PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATERI HIDROLISIS GARAM UNTUK SISWA KELAS XI IPA SEMESTER 2 SMA NEGERI 9 MALANG TAHUN AJARAN 2012/2013 Anisa Fitri Wahyuningtyas, Mohammad Sodiq Ibnu, Rachmad Nugroho Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang Email:
[email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui terjadi peningkatan hasil belajar dan mendeskripsikan persepsi siswa kelas XI IPA SMA Negeri 9 Malang yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi hidrolisis garam. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian eksperimental semu. Kelas eksperimen dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD sedangkan kelas kontrol dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi hidrolisis garam dengan persentase ketuntasan siswa 90% siswa yang tuntas dan persepsi siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pokok bahasan hidrolisis garam memberikan rata-rata sebesar 78%. Kata Kunci: : Pembelajaran Kooperatif tipe STAD, Hasil Belajar, Persepsi, dan Hidrolisis Garam. Abstract: The research is aimed at examining the improvement of students’ learning output and describing the students’ perception of XI IPA SMA Negeri 9 Malang who learn through cooperative learning model of STAD type on the salt hydrolysis material. This research uses the framework of quasy experimental design. Experimental class is a class that uses cooperative learning model of STAD type and control class is which uses the conventional learning model. The results show that there is an improvement of the student’s learning output who learn through cooperative learning model of STAD type on the salt hydrolysis topic with 90% students’ passing level. The students’ perception towards cooperative learning model of STAD type on the salt hydrolysis topic is about 78% which means that they give positive perception on the application of cooperative learning model of STAD type on the salt hydrolysis topic. Keywords: Cooperative Learning STAD Type, Learning Output, Perception, and Salt Hydrolysis
Ketuntasan siswa kelas XI IPA yang mencapai nilai SKM di SMA Negeri 9 Malang Tahun Ajaran 2012/2013 pada materi hidrolisis garam hanya sebesar 62,5% siswa yang tuntas. Usaha yang dilakukan untuk meningkatkan ketuntasan siswa yang memenuhi SKM yaitu nilai ≥ 76 diperlukan inovasi dan kreatifitas guru untuk memilih dan menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran kimia. Perubahan kurikulum SMA untuk bidang kimia diharapkan dapat mengembangkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara maksimal, salah satunya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berbasis pada cara belajar siswa aktif (CBSA). Salah satu model pembelajaran yang berbasis CBSA yaitu model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division). Menurut Slavin (1995: 71), “STAD is one of the simplest of all cooperative learning methods, and is a good model to begin with for teachers who are new to the cooperative approach”. Pernyataan tersebut mengandung pengertian bahwa STAD merupakan bentuk paling sederhana dan mudah dilakukan terutama bagi guru pemula yang ingin menerapkan model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif mengkondisikan siswa untuk dapat saling bekerja sama dalam kelompok kecil yang masing-masing anggotanya memiliki kemampuan yang heterogen untuk menyelesaikan tugas-tugas akademik. Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekadar belajar dalam kelompok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang
membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Menurut Suprijono (2009:58) ada lima unsur dalam model pembelajran kooperatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut adalah (1) positive interdependence (saling ketergantungan positif); (2) personal responsibel (tanggung jawab perseorangan); (3) Face to face promotive interaction (interaksi promotif); (4) Interpersonal skill (komunikasi antaranggota); dan (5) Group processing (pemrosesan kelompok). Pembelajaran kooperatif tipe STAD dikembangkan oleh Slavin pada tahun 1986. Menurut Slavin (1995:71), “teams are composed of four or five students who represent a cross-section of the class in terms of academic performance, sex, and race or ethnicity”. Pernyataan tersebut mengandung pengertian bahwa pembentukkan kelompok dalam STAD terdiri atas 4 atau 5 siswa pada setiap kelompoknya yang harus dapat mewakili keseimbangan kelas dalam kemampuan akademik, jenis kelamin dan ras atau etnis. Inti dari pembelajaran STAD adalah guru menyampaikan kompetensi dan indikator yang harus dicapai kemudian para siswa bergabung dalam kelompok untuk membagi dan menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru (Nugroho, dkk, 2009: 108). Dengan kata lain, diskusi kelompok merupakan aspek yang sangat penting karena sangat berperan dalam aktualisasi kelompok untuk mencapai hasil belajar yang terbaik. Menurut Slavin (1995: 71), model pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri atas 5 komponen utama, yaitu 1) presentasi kelas (class presentation), 2) diskusi (teams); 3) kuis (quizzes), 4) peningkatan skor individu (individual score improvement); dan 5) pengakuan tim (team recognition). Konsep-konsep kimia saling berkaitan satu dengan yang lain. Konsep yang telah diperoleh sebelumnya dapat menjadi landasan untuk memahami konsep-konsep berikutnya, contohnya konsep tentang materi asam basa (teori asam basa Bronsted-Lowry) berkaitan dengan konsep hidrolisis garam. Pengetahuan siswa tentang asam basa yang benar sangat berpengaruh terhadap kemampuan memahami konsep hidrolisis garam. Penggunaan STAD dimana siswa dapat mengkaitan hasil belajar sebelumnya dengan hasil belajar yang baru, sehingga keterkaitan antar konsep terbentuk dengan baik pada hasil belajar yang bermakna. Penelitian yang dilaksanakan oleh Fatmawati (2011) untuk materi ikatan kimia menyatakan bahwa ketuntasan siswa yang dibelajarkan dengan model kooperatif tipe STAD adalah 69%, sedangkan ketuntasan siswa yang dibelajarkan dengan model konvensional adalah 65,78%. Hasil penelitian Winata (2011) juga menunjukkan bahwa ketuntasan siswa yang dibelajarkan dengan model kooperatif tipe STAD adalah 61,25%, sedangkan ketuntasan siswa yang dibelajarkan dengan metode konvensional adalah 51,61%. Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Nugroho, dkk (2009) yang menunjukkan bahwa tingkat ketuntasan pada kelas eksperimen (STAD) sebesar 84,20%, sedangkan tingkat ketuntasan pada kelas kontrol (konvensional) sebesar 66,67%. METODE Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian eksperimental semu (Quasy Experimental Design). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA Negeri 9 Malang Tahun Ajaran 2012/2013. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik undian. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA 2 sebagai kelas kontrol. Kelas kontrol dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional, sedangkan kelas eksperimen dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi instrumen perlakuan dan instrumen pengukuran. Instrumen perlakuan dalam penelitian ini meliputi silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), hand-out, Lembar Kerja Siswa (LKS), dan lembar soal kuis. Instrumen yang digunakan untuk mengukur hasil perlakuan pada penelitian ini berupa ulangan harian (tes) dan lembar observasi. RPP dengan model pembelajaran kooperatif tipe
STAD diterapkan pada kelas eksperimen sedangkan RPP dengan model pembelajaran konvensional diterapkan pada kelas kontrol. Lembar observasi digunakan untuk mengetahui hasil belajar afektif di kelas, afektif saat diskusi, psikomotor, dan persepsi siswa. Kuis dan ulangan harian digunakan untuk mengetahui hasil belajar kognitif siswa. Pengumpulan data dilakukan selama 3 minggu di SMA Negeri 9 Malang. Jenis data yang diambil pada penelitian ini adalah data primer yang dikumpulkan langsung oleh peneliti, yaitu meliputi nilai kuis, nilai ulangan harian, hasil observasi, dan hasil angket. Nilai hasil belajar afektif (di kelas maupun saat diskusi) dan psikomotor siswa diperoleh dari observasi selama proses pembelajaran, persepsi siswa diperoleh dari pengisian angket persepsi, dan nilai hasil belajar kognitif siswa diperoleh dari ulangan harian yang dilakukan setelah materi hidrolisis garam selesai diajarkan, serta kuis yang dilakukan pada setiap pertemuan. Analisis data hasil penelitian ini dilakukan dengan analisis statistik dan analisis deskriptif. Nilai hasil belajar afektif di kelas, afektif saat diskusi, psikomotor, nilai kuis, dan persepsi siswa dianalisis dengan analisis deskriptif menggunakan teknik persentase. Sedangkan nilai hasil belajar kognitif berupa ulangan harian siswa dianalisis dengan analisis statistika menggunakan uji-t satu pihak. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Data Kemampuan Awal Siswa dan Hasil Belajar Siswa Data kemampuan awal siswa diperoleh dari nilai ulangan harian materi asam basa. Selanjutnya, data kemampuan awal siswa dilakukan analisis statistik yaitu uji normalitas, uji homogenitas, dan uji kesamaan dua rata-rata (uji-t). Hasil uji normalitas diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,860 (kelas eksperimen) dan 0,868 (kelas kontrol), artinya kedua kelas memiliki data kemampuan awal yang terdistribusi normal. Hasil uji homogenitas diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,343, artinya kedua kelas berasal dari populasi yang homogen. Hasil uji kesamaan dua rata-rata diperoleh nilai signifikansi sebesar 0,376, artinya kedua kelas memiliki kemampuan awal yang sama, dengan kata lain tingkat kecerdasan dan kapasitas belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah sama. Dalam penelitian ini, kuis diberikan untuk siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol pada setiap akhir mempelajari sub-bab. Selanjutnya, data nilai kuis siswa dilakukan analisis deskriptif. Rerata kuis pada pertemuan 1 untuk kelas eksperimen sebesar 87,60 dan untuk kelas kontrol sebesar 76,00, sedangkan rerata kuis pada pertemuan 2 untuk kelas eksperimen sebesar 89,53 dan untuk kelas kontrol sebesar 80,36, dan rerata kuis pada pertemuan 3&4 untuk kelas eksperimen sebesar 87,83 dan untuk kelas kontrol sebesar 81,54. Berdasarkan hasil analisis deskriptif data nilai kuis siswa dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai kuis siswa yang dibelajarkan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi daripada nilai kuis pada siswa yang dibelajarkan menerapkan model pembelajaran konvensional. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD memfasilitasi siswa untuk menemukan pengetahuannya sendiri melalui diskusi, baik diskusi kelompok maupun diskusi kelas. Hasil belajar kognitif siswa diperoleh dari nilai ulangan harian materi hidrolisis garam. Data hasil belajar kognitif siswa dilakukan analisis statistik, yaitu uji normalitas, uji homogenitas, dan uji hipotesis (uji-t). Hasil uji-t diperoleh nilai t-hitung > t-tabel (2,257 > 2,024) dan p (0,027 < 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol. Data hasil belajar siswa memiliki rata-rata (mean) untuk kelas eksperimen adalah 81,2 dengan persentase ketuntasan siswa 90% siswa yang tuntas dan untuk kelas kontrol adalah 76,3 dengan tingkat ketuntasan siswa 69,23% siswa yang tuntas, artinya bahwa rata-rata nilai ulangan harian siswa eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata nilai ulangan harian siswa kelas kontrol. Berdasarkan, nilai t-hitung yang
positif, berarti rata-rata nilai ulangan harian siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata nilai ulangan harian siswa kelas kontrol. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi hidrolisis garam. Peningkatan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi hidrolisis garam didukung oleh hasil belajar afektif. Hasil belajar afektif siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi hidrolisis garam memiliki rata-rata sebesar 87,60 dengan kriteria baik dan hasil belajar afektif siswa saat diskusi yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi hidrolisis garam bahwa jumlah siswa yang masuk kritesia sangat baik selalu mengalami peningkatan setiap pertemuan, pada pertemuan (1) sebesar 37,5%, pertemuan (2) sebesar 47,5%, dan pertemuan (3&4) sebesar 75%. Keaktifan siswa baik berdasarkan afektifnya maupun peningkatan keaktifan siswa selama diskusi disebabkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD membuat siswa lebih aktif dan kritis dalam memecahkan masalah yang mereka hadapi, serta lebih motivatif dalam menerima pelajaran. Selain didukung oleh hasil belajar afektif, peningkatan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi hidrolisis garam juga didukung dengan hasil belajar psikomotorik. Hasil belajar psikomotorik siswa yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi hidrolisis garam memiliki rata-rata nilai sebesar 86. Hal ini disebabkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD melatih siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran (praktikum atau percobaan). Hal ini sejalan dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yaitu hasil penelitian Fatmawati (2011) menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki kualitas hasil belajar siswa yang lebih baik (69% siswa tuntas) dibandingkan dengan pembelajaran konvensional (65,78% siswa tuntas) pada materi ikatan kimia, terlihat juga pada penelitian yang dilakukan oleh Irhamna (2009) menunjukkan hal yang sama yaitu model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar dan pemahaman siswa. Penelitian sejenis juga dilakukan Adesoji dan Tunde (2009) menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD berpotensi meningkatkan hasil belajar siswa karena model pembelajaran kooperatif tipe STAD memberikan hasil belajar yang lebih baik daripada model konvensional. Selanjutnya, penelitian yang dilakukan Majoka (2010) juga menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran matematika dapat meningkatkan pemahaman siswa (ranah kognitif). Untuk mengetahui bagaimana persepsi siswa terhadap pembelajaran kimia dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi hidrolisis garam digunakan instrumen non tes berupa angket. Penyebarannya dilakukan kepada kelas eksperimen setelah semua pembelajaran di kelas tersebut selesai. Dari keseluruhan siswa di kelas eksperimen, peneliti dapat menyebarkan angket kepada 40 siswa. Penilaian siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe STAD diperoleh rata-rata sebesar 78% yang artinya 78% siswa memberikan persepsi positif terhadap model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Hal ini didukung pula dengan penilaian afektif siswa pada kelas eksperimen yang memiliki rata-rata sebesar 87,60 dengan kriteria baik dan penilaian psikomotor siswa kelas eksperimen yang memiliki rata-rata sebesar 86 dengan ktiteria baik. Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat membuat proses pembelajaran kimia di kelas menjadi lebih menarik sehingga mendorong siswa untuk mencintai pelajaran kimia yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini disebabkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat membangkitkan rasa keingintahuan siswa, merangsang siswa bereaksi baik
secara fisik maupun emosional, serta dapat membantu guru untuk menciptakan suasana belajar menjadi lebih hidup, tidak monoton dan tidak membosankan sehingga dapat meningkatan hasil belajar siswa. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Terjadi peningkatan hasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi hidrolisis garam dengan persentase ketuntasan siswa 90% siswa yang tuntas. 2. Persepsi siswa terhadap model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pokok bahasan hidrolisis garam memberikan rata-rata sebesar 78%, artinya siswa memberikan persepsi positif terhadap penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pokok bahasan hidrolisis garam. Saran 1. Hasil penelitian di SMA Negeri 9 Malang menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar dan juga memberikan persepsi positif. Oleh sebab itu, pembelajaran kooperatif tipe STAD baik digunakan untuk membelajarkan materi lain dalam pembelajaran kimia yang memiliki karakteristik serupa dengan materi hidrolisis garam, seperti asam-basa, larutan penyangga, dan kelarutan dan hasil kelarutan. 2. Penelitian ini hendaknya dapat diteruskan oleh peneliti selanjutnya untuk diterapkan pada kelas dan sekolah lain dengan materi yang berbeda. DAFTAR RUJUKAN Adesoji, Francis A. dan Tunde L. Ibraheem. 2009. Effects Student Teams-Achievement Divisions Strategy and Mathematics Knowledge on Learning Outcomes in Chemical Kinetics. The Journal Of International social Research, Volume 2/6 Winter 2009, (online), (http://www.sosyalarastirmalar.com/cilt2/sayi6pdf/adesoji_ibraheem.pdf), diakses pada 18 Februari 2012. Fatmawati, Fiter. 2011. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisons) terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Singosari pada Materi Larutan Peyangga (Buffer). Skripsi Tidak Diterbitkan. Malang: FMIPA Universitas Negeri Malang. Irhamna, Mega dan Sutrisni. 2009. Cooperative Learning dengan Model STAD pada Pembelajaran Matematika Kelas VIII SMP Negeri 2 Delitua. Jurnal Penelitian Pendidikan, Tahun 19 Nomor 2 Oktober 2009, (online), (http://journal.unnes.ac.id/index.php/JPP/article/view/186), diakses pada 20 Februari 2012. Majoka, Muhammad Iqbal., Dad, Malik Hukam., dan Mahmood, Tariq. 2010. Student Team Achievement Division (STAD) As An Active Learning Strategy: Empirical Evidence From Mathematics Classroom. Journal of Education and Sociology, ISSN: 2078032X Desember 2010, (online), (http://journal.of. education.and.sociology), diakses pada 26Februari 2012. Nugroho., U, Hartono., dan Edi, S. 2009. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Berorientasi Keterampilan Proses. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 5 (2009): 108-112, ISNN 1693-1246 Juli 2009. (online), (http://journal.unnes.ac.id/index.php/JPP/article), diakses pada 10 Maret 2012.
Slavin, Robert E. 1995. Cooperative Learning Theory, Research, and Practice. Boston: Allyn and Bacon. Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori & Aplikasi Paikem. Surabaya: PUSTAKA PELAJAR. Winata, Anggun. 2011. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisons) Berbantuan Media Pembelajaran Berbasis Komputer Materi Bahan Kimia Rumah Tangga terhadap Hasil Belajar Siswa di SMP Brawijaya Smart School (BSS) Malang. Skripsi Tidak Diterbitkan. Malang: FMIPA Universitas Negeri Malang.