UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI SISWA KELAS IV SDN 3 MIDANG KECAMATAN GUNUNGSARI KABUPATEN LOMBOK BARAT DALAM MENGURUTKAN BILANGAN CACAH MELALUI METODE DISKUSI Mohamad Jauhari Baiq Sri Mulyani Abstrak: Prestasi matematika siswa selama ini masih rendah, terutama materi mengurutkan bilangan cacah. Siswa kesulitan mengurutkan bilangan cacah , sehingga ketika mengurutkan baik dari kecil ke besar atau sebaliknya dari besar ke kecil, masih banyak siswa yang mengalami kesalahan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, dilakukan penelitian tindakan kelas yang bertujuan meningkatkan prestasi siswa dalam mengurutkan bilangan cacah melalui metode diskusi. Dari penelitian ini diperoleh hasil bahwa langkah-langkah pembelajaran metode diskusi yang dapat meningkatkan prestasi siswa adalah (1) kegiatan pendahuluan dilakukan dengan guru memberi motivasi dengan menunjukkan manfaat belajar materi pecahan; (2) kegiatan inti dilakukan dengan memberikan lembar kerja yang menantang bagi siswa; dan (3) Kegiatan penutup dilakukan dengan mengajak siswa untuk mereview materi yang sedang dipelajari. Adapun peningkatan prestasi dengan penerapan pembelajaran metode diskusi adalah 29,4 point (dari rata-rata 65,7 dalam siklus 1 menjadi 95,1 siklus 2). Begitu pula ketuntasan meningkat dari 77% dalam siklus 1 menjadi 100% dalam siklus 2. Kata kunci: prestasi, mengurutkan, bilangan cacah, diskusi.
Matematika adalah salah satu mata pela-jaran yang utama dalam kurikulum pen-didikan di Indonesia mulai dari pendidikan dasar, pendidikan menengah sampai pendi-dikan tinggi, dan menjadi salah satu mata pelajaran yang diujikan secara nasional. Oleh karena itu perhatian guru terhadap mata pelajaran matematika ini harus tinggi. Dalam hal ini, harus senantiasa ada upaya dari semua pihak untuk meningkatkan pres-tasi matematika siswa. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh guru dalam meningkatkan prestasi siswa adalah dengan memilih metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan karakteristik siswa. Salah satu metode yang dianjurkan dan dapat meningkatkan prestasi coope-rative learning siswa adalah
(Sukoriyanto, 2001; As’ari, dkk 2003; dan Dwiyana, 2003). Dalam memilih metode yang sesuai juga perlu mempertimbangkan karakteristik bidang studi. Dalam hal ini, matematika merupakan pelajaran yang banyak berorientasi kepada pemecahan masalah, menuntut penalaran, dan bersifat logis, sitematis serta konsisten. Dalam pemecahan masalah, Gulo menekankan perlunya strategi mengajar yang berorientasi pada penyelesaian masalah secara ilmiah atau semi semi ilmiah. Dalam pemecahan masalah, siswa perlu dilibatkan untuk berinteraksi memecahkan masalah secara bersama. Karena itu pembelajaran dengan berdiskusi sangat penting untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa. Hal ini juga ditegaskan oleh Johnson & Johnson (Gulo, 2008) bahwa
Muhamad jauhari danBaiq Sri Mulyani adalah guru SD di Lombok Barat. 61
62, J-TEQIP, Tahun 1, Nomor 1, November 2010.
penyelesaian masalah bisa dilakukan melalui kelompok. Menurut Lawrence Senesh (Waluyo, 2008) ada tiga tahap dalam penyelesaian masalah, yaitu (1) tahap motivasi, (2) tahap pengembangan, dan (3) tahap kulminasi. Dalam pembelajaran pemecahan masalah murid harus termotivasi terlebih dahulu supaya tidak mudah putus asa ketika menghadapi masalah yang sulit. Setelah siswa mampu menyelesaikan masalah perlu didorong untuk mengembangkan penyelesaian pada masalah yang lebih kompleks. Tahap akhirnya adalah kulminasi, siswa bisa mencapai kemampuan yang maksimal terutama dalam mengembangkan berpikirnya. Dalam menerapkan pembelajaran, Hasibuan (2006) mengusulkan metode diskusi sebagai alternatif dalam meningkatkan prestasi dan berpikir kritis siswa. Lebih lanjut Hasibuan mengemukakan langkahlangkah metode diskusi sebagai berikut: § Guru mengemukakan masalah yangh akan didiskusikan, memberikan pengarahan seperlunya mengenai cara-cara pemecahannya. § Siswa membentuk kelompok-kelompok diskusi, memilih pimpinan diskusi (ketua, sekretaris, pelapor). § Siswa berdiskusi pada kelompoknya masing-masing,sedangkan guru berkeliling dari kelompok yang satu ke kelompok lainnya,menjaga ketertib-an, memberikan dorongan dan ban-tuan agar setiap kelompok ber-partisispasi aktif, dan diskusi dapat berjalan lancar. § Tiap kelompok melaporkan hasil diskusinya. § Siswa mencatat hasil diskusi dari setiap kelompok. Lebih jauh, Moejiono (2006) mengemukakan bahwa metode diskusi cocok untuk dipilih dalam rangka: (1) memaknai berbagai kemampuan yang ada pada siswa, (2) memberi kesempatan pada siswa untuk menyalurkan kemampuannya, (3) mendapat balikan dari siswa, (4) membantu siswa dalam berfikir kritis, (5) membantu siswa belajar menilai kemampauan dan peranan
diri sendiri maupun orang lain, (6) membantu siswa menyadari dan mampu merumuskan berbagai masalah yang dilihat baik dari pengalaman sendiri maupun dari pelajaran sekolah, dan (7) mengembangkan motivasi untuk belajar lebih lanjut. Sedangkan Gulo (2008) menekankan bahwa metode diskusi dapat mendorong timbulnya faktorfaktor positif dan mengurangi hal-hal negatif. Berkaitan dengan pentingnya. Berkaitan dengan pentingnya penerapan pembelajaran pemecahan masalah dengan metode diskusi, maka penelitian ini mengkaji langkah-langkah penerapan metode diskusi yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengurutkan bilangan cacah. METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SDN 3 Midang dari tanggal 12 Juli sampai dengan 20 Agustus 2010. Penelitian ini dilaksanakan bersamaan kegiatan lesson study dalam kegiatan TEQIP 2010. Kegiatan lesson study sangat dianjurkan untuk meningkatkan profesionalisme guru dalam rangka memperbaiki pembelajaran (Nurjanah, 2005). Data diambil dengan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) secara kolaboratif, open class, evalusi, analisis, interpretasi data, refleksi pada siklus I, dan diikuti dengan pelaksanaan pembelajaran, open class, evaluasi, analisis, interpretasi data, dan refleksi pada siklus II. Dengan menerapkan pembelajaran dalam 2 (dua) siklus dapat diperoleh langkah-langkah pembelajaran metode diskusi yang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam mengurutkan bilangan pecahan. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini dilakukan 3 (tiga) kegiatan utama: (1) kegiatan pendahuluan, (2) kegiatan inti, dan (3) kegiatan penutup. Dalam kegiatan pendahuluan guru memberi motivasi dengan menunjukkan manfaat belajar materi pecahan. Dalam hal ini guru
Jauhari dan Mulyani, Upaya Meningkatkan Prestasi Siswa dalam mengurukan Bilangan Cacah, 63
memberikan masalah berkaitan dengan membagi roti secara adil kepada tiga bersaudara, dilanjutkan dengan memberikan pertanyaan kepada siswa, bagaimana dilakukan pembagian supaya kakak, Didi, dan adiknya mendapat bagian dari yang terbesar sampai yang terkecil. Dengan memberikan pertanyaan yang menantang ini diharapkan terjadi pemanasan berpikir pada diri siswa (Wahyudi & Subanji, 2010). Dengan pemanasan berpikir, mendorong terjadinya motivasi dan semangat untuk belajar lebih banyak lagi. Kegiatan inti dilakukan dengan membentuk 5 kelompok diskusi, 3 kelompok terdiri dari 4 orang dan 2 kelompok terdiri dari 5 orang. Selanjutnya guru memberikan lembar kerja yang menantang bagi siswa, sebagai kelanjutan dari pemanasan berpikir yang
sudah dilakukan dalam pendahuluan. Dalam hal ini satu kelompok menerima satu lembar kerja untuk diselesaikan secara bersama. Dalam proses diskusi ini masih terdapat beberapa kelompok yang didominasi oleh beberapa siswa saja, yang lain hanya diam saja. Dalam kegiatan penutup, guru menanyakan kepada siswa apakah ada kesulitan. Dan ketika tidak ada siswa yang menyampaikan kesulitan guru melanjutkan dengan memberi pekerjaan rumah kepada siswa. Proses pembelajaran dengan kegiatan seperti tersebut di atas dilakukan dalam 3 (tiga) pertemuan yang disebut sebagai siklus I. Di akhir siklus pertama diberikan tes dan diperoleh hasil seperti Tabel 1 berikut.
Tabel 1: Hasil Belajar Siswa pada Siklus Pertama NO.
NO.IND.
NAMA SISWA
NILAI
KKM
KET.
1
831
Baiq fitriani
65
60
Tuntas
2
820
3
833
Eva Rizdiani
70
60
Tuntas
Hamdani
60
60
Tuntas
4
825
Husnul fitriani
55
60
TdkTuntas
5
824
Jayadi
55
60
TdkTuntas
6
803
L.Ahmad bayani
60
60
Tuntas
7
828
L.Khaeril Anwar
65
60
Tuntas
8
845
L. Humaedi
70
60
Tuntas
9
821
L.Junaedi
80
60
Tuntas
10
835
Maesarani
70
60
Tuntas
11
844
Martini
65
60
Tuntas
12
841
Misbah
65
60
Tuntas
13
842
Nani Yuliati
80
60
Tuntas
14
832
Nurul Aini
80
60
Tuntas
15
826
Sahriwati
65
60
Tuntas
16
840
samiatul Sa'diyah
80
60
Tuntas
17
822
Saptuni Ariani
65
60
Tuntas
18
830
Siti Khadijah
50
60
TdkTuntas
19
827
Suhartini
75
60
Tuntas
20
843
Usmiati
65
60
Tuntas
64, J-TEQIP, Tahun 1, Nomor 1, November 2010.
21
828
Uswatun Hasanah
50
60
TdkTuntas
22
834
Yuliatun
55
60
TdkTuntas
JUMLAH
1445
RATA-RATA
65,7
Sajian hasil belajar siklus pertama secara grafik seperti Gambar 1 berikut.
Gambar 1: Grafik Hasil Belajar Siswa pada Siklus 1
Sedangkan grafik prosentase ketuntasan hasil belajar siswa disajikan seperti Gambar 2 berikut.
Gambar 2: Grafik Ketuntasan Belajar Siswa pada Siklus Pertama
Dari Tabel 1 terlihat bahwa rata-rata nilai siswa masih rendah = 65,7 dan masih terdapat 5 (lima) siswa yang belum tuntas. Hal ini belum sesuai dengan harapan peneliti, bahwa ketuntasan siswa belum mencapai 85% sesuai KKM. Oleh karena itu peneliti mencoba menelusuri penyebab masih rendahnya hasil belajar siswa pada siklus pertama tersebut. Setelah dilakukan refleksi ditemukan bahwa: (1) jumlah kelompok yang terlalu besar dan (2) lembar kerja masih kurang. Karena itu pada siklus kedua, kelompok diatur lebih kecil jumlahnya,
yakni satu kelompok 3 orang dan hanya satu kelompok yang jumlahnya 4 orang. Selain itu, lembar kerja juga disediakan lebih dari satu dalam satu kelompok, sehingga siswa bisa membaca lembar kerja secara sendiri-sendiri, dilanjutkan dengan mengerjakan secara bersama dalam proses diskusi. Dengan cara tersebut, ternyata proses diskusi berlangsung lebih baik dan lebih “hidup”. Hasil belajar pada siklus kedua pun juga meningkat seperti pada Tabel 2 berikut.
Jauhari dan Mulyani, Upaya Meningkatkan Prestasi Siswa dalam mengurukan Bilangan Cacah, 65
Tabel 2: Hasil Belajar Siswa pada Siklus Kedua NO.
NO.IND.
NILAI
KKM
KET.
1
831
Baiq fitriani
NAMA SISWA
80
60
tuntas
2
820
Eva Rizdiani
100
60
tuntas
3
833
Hamdani
100
60
tuntas
4
825
Husnul fitriani
80
60
tuntas
5
824
Jayadi
100
60
tuntas
6
803
L.Ahmad bayani
100
60
tuntas
7
828
L.Khaeril Anwar
100
60
tuntas
8
845
L. Humaedi
100
60
tuntas
9
821
L.Junaedi
100
60
tuntas
10
835
Maesarani
100
60
tuntas
11
844
Martini
100
60
tuntas
12
841
Misbah
100
60
tuntas
13
842
Nani Yuliati
100
60
tuntas
14
832
Nurul Aini
100
60
tuntas
15
826
Sahriwati
100
60
tuntas
16
840
samiatul Sa'diyah
100
60
tuntas
17
822
Saptuni Ariani
100
60
tuntas
18
830
Siti Khadijah
100
60
tuntas
19
827
Suhartini
70
60
tuntas
20
843
Usmiati
100
60
tuntas
21
828
Uswatun Hasanah
100
60
tuntas
22
834
Yuliatun
80
60
tuntas
JUMLAH
2110
RATA-RATA
95,91
Dari Tabel 1 terlihat bahwa rata-rata hasil belajar siswa siklus kedua mencapai 95,91 dan semua siswa tuntas. Bahkan sudah jauh lebih tinggi dari Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM). Adapun grafik hasil belajar siswa dibandingkan dengan KKM disajikan pada Gambar 3 berikut.
66, J-TEQIP, Tahun 1, Nomor 1, November 2010.
Gambar 3: Grafik Hasil Belajar Siswa Dibandingkan KKM
juga
Belajar siswa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan. Adapun
perbandingan rata-rata prestasi siklus I dengan siklus II seperti Gambar 5 berikut.
Gambar 5: Perbandingan Hasil belajar Siswa antara Siklus pertama dan Siklus Kedua
Dari tabel di atas terlihat bahwa pada siklus kedua rata-rata hasil belajar siswa mencapai 90. Dari siklus pertama ke siklus kedua terdapat peningkatan yang signifikan. Ini menandakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi membantu siswa untuk memahami materi pelajaran sehingga dapat memacu semangat belajar yang pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada pelajaran matematika. Dengan menggunakan metode yang sesuai terutama metode diskusi untuk memecahkan permasalahan yang dihadapai siswa berkenaan dengan pelajaran matematika. Proses pembelajaran dengan menggunakan metode dsikusi dapat menjadikan pembelajaran yang Aktif, novatif, Kreatif, Efektif dan menyenangkan yang pada akhirnya
dapat meningkatkan prestasi siswa yang selama ini dirasakan masih kurang. Adapun peningkatan prestasi dengan penerapan pembelajaran metode diskusi adalah 29,4 point (dari rata-rata 65,7 dalam siklus 1 menjadi 95,1 siklus 2). Begitupula ketuntasan meningkat dari 77% dalam siklus 1 menjadi 100% dalam siklus 2. SIMPULAN Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah pembelajaran metode diskusi yang dapat meningkatkan prestasi siswa adalah (1) kegiatan pendahuluan dilakukan dengan guru memberi motivasi dengan menunjukkan manfaat belajar materi pecahan; (2) kegiatan inti dilakukan dengan memberikan lembar kerja yang menantang bagi siswa; dan (3)
Jauhari dan Mulyani, Upaya Meningkatkan Prestasi Siswa dalam mengurukan Bilangan Cacah, 67
Kegiatan penutup dilakukan dengan mengajak siswa untuk mereview materi yang sedang dipelajari. Adapun peningkatan prestasi dengan penerapan pembelajaran metode diskusi adalah 29,4 point (dari rata-rata 65,7 dalam siklus 1 menjadi 95,1 siklus 2). Begitupula ketuntasan meningkat dari 77% dalam siklus 1 menjadi 100% dalam siklus 2. DAFTAR RUJUKAN As’ari, 2003. Cooperative learning Model Jigsaw Alternatif Pembelajaran Pembelajaran Matematika yang efektif dan menyenangkan. Jurnal Matematika, Agustus. Dwiyana, 2003. Pembelajaran kooperatif Model STAD sebagai alternatif meningkatkan kwalitas pembelajaran Trigonometri Siswa Kelas II SMU Negeri Malang. Jurnal Matematika ,April.
Dari hasil penelitian ini disarankan bahwa guru hendaknya dapat memilih metode yang sesuai dengan karakteristik siswa, materi, dan bidang studi. Salah satu metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan minat, peran serta, dan aktifitas siswa sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar adalah metode diskusi.
Gulo, 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia. . Hasibuan, Moejiono, 2008. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya.. Nurjanah, 2005. Upaya Peningkatan Profesionalisme Guru MIPA di SLTP melalui Program On-service Lesson Study. Jurnal Matematika, Agustus. Wahyudi & Subanji, 2010. Model-model Pembelajaran. Malang: UM Press.