MODUL SS-02 BELAJAR DARI KEGIATAN DI LUAR KELAS Oleh. Djoni Prawira dan Yadi Mulyadi
1. PENDAHULUAN Penyelenggaraan ‘Basic Character Study Skill’ (BCSS) merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran berbasis ‘learning’ (SCL).Di satu sisi, para staf akademik memerlukan ketrampilan memfasiltasi proses pembelajaran, dan di sisi lain para mahasiswa membutuhkan wawasan dan arahan tentang sikap mental, karakter, strategi dan skill belajar mandiri dan kolaboratifsecara tepat, dan menjadi individu mahasiswa yang tanggap, kritis, proaktif, terbuka, dan selektif dalam
proses
belajarnya. Sehingga
mahasiswa
secara
efektif dapat
memberdayakan dirinya sesuai dengan potensi yang dimiliki, dan pada gilirannya dapat meningkatkan prestasi akademiknya. Modul ‘Belajar di Luar Kelas (SS-02)adalah salah satu materi BCSS, dan merupakan bagian terintegrasi dari modul ‘Belajar di Kelas(SS-01), yang dilakukan untuk memperoleh pengalaman empirik. Kegiatan belajar di luar kelas biasa disebut Praktikum, baik itu praktik di laboratorium maupun di lapangan yang dilakukan secara terstruktur.Suatu praktikum dapat merupakan persyaratan untuk mata kuliah tertentu sesuai dengan tujuan instruksionalnya, yaitu mendapatkan keterampilan tertentu. Pada prakteknya belajar di luar kelas yang dilakukan di lapangan, tidak hanya sekedar memindahkan pelajaran ke luar kelas, tetapi dilakukan dengan mengajak mahasiswa sebagai pembelajar mandiri untuk menyatu dengan alam dan melakukan beberapa aktivitas yang mengarah pada terwujudnya perubahan perilaku mahasiswa terhadap
lingkungan
melalui
tahap-tahap
penyadaran,
pengertian,
perhatian,
tanggungjawab dan aksi atau tingkah laku. Aktivitas luar kelas dapat berupa permainan, cerita, olahraga, eksperimen, perlombaan, mengenal kasus-kasus lingkungan di sekitarnya dan diskusi (Husamah, 2013). Proses pembelajaran yang dilakukan di luar kelas, memiliki arti yang sangat penting untuk perkembangan mahasiswa, karena proses pembelajaran yang demikian dapat memberikan pengalaman langsung kepada
2
mahasiswa. Pengalaman langsung memungkinkan materi pelajaran akan semakin kongkrit dan nyata yang berarti proses pembelajaran akan lebih bermakna. Sebagai suatu metode pembelajaran, praktikum merupakan suatu bentuk proses belajar mengajar untuk mengembangkan secara bersama-sama dimensi keterampilan kognitif, afektif dan psikomotorik mahasiswa, sebagai dasar dari perilaku dengan menggunakan berbagai wujud dan sarana luar kelas. Melalui pembelajaran, perilaku tersebut diwujudkan sebagai ketrampilan intelektual dan ketrampilan verbal (Sudarman,2004). Mahasiswa sebagai pembelajar dewasa, memerlukan proses pembelajaran berdasarkan pengalaman – ‘experiential learning‘.Bentuk pengajaran ini tidak hanya terbatas bagi bidang-bidang ilmu eksakta, tetapi juga untuk bidang-bidang ilmu sosial dengan terminologi yang berbeda-beda. Pada hakekatnya, Laboratorium berarti tempat bekerja.Pengertian Laboratoriumtidak terbatas pada bentuk wujudnya sebagai suatu gedung atau ruangan dengan segala peralatan yang terdapat di dalamnya, tetapi juga di luar ruangan, seperti komunitas masyarakat atau lingkungan-alam tertentu dapat menjadi tepat belajar di luar kelas. Pada ilmu dasar eksakta, praktikum lebih banyak dilakukan dalam ruangan (indoor), seperti Laboratorium kimia, fisika, biologi, dll. Sementara dalam pengembangannya sebagai bentuk aplikasi ilmu eksakta, seperti pertanian, peternakan, perikanan, arkeologi, kesehatan, teknik, biologi, rumah sakit, pasar tradisional dan modern juga memiliki laboratorium lapangan (outdoor). Pada bidang-bidang ilmu sosial, baik ilmu dasar maupun terapannya menempatkan masyarakat dan lingkungan sebagai laborartorium
utamanya. Terminologi studi
lapangan atau kuliah lapang sering kali digunakan untuk menunjukkan cakupan kegiatan yang lebih luas pada kondisi di lapangan. Akan tetapi, perbedaan tersebut bukanlah perihal yang hakiki dan keduanya digunakan baik dalam ilmu eksakta maupun non-eksakta. Untuk mengurangi penggunaan kata, maka pada bagian selanjutnya dalam modul ini, akan digunakan 3 terminologi sesuai dengan konteks yang dibicarakan, yaitupraktikum atau kegiatan di luar kelas atau kegiatan di laboratorium. Dalam modul ini akan dibahas : 1. Hakikat dan Kegunaan Belajar di Luar Kelas 2. Belajar yang efektif dari Kegiatan di Luar kelas Sasaran dari modul ini adalah Mahasiswa dapat mengikuti secara seksama kegiatan-kegiatan
terstruktur
di
luar
kelas;memanfaatkan
kesempatan
secara
3
maksimal;memahami
dan
mahir
dalam
memberikan
makna
dalam
proses
pembelajaran;membangun keterampilan dan pengetahuan baru berdasarkan pengalaman. Sebagai muara dari kegiatan terstruktur di luar kelas ini adalah menumbuh-kembangkan Karakter MARITIM pada para mahasiswa Universitas Hasanudin, yaitu untuk meningkatkan nilai dan karakter yang positif. Menjadi mahasiswa yang lebih Manusiawi serta Arif, memiliki pemahaman Religiusitas yang baik, memiliki Integritas yang kuat, Tangguh, Inovatif dan Mandiri. Waktu yang diperlukan untuk mempelajari modul ini adalah 1 jam 15 menit, dan setelahnya mahasiswa diharapkan mampu menerapkan dalam aktivitas belajarnya dari praktikum.
2. HAKIKATDANKEGUNAAN BELAJAR DI LUAR KELAS Laboratorium sebagai sarana pembelajaran di Perguruan Tinggi, mulai diperkenalkan pada pertengahan abad 19, terutama di bidang pengetahuan alam dan teknologi, yaitu untuk melatih dan meningkatkan ketrampilan menggunakan peralatan dan
melakukan
pengamatan.
Pembelajaran
melalui
pendekatan
pengalaman
(experience) ini memberikan peluang kepada mahasiswa mengembangkan khasanah pengetahuan dan ketrampilannya, tidak sekedar mendengar dan membaca pengalaman orang lain. Mengapa kegiatan ini diperlukan ? Menurut Knowles dan Ericson (1990), mahasiswa dapat dipandang sebagai orangdewasa (pembelajar dewasa), sehingga proses pembelajaran seyogyanya juga menggunakan pendekatanpembelajaran orang dewasa (andragogy), yang memiliki beberapa karakteristik, yaitu : 1. Self directed learner, artinya memiliki kemampuan untuk mengatur dan mengelola kegiatannya baik yang behubungan dengan akademik maupun nonakademik. 2. Life experience and knowledge, artinya memiliki pengalaman belajar, pengetahuan dan ketrampilan yang banyak yang dimaknainya dan memadai untuk mencari tambahan pengetahuan dan ketrampilan baru sesuai dengan minatnya. 3. Goal oriented, artinya memiliki kesediaan belajar hal-hal relevan baginya, sehingga perilakunya menjadi terarah pada tujuan yang hendak dicapai.
4
4. Relevance oriented, artinya dalam proses belajar mahasiswa berorientasi pada relevansi materi yang dipelajari dengan minat studinya. 5. Problem Solving Oriented, artinya sebagai pembelajar dewasa, mahasiswa memiliki perspektif waktu kekinian yang kuat, apa yang dipelajari dibutuhkan untuk menangani persoalan kesehariannya; belajar adalah proses meningkatkan kemampuan menangani persoalan hidup. Sebagai orang dewasa, mahasiswa akan ‘insight’ memberikan makna terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukannya di luar kelas, dan secara kontinyu akan terjadi siklus pengalaman yang pada gilirannya membangun pengetahuan baru mahasiswa. Ilustrasi 1 di bawah ini menunjukkan siklus pengalaman dalam proses pembelajaran itu. Perihal lain yang mendorong para pembelajar seyogyanya melakukan kegiatan di luar kelas adalah berkaitan dengan publikasi, Maggennis dan Farrel (2005) yang menunjukkan kontribusi praktikum bagi pembelajar.
1 Pengalaman nyata rasa 4
Aktif mlkukan uji coba
tindak
simak
Mengamati Memaknakan Merefleksikan
2
pikir Memformulasi Bernalar Abstraksi
3 6
Gambar 1. Siklus Pengalaman dalam proses pembelajaran
5
Tabel 1. ‘Learning Pyramid’ dalam proses pembelajaran No. 1.
Metode Pembelajaran Lecture
‘Retention rate’ (%) 5
2.
Reading
10
3
Audio visual
20
4.
Demonstraion
30
5.
Discussion group
50
6.
Practice by doing
75
7.
Teach each other
90
. Di samping itu, karena praktikum atau kegiatan terstruktur lain di luar kelas biasanya dilakukan dalam kelompok-kelompok, 4-5 orang mahasiswa per kelompok, maka proses pembelajaran di luar kelas juga menjadi kesempatan mendapatkan pengalaman bekerja sama dan berinteraksi di antara mahasiswa dalam sebuah ‘team work’, terlebih jika materi yang dipelajari adalah hal baru bagi semua anggota team. Kerjasama ini akan berkembang menjadi semangat solideritas kolegial, membina hubungan dengan dosen/fasilitator atau asisten/instruktur, dan membangkitkan motivasi belajar yang lebih baik. Pada hakekatnya komponen kognitif (dimensi mental), komponen afektif (dimensiperasaan atau emosional) dan komponen psikomotorik (dimensi tindakan) merupakan komponen-komponenyang mengisi perilaku manusia yang terus-menerus mengalami pembaruan(updating); pembaharuan merupakan perpaduan dari kognisi (hasil belajar) yang telah dimilikisebelumnya dengan kognisi yang baru, dan kognisi yang diperbarui tersebut, dapat sama, ataumengalami modifikasi, atau berbeda sama sekali, menggantikan yang lama. Proses belajardapat berjalan melalui ketiga komponen tersebut, dan ketiganya saling mempengaruhi. Sesuai dengan uraian di atas, hakekat belajar dari praktikum ini adalah mencakup pembaruan ketiga komponen perilaku tersebut. Sebagai contoh, jika tujuan instruktusional suatu mata kuliah adalah mahasiswa mampu mengukur (disamping mampu menjelaskan) tingkat erosi di satu kawasan hutan dengan menggunakan alat tertentu, maka diperlukan praktikum untuk mencapai tujuan tersebut. Jika mahasiswa hanya mengikuti perkuliahan dan hanya melakukan pengukuran di atas kertas, sebagai suatu simulasi, maka tujuan yang dicapai hanya sebatas pengetahuan, atau komponen
6
kognitif. Mahasiswa secara mandiri dapat memperbarui ketiga komponen tersebut bersamaan ketika sebelum, selama dan setelah praktikum. Komponen kognitif, merupakan dimensi mental (knowledge) dan ketrampilan intelektual, dapat diperbarui dengan:
memperdalam pemahaman teori dengan studi pustaka, diskusi dll; mengintegrasikan teori/pengetahuan yang telah dipelajari, yang diperoleh dari praktikum dengan kenyataan-kenyataan yang ada, di samping tentunya teoriteori yang berlainan bahkan bertentangan.
Mencoba meerapkan teori dengan permasalahan nyata. Komponen psikomotorik, merupakan dimensi tindakan fisik, dalam wujud keterampilan
melakukan,
dapat
dilatih
melalui
kegiatan-kegiatan:
memilih,
mempersiapkan, merangkai dan menggunakan seperangkat peralatan/instrument secara tepat dan benar; Keterbatasan waktu dan fasilitas dalam praktikum sering kali menjadi kendala pengembangan psikomotorik. Untuk mengatasi perihal tersebut, mahasiswa hendaknya memanfaatkan waktu-waktu luang di luar jadwal waktu rutin untuk
melatih
diri
menggunakanperalatan,
tentunya
dengan
bimbingan
asisten/instruktur. Komponen afektif, merupakan dimensi perasaan atau emosional, atau sikap diri ataukomitmen diri BARU yang muncul sebagai penguatan dari apa yang telah dimiliki atau hasilpenghayatan dari proses belajar yang terakhir dilalui. Komponen afektif dapat dilatih dengan cara:
belajar merencanakan kegiatan secara mandiri; belajar bekerja sama belajar berdisiplin waktu dan perilaku; bersikap jujur dan terbuka terhadap pendapat orang lain apareasiasi terhadap apa yang dipelajari dan dimiliki Berdasarkan uraian di atas, kegiatan terstruktur yang dilakukan mahasiswa di luar kelas sebagai pembelajar dewasa akan bermanfaat/kegunaan dalam: 1. Menumbuh kembangkan kemampuan psikomotorik, 2. Mengembangkan kemampuan dalam berimaginasi merancang, mengkonstruksi peralatan,menyusun protokol suatu kegiatan praktikum di lapangan 3. Meningkatkan ketrampilan menggunakan instrumen
7
4. Meningkatkan ketrampilan melakukan pengukuran, pengamatan, mengumpulkan data,interpretasi dan menjelaskan hasil praktikum 5. Meningkatkan kemampuan menulis, beragumentasi dan mengungkapkan pendapat yangterarah dan systematis 6. Meningkatkan kemampuan belajar dan berfikir secara mandiri 7. Menumbuh-kembangkan kepercayaan atas kemampuan diri 8. Memperkuat keyakinan akan kebenaran teori-teori 9. Meningkatkan kemampuan bekerja sama dan saling menghargai pendapat 10.Menumbuh-kembangkan sikap dan pemahaman metodologi ilmiah; Tiga komponen perilaku yang ditumbuh kembangkan melalui manfaatmanfaat yang diperoleh dari kegiatan terstruktur di luar kelas akan mengisi sendi-sendi kehidupan sebagaimahasiswa yang berkarakter : yaitusebagai insan akademis yang Manusiawi, insan akademis yang Arif, insan akademis yang Religius, insan akademis yang Inovatif,insan akademis yang Tangguh, insan akademis yang memiliki Integritas dan insan akademis yang Mandiri.
3. BELAJAR YANG EFEKTIF DARI KEGIATAN DI LUAR KELAS (INDOOR DAN OUTDOOR) 3.1. Kendala Belajar dari Kegiatan di Luar kelas Terdapat kecenderungan bahwa pembelajaran melalui kegiatan di luar kelas yang bertujuan meningkatkan ketrampilan, hanya mempelajari pengetahuan di bagian permukaannya saja, atau memiliki tingkat pemahaman yang rendah. Beberapa kendala yang mungkin sekali menjadi penyebab mutu pembelajaran dari kegiatan di luar kelas rendah adalah : 1. Kegiatannya menjadi kegiatan rutin, karena sekedar mengikuti petunjuk/penuntun praktikum. 2. Kegiatan didominasi oleh instruksi, dan kurang memberi kesempatan mahasiswa utk mengembangkan komitmen, ide mandiri dan eksplorasi aktif. 3. Tingkat pemahaman suatu substansikegiatan secara holistik, sangat kurang, seolaholah merupakan unit yang terisolasi, tdk terhubung dng materi paraktikum lain atau ilmu lainnya. 4. Bekal pengetahuan awal (pre-requisite knowledge) untuk mengikuti suatu kegiatan praktikumkurang/tidak cukup.
8
5. Praktikum sebagai suatu kegiatan kelompok, sering tidak mencerminkan kerjasamakelompok yang baik; saling mengandalkan di antara anggota. 6. Dukungan fasilitas untuk melakukan kegiatan di luar kelas, seperti praktikum kimiadi laboratorium : sering kali kurangmemadai/sangat terbatas
3.2. Hirarki Pembelajaran di Luar kelas Berdasarkan tingkat kemandirian mahasiswa dalam melakukan proses pembelajaranmelaluikegiatan di luar kelas dapat dikelompokan dalam 5 jenjang.
1. Peragaan (demonstrasi) Peragaan
umumnya
dirancang
untuk
mengilustrasikan
garis
besar/prinsip-
prinsipteoritik yang berkaitan dengan mater perkuliahan, sehingga tidak mudah dilupakan olehmahasiswa. Oleh karena itu, suatu demonstrasi biasanya dilakukan secara singkat di akhir kuliah. 2. Latihan Latihan merupakan percobaan terstruktur, kegiatan pembelajar sekedar mengikutisuatu instruksi. Dengan kegiatan latihan ini mahasiswa diharapkan menjadi terampil melakukanpengamatan dan pengukuran, dan disiplin mengikuti peraturan kegiatan yang berlaku. 3. Penyelidikan terstruktur Penyelidikan
terstruktur
merupakan
bagian
dari
percobaan
terstruktur,
dimanamahasiswamengembangkan sendiri protokol kegiatan di luar kelas dan menginterpretasikanhasilnya. Pada jenjang praktikum ini, mahasiswa menjadi terampil memecahkan masalah,melakukan observasi, dan menginterpretasikan hasil. 4. Penyelidikan terbuka Kegiatan mahasiswa di jenjang praktikum ini dapat dianggap sebagai latihanpenelitian (small project), dan ditujukan untuk menjadikan mahasiswa secara mandiri trampilmengidentifikasi, memformulasi dan menyusun rencana pemecahan masalah (waktu, peralatandan bahan yang diperlukan), menginterpretasikan hasil, dan mengetahui aplikasinya.Keberhasilan padatingkat ini, mahasiswa memiliki keahlian melakukan penelitian secara mendiri.
9
5. Proyek Penelitian. Jenjang kegiatan di luar kelas yang paling tinggi dilakukan baik oleh mahasiwaataupun dosen adalah kegiatan penelitian. Semua tahapan kegiatan, mulai dari persiapansampai akhir suatu kegiatan penelitian, dilakukan secara mandiri oleh mahasiswa. Suatupenelitianmemberikan
pengalaman
pembelajaran
yang
sempurna,
tetapi
memerlukan waktuyang relatif banyak. Suatu penelitian dapat dilakukan secara individu atau sebuah tim. Dengan kegiatan penelitian ini, mahasiswa manjadi mampu :
Memahami dan memaknai lebih dalam bidang yang diminati Mengembangkan inisiatif dan perbedayaan akal Menumbuh-kembangkan keingintahuan intelektual Mengembangkan inovasi dan kaidah-kaidah ilmiah Meningkatkan kepercayan diri dan apresiasi terhadap karya yang dihasilkan. Secara keseluruhan, hirarki ketrampilan yang dapat dimiliki mahasiswa sebagai hasilpembelajaran dari kegiatan di luar kelas sangat berguna untuk menentukan levelpembelajaran di luar kelas. Tabel 2. Hirarki ketrampilan – Pemahaman ilmiah mahasiswa dalam kegiatan di Luar kelas Kegiatan
Jenjang / Aras
Tujuan
Bahan
Metode
Hasil
Peragaan/demonstrasi
1
Given
Given
Given
Given
Latihan
2
Given
Given
Given
Open
Penyelidikan terukur
3
Given
Given part or whole
Given part or whole
Open
Penyelidikan terbuka
4
Given
Open
Open
Open
Penelitan
5
Open
Open
Open
Open
Keterangan : Given = diberikan/tertentu ; Open = terbuka / kreativitas / tidak terikat Sumber : Pusat Pengembangan Pendidikan, Universitas Gadjah Mada, 2005.
3.3. BELAJAR YANG EFEKTIF DARI KEGIATAN DI LUAR KELAS Secara garis besar, untuk belajar secara efektif dari kegiatan praktikum dan studi lapanganan, pembahasan di bawah ini membagi menjadi tiga tahapan, yaitu persiapan sebelum praktikum, selama praktikum dan setelah praktikum. 1. Persiapan Sebelum Praktikum
10
Seperti juga
BELAJAR DARI KULIAH,
agar praktikum atau studi lapangan ini dapat
memberikan menfaat yang maksimal, mahasiswa memerlukan persiapan-persiapan yang memadai. Modul MD 01 s/d 10, adalah bekal ketrampilan diri yang perlu dimiliki oleh setiap mahasiswa agar dapat belajar secara efektif dari praktikum, yaitu mencakup motivasi belajar, kemampuan berkonsentrasi, menangani ganguan belajar dan memanfaatkan waktu secara efektif dan efesien, dapat menangani kebiasaan prokrastinasi. Sebagai persiapan yang juga perlu dilakuan pada minimal 1hari sebelum melakukan praktikum atau studi lapangananadalah : Mengetahui dan memahami disiplin dalam lingkungan di luar kelas maupun di lapanganan; Untuk kegiatan praktikum pertama, biasanya asisten/dosen menjelaskan tentang Tatib selama praktikum, peralatan dan kegunaaanya. Memahami tujuan, kegunaan dan makna dari praktikum yang akan dilakukan; Mengetahui semua alat-alat yang akan digunakan, prinsip kerja dan cara penggunaannya ; Mempelajari teori yang berkaitan; Pengetahuan tentang teori ini biasanya menjadi prasyarat mengikuti suatu praktikum yang dipertanyakaan sesaat sebelum praktikum dilakukan (responsi). Membuat ringkasan prosedur atau protokol kerja yang akan dilakukan; mempersiapkan pertanyaan yang mungkin muncul dari persiapan ini. Mengecek dan menyelesaikan semua tugas praktikum sebelumnya; Pada kegitan praktikum di lapangan – “outdoor”, persiapan ini tentunya memerlukan waktu yang lebih lama, terutama karena objeknya mungkin melibatkan masyarakat di samping aspek-aspek lingkungan fisik yang akan diamati. Persiapan dalam studi lapangan tentunya berkaitan dengan lokasi, waktu dan lama pelaksanaan, instrumen studi lapanganan seperti kuesioner, dan perlengkapan pendukung lain yang diperlukan, termasuk perlengkapan pribadi. 2. Selama Pelaksanaan Praktikum Sebagaimana telah diuraikan bahwa biasanya suatu praktikum berlangsung dalam kelompok-kelompok 4-6 orang. Savin-Baden dan Major (2004) menyatakan bahwa jumlah anggota dalam satu kelompok belajar, sebaiknya tidak lebih dari 3 orang. Setiap anggota kelompok memiliki peran-kontribusi yang samabagi kerhasilan
11
kelompok.Untuk itu diperlukan kerja sama yang kompak antar anggota. Membangun kekompakan memerlukan : komitmen dan motivasi yang sama dari setiap anggota kelompok untuk belajar selama praktikum berlangsung; berkonsentrasi dan menghindarkan diri dari percakapan yang tidak perlu pembagian tugas yang proporsional bagi setiap anggota, sehinga anggotadapat berkonsentrasi mengerjakan tugasnya. sikap toleransi terhadap perbedaan yang mungkin ada di antara anggota diskusi dalam kelompok untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan praktikum sebelum dipertanyakan kepada instruktur/asisten. Setelah semua peralatan/instrumen yang diperlukan lengkap tersedia, maka praktikum dilakukan mengikuti prosedur dalam buku penuntun atau petunjuk yang diberikan instruktur. Selanjutnya, sebagai suatu kegiatan belajar, maka selama praktikum hendaknya: setiap anggota aktif memanfaatkan waktu dan peralatan/instrumen praktikum untuk meningkatkan kemampuan masing-masing, tidak hanya menonton aktivitas yang ditunjukkan anggota lainnya. melakukan pengamatan/observasi secara seksama dan mencatat segala sesuatu sesuai dengan petunjuk/tujuan praktikum ; berfikir kritis dan kreatif menginterpretasikan hasil pengamatan : persamaan dan perbedaan dengan teori/pengetahuan yang dimiliki; dan tentang teknik dan peralatan yang digunakan; selanjutnya membuat catatan tambahan tentang perihal tersebut untuk memberikan makna yang lebih mendalam dari praktikum yang dilakukan. mendiskusikan hasil pengamatan di antara anggota dalam kelompok, dan jika diperlukan lakukan pengamatan ulang, atau membandingkan dengan hasil pengamatan kelompok lain, atau tanggapan dari instruktur; membuat laporan sementara; di banyak luar kelas, laporan sementara dibuat segera setelah praktikum selesai.
12
mencatat informasi-informasi penting dan tugas-tugas yang diberikan oleh instruktur baik untuk kelompok ataupun setiap anggota.
3. Setelah Praktikum Sebagai kelanjutan dari kegiatan praktikum ini adalah membuat laporan praktikum. Laporan praktikum hendaknya tidak hanya melaporkan hasil praktikum, tetapi juga mendiskusikan hasil tersebut (dalam kelompok) sejauh pendalaman teori yang dilakukan dan didukung oleh pustaka-pustaka yang relevan. Di samping laporan praktikum, catatan tambahan hendaknya juga dibuat untuk memberikan makna dari praktikum yang telah dilakukan, yaitu mengintegrasikan hasil-hasil yang diperoleh dari teori dan problema yang nyata. Pemaknaan ini merupakan hasil penghayatan yangmencerminkan pemahaman yang mendalam tentang teori yang diperoleh dari perkuliahan. Laporan praktikum dan catatan-catatan tambahan hendaknya dibuat dan diselesaikan dalam 1-2 hari setelah praktikum, terutama untuk menghindari hal-hal penting terlupakan. Hindari kebiasaan prokrastinasi.
4. Belajar dari Hasil Praktikum Agar belajar dari hasil praktikum memberikan manfaat secara lebih efektif dan efesien, terutama dalam menghadapi evaluasi akhir semester (ujian), hendaknya : membuat catatan hasil praktikum menjadi catatan yang sistematis dan mudah dimengerti; mereduksi volume catatan hasil praktikum tersebut, tetapi tidak mengurangi isinya ; gunakan symbol atau kode-kode tertentu mencoba merefleksikan apa yang dipelajari dari hasil praktikum mengkaji ulang apa yang dipelajari dari hasil praktikum tersebut Hasil belajar dari catatan praktikum ini menjadi catatan yang singkat, padat dan menjadi pegangan untuk menghadapi ujian.
13
4. PENUTUP Modul Belajar di Luar Kelas (Luar kelas) – SS 02 ini merupakan materi pembelajaran mandiri bagi mahasiswa, dan Anda dianjurkan untuk memperkaya pengetahuan dari sumber lain. Sebagai penutup dari modul ini, beberapa pertanyaan berikut diharapkan dapat membantu Anda untuk belajar dari KEGIATAN DI LUAR , mengembangkan manfaat dan memaknainya : -
Apa tujuan, hakikat dan kegunaan belajar dari kegiatan di luar kelas?.
-
Apa yang hendaknyaanda lakukan pada sebelum, selama dan setelah praktikum ?
-
Apa yang menjadi tugas setelah praktikum selesai ?
-
Bagaimana anda memaknai hasil praktikum ?
-
Bagaimana belajar yang efektif dari hasil praktikum
-
Bagaimana umpan balik dan evaluasi yang diberikan oleh dosen/asisten/instruktur terhadap apa yang anda lakukan dan hasilkan dalam praktikum ?. Selanjutnya cobalah Anda renungkan dan refleksikan : apa makna dan
bagaimana selama ini (di SMA) Anda mempersiapkan, melaksanakan, dan memaknai kegiatan di luar kelas dalam proses pembelajaran anda. Mungkin sekali pola belajar yang Anda miliki selama ini tidak sesuai dengan tututan proses pembelajaran di PT (UNHAS). Sehingga untuk berhasil, Anda secara sadar selayaknya melakukan ‘perubahan – pembaruan’ PERILAKU pola belajar, yaitu berlatih dengan pola yang baru dan lebih sesuai.
PUSTAKA Bosworth, K. 1994. Developing Collaborative Skills in College Students : Underlying Processes and Effective Techniques, In : New Direction for Teaching and Learning, ed.by K.Bosworth, and S.J.Hamilton. Jossey-Bass, San Fransisco. pp. 25-31. Cannon, R., and Newble, D. 1995. Handbook for teacher in Universities & Colleges. Kogan Page Ltd., London. pp. 57- 68. Husamah. 2013. Pembelajaran Luar Kelas Outdoor Learning. Jakarta: Prestasi Pustaka Karya Rahayuningsih, E., dan Dwiyanto, D. 2005. Pembelajaran di Luar kelas. Pusat Pengembangan Pendidikan, Universitas Gadjah Mada. Savin-Baden, M., and Major, C.H. 2004. Student Roles, In :Foundation of Problem-based Learning. Society for Research into Higher Education and Open University Press. pp. 70-80
14
Savin-Baden, M., and Major, C.H. 2004. Learning in teams, In :Foundation of Problembased Learning. Society for Research into Higher Education and Open University Press. pp. 71-92. Sukardi, Ellias, dan Maramis, W.F. 1996. Penilaian Keberhasilan Belajar. Airlangga Univ., Surabaya. pp. 135-173. Watkins, C., Carnell,E., Lodge, C., Wagner, P., and Whalley, C. 2002. Effective Learning. Institute of Education, University of London. Zainuddin, M. 2001. Praktikum, Mengajar di Perguruan Tinggi, Buku 1.13. PAU-PPAI. pp.1-23.