LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) DI RESORT PEMANGKUAN HUTAN (RPH) MANDIRANCAN BAGIAN KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN (BKPH) KEBASEN KESATUAN PEMANGKUAN HUTAN (KPH) BANYUMAS TIMUR PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH
Oleh : MOHAMMAD ZULFI ILHAM NIM.090500158
PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2012
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Laporan PKL
: Laporan Pelaksanaan Kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) di Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Mandirancan Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Kebasen Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyumas Timur Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah.
Nama
: Mohammad Zulfi Ilham
NIM
: 090500158
Program Studi
: Manajemen Hutan
Jurusan
: Manajemen Pertanian
Pembimbing,
Penguji I,
Penguji II,
Ir. M.Fadjeri, MP Dwinita Aquastini,S.Hut, MP Ir. Rita Yuliani NIP.196108121988031003 NIP.197002141997032002 NIP.196307081992032002 Menyetujui/Mengesahkan, Ketua Program Studi Manajemen Hutan Poiteknik Pertanian Negeri Samarinda
Ir.M. Fadjeri, MP NIP.19610812 198803 1 003
Lulus ujian pada tanggal
: ………………………
KATA PENGANTAR Puji syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya laporan ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktu yang ditentukan. Kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) merupakan kegiatan akademik yang wajib diikuti oleh mahasiswa semester akhir untuk memperoleh gelar Ahli Madya. Laporan ini disusun berdasarkan hasil PKL di Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Mandirancan Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Kebasen Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyumas Timur Unit I Jawa Tengah. Pada kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Ir. M. Fadjeri, MP selaku Dosen Pembimbing dan Ketua Program Studi Manajemen Hutan. 2. Bapak Ir. Hasanudin, MP selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. 3. Ibu Dwinita Aquastini, S.Hut.,MP dan Ibu Ir. Rita Yuliani selaku Dosen Penguji I dan II 4. Bapak Ir. Wartomo, MP
selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda. 5. Bapak Azis, S. Hut selaku Asper Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Mandirancan Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Kebasen Kesatuan Pemangkuan Hutan Banyumas Timur Unit I Jawa Tengah. 6. Bapak Mulyono selaku Ketua Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Mandirancan Bagian
Kesatuan
Pemangkuan
Hutan
(BKPH)
Kebasen
Pemangkuan Hutan (KPH) Banyumas Timur Unit I Jawa Tengah.
Kesatuan
7. Rekan-rekan yang tergabung dalam tim Praktik Kerja Lapang (PKL) 2012 di Resort
Pemangkuan
Hutan
(RPH)
Mandirancan
Bagian
Kesatuan
Pemangkuan Hutan (BKPH) Kebasen Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyumas Timur Unit I Jawa Tengah. Tanpa bantuan dari bapak-bapak serta semua pihak, tidak mungkin kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) terlaksana dengan baik. Besar harapan Penulis semoga laporan ini dapat bermanfaat sebagaimana mestinya.
Penulis Sei Keledang,
Mei 2012.
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR……………………………………………………..
iii
DAFTAR ISI……………………………………………………………….
v
DAFTAR TABEL………………………………………………………….
vi
DAFTAR GAMBAR………………………………………………………
vii
I.
II.
III.
IV.
PENDAHULUAN A.LatarBelakang………………………………………………… B.Tujuan………………………………………………………….. C. Hasil yang diharapkan……………………………………….
1 2 2
KEADAAN UMUM PERUSAHAAN A. Tinjauan Umum Perusahaan……………………………….. B. Manajemen Perusahaan…………………………………….. C. Lokasi dan Waktu Kegiatan PKL……………………………
4 4 7
HASIL PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL) A. Pembuatan Tanda Batas Petak……………………………. B. Pembersihan Lapangan Sadap……………………………. C. Pembuatan Areal/Blok Sadapan…………………………… D. Sensus dan Penomoran Pohon Pinus…………………….. E. Pembersihan Kulit Pohon…………………………………… F. Pembuatan Quare Awal……………………………………. . G. Persemaian…………………………………………………..
8 9 11 12 14 15 17
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan…………………………………………………… B. Saran…………………………………………………………..
19 20
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Nomor
Tubuh Utama
Halaman
1. Jadwal Kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) di Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Mandirancan Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Kebasen Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyumas Timur…………………………………………..
7
2. Hasil Kerja Lapang dalam Menentukan Tanda Batas Petak…………..
9
3. Hasil Kerja Lapang dalam Kegiatan Pembersihan Lapangan...............
10
4. Hasil Kerja Lapang Pembuatan Areal/Blok Sadapan…………………..
12
5. Hasil Kerja Lapang dalam Kegiatan Sensus dan Penomoran Pohon...
13
6. Hasil Kerja Lapang dalam Kegiatan Pembersihan Kulit Pohon……….
15
7. Hasil Kerja Lapang dalam Kegiatan Pembuatan Quare Awal…………
16
8. Persemaian………………………………………………………………...
18
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Lampiran
Halaman
1. Pembuatan Tanda Batas Petak……………………………………
23
2. Pembersihan Area Sadapan……………………………………….
23
3. Kegiatan Penomoran Pohon Pinus………………………………..
24
4. Pembersihan Kulit Pohon……………………………………………
24
5. Pembuatan Quare Awal…………………………………………….
25
6. Persemaian RPH Kalirajut………………………………………….
25
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Hutan merupakan sumber kekayaan yang sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Kelangsungan dan kelestariannya tergantung pada sikap dan tindakan manusia dalam memanfaatkan potensi hutan tersebut. Selain itu hutan pun dapat menghasilkan tanaman yang bermanfaat bagi manusia, contohnya saja tanaman pinus. Tanaman pinus ini memiliki peranan yang penting, sebab selain sebagai tanaman pioner, pohon pinus
juga
menghasilkan getah yang diolah lebih lanjut akan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Getah yang dihasilkan oleh pinus yaitu gondorukem dan terpentin yang dipergunakan dalam industri batik, plastik, sabun, tinta cetak, bahan plitur, dan sebagainya, sedangkan terpentin digunakan sebagai bahan pelarut cat. Produktivitas getah dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal berupa tempat tumbuh serta tindakan dalam pemeliharaan hutan yang berpengaruh produksi getah secara langsung atau tidak langsung. Salah satu aspek aspek eksternal yang berpengaruh ialah tenaga penyadap itu sendiri antara lain usia penyadap, keterampilan penyadap, dan pengalaman penyadap. Sedangkan faktor internal berupa faktor biologi pohon. Dengan makin pesatnya perkembangan dan makin meningkat nya kebutuhan manusia, maka prospek gondorukem dan terpentin untuk industri sangat cerah, sehingga peranan hutan pinus sebagai penyuplai industri gondorukem dan terpentin harus tetap lestari. Produksi gondorukem untuk keperluan industri di Indonesia masih kurang, maka untuk memenuhi kebutuhan tersebut perlu diadakan peningkatan produksi getah pinus.
Salah satu aspek yang berperan dalam usaha meningkatkan dan melancarkan produksi getah pinus adalah tenaga penyadap. Tenaga penyadap tidak sepenuhnya bekerja pada penyadapan dalam arti menyadap hanya merupakan pekerjaan sampingan, sehingga akan mempengaruhi tingkat produksi getah pinus. Hal tersebut akan mengakibatkan potensi getah pinus tidak tergarap dengan maksimal. Akan tetapi, pada saat ini pihak Perum Perhutani memberikan kebijakan kepada penyadap melalui Administratur untuk mengeluarkan Surat Perintah Kerja (SPK) dengan memberi areal sadapan yang disesuaikan dengan kemampuan penyadap yaitu berkisar antara dua sampai lima hektar. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui berapa jumlah pohon yang optimal yang sebaiknya diberikan kepada penyadap berdasarkan kemampuan masingmasing penyadap. B. Tujuan Tujuan dari kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) adalah untuk memperoleh wawasan pemikiran serta meningkatkan pengetahuan mahasiswa agar memahami segala kegiatan secara langsung dilapangan yang dapat memberikan gambaran terhadap mahasiswa mengenai pengelolaan hutan di areal Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyumas Timur Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Kebasen. Selain itu dengan mengikuti kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL), mendapat bekal untuk belajar dan bekerja. C. Hasil yang Diharapkan Dengan adanya pengalaman Praktik Kerja Lapang (PKL) yang dilaksanakan di areal Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Mandirancan Bagian
Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Kebasen Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyumas Timur Unit I Jawa Tengah diharapkan mahasiswa Politeknik Pertanian Negeri Samarinda mampu mengetahui manfaat hasil hutan non kayu dan menjadi tenaga-tenaga yang terampil dibidang kehutanan baik secara fisik, intelektual, sosial maupun manajerial yang kelak akan mampu melestarikan dan memberikan sumbangan yang berarti bagi bidang kehutanan.
II. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN A. Tinjauan Umum Perusahaan
Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyumas Timur adalah suatu badan usaha kehutanan milik negara yang berada dibawah naungan Perum Perhutani Unit I Semarang dan berkantor pusat di Jakarta dengan alamat Gedung Manggala Wanabhakti blok VII lantai 8-11 Jalan Gatot Subroto, Senayan, Jakarta Pusat. Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyumas Timur terletak pada pusat kota Purwokerto, Jawa Tengah tepatnya di Jalan Jenderal Gatot Subroto No. 92 Purwokerto 53116. No.Telpon 0281-635217; dengan alamat email: perhutani
[email protected] B. Manajemen Perusahaan 1. Luas dan pembagian wilayah Luas wilayah kerja Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyumas Timur: 46.451,96 ha dan berada dalam 4 (empat) wilayah administratif yaitu: Kabupaten Banyumas, Banjarnegara, Purbalingga dan Cilacap. Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyumas Timur mempunyai luas wilayah hutan 46.451,96 ha yang terdiri dari 2 (dua) kelas perusahaan yaitu Kelas Perusahaan Pinus 28.897,46 ha dan Kelas Perusahaan Damar 17.552,80 ha. Sedangkan berdasarkan fungsinya terdiri dari Hutan Produksi 26.168,76 ha, Hutan Lindung 20.281,50 ha dan Alur 320,91 ha. Dengan batas-batas kawasan sebagai berikut: Sebelah Utara
: Gunung Slamet
Sebelah Timur
: KPH Kedu Pekalongan Timur dan KPH Kedu Utara
Sebelah Selatan
: Samudra Hindia
Sebelah Barat
: KPH Banyumas Barat
2. Letak geografis Secara geografis atau berdasarkan garis lintang wilayah hutan Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyumas Timur terletak pada 107o58” dan 108o48” dan 70o39” Lintang Selatan. Menurut ketinggian berada antara 25 m sampai dengan 3.428 m dpl dan puncak tertingginya adalah Gunung Slamet, dengan curah hujan rata-rata tahunan dari 25 stasiun pengukuran = 3.321 mm sedang suhu udara berkisar antara 18o sampai dengan 33o celcius. Demikian juga strata pertumbuhan yang ada digunung-gunung dengan kondisi topografi gelombang, curam sampai terjal sehingga terdapat areal hutan yang ditunjuk sebagai hutan lindung.
Wilayah hutan Kesatuan Pemangkuan
Hutan (KPH) Banyumas Timur terletak pada suatu daerah dengan musim hujan dan musim kemarau yang jelas. Dibeberapa tempat disekitar wilayah hutan terdapat beberapa stasiun hujan, sehingga dari data tersebut dapat diketahui adanya bulan basah, bulan lembab dan bulan kering, sehingga pelaksanaan pekerjaan dilapangan tidak banyak menyimpang dari rencana yang telah dipersiapkan. Menurut Schmidt dan Ferguson (1951), kriteria bulan basah, bulan lembab dan bulan kering adalah sebagai berikut : a. bulan basah, dengan curah hujan
: > 100 mm/bulan
b. bulan lembab, dengan curah hujan
: 60-100 mm/bulan
c. bulan kering, dengan curah hujan
: < 60 mm/bulan
Berdasarkan buku Rencana Pengaturan Kelestarian Hutan (RKPH) angka 2010 sampai dengan 2019, hutan diwilayah KPH Banyumas Timur seluas
46.450,29 ha
terbagi menjadi 5 (lima) wilayah Bagian Hutan (BH) dengan
pembagian wilayah Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) dan Resort Pemangkuan Hutan (RPH) serta total alur yaitu: 1. BKPH Jatilawang dengan luas wilayah a. RPH Jatilawang
: 879,60 ha
b. RPH Kaliputih
: 862,10 ha
c. RPH Jambusari
: 975,80 ha
d. RPH Pengadegan
: 887,20 ha
2. BKPH Kebasen dengan luas wilayah a. RPH Kalirajut
: 847,20 ha
b. RPH Mandirancan
: 647,80 ha
c. RPH Sidamulih
: 891,30 ha
d. RPH Kebasen
: 454,30 ha
3. BKPH Gn. Slamet Barat dengan luas wilayah a. RPH Baturraden
: 4.813,80 ha
b. RPH Lebaksiu
: 4.805,50 ha
c. RPH Karanggandul
: 5.072,60 ha
4. BKPH Gn. Slamet Timur dengan luas wilayah a. RPH Serang
: 2.735,60 ha
b. RPH Karangreja
: 2.399,10 ha
c. RPH Picung
: 3.596,30 ha
d. RPH Tunjungmuli
: 4.476,20 ha
5. BKPH Karangkobar dengan luas wilayah a. RPH Kalibening
: 3.087,73 ha
b. RPH Batur
: 1.113,74 ha
: 3.604,70 ha
: 2.840,60 ha
: 14.691,90 ha
: 13.477,20 ha
: 11.514,95 ha
c. RPH Siweru
: 1.847,60 ha
d. RPH Winayasa
: 2.574,28 ha
e. RPH Pandanarum
: 2.891,60 ha
6. Alur (total keseluruhan KPH)
: 320,91 ha
C. Lokasi dan Waktu Kegiatan Lokasi PKL yang dilaksanakan di Banyumas Timur, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Kebasen Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Mandirancan dengan waktu kegiatan + 45 hari yaitu dari tanggal 10 Maret 2012 sampai 25 April 2012 untuk
lebih jelas lihat Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Jadwal Kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) di Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Mandirancan Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Kebasen Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyumas Timur No
Uraian Kegiatan
Tanggal Pelaksanaan
Lokasi
1
Berangkat ke Purwokerto
10-11 Maret 2012
Samarinda-Purwokerto
2
Pengarahan dari Administrator
12 Maret 2012
Kantor KPH Banyumas Timur
3
Berangkat ke Asper/RPH
12 Maret 2012
Kantor BKPH Kebasen
4
Penentuan tanda batas petak
13-21 Maret 2012
Petak 48 A Mandirancan
5
Pembersihan lapangan sadapan
Petak 48 A Mandirancan
6
Pembuatan areal/blok sadapan
22-26 Maret 2012 27 Maret-04 April 2012 05-12 April 2012
Petak 48 A Mandirancan
7
Sensus dan penomoran pohon pinus
Petak 48 A Mandirancan
8
Pembersihan kulit pohon
13-18 April 2012
Petak 48 A Mandirancan
9
Pembuatan quare awal Persemaian Pemeliharaan bibit
19-23 April 2012
Petak 48 A Mandirancan
24-25 April 2012
Petak 49 RPH Kalirajut
10
III. HASIL PRAKTIK KERJA LAPANG A. Pembuatan Tanda Batas Petak 1. Tujuan Tujuan pembuatan tanda batas petak adalah untuk mengetahui dan membatasi areal yang akan dilakukan sadapan sesuai dengan Surat Perintah Kerja (SPK) dari Administratur. 2. Dasar teori Pembuatan tanda batas petak merupakan kegiatan Administratur perusahaan dalam membuat batas lokasi dan blok sadapan dengan cara pohon pinus tinggi 150 cm di cat warna putih melingkar dengan ukuran 20 cm dengan jarak 25 m antar pohon. 3. Alat dan bahan a. Alat
: kuas, parang, sabit dan meteran
b. Bahan
: cat warna putih, pohon pinus
4. Prosedur kerja Pohon pinus tinggi 150 cm di cat warna putih secara melingkar dengan ukuran 20 cm dengan jarak 25 m antar pohon. 5. Hasil yang dicapai Dalam pembuatan tanda batas petak dihasilkan 200 - 250 pohon dengan luas 0,5 - 1 ha dalam 1 (satu) hari untuk satu orang pekerja. Dari hasil kerja lapang yang dilaksanakan dalam penentuan tanda batas petak mulai tanggal 13 - 21 Maret 2012, maka diperoleh hasil penentuan tanda batas petak seperti yang tersebut dalam Tabel 2 berikut ini.
Tabel 2. Hasil Kerja Lapang dalam Menentukan Tanda Batas Petak No
Mahasiswa PKL/Pohon
Pekerja/Pohon
1
10
200
2
10
200
3
10
230
4
12
245
5
12
200
6
15
250
7
15
245
Total
84
1560
6. Pembahasan Pembuatan tanda batas petak merupakan kegiatan Administratur perusahaan dalam menentukan batas lokasi dan blok sadapan dengan mengeluarkan Surat Perintah Kerja (SPK). Sesuai dengan Surat Perintah Kerja (SPK) tersebut maka pembuatan tanda batas petak dilakukan dengan cara pada batang pohon pinus setinggi 150 cm di cat warna putih secara melingkar dengan ukuran 20 cm dengan jarak 25 m antar pohon. B. Pembersihan Lapangan Sadapan 1. Tujuan Tujuan pembersihan lapangan sadapan adalah : a. Agar sinar matahari dapat menyinari pohon pinus b. Memudahkan para pekerja/petugas lapangan dalam melakukan aktifitas c. Untuk pengangkutan getah pinus perlu dibuat jalan setapak
2. Dasar teori Sebelum
dilakukan
penyadapan,
lapangan/areal
sadapan
harus
dibersihkan dari pada tanaman perdu dan semak belukar agar sinar matahari dapat langsung menyinari pohon pinus serta memudahkan para pekerja dan petugas dalam melakukan aktifitas atau pengawasan. 3. Alat dan bahan a. Alat
: parang, sabit
b. Bahan
: semak-semak, gulma, perdu
4. Prosedur kerja Pembersihan lapangan sadap dilakukan dengan membersihkan areal disekitar pohon pinus dari tanaman semak-semak, perdu agar memudahkan para pekerja dalam melakukan aktifitas. 5. Hasil yang dicapai Dalam kegiatan pembersihan lapangan dihasilkan 1 ha selama 3 hari untuk satu orang pekerja lapangan. Sedangkan hasil praktik kerja lapang yang dilaksanakan dari tanggal 22 - 26 Maret 2012 diperoleh hasil sebagaimana tertera pada Tabel 3 berikut ini. Tabel 3. Hasil Kerja Lapang dalam Kegiatan Pembersihan Lapangan No
Mahasiswa PKL/m 2
Pekerja/m 2
1
625
3000
2
625
3000
3
2500
4000
Total
3750
10000
6. Pembahasan Dalam kegiatan pembersihan lapangan sadap ini dilakukan disekitar pohon pinus pada saat pohon pinus mulai ditumbuhi semak belukar, tanaman perdu dan tanaman lain yang dianggap mengganggu dalam proses pertumbuhan pohan pinus serta tanaman yang menghalangi sinar matahari secara langsung. C. Pembuatan Areal/Blok Sadapan 1. Tujuan Pembuatan areal/blok sadapan untuk digunakan sebagai batas antara blok sadapan di kawasan hutan pinus agar memudahkan para pekerja dalam membagi wilayah sadapan. 2. Dasar teori Pembuatan areal/blok sadapan merupakan kegiatan membagi blok-blok sadapan dengan luasan 2-5 ha. Batas blok sadapan dapat mengikuti batas blok tanaman/pemeliharaan yang sudah ada, ditandai dengan menggunakan cat warna hijau muda pada pohon, batas selebar 10 cm setinggi 180 cm sepanjang/setiap 50 m atau sebatas kemampuan mata memandang. 3. Alat dan bahan a. Alat
: meteran, patok pembatas
b. Bahan
: pohon pinus
4. Prosedur Kerja Pembuatan areal/blok sadapan merupakan pembagian blok sadapan dengan luas 2-5 ha dan sesuai dengan kemampuan.
5. Hasil yang dicapai Hasil kerja lapang selama 7 (tujuh) hari dimulai dari tanggal 27 Maret-04 April 2012, maka diperoleh hasil pembuatan areal/blok sadapan sebagaimana tertera pada tabel berikut ini. Tabel 4. Hasil Kerja Lapang Pembuatan Areal/Blok Sadapan No
Mahasiswa PKL/Pohon
Pekerja/Pohon
1
100
550
2
100
500
3
100
490
4
100
470
5
100
500
6
100
480
7
100
485
Total
700
3424
6. Pembahasan Kegiatan pembuatan blok sadap merupakan pembagian areal pohon pinus yang siap disadap getahnya. Batas blok sadapan dapat mengikuti batas blok tanaman/pemeliharaan yang sudah ada, ditandai dengan menggunakan cat warna hijau muda pada pohan, batas selebar 10 cm setinggi 180 cm sepanjang/setiap 50 m atau sebatas kemampuan mata memandang. D. Sensus dan Penomoran Pohon Pinus 1. Tujuan Tujuan sensus dan penomoran pohon pinus adalah untuk menaksir produksi, menetapkan jumlah pohon yang dibagi pada masing-masing penyadap, memudahkan monitoring terhadap keamanan, penjarangan, bencana alam dan intensitas pelaksanaan penyadapan.
2. Dasar teori Pohon-pohon pinus dalam satu blok/anak petak yang telah berumur 10 tahun ke atas supaya diberi tanda batas dan nomor urut. 3. Alat dan bahan a. Alat
: palu, parang, meteran, paku
b. Bahan
: plat seng, pohon pinus, cat warna putih
4. Prosedur kerja a. Mengukur keliling pohon pinus pada ketinggian 130 cm pada permukaan tanah. b. Pemberian nomor pohon menggunakan plat seng ukuran 5 x 5 cm yang berisi nomor pohon dan keliling c. Membuat daftar menurut kelas keliling dengan interval 10 cm d. Hasil sensus tersebut dibuatkan laporannya 5. Hasil yang dicapai Dari hasil kegiatan praktik kerja lapang yang dilaksanakan mulai tanggal 05 April-12 April 2012 dalam penyensusan dan penomoran pohon pinus, maka dari kegiatan tersebut diperoleh hasil seperti tertera pada tabel berikut ini. Tabel 5. Hasil Kerja Lapang dalam Kegiatan Sensus dan Penomoran Pohon No 1 2 3 4 5 6 7 Total
Mahasiswa PKL/Pohon 15 15 20 20 20 15 20 125
Pekerja/Pohon 500 450 485 470 500 495 550 3450
6. Pembahasan Sensus dan penomoran pohon pinus dilakukan pada setiap areal/blok sadapan yang sudah siap untuk menghasilkan getah pinus. Adapun tujuan sensus dan penomoran pohon adalah untuk menaksir produksi, menetapkan jumlah pohon yang dibagi pada masing-masing penyadap, memudahkan monitoring terhadap keamanan, penjarangan, bencana alam dan intensitas pelaksanaan penyadapan. E. Pembersihan Kulit Pohon 1. Tujuan Tujuan dari pembersihan kulit pohon adalah untuk mendapatkan getah pinus yang bersih dan berkualitas tinggi. 2. Dasar teori Pada
bagian
batang
yang
akan
disadap,
kulitnya
harus
dibersihkan/dikerok setebal 3 mm, lebar 15 cm dan tinggi 60 cm (tiap pembersihan kulit pohon juga dilaksanakan terhadap sadap lanjut pada permukaan lain pada pohon yang sama. 3. Alat dan bahan a. Alat
: parang, keruk getah
b. Bahan
: pohon pinus
4. Prosedur kerja a. Pembersihan kulit pohon setebal 3 mm tanpa melukai kayu, mulai 20 cm dari permukaan tanah dan panjang 60 cm. b. Pembuatan mal sadap ukuran 10 cm panjang 5 cm untuk jangka waktu 1 (satu) tahun sebanyak 12 kotak, pembaharuan dilakukan tiap 3 hari sekali. c. Pembuatan quare diatur menghadap ke jalan pemeriksaan.
5. Hasil yang dicapai Dari hasil kegiatan praktik lapang yang dimulai tanggal 13 - 18 April 2012 dalam pembersihan kulit pohon, maka dari kegiatan pembersihan kulit pohon itu diperoleh hasil seperti yang tertera pada tabel berikut ini. Tabel 6. Hasil Kerja Lapang dalam Kegiatan Pembersihan Kulit Pohon No
Mahasiswa PKL/Pohon
Pekerja/Pohon
1
10
550
2
10
485
3
8
470
4
7
490
5
12
500
6
10
500
Total
57
2995
6. Pembahasan Dalam kegiatan pembersihan kulit pohon pinus dilakukan sebelum pembuatan quare awal. Hal ini disebabkan agar getah yang dihasilkan bersih dari kotoran kulit kayu dan mendapatkan kualitas getah yang baik. F. Pembuatan Quare Awal 1. Tujuan Tujuan pembuatan quare awal adalah untuk mengeluarkan dan menyalurkan getah pinus pada tempurung. 2. Dasar teori Bagan quare dibuat tepat ditengah-tengah pohon yang telah dibersihkan dengan ukuran lebar 6 cm, tinggi 60 cm (terdiri dari 12 kotak quare a 5 cm dan 10 cm untuk sadap buka). Sebaiknya diusahakan alat khusus untuk membuat bagan rencana quare berbentuk garpu melengkung dengan 2 gigi tajam dengan jarak 6 cm.
3. Alat dan bahan a. Alat
: petel sadap/kadukul, parang, keruk getah, alat pengukur dalam dan lebar quare, garpu melengkung dengan 2 gigi tajam jarak 6 cm, batu asah.
b. Bahan : talang seng, tempurung, penutup tempurung, paku penahan tempurung, pasak. 4. Prosedur kerja a. Pembersihan kulit pohon b. Ukuran quare awal 10 x 10 cm dengan kedalaman 2 cm c. Tempurung dipasang 5 cm dibawah talang d. Talang dan tempurung dinaikkan setiap quare bertambah 30 cm 5. Hasil yang diharapkan Pada kegiatan praktik kerja lapang yang dimulai tanggal 19 - 23 April dalam pembuatan quare awal ini, maka diperoleh hasil seperti yang tertera pada Tabel 7 berikut ini. Tabel 7. Hasil Kerja Lapang dalam Kegiatan Pembuatan Quare Awal No
Mahasiswa PKL/Pohon
Pekerja/Pohon
1
10
500
2
8
485
3
12
490
4
10
500
Total
40
1975
6. Pembahasan Pembuatan quare awal adalah kegiatan persiapan untuk proses pengowakan kulit pohon yang siap untuk menghasilkan getah pinus. Setelah quare awal selesai dibuat maka dilakukan pemasangan talang, tempurung
untuk menampung getah dan tempurung tersebut harus dipaku agar tidak lepas pada saat getah pinus memenuhi tempurung. Sebaiknya ukuran quare awal 10 x 10 cm dengan kedalaman 2 cm dan kedalaman tidak boleh lebih dari 2 cm karena bila kedalaman lebih dari 2 cm dapat merusak jaringan pohon pinus sehingga mengurangi produktifitas getah pinus. G. Persemaian 1. Tujuan Tujuan pemeliharaan adalah untuk menghindari kematian tanaman sebelum dan setelah ditanam dengan cara membersihkan tanaman dari tumbuhan bawah atau tumbuhan pengganggu (gulma). 2. Dasar teori Pemeliharaan adalah suatu usaha merawat dan menjaga tanaman dari gangguan yang dapat merusak serta merugikan pertumbuhan pohon atau tegakan dan memperbaiki kualitas tanaman. 3. Alat dan bahan a. Alat
: parang, sabit, cangkul, surjen
b. Bahan
: bibit tanaman
4. Prosedur kerja a. Pembersihan tanaman b. Pendangiran bentuk piringan c. Penyiangan bibit d. Penyulaman e. Penyiraman
5. Hasil yang dicapai Menghasilkan pohon yang sehat untuk diambil getahnya secara optimal dan memenuhi target getah merkusii. Tabel 8. Persemaian No
Kegiatan yang dilakukan
1 2 3 4
Penyiangan/Perumputan Penyiraman Pemupukan Penyulaman
Tanggal Kegiatan 24/04/2012 24/04/2012 25/04/2012 25/04/2012
Lamanya Kegiatan 5 jam 5 jam 5 jam 5 jam
Hasil 5 bedengan 5 bedengan 5 bedengan 5 bedengan
6. Pembahasan Sebelum
pendangiran,
dilakukan
pembabatan
atau
pembersihan
tumbuhan bawah selebar 1-1,5 meter untuk jalur pemeriksaan. Pendangiran dilakukan sedalam 10-20 cm dengan menggemburkan tanah sekitar tanaman membentuk piringan dan tanah dibuat membumbung/gundukan agar tanaman tidak tergenang pada saat hujan. Penyulaman dilakukan pada tanaman yang mati atau tanaman yang mengalami pertumbuhan kurang baik. Sebelum penyulaman, tanah digemburkan dan dibuatkan lubang kemudian tanam kembali menggunkan surjen. Setelah penyulaman, dilakukan penyiraman pada tanaman. Kegiatan penyulaman dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali dengan intensitas: tahap pertama 10%, kedua 5% dan ketiga 3%. Dalam kegiatan pemeliharaan penyiraman tidak harus dilakukan karena keadaan cuaca diwilayah ini memiliki curah hujan yang cukup tinggi dan selama PKL hampir setiap hari terjadi hujan, baik dalam intensitas besar maupun kecil.
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan 1. Pembuatan tanda batas petak merupakan kegiatan Administratur perusahaan dalam menentukan batas lokasi dan blok sadapan dengan mengeluarkan Surat Perintah Kerja (SPK). Sesuai dengan Surat Perintah Kerja (SPK) tersebut maka pembuatan tanda batas petak dilakukan dengan cara pohon pinus tinggi 150 cm di cat warna putih secara melingkar dengan ukuran 20 cm dengan jarak 25 m antar pohon. 2. Dalam kegiatan pembersihan lapangan sadap ini dilakukan disekitar pohon pinus pada saat pohon pinus mulai ditumbuhi semak belukar, tanaman perdu dan tanaman lain yang dianggap mengganggu dalam proses pertumbuhan pohan pinus serta tanaman yang
menghalangi sinar matahari secara
langsung. 3. Kegiatan pembuatan blok sadap merupakan pembagian areal pohon pinus yang siap disadap getahnya. Batas blok sadapan dapat mengikuti batas blok tanaman/pemeliharaan yang sudah ada, ditandai dengan menggunakan cat warna hijau muda pada pohan, batas selebar 10 cm setinggi 180 cm sepanjang/setiap 50 m atau sebatas kemampuan mata memandang. 4. Sensus dan penomoran pohon pinus dilakukan pada setiap areal/blok sadapan yang sudah siap untuk menghasilkan getah pinus. Adapun tujuan sensus dan penomoran pohon adalah untuk menaksir produksi, menetapkan jumlah pohon yang dibagi pada masing-masing penyadap, memudahkan monitoring terhadap keamanan, penjarangan, bencana alam dan intensitas pelaksanaan penyadapan.
5. Dalam kegiatan pembersihan kulit pohon pinus dilakukan sebelum pembuatan quare awal. Hal ini disebabkan agar getah yang dihasilkan bersih dari kotoran kulit kayu dan mendapatkan kualitas getah yang baik. 6. Pembuatan quare awal adalah kegiatan persiapan untuk proses pengowakan kulit pohon yang siap untuk menghasilkan getah pinus. Setelah quare awal selesai dibuat maka dilakukan pemasangan talang, tempurung untuk menampung getah dan tempurung tersebut harus dipaku agar tidak lepas pada saat getah pinus memenuhi tempurung. Sebaiknya ukuran quare awal 10 x 10 cm dengan kedalaman 2 cm dan kedalaman tidak boleh lebih dari 2 cm karena bila kedalaman lebih dari 2 cm dapat merusak jaringan pohon pinus sehingga mengurangi produktifitas getah pinus. B. Saran 1. Dalam pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) mahasiswa harus lebih giat dan kerja keras karena membutuhkan tenaga dan pikiran yang lebih agar pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja Lapang berjalan dengan baik. 2. Ketelitian dalam melakukan pekerjaan sangat dibutuhkan sehingga kesalahankesalahan dapat dihindarkan. 3. Adanya hubungan kerjasama yang lebih baik lagi kepada para pekerja yang melakukan penyadapan dan terhadap para pengawas sehingga pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja Lapang tersebut dapat berjalan dengan lancar. 4. Dalam melakukan suatu pekerjaan, kelengkapan peralatan dan bahan harus diperhatikan agar tidak menghambat jalannya pekerjaan penyadapan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2000 a. Prosedur Kerja Getah Pinus. Perum Perhutani (Perusahaan Umum Kehutanan Negara) Kesatuan Pemangkuan Hutan Banyumas Timur Unit I Jawa Tengah. Anonim. 2000 b. Standart Operating Prosedur (SOP) Pelaksanaan Sadapan Getah Pinus Metode Quare. Perum Perhutani (Perusahaan Umum Kehutanan Negara) Kesatuan Pemangkuan Hutan Banyumas Timur Unit I Jawa Tengah. Biro Produksi Semarang . Anonim. 2009. Perum Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyumas Timur hhtp://phtkphbanyumastimur.blogspot.com/.7 April 2012. Baskara. 2011. Penyadapan Getah Pinus.
LAMPIRAN
Gambar 1. Penentuan Tanda Batas Petak
Gambar 2. Pembersihan Lapangan Sadapan
Gambar 3. Sensus dan Penomoran Pohon Pinus
Gambar 4. Pembersihan Kulit Pohon
Gambar 5. Pembuatan Quare Awal
Gambar 6. Persemaian RPH Kalirajut