PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA YANG DIBELAJARKAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOLABORATIF DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EKSPOSITORI TENTANG LARUTAN PENYANGGA KELAS XI MA Mono Eviyanto, Ridwan Joharmawan, Dermawan Afandy Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang Email:
[email protected] ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui keterlaksanaan model pembelajaran kolaboratif, (2) mengetahui apakah ada perbedaan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kolaboratif dan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran ekspositori. Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimental semu (quasy experimental design) dengan populasi penelitian siswa kelas XI IPA MA. Sampel penelitian adalah kelas XI IPA 1 sebagai kelas kontrol dan kelas IX IPA 2 sebagai kelas eksperimen yang diambil secara “cluster random sampling”. Dalam penelitian ini rata-rata persentase keterlaksanaan pembelajaran sebesar 99,05%. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan hasil belajar siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kolaboratif dengan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran ekspositori. Siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kolaboratif memperoleh nilai rata-rata hasil belajar sebesar 83,33, sedangkan siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran ekspositori memperoleh nilai rata-rata hasil belajar sebesar 76,17. Kata kunci: pembelajaran kolaboratif, larutan penyangga, hasil belajar. ABSTRACT: The study was aimed to (1) know the implementation of the collaborative learning model, (2) know whether there was a difference between students who were taught with collaborative and those who were taught with expository learning model. The design of the study was quasi-experimental design with the eleventh graders of MA as the population. The sample of the study was the eleventh graders of IPA 1 as the control class and IPA 2 as the experiment class who were chosen by cluster random sampling technique. In this study the average percentage of learning activities is 99,05%. The result of the study showed that there was a difference between students who were taught with collaborative learning model and those who were taught by expository learning model. The students who were taught with collaborative had 83.33 as the average score; meanwhile those who were taught with expository learning model had 76.17 as the average score. Keywords: collaborative learning, buffer solution, students’ achievement.
Ilmu kimia merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam yang mempelajari tentang teori-teori, aturan-aturan, fakta, deskripsi, dan peristilahan kimia. Materi dalam ilmu kimia yang dipelajari adalah materi yang bersifat abstrak, sehingga untuk memahami suatu konsep diperlukan konsep-konsep lain yang mendasari. Selain itu di dalam materi kimia juga melibatkan hitunganhitungan yang menggunakan operasi matematis. Kombinasi dari sifat materi kimia yang abstrak dan perhitungan matematis membutuhkan pengusaan konsep yang baik agar siswa tidak mengalami kesalahan konsep. Salah satu meteri kimia di SMA adalah larutan penyangga. Materi larutan penyangga meliputi konsep memahami pengertian larutan penyangga, menjelaskan sifat larutan penyangga, menghitung pH dari larutan penyangga, dan
menjelaskan fungsi larutan penyangga dalam kehidupan sehari-hari. Materi larutan penyangga melibatkan konsep dan memerlukan kemampuan berhitung. Berdasarkan hasil observasi, proses pembelajaran yang ada di MA lebih banyak berpusat pada guru. Guru cenderung menggunakan model pembelajaran ekspositori dengan lebih banyak menggunakan metode ceramah. Pada proses pembelajaran, setelah guru menjelaskan materi kemudian guru meminta siswa untuk mengerjakan soal-soal yang ada di modul dan hasilnya didiskusikan secara bersama-sama. Kadang-kadang dalam proses pembelajaran juga telah digunakan model pembelajaran seperti kooperatif dan inkuiri terbimbing, namun belum sepenuhnya diterapkan pada setiap proses pembelajaran. Di dalam kelas, siswa cenderung sedikit pasif, jarang bertanya, jarang mengungkapkan pendapat dan sering berbicara dengan temannya. Hasil belajar yang dicapai oleh siswa masih banyak yang memperoleh nilai di bawah Standar Ketuntasan Minimum (SKM). Nilai SKM untuk mata pelajaran kimia di MA sebesar 75. Siswa cenderung hanya bisa mengerjakan soal-soal mengenai larutan penyangga jika soal tersebut mirip dengan soal-soal yang ada di dalam buku modul mereka. Adanya kesulitan siswa dalam mempelajari materi larutan penyangga telah diteliti oleh Dianty (2008) di SMA. Hasil dari penelitian tersebut menyimpulkan bahwa persentase kesulitan siswa dalam mempelajari konsep larutan penyangga sebesar 23,26%, sifat-sifat larutan penyangga sebesar 37,52%, perhitungan pH larutan penyangga sebesar 8,45%. Kesulitan yang dialami siswa disebabkan siswa kurang memahami konsep dan kurang teliti dalam melakukan perhitungan kimia. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran larutan penyangga memerlukan penggunaan model pembelajaran yang tepat. Penanaman konsep larutan penyangga membutuhkan model pembelajaran yang tepat sehingga dapat mempermudah siswa menerima konsep tersebut. Ruseffendy (dalam Purniati et al, 2009:3) menyatakan bahwa dengan menggunakan teknik dan metode belajar yang tepat memungkinkan siswa lebih aktif belajar, karena sesuai dengan gaya belajar siswa. Selain itu juga dibutuhkan model pembelajaran yang menarik minat siswa untuk mempelajari materi yang disajikan guru, sehingga pembelajaran dapat berjalan efektif. Vygotsky (dalam Santrock, 2008:62) menyatakan pengetahuan didistribusikan di antara orang dan lingkungan, yang mencakup objek, artifak, alat, buku, dan komunitas dimana orang berada. Ini menunjukkan bahwa memperoleh pengetahuan dapat dicapai dengan baik melalui interaksi dengan orang lain dalam kegiatan bersama. Vygotsky (1986) memandang bahwa pengetahuan dikonstruksi secara kolaboratif antar individu dan keadaan tersebut dapat disesuaikan oleh setiap individu. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran kolaboratif. Pembelajaran kolaboratif merupakan salah satu pembelajaran yang bersifat konstruktivis yang dapat meningkatkan kemampuan bekerja tim dan kemampuan berkomunikasi dalam bentuk kelompok-kelompok pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Karena melalui pembelajaran kolaboratif siswa dapat berinteraksi untuk memecahkan tugas-tugas dan saling memunculkan strategi pemecahan masalah yang efektif di dalam masing-masing perkembangan proksimal (zone of proximal development) mereka. Menurut Vygotsky (dalam Santrock, 2007:62) zone of proximal development adalah serangkaian tugas yang terlalu sulit dikuasai anak secara sendirian tetapi dapat dipelajari dengan bantuan dari orang dewasa atau anak yang lebih mampu. Pembelajaran model kolaboratif
diharapkan dapat mewadahi siswa untuk belajar berkomunikasi dan bekerjasama dengan baik. Pembelajaran kolaboratif merupakan salah satu alternatif pembelajaran yang dapat meningkatkan proses dan hasil belajar siswa. METODE Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang dibelajarkan menggunakan model kolaboratif dengan yang dibelajarkan menggunakan ekspositori. Untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan penelitian kuantitatif dengan rancangan penelitian eksperimental semu (quasy experimental design). Penelitian eksperimental semu dimaksudkan untuk mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan kelompok kontrol disamping kelompok eksperimental. Berdasarkan rancangan penelitian tersebut, digunakan dua kelas sebagai sampel penelitian. Kelas pertama diberi perlakuan (X1) dan kelas yang lain tidak. Kelas yang tidak diberi perlakuan disebut kelas kontrol dan kelas yang diberi perlakuan disebut kelas eksperimen (Sugiyono, 2010:76). Pembelajaran di kelas kontrol menggunakan model pembelajaran ekspositori, sedangkan pada kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran kolaboratif. Dalam penelitian ini, peneliti tidak dapat melakukan kontrol secara penuh terhadap objek penelitian yang dipilih sebagai kelas kontrol dan kelas eksperimen sehingga kemungkinan kedua kelas tersebut memiliki karakteristik yang berbeda, terutama pada kemampuan kognitifnya. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan penelitian eksperimen semu yang dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Rancangan Penelitian Eksperimen Semu Subjek Eksperimen Kontrol
Pretes -
Perlakuan X1 X2
Postes O1 O1
Keterangan : X1 = pembelajaran menggunakan model pembelajaran kolaboratif X2 = pembelajaran menggunakan model pembelajaran ekspositori O1 = pemberian postes
Populasi dan Sampel Penelitian Populasi merupakan kelompok yang menjadi target atau sasaran studi (penelitian). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA MA tahun ajaran 2012/2013 yang terdiri dari kelas XI IPA 1, XI IPA 2, IX IPA 3, dan XI IPA 4. Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2010:81). Teknik sampling yang digunakan adalah teknik sampel dalam kelompok atau cluster random sampling. Penerapan teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan cara melakukan undian kelas untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sebelum dilakukan pengambilan sampel, perlu diketahui terlebih dahulu tingkat kemampuan kognitif antara siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol. Oleh karena itu dilakukan analisis kemampuan awal siswa yang dapat diketahui melalui data sekunder (nilai tes pada materi kimia asam-basa) siswa di MA. Setelah diketahui kehomogenan siswa, maka salah satu kelas dipilih dengan undian sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Caranya, menuliskan nama kelas IPA 1, IPA 2, IPA 3 dan IPA 4
dalam 4 buah kertas, kemudian memasukkan kertas yang berisi kelas-kelas dalam suatu tempat, kemudian diambil satu kertas yang menyatakan sebagai kelas kontrol, dan satu kelas lain sebagai kelas eksperimen. Sampel yang diperoleh adalah kelas XI IPA 2 untuk kelas eksperimen dan kelas XI IPA 1 untuk kelas kontrol. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis yaitu instrumen perlakuan (terdiri atas silabus, RPP, handout, LKS dan lembar keterlaksanaan) dan instrumen pengukuran (yang terdiri dari tes kemampuan kognitif dan lembar observasi). Lembar observasi digunakan untuk menilai ranah afektif dan keterampilan proses siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran. Tes pada penelitian ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil belajar siswa setelah diberi perlakuan. Instrumen tes ini disusun berdasarkan indikator-indikator yang ingin dicapai dalam pembelajaran. Sebelum digunakan untuk pengambilan data, soal tes yang sudah dikonsultasikan dan divalidasi, soal diuji cobakan pada siswa kelas XI IPA 1 SMA. Hasil uji coba selanjutnya dianalisis untuk mengetahui validitas, tingkat kesukaran, daya beda, dan reliabilitas. Hasil uji validitas butir soal menunjukkan 18 butir soal yang valid dan 2 butir soal yang tidak valid. Soal yang tidak valid tetap digunakan sebagai soal tes dengan syarat telah diperbaiki oleh peneliti dengan bimbingan dosen pembimbing dan guru yang bersangkutan di SMA. Uji daya beda butir soal menunjukkan 3 soal tergolong baik, 13 soal tergolong cukup, dan 4 soal tergolong jelek. Soal dengan daya beda jelek tetap dipergunakan setelah diperbaiki oleh peneliti dengan bimbingan dosen pembimbing dan guru SMA yang bersangkutan. Uji tingkat kesukaran butir soal menunjukkan 1 soal tergolong sukar, 3 soal tergolong sedang dan 16 soal tergolong mudah. Hasil uji reliabilitas soal diperoleh nilai sebesar 0,786 dengan kriteria tinggi. Pelaksanaan Penelitian Langkah-langkah pengumpulan data yang ditempuh dalam penelitian ini meliputi tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir. Tahap persiapan meliputi menyusun proposal skripsi, melakukan observasi di MA dan konsultasi ke guru mengenai jadwal penelitian, menyusun perangkat pembelajaran materi larutan penyangga (silabus, RPP, LKS, handout, soal kemampuan kognitif, dan lembar observasi), mengurus surat ijin penelitian, validasi instrumen penelitian, melakukan uji coba soal di SMA pada siswa kelas XI IPA 1 Tahun Ajaran 2012/2013. Tahap pelaksanaan meliputi memberikan perlakuan pembelajaran kolaboratif untuk kelas eksperimen dan pembelajaran ekspositori berupa ceramah untuk kelas kontrol dan pemberian tes keseluruhan tentang materi larutan penyangga dilakukan setelah pemberian perlakuan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol selesai. Tahap akhir meliputi mengumpulkan data dari tes kemampuan kognitif siswa pada materi larutan penyangga, menganalisis data hasil belajar kognitif siswa dengan analisis statistik dan mengumpulkan data pada lembar observasi kemudian menganalisisnya secara deskriptif.
HASIL PENELITIAN Deskripsi dan Analisis Data Kemampuan Awal Siswa Data kemampuan awal siswa diperoleh dari nilai ulangan materi sebelumnya yaitu materi asam basa. Deskripsi data kemampuan awal siswa kelas kontrol dan eksperimen dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Deskripsi Data Kemampuan Awal Siswa Kelas Kontrol Eksperimen
Jumlah Siswa 30 30
Nilai Terendah 52,00 60,00
Nilai Tertinggi 95,00 95,00
Rata-rata 75,83 78,43
Standar Deviasi 10,52 9,12
Data kemampuan awal siswa dari kelas kontrol dan kelas eksperimen digunakan untuk mengetahui apakah kelas tersebut memiliki kemampuan yang sama atau tidak. Analisis data kemampuan awal siswa meliputi uji prasyarat dan uji kesamaan dua rata-rata. Uji prasyarat yang dilakukan adalah uji normalitas dan uji homogenitas. Hasil uji normalitas data kemampuan awal siswa kelas kontrol dan eksperimen dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Awal Siswa Kelas Kontrol Eksperimen
Rata-rata Nilai 75,83 78,43
Uji Kolmogorov-Smirnov Standar Deviasi Nilai Signifikansi 10,52 0,614 9,12 0,393
Kesimpulan Normal Normal
Tabel 3 menunjukkan bahwa kemampuan awal siswa kelas kontrol memiliki nilai signifikansi sebesar 0,614, yang lebih besar dari 0,05 dan kemampuan awal siswa kelas eksperimen memiliki nilai signifikansi sebesar 0,393, yang lebih besar dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data kemampuan awal siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen terdistribusi normal. Hasil uji homogenitas kemampuan awal siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Hasil Uji Homogenitas Kemampuan Awal Siswa Kelas Kontrol Eksperimen
Rata-rata Nilai 75,83 78,43
Nilai Signifikansi
Kesimpulan
0,894
Homogen
Tabel 4 menunjukkan bahwa kemampuan awal siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen memiliki nilai signifikansi sebesar 0,894, yang lebih besar dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data nilai kemampuan awal siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen memiliki varian yang sama atau homogen. Hasil uji kesamaan dua rata-rata kemampuan awal siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Hasil Uji Kesamaan Dua Rata-rata Kemampuan Awal Siswa Variabel
Kemampuan Awal
Rata-rata Kontrol Eksperimen
75,83
Uji-t kesamaan dua rata-rata Nilai Signifikansi
Kesimpulan
0,325
Tidak terdapat perbedaan kemampuan awal
78,43
Tabel 5 menunjukkan bahwa hasil uji-t dua pihak kesamaan dua rata-rata kemampuan awal siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen memiliki nilai signifikansi sebesar 0,325. Nilai tersebut > 0,05, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan kemampuan awal siswa antara kelas kontrol dan kelas eksperimen. Deskripsi Data Hasil Belajar Hasil belajar siswa ranah kognitif diperoleh dari nilai siswa dalam mengerjakan soal evaluasi larutan penyangga. Dari nilai soal evaluasi larutan penyangga, diperoleh nilai tertinggi dari kelas kontrol adalah 95 sedangkan untuk kelas eksperimen adalah 100. Sementara itu, nilai terendah dari kelas kontrol maupun kelas eksperimen adalah 60. Berdasarkan nilai evaluasi larutan penyangga pada kelas kontrol dan eksperimen, diperoleh nilai rata-rata dari kelas kontrol adalah 76,17 sedangkan untuk kelas eksperimen adalah 83,33. Data hasil belajar siswa diambil dari nilai hasil belajar ranah kognitif materi larutan penyangga setelah selesai diberi perlakuan. Untuk melihat apakah siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen memiliki perbedaan hasil belajar secara signifikan atau tidak, maka dilakukan uji-t dua pihak. Sebelum dilakukan uji-t dua pihak, dilakukan uji prasyarat analisis yaitu uji normalitas dan uji homogenitas pada data hasil belajar siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen. Hasil uji normalitas data hasil belajar siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Hasil Uji Normalitas Data Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol Eksperimen
Rata-rata Nilai 76,17 83,33
Uji Kolmogorov-Smirnov Standar Deviasi Nilai Signifikansi 10,05874 0,306 12,75318 0,379
Kesimpulan Normal Normal
Tabel 6 menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen sama-sama memiliki nilai signifikansi > 0,05. Hasil belajar siswa kelas kontrol memiliki nilai signifikansi sebesar 0,306, sedangkan kelas eksperimen memiliki nilai signifikansi sebesar 0,379. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen terdistribusi normal. Hasil uji homogenitas data hasil belajar siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 Hasil Uji Homogenitas Data Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol Eksperimen
Rata-rata Nilai 76,17 83,33
Nilai Signifikansi
Kesimpulan
0,185
Homogen
Tabel 7 menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen memiliki nilai signifikansi sebesar 0,185. Nilai tersebut > 0,05, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen mempunyai varian yang sama atau homogen. Pengujian hipotesis dengan uji t dua pihak dapat dilihat pada Tabel 8. Hipotesis yang diajukan yakni: H0 : Tidak ada perbedaan hasil belajar antara siswa kelas eksperimen dengan siswa kelas kontrol. H1 : Ada perbedaan hasil belajar antara siswa kelas eksperimen dengan siswa kelas kontrol. Tabel 8 Hasil Uji-t Dua Pihak Data Nilai Hasil Belajar Siswa Variabel Hasil Belajar
Rata-rata Nilai Kontrol Eksperimen 76,17
83,33
Uji-t Hasil Belajar Siswa Nilai Signifikansi
Kesimpulan
0,019
H0 ditolak
Tabel 8 menunjukkan bahwa hasil uji-t pada data hasil belajar siswa memiliki nilai signifikansi < 0,05 yakni sebesar 0,019. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak. Berdasarkan hasil analisis dapat dikatakan bahwa ada perbedaan hasil belajar antara kelas yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kolaboratif dengan kelas yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran ekspositori. Jika dilihat dari rata-rata hasil belajar siswa, kelas kontrol memiliki nilai rata-rata 76,17, sedangkan kelas eksperimen memiliki nilai rata-rata 83,33. Sehingga lebih lanjut dapat dikatakan bahwa rata-rata hasil belajar siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran kolaboratif lebih tinggi daripada siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran ekspositori. PEMBAHASAN Keterlaksanaan Proses Pembelajaran Keterlaksanaan proses pembelajaran pada kelas eksperimen diamati sebanyak empat kali pertemuan sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Pada pertemuan pertama persentase keterlaksanaan kegiatan siswa sebesar 96,73%, pada pertemuan kedua sebesar 99,48%, pertemuan ketiga sebesar 100% dan pertemuan terakhir sebesar 100%. Hasil Belajar Siswa Pada penelitian ini kelas eksperimen dan kelas kontrol diberi perlakuan berbeda, yaitu pelaksanaan model pembelajaran yang berbeda. Kelas eksperimen dibelajarkan dengan model pembelajaran kolaboratif, sedangkan kelas kontrol dengan model pembelajaran ekspositori. Sebelum dilaksanakan pembelajaran, peneliti merancang instrumen yang dibimbing oleh dosen. Ketika melakukan pembelajaran, untuk menjaga perlakuan agar sesuai dengan yang dirancang,
dilakukan observasi oleh observer. Seperti yang telah dipaparkan di atas, rata-rata tingkat keterlaksanaan menunjukkan hasil yang mendekati 100% sesuai dengan RPP. Hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah diberi perlakuan yang berbeda tersebut kemudian dianalisis. Hasil analisis data menunjukkan bahwa ada perbedaan hasil belajar kognitif siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal ini juga dapat dilihat dari rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi dari nilai rata-rata kelas kontrol. Nilai ratarata kelas eksperimen adalah 83,33 dan kelas kontrol 76,17. Perbedaan tersebut dapat di lihat pada Gambar 1. 85 80 83.33 75
77.37
75.69
76.17
70 Hasil belajar th Hasil belajar th Hasil belajar th Hasil belajar th 2011 2012 2013 (kelas 2013 (kelas kontrol) eksperimen) Gambar 1 Rata-rata Hasil Belajar Larutan Penyangga tahun 2011-2013
Berdasarkan Gambar 1 di atas, pada tahun 2011 rata-rata hasil belajar seluruh siswa kelas XI IPA adalah 77,37, sedangkan pada tahun 2012 rata-rata hasil belajar siswa kelas XI IPA adalah 75,69. Pada Gambar 1 terdapat perbedaan nilai hasil belajar larutan penyangga pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Nilai rata-rata kelas eksperimen adalah 83,33 dan kelas kontrol 76,17. Nilai ratarata hasil belajar tersebut menunjukkan tingkat penguasaan siswa terhadap materi pembelajaran yang diberikan. Hasil belajar merupakan tingkat penguasaan atau kemajuan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang telah ditentukan. Nilai rata-rata hasil belajar pada kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Ini bisa juga dikarenakan adanya interaksi antar siswa pada kelas eksperimen yang memungkinkan siswa mampu belajar bersama siswa lain. Sehingga siswa tidak merasa canggung ketika ia harus bertanya. Pada kelas eksperimen tugas guru dalam pembagian kelompok saat kegiatan diskusi kolaboratif sangat berpengaruh, karena guru harus membagi siswa dalam setiap kelompok dimana dalam satu kelompok kemampuan siswa harus heterogen. Dalam setiap kelompok tersebut terdapat siswa dengan kemampuan di atas rata-rata kelas, siswa dengan kemampuan rata-rata dan siswa dengan kemampuan di bawah rata-rata kelas. Guru juga harus menjembatani siswa jika terdapat siswa yang belum dapat berkomunikasi dalam satu kelompok. Dalam kelas eksperimen juga terdapat faktor penghambat dalam penelitian yaitu model pembelajaran kolaboratif merupakan model pembelajaran yang baru bagi siswa.Hal ini dapat dilihat pada saat pertemuan pertama, sebagian besar siswa masih belum dapat mengikuti kegiatan pembelajaran, hal ini dikarenakan siswa masih membutuhkan penyesuaian dalam melaksanakan model pembelajaran yang masih baru saja diberikan oleh gurunya. Namun pada pertemuan ketiga dan keempat siswa sudah
tidak mengalami kesulitan. Hal ini tampak dari semua tahap yang dapat dijalankan oleh siswa dengan lancar. Berbeda dengan kelas eksperimen, kelas kontrol yang dijaga agar siswa benar-benar belajar sendiri. Jika siswa merasa kesulitan untuk membangun pengetahuannya, satu-satunya cara adalah dengan bertanya kepada guru atau berusaha mencarinya sendiri. Sehingga, jika siswa tidak membangun pengetahuanya sendiri, maka hal tersebut menyebabkan nilai siswa tidak mengalami kenaikan. Nilai rata-rata hasil belajar tersebut berada di atas dari nilai Standar Ketuntasan Minimum (SKM) di MA yaitu 75,0. Hal ni menunjukkan, bahwa model pembelajaran kolaboratif ini sesuai digunakan untuk pembelajaran pada materi pokok larutan penyangga. Tetapi penelitian ini bertujuan untuk membandingkan hasil belajar kelas yang dibelajarkan dengan pembelajaran model kolaboratif dengan model pembelajaran ekspositori. Nilai rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol, sehingga pembelajaran model kolaboratif dapat meningkatkan hasil belajar dan tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran dibandingkan dengan model pembelajaran ekspositori.
PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan pembelajaran kolaboratif berjalan dengan baik, hal ini ditunjukkan dari kesesuaian pelaksanaan pembelajaran kolaboratif dengan persentase ratarata keterlaksanaan RPP sebesar 99,05%. 2. Terdapat perbedaan pada hasil belajar antara kelas yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kolaboratif dan kelas yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran ekspositori. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari hasil uji t dan nilai rata-rata masing-masing kelas yaitu kelas eksperimen sebesar 83,33 dan kelas kontrol sebesar 76,17. Sehingga pembelajaran kolaboratif dapat meningkatkan hasil belajar kimia pada materi larutan penyangga jika dibandingkan dengan pembelajaran ekspositori pada kelas kontrol. Saran Mengacu dari hasil penelitian yang telah dilakukan saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut. 1. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil belajar siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kolaboratif pada materi larutan penyangga lebih baik dibanding menggunakan model pembelajaran ekspositori. Oleh karena itu sangat dianjurkan penggunaan model pembelajaran kolaboratif untuk materi larutan penyangga pada pembelajaran berikutnya di sekolah. 2. Penelitian ini mengkaji perbedaan penerapan model pembelajaran kolaboratif terhadap hasil belajar siswa. Sehingga peneliti lain dapat menguji pengaruh penerapan model kolaboratif dengan variabel yang lainnya, misalnya pada motivasi belajar, pemahaman konsep, perbedaan sikap siswa dan kemampuan berpikir tingkat tinggi.
DAFTAR RUJUKAN Kerlinger, F. N.2003. Foundation of Behavioral Research 7th edition.( terjemahan oleh Simatupang, L.R & Koesoemanto, H.J). Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Purniati, T., Yulianti, K. & Sispiyati, R. 2009. Penerapan Model Siklus Belajar untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Mahasiswa pada Kapita Seleksta Matematika. Jurnal Penelitian, 9 (1). (Online), (http://jurnal.upi.edu), di akses 26 Mei 2013. Sanjaya, W. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Santrock, John W. 2007. Educational Psycholoy 2nd edition.( terjemahan oleh Tri Wibowo, B.S). Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta. Vygotsky, L.S.1986. Thought and Language ( rev. ed). A Kozulin ( Ed.). Cambridge, MA : The MIT Press.