Cover Story Shireen Sugkar:
UPDM(B) Memang Unggul! Ketua Pembina Yayasan UPDM drg. H. Hermanto JM, SKg, MM:
Moestopo Pahlawan Tiga Zaman Dekan Fisip UPDM(B) Drs. Himsar Silaban, MM:
Bangga Akan Kampus Merah Putih Dubes Paraguay Cesar Sanchez Grillon:
Presiden Paraguay Akan Kunjungi UPDM(B)
EDISI NOVEMBER - DESEMBER 2010
S U A R A
R E D A K S I
Kali Ini Terbit Tepat Waktu
D Pelindung drg. H. Hermanto, JM, SKG MM Prof. Dr. H. Sunarto, MSi Penasihat Drs. H. Soenardi Dwidjosusastro, MSi Drs. ASB Salampessy, MM Drs. Herry Soejitno, M.Si Pengarah Prof. Dr. Abdullah, SE, MM Henny Krishnawati, drg, sp. Props. Mars Satriyo Wibowo, SE, MM Drs. H. Hanafi Murtani, MM Drs. Himsar Silaban, MM Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi Drs. Panggih Sundoro, MSi Pemimpin Usaha/Pelaksana Redaksi Drs. Usman Yatim, MPd, M.Sc Reporter Yudhit Gede Muda Rahanata, S. Ikom (Koordinator), Evilin Palanta, Reni Pravitasari, Khamila Sari Mulia, Atika Sari, Rias Audis Cynthia, Agatha Sari, Henny P Rahayu, Ratih Febriani, Gerhana Susanti, Arinta Adyanti Tamin, Rifki Sekretaris Drs. Iwan Huriata Tata Usaha Ngatiman, SPd, Sakir Bendahara Suhano, SE Desain Grafis Susilo
ENGAN mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, kali ini majalah Moestopo dapat terbit tepat pada waktunya. Sebagaimana kebijakan Pimpinan Universitas Prof Dr Moestopo ( Beragama), Majalah Moestopo diharuskan terbit enam kali dalam satu tahun. Ketepatan waktu ini karena kerja keras awak Majalah Moestopo yang terdiri dari mahasiswamahasiswa UPDM(B). Mereka mengabdikan diri terjun dalam ikut berperan serta memajukan Universitas. Untuk berkecimpung di majalah Moestopo tidak harus dari Jurnalisitik, tetapi dari segala jurusan dan Fakultas. Kami menyambut gembira bagi siapa lagi yang mau berperan serta dalam memajukan Majalah Moestopo. Kita tetap mengetengahkan dan mempublikasikan mahasiswa dan alumni yang berprestasi baik di bidang ilmu yang ditimbanya maupun bidang lain yang mengangkat dirinya. Mayoritas mahasiswa
Universitas Prof Dr Moestopo (Beragama) adalah perempuan, sehingga lebih banyak terpampang dalam setiap penerbitan majalah, namun demikian prestasi pria tetap tidak akan dilewatkan. Kali ini kita menonjolkan kebanggaan kita kepada alma mater dan pendiri Universitas Prof Dr Moestopo (Beragama), Mayor Jenderal Prof. Dr Moestopo. Demikian pula aktivitas organisasi kemahasiswaan, yang telah banyak berkiprah tidak hanya dalam kampus saja, tetapi juga di luar kampus dalam hubungan dengan kemasyarakatan, dan pengabdian kepada masyarakat. Semoga Majalah Moestopo ini dapat selalu hadir sesuai dengan apa yang diperlukan bagi mahasiswa, alumni, karyawan, dosen dan Pimpinan di lingkungan Universitas Prof Dr Moestopo. Demikian pula tidak lupa untuk calon- calon mahasiswa Universitas Prof Dr Moestopo (Beragama). Mari bersama bergabung
dengan 8000 mahasiswa Universitas Moestopo , yang datang dari seluruh Indonesia dan manca negara seperti Korea Selatan, Malaysia, berbagai tempat di Jabotabek untuk menimba ilmu di Universitas Prof Dr Moestopo (Beragama), sebuah kampus yang bersuasana kondusif untuk perkuliahan. Wasalam Redaksi Drs. Panggih Sundoro, MSi
Alamat Redaksi Kampus UPDM (B) Jalan Hang Lekir 1/8, Jakarta Pusat Telp. (021) 726-2822 Fax. (021) 725-2682 Email:
[email protected] TARIF IKLAN Iklan cover colour (1 halaman dalam depan) Iklan cover BW (1 halaman dalam depan) Iklan cover colour (1 halaman dalam belakang) Iklan cover BW (1 halaman dalam belakang) Iklan cover colour (1 halaman luar belakang) Iklan cover BW (1 halaman luar belakang) Iklan kolom 1/2 halaman colour Iklan kolom 1/2 halaman BW Iklan kolom 1/4 halaman colour Iklan kolom 1/4 halaman BW
2
Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
5.000.000 4.000.000 4.000.000 3.000.000 6.000.000 5.000.000 3.000.000 2.500.000 2.000.000 1.500.000
Dengan semangat juang Pahlawan Nasional Prof. Dr. Moestopo kita wujudkan Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) yang unggul, Berdaya saing dan bercitra positif, serta berwawasan kebangsaan
MOESTOPO EDISI NOVEMBER - DESEMBER 2010
S U A R A
P E M B A C A
Pahlawan dan Nasionalisme Menurut Mahasiswa Sulton Muminah (Anggota DPM Fikom) “Pahlawan adalah orang yang berjuang tanpa pamrih. Dalam civitas academica saat ini yang pantas disebut pahlawan adalah para pemimpin organisasi atau lembaga kemahasiswaan. Sedangkan nasionalisme sendiri adalah pengetahuan, kecintaan serta kepedulian kita terhadap tanah air..”
Doddy (Mahasiswa FKG, angkatan 2007) “Pahlawan itu merupakan seseorang yang sudah melakukan perbuatan yang berpengaruh besar serta bermanfaat bagi orang lain. Pahlawan saat ini menurut saya, Pak SBY. Kalau nasionalisme itu rasa cinta terhadap negaranya yang bisa diungkapkan melalui berbagai cara yang bermanfaat bagi negaranya.”
Agatya Bhakti Hutami (Mahasiswi FKG angkatan 2009) “Kalau menurut aku, arti pahlawan itu orang yang rela mengorbankan kepentingan dirinya tanpa imbalan atau pamrih demi suatu kepentingan orang lain maupun bangsa,
MOESTOPO NOVEMBER - DESEMBER 2010
meskipun harus mengorbankan nyawa sekalipun. Kalau nasionalisme, itu orang yang berjiwa besar dalam kemajuan dan keselarasan bangsanya.”
Yeremia Jefry Kusuma (Mahasiswa FISIP HI angkatan 2007) “Pahlawan adalah tokoh dilihat oleh masyarakat, yang memberikan kontribusi kepada masyarakat. Kalau dalam bahasa seharihari,kita menyebutnya hero, hero yang bisa memberi hal baik bagi orang banyak. Kita semua dapat disebut pahlawan, karena kita semua punya kontribusi untuk memberikan dampak baik pada masyarakat. Nasionalisme adalah jiwa seorang pejuang yang memperjuangkan negara kita sehingga menjadi satu. Memperjuangkan untuk hak yang sama, dan berjuang untuk satu nama.”
Citra Meliana (Mahasiswi FE Manajemen, 2007) “Buat saya, kata pahlawan memiliki arti yang besar banget. Seperti proklamator kita, Bung Karno dan Bung Hatta yang sudah berjuang matimatian agar bangsanya bisa terbebas dari penjajah. Sementara, nasionalisme itu rasa cinta pada tanah air,bentuknya mungkin seperti bangga sama produk-produk Indonesia sendiri, yang jelas sih cinta sama tanah air, kebudayaan Indonesia, dan lain-lainnya deh.”
Pandu Dias Ramadhan (Mahasiswa Fisip HI, 2010) “Nasionalisme itu suatu jiwa dan semangat cinta tanah air kepada nusa dan bangsa yang dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk, aktifitas serta kegiatan. Misalnya, kita sebagai mahasiswa dapat menunjukkannya dengan ikut serta memantau kegiatan pemerintahan, apakah sudah sesuai dengan Pancasila dan perundang-undangan atau belum.”
Petrus Hartomo (Mahasiswa Fakultas Ekonomi, 2003) Buat saya, kepahlawanan adalah seseorang yang rela mengorbankan jiwa dan raganya dalam suatu negara. Sementara nasionalme itu tetap mencintai segala sesuatu yang terdapat di dalamnya (tanah airnya sendiri) dan menjaganya sehingga dapat dipublikasikan dan dijadikan pedoman bagi rakyatnya
3
L A P O R A N
U T A M A
Rektor UPDM(B) Prof. Dr. H. Sunarto, M.Si:
Mari Sambut Tahun Emas UPDM(B) dengan Semangat Kepahlawanan Pak Moestopo
rof. Dr. H. Sunarto memberikan harapan dan pesan – pesannya untuk segenap civitas akademika UPDM(B). “Harapan saya dalam rangka ulang tahun emas UPDM(B), mari kita bisa menunjukkan kepada masyarakat, disiplin diri sendiri dalam belajar, secara khususnya supaya lebih peduli. Mari kita bangun semangat kepahlawanan sebagaimana ditunjukkan Prof Dr Moestopo. Kepahlawanan itu intinya adalah kepedulian sosial.” “Kepedulian itu contohnya kita mengenal masyarakat di lingkungan kita sendiri. Senat mahasiswa juga supaya diketuk hatinya untuk melakukan kepedulian – kepedulian itu. Saya berharap mahasiswa dan alumni UPDM(B) semakin peduli lingkungan dan untuk mahasiswa supaya selalu ikut kompetisi di bidangnya masing – masing,” tutur rector UPDM(B) dalam perbincangan dengan Majalah Moestopo. Kepahlawanan memiliki arti yang mendalam dari masing – masing individu. Pengorbanan dan rasa cinta yang begitu besar terhadap tanah air, menjadi salah satu
P
4
ciri yang dominan dalam diri seorang pahlawan. Sebgaimana diungkapkan oleh Prof. Dr. H. Sunarto, Rektor UPDM (B) ketika ditemui di ruang kerjanya. “Pahlawan asal katanya dari ‘pahala-wan’, artinya orang yang memiliki pahala. Di lihat dari revolusi fisik, berarti pengorbanan dan meletakkan kepentingan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan.” Bapak Prof. Dr. Moestopo, salah satu pahlawan nasional di Indonesia, telah menginspirasi banyak orang melalui karya nyatanya dalam masyarakat. “Kalau dikaitkan dengan keadaan Pak Moestopo, kepahlawanan itu seperti semboyan beliau yaitu, berjuang sampai titik darah penghabisan dalam rangka merebut dan mempertahankan kemerdekaan. Titik darah penghabisan berarti harta dan nyawa, seluruh jiwa, bahkan diabdikan demi kecintaan terhadap negara dan kemudian mempertahankan kemerdekaan,” ujar Prof. Dr. Sunarto. Sikap kepahlawanan zaman sekarang, saat Indonesia sudah tidak lagi berada dalam masa penjajahan, haruslah diisi dengan kegiatan yang dapat mempertahankan kemerdekaan itu. Kalau sekarang, kepahlawanan itu sejauh mana jiwa dan raga kita untuk mengisi kemerdekaan. Jiwa dan raga berarti pikiran dan perasaan, kemudian kalau dihubungkan dengan perjuangan Pak Moes, beliau mengisi kemerdekaan melalui pendidikan. Pada Pembukaan UUD ’45, tujuan didirikannya negara ini ialah untuk memajukan kesejahteraan umum, yang berarti sejahtera lahir batin. Kedua mencerdaskan kehidupan bangsa dan kemudian ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Pahlawan yang diharapkan Pak Moes, ketika merebut dan mempertahankan kemerdekaan, jiwa raganya diabdikan supaya kita merdeka. “Setelah merdeka, tentu saja tujuan kepahlawanan bukan hanya kemerdekaan itu tetapi bagaimana kemerdekaan ini bisa diisi,” kata
Guru Besar Ilmu Komunikasi UPDM(B) ini. Pahlawan dalam masyarakat terkadang diidentikkan dengan sesuatu yang besar dan megah. Padahal sesorang dapat disebut sebagai pahlawan apabila ada ciri – ciri khusus dalam dirinya, “Sekarang ini pahlawan merupakan sosok yang memiliki ciri – ciri, yaitu mementingkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan, mengabdikan diri, pengetahuan, ilmu, dan pengalamannya untuk kesejahteraan bangsa Indonesia itu sendiri. Ukuran kesejahteraan adalah aman, sehat, berependidikan tinggi dan kebutuhannya terpenuhi,” tutur pa Narto. Prof. Dr. H. Sunarto menjelaskan bahwa di era yang bukan era kolonialisme lagi, banyak hal yang dapat kita lakukan berkaitan dengan sikap kepahlawanan. Hal tersebut bisa kita contoh dari wujud nyata pengabdian Pak Moes. “Kita meniru semangatnya Pak Moes pada saat berjuang merebut kemerdekaan, sampai pada titik darah penghabisan. Pak Moes menekankan, jika kita berjuang hendaklah sampai pada titik darah penghabisan.” Hal itu bukan berarti kita harus mati tetapi otak dan pikiran kita gunakan sesuai dengan ilmu yang kita miliki dan mendarmabaktikan diri pada bidang masing – masing. Misalnya sebagai mahasiswa komunikasi konsentrasi humas, jadilah humas yang baik. Ciri humas yang baik adalah mengelola informasi dengan baik antara publik dengan instansi supaya terjadi harmonisasi, yang akhirnya tercapai tujuan dari instansi itu demi kepentingan masyarakat. Humas yang bisa mendorong keseimbangan kepentingan masyarakat dengan kepentingan, instansi, pemerintah atau diri sendiri. Pak Sunarto juga mengklasifikasikan tiga jenis generasi muda berkaitan dengan semangat juang dalam diri mereka. “Pertama, ada generasi muda kita yang tidak tahu bahwa sebenarnya ia sudah bersemangat juang, dia tidak tahu apa yang dia lakukan demi perjuangan bangsa. MOESTOPO EDISI NOVEMBER - DESEMBER 2010
U T A M A
Misalnya anak – anak di daerah miskin yang tekun, bekerja keras dan tidak merepotkan orang lain.” “Kedua, generasi muda yang mengerti perjuangan tetapi tidak mau berjuang, mereka hanya ingin hedonistisnya. Misalnya anak muda pengguna narkoba, anak – anak yang selalu dipenuhi segalanya oleh orang tuanya. Tetapi yang kita harapkan sekaligus klasifikasi ketiga, ialah generasi yang mengerti makna perjuangan dan berjuang mengabdikan dirinya untuk kepentingan bangsa dan negara. Memang bentuknya berbeda, zaman dulu mungkin bentuknya perang, kalau sekarang bentuknya menciptakan kesejahteraan, pendidikannya tinggi maksudnya ialah mengarah kepada aktualisasi diri.” Prof. Dr. H. Sunarto mengakui bahwa semangat hidup dan karya nyata Pak Moes sangat menginspirasi dirinya, khususnya ajaran – ajaran pak Moes yang masih sangat relevan dalam era sekarang ini. “Pak Moes memberikan ajaran kepada saya relevan dari zaman ke zaman. yaitu memperjuangkan negara merah putih berlandaskan Pancasila.
MOESTOPO NOVEMBER - DESEMBER 2010
“
Pak Moes memberikan ajaran kepada saya relevan dari zaman ke zaman. yaitu memperjuangkan negara merah putih berlandaskan Pancasila. Untuk mewujudkannya perlu kerja keras. Bekerja keras itu intinya disiplin dan do it
“
L A P O R A N
Untuk mewujudkannya perlu kerja keras. Bekerja keras itu intinya disiplin dan do it,” ungkapnya. Keunikan ajaran Pak Moes ini adalah memiliki makna berbeda namun tetap pada satu tujuan dan kesatuan. “Disiplin itu artinya dedikasi, inisiatif, sosial, inovasi, prestasi,
reputasi, loyal dan nation. Sedangkan do it memiliki tiga makna yaitu bekerja, digugu diiwit-iwit dan doa, iman serta takwa.” Gelar pahlawan nasional yang diberikan oleh pemerintah Indonesia, dirasa penting terutama untuk orang – orang yang telah berjasa bagi negara. “Memberikan penghargaan kepada orang yang berjasa di bidang sosbudhankammil dirasa perlu. Di setiap negara harus ada orang – orang yang peduli terhadap sesama manusia. Pak Moes ketika masih muda sudah mendirikan bentuk kepedulian terhadap kemiskinan di Surabaya. Pak Moes mengumpulkan dana membantu mereka. “Kalau kita sekarang ini, kita hargai mereka yang telah peduli supaya makin banyak yang peduli terhadap kepentingan sesamanya, baik di bidang kesehatan, keamanan dan pendidikan. Penghargaan itu penting, bukan berarti ia ingin menonjolkan diri melainkan jika jerih payah seseorang dihargai oleh orang lain maka orang lain itu juga akan tertarik. Bila ia mempunyai kemampuan maka ia juga akan berusaha,” ungkapnya. (Sari & Inta)
5
L A P O R A N
U T A M A
○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○○
Ketua Pembina Yayasan UPDM drg. H. Hermanto JM, SKg, MM :
Moestopo Pahlawan Tiga Zaman egala sesuatu menjadi hal penting apabila dihargai oleh orang lain. Begitu juga dengan pahlawan yang jasanya kita peringati setiap tanggal 10 November sebagai Hari Pahlawan Nasional. Walaupun begitu, definisi kepahlawanan itu sendiri berbeda sesuai dengan persepsi masing – masing orang. Sebagaimana diutarakan drg.H. Hermanto JM, SKg, MM, Ketua Pembina Yayasan UPDM (Universitas Prof. Dr. Moestopo), “pahlawan adalah warga Negara Indonesia atau seseorang yang sangat berjasa kepada tanah air, di mana dia ikut serta dalam kemerdekaan dari Negara tersebut. Dalam hal ini merupakan Negara Indonesia.” Perkembangan zaman diiringi dengan perkembangan teknologi yang juga pesat, membuat definisi tentang kepahlawanan dapat menjadi bergeser. Pahlawam juga dapat dipahami sebagai “seorang atau pimpinan, seperti kepala negara yang berjasa pada tanah air. Memang dalam media sekarang ini lagi gencar diberitakan yaitu Gus Dur dan Pak Harto, yang memang kedua orang tersebut sama - sama kontroversial, namun mereka juga berjuang untuk negara.“ Dua pemimpin besar tersebut yang pernah memimpin Indonesia, memiliki model kepemimpinan yang berbeda, “Mungkin kalau Gus Dur dengan sikap pluralismenya . Pak Harto juga manusia yang tidak sempurna, tapi beliau juga berjasa sebagai bapak pembangunan dan ekonomi,” kata Hermanto. Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) seharusnya merasa bangga karena pendirinya adalah seorang pahlawan nasional yang juga memberikan kontribusi yang tidak sedikit bagi Indonesia. “Pak Moestopo memang dapat dikatakan sebagai pahlawan nasional karena beliau sudah melewati tiga zaman, yaitu zaman Jepang, zaman kemerdekaan dan zaman setelah kemerdekaan dalam bidang pendidikan, kedokteran gigi, dan komunikasi. Jadi beliau bisa disebut sebagai pahlawan tiga zaman. “ Tentu banyak hal yang dapat kita contoh dalam perjuangan yang dilakukan Pak Moes dalam rangka memajukan Indonesia. Beliau bergerak di berbagai aspek vital kehidupan, khususnya masalah kesehatan masyarakat. Beliau juga menerapkan disiplin yang tinggi sebagai bentuk usaha mencapai kesuksesan. “Pak Moes itu memiliki sikap yang mencerminkan seorang tentara nasional, kemudian setelah merdeka beliau berjuang di bidang pendidikan, dan sampai akhir hayat pun tetap berjuang. Pak Moes menganut sisitem yang mulia yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, berjuang sampai titik darah
S
6
penghabisan dan tetes keringat penghabisan.” jelas Hermanto. Di bidang pendidikan, jasa Pak Moes tentu saja tidak diragukan lagi. Beliau menjadi pelopor berdirinya berbagi kursus tukang gigi di banyak tempat yang sekarang menjadi Fakultas Kedokteran Gigi, “Pada era kemerdekaan, Pak Moes mendirikan dental collage pada tahun 1962, kemudian berkembang menjadi UPDM(B) pada tahun 1962 dan dalam sejarahnya memang yayasan UPDM diresmikan oleh Ibu Fatmawati, isteri Presiden Soekarno,” tutur pak Hermanto. Dari pengalaman hidup Pak Moes, tentu saja banyak hal yang dapat kita gunakan, khususnya bagi kaum muda, untuk mengisi kemerdekaan yang telah susah payah diraih oleh para pejuang pada zaman itu. “ Kepahlawanan itu tindakan sehari – hari yang mencerminkan dan berguna untuk nusa dan bangsa dalam bidang apa saja. Di bidang pendidikan sebagai mahasiswa, kemudian bekerja dengan keras untuk bangsa dan negara . Hal tersebut juga dapat dikatakan sebagai sikap kepahlawanan.” Gelar pahlawan pun tidak hanya dimiliki oleh para pejuang kemerdekaan, bahkan orang – orang di sekitar kita dapat juga kita sebut sebagai pahlawan. “Mereka yang bisa disebut sebagai pahlawan dewasa ini, misalnya orang tua kita. Itu bisa disebut pahlawan bagi kita. Kemudian, kita sebagai seorang mahasiswa, juga belajar dengan giat nantinya untuk anak – anak kita dan keluarga kita. Konteks kepahlawanan sangat luas, bisa dikategorikan kepada siapa saja,” ujar Hermanto ketika disinggung masalah pahlawan masa kini. Banyak hal bisa kita lakukan untuk mempertahankan kemerdekaan itu sendiri. Dimulai dari hal sederhana dan kecil, lama- kelamaan akan merambah ke hal lebih besar. “Saya menyarankan untuk mahasiswa UPDM(B) berjuang dalam bidang pendidikan, belajar dengan giat dan jangan terlena dengan situasi sekarang ini. Berjuanglah untuk diri sendiri, keluarga dan untuk negara. Jadi teruslah berjuang mengamalkan Pancasila dan UUD 1945,” pesan pak Hermanto. Sembari menutup perbincangan, Hermanto memberikan pesan khususnya untuk mahasiswa UPDM(B). “Sesuai semangat almamater, sebagai kampus merah putih, teruskanlah perjuangan Pak Moestopo sebagai bapak pendidikan Pancasila dan menjadi karakter seorang Pancasilais yang mengamalkan sila – silanya agar mahasiswa mengikuti keteladanan dari beliau ketika berjuang demi nusa dan bangsa. Kalau untuk kampus ini, ke depannya, kita akan terus berjuang menjadi lebih baik yang mencerminkan kepribadian bangsa kita.“ (Sari, Inta dan Ratih)
MOESTOPO EDISI NOVEMBER - DESEMBER 2010
L A P O R A N
U T A M A
Dosen Fisip UPDM (B), Ryantori, S.Sos, M.Si:
Pahlawan Itu Orang Tanpa Pamrih ewasa ini, perkembangan zaman dan Tetapi, relevansinya mungkin menjadi berteknologi yang sangat pesat telah kurang, mengingat perkembangan zaman membuat hal–hal kecil tetapi sangat menuju masyarakat modern. “Masalah napenting mudah dilupakan. Salah satunya adalah sionalisme sering dikaitkan dengan sikap kesikap kepahlawanan yang mulai menipis, pahlawanan, itu dulu. Sekarang kita tidak lagi khususnya di kalangan kaum muda. Sikap berada dalam zaman kolonialisme. Bukan kepahlawanan banyak diartikan sebagai berarti hal tersebut tidak penting, melainkan sesuatu yang besar dan terkadang terkesan tidak signifikan dengan keadaan sekarang. berlebihan. Seperti saya katakan tadi, kata kuncinya dalam Ryantori,S.Sos, M.Si, salah satu dosen sikap kepahlawanan adalah tanpa pamrih,” jurusan Hubungan Internasional Fisip UPDM tutur dosen kelahiran 4 Desember 1974 itu. (B) mengatakan, sikap kepahlawanan bukanlah Bangsa yang besar adalah bangsa yang sesuatu yang muluk–muluk. “Pahlawan memenghargai pahlawannya. Indonesia dan nurut saya, identik dengan kata tanpa pamrih. berbagai negara besar lainnya, sering memJadi sebenarnya arti kepahlawanan itu sangat berikan gelar pahlawan nasional kepada luas , selama seseorang berbuat sesuatu tanpa individu – individu yang dianggap berjasa bagi pamrih” ujar dosen yang mengajar mata kuliah negaranya. Gelar pahlawan nasional menjadi Timur Tengah–Afrika serta Jepang ini. sangat penting, ketika hal tersebut menjadi Menurut Ryan, panggilan akrabnya, sikap pemicu semangat bagi orang lain. “Gelar kepahlawanan mungkin jarang kita perhatikan pahlawan nasional yang diberikan pemerintah, dalam kehidupan keseharian kita. Padahal sikap menurut saya sangat penting. Tetapi bukan tersebut terdapat dalam segala aspek keuntuk individunya melainkan untuk orang lain hidupan dan justru banyak dilakukan oleh orsupaya mereka juga mempunyai semangat ang–orang awam. “Contohnya saya sendiri juang yang sama. Saya sering melihat salah sebagai suami yang mencari nafkah. Istri saya satu acara talk show di stasiun tv swasta yang merawat anak tanpa pamrih, maka istri saya juga menampilkan sosok – sosok yang berjuang merupakan seorang pahlawan. Contoh lain di dalam hidupnya. Setelah melihat hal tersebut, bidang akademisi, ketika seorang dekan tentu memicu kita untuk mencapai tujuan kita,” Pahlawan membuat program yang dapat meningkatkan jelas Ryan yang mempunyai hobi mendemenurut saya, dan memajukan dosen – dosennya dan dilangarkan pembicaraan bermutu sekaligus lucu identik dengan kukan tanpa pamrih, itu juga merupakan salah ini. kata tanpa satu bentuk kepahlawanan. Jadi, sebenarnya Sebagaimana diketahui, pendiri UPDM(B) pamrih. Jadi kata kuncinya adalah tanpa pamrih, baik dalam adalah seorang pahlawan nasional yang sebenarnya arti ruang lingkup yang besar ataupun kecil.” jelas berjasa bagi Indonesia yaitu Prof. Dr. Moeskepahlawanan itu ayah dari satu putra ini. topo. Hal tersebut tentu membuat bangga kita sangat luas , Kaum muda yang notabene sebagai geyang tergabung dalam sivitas akademika selama seseorang nerasi penerus bangsa, hendaknya memiliki UPDM (B). “Saya pribadi bangga bergabung berbuat sesuatu sikap – sikap yang kompeten untuk meningdengan sivitas yang pendirinya merupakan tanpa pamrih katkan kualitas hidup mereka. Mahasiswa yang pahlawan nasional. Saya tidak perlu jauh – dianggap berperan besar dalam perubahan di jauh mencari sosok yang menjadi pedoman. negeri ini, tidak dipungkiri ingin pula mePak Moestopo sangat menginspirasi saya,” nunjukkan sikap kepahlawanan. “Sebenarnya ujar pria yang menyelesaikan program pasca simpel saja, terpenting adalah berbuat segala sarjananya dengan judisium cum laude. sesuatu tanpa pamrih. Contoh sederhana bisa Sikap kepahlawanan bisa diwujudkan, kita ambil ialah petugas kebersihan di lingkungan perumahan. bukan tergantung dari siapa kita, melainkan dari sikap kita Mereka membersihkan sampah setiap hari. Mungkin jika tidak terhadap lingkungan sekitar. “Saya ingin menyampaikan kepada ada mereka, kebersihan lingkungan tidak terjaga. Mereka menjadi mahasiswa, jadilah pahlawan dalam hidup. Belajarlah dengan pahlawan di tengah kekumuhan untuk lingkungan sekitarnya.” ikhlas dan tanpa pamrih.” Nasionalisme sering dikaitkan dengan sikap kepahlawanan. (Sari & Inta)
D
“
“
MOESTOPO NOVEMBER - DESEMBER 2010
7
L A P O R A N
U T A M A
Serap Semangat Kepahlawanan Pak Moestopo PAHLAWAN merupakan sosok pejuang yang rela membela negaranya sampai titik darah penghabisan. Kiranya itulah definisi pahlawan pada zaman perjuangan dulu. Kini arti pahlawan bisa saja berbeda, seperti yang dikatakan Pak Prayitno, mantan Rektor UPDM(B). “Kalau zaman sekarang itu pahlawan adalah orang yang berjuang sampai titik keringat penghabisan. Maksudnya yaitu tanpa pamrih, ikhlas dalam mencapai kesuksesan,” ucap pak Prayitno yang kini dianggap sebagai sesepuh UPDM(B) ini. Sebagai contoh konkrit, lanjutnya, sikap kepahlawanan, dapat dilihat dalam diri Pak Moestopo, pendiri UPDM(B). Tndakan kepahlawanan pak Moes antara lain adalah
8
sebagai pejuang kemerdekaan sampai titik darah penghabisan, jiwanya itu merah putih. Pak Moes melawan merah putih biru (bendera Belanda) untuk memperjuangkan merah putih. Beliau juga membela Pancasila, namun bukan hanya dalam omongan, melainkan juga tingkah lakunya yang didasari oleh Pancasila, Pak Moestopo menerapkan kelima sila Pancasila dalam
kehidupannya. Dalam sila pertama yaitu ketuhanan, Pak Moes selalu mengedepankan sikap toleransi antar umat beragama, dengan tidak membeda-bedakan agama. Lalu sila kedua yaitu kemanusiaan yang beradab, Pak Moes berpendapat bahwa tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. “Beliau tidak pernah meminta, kalaupun mendapatkan uang, dia harus bekerja keras dulu untuk mencari. Kalau tidak bekerja, ia tidak mau menerima uang. Sila kerakyatan, artinya Pak Moes senang berteman dengan siapa saja. Dia itu kenalannya dari rakyat bawah sampai atas,” ungkap Pak Prayitno yang mengenal dekat Pak Moes.
MOESTOPO EDISI NOVEMBER - DESEMBER 2010
L A P O R A N
U T A M A
Pak Prayitno mengungkapkan bahwa secara kepribadian Pak Moes adalah tipe orang yang bisa menguasai keadaan ketika dia berkumpul dengan sejawatnya. Dalam kehidupan social, dia selalu mendahulukan kepentingan umum, contohnya saja dengan adanya sekolah ini, universitas (UPDMB) yang beliau dirikan. Dengan begitu, dia turut serta membantu pemerintah untuk mengurangi kemiskinan. Berdirinya Univrsitas ini, Pak Moes bisa memperkerjakan hampir 1000 karyawan. Belum lagi jumlah mahasiswanya yang telah menjadi sarjana. Wujud dari sikap kepahlawanan yang ditunjukkan Pak Moes, menjadikan beliau dinobatkan menjadi pahlawan nasional. “Saya kira wajar dan sangat pas, pak Moes dikukuhkan pemerintah sebagai pahlawan Nasional,” ucap pak Prayitno. Dikatakan juga, Pak Moes berjuang sampai titik keringat yang penghabisan, bahkan sampai menjelang meninggal pun, beliau tetap berdoa dan memikirkan sekolah ini. Pak Moes ingin rasa nasionalismenya dijadikan panutan oleh mahasiswa UPDM (B). Oleh karena itu gedung-gedung yang berada di UPDM (B) dinamakan dengan nama-nama yang menunjukkan wujud nasionalisme. Misalnya gedung Berdikari, beliau mendirikan universitas ini dengan berdikari, berdiri di atas kaki sendiri, dengan modal mempunyai tanah sendiri, dia tidak mau berhutang. Semua hasilnya dari mahasiswa yang membayar iuran lalu membangun universitas ini. Gedung kedua adalah gedung Merah Putih, itu maknanya adalah jiwa kita yang merah putih, maka dari itu kampusnya pun ikut diberi nama kampus merah putih. Kemudian ada gedung Gotong Royong maksudnya kampus ini mendapatkan bantuan dari pihak lain, seperti PT. Gudang Garam, mantan Gubernur DKI Jakarta Tjokropranolo, dan mantan Gubernur Sumatera Utara Marah Halim Harahap. Terakhir ada gedung Perdamaian, maksudnya kita supaya hidup damai di kampus ini, budaya saling tolong menolong diterapkan disini. MOESTOPO NOVEMBER - DESEMBER 2010
Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) memiliki lambang khas yaitu burung hantu. Maksudnya adalah mahasiswa yang belajar di UPDM(B) merupakan laskar burung hantu. Unggas ini punya sikap berdikari, tidak ada teman, melainkan selalu mandiri. Mata burung ini menandakan kewaspadaan dan begitu ada mangsa langsung diserbu. Maknanya adalah cara pemikiran ilmiah bagi seorang ilmuwan itu diam saja, hanya mengawasi dan membaca, Dia akan menciptakan sesuatu jika terlihat ada peluang. Diharapkan lulusan UPDM (B) sigap dalam menganalisis suatu pekerjaan, mampu melihat banyak peluang. Filsafah dari Pak Moestopo yaitu orang hidup itu tidak hanya satu, dia harus cari nilai tambah. “Pelajaran moral dari cerita-cerita Pak Moes tadi bisa dijadikan contoh teladan yang baik untuk dapat ditiru, khususnya mahasiswa kampus merah putih ini,” kata pak Prayitno yang pernah berkecimpung dalam dunia militer ini.
Sampai Titik Darah Penghabisan “Kepahlawanan berkaitan dengan semangat juang”. Ketika hal ini ditanyakan kepada Pak Prayitno, beliau dengan semangat mengatakan: “orang itu harus berjuang sampai titik darah penghabisan, tidak pantang menyerah.” Melihat sikap masyarakat saat ini yang erat hubungannya dengan era globalisasi, terlihat membuat nasionalisme dari masyarakat sudah jarang terlihat, “Kita seolah seperti menjadi bangsa yang mudah menyerah, terlihat dari pemerintah sampai masyarakatnya. Contohnya kita menyerah kalah dimakan Malaysia. Selain itu dalam bidang ekonomi dan industry, kita hanya mampu menjual bahan mentah tanpa mampu mengolahnya. Jadi kita tidak mendapatkan apa-apa, tidak mampu berpikir kreatif dan inovatif,” tuturnya. Untuk dapat meningkatkan semangat juang, kita sebagai generasi penerus bangsa harus berdikari. “Kita harus bertahan, berani loro lopo, berani sengsara, berani mempertahankan supaya bisa sukses. Kita masih kurang daya juang, untuk itu kita harus disiplin. Sifat bangsa Indonesia itu tidak disiplin, mesti molor. Kita terlalu santai,” ujar Pak Prayitno. Dia juga menyampaikan pesan bagi para pemuda kampus perjuangan untuk selalu berdasar pada merah putih, jangan sampai tanah air ditinggalkan. Saat ini yang terlihat dari pemuda Indonesia adalah malu mengakui merah putih. Selain itu juga harus mengamalkan Pancasila dalam tingkah laku kita. “Jadi pemuda harus jadi pancasilais sejati, seperti pak Moes tadi. Tingkah lakunya Pancasila.” Pesan Pak Prayitno. Lalu UUD 1945 kita harus patuhi. Sebab kalau tidak, Pancasila bisa hilang dan negara bisa ambruk. Orang-orang Indonesia masih belum maju sepenuhnya, jadi UUD ‘45 harus dicamkan untuk pemuda. Wawasan kebangsaan, cinta tanah air juga terus dipupuk dalam jiwa sanubari. “Pegang saja, mahasiswa harus menjadi laskar burung hantu, yaitu laskar-laskar yang menciptakan sesuatu,” demikian wejangan pak Prayitno. (Ratih dan Sari)
9
L A P O R A N
U T A M A
Juni Muryadi S.Sos, dosen Fikom UPDM(B):
Sikap Profesionalisme Juga Bentuk Kepahlawanan
BERTEPATAN dengan akan masuknya hari pahlawan pada 10 november, kali ini majalah Moestopo mengusung tema Semangat Pahlawan dan Nasioanalisme. Sering kita mendengar kata-kata pahlawan dan nasioanalisme, namun banyak di antara kita yang belum mengetahui arti atau makna dari kata-kata tersebut. Juni Muryadi S.Sos, karyawan sekaligus dosen Fikom Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) yang sudah 10 tahun mengabdi di UPDM(B) mengatakan, “Pahlawan adalah orang yang rela berkorban demi kepentingan orang banyak tanpa pamrih.” Pada zaman sebelum kemerdekaan, rakyat Indonesia ber-
10
juang merebut kemerdekaan dari tangan penjajah hingga nyawa taruhannya demi mempertahankan bangsa ini. Rasa nasioanalisme yang ditunjukan sangat tinggi dan nyata. Mungkin ini yang menjadi pertanyaan kita, jika zaman sebelum kemerdekaan rasa nasionalisme ditunjukkan dengan berperang melawan penjajah, bagaimana
dengan zaman sekarang? “Nasionalisme adalah memiliki rasa bangga atas identitas bangsa, menjaga nilai budaya dan memajukan daerahnya atau bangsanya,” jelas pak Juni. Jika sebelum kemerdekaan nasioanalisme ditunjukan dengan berperang melawan penjajah, saat ini nasionalisme ditunjukan dengan mempertahankan apapun yang dimiliki bangsa, dan terus berjuang memajukannya. Mengenang jasa pahlawan adalah suatu keharusan, seperti kutipan Ir. Soekarno bahwa “bangsa yang besar adalah bangsa yang mengenang jasa para pahlawan.” Dengan kita
mengenangnya, akan tumbuh rasa nasioanalisme terhadap bangsa. Dengan demikian, bangsa ini akan terus bersemangat untuk mempertahankan dan memajukan bangsa. Lalu, siapakah yang pantas disebut pahlawan? Pak Juni, panggilan akrab Juni Muryadi memaparkan, “ yang disebut pahlawan itu banyak, bisa orang tua, guru atau dosen. Artinya orang-arang yang mempunyai semangat untuk memperbaiki diri, tapi manfaatnya untuk orang banyak. Misalnya, sebagai pelajar, dia bersungguh-sungguh dan semangat dalam belajar untuk nanti bermanfaat kepada keluarga, masyarakat dan bangsa. Kriteria yang pantas disebut pahlawan adalah orang yang memiliki daya tahan terhadap cobaan, mau bekerja keras, mengesampingkan kepentingan pribadi dan mengutamakan kepentingan orang banyak. “Intinya, dia berjuang bukan membawa kepentingan pribadi atau arogansi, namun membawa kepentingan orang banyak.” Pahlawan dan nasioanalisme itu sesuatu yang berkaitan, namun tergantung pada konteksnya. “Tergantung kita melihat dari sudut pandang atau kenteksnya, misalnya dalam konteks pendidikan, seorang mahasiswa belajar dengan sungguh-sungguh dalam rangka memperbaiki citra diri sendiri dan citra diri bangsa. Kalau kuliah hanya untuk lulus dan mendapatkan pekerjaan itu tidak dibawa mati, tetapi kalau ada semangat untuk memperbaiki diri
MOESTOPO EDISI NOVEMBER - DESEMBER 2010
L A P O R A N
U T A M A
dan meningkatkan martabat bangsa, itulah yang dikatakan pahlawan,” papar pak Juni. Semangat nasionalisme masyarakat saat ini menurut Juni, secara general, kalau dari dunia pendidikan selama mereka masih bekerja atau beraktifitas sesuai posisinya dan profesioanal. Artinya dia bertanggung jawab terhadap pekerjaannya. “Kalau dosen, ia bertanggung jawab atas apa yang disampaikan, kalau mahasiswa, ia bertanggung jawab sebagai mahasiswa. Saya pikir itu yang dikatakan nasionalisme jika dilihat dari konteks pendidikan.” Menurut pak Juni, sebagai warga negara yang baik kita harus terus meningkatkan rasa nasionalisme. “Nasionalisme dapat ditingkatkan dengan cara pertama, tetap menjaga hubungan baik dengan semua orang, kalau dalam konteks agama menjaga silaturrahmi. Menyatukan persepsi, setiap orang itu memiliki persepsi berbedabeda, nah kita harus bisa menyatukan persepsi tersebut. Sikap pahlawan itu tidak bisa sendiri, seperti Bapak Moestopo, ia berjuang didampingi teman-temannya. Kedua, berusaha mencari terobosan-terobasan baru atau program-program baru untuk memberi wahana atau oraganisasi yang memang memiliki tujuan. Misalnya, mahasiswa setelah lulus mau ngapain? Dia bisa membuat forum-forum, jejaring sosial. Forum-forum yang membangun sangat baik untuk para pemuda, dalam konteks agama pembinaan generasi muda sangat diperlukan, intinya membuat forum yang menjadikan dirinya bersemangat menjalani hidup,” jelas Juni. Juni menuturkan, hal-hal yang perlu diperbaiki untuk menumbuhkan semangat juang nasioanalime ialah “masyarakat perlu banyak membaca dan memperdalam referensi-referensi tentang kepahlawanan
dan tokoh-tokoh nasioanal yang memiliki semangat juang tinggi. Kita perlu membuat wahana-wahana untuk kegiatan pemuda misalnya, olahraga, seni, karena setiap individu mempunyai bakat, hanya saja tidak tersalurkan maka sering ke arah negatif. Oleh karena itu di UPDM(B) ada UKM, WKM, itulah hal-hal yang sebetulnya perlu.” Bapak Moestopo adalah salah satu pahlawan yang patut diteladani. Juni menceritakan, “bapak Moestopo sangat menjaga simbol-simbol nasionalisme, Pancasila, Merah Putih, semua itu digunakan untuk selalu ingat kepada bangsa ini, dan bapak Moestopo pernah mengatakan tentang rasa kebersamaan, dan pendidikan untuk semua orang. Setiap orang berhak mendapatkan pendidikan, di UPDM(B)-pun. “Jika ada mahasiswa yang mempunyai masalah mengenai SPP, mahasiswa bisa lapor, negosiasi kepada pihak yang bersangkutan.”
MOESTOPO NOVEMBER - DESEMBER 2010
PROFILE Nama TTL Status Agama Alamat Rumah Hp E-mail
: Juni Muryadi : Jakarta, 7 Juni 1971 : Telah Menikah : Islam : Jl. Benda Barat 6, Griya Pamulang 2, Blok B2 No.14 Pamulang 2 Tangerang : 0813 85 175 444 :
[email protected]
PENDIKAN FORMAL Mahasiswa Semester Akhir, Program Pascasarjana Magister Ilmu Komunikasi di Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Sarjana S1 Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Komunikasi UPDM (B) tahun 1997. Lulusan SMK Grafika (Persiapan Grafika) YL Psr. Jumat Jakarta tahun 1991 Lulusan Sekolah Menengah Pertama SMPN Cireundeu I Ciputat tahun 1988. Lulusan Sekolah Dasar SDN Cireundeu I Ciputat tahun 1985.
Juni berharap kepada mahasiswa, dosen, dan seluruh civitas academica UPDM(B) untuk tetap menjaga profesionalisme, karena profesionalisme salah satu bentuk dari nasionalisme, dan bagi mahasiswa untuk terus berfikir kritis, tidak begitu saja menerima apa yang disampaikan dosen. Be-
gitu juga dengan karyawan, harus ada kerjasama antara dosen, dan mahasiswa agar tidak ada kesalahpahaman. “Lembaga pendidikan tidak akan bisa maju dan berkembang jika hanya dijalankan oleh satu orang atau segelintir orang, akan tetapi kita butuh kerjasama yang baik.”
11
L A P O R A N
K H U S U S
Sambut Tahun Emas, UPDM(B) Gelorakan Semangat Kepahlawanan Prof. Dr. Sunarto,M.Si SEGENAP keluarga besar Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) kini secara serius menggelorakan semangat kepahlawanan yang telah ditunjukkan oleh pendirinya, Mayjen TNI Prof. Dr. Moestopo. Makna kepahlawanan tahun ini terasa lebih bermakna karena terkait menjelang ulang tahun emas atau setengah abad usia UPDM(B). Rektor UPDM(B) Prof. Dr. H. Sunarto, M.Si telah menerbitkan Surat Keputusan tentang penetapan Panitia Hari Ulang Tahun Emas UPDM(B) yang diketuai oleh Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) UPDM(B) Drs.Himsar Silaban, MM dan Sekretaris Drs.Andriansyah, M.Si (Wakil Dekan II Fisip). Panitia tersebut juga telah dikukuhkan dan mendapat berbagai arahan dari pak Sunarto, Rektor UPDM(B). Motto hari ulang tahun emas adalah: “Dengan semangat juang Pahlawan Nasional Prof. Dr. Moestopo, kita wujudkan Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) yang unggul, Berdaya saing dan bercitra positif, serta berwawasan kebangsaan”. Menurut pak Sunarto, segenap keluarga besar Universitas Moestopo harus dapat mengambil momentum tahun emas ini untuk mengangkat citra kampus Merah Putih dengan menggelorakan semangat kepahlawanan. “Kita semua tanpa kecuali harus mempromosikan keunggulan kampus Merah Putih ini dengan semangat kepahlawanan kata,” pak Sunarto, sambil menekankan tiada hari untuk promosi. Pak Sunarto menambahkan, segenap keluarga besar UPDM(B) harus menyadari bahwa kampus kita didirikan dan dibangun oleh seorang pahlawan nasional. Bukan sekadar pahlawan tapi juga pak Moestopo sangat terkait dengan peristiwa 10 Nopember di Surabaya yang kemudian diperingati setiap tahun secara nasional sebagai Hari Pahlawan. “Kita semua, dosen, karyawan, mahasiswa dan bahkan beserta segenap keluarga kita perlu bangga dengan kampus Moestopo,” ucapnya. Dengan arahan Rektor UPDM(B), Panitia Ulang Tahun Emas UPDM(B) sudah mulai menyusun berbagai perencanaan dan persiapan untuk pelaksanaan kegiatan yang lebih semarak dibanding tahun-tahun sebelumnya. Kini sejumlah sepanduk dan umbul-umbul sudah mulai terpasang di seputar kampus Jl Hang Lekir dan nantinya menyusul di kampus FKG Bintaro dan kampus Swadarma. Nantinya baliho besar juga akan dipasang di setiap kampus, sementara stiker dan emblem UPDM(B) juga akan dibagi-bagikan kepada keluarga besar UPDM(B) untuk disebarluaskan.
12
Drs. Himsar Silaban, MM MENURUT Ketua Panitia, Drs. Himsar Silaban, MM, puncak tahun emas ini sendiri akan digelar sekitar Maret 2011 di Jakarta Convention Center Senayan dengan mengundang kehadiran Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan anggota kabinet lainnya. Puncak acara diisi dengan kegiatan dies natalis dan wisuda dengan pemandu mahasiswa UPDM(B), Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu. Selain itu sejumlah seminar juga digelar dengan tema semangat kepahlawanan serta yang terkait dengan fakultas yang ada di UPDM(B), seperti masalah social dan ilmu politik, ekonomi, komunikasi dan kedokteran gigi. “Kita berharap gebyar tahun emas ini benar-benar dapat mempromosikan Universitas Moestopo sebagai kampus merah putih, menggelorakan semangat kepahlawanan,” ucap pak Himsar.
Drs. Andriansyah, M.Si SEMENTARA itu Sekretaris Panitia Drs. Andriansyah, M.Si menyatakan, kegiatan tahun emas juga diisi dengan kegiatan bakti sosial, pengabdian masyarakat, dan berbagai olahraga. Ulang tahun emas juga diisi dengan kegiatan sayembara penulisan tentang sejumlah tema terkait bidang fakultas yang diikuti oleh pelajar SMA. “Kita berharap seluruh warga kampus dapat terlibat dalam tahun emas Moestopo ini,” kata Andriansyah, seraya menambahkan, kegiatan ziarah ke makam Pahlawan sebagaimana ulang tahun UPDM(B) sebelumnya juga tetap dilaksanakan. Menurut Andriansyah, momen tahun emas ini harus benar-benar melibatkan segenap keluarga besar UPDM(B). “Jangan sampai ada warga kampus kita tercinta ini tidak merasa ikut dalam kegiatan tahun emas,” ujar Andriansyah. (rp) MOESTOPO EDISI NOVEMBER - DESEMBER 2010
L A P O R A N
K H U S U S
Dekan FE UPDM(B) DR. Sumarhadi, SE, MM:
Menjadi Matahari Menyinari Semua Orang
B
agaikan matahari yang dapat memberikan manfaat untuk seluruh makhluk hidup tanpa pamrih, begitulah filsafat hidup Dr. Sumarhadi, SE, MM yang sekarang menjadi pejabat Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama). Pak Sumarhadi, begitu sapaan akrabnya, memulai hidup di daerah Mojosari sebagai seorang anak yang memiliki disiplin tinggi. Ayahnya adalah seorang militer. Awalnya ia juga ingin menjadi bagian dari militer, tetapi nasib militer tidak berujung padanya. Setelah dari Mojosari, bapak yang penuh humor ini pindah ke wilayah Pacitan untuk meneruskan sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas. Sekitar tahun 1974, pak Sumarhadi pindah ke Jakarta untuk mengikuti tes Akabari (Akademi Angkatan Bersenjata RI) Angkatan Darat yang sekarang disebut Akademi Militer (Akmil), dan pada tahun 1975 dia mencoba lagi masuk Akabri Angkatan Laut. Tetapi memang bukan di situlah nasib beliau untuk ke depannya. Gagal masuk Akabri tidak membuat dia patah semangat, melainkan terus berusaha untuk menjadi orang yang dapat berguna bagi semuanya. Tahun 1977, Pak Sumarhadi masuk Fakultas Ekonomi UPDM(B) dan mendapatkan gelar sarjana muda pada tahun 1983. Setelah lulus, sambil bekerja bapak yang sudah mempunyai tujuh cucu ini aktif di LPOD (Lembaga Pendidikan Orang Dewasa). Lembaga itu sering mnyelenggarakan seminar, lokakarya, dan pelatihan-pelatihan. Dari situlah dia memiliki pengetahuan dan pengalaman tentang mengolah SDM dengan baik. Tidak hanya itu, dia juga pernah mengikuti pelatihan kepemimpinan yang diadakan oleh Brotherhood Threat Union di Singapura tahun 1985-1986, serta menjadi panitia kongres sedunia yang diadakan di Jakarta dan dibuka oleh Presiden Soeharto. Sampai suatu ketika, usaha Pak Sumarhadi ini membuahkan hasil, yaitu bisa mendirikan suatu perusahaan konsultan pada tahun 1996. Ketika itu dia sedang kuliah S2 di Institut Wiraswasta Indonesia Jakarta jurusan manajemen. Perusahaan konsultan pak Sumahardi kala itu menjalin kerjasama dengan UPDM(B) dan Universitas Padjadjaran Bandung.
MOESTOPO NOVEMBER - DESEMBER 2010
”Riwayat panjang saya bukan dari sekolahnya tapi dari pengalaman saya terjun di dunia profesional itu,” ujar bapak yang memiliki tiga anak ini. Lembaga yang dia dirikan ini bernama Lembatek, bergerak dalam bidang pendidikan orang dewasa dan sering mangadakan banyak pelatihan dan seminar yang meneliti berbagai pemimpin, seperti manajer SDM, keuangan dan lain sebagainya. Awalnya pak Sumahardi belum mengajar seperti sekarang karena saat itu dia merasa masih terlalu muda sehingga kawan-kawannya yang senior yang mengajar. Sambil kuliah S3, dia sudah melakukan berbagai pelatihan bahkan sampai ke luar daerah dan akhirnya memulai untuk ikut melatih pada awal 1999-2000, yaitu dengan melaksanakan pelatihan dengan teman-temannya mengenai pemberdayaan masyarakat daerah di Pontianak dan Palangkaraya. Pelatihan untuk perusahaan-perusahaan terutama BUMN (Badan Usaha Milik Negara), seperti Garuda Indonesia, Bank Indonesia dan lainlainnya. Dari situlah pengalaman yang dia dapatkan terus bertambah. Setelah Lulus dari S3 dan mendapatkan gelar Doktor pada tahun 2002 di UNJ (Universitas Negeri Jakarta) jurusan management, diapun mengabdi untuk UPDM(B). Sementara filsafat hidupnya menjadi seseorang yang bermanfaat untuk semua orang, terus ia genggam. “Saya ingin seperti matahari. Artinya hidup saya seperti sinar yang dapat menyinari semua orang dan bermakna.
Kalau saya tidak bisa menjadi matahari, saya ingin menjadi bulan, walaupun cahayanya redup tapi indah. Intinya menyinari walaupun hanya di malam hari. Kalau tidak bisa jadi bulan, saya ingin menjadi bintang, kerlap kerlip kelihatan cahayanya, seperti kapal di lautan, bintang dapat menunjukan arah, dan yang penting bermanfaat.” ”Kalau saya tidak bisa jadi bintang, saya ingin menjadi pelita, lampu sentir, itupun masih ada manfaatnya. Lalu kalau saya tidak bisa jadi pelita, saya ingin menjadi kunangkunang, kerlap-kerlipnya dapat juga sebagai petunjuk jalan, artinya masih ada manfaat. Jadi sekecil apapun, filsafat saya, saya ingin menjadi bermanfaat untuk semuanya. Saya tidak mengharapkan imbalan dari orang lain. Biarlah Tuhan yang menyantuni saya,” begitu cerita Pak Sumarhadi. Selain menjadi direktur utama di kantor konsultan, Pak Sumarhadi juga sempat bekerja di Kementerian Koperasi dan Usaha kecil Menengah. Dia pernah dipercaya menjadi team leader untuk melatih SDM dan tugas ini sampai ke Ambon, Surabaya, Malang, Pontianak serta Yogyakarta beberapa kali. Semua hasil pendidikan, usaha , dan pengalamannya ia tuangkan di UPDM(B). Harapan besar Pejabat Dekan FE ini adalah semoga UPDM(B) terus naik dan meningkat kualitasnya dalam semua bidang. Dia juga berniat melaksanakan program Malcolyn Baldrige yang hanya dipakai oleh Universitas Pelita Harapan dan Universitas Bina Nusantara saat ini. Berkaitan dengan hari pahlawan, dekan FE ini mengatakan, “pahlawan adalah seperti filsafatnya di atas, menjadi matahari, bulan, bintang, lampu sentir, dan kunang-kunang. Semuanya itu sangat berguna untuk orang banyak, dan mereka tidak pernah meminta imbalan, kalau yang meminta imbalan itu adalah buruh bukan pahlawan.” Tuhanlah yang akan memberikan balasan bagi seorang pahlawan yang rela berkorban, mengesampingkan kepentingan pribadi, seperti dicontohkan oleh pendiri kampus merah putih ini, almarhum Prof.Dr. Moestopo. “Pak Moes mencurahkan pikiran dan tenaga untuk kepentingan masyarakat hingga terbentuklah universitas ini sampai saat ini. Tidak lain dan tidak bukan, kecuali untuk mencerdaskan anak bangsa.” (Hana & Rifki)
13
L A P O R A N
K H U S U S
Dekan Fisip UPDM(B) Drs. Himsar Silaban, MM:
Bangga Akan Kampus Merah Putih
D
rs. Himsar Silaban, MM sudah 27 tahun mengabdikan diri di UPDM(B). Tanggung jawab yang dia genggam kuat dan rasa cinta akan kampus merah putih, membuatnya tetap teguh dan tidak meninggalkan pekerjaan yang ditekuni sampai saat ini. Mengikuti rekam jejak pak Himsar, demikian Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Imu Politik (Fisip) ini akrab dipanggil, sungguh menarik. Berawal dari merantau ke Jakarta untuk mencari kesuksesan, laki-laki asal Tapanuli Utara ini setelah lulus SMA pada tahun 1972, mengukuhkan semangat untuk bekerja keras siang malam agar dapat menetapkan masa depan yang lebih cerah. Pada tahun 1975, ia mencoba untuk melamar di Badan Kepegawaian Negara, yang akhirnya diterima dengan bermula sebagai staf biasa. Pekerjaan tetappun sudah ia dapatkan, kemudian 1976 dia memulai kuliah S1 di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPDM(B). Melalui proses yang tidak mudah, gelar sarjana dapat dia raih pada tahun 1983. “Memang lama rasanya saya lulus, seolaholah seperti tujuh tahun saya kuliah,” ujar Pak Himsar bercerita tentang masa-masa kuliahnya yang lama. Menurut dia, saat itu sistem perkuliahan
14
bukanlah menggunakan sks (satuan kredit semester) seperti sekarang, melainkan paket yang harus diikuti satu persatu. Semua melalui birokrasi yang panjang dan lama, seperti masih adanya ujian kurikulum, ujian lokal, ujian skripsi, dan lainnya, sehingga baru pada tahun 1983 dia dapat mengikuti ujian Negara di UI (Universitas Indoesia). Tidak hanya itu, ijazah yang sangat diharapkanpun sangat lama baru dapatkan. Setelah lulus, Pak Himsar yang hanya mempunyai satu anak ini diberi kesempatan untuk menjadi seorang asisten dosen di UPDM(B) oleh Prof. Dr. Ganardi. Dia cukup bangga menjadi asisten pak Ganardi yang merupakan prtofesor bidang biologi dan penemu bekicot menjadi makanan bergizi, serta pemegang mata kuliah Administrasi Lingkungan Hidup di kampus merah putih. Sebenarnya pada saat itu, mata kuliah tersebut belum ada bukunya dan hanya dipelajari di Universitas Padjadjaran Bandung, UPDM(B), dan beberapa universitas lainnya. Mengingat PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) pun sudah menganjurkan dan misi lingkungan sudah digalakkan saat itu, akhirnya mata kuliah tersebut menjadi mata kuliah wajib di fakultas ilmu sosial dan ilmu politik. September 1983, SK (Surat Keputusan) pengangkatan pun langsung turun untuk menjadi asdos (asisten dosen). Tahun 1984 Prof. Dr. Ganardi meninggal dunia, lantas bidang studi tersebut diserahkan kepada Pak Himsar sampai sekarang. Perjalanan hidup di UPDM(B) pun terus meningkat, sampai pada tahun 1994, pak Himsar diangkat menjadi Ke-
pala Penelitian dan Pengabdian Masyarakat selama dua periode di Fisip UPDM(B). Tahun 1998, Pak Himsar mengambil S2 di IPWI (Institut Perkembangan Wirausahaan Indonesia) dengan jurusan manajemen. Sekitar bulan Januari 2009, ia pindah ke Departemen Pendidikan Nasional untuk dipekerjakan sebagai dosen negeri di Universitas Prof.Dr. Moestopo, yang kemudian diangkat menjadi Wakil Dekan I. Pada 22 Juli 2009, pak Himsar Silaban terpilih menjadi Dekan Fisip UPDM(B) sampai sekarang. Sebelum menjadi dekan, pak Himsar tidak hanya mengajar di UPDM(B), tetapi juga mengajar di universitas lain, seperti di STIA LAN, STIAMI, dan STIE Gotong Royong. “Setelah menjadi dekan waktu dan pikiran saya mengabdi penuh untuk Moestopo, pekerjaan mengajar di tempat lain saya tinggalkan. Menurut saya, jika kita sudah menerima satu beban tanggung jawab, itu semua harus dipertanggung jawabkan, jangan separuhnya saja, semua harus difokuskan dibenak saya” ujar Drs. Himsar Silaban, MM, yang sekarang masih mengambil program S3 di Unpad, jurusan Administrasi Negara. Kecintaan pak Himsar terhadap UPDM(B) membuatnya tetap bertahan di kampus merah putih ini. Menurutnya, nasionalisme di kampus ini sangatlah tinggi dari dulu sampai sekarang. “Nasionalisme adalah rasa cinta tanah air terhadap nusa dan bangsa. Atas dasar kecintaan, apapun bentuknya harus kita lakukan, harus rela berkorban demi bangsa dan Negara. Mahasiswa-mahasiswa sekarang pun makin tinggi dan baik rasa nasionalismenya, itu terlihat ketika saya mengajar kewarganegaraan dan Pancasila. Semangat mereka sangat besar untuk mempertahankan Indonesia. Serta secara umum, Moestopo memanglah merupakan kampus yang tetap cinta akan rasa nasionalismenya dari dulu hingga sekarang,” kata pak Dekan Fisip ini. Beliaupun berharap agar para mahasiswa menjadi lebih berkualitas, dan setelah mereka lulus, selain dapat ilmu pngetahuan, mereka juga dapat mempraktekkan apa yang telah dipelajari di kampus serta tentunya dapat menjadi seseorang yang berguna bagi semuanya. (Hana) MOESTOPO EDISI NOVEMBER - DESEMBER 2010
P R O F I L
A L U M N I
Hendra Syaukani, S.Sos:
Bergelut Dalam Dunia Fotografer Profesional HENDRA Syaukani, S.Sos, seorang fotografer majalah SWA, merupakan alumni Fikom Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) angkatan 1986. Kesukaannya akan dunia fotografi telah mengantarnya menjadi seorang fotografer yang tidak diragukan lagi kemampuannya. Perjalanannya untuk sampai seperti inipun tidak mudah ia lalui, semua penuh lika-liku dan jatuh bangun. Dulu ia tidak tahu menahu sama sekali tentang dunia ilmu komunikasi, tetapi ketika ia mendapatkan mata kuliah dasar-dasar jurnalistik dan fotografi, ia mulai respect dan terobsesi sampai-sampai ia bertekad jika lulus harus menjadi wartawan. Berawal dari sanalah ia berbercita-cita menjadi reporter olahraga karena terobsesi melihat Abrahan Isnan dan Alm. Sambas. Pertama kali ia mulai menulis dan mengirimkan tulisannya adalah ke majalah Hai tahun 1988 ketika ia duduk di semester empat bangku kuliah. Tidak disangka tulisan lelaki berkumis tipis ini dimuat majalah tersebut. Saat itu tulisannya berisi tentang anak-anak dari salah satu SMA di Jakarta yang melakukan demo ke gedung DPR/MPR MOESTOPO NOVEMBER - DESEMBER 2010
sampai dapat menggulingkan kepala sekolahnya. Menurut dia, itu sebuah cerita yang menarik, karena itu anak-anak SMA yang melakukannya, bukan mahasiswa. “Honornya memang masih Rp 15.000, tapi saat itu saya sudah bisa mentraktir teman-teman makan bakso,” ujar Hendra dengan penuh tawa. Suatu ketika, ia berani mengambil keputusan untuk kuliah sambil bekerja di tabloid Pesona Indonesia. Pekerjaannya di media tersebut telah memasuki usia dua tahun untuk kemudian pindah ke harian Terbit dan selanjutnya Berita Buana menjadi wartawan. Padahal kegemaran lakilaki yang berumur 43 tahun ini adalah fotografi, bukan dunia tulis menulis. Hendra menyelesaikan kuliah tahun 1994 dan kemudian melanjutkan kegemaran bidang fotografi bersama teman-temannya. Dia kemudian diajak oleh salah satu teman untuk bergabung ke majalah SWA untuk menjadi fotografer. Awalnya ia ragu karena majalah SWA adalah majalah bisnis yang kebanyakan hasil fotonya adalah para eksekutif atau orang-orang yang levelnya direksi. Padahal selama ini ia lebih tertarik dengan fotografi lifestyle atau model. Dari situlah ia kemudian belajar lagi agar dapat menjadi fotografer professional. Selain menjadi fotografer di majalah SWA, ia menjalankan bisnis studio bersama
teman-temannya, tetapi karena ada satu dan lain hal studionya sudah tidak dijalankan seperti dulu walaupun masih dibuka dan digunakan. Studionya berada di daerah Kemanggisan, Jakarta Barat, bernama “Dimensi Lima”. Tidak hanya di situ, karir Hendra pun sekarang makin meningkat. Tahun 2001, ia mulai diminta untuk mengajar di Universitas Mercu Buana dengan mata kuliah fotografer Public Relation hingga saat ini. Terkadang lelaki yang juga menjadi Ketua Yayasan SLB ini, sering diminta untuk menjadi pembicara tentang fotografi, seperti di Indosat dan Kementerian Keuangan. Hendra pun berharap agar anak-anak muda jaman sekarang juga mempunyai tekad dan usaha yang tinggi agar dapat menggenggam impiannya masing-masing. Tidak ketinggalan, kita semua harus meningkatkan rasa nasionalisme yang ada pada diri kita. Jadilah pahlawan yang berjasa bagi orang banyak terutama untuk Negara. “Khususnya untuk adik-adikku di Moestopo, tetaplah ingat pesan yang disampaikan Pak Moes, yaitu kita berbuat jangan harus tunggu diperintah dan jangan harus menunggu. Kalau bisa, kita lulus tidak untuk mencari lapangan pekerjaan , tapi untuk membuka lapangan pekerjaan,” pesan Hendra Syaukani. (Hana dan Ratih)
15
P R O F I L
D O S E N
Prof. Dr. drg. Magdalena Lesmana, Sp.Ort :
Berjuang dan Berikanlah Yang Terbaik UNIVERSITAS Prof. Dr. Moestopo (Beragama) boleh berbangga karena telah memiliki guru besar pertama di Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) UPDM(B). Prof. Dr. drg Magdalena, Sp.Ort baru saja dinobatkan menjadi guru besar FKG UPDM(B), Juli lalu. Beliau menempuh pendidikan pertamanya di FKG Universitas Indonesia dan lulus tahun 1970. Setahun kemudian, terhitung tanggal 1 Februari 1971 mulai mengajar di FKG UPDM(B).
T
16
“
Pendidikan seorang anak tidak tergantung apakah selalu kumpul dengan orang tua atau tidak tetapi kedekatan itu bisa ditanamkan melalui perhatian
“
ahun 1987, ibu Magdalena mengambil spesialis orthodonti atau meratakan gigi di FKG UI dan pada tahun 2001 – 2005 mengambil gelar doktoralnya. Profesor yang hobi membaca dan mahir merangkai bunga ala Jepang atau biasa disebut ikebana ini memiliki prinsip kesederhanaan yang luar biasa di dalam hidupnya. Ia selalu berprinsip untuk memberikan segala yang terbaik, “Di dalam hidup ini kalau saya lihat memang indah pada waktunya,” ujar dia ketika ditemui di sela – sela kesibukannya. Menjadi ibu bagi tiga orang anaknya, tentu merupakan hal tidak mudah bagi ibu Magdalena. Tetapi dengan segala perjuangan dan kerja kerasnya, dia berhasil menghantarkan ketiga putra – putrinya menyelesaikan studi, bahkan hingga ke luar negeri. “Pendidikan seorang anak tidak tergantung apakah selalu kumpul dengan orang tua atau tidak tetapi kedekatan itu bisa ditanamkan melalui perhatian,” ungkap Prof Magdalena ketika ditanya masalah komunikasi dengan ketiga putra putrinya. Dari semangat juang yang ia tanamkan, Prof. Magdalena memberikan kunci keberhasilan kepada para mahasiswa. “Intinya adalah kita selalu berusaha memberikan yang terbaik apapun yang menjadi tugas kita. Jangan memikirkan upah di balik itu semua. Kalau kita sekarang hanya belajar untuk ujian, jangan harap kita bisa menjadi orang yang berhasil karena belajar bukan hanya untuk ujian. Memang harus dibiasakan untuk rajin membaca,” tutur dokter yang juga pernah aktif di organisasi keputrian UI dan ikatan orthodontist ini. Berkaitan dengan Hari Pahlawan yang kita peringati setiap tanggal 10 November, Prof Magdalena mengatakan, pahlawan itu bukan hanya untuk memperjuangkan kemerdekaan walaupun tugas itu sangat luar biasa. “Jadi pahlawan juga dapat dalam
komunitas yang lebih kecil. Seseorang disebut berjasa jika telah memberikan yang terbaik,” ungkap dokter yang juga mahir bermain piano ini. Setiap bangsa dan negara tentu mempunyai orang – orang yang berjasa bagi negaranya. Sebagai bentuk penghargaan, negara memberikan gelar baik sebagai
pahlawan nasional ataupun gelar lainnya. Mungkin untuk individunya sendiri, mereka tidak mencari gelar itu. Mereka hanya berjuang dan berjuang saja. “Kalau kita lihat zaman sekarang ini, orang berebut untuk menjadi pahlawan tetapi seperti pahlawan kesiangan. Jasa orang lain tetapi diakui oleh orang yang tidak berhak. Banyak orang yang hanya melihat penghargaan terhadap dirinya sendiri, tidak melihat apa yang terbaik yang mereka diberikan untuk bangsa ini. Mereka hanya menginginkan gelarnya tetapi tidak menghargai prosesnya,” ungkap dokter yang hampIr 40 tahun menjadi dosen di FKG UPDM(B). Karya nyata Prof. Dr. Moestopo, diakui oleh beliau sangat menginspirasinya dalam hidup. Khususnya prinsip Pak Moes yang tidak pernah membeda – bedakan orang dan sangat menghargai perbedaan. “Zaman dahulu Pak Moes membuka TK di Bandung, anak – anaknya menghormati bendera dengan sangat luar biasa. Mereka benar – benar bangga sebagai bangsa Indonesia. Tidak perlu menggembar – gemborkan, tetapi langsung dilihat dari lingkungannya. Kesatuan sangat diperhatikan oleh Pak Moes, misalnya di sana ada musholla, gereja.” ujarnya. “ Bahwa kita tidak boleh membeda – bedakan orang. Itu benar – benar Pak Moes terapkan. Kalau saya lihat, sekarang ini ada tendensi bahwa kalau melihat kekayaan, kedudukan dan sebagainya, banyak orang yang sudah pensiun menjadi terabaikan. Penghargaan terhadap orang lain menjadi berkurang karena terdorong oleh kepentingan pribadi semata. Kita harus memikirkan lingkungan sekitar dan peka juga terhadap lingkungan sekitar. “ Prof. Magdalena memberikan pesannya bagi seluruh mahasiswa UPDM(B). “Raihlah cita – cita itu setinggi mungkin tanpa mengharapkan imbalan. Kita juga jangan kalah dengan orang luar negeri. Hanya menjadi dokter gigi saja tidak cukup karena saingan kita berat sekali. Kalau ada kesempatan sekolah, sekolahlah! Semangat belajar! Harapan saya semoga lebih banyak lagi profesornya di UPDM(B) untuk membantu akreditasi.” (Sari & Henny) MOESTOPO EDISI NOVEMBER - DESEMBER 2010
K I P R A H
U P D M ( B )
Outbond UPDM(B) Tumbuhkan Solidaritas Mahasiswa
UNIVERSITAS Prof. Dr. Moestopo (Beragama) menyelenggarakan outbond dalam rangka orientasi para mahasiswa baru. Kegiatan ini diikuti oleh mahasiswa dari 4 fakultas yakni Fakultas Ekonomi (FE), Fakultas Kedokteran Gigi (FKG), Fakultas Ilmu Komunikasi, dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip). Acara ini berlangsung di Asrama Komando Pasukan Khusus (Kopassus) Cijantung, Jakarta Timur. Kegiatan outbond bagi mahasiswa FE, FKG dan Fisip dilaksanakan bersamaan, yakni pada 24-26 September 2010. Sementara, kegiatan outbond bagi mahasiswa Fikom dilaksanakan pada 8-10 November 2010. Kegiatan ini adalah untuk memperkenalkan dan menyatukan mahasiswa baru dengan seluruh keluarga UPDM(B). Tak hanya itu, kegiatan outbond juga diharapkan mampu menumbuhkan rasa solidaritas antar mahasiswa, dan membangun intelektual serta moralitas mereka. Dalam pelaksanaannya, para peserta dibagi menjadi beberapa kelompok kecil. Tiap kelompok memiliki pelatih dan mengikuti kegiatan dengan diawasi secara langsung oleh Kopassus. Pihak Kopassus MOESTOPO NOVEMBER - DESEMBER 2010
juga secara khusus menyediakan fasilitasfasilitas outbond seperti rafting dan flying fox. “Sebelum melakukan outbond kita sering melakukan briefing-briefing untuk menyatukan seluruh fakultas yang ada, yang secara kebetulan outbond kali ini FE digabung dengan outbond FISIP dan FKG,” kata Alfian Hutagalung, Koordinator Lapangan Outbond FE 2010. Menurut Alfian, melalui briefing itu kita menyatukan konsep agar outbond yang ada dapat berjalan dengan baik, seperti rundown yang dicocokan dari seluruh fakultas dan pembina juga yang kebetulan pula dipegang oleh Kopasus. Walaupun dengan mengunakan Kopassus, kita sebagai mahasiswa tetap dapat menyalurkan aspirasi kita, menyatukan konsep kita, dan menyatukan tiga fakultas kemudian disatukan juga dengan pembina. Bekerjasama dengan kopassus sudah menjadi keinginan dan keputusan universitas, ujar Alfian” Acara outbond ini tidak hanya diisi dengan aktifitas fisik. Para peserta juga diberi pembekalan materi. Pada hari terakhir, acara ditutup dengan prosesi simbolis penyematan jaket almamater yang diwakili oleh dua orang mahasiswa. Materi yang diberikan ada empat, yaitu tridharma perguruan tinggi, wawasan alammater, leadership, character building. Fakultas juga memberikan materi seperti dekan dan wadek. “Materi dari kopasus tidak ada secara
keseluruhan, tetapi secara teknis, mereka yang memegang pelaksanaanya, seperti pengenalan orientasi atau wilayah, pengaturan, dan pengawasan,” ujar Alfian. Menurut Alfian, kegiatan outbond ini tidak sama dengan kegiatan ospek. Kegiatan ini diselenggarakan hanya untuk menyatukan mahasiswa baru dengan lembaga dan universitas. “Tidak ada kekerasan di sini. Outbond ini hanyalah semata untuk membentuk kesigapan, kedisplinan, kebersamaan, dan pembentukan mental agar terbentuk karakter pada mahasiswa baru,” tutur Alfian. Lain halnya dengan FE, Fisip mempunyai tema sendiri dalam kegiatan outbond ini. “Tema kita itu impact. Itu kan artinya dampak. I-nya itu for intellectual (intektual), M- nya morality (moralitas), Pnya responsibility (tanggung jawab), Anya active, C-nya creativity dan T- nya itu dari solidarity untuk soladiritas,” urai Devina Rayhanti, panitia outbond Fisip 2010. Peserta outbond Fisip sejumlah 106 orang dari sekitar 150 orang mahasiswa Fisip. Banyak manfaat yang dapat diambil dari kegiatan outbond tersebut. “Mahasiswa menjadi lebih disiplin, kebersamaan di antara mereka juga jadi terbentuk. Saya berharap semua peserta yang ada itu bisa ngasih pengaruh yang besar buat setiap proker-proker yang ada di LKM, apapun itu. Terus anak-anak barunya benar – benar bisa jadi penerus LKM dan mereka juga bisa lebih antusias dengan kegiatan-kegiatan yang ada di LKM dan nggak jadi mahasiswa apatis. Jadi mereka tetep selalu ada rasa ingin tahu dan antusias dengan kegiatan yang ada,“ ujar Devina. Meski kegiatan outbond ini melelahkan, para peserta tetap menjalaninya dengan semangat. Hal ini terlihat jelas dari antusiasme peserta selama acara berlangsung.Denisa, humas senat Fikom 2010-2011, menyatakan harapannya kepada mahasiswa baru. “Semoga ke depannya, mahasiswa 2010 menjadi mahasiswa yang aktif dan tidak apatis serta memiliki rasa ingin tahu yang besar.” (Inta dan Sari)
17
C O V E R
S T O R Y
Shireen Sungkar:
“Aku Sudah Tahu Keunggulan Moestopo”
SIAPA yang tidak mengenal sosok Shireen Sungkar? Wajah aktris berusia 18 tahun ini hampir tak pernah absen menghiasi layar kaca. Selain sebagai pemain sinetron, Shireen juga dikenal sebagai penyanyi dan tergabung dalam duo grup vocal The Sister bersama sang kakak, Zaskia Sungkar. Biarpun telah sukses berkarir di dunia entertainment, Shireen tidak melupakan pendidikan. Buktinya, Ia kini tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) semester pertama di Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama). Nama Shireen Sungkar bukanlah nama yang asing terdengar di kalangan masyarakat. Artis yang namanya melambung lewat sinetron Cinta Fitri ini telah diakui kiprahnya di dunia persinetronan Indonesia. Dara kelahiran Jakarta, 28 Januari 1992 ini bahkan pernah meraih penghargaan dari Panasonic Award sebagai Artis Favorit pada tahun 2009. Shireen tetap menganggap penting pendidikan meski telah sukses dan memiliki karir yang gemilang di dunia entertainment. “Buat aku, pendidikan memang harus,” ujar Shireen ketika ditanya perihal alasannya melanjutkan studi ke bangku perguruan tinggi. Rupanya, Shireen beranggapan bahwa dunia entertainment seperti roda yang berputar. “Kalau dunia entertainment kan kita nggak selamanya di atas, nanti pasti ada yang lebih baru dan lebih baru lagi, sementara dengan adanya pendidikan yang memadai kan aku bisa kerja, kalaupun aku tetep continue di dunia entertainment pun kan nggak ada salahnya,” papar Shireen. Alasan Shireen memilih Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) sebagai tempat menimba ilmu adalah karena jadwal kuliah yang fleksibel dan lokasi yang tidak jauh dari tempat tinggalnya. Ia juga banyak mendengar dari orang-orang mengenai keunggulan Universitas Prof. Dr. Morestopo (Beragama). “Aku sudah tahu keunggulan kampus Moestopo. Selain itu aku juga punya banyak banget teman di sini,” tambahnya. Mengenai pilihan konsentrasi yang ingin diambil, Shireen dengan mantap
18
MOESTOPO EDISI NOVEMBER - DESEMBER 2010
berkata bahwa ia ingin mengambil konsentrasi public relation. “Dari dulu, aku memang pengen jadi PR, karena nggak jauh juga dari dunia entertainmen,.” ujarnya sambil tersenyum manis. Shireen mengakui bahwa tidak mudah menjalani kuliah sambil bekerja. Jadwal syuting yang padat membuat dia harus pulang larut malam setiap hari. Sementara, di pagi hari, dia sudah harus berada di kampus lagi untuk mengikuti perkuliahan. “Sampai kampus kadang-kadang masih ngantuk dan capek banget,” ucap Shireen yang pada Agustus lalu sempat mengalami kecelakaan lalulintas itu. Kepahlawanan dan Semangat Nasionalisme bagi Shireen Sungkar “Kepahlawan itu adalah suatu bentuk perjuangan yang dilakukan oleh para pejuang sehingga kita bisa merasakan kemerdekaan seperti sekarang ini.” ungkap Shireen ketika ditanya mengenai arti kepahlawanan. Shireen juga menambahkan, setiap manusia pasti punya sisi kepahlawanan terhadap bangsanya. Bentuk kepahlawanan dapat diwujudkan dalam berbagai hal. Para pelajar yang memenangkan berbagai olimpiade di luar negeri, misalnya. Dengan mengharumkan nama bangsa juga merupakan satu bentuk kepahlawanan. Banyak yang menganggap bahwa seiring dengan berjalannya waktu, sikap kepahlawan sering kali terlupakan. Menanggapi pernyataan tersebut, Shireen tidak sepenuhnya setuju. Menurut dia, sikap kepahlawanan dan semangat juang dalam generasi muda saat ini tidak sepenuhnya buruk. Masih banyak orang yang memiliki sikap kepahlawanan dan ingin senantiasa memperjuangkan nama Indonesia. Hanya saja seiring dengan berjalannya waktu, mungkin semangat tersebut sedikit menipis. Namun, Shireen menambahkan , bukan berarti bahwa hal tersebut tidak dapat ditumbuhkan kembali. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk menumbuhkan dan meningkatkan kembali semangat ke-
pahlawanan dalam diri generasi muda. Dengan lebih mengenal dan mengetahui jati diri bangsa, misalnya. Atau dengan menggunakan produk-produk asli buatan Indonesia. Kedua hal tersebut, meski sederhana, namun merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk menumbuhkan kembali semangat juang dalam diri generasi muda. Menutup perbincangan, Shireen menyatakan harapannya untuk diri sendiri dan generasi muda. Harapannya cukup sederhana, agar generasi muda lebih giat belajar dan berkarya untuk mengharumkan nama bangsa. “Dengan belajar sungguhsungguh juga suatu bentuk sikap kepahlawanan.” ujarnya mengakhiri perbincangan. (Inta & Rifqi)
PROFILE Nama Tempat tanggal lahir Hobi Pendidikan
: : : :
Shireen Sungkar Jakarta, 28-01-1992 Menonton film -SMP 11 -SMA Triguna -Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)
MOESTOPO NOVEMBER - DESEMBER 2010
19
C O V E R
S T O R Y
Dari “Bukan Diriku” Hingga “Cinta Fitri” SHIREEN Sungkar adalah seorang bintang akting Indonesia, yang terkenal dengan perannya sebagai Fitri dalam sinetron Cinta Fitri. Shireen yang merupakan anak kedua dari tiga bersaudara pasangan artis Mark Sungkar dan Fenny Bauty itu pernah membintangi sinetron Bukan Diriku bersama Baim Wong, disusul sinetron Wulan yang dibintanginya bersama Dhini Aminarti. Namun perempuan kelahiran Jakarta, 28 Januari 1992 itu baru dinilai melambung pesat setelah membintangi Cinta Fitri. Selain juga mempopulerkan bintang pasangannya Tengku Wisnu, dengan peranya
20
sebagai Farrel. Terakhir pacar pesinetron Adly Fairuz itu membintangi sinetron Doo Bee Doo dengan perannya sebagai Sherina Victoria. Laris sebagai bintang sinetron, membuat Shireen cepat berpuas diri. Bersama sang kakak, Zaskia Sungkar, Shireen menjajal dunia tarik suara dengan membentuk duo vokal, The Sisters. Debut album perdana mereka diberi titel The Journey of Love yang dirilis pada 2008 dengan single jagoan Keajaiban Cinta. Shireen semakin memantapkan karirnya di dunia peran Indonesia. Ia terpilih sebagai pemenang Aktris Favorit dalam ajang Panasonic Award yang digelar pada 27 Maret 2009. Akhir bulan Mei 2009, setelah liburan Shireen dikejutkan dengan berita beredarnya video porno mirip dirinya. Shireen sendiri sudah memberikan pernyataan, jika yang ada
di video tersebut bukan dirinya, hanya seseorang yang mirip dirinya. Meski sukses di karier, namun Shireen ternyata tak melupakan pendidikannya. Pada akhir Juni 2009, ia berhasil menyelesaikan pendidikan di sekolah menengah atas. Sembari memperdalam kemampuan berbahasa Inggris, Shireen berkeinginan melanjutkan pendidikannya di Australia. Namun sebelum itu, kini Shireen kuliah pada Fakultas Ilmu Komunikasi di kampus Universitas Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) yang juga tempat kuliah rekan mainnya di Cinta Fitri, Teuku Wisnu. Prestasi Shireen di dunia hiburan pun tidak berhenti dicapainya. Gadis cantik ini meraih penghargaan sebagai Aktris Pemeran Utama Ngetop dalam ajang SCTV Award 2010 atas perannya dalam sinetron Cinta Fitri Season 6. (kapanlagi.com/pr) MOESTOPO EDISI NOVEMBER - DESEMBER 2010
Shireen Sungkar dan Teuku Wisnu
SHIREEN Sungkar dan Teuku Wisnu, yang sudah empat tahun sama-sama membintangi sinetron seri Cinta Fitri, belum mau mengungkapkan seberapa dekat hubungan mereka. Mereka cuma meminta hubungan mereka didoakan. Kebetulan keduanya kini juga samasama kuliah di Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) Jakarta meski beda fakultas. “Ya, kami dekat-dekat saja. Cuma, masalah ke depannya, itu privasi kami berdua. Jadi, jalani saja. Cuma Tuhan yang tahu, doain saja,” kata Shireen berahasia, di Jakarta, Sabtu (30/10/2010) malam. Shireen tak memungkiri bahwa hubungannya dengan Wisnu menjadi dekat sejak ia putus dari bintang lain Cinta Fitri, Adly Fairuz, Dalam sinetron seri tersebut, Shireen dan Wisnu berperan sebagai suami istri, Fitri dan Farel. Sambil mencuri pandang ke arah Wisnu, adik kandung artis sinetron Zaskia Sungkar itu memuji Wisnu. Baginya, Wisnu merupakan sosok lelaki yang baik. “Baik, dia (Wisnu) lelaki yang baik,” ucap Shireen. Senada dengan Shireen, Wisnu meminta didoakan agar hubungannya dengan Shireen semakin serius, seperti dalam sinetron yang dilakoninya bareng Shireen. “Doain saja. Dia sudah jadi istri gue,” tutur Wisnu berbumbu canda. (kompas.com/pr) MOESTOPO NOVEMBER - DESEMBER 2010
21
K I P R A H
M A H A S I S W A
Telefikom Sukses Menggelar Pameran Foto PAMERAN bersama Telefikom fotografi yang merupakan salah satu WKM di lingkup Universitas Prof.Dr.Moestopo (Beragama) telah sukses dilaksanakan. Ini terlihat dari banyaknya pengunjung yang datang ke acara pameran tersebut. Tidak hanya mahasiswa umum yang berdatangan tetapi juga siswa SMA yang tertarik dalam bidang fotografi. Fotografer, wartawan serta Panorama, yaitu persatuan pencinta fotografi seJabodetabek juga ikut menyaksikan. Mereka semua memang merupakan salah satu target pengunjung acara ini. Acara yang dilasanakan di parkiran UPDM (B), berlangsung selama tiga hari, 6-8 Oktober 2010. Pameran bejudul “Imajiku Kreasiku”.
22
MOESTOPO EDISI NOVEMBER - DESEMBER 2010
K I P R A H
M A H A S I S W A
Imajiku mengandung makna suatu bentukan gambaran yang tercipta atas dasar pemikiran dan imajinasi manusia terhadap suatu hal. Kreasiku adalah suatu hal yang tercipta oleh buah pikiran atau kecerdesan akal manusia. Artinya pameran kali ini adalah suatu bentuk gambaran yang tercipta oleh buah pikiran atau kecerdasan akal manusia terhadap suatu hal. Kehidupan sosial anak-anak metropolitan merupakan sebuah subjek. Subjek tersebut merupakan suatu imaji yang terjadi di lingkungan masyarakat metropolitan. Pada akhirnya, imaji yang ada dituangkan ke dalam media foto yang dibuat dengan buah pikiran atau kecerdasan akal manusia yang sempurna. Makna dalam foto-foto yang dipamerkan juga bertujuan untuk mengangkat kehidupan anak metropolitan sekarang dan masyarakat juga mengetahui bagaimana kehidupan mereka sebenarnya. Biasanya masyarakat mengira kehidupan anak-anak metropolitan hanya bisa berhura-hura. Pameran yang bertema “Kehidupan Sosial Anak-Anak Metropolitan” ini sedikit berbeda dari biasa dan special. Tidak hanya anggota Telefikom yang berpartisipasi dalam pameran ini, tetapi juga turut diramaikan oleh hasil foto-foto dari siswasiswi yang ikut serta menjadi pameris, di antaranya dari SMK Cyber Media, SMA 1 Budi Utomo, dan SMA Gonzaga. Hasil fotofoto yang dipamerkan kemudian dikurator oleh Thoriq Ramadhani S,Ikom yang juga merupakan alumni Telefikom yang sekarang sudah cukup sukses dalam bidang fotografi. Secara teknis, pembukaan Pameran yang dimulai Rabu, 6 Oktober 2010 pukul 09.00 WIB diawali oleh sambutan dari Dekan
MOESTOPO NOVEMBER - DESEMBER 2010
Fikom UPDM(B), Pak Hanafi. Kemudian diselingi oleh penampilan dari WKM Kosmik sebagai pengisi acara. Pada hari kedua, Kamis, 7 Oktober 2010 diadakan diskusi foto dengan pembicara Thoriq Ramadhani, S.Ikom. Dia menceritakan berbagai hal-hal tentang fotografi dan pengalamannya sebagai freelance fotografer fashion, yang sampai saat ini ia tekuni. Penutupan seminar pada Jumat, 8 Oktober 2010, diisi acara pemilihan foto-foto terbaik yang dinilai oleh kurator dan foto terfavorit dari hasil voting pengunjung yang datang. Pameran besar dari Telefikom ini bukan pertama kali bagi mereka. Pameran yang sama sudah sering mereka selenggarakan
dengan hasil-hasil yang memuaskan dan tema yang unik serta beranekaragam. Pameran terakhir sebelumnya, yaitu pameran foto “Putih di atas Hitam” juga sukses diselenggarakan. Hal itu terlihat dari antusias pengunjung yang berdatangan untuk melihat hasil-hasil foto mereka. Tidak lama lagi juga akan diselengarakan pameran akbar Telefikom yang lebih besar dan lebih meriah. Kegiatan berkualitas yang dijalankan oleh WKM Telefikom fotografi ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa UPDM(B) dan masyarakat luar yang memang menyukai bidang fotografi serta membawa nama UPDM(B) menjadi lebih eksis di luar sana dalam bidang fotografi. (Hana, Ratih dan Rifqi)
23
K I P R A H
M A H A S I S W A
Moestopo Juara Satu Tingkat Nasional FIKOM Universitas Prof.Dr. Moestopo (Beragama) berhasil meraih juara satu dalam Kejuaraan Debat Nasional yang diselenggarakan dalam rangka hari jadi IMIKI (Ikatan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Indonesia) di Universitas Andalas, Padang, 12-15 Oktober 2010. Tiga perwakilan yang dikirim untuk mengikuti kejuaraan ini yaitu Johanes, sulton Mu’minah dan Ferdian Kusuma yang mewakili Lembaga Kedaulatan Mahasiswa Fikom. Acara ini juga merupakan ajang bertemunya mahasiswamahasiswa program studi ilmu komunikasi se-Indonesia. Tidak hanya mahasiswa asal Sumatera saja yang mengikuti acara ini, namun beberapa universitas di Indonesia yang memiliki program studi ilmu komunikasi juga ikut serta.
UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) Diamma resmi meluncurkan situs atau website www.diamma.com, Kamis, 21 Oktober 2010. Situs ini merupakan sarana online buat mahasiswa UPDM(B) dan masyarakat umum agar dapat meng-update berita terbaru, tidak hanya di lingkungan UPDM(B) melainkan berita- berita nasional lainnya. Dengan tampilan yang menarik dan rubrik yang bervariasi, Diamma mampu mengikuti perkembangan zaman melalui media online. Hal ini sesuai dengan moto Diamma, “Progresif Mengukir Perubahan.” Peluncuran website yang dihadiri oleh Rektor UPDM(B) Prof. Dr. H. Sunarto, M.Si dan beberapa petinggi universitas lainnya, menjadi daya tarik tersendiri bagi mahasiswa UPDM(B). Hal tersebut dapat dilihat antusiasme peserta yang hadir, yang terdiri dari perwakilan lembaga, UKM, WKM, maupun mahasiswa umum lainnya. Acara dibuka dengan kata sambutan dari pemimpin umum Diamma, Junita Marlin. Junita memperkenalkan website dari Diamma sekaligus kepengurusan barunya yang baru saja dibentuk melalui acara Fordim Diam-
24
Para peserta debat hanya diberikan tema besar mengenai media, setidaknya ada ada 14 tema yang disajikan panitia pada saat lomba berlangsung. Peserta sebelumnya belum tahu apa yang akan Yery Wahyudi mereka debatkan, dengan sistem undi kemudian barulah mereka tahu topik apa yang akan mereka debatkan. Untuk Ketiga perwakilan UPDM(B), mereka mengangkat topik tentang “Wartawan Infotainment Itu Jurnalis Atau Bukan?.” Topik itulah yang di debatkan mahasiswa Fikom UPDM (B) dan menghantarkan mereka menjadi juara. Sebelumnya para peserta ini tidak mendapatkan bimbingan khusus dari para dosen. Dengan persiapan yang sangat singkat mereka
mencari bahan ataupun informasi hanya dengan search di internet. Itupun hanya dilakukan mereka menjelang keberangkatnya menuju lokasi Milad IMIKI. Namun, mereka di dampingi oleh salah satu dosen UPDM(B) yakni Muminto Arief. Walaupun hanya dengan persiapan yang sangat singkat mereka mampu mengalahkan para peserta dari beberapa universitas di indonesia. Besar kecilnya hadiah yang diterima bukan menjadi tolak ukur nya, tetapi pengalaman dan nama baiklah yang bisa kita banggakan. Semoga prestasi ini menjadi acuan bagi kita para mahasiswa untuk terus berprestasi dan mengharumkan nama baik UPDM (B). Saat ditanya bagaimana perasaannya memenangkan perlombaan ini, salah satu peserta yakni Sulton mengatakan sangat mensyukurinya. “Syukur alhamdulillah kami bisa memenangkan perlombaan ini dan mengharumkan nama Universitas Prof.DR.Moestopo (Beragama),” ujar mahasiswa angkatan 2008 ini. (Diamma.com)
Diamma Luncurkan Website
ma bertempat di Cisarua, Puncak, 15 – 17 Oktober 2010. Selanjutnya, Prof. Dr. H. Sunarto, M.Si berkenan untuk memberikan kata sambutan. Menurut beliau, di era yang sarat dengan perkembangan teknologi mutakhir, perlu diadakan suatu perubahan dan Diamma telah melakukannya. Diamma mampu mengikuti perkembangan teknologi tersebut, di mana media online menjadi salah satu sumber informasi bagi masyarakat luas. Saat ini persaingan antar media
menjadi sangat ketat dan tuntutan masyarakat terhadap berita terbaru pun semakin meningkat. Dengan adanya website www.diamma.com, dapat mempermudah mahasiswa UPDM(B) pada khususnya dan seluruh masyarakat luas untuk mengetahui berita terbaru dalam hitungan menit. Website yang didesain menarik dan eye catchy ini, memiliki sepuluh rubrik, antara lain : Kolom, Lipsus, Nusa, Kampus, Sosok, Lintas, Potret, Kenal, Video dan Feature. Dalam
setiap rubrik memiliki kekhasan masing – masing. Seperti halnya rubrik Nusa yang mengangkat berita yang terjadi di tanah air, baik kegiatan kebudayaan maupun informasi terkini. Lain halnya dengan rubrik Sosok yang mengangkat profile band ataupun individu yang dirasa dapat menginspirasi para pembacanya. Tepat pukul 12.00 WIB, Prof. Dr. H. Sunarto, M.Si memukul gong sebagai tanda website www.diamma.com telah resmi diluncurkan dan diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi kegiatan kemahasiswaan lainnya dengan selalu mengukir perubahan yang positif. Acara dilanjutkan dengan penjelasan website dan sesi tanya jawab oleh pemimpin redaksi Diamma, Hikmah Rani. Cukup banyak yang bertanya dan ingin mengetahui mengenai website Diamma, mulai dari masalah penulisan berita. sponsor hingga masalah pembiayaan. Selamat untuk Diamma yang telah sukses mengukir perubahan. Hal ini menunjukkan kreativitas anak muda yang tidak ada habisnya. Sekali lagi selamat untuk Diamma! (Sari dan Inta)
MOESTOPO EDISI NOVEMBER - DESEMBER 2010
K I P R A H
M A H A S I S W A
KMK UPDM(B) Gelar Latihan Kepemimpinan Kristiani KELUARGA Mahasiswa Katolik (KMK) telah sukses menyelenggarakan Latihan Kepemimpinan Kristiani (LKK) yang bertemakan, “ Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit.” ( Lukas 10:2 ). Kegiatan ini diadakan 22 – 24 Oktober 2010 di Villa Tambangayam, Anyer dengan peserta pelatihan sebanyak 8 orang dari angkatan 2008 dan 2009. Diakui oleh Benedictus Tirta, Ketua Panitia LKK 2010, kegiatan ini bertujuan untuk melatih anggota baru KMK supaya mempunyai dasar kepemimpinan Kristiani. Pelatihan ini bertujuan untuk melatih kepemimpinan supaya mengerti bagaimana kepemimpinan kristiani itu. Pelatihan terdiri dari 4 materi dasar yaitu sejarah KMK, Kepemimpinan Kristiani, Pembuatan Proposal dan Tata Cara Sidang. Di luar materi tersebut, peserta diberi kesempatan untuk mengikuti outbond yang diselenggarakan di pinggir pantai sebagai bentuk aplikasi teori kepemimpinan yang telah diberikan. Selain itu, peserta diminta untuk me-
MOESTOPO NOVEMBER - DESEMBER 2010
ngikuti simulasi tata cara sidang supaya peserta lebih mampu untuk mempraktekannya. “Peserta diberi materi tersebut dengan tujuan dapat digunakan untuk kegiatan mereka dalam berorganisasi,” jelas Tirta. Pelatihan ini diakhiri dengan Musti atau Musyawarah Tinggi, yang menghasilkan keputusan, Helina Pipit Lestari sebagai Ketua Umum KMK UPDM(B) periode 2010/ 2011. “Perasaan saya senang bisa terpilih sebagai ketua KMK UPDM(B) perode 2010/ 2011. Itu semua berkat dukungan dari teman – teman,” ungkap Pipit. Keberhasilan acara ini juga didukung antusiasme peserta LKK yang mengikuti seluruh rangkaian acara dengan semangat. “Walaupun capek, kegiatan tetap berjalan dengan baik dan menarik sehingga bisa membuat peserta makin mengenal organisasi, khususnya KMK. Pesan saya, supaya anggota KMK terus aktif di KMK dan selalu menjaga nama baik KMK,” ujar Tirta. (Sari)
25
K I P R A H
F I K O M
Gaung Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)
Terdengar di Asia Pasifik
P
ERLOMBAAN iklan di Bali pada Juni lalu, berhasil mengangkat nama Universitas Prof. Dr. Moestopo Beragama (UPDMB) hingga terdengar gaungnya di negara tetangga seperti Jepang, Filipina, dan Australia. Perlombaan yang bertema Melihat Perkembangan Trend Media ini diikuti Universitas se-Asia Pasifik. Nur Arif Fadilah mahasiswa Fikom angkatan 2003 dan Mihran Mubarak angkatan 2005 adalah aktor UPDM(B) yang memenangkan lomba iklan di Bali tersebut. Lomba iklan yang diikuti ini adalah iklan yang bukan dalam artian pembetukan iklan media cetak atau elektronik, namun melihat trend media masa kini. Saat ini, ada yang namanya media konvensioanal dan ada media sosial. Media konvensional itu seperti televisi, radio atau panplet dan media sosial saat ini seperti facebook, twitter, yahoo messenger yang kini lebih unggul ketimbang TV dan radio. Media sosial lebih produktif, efektif dan efisien. Hal itulah yang menjadi pembahasan mereka saat perlombaan di Bali. Mihran, begitu panggilan akrabnya, mengaku senang bisa memenangkan perlombaan itu. “Awalnya kami memang sudah yakin akan dapat memenangkan perlombaan ini,” jelas Mihran. Perlombaan ini berlangsung 4 hari, di antaranya 3 hari untuk seminar dan 1 hari untuk presentasi. Nah, dihari terakhir ini Arif dan Mihran fight untuk presentasi. Perlu kita sambut gembira dan apresiasi atas semangat dan usaha mereka. “Alhamdulillah, meski kita tidak mendapatkan juara pertama dan hanya dapat juara ketiga, gaung UPDM(B) sudah terdengar di Jepang, Filipina dan Australia. Karena mereka ngomongin konsep kita. Media sosial itu menjauhkan yang dekat dan mendekatkan yang jauh,” tutur Mihran mubarak. Lomba ini, banyak dihadiri praktisi komunikasi dari beberapa negara, yang juga memberikan kritik dan sarannya kepada peserta lomba. Namun, perlu digarisbawahi, bahwa tim dari Moestopo sama sekali tidak dikritik dari para dewan juri. Mihran mengatakan, “Yang paling gue senang itu saat presentasi, semua tim baik yang dari
26
Australia, Indonesia sendiri dari beberapa kampus itu semuanya dikritik dari isi presentasi. Hanya Moestopo saja yang tidak, jadi ada Professor dari Jepang, Presiden Agency Internasioanal. Nah, Moestopo itu enggak dikritik sama sekali, baik itu dari segi bahasa maupun dari isi presentasi. Justru mereka mengulurkan tangannya dan berjabat tangan dengan kami.” Hal inilah salah satu yang membuat Arif dan Mihran merasa bangga, karena hal tersebut membuat para peserta lain menggelengkan kepalanya. Pada perlombaan ini, Arif dan Mihran tidak mendapatkan hadiah apapun. “Kalau ngomongin hadiah, sebenarnya enggak ada hadiah, jadi ya udah apresiasi aja,” ungkap Mihran. Rasanya pantas memang, jika Fikom UPDM(B) mendapatkan akreditas A, terlebih lagi, UPDM(B) mendapatkan peringkat teratas Perguruan Tinggi (PT) swasta dalam bidang ilmu komunikasi berdasarkan hasil survey yang dilakukan Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES). Selain dosen-dosennya profesional dan memliki kredibilitas yang baik, juga mahasiswanya selalu terus berkarya sesuai dengan bidangnya masingmasing. Mahasiswa yang baik adalah mahasiswa yang selalu menjaga almamaternya di manapun berada dan terus berkiprah, berkontribusi untuk kampusnya. Keberhasilan adalah dambaan kita semua. Kita berharap agar ada Arif dan Mihran selanjutnya, yang memperkenalkan dan membawa nama baik UPDM(B) kekancah Nasional. Hasil yang mereka bawa ke UPDM(B) dapat memotivasi mahasiswa lain untuk berkarya, karena yang dapat memajukan UPDM(B) bukanlah dari mahasiswa lain, namun dari pemikiran kreatif mahasiswa UPDM(B) sendiri.
MOESTOPO EDISI NOVEMBER - DESEMBER 2010
K I P R A H
F I K O M
Yudha Mantari dkk Wakili Indonesia ke Jepang
KREATIFITAS sangat ditonjolkan di UPDM(B), terutama mengenai periklanan, seperti yang dilakukan oleh Yudha, sapaan Yudha Mantari, mahasiswa Fakultas Ilmu Komuniksi UPDM(B) angkatan 2006. Yudha dan kawan-kawan telah memenangkan perlombaan iklan yang diselenggarakan Gatsby Some Award. Yudha bersama 3 orang teman lainnya mampu mengalahkan mahasiswa lain seperti dari Universitas Indonesia, ITKP, Maranatha Bandung, dan universitas ternama lainnya. Pria kelahiran 16 Desember 1987 ini, tidak menyangka bahwa team-nya akan menang, “Gue sama sekali enggak nyangka kalau bisa mendapatkan juara satu, karena gue liat rival-nya itu keren-keren banget!” tutur Yudha. Perlombaan yang diikuti Yudha bersama team-nya dalam bentuk TVC. Gatsby deodorant merupakan brand baru dan biasa digunanakan atau dengan segmentasi menengah ke atas. “Jadi, dalam iklan itu gue buat cerita, ada seorang tukang ayam yang kesehariannya selalu terkena asap, tiba-tiba ada seorang pasangan laki-laki dan wanita yang melintas di depannya, yang langsung menghampiri makanannya, dan bukan karena makanannya, akan tetapi karena si tukang ayamnya menggunakan Gatsby deodorant,” kata Yudha. Perlombaan ini akan berlanjut di Jepang, karena nominasi yang menang akan dikirim ke negeri Sakura itu dan Universitas Moestopo akan bersaing dengan scope yang lebih luas. “Sebenarnya ini lomba tingkat Internasioanal, di Jepang, Moestopo akan diadu 4 MOESTOPO NOVEMBER - DESEMBER 2010
negara lainnya, Korea, China, Hongkong, dan Jepang,” ungkap Yudha. Dari Indonesia sendiri ada 5 perguruan tinggi yang jadi peserta tetapi UPDM(B) yang berhak masuk ke nominasi tersebut sebagai wakil dari Indonesia yang akan bertarung di Jepang. Pihak Fakultas Ilmu Komunikasi UPDM(B) memberikan penghargaan atas prestasi Yudha. “Wah, gue seneng banget yah, gue merasa lebih dihargai oleh kampus sejak kemenangan kemarin. Lebih dari itu, kemarin gue diundang Halal Bihalal bersama dosen-dosen. Tapi terpenting karya gue bersama teman lainnya dapat diterima dewan juri dan sebagai wakil dari Indonesia, gue sangat bangga itu,” jelasnya kepada Majalah Moestopo. Acara-acara lomba seperti ini sangat memicu semangat kita untuk berkarya misalnya, seorang penulis akan ingin terus menulis jika ada ruang untuk mem-publish. Hal ini senada dengan perlombaan iklan yang diikuti Yudha bersama team-nya. Namun, dalam hal ini, karya Yudha dengan team-nya tidak dipublish untuk public, hanya dipertontonkan saat lomba, akan tetapi karya kita dapat dinilai oleh para ahli (juri) dan itu menjadikan kita agar lebih baik selanjutnya. Banyak kesempatan untuk kita bisa berkembang, di samping kita belajar di bangku kuliah, kita pun dapat belajar melalui pengalaman. Nah, pengalaman bisa kita dapat dari hal-hal seperti ini. Mengikuti perlombaan mengasah mental dan kreatifitas. Banyak pengalaman yang didapat Yudha saat mengikuti lomba tersebut. “Gue jadi dapat banyak inspirasi di sana, gue bisa lihat karya-karya orang lain di lomba itu dan hal itu membuat kita jadi semangat ingin berkarya dan harapan gue anak-anak periklanan Moestopo harus mencoba berkarya, karena iklan itu menuntut kreatifitas kita, kalau tidak pernah dicoba, ya enggak akan pernah bisa. Gue mau bantu bagi teman-teman yang
ingin ikut lomba,” tutur Yudha. Yudha mengaku, “Fikom jurusan periklanan di Moestopo sekarang lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Periklanan di sini mengerti jalur periklanan, tata cara membuat iklan yang baik. Sekarang dosen-dosennya lebih sering memberikan tugas-tugas praktek, daripada teori di dalam kelas dan teori-teori yang diberikan di kelas itu memang sangat membantu dan bersinergi dengan apa yang ingin diperaktekkan. Memang harus begitu, karena teori itu lebih ke teks book, sedangkan iklan bukan seperti itu, buat apa banyak teori tapi prakteknya tidak pernah.” Selain menggunakan kreatifitas yang tinggi, perlu juga kita untuk percaya diri dalam menyampaikan ide dan gagasan. Jangan takut untuk mencoba karena kegagalan adalah langkah awal menuju kesuksesan. Seperti yang ditunjukan oleh Yudha bahwa atas kreatifitasnya dan berani untuk maju selangkah dibanding mahasiswa lain, dia mampu meraih award hasil kerja kerasnya bersama team-nya. Di dalam buku Creative Junkies karya Yoris Sebastian, seorang kreativitas Indonesia, menuliskan bahwa kreatif itu bukan hanya pemikiran atau ide/ gagasan saja namun butuh pengaktualisasian di dalamnya. Jadi tidak ada alasan bagi setiap mahasiswa UPDM(B) untuk takut mencoba dan memberikan apresiasinya kepada almamaternya demi kemajuan UPDM(B) sendiri. Selain skill yang berkompeten ditambah juga semangat dan komitmen yang tinggi adalah sebagai tonggak dari keberhasilan. Kreatifitas bukanlah bawaan lahir, namun kreatifitas adalah proses berfikir dan belajar. Semakin sering kita berfikir dan belajar, seiring dengannya, kreatifitas turut menyertainya. Kini tampilkan karyamu, tunjukan bahwa UPDM(B) adalah kampus pencetak generasi kreatif yang berkompetensi tinggi.(Rifqi)
27
K I P R A H
F I S I P
Presiden Paraguay Akan Kunjungi UPDM(B) FAKULTAS Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) mendapat kunjungan dari Duta Besar Republik Paraguay di Indonesia, Cesar Sanchez Grillon, Selasa, 26 Oktober 2010. Cesar Sanchez Grillon diundang untuk menjadi dosen tamu pada mata kuliah Hubungan Internasional Amerika. Cesar Sanchez Grillon
“Indonesia merupakan negara pertama di Asia Tengara tempat kami membuka kedutaan besar,” tutur pria yang akrab dipanggil Steve ini. Dia menambahkan, kantor Kedutaan Besar Paraguay yang terletak di Jakarta merupakan satu-satunya kantor Kedutaan Besar Paraguay yang ada di Asia Tenggara. “Kami merupakan perwakilan Paraguay bagi 5 negara di Asia Tenggara, namun kami hanya bertempat di Jakarta,” ucapnya. Steve mengaku sangat terkesan dengan Indonesia. Ia bahkan berkata, Indonesia telah memiliki segalanya untuk menjadi negara yang maju. Pada kesempatan itu, Steve pun menyampaikan sebuah berita gembira. Pada bulan Februari 2011, Presiden Republik Paraguay, Fernando Lugo, akan datang berkunjung ke Indonesia. Lugo akan menyempatkan diri berkunjung ke Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama) dalam lawatan ke Indonesia nanti. Steve saat di UPDM(B) sempat berusaha membangkitkan semangat para mahasiswa untuk berkarya dan mewujudkan impiannya. Menurut dia, generasi muda meme-
gang peranan penting bagi suatu negara. “Young generations are not only the future, but they are also the present of our country.” tutur pria yang mengaku terkesan dengan keramahan masyarakat Indonesia. Kunjungan Steve disambut baik oleh para mahasiswa. Hal ini terlihat jelas dari antusiasme yang mereka tunjukkan dalam mengikuti kegiatan perkuliahan tersebut. Mahasiswa secara aktif mengajukan beragam pertanyaan. Pertanyaan yang diajukan berkisar antara Paraguay dan hubungan internasionalnya dengan negara-negara lain, termasuk Indonesia. Mengakhiri perbincangan, Steve berharap, kerjasama Indonesia dan Paraguay di bidang pendidikan dapat terjalin dengan baik. Lebih dari itu, dalam waktu dekat Indonesia dan Paraguay dapat saling mengirim wakilnya untuk mengikuti pertukaran pelajar. “Saya rasa ini ide yang bagus. Indonesia dan Paraguay memiliki beberapa kesamaan, sehingga akan sangat bagus untuk bidang pendidikan dan pertukaran kebudayaan,” ujarnya. (Sari & Inta)
Presiden Paraguay, Fernando Lugo
28
MOESTOPO EDISI NOVEMBER - DESEMBER 2010
K I P R A H
HIMPUNAN mahasiswa jurusan hubungan internasional (HMJ-HI) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisip) UPDM(B) mengadakan kunjungan ke kedutaan besar Amerika Serikat, di Jl. Medan Merdeka Selatan No.5, Jakarta Pusat, 12 Oktober lalu. Kegiatan ini merupakan salah suatu program kerja (proker) HMJ-HI periode 2010-2011. Priananda Syahbani, Ketua Umum HMJ-HI Fisip UPDM(B) mengatakan bahwa kunjungan kali ini sangat berkesan karena jika dilihat dari segi keeksklusifan kelasnya, negara selevel Amerika Serikat sedikit sulit untuk menerima kunjungan khususnya untuk mahasiswa. Ternyata kali ini HMJ-HI mendapat kesempatan untuk berkunjung ke kedutaan negara Paman Sam itu. Kegiatan ini dimulai pada pukul 12.00-15.00 wib. Di kedubes AS, mahasiswa tidak hanya berkunjung melainkan juga mengadakan diskusi dengan salah satu diplomat AS, Mr. Nicholas dengan tema yang ditentukan oleh pihak HMJ-HI yaitu Kebijakan Lingkungan Antara Amerika Serikat Dengan Indonesia. “Kita di sana ada diskusi dan perkenalan per-
F I S I P
Mahasiswa Fisip UPDM(B) Kunjungi Kedubes AS
pustakaan, kita mengetahui system pencarian data dan bagaimana membuat teknis kunjungan individual ke kedutaan, juga mengetahui web dari kedubes”, ungkap mahasiswa Fisip UPDM(B) angkatan 2007 itu. Sebelumnya HMJ-HI Fisip UPDM(B) juga pernah mengadakan kunjungan ke Kedubes Rusia dan Kedubes Jepang. Kunjungan kali ini merupakan kunjungan ketiga kali yang dilakukan oleh HMJ-HI. Antusiasme dari mahasiswa pun sangat tinggi, dilihat dari pembukaan pendaftaran di hari
MOESTOPO NOVEMBER - DESEMBER 2010
pertama, langsung dipenuhi oleh 60 orang mahasiswa Fisip UPDM(B), terutama jurusan Hubungan Internasional (HI) dan juga beberapa mahasiswa Pascasarjana yang sedang menyusun tesis. “Kita tidak ada target khusus, kita buka secara umum untuk semua angkatan yang masih aktif di kampus termasuk HI, tapi memang setiap kali ada kunjungan itu dibatasi oleh kedubesnya, tergantung kebijakan dari tiap kedubes”. Dalam kenyataannya banyak mahasiswa umum UPDM (B)
yang ingin mengikuti kunjungan tersebut, namun dari pihak HMJ-HI hanya mengkhususkan dari FisipP untuk mengikuti kegiatan tersebut.” Nanda menjelaskan, pesan yang ingin disampaikan dari acara ini adalah kebijakan lingkungan antara AS dan Indonesia. Konsep lingkungan sangat perlu ditangani, tidak boleh bertele-tele dalam menangani masalah lingkungan. Lingkungan yang dimaksud yaitu lingkungan secara global, contohnya seperti efek rumah kaca, bagaimana negara-negara maju mereduksi atau mengurangi gas buangnya. Jadi, lebih mengarah ke permasalahan global warming, karena berkaitan juga dengan segi industrinya. Menurut Nanda, kegiatan ini juga turut membawa nama UPDM (B) ke dunia luar. Mahasisiwa UPDM (B) mampu mengunjungi kedutaan-kedutaan besar yang ada di Jakarta. Untuk selanjutnya, HMJ-HI akan konsisten dalam mengadakan kunjungan ke kedubes luar negeri. Target selanjutnya mengunjungi Sekretariat ASEAN, Kedutaan Besar Belanda, Korea dan China. (Hana dan Ratih)
29
H O T N E W S
Indonesia Indonesia Dirundung Dirundung Duka Duka
Prajurit TNI bersama masyarakat menangani bencana Wasior.
INDONESIA terus dicecar oleh bencana. Belum lagi habis duka nestapa rakyat di Wasior, Papua Barat, selama Oktober 2010 muncul hampir bersamaan gempa dan tsunami di kepulawan Mentawai Sumatera Barat, serta menggeliatnya gunung Merapi di DI Yogyakarta-Jawa Tengah. Ratusan orang tewas dan puluhan ribu rakyat harus mengungsi. Gempa dan tsunami di Mentawai sungguh telah meluluhlantakkan kawasan ini. Lokasinya yang cukup jauh dari pusat pemerintahan di Padang, Sumatera Barat, Wasior, luluh lantak diterjang banjir bandang karena perusakan lingkungan
30
MOESTOPO EDISI NOVEMBER - DESEMBER 2010
H O T N E W S
“
“
jika takut ditelan ombak, jangan berumah di tepi pantai
apalagi Ibukota Negara, membuat pertolongan kepada rakyat setempat jadi terlambat. Belum lagi tantangan alam yang terus mendera Mentawai membuat korban bencana kian sengsara. Bencana Mentawai menelan korban lebih dari 500 orang. Hebatnya, para politisi kita bertingkah dan berucap aneh menyikapi bencana yang terjadi. Terlebih lagi letusan gunung Merapi telah menelan korban sang tokoh spiritual “penjaga” Merapi Mbah Maridjan, bersama sejumlah warga yang disebut pengikutnya. Mbah Maridjan tewas mengenaskan terkena uap panas Merapi. Seyogyanya tokoh iklan
Gunung Merapi meluapkan muntahan asapnya.
Pengungsi Gunung Merapi di penampungan. MOESTOPO NOVEMBER - DESEMBER 2010
Kuku Bima ini mau membawa pengikutnya “turun” gunung, nyatanya almarhum tetap bertahan sambil sujud, sebagai wujud “tanggungjawab”nya. Melihat fenomena Mbah Maridjan, barangkali, membuat Ketua DPR Marzuki Alie mengingatkan rakyat Mentawai agar meninggalkan tanah leluhur mereka dengan mengutip pepatah “jika takut ditelan ombak, jangan berumah di tepi pantai.” Kontan saja, petinggi DPR ini mendapat kecaman, cercaan di mana-mana karena dinilai bukannya menunjukkan simpati dan empati, malah menyalahkan rakyat yang sedang
Wakil Presiden Boediono, bersama Mensos Salim Segaf Al Jufri dan Ketua DPD Irman Gusman di depan myat korban tsunami Mentawai.
sengsara. Ulah elit di DPR makin dinilai aneh karena mereka tetap “pelesiran” ke luar negeri. Hebatnya semula juga didukung Marzuki Alie tetapi kemudian rekan-rekannya sepakat, menghentikan sementara bepergian ke manca negara. Duka Indonesia memang sering dilingkupi kontroversi. Begitu pula dengan bencana yang terus menimpa, sementara penanganannya selalu dinilai lamban, setengah-setengah, tidak terencana atau terprogram dengan baik. Bencana demi bencana selalu terkena membuat kita terkaget-kaget, padahal dari dulu Indonesia sudah dikenal sebagai kawasan berpotensi bencana. Artinya, bencana memang akan selalu datang dan kini tinggal bagaimana kita menyikapinya untuk dapat menghadapi, mengendalikan, meminimalkan korban yang jatuh. Kasus Mentawai, Wasior dan Gunung Merapi yang berlangsung dalam kurun waktu sangat berdekatan, sudah cukup untuk menegaskan bahwa kawasan negara kita rawan bencana dan karena itu duka nestapa rakyat harus dapat diobati, jangan sampai melemahkan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara yang telah berkomitmen dalam NKRI (negara Kesatuan Republik Indonesia) ini. (pr)
Perkampungan di kepulawan Mentawai yang luluh lantak oleh tsunami, 26 Oktober 2010
31
O P I N I
Memaknai Pahlawan dan Bencana
Oleh: Drs Usman Yatim MPd, MSc
N
opember bagi kita selalu dikaitkan dengan pahlawan. Hari Pahlawan tepatnya selalu kita peringati setiap tanggal 10 Nopember. Artinya, saat ini kita tengah diingatkan tentang pahlawan. Apakah artinya pahlawan bagi kita? Mengapa kita selalu harus memperingati hari pahlawan? Pahlawan dalam konteks nasional tentu saja tidak lepas dari peristiwa sejarah kemerdekaan Republik Indonesia. Apalagi bila diingatkan tentang 10 Nopember tentu kita mengenang satu episode perjuangan arek-arek Suroboyo mempertahankan tanah air tercinta dari keinginan penjajah untuk kembali berkuasa. Kala itulah tindakan kepahlawanan dimunculkan dengan semangat pantang menyerah, membela tanah air dengan taruhan nyawa. Mengenang 10 Nopember 1945 sama saja dengan membangkitkan kita akan semangat nasionalisme, cinta tanah air, siap menghadapi siapa saja yang mencoba merongrong, menjatuhkan harkat dan martabat kita sebagai bangsa dan Negara yang merdeka dan berdaulat. Lantas bagaimana kita memaknai kembali 10 Nopember ketika penjajah tidak ada lagi? Apakah hari pahlawan kita lupakan begitu saja atau cukup dengan upacara oleh sejumlah elit, seperti pemberian gelar pahlawan kepada sejumlah tokoh di Istana Negara oleh Presiden? Jawabannya sudah pasti, tentu tidak hanya itu. Semangat hari pahlawan justru kini makin perlu digelorakan dalam konteks kehidupan kita yang kini
32
sudah merdeka. Ketika penjajah secara fisik tidak lagi terlihat nyata, justru saat itulah semangat kepahlawanan perlu lebih ditonjolkan. Kepahlawanan tidak hanya ketika dalam suasana perang atau pertempuran fisik. Pahlawan malah dibutuhkan pada kondisi kehidupan kita sekarang ini. Semangat dan tindakan kepahlawanan sangat diperlukan tatkala kita kini masih menghadapi banyak masalah, terlebih dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Tidak usah terlalu jauh, ketika kini banyak musibah bencana melanda tanah air, mulai dari banjir bandang di Wasior, Papua, gempa dan tsunami di Kepulawan Mentawai Sumatera Barat, hingga letusan Gunung Merapi di DI Yogyakarta dan Jawa Tengah, saat itulah semangat dan tindakan kepahlawanan patut kita tunjukkan. Kita patut menyampaikan apresiasi, rasa hormat mendalam kepada segenap relawan yang telah terjun langsung membantu para korban yang terkena musibah bencana. Mereka layak disebut sebagai pahlawan karena telah mendarmabaktikan dirinya membantu saudara-saudari kita yang memang sangat layak diberi pertolongan. Para relawan yang telah bertugas di lokasi bencana telah berbuat nyata, tanpa pamrih, demi membantu sesama. Tentu saja tidak hanya para relawan, mereka yang lain pun, yang telah menunjukkan kepeduliannya ikut membantu sesuai dengan kemampuan dan bidang tugas masing-masing, tentu saja juga layak disebut pahlawan. Mereka juga telah mau secara ikhlas berbuat dan menunjukkan sikap kepedulian, simpati dan empati terhadap masyarakat yang terkena musibah. Begitupun dengan masyarakat, saudara kita yang terkena bencana, layak kita sebut pahlawan ketika mereka tetap tabah, sabar dan tegar menghadapi musibah bencana yang demikian dahsyat. Semangat dan harapan mereka yang bertahan menghadapi cobaan yang demikian berat tentulah punya makna manakala dilandasi semangat perjuangan hidup, bertahan dengan disertai keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Semangat ini tidaklah mudah, terlebih ketika menghadapi kenyataan ada keluarga yang tewas, harta benda yang hancur, dan bahkan diri sendiri dalam kondisi terluka. Bukankah kenyataan yang mereka hadapi tidak berbeda seperti mengalami peperangan, pertempuran masa perjuangan kemerdekaan yang lalu? Sebetulnya, tentu juga kepahlawanan tidak hanya pada saat kita didera bencana. Kapan dan di manapun, semangat kepahlawanan dapat
tercuat dalam kehidupan kita. Apalagi ketika masih banyak rakyat Indonesia menghadapi berbagai masalah kemiskinan, kehidupan ekonomi yang masih morat marit, kesulitan mendapatkan pekerjaan, dan lain sebagainya, semangat dan tindakan kepahlawanan masih sangat diperlukan. Begitu pula terhadap mereka kaum berpunya, mereka yang memiliki hidup yang mapan, para elit yang sedang berkuasa, semangat dan tindakan kepahlawanannya juga sangat didambakan rakyat banyak. Justru dari mereka inilah semangat dan tindakan kepahlawanan itu sangat dinantikan. Rakyat membutuhkan semangat dan tindakan kepahlawanan dari pemimpin-pemimpin sejati. Para elit, misalnya anggota DPR yang dengan ikhlas menunda atau bahkan membatalkan kunjungan ke luar negeri karena sadar itu lebih banyak kegiatan pelesiran daripada tugas, tentulah layak kita sebut memiliki semangat dan tindakan kepahlawanan. Apalagi bila mereka benar-benar mengabdikan diri untuk kepentingan rakyat banyak, mengendalikan diri dari tindakan memperkaya diri atau mementingkan diri dan kelompoknya, juga termasuk memiliki semangat dan tindakan kepahlawanan. Tampaknya, semangat dan tindakan kepahlawanan selalu perlu kita gelorakan, tidak hanya setiap bulan Nopember tetapi setiap saat. Terlebih lagi bagi umat Islam yang kebetulan beberapa hari lagi akan merayakan Idul Adha dengan mengedepankan semangat dan tindakan pengorbanan, lagi-lagi juga sangat terkait dengan pahlawan. Kata kunci dari pahlawan memang tidak lain adalah kerelaan mau berkorban. Semangat pengorbanan menunjukkan adanya rasa solidaritas tinggi terhadap sesama, apalagi bagi masyarakat yang menghadapi bencana. Jadi, Nopember tahun ini kita benarbenar dihadapkan dalam kehidupan antara realitas, emosionalitas, rasionalitas, dan spiritualitas yang satu sama lain terkait atau tersambung. Tanpa perlu banyak kita berfikir atau merenung, apa yang tengah kita hadapi saat ini sesungguhnya telah menggugah hati nurani kita yang paling dalam untuk menunjukkan semangat dan tindakan kepahlawanan. Hanya mereka-mereka yang lupa diri, tidak tahu diri, atau nurani yang sudah mati sajalah, bila tidak dapat memaknai peristiwa bencana saat ini, peringatan Hari Pahlawan, dan Idul Fitri bagi umat Islam. Semoga saja kita termasuk orang yang dapat menangkap makna dari apa yang kita hadapi saat ini. *** MOESTOPO EDISI NOVEMBER - DESEMBER 2010
S E J A R A H
Sekelumit Peristiwa Hari Pahlawan 10 Nopember
ADANYA rencana kedatangan tentara sekutu/Inggris ke Surabaya yang sedang bergolak, disambut dengan baik karena bertujuan untuk memulangkan para tawanan Jepang. Selain itu karena adanya instruksi dari Presiden Soekarno kepada Moestopo (Komandan BKR) agar tidak menembaki tentara Sekutu.
K
emudian pada 24 Oktober 1945, iring-iringan kapal Sekutu tampak mulai mendekati Pantai Surabaya. Moestopo segera menyambut kedatangan Sekutu dengan kata-kata yang mengisyaratkan hasrat dan perasaannya terhadap kedatangan pasukan Sekutu di muka corong Radio Surabaya. Esok harinya 25 Oktober 1945, beberapa orang utusan Pasukan mendarat dan mengadakan kontak dengan Moestopo dan kemudian dengan MOESTOPO NOVEMBER - DESEMBER 2010
Pak Suryo (Gubernur Jawa Timur). Sore harinya mendaratlah pasukan Sekutu. Mereka dengan sombongnya mengatakan bahwa mereka akan menduduki gedung-gedung penting di dalam kota. Cara ini menimbulkan praduga bahwa sekutu ingin menduduki Surabaya. Dalam aksinya, Sekutu/Inggris kemudian berhasil menduduki tempat-tempat penting dan melakukan aksi yang dapat menimbulkan kekacauan. Pada 28 Oktober 1945, Moestopo memberitakan kepada pimpinan Pemuda Republik Indonesia bahwa tentara Inggris telah menyatakan kehendaknya melucuti senjata rakyat. Hanya tentara yang dianggap berhak memiliki senjata. Moestopo memerintahkan kesatuan tentaranya mengundurkan diri keluar kota. Situasi selanjutnya diserahkan kepada kesatuan pemuda dan rakyat lainnya. Mematuhi perintah Presiden Soekarno untuk tidak mengadakan baku tembak dengan Sekutu, padahal rakyat tidak ingin
dijajah kembali, maka Moestopo merencanakan taktik penyerangan terhadap sekutu yang disebut Himizhu Zensosen (Perang Rahasia) dan Sengaisen (Perang Kota). Para pemuda di kota Surabaya kemudian melakukan perundingan yang bertujuan melakukan perlawanan terhadap Sekutu. Oleh karena itu mereka mendatangi Moestopo untuk meminta persetujuan Moestopo dalam melawan Sekutu/Inggris. Moestopo memberikan persetujuannya, dan akhirnya disepakati untuk melakukan perlawanan terhadap Sekutu/Inggris. Dalam perlawanan pemuda Surabaya terhadap tentara sekutu sangat kuat, sehingga Sekutu/Inggris merasa kewalahan, karena kekalahan ini mereka meminta kepada Pemerintah RI untuk menghentikan pertempuran di Surabaya. Akhirnya pada tanggal 28 Oktober 1945. Presiden Soekarno dengan diiringi Mohammad Hatta dan Mr. Amir Sjarifuddin tiba di Surabaya. Ikut pula bersama rom-
33
S E J A R A H
bongan Jenderal Hawthorn, Panglima Pasukan Inggris di Jawa. Rombongan disambut oleh pasukan Moestopo dan lainlainnya. Dalam kesempatan itu untuk pertama kalinya Inggris menyaksikan kepatuhan rakyat Indonesia terhadap pemimpinnya karena tak sebutir pelurupun yang dilepaskan para pemuda. Selama tentara sekutu di Surabaya, Pemerintahn Indonesia mengadakan perundingan dengan Panglima sekutu di Asia, Jenderal Hawthorn dan Brigadir Jenderal AWS. Komandan sekutu di Surabaya Mallaby. Hasil perundingan antara lain berbunyi sebagai berikut: 1. 2. 3.
Penghentian tembak-menembak dari kedua belah pihak. Keleluasaan lalu lintas dengan tiada gangguan Pengambilan dan pengangkutan dari kedua belah pihak.
Pada keesokan harinya, 30 Oktober 1945, diadakan perundingan kembali antara pihak Indonesia dengan Inggris yang pada intinya memutuskan penarikan mundur Inggris ke daerah pantai dan pembentukan Contact-Bureau yang anggotanya antara lain Brigadir Jenderal AWS. Mallaby, Residen Sudirman, Dul Arnowo, Roeslan Abdulgani .Badan ini bertugas untuk melaksakan keputusan-keputusan yang telah dihasilkan, antara kedua belah pihak. Namun pada suatu hari ketika badan terssebut sedang melaksanakan tugasnya,
34
terjadilah letusan granat yang menyulut terjadinya pertempuran yang mengejutkan rakyat kota Surabaya. Pada peristiwa itu Brigadir Jenderal AWS. Mallaby tewas dalam mobil yang ditumpanginya, yang sampai sekarang tidak jelas siapa yang membunuhnya. Peristiwa terbunuhnya Mallaby itu menyulut kemarahan Inggris/Sekutu. Jenderal Christison (Komandan Angkatan Perang Inggris di Indonesia) menyebut peristiwa itu sebagai pembunuhan. Kemarahan Inggris diwujudkan dengan penyebaran selebaran melalui pesawat terbang yang bersifat penghinaan kepada bangsa Indonesia, pada tanggal 9 November 1945. Mayor Jenderal Mansergh. Komandan Angkatan Perang Inggris di Jawa Timur, menandatangi ultimatum yang disebarkan tersebut. Ultimatum tersebut antara memerintahkan agar semua pemimpin Indonesia dan gerakan pemuda lari di Surabaya harus melaporkan diri ke Bataviaweg pada tanggal 9 November pukul 18.00. Meraka harus menyerahkan senjata yang diletakkan disuatu tempat dengan jarak 100 yard dari tempat pertemuan, mengangkat tangan dan menandatangi penyerahan diri tanpa syarat. Ultimaltum itu sangat menyinggung harga diri rakyat Surabaya dan semakin membuat marah para pemuda. Para pemuda akhirnya menyatakan kebulatan tekad untuk menolak ultimatum tersebut. Hubungan dengan Pemerintah Pusat dilakukan oleh Gubernur Suryo untuk mendapatkan petunjuk. Pemerintah Pusat menjawab menyerahkan segala sesuatunya kepada
pembesar dan rakyat di Surabaya. Akhirnya pada tanggal 9 November malam itu, digalang suatu siasat dalam menghadapi Inggris. Moestopo, Sumarno (Pimpinan Pemberontakan Rakyat Indonesia), dan Wakil Pemuda Republik Indonesia, mengatur siasat penyerangan. Setelah semua rencana matang, maka pada tanggal 10 November 1945 pagi, meletus pertempuran terbesar dari rakyat di Surabaya dengan keberanian dan kebulatan tekad mengusir Inggris demi mempertahankan kedaulatan Indonesia. Rasa takut seketika hilang dengan iringan teriakan Allahu Akbar Allahu Akbar , yang dipimpin Bung Tomo. Dengan cara lain Bung Tomo berhasil memompa semangat para pemuda untuk maju melawan Inggris, baik melalui pidato-pidatonya di corong radio maupun dari selebaran yang diedarkan. Pada saat yang sama Kantor Besar Polisi medapat serangan musuh karena Inggris tahu bahwa polisi dan Pasukan-Pasukan Polisi istimewa adalah sebuah kesatuan militer yang tangguh. Begitu pula Markas Besar TKR di HVA dibawah pimpinan Dr. Moestopo juga gedung Borsumij, dan bekas Kantor Kempetai, sebab disini bermarkas TKR dibawah pimpinan Yonosewojo. Pertempuran Surabaya menjadi ajang pertempuran yang menggemparkan dan menjadi saksi keberanian dan tekad Bangsa Indonesia yang tidak ingin dijajah bangsa asing, juga menjadi pelopor perjuangan do kota-kota lainnya di Indonesia. Peranan dr. Moestopo dalam pertempuran di Surabaya ini tetap dikenang sepajang masa sebagai tokoh yang paling unik dalam menghadapi musuh karena keberaniannya, cara memimpinnya, geniusnya sering kali memperdaya lawanlawannya. Maka sejarah Indonesia mencatat, pertempuran Surabaya tidak ada, kalau tidak ada Moestopo. Dr. Moestopo dan Bung Tomo adalah dua tokoh kemerdekaan yang ada di Surabaya tanpa ada bandingnya. Tanpa mereka sejarah Surabaya akan lain. Jadinya Tanggal 10 November dikukuhkan menjadi “Hari Pahlawan Nasional”, setiap tahun diperingati oleh seluruh rakyat Indonesia. Mayor Jenderal Purnawirawan Dr. Moestopo, telah diangkat sebagai Pahlawan Nasional oleh Pemerintah Indonesia karena jasa-jasanya yang luar biasa bagi bangsa Indonesia. (Panggih Sundoro) MOESTOPO EDISI NOVEMBER - DESEMBER 2010
MOESTOPO NOVEMBER - DESEMBER 2010
35