MORFOLOGI DAN ANATOMI UDANG
Pada dasarnya morfologi udang hampir mirip, berikut ini dapat dilihat gambaran dan morfologi udang windu, udang barong dan udang galah, serta beberapa karakter morfometrik udang secara umum beserta nama-nama dan setiap karakter tersebut. Seperti halnya morfologi udang, anatomi udang bahkan boleh dikatakan sangat mirip antara udang yang satu dengan udang yang lainnya. namun anatomi bisa dilihat dengan mata setelah melakukan pembedahan hanya beberapa saja, seperti yang terlihat pada gambar anatomi udang berikut ini:
Universitas Gadjah Mada
1
Gambar 1. Morfologi dan Saluran Makanan Udang Penaeid (Martosudarmo dan Ranoemihardjo 1983) Keterangan: 1. Carapas
a. Oesophagus
2. Rostrum
b. Ruang Cardiac
3. Mata Majemuk
c. Ruang pyloric
4. Antennules
d. Cardiac plate
5. Prosartema
e. Gigi cardiac
6. Antena
f.
7. Maxilliped
g. Hepatopancreas
8. Pereopoda
h. Usus (midgut)
9. Pleopoda
i.
Cardiac ossicle
Anus
10. Uropoda 11. Telson
Universitas Gadjah Mada
2
Gambar 2. Anatomi dan morfologi udang barong / lobster
Universitas Gadjah Mada
3
Gambar 3. Morfologi udang barong
Gambar 4. Morfologi udang galah jantan (di atas) dan betina (di bawah).
Gambar 5. penampakan ruas abdomen 1-VI dan samping. Universitas Gadjah Mada
4
Gambar 6. Skema ilustrasi badan dan appendix pada udang.
Universitas Gadjah Mada
5
Gambar 7. Beberapa karakter morfometrik dan kaki udang.
Universitas Gadjah Mada
6
Gambar 8. Morfologi bakau berikut beberapa karakter morfometriknya (sebagai perbandingan)
Universitas Gadjah Mada
7
PENYAKIT VIRAL PADA UDANG Infectious Hypodermal and Hematopoetic Necrosis (IHHN) •“Runt-Deformity Syndrome”RDS •Single stranded dna-containing parvovirus •Rostrum melengkung (bent or deformed), Cuticula menjadi kasar, ukuran lebih kecil (Runted Shrimp) BACULO VIRAL MIDGUT GLAND NECROSIS (BMN) •Midgut gland cloudy diseases, white turbid liver disease •Midgut dan hepatopancreas •Baculoviral midgut gland necrosis virus/ BMN type c baculovirus (non-occluded) •Kasus serius perakut epizootics pada hatchery yang ditandai dengan: tingkat mortalitas yang tinggi •BMN pertama ditemukan pada protozoea dan mysis. Pada postlarva 9/10 tingkat mortalitas 98%. PL-20 tingkat mortalitas turun secara cepat • Mikroskopik: irreguler shape inclusion body pada Hepatopancreas, eosinophilic atau pale basophilic MBV-TYPE VIRUS DISEASES •Type a occluded baculovirus •Double stranded DNA •Infeksi yang ringan s/d berat dan hepatopancreas dan anterior midgut (kecuali pada telur, nauplius dan protozoea) •Epizootic yang serius pada postlarva dan juvenile •Infeksi MBV bisa beradaptasi dengan baik pada beragam kondisi perbenihan. Postlarva dan Juvenile dengan infeksi berat mbv sehat •Predisposisi mortalitas tinggi karena mbv Infeksi bakteri patogen •MBV menyebabkan kematian 90% pada postlarva •Pada postlarva 25 mortalitas turun dan pada juvenile tidak terdeteksi •Mikroskopik: single atau multiple spherical Occlusion (inclusion) body pada hepatopancreas dan epitel dan midgut
BACULOVIRUS PENAEI (BP) •Baculovirus disease, nuclear polyhedrosis disease, pib disease, BP virus disease •Baculovirus penaei virus, occluded baculo virus (type a baculovirus) •Serius, epizootic pada larva, dan juvenile •Hatchery akut, mortalitas tinggi pada mysis (90%) •Mysis dan postlarva yang terinfeksi terlihat white midgut line pada abdomen
Universitas Gadjah Mada
8
•Mikroskopik: tetrahedral occlusion atau polyhedral inclusion body pada hepatopancreas dan epitel midgut
YELLOW-HEAD VIRUS DISEASE •Yellow-head virus (ss-RNA), rhabdoviridae atau paramyxoviridae •Juvenile dan sub-adult (50-70 hari dan grow-out) •Makroskopik: berwama kekuningan dan kuning muda dan bengkak pada daerah cephalothorax. Serta hepatopancreas berwarna kuning pucat WHITE SPOT SYNDROME BACULOVIRUS COMPLEX (WSBV) •White spot disease, white spot syndrome atau white spot baculovirus •Mortalitas tinggi (100%) dalam 3-10 hari dan munculnya gejala klinis •Makroskopik: adanya bercak putih (white spot) pada cuticle dengan diameter 0,5-2 mm dan pada bagian permukaan dalam dan carapage •Bercak putih abnormal deposit garam calcium dan cutucular epidermis •Pink to reddish-brown coloration (brown spot) perluasan cuticular chromatophore •Mikroskopik: intranuclear inclusion body pada cuticular epithelial cell, lymphoid organ, hematopoietic tissue
TAURA SYNDROME VIRUS (TSV) •Taura syndrome, Laura disease atau red tail dsease •ssRNA, picoma virus •Mortalitas 80-95%, udang yang survive dan TS disease (survival rate 60% atau lebih) untuk sampai dipanen • Makroskopik akut: pale reddish coloration pada tail fan dan pleopods (red tail disease) •Fase akut TS terjadi pada saat ecdysis (proses molting) kulit dari udang menjadi lunak Udang yang menderita perakut TS mati pada saat ecdysis - molting penting dalam patogenesitas TS •Makroskopik kronis: multifocal melamzed cuticular lesions, kulit bisa lunak bisa keras lesi kronis ini ditemukan pada udang yang survive dari akut atau perakut infeksi (proses molting yang sukses) PENYAKIT BAKTERIAL VIBRIOSIS •Vibrio parahaemoliticus •larva, juvenile, dewasa dengan tingkat mortalitas 100% •Makroskoik: udang terbalik dengan tanda-tanda stress, melanized foci pada appendages •Isolasi kuman dan hemolymph Universitas Gadjah Mada
9
•Pengobatan: furaciN (mysis): 1 ppm tetracylin: 1 ppm; Tetracyclin (pakan) 360 mg/kg/hari KUMAN BERFILAMEN •Leucothrix mucor •Postlarva sampai dewasa •Berhubungan dengan kualitas air dan ganggang biru •Makroskopik: perubahan warna insang kuning > hijau kecoklatan •Mikroskopik: kuman pada insang •Pengobatan: chelated cooper algacidae (0.15 ppm 24h; 0.5 ppm 4-6 h); potassium permanganate (5-10 ppm 24h selama 5-10 hari. MYCOBACTERIOSIS •Shrimp tuberculosis •Mmarinum, M fortuitum atau Mycobacterium sp •Makroskopik: multifokal melanized area pada otot, ovarium, jantung, insang atau pada cuticle •Mikroskopik: radang granuloma (granulomarous lesion) dan ditemukan bakteri berbentuk batang dengan pengecatan acid fast •Accidental infection pada shrim farm worker infeksi mycobacterium sp lesi pada kulit berupa nodul sulit pengobatannya PENYAKIT BERCAK COKLAT (BROWN SPOT) •Kuman penghancur kitin (pseudomonas, vibrio) •Juvenile sampai dewasa •Makroskopik: bercak coklat dan penipisan kitin disertai adanya area berwarna putih •Dapat sembuh pada saat menyilih •Pengobatan: Terramycin 450mg/kg pakan/14 hari; dapat ditambah dengan malachite green 0.05-1 ppm atau formalin 20-75 ppm PENYAKIT CILIATA •Zoothamnium penaei, Epistylis sp •Menyerang insang hypoxia •Tanda-tanda hypoxia: lesu, otot berwama agak putih, abdomen membengkok/melengkung, dan berkumpul ke permukaan •Makroskopik: lapisan kabut pada insang •Mikroskopik: kerusakan pada insang, koloni ciliata •Pengobatan: formalin 25 ppm (24h flowthrough); 75 ppm (6-8h static); chloramine atau quinine bisulfat 5 ppm
Universitas Gadjah Mada
10
PENYAKIT MIKAL LARVAL MYCOSIS •Mycosis pada larva •Langenidium atau sirolpidium disease •Langenidium callinectes dan Sirolpidium sp •Langenidium egg, nauplius, protozoea dan mysis •Srolpidium stadium mysis terakhir atau awal post larva •Langenidium dan sirolpidium Systemic progressive mycosis pada larva Disertai dengan reaksi radang hemocytic encapsulation dan melan ized dari hyphae •Mortalitas 2% (2 hari) •Mikroskopik: mycelium dan spora •Pengobatan: malachite green 0.006 ppm (static, pada induk); treflan 0.01 ppm (continous)
MYCOSIS PADA UDANG DEWASA (FUSARIUM DISEASE) •Fusariosis, black gill disease •Fusarium solani; Fusarium moniliforme •Mengikuti luka, penyakit bercak coklat dan penyakit insang hitam • kematian rendah •Makroskopik: lesi granuloma dengan multicentric hemocytic nodul dan bagian tengahnya mengalami melanisasi •Mikroskopik: hyphae dan conidia •Pengobatan: belum ada yang memuaskan PENYAKIT PARASIT MICROSPORIDIAN DISEASES •Cotton shrimp disease, milk shrimp disease, nosena disease, microsporidian disease •Nosena nelsoni •Pada udang dewasa •Infeksi 1-15% •Makroskopik: infeksi microsporidia - jaringan otot (striated muscle) akan digantikan oleh parasit (spores) - otot menjadi berwama putih dan opaque •Infeksi berat: otot atau gonad berwarna putih opaque dan cuticle berwarna biru kehitaman •Mikroskopik: microsporidia spores (dihasilkan oleh sporont) •Pengobatan belum ada PENYAKIT MATI HITAM • Diet kurang vitamin c disertai kurangnya ganggang segar • Post larva dan juvenile
Universitas Gadjah Mada
11
• Disertai adanya infeksi sekunder Vibrio sp •Makroskopik: warna hitam dibawah kulit •Pengobatan: vitamin c dosis tinggi > 2000 mg/kg pakan disertai penambahan ganggang segar KEMATIAN OTOT SPONTAN •Stress (rendahnya kadar DO, kadar garam tidak stabil) disertai adanya infeksi bakteri •Pencegahan: hilangkan penyebab stress •Pengobatan: sda INSANG HITAM •Mengikuti infeksi bakterl, viral, jamur atau keracunan Cu/Cd •Makroskopik: pigmen melanin pada area yang terkena •Pengobatan: obati penyebab primernya
Universitas Gadjah Mada
12
DAFTAR PUSTAKA
Austin, B., Austin, D.D. 1987. Bacterial Fish Pathogens Disease in farmed and wild Fish. Ellis Horwood Limited, Chichester, West Sussex, P019 1EB, England. Elkan, M.D. 1974. Color Atlas of the Diseases of Fishes, amphibians and reptiles. T.F.H. Publication. Nash, C.E 1991. Production of Aquatic Animals. Post, G. 1987. Text Book of Fish Health. T.F.H. publication Robert, R.J. 1989. Fish Pathology, 21 edition, Baillere Tindall, W.B. Saunders, London
Universitas Gadjah Mada
13