Proyek Tower Ambassador 2 St.Moritz
Bab VI
BAB VI PENGENDALIAN PROYEK Pada
Bab
ini
akan
dijelaskan
mengenai
Pengendalian
proyek.
Pengendalian proyek yaitu Suatu kegiatan pengawasan/Monitoring suatu Proyek agar proyek bisa berjalan dengan lancar dan mendapatkan mutu yang baik, penggunaan biaya dan waktu serta evaluasi atau pengambilan langkah-langkah yang diperlukan pada saat pelaksanaan, agar proyek dapat selesai sesuai dengan yang direncanakan . Dalam rangka pengendalian dan pengawasan pekerjaan di lapangan atau lazim disebut monitoring (Pengendalian Mutu, Waktu dan Biaya) suatu media atau alat yang mampu merangkum informasi-informasi secara tepat dan cepat dapat diketahui. Umumnya pengendalian tersebut dipakai media jaringan kerja, curve S, formulir disamping Kontrak (spesifikasi Teknis, Gambar dll). Media komunikasi
tersebut
bermanfaat
untuk
memastikan
tentang
kondisi
kemajuan proyek, masalah yang terjadi, serta keputusan dan tindakan yang diambil oleh yang berwenang. Pengendalian Proyek dilaksanakan secara umum dapat dikelompokan sebagai berikut: 1. Pengendalian Mutu. 2. Pengendalian Waktu 3. Pengendalian Biaya. 4. Pengendalian Tenaga Kerja
VI- 1
Proyek Tower Ambassador 2 St.Moritz
Bab VI
6.1. Pengendalian Mutu Pengendalian mutu adalah mengendalikan jalannya pelaksanaan proyek agar mendapatkan mutu yang baik dan sesuai dengan syarat yang ditentukan dalam kontrak. Alat Pengendali Mutu Proyek yang harus dikuasai oleh Pengawas/Direksi Pekerjaan adalah sebagai berikut: 1) Spesifikasi teknis (Pabrikan, RKS). 2) Metode Pelaksanaan (Pabrikan, RKS). 3) Gambar Kerja. 4) Hasil Tes bahan dari Laboratorium. 5) Peraturan-peraturan pemerintah. 6) Peraturan-peraturan khusus yang harus dikuti yang tercantum dalam kontrak. Setiap Pengawas harus menguasai RKS/ Spesifikasi teknis dari pekerjaan yang akan dilaksanakan maupun Metode pelaksanaan, gambar kerja, pembacaan hasil tes Laboratoriun serta peraturan-peraturan yang harus diikuti. 6.1.1. Pengendalian Mutu Material Material merupakan bagian yang penting dalam suatu proyek konstruksi karena suatu proyek yang memiliki mutu yang tinggi berawal dari penggunaan material yang bermutu. Dalam proyek tower ambassador 2 st.moritz ini material yang digunakan yaitu beton readymix dan besi tulangan. Untuk menjaga kualitas dan mutu dari material – material tersebut diperlukan pengujian terlebih dahulu. Pengujian yang dilakukan meliputi pengujian tarik dan tekuk untuk besi tulangan dan uji slump test dan uji tekan pada beton readymix.
VI- 2
Proyek Tower Ambassador 2 St.Moritz
Bab VI
Pengujian tarik dan tekuk dilakukan oleh sub kontraktor yang ditunjuk dari pihak kontraktor utama yaitu PT.Pembangunan Perumahan (PP),Tbk. Sub kontraktor yang ditunjuk oleh PT.PP,Tbk untuk menyuplai besi tulangan yaitu PT.Interworld dan Master Steel. Pengujian dapat dilaksanakan jika kedatangan barang beratnya sudah mencapai 20 ton. Sampel yang diambil berdasarkan diameter besi yang akan diuji. Untuk satu ukuran diameter diambil satu sampel. Material yang layak untuk dipakai harus sesuai dengan standar yang ditentukan, pada proyek ini standar yang digunakan adalah SNI. Apabila besi tulangan yang telah uji ternyata mutu yang dihasilkan tidak sesuai dengan standar, dilakukan penukaran dengan barang yang layak dipakai. Dalam hal ini sudah ada perjanjian tertulis antara kontraktor utama dengan sub kontraktor. Hasil uji Tarik dan uji tekuk besi dapat dilihat pada lampiran No.6. Dalam hal suplai beton readymix sub kontraktor yang ditunjuk adalah PT.Adhimix. Untuk menjaga mutu beton readymix dilakukan uji slump test dan uji kuat tekan. Uji slump test dilakukan untuk mengetahui tingkat keenceran dari suatu adukan beton yang didatangkan dari PT.Adhimix. Pada proyek ini uji slump test tidak dilakukan secara ruti. Yang dimaksud rutin ini tidak didatangkan sesuai kedatangan truck mixer tetapi hanya dilakukan jika ada pengecoran berskala besar. Berbeda dengan slump test, untuk pengujian kuat tekan dilakukan setiap kedatangan truck mixer karena resikonya cukup besar jika mutu yang direncanakan ternyata tidak sesuai yang diharapkan dan uji kuat tekan ini dilakukan sebagai bentuk laporan pertanggung jawaban dari sub kontraktor kepada kontraktor utama . Untuk menanggulangi hal tersebut maka dilakukan uji
VI- 3
Proyek Tower Ambassador 2 St.Moritz
Bab VI
kuat tekan setiap kedatangan truck mixer. Satu truck mixer dibuat 2 sample benda uji yang nantinya akan diuji pada umur 7 hari dan 14 hari. Pada adukan beton readymix untuk balok prestressed diambil lebih banyak sampel karena untuk bisa dilakukan pengujian tarik (stressing), kuat tekan beton harus mencapai 65 – 70% dari kuat tekan beton rencana. Sampel yang diambil ada 6 sampel yaitu untuk pengujian pada 7 hari, 14 hari, 28 hari , 56 hari dan seterusnya. Solusi jika kuat tekan beton tidak sesuai rencana dilakukan rapat Antara para pelaksana dan pihak sub kontraktor yang bertanggung jawab. Rapat ini bertujuan mencari solusi apa langkah yang bisa diambil selanjutnya seperti membuat perkuatan seperti balok semu. Untuk hasil uji tekan beton pada proyek ini dapat dilihat pada lampiran No. 7.
Gambar 6.1. Sampel uji tekan 6.1.2. Pengendalian Pekerjaan Pengendalian mutu telah dilakukan ketika proses pekerjaan berlangsung. Hal ini dilakukan untuk menjaga kuialitas hasil pekerjaan yang akan dicapai. Pengawasan terhadap proses pekerjaan ini berawal dari pekerjaan pembesian, VI- 4
Proyek Tower Ambassador 2 St.Moritz
Bab VI
bekisting lalu pengecoran. Masing – masing telah mempunyai daftar checklist yang harus diisi melalui inspeksi ke lapangan. Daftar checklist dapat dilihat pada bab lampiran. Pada proyek ini ada 2 pihak yang mengawasi dan mengendalikan mutu proses pekerjaan yaitu MCG dari pihak owner dan quality control (QC) dari pihak kontraktor utama. Pertama seorang QC melaksanakan inspeksi ke lapangan untuk mengecek proses pekerjaan kemudian hasil inspeksi tersebut dibuat dalam format laporan yang ditujukan kepada pihak owner. lalu pihak MCG dari owner mengecek laporan dari pihak kontraktor utama tersebut dengan melakukan inspeksi ke lapangan juga untuk memastikan apakah laporan yang diberikan pihak kontraktor sesuai dengan kondisi lapangan . Jika tidak sesuai dengan yang dilaporkan pihak kontraktor, pihak owner berhak untuk membuat sebuah klaim melalui sebuah laporan yang disebut NCR (Non Conformed Report). NCR (Non Conformed Report) yaitu laporan yang didalamnya mengajukan perbaikan pekerjaan yang tidak sesuai dengan yang dilaporkan oleh pihak kontraktor utama. Dalam hal ini pihak kontraktor utama diwajibkan untuk melaksanakan perbaikan pekerjaan sesuai dengan perintah dari pihak owner. contoh NCR pada pengendalian mutu pada proses pekerjaan dapat dilihat pada lampiran No.5.1. Walaupun sudah dilakukan pengawasan pada proses pekerjaan belum bisa menjamin hasil pekerjaan akan bagus seperti yang diinginkan . permasalahan pada hasil pekerjaan yang sering terjadi pada proyek ini seperti plin dinding, balok bunting dan lain – lain. Pada pengendalian hasil pekerjaan juga dilakukan oleh VI- 5
Proyek Tower Ambassador 2 St.Moritz
Bab VI
seorang QC. Dan pihak MCG dari owner. Jika ada laporan QC yang tidak sesuai dengan kondisi lapangan maka pihak MCG akan membuat NCR. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada lampiran No.5.2. 6.2. Pengendalian waktu Pengendalian waktu di lapangan bertujuan untuk menjaga agar waktu pelaksanaan sesuai dengan rencana waktu yang telah dipersiapkan sebelum proyek dimulai. Hal ini dimaksudkan agar rencana waktu yang telah ada dapat digunakan sebagai tolok ukur terhadap pelaksanaan untuk mengetahui kemajuan pekerjaan. 6.2.1 Jadwal waktu pelaksanaan Jadwal waktu penting sekali artinya bagi pimpinan proyek didalam melaksanakan pekerjaannya. Dengan adanya jadwal waktu ini, pimpinan proyek dapat mengetahui dengan jelas rancana kerja yang akan dilaksanakannya, sehingga kontinuitas pekerjaan dapat dipelihara. Adapun tujuan dari pembuatan jadwal waktu pelaksanaan adalah : 1. Untuk menentukan target lamanya waktu pelaksanaan proyek. 2. Sebagai
pedoman
bagi
pelaksana
untuk
memudahkan
didalam
melaksanakan pekerjaannya agar suatu pekerjaan dapat berjalan dengan lancar dan mencapai tujuan. 3. Untuk memperkirakan alokasi sumber daya yang harus disediakan setiap kali diperlukan agar proyek berjalan lancar.
VI- 6
Proyek Tower Ambassador 2 St.Moritz
4. Untuk
mengontrol
kemajuan
Bab VI
pekerjaan
sehingga
apabila
ada
keterlambatan didalam pelaksanaan dapat diketahui segera dan diambil langkah-langkah penanggulangannya. 5. Untuk mengevaluasi hasil pekerjaan dimana hasil evaluasi dapat dipakai sebagai pedoman untuk melaksanakan pekerjaan sejenis. 6.2.2 Laporan kemajuan pekerjaan Seiring dengan adanya kemajuan (progress) pada masing-masing pekerjaan, untuk mengetahui kemungkinan adanya penyimpangan terhadap rencana perlu dilakukan pengukuran pada pekerjaan yang telah dilaksanakan. Hasil pengukuran pekerjaan dituangkan dalam suatu laporan. Laporan kemajuan proyek menjelaskan kemajuan proyek sampai dengan saat pelaporan, termasuk didalamnya : Tabulasi persentase penyelesaian pekerjaan utama. Kemajuan pekerjaan dibandingkan dengan jadwal induk. Kesulitan yang dihadapi dan rencana pemecahannya. Membahas masalah penting yang mungkin berdampak besa terhadap pencapaian sasaran proyek. Sistem informasi (laporan) sebaiknya memberikan keterangan yang singkat, jelas dan dapat dimengerti. Tabulasi kemajuan pekerjaan menjelaskan hasil-hasil kegiatan perencanaan, pangadaan dan pelaksanaan yang telah dicapai sampai saat pelaporan, kumulatif dan pada bulan yang bersangkutan untuk maksud tersebut, masingmasing kegiatan harus dihitung bobotnya.
VI- 7
Proyek Tower Ambassador 2 St.Moritz
Bab VI
6.2.3. Hal – hal yang mempengaruhi Pengendalian waktu 6.2.3.1. Bahan Material Agar proyek bisa berjalan dengan lancar, sudah pasti sediaan material harus selalu siap sehingga setiap pekerjaan yang akan dilaksanakan bisa dilaksanakan. Namun, proyek merupakan suatu hal yang kompleks, tidak semua yang direncanakan bisa terlaksana dengan lancar. Salah satunya yaitu permasalahan dalam pengadaan material. Pada proyek pembangunan Tower Ambassador 2 St.Moritz ini, permasalahan pengadaan material bisa diatasi karena sudah ada bagian logistik dari pihak kontraktor yang selalu mengontrol sediaan material yang ada. Jika mereka menemukan kekurangan atau sediaan material sudah sedikit pihak pengawas logistik memesan pada sub kontraktor yang ditunjuk sebagai penyuplai untuk menyediakan material yang harus disediakan. Pada proyek ini material selalu di siapkan untuk pekerjaan 2 lantai sehingga material tidak menjadi penghambat waktu pelaksanaan.
Gambar 6.2. Siklus sediaan material proyek Tower Ambassador 2 St.Moritz
VI- 8
Proyek Tower Ambassador 2 St.Moritz
Bab VI
6.2.3.2. Tenaga Kerja Tenaga kerja juga merupakan faktor penting yang dapat mempengaruhi waktu. Sebagai perusahaan yang sudah berpengalaman pihak PT.Pembangunan Perumahan,Tbk dari awal telah menunjuk sub kontraktor yang mempunyai mandor – mandor yang siap untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja sehingga proyek bisa berjalan dengan lancar. 6.2.3.3. Metode Pelaksanaan Metode yang tepat dapat mempercepat pelaksanaan proyek. Untuk itu, PT PP,Tbk selalu menciptakan inovasi – inovasi untuk mempercepat pelaksanaan pekerjaan. Contoh inovasi yang dilaksanakan pada proyek Tower Ambassador 2 St.Moritz ini yaitu Pemakaian Stereofoam pada pemasangan blockout untuk mengurangi penggunaan kayu. 6.2.4 Kurva Pengendalian Kurva-S dapat dibuat dengan cepat dan mudah dalam penggunaannya untuk berbagai tujuan, termasuk pembandingan visual antara target dan kemajuan aktual. Kurva dipakai juga untuk pengujian ekonomi dan mengatur pembebanan sumber daya serta alokasinya, menguji perpaduan kegiatan terhadap rencana kerja, pembandingan kinerja aktual target rencana atau anggaran biaya untuk keperluan evaluasi dan analisis penyimpangan. Kurva kemajuan secara grafis dapat memberikan bermacam ukuran kemajuan pada sumbu tegak dikaitkan dengan satuan waktu pada sumbu mendatar. Kriteria kemajuan dapat berupa persentase bobot prestasi pelaksanaan atau produksi, nilai uang yang dibelanjakan, jumlah kuantitas atau volume pekerjaan, penggunaan berbagai VI- 9
Proyek Tower Ambassador 2 St.Moritz
Bab VI
sumber daya dan masih banyak lagi ukuran lainnya. Kurva S pada proyek ini dapat dilihat pada lampiran No.3. Pada proyek Tower Ambassador 2 St.Moritz ini terjadi keterlambatan pada proses pelaksanaannya. Untuk mengendalikan waktu dilakukan dengan cara membuat jadwal ulang sesuai dengan progress yang ditargetkan agar waktu yang direncanakan tidak meleset. Penambahan tenaga kerja juga dilakukan untuk mengejar keterlambatan pelaksanaan. 6.3. Pengendalian Biaya Pegendalian biaya merupakan langkah akhir dari proses pengelolaan biaya proyek, yaitu mengusahakan agar penggunaan dan pengeluaran biaya sesuai dengan perencanaan, berupa anggaran yang telah ditetapkan. Dengan demikian, aspek dan objek pengendalian biaya akan identik dengan perencanaan biaya sehingga berbagai jenis kegiatan di kantor pusat dan lapangan harus selalu dipantau dan dikendalikan agar hasil implementasinya sesuai dengan anggaran yang telah ditentukan. Agar suatu pegendalian biaya dapat terlaksana dengan baik, di samping pelakunya harus menguasai masalah teknis serta tersedianya prosedur dan perangkatpenunjang, dalam perusahaan yang bersangkutan diperlukan suatu suasana atau kondisi yang mendukung, antara lain :
Sikap sadar anggaran; ini berarti semua pihak penyelenggara proyek menyadari dampak kegiatan yang dilakukan terhadap biaya.
Selalu berpikir untuk mencari alternatif yang dapat menghasilkan penghematan biaya. VI- 10
Proyek Tower Ambassador 2 St.Moritz
Bab VI
Salah satu cara yang mendorong terciptanya suasana tersebut adalah mengkomunikasikan kepada pihak pimpinan dan mereka yang berkepentingan perihal penggunaan dana dan menekankan adanya area-area yang berpotensial dapat diperbaiki kinerjanya. 6.3.1 Anggaran Biaya Proyek Acuan yang digunakan sebagai tolok ukur di dalam pengendalian biaya proyek adalah rencana anggaran biaya. Anggaran biaya merupakan perencanaan terperinci perkiraan biaya seluruh item pekerjaan, yang di distribusikan sesuai dengan time schedule yang telah ditetapkan. Bahan-bahan yang diperlukan didalam penyusunan rencana anggaran biaya antara lain berupa gambar rencana, spesifikasi teknis, analisa sumber daya dan analisa harga satuan. Sebelum pembangunan proyek selesai dan siap dioperasikan, diperlukan sejumlah besar biaya atau modal yang dikelompokkan menjadi modal tetap (fixed capital) dan modal kerja (working capital), atau denga kata lain biaya proyek atau investasi = modal tetap + modal kerja. Pengelompokkan ini berguna pada waktu pengkajian aspek ekonomi dan pendanaan. A. Modal Tetap (fixed capital) Modal tetap adalah bagian dari biaya proyek yang dipakai untuk membangun instalasi atau menghasilkan produk proyek yang diinginkan, mulai dari pengeluaran studi kelayakan, desain-engineering, pengadaan, pabrikasi, konstruksi sampai instalasi atau produk tersebut berfungsi penuh.Selanjutnya, modal tetap dibagi menjadi biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung (indirect cost). VI- 11
Proyek Tower Ambassador 2 St.Moritz
Bab VI
1. Biaya Langsung Menurut Soeharto, 1995, biaya langsung (direct cost) adalah biaya untuk segala sesuatu yang akan menjadi komponen permanen hasil akhir proyek. Biaya langsung terdiri dari :
Penyiapan Lahan (Site Preparation). Pekerjaan ini terdiri dari clearing, grubbing, menimbun dan memotong tanah, mengeraskan tanah, dan lainlain. Di samping itu, juga pekerjaan-pekerjaan membuat pagar, jalan, dan jembatan.
Pengadaan Peralatan Utama. Semua peralatan utama yang tertera dalam gambar desain-engineering harus disiapkan. Contoh untuk ini adalah kolom destilasi, reaktor, regenerator, geberator dapur dan lain - lain.
Biaya merakit dan memasang peralatan utama. Terdiri dari pondasi struktur penyangga, isolasi dan pengecatan.
Pipa. Terdiri dari pipa transfer, pipa penghubung antar peralatan dan lainlain.
Alat-alat listrik dan instrumen. Terdiri dari gardu listrik, motor listrik, jaringan distribusi dan instrumen.
Pembangunan gedung perkantoran, pusat pengendalian operasi (control room), gudang dan bangunan sipil lainnya.
Fasilitas pendukung, seperti utility dan offsite. Terdiri dari pembangkit listrik, fasilitas air pendingin dan tangki.
Pembebasan tanah. Biaya pembebasan tanah seringkali dimasukkan ke dalam biaya langsung. VI- 12
Proyek Tower Ambassador 2 St.Moritz
Bab VI
2. Biaya Tidak Langsung Menurut Soeharto, 1995, biaya tidak langsung (indirect cost) adalah pengeluaran untuk manajemen, supervisor dan pembayaran material serta jasa untuk pengadaan bagian proyek yang tidak akan menjadi instalasi atau produk permanen, tetapi diperlukan dalam proses pembangunan proyek. Biaya tidak langsung meliputi antara lain :
Gaji tetap dan tunjangan bagi tim manajemen, gaji dan tunjangan bagi tenaga kerja bidang engineering, inspektor, penyedia konstruksi lapangan dan lain-lain.
Kendaraan dan peralatan konstruksi. Termasuk biaya pemeliharaan, pembelian bahan bakar, minyak pelumas dan suku cadang.
Pembangunan fasilitas sementara. Termasuk perumahan darurat tenaga kerja, penyediaan air, listrik, fasilitas komunikasi sementara untuk konstruksi dan lain-lain.
Pengeluaran umum. Butir ini meliputi bermacam keperluan tetapi tidak dapat dimasukkan ke dalam butir yang lain, seperti small tools, penggunaan sekali pakai (consumerable), misal kawat las.
Laba kontinjensi (fee). Kontinjensi dimaksudkan untuk menutupi hal - hal yang belum pasti.
Overhead. Butir ini meliputi biaya untuk operasi perusahaan secara keseluruhan, terlepas dari ada tidak adanya kontrak yang sedang ditangani. Misalnya, biaya pemasaran, advertensi, gaji eksekutif, sewa kantor, telepon atau komputer. VI- 13
Proyek Tower Ambassador 2 St.Moritz
Pajak,
pungutan/sumbangan,
Bab VI
biaya
perijinan
dan
asuransi.
Berbagainmacam pajak, seperti PPN, PPh, dan lainnya atas hasil operasi perusahaan. B. Modal Kerja (working capital) Modal kerja diperlukan untuk menutupi kebutuhan pada tahap awal operasi, yang meliputi antara lain :
Biaya pembelian bahan kimia, minyak pelumas dan material, serta bahan lain untuk operasi.
Biaya persediaan (inventory) bahan mentah dan produk serta upah tenaga kerja pada awal operasi.
Pembelian suku cadang untuk keperluan operasi selama kurang lebih satu tahun. Perbandingan jumlah modal kerja terhadap total investasi berkisar Antara 5-10 %.
C. Biaya Pemilik, Biaya Kontraktor, dan Biaya Lingkup Kerja Pemilik Bila implementasi fisik proyek diserahkan kepada kontraktor, maka anggaran proyek untuk maksud perencanaan dan pengendalian di samping klasifikasi di atas, dikelompokkan menjadi sebagai berikut ini. 1. Biaya Pemilik (Owner cost) Biaya pemilik meliputi rencana pengeluaran untuk :
Biaya administrasi pengelolaan proyek oleh pemilik, misalnya administrasi pinjaman (loan administration), kepegawaian, perjalanan dinas dari tim pemilik proyek.
VI- 14
Proyek Tower Ambassador 2 St.Moritz
Bab VI
Pembayaran kepada konsultan, royalty, paten dan pembayaran ijin yang berkaitan dengan penyelenggaraan proyek, seperti IMB, Depnaker, penggunaan frekuensi (untuk proyek telkom yang memerlukan frekuensi).
Pembayaran pajak.
Menyiapkan operator dan mekanik instalasi hasil proyek.
2. Biaya Kontraktor Biaya yang dibebankan oleh kontraktor kepada pemilik atas jasa yang telah diberikan, sebesar biaya kontrak untuk jenis kontrak harga tetap. 3. Biaya lingkup Kerja Pemilik (Owner scope) Dalam rangka pembinaan dan peningkatan kemampuan serta kesempatan kerja pengusaha dan personil dalam negeri, pemilik atau pemerintah seringkali menyerahkan bagian pekerjaan kepada mereka, yang pengelolaannya langsung ditangani oleh tim proyek pemilik. Pengelompokan anggaran biayanya dikenal sebagai owner scope. Jadi, adalah biaya untuk menutup pengeluaran bagi pelaksanaan pekerjaan fisik yang secara administratif ditangani langsung oleh pemilik (tidak diberikan kepada kontraktor atau kontraktor utama). Umumnya terdiri dari fasilitas di luar instalasi, misalnya pembangunan perumahan pegawai, telekomunikasi dan infrastruktur pendukung lainnya. 6.3.2 Anggaran Kas Proyek Setelah anggaran biaya dan pendistribusian anggaran biaya berdasarkan time schedule dibuat, maka langkah selanjutnya dibuat anggaran kas proyek VI- 15
Proyek Tower Ambassador 2 St.Moritz
Bab VI
(Project Cashflow). Project Cashflow merupakan taksiran penerimaan dan pengeluaran yang akan atau sedang dikerjakan.. Adapun kegunaan Project Cashflow yaitu dalam hal : Mengetahui kemungkinan posisi kas pada masa yang akan datang. Mengetahui terlebih dahulu kapan akan terjadi kekurangan kas, serta kapan akan terjadi kelebihan kas. Menetapkan jumlah pinjaman yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu proyek. Mengetahui jumlah bunga pinjaman modal kerja. Memperkirakan posisi biaya pada akhir proyek. Penyusunan Project Cashflow pada saat dimulainya suatu proyek sampai dengan proyek selesai (termasuk masa pemeliharaan). Skala waktu penyusunan Project Cashflow adalah bulanan dan setiap bulan dilakukan penyesuaian. Hal ini dilakukan mengingat realisasi umumnya tidak tidak sesuai dengan yang direncanakan dengan dapat mengikuti penerimaan maupun pengeluaran yang sebenarmya. Setiap kali dilakukan penyesuaian sekaligus dilakukan perkiraan rencana anggaran dari sisa pekerjaan yang belum dilaksanakan. Untuk rencana arus kas pada Proyek Tower Ambassador 2 ini dapat dilihat pada lampiran No.4. 6.3.3 Laporan Biaya Proyek Untuk mengetahui status biaya pada saat pengukuran kemajuan
VI- 16
Proyek Tower Ambassador 2 St.Moritz
Bab VI
pekerjaan, dilakukan dengan cara membandingkan rencana anggaran biaya pada saat kemajuan tercapai dengan laporan pengeluaran biaya sampai dengan saat monitoring. Dengan adanya laporan pengeluaran biaya baik laporan harian, mingguan maupun bulanan, manajer proyek selaku pimpinan proyek beserta personil inti lainnya secara terus-menerus mengendalikan segala macam sumber daya (material, tenaga kerja, dan peralatan) serta faktor penunjang lain yang akan mempengaruhi besar kecilnya biaya proyek. Isi laporan bulanan pembiayaan proyek meliputi :
Biaya umum (overhead).
Biaya konstruksi dilapangan, biaya ini dikelompokkan menjadi biaya langsung dan biaya tidak langsung.
Pembelian material, pembayaran upah tenaga kerja dan pembelian atau sewa peralatan.
Laporan penggunaan dana, meliputi rencana penggunaan dana bulan yang akan datang dan rencana arus kas (cashflow).
6.4. Pengendalian Tenaga Kerja 6.4.1. Pengendalian Jumlah Tenaga Kerja. Sebelum
proyek
konstruksi
dimulai,
biasanya
pihak
Kontraktor
mengajukan Time Schedule untuk menentukan durasi/lama pengerjaan proyek tersebut. Untuk menghitung durasi pelaksanaan, kita tak lepas menghitung jumlah tenaga kerja yang harus disediakan untuk mencapai target tersebut.
VI- 17
Proyek Tower Ambassador 2 St.Moritz
Bab VI
Pada kesempatan ini akan kami ulas tentang cara menghitung jumlah tenaga kerja dalam sebuah pekerjaan. Ada beberapa alternatif yang digunakan untuk menghitung jumlah tenaga kerja dalam sebuah pekerjaan, antara lain : 1. Pengalaman Pekerjaan Pengalaman merupakan guru yang paling berharga. Dari pengalaman dari setiap item pekerjaan konstruksi tentu dapat memperkirakan jumlah tenaga kerja untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut. 2. Standar Analisa Harga Satuan Pekerjaan SNI Dengan pedoman analisa harga satuan yang dikeluarkan SNI juga bisa menentukan jumlah material dan tenaga kerja dalam sebuah pekerjaan. Setelah jumlah tenaga kerja telah diperoleh, pihak kontraktor utama mengajukan penyediaan tenaga kerja kepada sub kontraktor yang terkait dengan pekerjaan yang akan dilaksanakan misalnya jika akan melakukan pekerjaan pembesian maka pengajuan penyediaan kepada sub kontraktor pembesian.
6.4.2. Pengendalian Keselamatan Tenaga Kerja.
Untuk
menjaga
keselamatan
para
pekerjanya,
PT.Pembangunan
Perumahan, Tbk sangat memperhatikan keselamatan pekerjanya dengan melakukan safety talk yang materinya disampaikan oleh petugas she-o (safety, health and environmental organization). Materi ini ditujukan untuk semua pelaksana dan para tukang yang bekerja dilapangan.
VI- 18
Proyek Tower Ambassador 2 St.Moritz
Bab VI
Gambar 6.3. Pelaksanaan she talk.
Selain dilakukan she talk dilakukan training untuk para pekerja. Kegiatan ini bertujuan untuk memberi arahan untuk para pekerja agar memakai kelengkapan APD (Alat Pelindung diri) dalam melaksanakan pekerjaannya dilapangan serta memberi petunjuk ketika hal – hal yang tidak diinginkan terjadi seperti kebakaran, gas bocor, dan lain –lain.
Gambar 6.4. Training Pekerja
Tidak hanya pelatihan atau training untuk para pekerja, untuk mengendalikan keselamatan para pekerja juga dipasang fasilitas – fasilitas seperti:
VI- 19
Proyek Tower Ambassador 2 St.Moritz
Bab VI
1. Pagar keamanan (reling)
Gambar 6.5.Pagar reling 1. Penadah barang yang jatuh dari atas
Gambar 6.6. Penadah bararang yang jatuh dari atas 2. Banner peraturan keselamatan
Gambar 6.7. Banner peraturan mengenai keselamatan VI- 20
Proyek Tower Ambassador 2 St.Moritz
Bab VI
3. Rambu – rambu
Gambar 6.8. Rambu – rambu
VI- 21