Pertemuan 11 MODUL SOSIOLOGI KOMUNIKASI Oleh: Heri Budianto, S. Sos. M.Si.
POKOK BAHASAN
Efek Komunikasi Massa & Teori Peniruan Media Massa
DESKRIPSI Pokok bahasan komunikasi efek komunikasi massa & teori peniruan media massa membahas mengenai pengertian efek, efek sosial komunikasi massa, dan teori-teori peniruan media massa.
TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasiswa diharapkan dapat memahami dan mampu menjelaskan mengenai efek komunikasi massa & teori peniruan media massa membahas mengenai pengertian efek, efek sosial komunikasi massa, dan teori-teori peniruan media massa.
PENGANTAR SOSIOLOGI Kepustakaan 1. Sosiologi Komunikasi-Perspektif Teoritik, Sutaryo, ArtiBumi Intaran, Yogyakarta, 2005. 2. Nasution, Zulkarimen, Sosiologi Komunikasi Massa, UT, Jakarta, 1993. 3. Sosiologi Suatu Pengantar, Soerjono Soekanto, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1990.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB
Heri Budianto, S.Sos, M.Si.
SOSILOGI KOMUNIKASI
1
PENGERTIAN EFEK Membicarakan efek media massa juga memerlukan perbedaan yang jelas antara yang dimaksud sebagai efek yang segera (immediate effect) ataukah efek yang baru
kelihatan kemudian (delayed effect).
Efek yang segera merupakan akibat langsung
yang
terjadi
seseorang mengkomunikasi media massa, misalnya kita baca
surat
sesudah Kabar,
kejadian pemirsa televisi yang langsung tewas, saat menyaksikan kalahnya seseorang dalam pertimbangan tinju.
Sedangkan efek yang baru muncul belakangan, terjadi beberapa waktu kemudian setelah seseorang mengkomsumsi media massa. Setelah menonton siaran televisi
tetang bencana alam, misalnya, seseorang kemudian merasa terketuk
hatinya untuk menyumbang dana bantuan sosial.
Perlunya pembedaan tersebut terutama karena ternyata efek media massa bisa berlainan satu dengan yang lain, menurut: a. Situasi terjadinya komunikasi. b.
Intensitas peristiwa komunikasi tersebut
c.
Luas jangkauan media yang menyampaikan informasi
d.
Efek yang disengaja/dimaksudkan (intented) atau
efek
tidak
disengaja/dimaksudkan
(uninted).
YANG DIKHAWATIRKAN DARI EFEK DARI MEDIA MASSA De Fleur (1970) menunjkkan bahwa media massa dianggap bertanggung jawab mengenai terjadinya lima gejala dalam masyarakat, yaitu: 1)
Membuat selera budaya masyarakat menjadi rendah
2)
Menaikkan tingkat kenakalan
3)
Ikut menyumbang kerusakan moral secara umum
4)
Menjinakkan massa untuk kepentingan politik
5)
Menekan kreativitas
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB
Heri Budianto, S.Sos, M.Si.
SOSILOGI KOMUNIKASI
2
Bahkan Fuchs dan Lyle (1972) berpandangan bahwa sensasi (di mana unsur kekerasan dan kejahatan amat menonjol) selamanya telah merupakan bagian yang seakan tak terpisahkan dari isi media massa. Hal itu seolah-olah tak terelakkan, karena fungsi media massa sendiri dalam kehidupan masyarakat.
Secara teoritis, ahli kriminologi Taft dan England (1964) mengajukan suatu kerangka konseptual tentang pengaruh surat kabar atas kejahatan. Mereka mendaftar kemungkinan-kemungkinan tersebut antara lain sebagai berikut: 1)
Surat kabar mengajarkan teknik-teknik kejahatan. Faktor interaksi merupakan faktor penting yang harus diperhitungkan dalam menjelaskan dalam latar belakang. Kejahatan termasuk didalamnya proses belajar kejahatan secara tidak langsung melalui berbagai media komunikasi.
2)
Gambaran tentang aspek-aspek yang menunjukkan betapa menarik, menegangkan, dan menguntungkannya suatu kejahatan yang sering kali tersaji dalam surat kabar juga dipandang mempunyai pengaruh yang tidak sedikit pada masyarakat pembaca.
3)
Surat kabar tidak jarang secara langsung mengetengahkan aspek-aspek yang mengandung simpati dan pemujaan (heroworship) terhadap pelaku kejahatan tertentu
yang
dapat
menanamkan
suatu
citra
untuk
identifiakasi. Pelaku kejahatan tertentu juga sering kali ditampilkan dalam gambaran yang mempunyai prestise.
4)
Surat
kabar
memberikan
gambaran
tentang
unsur-unsur
yang
memberikan dukungan budaya atas kejahatan.
5)
Seringkali
disajikan
penegak hukum
pemberitaan
yang
cenderung
merendahkan
ataupun penyajian yang bersifat memvonis atau “trial
by the newspaper”.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB
Heri Budianto, S.Sos, M.Si.
SOSILOGI KOMUNIKASI
3
TEORI PENIRUAN DARI MEDIA MASSA •
Teori Peniruan atau imitasi
Efek negatif yang dikuartikan dari media massa, khususnya yang menyangkut kejahatan-bertolak dari besarnya kemungkinan atau potensi pada tiap anggota masyarakat untuk meniru apa-apa yang disaksikan atau pun diperolehnya dari media massa.
Dalam kehidupan sehari-sehari, jelas terlihat bukti-bukti bahwa perilaku kita sering dipengaruhi oleh pengenaan (exposure) terdapat prilaku orang lain.
•
Teori identifikasi
Konsep identifikasi mempunyai paling tidak tiga pengertian yang khas, yakni: Pertama, menurut analisis Bronfenbrenner (1960), identifikasi menunjukan kepada perilaku ketika seseorang bertindak atau merasa seperti orang lain (yang disebut “model”).
Kedua, identifikasi juga berarti suatu motif dalam bentuk suatu keinginan umum untuk berbuat atau menjadi suatu orang lain.
Ketiga, istilah identifikasi mengacu kepada proses atau mekanisme melalui mana anak-anak menyamai suatu model dan menjadikan diri seperti model itu.
Bagi anak-anak dan remaja, dua motivasi penting yang mendorong mereka untuk mengidentifikasikan diri adalah: 1. Keinginan untuk memiliki kekuasaan (a desire for power) dan penguasaan terhadap
lingkungan (mastery over the environment) dan,
2. Kebutuhan akan asuhan (nurturance) dan perhatian (affection)
Konsep identifikasi ini membentuk kita untuk memahami bagaimana terjadinya anggota masyarakat berusaha menyamai tokoh-tokoh ideal yang mereka temukan lewat sajian media massa.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB
Heri Budianto, S.Sos, M.Si.
SOSILOGI KOMUNIKASI
4
Teori Social Learning Menurut Rotters (1954) kemungkinan bahwa suatu pola prilaku tertentu akan terjadi tergantung pada harapan si individual menyangkut hasil (the outcomes) kemana prilakunya mengarah dan nilai perbuatan itu menurut persepsinya.
Perkembangan teoritis yang lain menekankan social learning melalui pengamatan (observasi). Obervational learning menunjukan kepada proses belajar tanpa imbalan atau tekanan langsung (Bandura dan Walters, 1963; Bandura, 1969 ; Mischel, 1968).
Kompleksitas social learning. Dapat mengatur bagaimana seseorang menghasilkan perilaku dapat di lihat dalam belajar bahasa. Juga disepakati bahwa bagaimana seseorang individu menafsirkan dan mempersepsikan rangsangan dari dalam dirinya (stimuli internal) dan dari luar (eksternal) mempengaruhi bagaimana ia akhrinya bereaksi kepada rangsanganrangsangan tersebut.
Efek mengamati hasil prilaku orang lain.
Tergantung bukan Cuma pada hasil yang diperoleh untuk apa yang diperbuat pada situasi yang sama, melainkan juga pada konsekuensi yang diperoleh orang lain yang kita amati. Misalnya bila seorang anak melihat anak lain menerima dorongan dan pujian untuk, suatu keagresifan dalam suatu permaianan, maka kecenderungannya sendiri untuk bertindak agresif pada situasi yang sama akan meningkat.
• Teori reinforcement imitasi Miller dan Dollard (1941) memerinci kerangka teori tentang instrumental conditioning yang sering kali diberi label ‘imitasi’, yaitu: 1)
Same behavior yakni, dua individu memberi respon masing-masing secara independen, dan dalam cara yang sama, terdapat stimuli lingkungan yang sama.
2)
Copying, yakni seorang individu berusaha mencocokan prilakunya sedekat mungkin dengan prilaku orang lain.
PUSAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR-UMB
Heri Budianto, S.Sos, M.Si.
SOSILOGI KOMUNIKASI
5