13 Modul ke:
Fakultas
Ilmu Komunikasi
Program Studi
Penyiaran http://mercubuana.ac.id
SOSIOLOGI KOMUNIKASI OPINION LEADER Rika Yessica Rahma,M.Ikom
Opinion leader adalah orang yang secara informal dapat mempengaruhi tindakan atau sikap dari orang-orang lain. Istilah opinion learder mulai menjadi perbincangan dalam literature komunikasi sekiar tahun 1950-1960an, sebelumnya literature komunikasi menggunakan kata-kata influential, influencers atau tastemaker (orang yang berpengaruh) untuk meyebut opinion leaders.
Ada dua pengelompokan opinion leader : • Opinion Leader Aktif (Opinion Giving) Disini para opinion leader tersebut sengaja mencari penerima atau followers untuk mengumumkan atau mensosialisasikan suatu informasi. Contoh : saat adanya program KB (Keluarga Berencana) yang bertujuan menegendalikan pertumbuhan penduduk. Tapi bagi masyarakat desa hal ini masih terlalu baru dan mereka belum mengenal apa itu KB sebenarnya, maka disini peranan opinion leader tersebut dituntun untuk menyampaikan informasi bahwa program KB ini bertujuan penting bagi kelangsungan masyarakat dipedesaan.
• Opinion Leader Pasif (Opinion Seeking) Dalam hal ini followers lebih aktif mencari sumber informasinya kepada opinion leader, sehubungan dengan permasalahan yang dihadapi seperti halnya contoh diatas tersebut.
Menurut Everett M. Rogers (1973) ada tiga cara mengukur dan mengetahui adanya opinion leader yaitu : 1. Metode Sosiometrik • Dalam metode ini, masyarakat ditanya kepada siapa mereka meminta nasihat atau mencari informasi mengenai masalah kemasyarakatan yang dihadapinya.
• Misalnya masalah itu mengenai difusi inovasi, kepada masyarakat diajukan pertanyaan: “dari mana anda memperoleh informasi tentang difusi inovasi?” jadi orang yang paling banyak mengetahui dan dimintai nasihat tenteng masalah tersebut dialah yang disebut sebagai opinion leader.
2. Informast Ratting • Metode ini mengajukan pertanyaan tertentu kepada orang /responden yang dianggap sebagai key informants dalam masyarakat mengenai siapa yang dianggap masyarakat sebagai pemimpin mereka. • Jadi dalam hal ini responden tersebut haruslah jeli dalam mimilih siapa yang benar-benar harus memimpin dalam masyarakat tersebut. Dari segi kepribadian, pendidikan, serta tindakan yang dilakukannya terhadap masyarakat tersebut.
• Karakteristik Opinion Leader:
• 1. Lebih tinggi pendidikan formalnya dibanding dengan anggota masyarakat lainnya. • 2. lebih tinggi status sosial ekonominya. (SSE) • 3. lebih inovatif dalam menerima dan mengambil ide baru • 4. Lebih tinggi pengenalan medianya (media exposure) • 5. Kemampuan empatinya lebih besar • 6. Partisipasinya lebih besar. • 7. Lebih Kosmopolit (mempunyai pengetahuan dan wawasan yang luas).
• Floyd Ruch juga mengatakan syarat seorang pemimipin (termasuk pemimpin opini) 1. social perception, artinya seorang pemimpin harus dapat memiliki ketajaman dalam menghadapi situasi. 2. Ability in abstrac thinking, artinya pemimpin harus memiliki kecakapan secara abstrak terhadap masalah yang dihadapi. 3. Emotional stability, artinya pemimpin harus memiliki perasaan stabil, tidak mudah terkena pengaruh dari luar ( yang tidak dinyakini dan bertoloak belakang dengan kenyakinan masyarakat). (Slamet Santoso, 1992).
• Nurudin dalam sudut pandang Komunikasi, memposisikan strata pendidikan tinggi sebagai komponen yang musti dimiliki seorang opinion leader hingga dipilih warganya menjadi pemimpin mereka. Tricle down effects dapat terjadi, manakala pendidikan tinggi menjadi dasar bagi kemungkinan diperolehnya kesempatan mendapatkan pekerjaan dengan penghasilan lebih memadai dibanding individu lain yang tidak dibekali latar belakang pendidikan tinggi.
• Dalam penelitian Van de Ban (1963) di Belanda menemuan fakta bahwa apa yang dilakukan oleh pemuka pendapat cenderung diikuti oleh masyarakat. Pemuka pendapat mempunyai gradasi homofili yang lebih baik dibanding dengan pihak lain.Homofili artinya suatu tingkat dimana pasanga individu yang berinteraksi sepadan dalam hal tertentu, seperti suatu kepercayaan, nilai-nilai, pendidikan dan status sosial.Homofili
• MODEL ARUS KOMUNIKASI • Model-Model Aliran Komunikasi. ‘Model komunikasi’ merupakan konsep yang digunakan untuk menggambarkan alir pesan komunikasi berlangsung dari media kepada khalayak. Model komunikasi, membantu kita untuk memahami proses aliran pesan-pesan komunikasi massa sejak disebarluaskan melalui media massa hingga diperolehnya tanggapan dari mass audience.
• Dalam proses komunikasi dikenal empat model arus alir pesan, yakni model jarum injeksi (hypodermic needle model), model alir satu tahap (one step flow model), model alir dua tahap (two step flow model) dan model alir banyak tahap (multy step flow model). (Sardjono, 1989).
• a) Model Jarum Injeksi. • Secara substansial, model ini adalah one step flow, artinya arus komunikasi disampaikan secara satu arah saja (dari media massa kepada audience). Dasar pemikiran model ini adalah bahwa khalayak bersikap pasif terhadap berbagai macam informasi yang disebarkan/disiarkan media massa. • b) Model Aliran Satu Tahap. • Pesan model aliran satu tahap ini, media massa langsung berhubungan dengan audiencenya. Dengan kata lain, pesan yang disampaiakan mengalir tanpa ada perantara (audience bisa langsung mengaskes langsung media).
HOMOPHILY DAN HETEROPHILY • Difusi diidentifikasi sebagai jenis komunikasi khusus yang berhubungan dengan penyebaran inovasi. Pada teori Two-Step Flow, opinion leaders dan pengikutnya memiliki banyak kesamaan. Hal tersebut yang dipandang dalam riset difusi sebagaihomophily. Rogers mengemukakan bahwa “homophilyis the degree to witch pairs of individuals who intract are similar in certains attributes”, yang berarti derajat yang sama antara sepasang individu yang berinteraksi, atau tingkat dimana pasangan individu yang berinteraksi memiliki banyak kemiripan sosial,
• contohnya keyakinan, pendidikan, nilai-nilai, status sosial dan lain sebagainya.
• Mengapa Megawati dan Gus Dur dianggap sebagai pemimpin opini.
• Hubungan antara pemimpin opini dalam politik dengan masyarakat di Indonesia adalah sebagai berikut : • 1. Pemimpin opini sangat berpengaruh dalam mempengaruhi proses kebijakan politik di Indonesia. • 2. Pemimpin opini juga bisa menolak kebijakan pemerintah • 3. Pemimpin opini tidak boleh dipandang sebelah mata agar keinginan pemerintah terpenuhi. Maksudnya, pembangunan tidak akan berhasil jika pemerintah tidak mendapat dukungan penuh dari pemimpin opini. Malah sebaliknya pemimpin opini inilah kunci utama keberhasilan program pemerintah terutama di daerah pedesaan. • 3. Opinion Leader dalam Kehidupan Sosial.
DAFTAR PUSTAKA • Nurudin. Sistem Komunikasi Indonesia. 2004. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada. Panuju, Redi. 1997. Sistem Komunikasi Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. • Rogers, E.M. 1983 Diffusion of Innovation, dalam Zulkarimen Nasution, Komunikasi Pembangunan: Pengenal Teori dan Penerapannya, Edisi Revisi 6, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007. • Schramm, W. 1964 Mass Media and National Development: The Role of Information in Developing Countries, dalam Zulkarimen Nasution, Komunikasi Pembangunan: Pengenalan Teori dan Penerapannya, Edisi Revisi 6, Jakarta: Penerbit RajaGrafindo Persada, 2007. •
Terima Kasih RIKA YESSICA RAHMA,M.Ikom