seperti pada leksem WORK tersebut sekalipun secara permukaan bentuknya bervariasi. Hal serupa dapat dijumpai pada bahasa Indonesia. Setiap dasar V yang termasuk transitif diramalkan memiliki beniuk-bentuk meng.D, di-D, kau-D, kadang-kadang ter-D @: dasar) berdasarkan kaidah yang dapat diterangkan' Misalnya, dasw pukul atau tulis, diramalkan memiliki bentuk-bentuk kata: (Saya) memukul (dia) atau menulis (srlrat) (Saya) dipukul (-nya) atau (surat) dinlis Gnva)
@ia) kupukul atau(surat) kutulis (Dia) kupukul atau (surat) kautuli s
Munculnya bentuk memukul/menulis adalah kalau subjek (S) berperan pelaku (agen) atau kalimat itu berfokus entuk dipukul/ditulis dan kupukul/kutu li s atau kaupukulikautulis manakala S berperan bukan sebagai pelaku atau harangkali sebagai pasien (berfokus pasien). Munculnya bentuk ftz-D adalah manakala pelaku orang pertama, bentuk kau-D manakal pelaku orang kedua dan munculnya di-D manakala pelaku perbuatan netral terhadap orang pertama dan [<edua. Munculnya ter-D bersifat tak teramalkan karena kendala semantik (bandingkan
pelaku , munculnya
b
Dardjowidjojo, 1983). Katamba menuliskan tentang morfem infleksional sebagai berikut: Morfem infleksional tidak mengubah arti referensial atau cognitif. Msalnya afiks derivasional un' dapat digabung dengan kind menjadi un-kind. Dalarn hal ini output word mempunyai arti yang berlawanan dengan input word. Begitu juga afiks derivasional bias memindah base menjadi kelas kata baru (kind; adi), tetapi kind-ly (adv). 25
Morfologi Infleksional Dalam Bahasa Jawa lSri Handayani)
Morfem infleksional tidak bisa mengubah arti dan mengubah kelas kata seperti tersebut di atas. Mot'fem ini hanya mengubah bentuk kata, sehungga ia dapat dengan tepat dalam kalimat. Cbntoh book dengan books, keduanya kata benda sekedar yang menunjukkan jenis entiti yang sama. membawa informasi tentang jumlah entiti itu. Grammar menyatakan bahwa sebuah bentuk ditandai sebagai plural (biasanya'dengan sufiks -s). kita harus rnengatakan ten books. Contolu (Katamba, X993: 5l)
-s
2.
Morfologi Infleksional dalarn Bahasa Jawa
2.1
Afiksasi
Afrksasi yang termasuk dalam morfologi infleksional dalam bahasa Jawa adalah sebagai berikut:
2.1.1 Mortologi Nomina
1) Kategoripra-D
-
Kategori pra-D juga termasuk tak produktif karena hanya insidental. Kategori itu jrrga mengandung aspek ciri arti 'arkhais' yang mengandung aspek 'keindahan', kehidmatan, keagungan.
Kategori itu dibentuk dari D dengan prefiks pra-. Prefiks itu tidak jelas ciri artinya. Barangkali artinya adalah 'gejala-gejala atau hadirnya atau adanya
D' ---+
tandha'tanda'
pratandlu'gejala-gejala akan hadirnya tanda-tanda'
lambang'isyarat'
--
pralambang'gejala-gejala hadirnya isyarat'
Iampita'isyarat''--+ pralampita'gejala-gejala 26
VoI.9, No. l9,Nopember 2M9 : 2G35
yang mendahului tradirnya isyarat'
janji'janji'
---+
prajanji 'janji
yang diutarakan sebelumnya' *-+ prasatya 'kesetiaan yang diungkapkan sebelurnnya'.
satya'setia'
2)' Kategori dengan -e, -mu, -ku Nomirna kategori manapun mempunyai
-
potensi unutk dibentuk lebih lanjut/ dib€ri sufks ie, '-nya', -mu 'mv', -ku 'k:tr' . Sufiks -e. -mu, -ku memang, dapat menyatakan milik, atau sebagai pronomina penanda milik. 'bukumu' bukumu 'bukuku' bukuku 'buku Ali' bukune
Ali
Namun, khusus sufiks -e disamping sebagai penanda milik, fungsi utamanya adalah sebagai penentu. omuh
Iurah
-+
--) lurahe 'lurahnya,
helurahan ? panuthuk. --) panganctn
pomahan
omahe'rumahnya'
kepala
desanya'
ke lurahane' kelurahannya' panutuhuke 'perihal memukulnya' ---+ panganane'makanannya'
: i:Jffi;iffffilf;;;fi;,
--+ pomahanku'pekaranganku' wewayangan --+ wewayangane'gambarannya',
---t wewayangonmw 'gambaranmu' ---) wewayanganku'gambaranku'. 27
Morfobgi lftfleksional Dalam Bahasa Jawa (Sri Handayani)
Sufiks
-e (baik sebagai pnonomina milik
maupun
sebagai penentu), 'tttu, -ku merupakan ciri morfologis nomina yang penting dan rterdapat secara produktif.
2.1.2 Morfologi
Verba
I
Pada dasarnya verba kelas I (atau V D mempunyai kategori-kategori inti yaitu kategori morfologis yang diramalkan terdapat, kecuali karena kendala-kendala tertentu dan termasuk produktif'
Kategori-kategori itu tersusun paradigma inti sebagai berikut:
dalam
sebuah
TABEL 1 PARADIGMA INTI VERBA KELAS I PARADIGMA INTI
l.
,,
J. 4. 5.
6. 7. 8.
9. 10.
B
A
Baris
C
N-D-ake
N.D-I
N-D-I
kd-D di-D ka-D -in-D tak-D tak-D-e kok-D D,dn
ke-D-an
D-ana
ake
D.in-D
D-i-D-an
D-na
di-D-i ka-Dan -in-D-an tak-D-i tak-D-ane
kok-D-i
di-D-ake ka-D-ake -in-D-ake tak-D-ake tak-D-ne kok-D-
D-in-Dake
D-D-an
l1 28
Vol.9, No..
19,
Nopember 2009: 2G35
CONTOH Baris
l. ,)
J.
4. 5.
6. 7. 8.
9. 10.
A nggrujuk kegrujuk digrujuk kagrujuk ginrujuk iakgrujuk takgrujuke kokgrujuk grujukdn gruju[<-ginrujuk
11
B nggrujuki kdgrujukan digrujuki kagrujukan ginrujukan takgrujuki takgrujukane kokgrujuki grujukana grujukeinruiukan sruiuk-eruiukan
c nggrujukake digrujukake kagrujukake ginrujukake takgrujukake takgrujukne kokgrujukake grujukna grujukeinruiukake
Keterangan: 1. Masing-masing formula rnewakili kategoni secara bentuk D adalah dasar atau akar kata Tanda - berarti tak terdapat Elemen di muka D adalah prefiks, dibelakang D aoalah sufiks, di antara tanda pisah adalah infiks. Karena sistem kelas dapat teramalkan dan tersusun dalam sebuah paradigma, maka proses morfologis pada verba kelas I merupakan morfologi Infleksional.
2. 3. 4.
I
2.1.3 Morfologi Verba II
Secara struktural V U ditandai oleh tidak terdapatnya kategori dl-D (pasif) sekalipun mempunyai kategori N-D (tak transitiif). Contoh. Ilang'hilang' : ngilang 'dengan sengalja menghilang', tak terdapat diilang. Karena tidak terdapat di-D, maka 29
Morfologi Infleksional Dalam Bahasa Jawa lSri Handayani)
V II
diramalkan juga tidak akan rterdapat kategori-kategorri N-D (ahif, transitifl, ke-D, in-D, kaD, tak-D, tak"D-e, kok-D, D-an, D-in-D. Dengan demikian, kategori-kategori yang dirarnalkan rterdapat (kecuali karena kendala tertentu) ialah :
dalam
I.
)
J. 4. 5.
N-D.I ke,D-an ' di-D-i -in-D-an ka-D-an
6. 7.
talk-D-ane
8.
D-ana
9. 10.
D-in-D-an D-in-D-an
1l
D-D-an
kok-Di
N-D-ake
nibani ketibanan ditibani tinibanan katibanan taktibani tahibanane koktibani tibanana tibantinibanan tiban-tibanan
di-D-ake -in-D-ake ka-D-ake tak-D-ake tak-D-ne kok-D-ake D-na D-in-D-ake
nibakake ditibakake tinibakake katibakake taktibakake taktibane koktibakake tibakna tibaktinibakake
Sistem verbal kelas II dapat diramalkan dan tersusun dalam sebuah paradigma maka proses morfologi pada verba kdlas II merupakan morfologi infleksional.
2.1.4 Morfologi Adjektiva Morfologi in{leksional pada kelas adjektiva adalah sebagai berikut:
1) Kategori
elativus Kategori ini dibentuk dari D dengan peninggian vokal suku kelima, disertai tekanan keras pada sulru itu.
Contoh: abang 'merah' --- ab'ing'sangat merah' ijo ij'u'sangat hijau'
'hijau'
-
30
VoI.9, No. 19,Nopember 2009 :
*35
gepeng'piprh' ----) gep'ing 'sangat pipih' kuning 'kuning' -'> kun'ing'sangat kuning' dhwuri'tinggi' --' dhuw'ur'sangattinggi' dotva'panjang'-+ dsw'u atau dsw'i'sangat
2)
Panjang'
Kategori eksesivus Kategori ini dibentuk dari
D
dengan konfiks ke-en
aiau ke-D-en.
Contoh:
.besatr'
kegedhen 'terlalu besar' -* kedswan 'terlalu panjang' dswa 'panjang'
gedhe
lemu'gemvk'
kelemon'terlalu gemuk' -'amba'lebar' kekamban'terlalulebar' sadhis'sadis' --- kesadhisen'terlalusadis' Kedua kategori tersebut di atas adalah produktif karena ---)
bersistem.
Reduplikasi
3.2.1 Morfologi Nominal 1) Kategori DL @wilingga)
bocah'anak'
2)
--- bocah-bocah'anak-anak' uwong'otang' -'+ uwong4{wong'otang-orang' dalan' jalan' '-.' dalan4olan' jalan-jalan' san'ah'sawah' --- sswah-sowah'sawah-sawah' Kategori ini termasuk produktif karena bersistem. Kategori DL-an ull'pohon' -) wit-witan'pohon-pohonan'
woh'buah'
"-woh-wohan'buat-buahan' --> godhong-godhongan 'daun-
godhong 'daun' daunan' Kategori ini termasuk tidak produktif.
31
Morfobgi Infleksional Dalam Bahasa Jawa (Sri Handayani)
3) Kategori sak-Dl-e bocah anak'
'anak'
'-'+
sak bocah-bocahe 'sembarang
sega'nasi' -+ sak segq-segarte
'sembarang
nasi' lawuh -+ sak lawuh-lawuhe 'sembatang lauk' Kategori ini termasuk produktif karena bersistem'
'lauk'
3.2.2 Morfologi Adjektiva 1) Kategori DL
2)
ayu'canttk' apik'bagus' gedhe'besar' Kategori ini termasuk produktif. Kategori DL-e cilik'kecil' -, cilik'cililce 'kecil-kecilnya' ayu'carfiik' --) ara-aryne'cantik-cantiknya' --+ suglh-sugthe'kaya-kayanya' sugih 'kaya' Kategori ini tidak produktif karena tidak bersistem.
3)
Sak-DL-e
ayu'catfik'
cantiknya'
apik'bagvs'
---, sak ata'ayune 'secantik-
.
-*
sak apik-apike'sebaik-baiknya'
akeh'banyak' ---) sak
akeh'akehe 'sebanyak-
banyaknya' Kategori ini termasuk produktif.
3.2.3 Morfologi
l)
Verba
I
Kategori DL (produhif) tuku'membe[l' --+ tuku-tuku'membeli' --+ siram-siram'menyirami'
siram'siram'
32
VoL 9, No. 19, Nopember 2009 : 20-35
pamer'pamgr' 2) N-D-L (produktif)
'ambil'
jupuk
--+
pcrmer-pffinsl'memamerkan'
---+ njupuk-njupuk
'mengambil
berulang-ulang'
ftrlls'menulis' --
nulis'nufis 'menulis berulang-
ulang'
golek'mencari' 3)
Tpggslslc-golek'mencari-cari' DLS (dwilingga salin swara) (produhif) tuku'membeltri' ---+ tuku-tuku'membeli berulangulang' siram'siram' ---> siram,siram'menyiram berkali---+
kali'
pamer'pamer' 4)
---+ pamer-pamer 'memamerkan
berulang-ulang' DP (dwipura) (tidak produktif) tuku'membeti' --+ tetuku'membeli-beli'
paring'memberi' caos
'memberi'
peparing'memberi' -, cecaos'memberi' --+
3.2.4 Morfologi
l)
2)
Verba II Kategori DL (produktif) -+ twru-tura 'tidur-tidur' dolan'bermain' -- dolan-dolan'bermarn-main' bengok'teriakl -'- bengok-bengok'teriak-teriak' Kategori N-DL (produktif) rnloku'berjalan' --, mlaku-mlaku'berjalan-jalan' ngguyu'tertawa' -- nggury-nggury'tertawa-tawa'
turu'tidur'
nangis'menangis'
3)
---)
nangis-nangis'menangis-
nangis' Kategori DP (dwipura) (tidak produhif) sambst'mengeluh' --- sesambql'mengeluh' sumbsr'menyumbar' ---, sesumbar'menyumbar' JJ
Morfologi hlfleksional Dalam Bshasa Jawa (Sri Handayani)
4)
DLS (dwilingga salin swara) (produktif) turu'tidur' --'+ tura-turu'tidur berkali-kali' dolon 'bermain' ---+ dol'cndolen 'bermain-main berkali-kali' lungguh 'duduk' ---) Ianggah-lungguh 'duduk berulang
DAFTARPUSTAKA fuonoff, Mark. 1981. l(ord Farmation in Generative Gramrnar. Cambridge. Massachussets : The Mit Press Bauer,
L.
1983. English Word
Formation Cambridge : Cambridge
University Press
Dardjowidjoyo,
S. 1983. Beberapa
Aspek Ltnguistik Indoneia-
Jakarta :Djambatan
Edi Subroto, D. 1987. 'Infleksi dnn Derivasi
: Kemungkinan
penerapcrnnya dalam Morfologi Bahasa Indonesia'. Dalam Linguistik Indonesia. Tahun 5 No. 10 1992. Konsep leksem dan upaya pengorganisasian
kembali Lema dan Sublema Kamus Besar Bahasa Indonesia. Dalam Linguistik Indonesia. No. l0 Katamba, F. 1993. Morphologt Lancaster : MacMillan
Iyons, John, T968. Introductiotr to Theoritical Linguistics. New York : Cambridge University Press
34
VoL9,
No..
19,Nopember 2009
: 2G35
Marchand, Hans. 1969. The Categories and Types of Piesent Day English Word-Formation. Muncluen C.H. Back'sch Verlogsbuchhandlung
:
Matthews, P.H. 1974. Morpholog,t : An Introduetion to the Theary of Word Structure. Cambridge : Cambridge University
Nida, E.A. [949. Morphologt : The Descriotive Armlysis of Words. Ann Arbar : The University of Michigan Press Spencer, A. 1991. Morphological IVrcory. Carnbridge Blackwell ltd
: Basil
Sudaryanto. 1991. Tata Bahasa Baku Bahasa Jav'a. Jogiakarta Duta Waaana University Press Verhaar, J.W.M. 1999. Asas-asas Linguistik Umum. Jogiakarta Gajah Mada University Press
35
.
: