MODUL PENDIDIKAN DAN LATIHAN PROFESI GURU (PLPG)
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Oleh : Prof. Dr. Sarwiji Suwandi, M.Pd.
PANITIA SERTIFIKASI GURU RAYON 113 UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013
MATERI PELATIHAN
A. Ihwal Penelitian Tindakan Kelas 1. Konsep Dasar PTK Untuk mengetahui konsep penelitian tindakan kelas (PTK)—yang di dalam bahasa Inggris disebut classroom action research (CAR)—secara jelas perlu dikemukakan
sejumlah
batasan
tentang
penelitian
tersebut.
Dave
Ebbutt,
sebagaimana dikutip Hopkins (1993), menyatakan bahwa penelitian tindakan adalah kajian sistematik tentang upaya meningkatkan mutu praktik pendidikan oleh sekelompok masyarakat melalui tindakan praktis yang mereka lakukan dan melalui refleksi atas hasil tindakan tersebut. Suharsimi Arikunto (2006) menjelaskan frasa penelitian tindakan kelas dari unsur kata pembentuknya, yakni penelitian, tindakan, dan kelas. Penelitian mengacu pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara atau aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti. Tindakan mengacu pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian tindakan kelas tindakan itu berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa. Kelas mengacu pada pengertian yang tidak terikat pada ruang kelas, tetapi pada pengertian yang lebih spesifik. Istilah kelas mengacu pada sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama. Kelas bukan wujud ruang, tetapi sekelompok peserta didik yang sedang belajar. Dengan demikian, penelitian tindakan kelas dapat dilakukan tidak hanya di ruang kelas, tetapi di mana saja tempatnya, yang penting ada sekelompok anak belajar. Pembelajaran dapat terjadi di laboratorium, di perpustakaan, di lapangan olahraga, di tempat kunjungan, atau tempat lain. Berdasarkan uraian di atas jelaslah bahwa dalam kegiatan penelitian tindakan, guru merupakan faktor utama yang harus memainkan perannya secara baik. Guru dituntut memiliki kepekaan terhadap setiap permasalahan dalam proses belajar 2
mengajar. Tanpa kepekaan itu guru sulit menemukan permasalahan yang layak untuk diteliti atau diperbaiki. Dan jika itu yang terjadi, maka sulit bagi guru untuk memperbaiki kinerjanya, terlebih memperbaiki sistem yang ada. Menurut Hopkins (1993), PTK memiliki karakteristik sebagai berikut (1) perbaikan proses pembelajaran dari dalam (an inquiry om practice from within); (2) usaha kolaboratif antara guru dan dosen (a collaborative effort between scholl teachers and teacher educators); dan (3) bersifat fleksibel (a reflective practice made public). Secara umum, menurut Rochman Natawidjaya (1977) tujuan penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut: (1) untuk menanggulangi masalah atau kesulitan dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang dihadapi guru dan tenaga kependidikan, terutama yang berkenaan dengan masalah pembelajaran dan pengembangan materi pengajaran; (2) untuk memberikan pedoman bagi guru atau administrator pendidikan di sekolah guna memperbaiki dan meningkatkan mutu kinerja atau mengubah sistem kerjanya agar menjadi lebih baik dan produktif; (3) untuk melaksanakan program latihan, terutama pelatihan dalam jabatan guru, yaitu sebagai salah satu strategi pelatihan yang bersifat inkuiri agar peserta lebih banyak menghayati dan langsung menerapkan hasil pelatihan tersebut; (4) untuk memasukkan unsur-unsur pembaruan dalam sistem pembelajaran yang sedang berjalan dan sulit untuk ditembus oleh pembaharuan pada umumnya; (5) untuk membangun dan meningkatkan mutu komunikasi dan interaksi antara praktisi (guru) dengan para peneliti akademis; dan (6) untuk perbaikan suasana keseluruhan sistem atau masyarakat sekolah, yang melibatkan administrasi pendidikan, guru, siswa, orang tua, dan pihak lain yang bersangkutan dengan pihak sekolah. Apabila tujuan-tujuan di atas dapat dicapai, maka guru akan memperoleh sekurang-kurangnya empat manfaat penting dari pelaksanaan PTK. Manfaat PTK meliputi (1) Guru dapat melakukan inovasi pembelajaran; (2) Guru dapat meningkatkan kemampuan reflektifnya dan mampu memecahkan permasalahan pembelajaran yang muncul; (3) Melalui PTK guru akan terlatih untuk
3
mengembangkan secara kreatif kurikulum di kelas atau sekolah; dan (4) Kemampuan reflektif guru serta keterlibatan guru yang dalam terhadap upaya inovasi dan pengembangan kurikulum pada akhirnya akan bermuara pada tercapainya peningkatan kemampuan profesionalisme guru. Berdasarkan pendapat di atas secara ringkas dapat disenaraikan prinsip PTK yaitu (1) Tidak mengganggu komitmen mengajar; (2) Tidak terlalu menyita waktu; (3) Masalah nyata dihadapi guru; (4) Dimulai dari hal-hal yang sederhana; (5) Metodenya andal, yaitu identifikasi dan rumusan hipotesis → meyakinkan dan strategi dapat diterapkan di kelas; (6) Pilihan tindakan dapat dilaksanakan; (7) Terikat oleh waktu (terencana); (8) Konsisten terhadap prosedur etika; (9) Berorientasi pada perbaikan masalah; (10) Proses belajar sistematik; (11) Guru perlu membuat jurnal untuk mencatat perubahan; dan (12) Guru memiliki kemampuan reflektif. Kegiatan belajar mengajar tidak mungkin terjadi hanya semata-mata karena ada unsur siswa dan guru. Kegiatan yang mereka lakukan tentu didasarkan pada tujuan tertentu yang telah ditetapkan dan untuk mencapai tujuan itulah diperlukan sejumlah komponen pembelajaran lainnya. Guru dan siapapun yang terlibat dalam proses pembelajaran harus memandang sesuatu selalu dalam keseluruhan dan dalam kaitan dengan unsur lain.. Komponen-komponen dari sebuah kelas adalah (1) siswa, (2) guru, (3) materi pelajaran, (4) media pembelajaran, (5) lingkungan pembelajaran, dan (6) manajemen sekolah, dan (7) hasil belajar. Dengan demikian, objek pengamatan dalam penelitian tindakan kelas tidak harus selalu ketika proses pembelajaran sedang berlangsung karena kelas bukan ruang, tetapi sekelompok siswa.
4
B. Tahapan dalam Penelitian Tindakan Kelas Terdapat beberapa model penelitian tindakan yang diusulkan oleh sejumlah tokoh, seperti model Kemmis dan McTanggart, model Elliot, model Ebbutt, dan model McKernan. Model-model tersebut dikembangkan dari pemikiran Kurt Lewin—orang yang dianggap sebagai penggagas awal penelitian tindakan. Kurt Lewin (dalam McNiff, 1992: 22) mengambarkan penelitian tindakan sebagai serangkaian langkah yang membentuk spiral. Setiap langkah memiliki empat tahap, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi (reflecting). Langkah-langkah itu dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini.
planning
reflecting
acting
observing Gambar 2. Model Dasar Penelitian Tindakan Kelas
Tahap-tahap di atas, yang membentuk satu siklus, dapat dilanjutkan ke siklus berikutnya dengan rencana, tindakan, pengamatan, dan refleksi ulang berdasarkan hasil yang dicapai pada siklus sebelumnya. Jumlah siklus dalam suatu penelitian tindakan bergantung pada apakah permasalahan penelitian yang dihadapi sudah dapat dipecahkan. Pengembangan terhadap model dasar tersebut dapat dilihat pada Gambar 2 di bawah ini.
5
ModelPTK PTK(pengembangan) (pengembangan) pengembangan) Model pengembangan) plan
plan act
reflect
reflect
observe
act
dst.
observe
Gambar 3. Model Dasar Penelitian yang Dikembangkan
2. Penetapan Fokus Masalah Penelitian a. Merasakan Adanya Masalah Hal yang sangat diperlukan agar Anda dapat menerapkan PTK sebagai upaya memperbaiki dan/atau meningkatkan layanan pembelajaran secara lebih profesional, Anda dituntut untuk berani mengatakan secara jujur mengenai beberapa sisi lemah yang masih terdapat dalam implementasi program pembelajaran yang Anda kelola. Dengan kata lain, Anda harus mampu merefleksi, merenung, berpikir balik, mengenai apa saja yang telah dilakukan dalam proses pembelajaran dalam rangka mengidentifikasikan sisi-sisi lemah yang mungkin ada. Dalam proses perenungan itu, terbuka peluang bagi Anda untuk menemukan kelemahan-kelemahan praktik pembelajaran yang selama ini mungkin Anda lakukan secara tanpa Anda sadari. Berdasarkan uraian di atas jelaslah bahwa permasalahan yang Anda angkat dalam PTK harus benar-benar merupakan masalah-masalah yang Anda hayati sebagai guru dalam praktik pembelajaran, bukan praktik yang disarankan, apalagi ditentukan oleh pihak luar termasuk oleh kepala sekolah yang menjadi mitra. Permasalahan tersebut dapat berangkat (bersumber) dari siswa, guru, bahan ajar, kurikulum, interaksi pembelajaran, dan hasil belajar siswa.
6
b. Identifikasi Masalah PTK Sebagaimana telah dijelaskan, penetapan arah PTK berangkat dari diagnosis terhadap keadaan yang bersifat umum. Anda pun dapat memulai proses penemuan permasalahan dengan bertolak pada gagasan-gagasan yang masih bersifat umum mengenai keadaan yang perlu diperbaiki. Menurut Hopkins (1993), untuk mendorong pikiran-pikiran dalam mengembangkan fokus PTK, kita bisa bertanya kepada diri sendiri, misalnya: (1) Apa yang sedang terjadi sekarang? (2) Apakah yang sedang terjadi itu mengandung permasalahan? (3) Apa yang bisa saya lakukan untuk mengatasinya?
Pada tahap ini yang paling penting adalah menghasilkan gagasan-gagasan awal mengenai permasalahan aktual yang Anda alami sebagai guru di kelas. Dengan berangkat dari gagasan-gagasan awal tersebut, Anda dapat berbuat sesuatu untuk memperbaiki keadaan dengan menggunakan PTK. Masalah yang Anda rasakan atau pernah Anda alami dapat Anda catat. Masalah dapat berasal dari guru, siswa, bahan ajar, kurikulum, interaksi pembelajaran, hasil belajar, media, dan sebagainya. Sering dijumpai betapa tidak mudahnya mengidentifikasi permasalahan. Jika hal ini terjadi, Anda dapat meminta bantuan pada sesama guru, berdiskusi dengan dosen mitra dan/atau melacak sumber-sumber kepustakaan yang relevan.
c. Analisis Masalah Setelah identifikasi masalah dapat dilakukan, Anda sebagai peneliti—secara individu atau bermitra dengan guru lain—melakukan analisis terhadap masalahmasalah tersebut untuk menentukan urgensi pengatasan. Dengan kegiatan tersebut akan dapat ditemukan permasalahan yang sangat mendesak untuk diatasi. Tidak perlu ditekankan lebih kuat lagi bahwa analisis masalah perlu dilakukan secara cermat sebab keberhasilan pada tahap analisis masalah akan menentukan keberhasilan
7
keseluruhan pelaksanaan PTK. Jika PTK berhasil dilaksanakan dengan membawa kemanfaatan yang dapat Anda rasakan dan dapat dirasakan pula oleh sekolah (intrinsically rewarding), keberhasilan ini akan menjadi motivasi bagi Anda untuk meneruskan usaha di masa-masa yang akan datang. Di samping itu, temuan-temuan yang dihasilkan melalui PTK itu akan menarik bagi guru lain yang belum mengikuti program PTK untuk juga mencoba melaksanakannya.
d. Perumusan Masalah Setelah menetapkan fokus permasalahan serta menganalisisnya menjadi bagian-bagian yang lebih kecil, selanjutnya Anda perlu merumuskan permasalahan secara lebih jelas, spesifik, dan operasional. Perumusan masalah yang jelas akan membuka peluang bagi Anda untuk menetapkan tindakan perbaikan (alternatif solusi) yang perlu dilakukannya, jenis data yang perlu dikumpulkan termasuk prosedur perekamannya serta cara menginterpretasikannya, khususnya yang perlu dilakukan sementara tindakan perbaikan dilaksanakan dan data mengenai proses dan/atau hasilnya itu direkam. Di samping itu, penetapan tindakan perbaikan yang akan dilakukan itu juga memberikan arahan kepada Anda untuk melakukan berbagai persiapan termasuk yang berbentuk pelatihan guna meningkatkan keterampilan untuk melakukan tindakan perbaikan yang dimaksud.
3. Perencanaan Tindakan a. Formulasi solusi dalam bentuk hipotesis tindakan Alternatif tindakan perbaikan juga dapat dilihat sebagai hipotesis dalam arti mengindikasikan dugaan mengenai perubahan dalam arti perbaikan yang bakal terjadi jika suatu tindakan dilakukan. Misalnya, Jika kebiasaan membaca ditingkatkan melalui penugasan mencari kata atau istilah serapan, perbendaharaan kata akan meningkat rata-tara 10% setiap bulannya. Dari contoh ini, hipotesis tindakan merupakan tindakan yang diduga akan dapat memecahkan masalah yang ingin diatasi dengan penyelenggaraan PTK.
8
Agar dapat menyusun hipotesis tindakan dengan tepat, Anda dapat melakukan kegiatan berikut ini. (1) Pengkajian teoretik di bidang pembelajaran/pendidikan. (2) Pengkajian hasil-hasil penelitian yang relevan dengan permasalahan. (3) Diskusi dengan rekan sejawat, pakar pendidikan, peneliti lain, dan sebagainya. (4) Pengkajian pendapat dan saran pakar pendidikan khususnya yang dituangkan dalam bentuk program. (5) Perefleksian pengalaman Anda sebagai guru.
b. Analisis kelaikan hipotesis tindakan Setelah diperoleh gambaran awal mengenai sejumlah hipotesis tindakan saelanjutnya Anda perlu melakukan pengkajian terhadap kelaikan dan masing-masing hipotesis tindakan itu dari segi “jarak” yang terdapat antara situasi nyata dengan situasi ideal yang dijadikan rujukan. Jika terdapat jarak yang terlalu jauh di antara keduanya sehingga dalam praktik akan sulit untuk mengupayakan perwujudannya, tindakan yang dilakukan tidak akan membuahkan hasil yang optimal (Imam dkk, 2004). Berdasarkan pada kondisi dan situasi yang dipersyaratkan perwujudannya tindakan yang dilakukan dalam rangka PTK harus diterapkan sedemikian sehingga masih ada dalam batas-batas kemampuan guru serta dukungan fasilitas yang tersedia di sekolah maupun kemampuan rata-rata siswa untuk “mencernakannya”. Dengan kata lain, sebagai aktor PTK, guru hendaknya cukup realistis dalam menghadapi kenyataan keseharian dunia sekolah tempat ia berada dan melaksanakan tugasnya. Hipotesis tindakan harus dapat diuji secara empirik. Itu berarti bahwa baik proses
“implementasi”
tindakan
yang
dilakukan
maupun
dampak
yang
diakibatkannya dapat diamati oleh guru yang merupakan aktor dalam PTK maupun mitra kerjanya. Sebagian dan gejala-gejala yang dapat diamati itu dapat dinyatakan dengan angka-angka namun sebagian lagi hanya dapat diberikan secara kualitatif.
9
Namun, yang paling penting gejala-gejala tersebut harus dapat diverifikasi oleh pengamat lain, apabila diperlukan (Imam dkk., 2004).
c. Persiapan Tindakan Sebelum PTK dilaksanakan, tim PTK perlu melakukan berbagai persiapan sehingga semua komponen yang direncanakan dapat dikelola dengan baik. Langkahlangkah persiapan yang perlu ditempuh itu sebagai berikut: (1) membuat skenario pembelajaran yang berisikan langkah-langkah yang dilakukan guru di samping bentuk-bentuk kegiatan yang dilakukan siswa dalam rangka implementasi tindakan perbaikan yang telah direncanakan; (2) mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas, seperti gambar-gambar dan alat-alat peraga; (3) mempersiapkan cara merekam dan menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan perbaikan, kalau perlu juga dalam bentuk pelatihan-pelatihan; dan (4) melakukan
simulasi
pelaksanaan
tindakan
perbaikan
untuk
menguji
keterlaksanaan rancangan sehingga dapat menumbuhkan serta mempertebal kepercayaan diri dalam pelaksanaan yang sebenarnya. Sebagai aktor PTK, guru harus terbebas dari rasa takut gagal dan takut berbuat kesalahan.
4. Pelaksanaan Tindakan dan Observasi-Interpretasi Sebagaimana telah dikemukakan pada bagian terdahulu, sangatlah beralasan untuk beranggapan bahwa PTK dilakukan oleh seorang guru atas prakarsanya sendiri, meskipun memang terbuka peluang bagi pelaksana PTK secara kolaboratif itu berarti bahwa observasi yang dilakukan oleh guru sebagai aktor PTK tidak dapat digantikan oleh pengamat luar atau oleh sarana perekam, betapapun canggihnya. Dengan kata lain, penyaturagaan implementasi tindakan dan observasiinterpretasi proses dan hasil implementasi tindakan tersebut terjadi karena keduanya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam tindakan alamiah pembelajaran.
10
a. Pelaksanaan Tindakan Jika semua tindakan persiapan telah selesai, skenario tindakan perbaikan yang telah direncanakan itu dapat Anda laksanakan dalam situasi yang aktual. Kegiatan pelaksanaan tindakan perbaikan ini nmerupakan tindakan pokok dalam siklus PTK, dan sebagaimana telah diisyaratkan di atas, pada saat yang bersamaan kegiatan pelaksanaan ini juga disertai dengan kegiatan observasi dan interpretasi serta diikuti dengan kegiatan refleksi. Observasi dan interpretasi memang lazim dalam konteks supervisi pengajaran, tetapi sebagaimana diisyaratkan pada bagian terdahulu dan kembali ditekankan di atas. PTK bukan supervisi pengajaran, meskipun memang mungkin saja dalam PTK juga tergelar dimensi supervisi pengajaran. Dalam konteks PTK, supervisi pengajaran yang berpeluang terjadi adalah supervisi kesejawatan (peer supervision). Dengan kata lain, berbeda dengan konteks supervisi pada umumnya. Dalam supervisi umum, tata hubungan bersifat subordinatif, sebaliknya dalam konteks PTK terdapat keterlibatan dua pihak yang setara sehingga mekanisme yang tergelar lebih menyerupai interaksi kesejawatan ( peer to peer).
b. Observasi dan Interpretasi Observasi adalah segala upaya merekam segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama tindakan perbaikan itu berlangsung dengan atau tanpa alat bantu. Yang penting dicatat pada kesempatan ini adalah kadar interpretasi yang terlibat dalam rekaman hasil observasi. Sesuai dengan hakikat data yang dikehendaki observasi harus dilakukan secara bersamaan dengan interpretasi. Sebagai contoh, interpretasi itu perlu dilakukan pada saat yang bersamaan dengan pelaksanaan observasi seperti yang lazim diperlukan dalam mengamati dan/atau tindakan profesional Anda dalam interaksi pembelajaran. Observasi semacam ini dinamakan observasi yang berinferensi tinggi (high-inference observation) yang merupakan pendekatan interpretatif dalam observasi yang digunakan dalam rangka penerapan alat penilai
11
kemampuan guru (APKG) sebagai piranti penyusunan pengumpulan data mengenai kinerja calon guru dalam pelaksanaan PPL.
c. Diskusikan Balikan Meskipun dirujuk supervisi klinis dalam menetapkan observasi PTK, perlu diingat kekhasannya, yaitu observasi oleh dan untuk sejawat (Hopkins: 1993). Dalam observasi kejawatan ini mitra pengamat dapat menggelar berbagai fungsi sesuai dengan kebutuhan yang kontekstual, melakukan pengamatan secara umum, memusatkan perhatian pada suatu fokus, secara langsung melakukan semacam verifikasi kepada siswa untuk pada saat-saat yang tepat sementara kegiatan pembelajaran berlangsung, dan/atau mencatat sesuatu kejadian penting yang mungkin luput dari perhatian guru sebagai aktor tindakan perbaikan. Observasi kelas akan memberikan manfaat apabila pelaksanaannya diikuti dengan diskusi balikan (review discussion). Balikan yang terburuk adalah yang terlalu dipusatkan pada kekurangan dan/atau kesalahan guru aktor tindakan perbaikan, diberikan secara satu arah,
yaitu dari pengamat kepada guru, yang
bertolak dari kesan-kesan yang kurang didukung data, dan/atau dilaksanakan terlalu lama setelah observasi dilakukan (Imam dkk., 2004).
5. Analisis dan Refleksi Salah satu ciri khas profesionalitas adalah dilakukannya pengambilan keputusan ahli sebelum, sementara, dan sesudah tindakan layanan ahli dilaksanakan. Dengan bermodalkan kemampuan dan wawasan kependidikan. Anda dapat membuat rancangan pembelajaran berdasarkan serentetan keputusan situasional dengan menggunakan apa yang telah belajar dari titik berangkat (Imam, 2004). Lebih lanjut dijelaskan oleh Imam dkk. (2004) bahwa untuk dapat melakukan secara efektif, pengambilan keputusan sebelum, sementara, dan setelah program pembelajaran dilaksanakan, Anda sebagai guru dan terlebih–lebih ketika juga berperan sebagai pelaksanaan PTK, melakukan refleksi. Artinya, Anda merenungkan
12
secara intens apa yang telah terjadi dan tidak terjadi, mengapa segala sesuatu terjadi dan/atau tidak terjadi, serta menjajaki alternatif-alternatif solusi yang perlu dikaji, dipilih, dan dilaksanakan untuk dapat mewujudkan apa yang dikehendaki. Secara teknis, refleksi dilakukan dengan melakukan analisis dan sintesis, di samping induksi dan deduksi. Suatu proses analitik terjadi jika objek kajian diuraikan menjadi bagianbagian, serta dicermati unsur-unsurnya. Sementara itu, suatu proses sintetik terjadi apabila berbagai unsur objek kajian yang telah diuraikan tersebut dapat ditemukan kesamaan esensinya secara konseptual sehingga dapat ditampilkan sebagai suatu kesatuan.
a. Analisis Data Berbeda dari interpretasi data hasil tiap observasi yang dijadikan bahan tiap diskusi balikan sebagai tindak lanjut dan suatu observasi sebagaimana telah digunakan sebelumnya, menurut Imam dkk. (2004), analisis data dalam rangka refleksi setelah implementasi suatu paket tindakan perbaikan mencakup proses dan dampak seperangkat tindakan perbaikan dalam suatu siklus PTK sebagai keseluruhan. Dalam hubungan ini analisis data adalah proses menyeleksi, menyederhanakan, memfokuskan, mengabstraksikan, mengorganisasikan data secara sistematik dan rasional untuk menampilkan bahan-bahan yang dapat digunakan untuk menyusun jawaban terhadap tujuan PTK. Lebih lanjut dijelaskan bahwa analisis data dilakukan melalui tiga tahap, yaitu reduksi data, paparan data, dan penyimpulan. Reduksi data adalah proses penyederhanaan yang dilakukan melalui seleksi, pemfokusan dan pengabstraksian data mentah menjadi informasi yang bermakna. Paparan data adalah proses penampilan data secara sederhana dalam bentuk paparan naratif, representasi tabular termasuk dalam format matriks, representasi grafis, dan sebagainya. Penyimpulan adalah proses pengambilan intisari dan sajian data yang telah terorganisasi tersebut dalam bentuk pernyataan kalimat dan/atau formula yang singkat dan padat, tetapi mengandung pengertian yang luas.
13
b. Refleksi Refleksi dalam PTK adalah upaya untuk mengkaji apa yang telah dan/atau tidak terjadi, apa yang telah dihasilkan atau yang belum berhasil dituntaskan oleh tindakan perbaikan yang telah dilakukan. Hasil refleksi itu digunakan untuk menetapkan langkah lebih lanjut dalam upaya mencapai tujuan PTK. Dengan perkataan lain, refleksi merupakan pengkajian terhadap keberhasilan atau kegagalan dalam pencapaian tujuan sementara dan untuk menentukan tindak lanjut dalam rangka mencapai tujuan akhir yang mungkin ditetapkan dalam rangka pencapaian berbagai tujuan sementara lainnya. Apabila dicermati, dalam proses refleksi tersebut dapat ditemukan komponen-komponen sebagai berikut.
ANALISIS
PEMAKNAAN
PENJELASAN
PENYUSUNAN SIMPULAN IDENTIFIKASI TINDAK LANJUT
Gambar 4. Proses Refleksi dalam Penelitian
6. Perencanaan Tindak Lanjut Hasil analisis dan refleksi akan menentukan apakah tindakan yang telah dilaksanakan dapat mengatasi masalah yang memicu penyelenggaraan PTK atau belum. Jika hasilnya belum memuaskan atau masalahnya belum terselesaikan, maka dilakukan tindakan perbaikan lanjutan dengan memperbaiki tindakan perbaikan sebelumnya atau, dengan menyusun tindakan perbaikan yang betul-betul baru untuk mengatasi masalah yang ada.
14
Jika
masalah
yang
diteliti
belum
tuntas
atau
belum
memuaskan
pengatasannya, maka PTK harus dilanjutkan pada siklus ke-2 dengan prosedur yang sama seperti pada siklus ke-1, yaitu perumusan masalah, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan interpretasi, dan analisis-refleksi. Jika pada siklus ke-2 ini permasalahannya sudah terselesaikan (memuaskan), maka tidak perlu dilanjutkan dengan siklus ke-3. Namun, Jika pada siklus ke-2 masalahnya belum terselesaikan, maka perlu dilanjutkan dengan siklus ke-3, dan seterusnya.
C. Penyusunan Proposal Penelitian Kegiatan penelitian dimulai dengan membuat rencana. Rencana itu disebut usulan penelitian atau yang lazim disebut proposal penelitian. Proposal penelitian merupakan cetak biru (blue print) dari sebuah penelitian. Untuk dapat menyusun proposal penelitian dengan baik perlu dipahami terlebih dahulu komponen-komponen proposal. Proposal Penelitian Tindakan Kelas pada umumnya terdiri atas komponenkomponen sbb.: Judul Pengesahan (jika perlu) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Perumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori B. Kerangka Berpikir C. Hipotesis Tindakan III. METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian B. Subjek Penelitian
15
C. Data dan Sumber Data D. Teknik Pengumpulan Data E. Validitas Data F. Teknik Analisis Data G. Indikator Kinerja/Keberhasilan H. Prosedur Penelitian DAFTAR PUSTAKA
Berdasarkan sistematika di atas, berikut ini Anda dapat mengikuti uraian singkat tiap-tiap komponen tersebut.
1. Judul Penelitian Judul proposal memuat pernyataan yang jelas tentang permasalahan yang diteliti (misal: peningkatan kemampuan menulis siswa) dan bentuk tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut (misal: penerapan strategi komposisi terkendali dan terarah). Meminjam istilah dalam penelitian kuantitatif, permasalahan yang diteliti (Y) dan bentuk tindakan untuk mengatasi permasalahan (X). Judul hendaknya dikemukakan secara singkat, spesifik, jelas, dan mensugesti ketertarikan pembaca (mengorak pesona). Penjudulan yang baik akan menarik pembaca untuk membaca lebih jauh isi proposal penelitian tersebut.
Contoh Judul PTK: PENERAPAN STRATEGI KOMPOSISI TERKENDALI DAN TERARAH UNTUK MENINGKATKAN KAMAMPUAN MENULIS SISWA (Penelitian Tindakan Kelas di SMP Negeri 10 Surakarta) 2. Pendahuluan a. Latar Belakang Masalah Penelitian dilakukan untuk memecahkan permasalahan pembelajaran di kelas. Kemukakan hal-hal yang mendorong atau argumentasi pentingnya dilakukan
16
penelitian. Mengapa sesuatu itu dipermasalahkan dan akan diteliti. Uraikan proses yang terjadi—yang dilakukan guru atau antara guru dan guru atau antara guru dan dosen—dalam mengidentifikasi permasalahan penelitian. Dalam bagian ini perlu dikemukakan kondisi nyata (baik siswa maupun guru), kondisi yang seharusnya atau diharapkan (baik siswa maupun guru), masalah nyata (adanya kesenjangan antara kenyataan yang ada dengan kondisi yang seharusnya atau diharapkan). Kemukakan data-data atau fakta-fakta yang ditemukan di lapangan (kelas atau sekolah), baik dari refleksi guru itu sendiri, pengamatan terhadap kegiatan KBM, wawancara dengan siswa atau guru, analisis berbagai dokumen yang relevan, dan sebagainya. Sejalan dengan masalah yang telah Anda kemukakan kemukakan tindakan untuk mengatasi masalah tersebut. Untuk lebih meyakinkan bahwa pilihan tindakan yang Anda ajukan memiliki pijakan ilmiah sedapat mungkin cerahi dengan kerangka teoretik dari studi pustaka.
b. Perumusan Permasalahan Permasalahan merupakan bagian terpenting dalam sebuah proposal penelitian. Permasalahan adalah pertanyaan (-pertanyaan) yang jawabannya ingin dikaji melalui penelitian. Permasalahan hendaknya dirumuskan secara jelas dan rinci dan sebaiknya dalam bentuk pertanyaan. Hendaknya diingat bahwa permasalahan yang akan dikaji merupakan permasalahan nyata yang terdapat di kelas atau sekolah. Oleh karena itu, variabel yang akan diakaji harus diungkapkan secara jelas dan demikian pula hubungan antarvariabel yang dikaji. Dengan perkataan lain, dalam perumusan masalah, hendaknya tergambar permasalahan dan tindakan yang bakal dilakukan. Contoh: (1) Bagaimanakah penerapan strategi komposisi terkendali dan terarah untuk meningkatkan kemampuan menulis? (2) Apakah penerapan strategi komposisi terkendali dan terarah dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis?
17
(3) Apakah penerapan strategi komposisi terkendali dan terarah dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa? Penentuan
permasalahan
penelitian
memerlukan
kehati-hatian
dan
kecermatan. Harus disadari oleh peneliti bahwa tidak semua masalah keilmuan yang dihadapi dan telah diidentifikasi akan dijamin sebagai masalah yang layak dan sesuai untuk diteliti. Peneliti perlu memperhatikan hal-hal berikut ini. (1) Kemanfaatan hasil penelitian, yaitu seberapa jauh penelitian terhadap suatu masalah tersebut akan memberikan sumbangan pada khasanah teori ilmu pengetahuan atau pada pemecahan masalah-masalah praktis. (2) Kriteria pengetahuan yang dipermasalahkan, yaitu (a) mempunyai khasanah keilmuan yang dapat dipakai untuk pengajuan hipotesis dan (b) memiliki kemungkinan mendapatkan sejumlah fakta empirik yang diperlukan guna pengujian hipotesis. (3) Persyaratan dari segi peneliti, yaitu seberapa jauh kemampuan si peneliti untuk melakukan penelitian. Hal ini setidak-tidaknya menyangkut lima faktor: biaya, waktu, alat dan bahan, bekal kemampuan teoretis peneliti, dan penguasaan peneliti terhadap metode penelitian yang akan digunakannya.
c. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian menyatakan target tertentu yang akan diperoleh dari kegiatan penelitian yang direncanakan. Tujuan penelitian harus dinyatakan secara spesifik dalam pernyataan yang jelas. Kemukakan secara singkat tujuan penelitian sesuai dengan permasalahan penelitian yang telah diidentifikasi dan dirumuskan. Tujuan umum dan khusus dikemukakan secara jelas sehingga dapat diukur tingkat pencapaian keberhasilannya. Contoh: Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mendeskripsikan dan menjelaskan penerapan strategi komposisi terkendali dan terarah untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa.
18
(2) meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis melalui penerapan strategi komposisi terkendali dan terarah. (3) meningkatkan kemampuan menulis siswa melalui penerapan strategi komposisi terkendali dan terarah.
d. Kontribusi Penelitian Kontribusi atau kegunaan penelitian menyatakan manfaat yang dapat dipetik dari pemecahan masalah yang didapat dari hasil penelitian. Uraikan kontribusi atau kegunaan penelitian pada proses belajar mengajar dan inovasi yang akan dihasilkan dalam penelitian ini dalam memecahkan masalah. Kemukakan manfaat teoretis (kepentingan ilmiah) dan manfaat praktis (kepentingan terapan). Berkenaan dengan manfaat praktis, kemukakan, misalnya, manfaat untuk siswa, guru, dan sekolah.
3. Tinjauan Pustaka Tinjauan pustaka menguraikan teori, temuan, dan bahan penelitian lain yang diperoleh dari acuan (buku atau jurnal-jurnal ilmiah), yang dijadikan landasan untuk melakukan penelitian yang diusulkan. Kemukakan kajian teori yang relevan dengan variabel masalah maupun variabel tindakan. Berdasarkan urutan, kemukakan terlebih dahulu kajian teori yang gayut dengan variabel masalah dan baru kemudian kajian teori yang gayut dengan variabel tindakan. Sejalan dengan contoh judul yang telah dikemukakan, peneliti menguraikan kajian teori tentang Kemampuan Menulis dan selanjutnya teori tentang Strategi Kompoisisi Terkendali dan Terarah. Uraian dalam Tinjauan Pustaka dibawa untuk menyusun kerangka atau konsep yang akan digunakan dalam penelitian. Dalam hubungan ini hendaknya diusahakan pustaka yang relevan dan terbaru. Dengan demikian, dalam bagian ini hendaknya dikemukakan hipotesis tindakan. Dalam landasan teori perlu dikemukakan deskripsi teori dan kerangka berpikir sehingga selanjutnya dapat dirumuskan hipotesis.
19
a. Deskripsi Teori Deskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang teori (dan bukan sekadar pendapat pakar atau penulis buku) dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang diteliti. Berapa jumlah kelompok teori yang perlu dikemukakan atau dideskripsikan akan bergantung pada luasnya permasalahan dan secara teknis bergantung pada jumlah variabel yang diteliti. Oleh karena itu, makin banyak variabel yang diteliti, maka akan makin banyak teori yang perlu dikemukakan. Deskripsi teori paling tidak berisi tentang penjelasan terhadap variabelvariabel yang diteliti melalui pendefinisian, dan uraian yang lengkap dan mendalam dari berbagai referensi sehingga ruang lingkup, kedudukan dan perdiksi terhadap hubungan antarvariabel yang akan diteliti akan menjadi lebih jelas dan terarah. Teori-teori yang dideskripsikan dalam proposal maupun laporan penelitian dapat digunakan sebagai indikator apakah peneliti menguasai teori dan konteks yang diteliti atau tidak. Variabel-variabel penelitian yang tidak dapat dijelaskan dengan baik, baik dari segi pengertian maupun kedudukan dan hubungan antarvariabel yang diteliti, menunjukkan bahwa peneliti tidak menguasai teori dan konteks penelitian. Untuk menguasai teori maupun generalisasi-generalisasi dari hasil penelitian, peneliti harus rajin membaca. Orang harus rajin membaca dan menelaah yang dibaca itu setuntas-tuntasnya agar ia dapat menegakkan landasan yang kokoh bagi langkahlangkah berikutnya. Untuk dapat membaca dengan baik, peneliti harus mengetahui sumber-sumber bacaan. Sumber-sumber bacaan dapat berupa buku-buku teks, kamus (khususnya kamus istilah), ensiklopedia, jurnal ilmiah, internet, dan hasil-hasil penelitian. Sumber bacaan yang baik harus memenuhi tiga kriteria, yaitu relevansi, kelengkapan, dan kemutakhiran (kecuali penelitian sejarah, penelitian ini justru menggunakan sumber-sumber yang lama). Relevansi berkenaan dengan kecocokan antara variabel yang diteliti dengan teori yang dikemukakan, kelengkapan berkenaan
20
dengan banyaknya sumber yang dibaca, kemutakhiran berkenaan dengan dimensi waktu. Makin baru sumber yang digunakan, makin mutakhir teori tersebut.
b. Kerangka Berpikir Kerangka berpikir atau kerangka pemikiran yang baik akan menjelaskan secara teoretis pertautan antarvariabel yang akan diteliti. Pertautan antarvariabel tersebut selanjutnya dirumuskan ke dalam bentuk paradigma penelitian. Oleh karena itu, pada setiap penyusunan paradigma penelitian harus didasarkan pada kerangka berpikir. Kerangka berpikir yang baik antara lain memuat (1) variabel-variabel yang akan diteliti harus dijelaskan dan (2) diskusi dalam kerangka berpikir harus dapat menunjukkan dan menjelaskan pertautan/hubungan antarvariabel yang diteliti dan ada teori yang mendasari. Dalam PTK, berdasarkan kajian teori yang telah dilakukan, penyusun proposal harus mampu menjelaskan bahwa bentuk tindakan yang akan dilakukan dapat mengatasi permasalahan.
c. Perumusan Hipotesis Perumusan hipotesis penelitian merupakan langkah ketiga dalam penelitian, setelah peneliti mengemukakan landasan teori dan kerangka berpikir. Tetapi perlu diketahui bahwa tidak semua penelitian harus merumuskan hipotesis. Penelitian yang bersifat eksploratif dan sering juga dalam penelitian deskriptif tidak perlu merumuskan hipotesis Berdasarkan uraian di atas jelaslah bahwa tinjauan pustaka menguraikan teori, temuan, dan bahan penelitian lain yang diperoleh dari acuan (buku atau jurnal-jurnal ilmiah), yang dijadikan landasan untuk melakukan penelitian yang diusulkan. Uraian dalam tinjauan pustaka dibawa untuk menyusun kerangka atau konsep yang akan digunakan dalam penelitian. Berdasarkan teori dan kerangka berpikir itulah selanjutnya dikemukakan hipotesis tindakan atau hipotesis kerja. Contoh:
21
Penerapan strategi komposisi terkendali dan terarah dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis. Penerapan strategi komposisi terkendali dan terarah dapat meningkatkan kemampuan menulis siswa.
4. Metode Penelitian Untuk mencapai tujuan penelitian dan memperoleh manfaat penelitian sebagaimana yang telah dirumuskan perlu dipilih metode penelitian yang tepat. Sebagaimana telah dikemukakan bahwa komponen-komponen yang tercakup dalam metode penelitian meliputi setting penelitian, subjek penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik pemeriksaan validitas data, teknik analisis data, indikator kinerja, dan prosedur penelitian. Uraian berikut ini akan menjelaskan komponen-komponen tersebut secara singkat.
a. Setting Penelitian Setting penelitian mengacu pada waktu dan tempat penelitian dilakukan. Contoh: Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 10 Surakarta. Pemilihan tempat itu didasarkan pada pertimbangan (1) .......... , (2) ........, dsb. Penelitian ini berlangsung selama tiga bulan, yaitu September sampai dengan November 2003. Rincian kegiatan penelitian tersebut adalah sbb.: persiapan penelitian, koordinasi persiapan tindakan, pelaksanaan (perencanaan, tindakan, monitoring dan evaluasi, dan refleksi), penyusunan laporan penelitian, seminar hasil penelitian, penyempurnaan laporan berdasarkan masukan seminar, serta penggandaan dan pengiriman laporan penelitian.
b. Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah siswa dan guru yang terlibat dalam pelaksanaan pembelajaran. Hal ini sangat bergantung pada setting penelitian dan peneliti. Jika
22
peneliti melakukan penelitian PTK di kelas yang diampunya, maka subjek penelitian adalah siswa di kelas itu. Namun, jika seorang peneliti melaukan PTK di kelas yang tidak diampunya dan peneliti tersebut melibatkan guru kelas sebagai kolaborator, maka subjek penelitiannya meliputi siswa dan guru (guru kelas atau guru mata pelajaran). Contoh: Subjek penelitian tindakan ini adalah siswa kelas VII F SMP Negeri 10 Surakarta. Siswa kelas VII F berjumlah 35 orang, yang terdiri atas 20 siswa perempuan dan 15 siswa laki-kali. Contoh lain: Subjek penelitian tindakan ini adalah siswa dan guru Bahasa Indonesia SMP Negeri 10 Surakarta. Siswa yang dijadikan subjek penelitian ini adalah siswa kelas III F. Dengan perkataan lain, kelas III F ditetapkan sebagai setting kelas. Sementara itu, guru BI yang dijadikan subjek penelitian ini adalah Sy.
c. Data dan Sumber Data Pada bagian ini hendaknya dikemukakan jenis data apa saja yang dibutuhkan serta sumber data tersebut. Jenis data yang dijelaskan disesuaikan dengan fokus penelitian. Contoh: Data penelitian yang dikumpulkan berupa informasi tentang proses pembelajaran menulis, kemampuan siswa dalam menulis, motivasi siswa dalam menulis,
serta kemampuan guru dalam menyusun rencana pembelajaran dan
melaksanakan pembelajaran (termasuk penggunaan strategi pembelajaran) di kelas. Data penelitian itu dikumpulkan dari berbagai sumber yang meliputi: (1) Informan atau nara sumber, yaitu siswa dan guru. (2) Tempat dan peristiwa berlangsungnya aktivitas pembelajaran mengarang dan aktivitas lain yang bertalian.
23
(3) Dokumen atau arsip, yang antara lain berupa Kurikulum, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, hasil karangan siswa, dan buku penilaian.
d. Teknik Pengumpulan Sejalan dengan data yang akan dikumpulkan serta sumber data yang ada selanjutnya dikemukakan teknik pengumpulan data. Contoh: Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data di atas meliputi pengamatan, wawancara atau diskusi, kajian dokumen, angket, dan tes yang masingmasing secara singkat diuraikan berikut ini. (1) Pengamatan (2) Wawancara atau diskusi (3) Kajian dokumen (4) Angket (5) Tes e.
Teknik Pemeriksaan Validitas Data Suatu informasi yang akan dijadikan data penelitian perlu diperiksa
validitasnya sehingga data tersebut dapat dipertanggungjawabkan dan dapat dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik simpulan. Teknik yang digunakan untuk memeriksa validitas data antara lain adalah triangulasi dan review informan kunci. Triangulasi adalah teknik pemeriksanaan validitas data dengan memanfaatkan sarana di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembandingan data itu (Lexy J. Moleong, 1995: 178). Teknik triangulasi yang digunakan antara lain berupa triangulasi sumber data dan triangulasi metode pengumpulan data. Misalnya, untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam kegiatan mengarang dan faktor-faktor penyebabnya, peneliti melakukan hal-hal berikut: (1) memberikan tes mengarang dan selanjutnya menganalisis hasil karangan itu untuk mengidentifikasi kesalahan yang masih mereka buat dan (2) melakukan wawancara dengan guru untuk mengetahui pandangan guru tentang hambatan-hambatan yang dialami siswa dalam
24
mengarang, fasilitas pembelajaran yang dimiliki atau tidak dimiliki sekolah, kegiatan pembelajaran mengarang di kelas, penilaian yang dilakukan guru, dan sebagainya. Review informan kunci adalah mengkonfirmasikan data atau interpretasi temuan kepada informan kunci sehingga diperoleh kesepakatan antara peneliti dan informan tentang data atau interpretasi temuan tersebut. Hal ini dilakukan melalui kegiatan diskusi antartim peneliti setelah kegiatan pengamatan maupun kajian dokumen. f. Teknik Analisis Data Teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis data-data yang telah berhasil dikumpulkan antara lain dengan teknik deskriptif komparatif (statistik deskriptif komparatif) dan teknik analisis kritis. Taknik statistik deskriptif komparatif digunakan untuk data kuantitatif, yakni dengan membandingkan hasil antarsiklus. Peneliti membandingkan hasil sebelum penelitian dengan hasil pada akhir setiap siklus. Misal: membandingkan rerata nilai kemampuan menulis siswa pada kondisi sebelum tindakan, setelah siklus I, setelah siklus II, dan seterusnya. Teknik analisis kritis berkaitan dengan data kualitatif. Teknik analisis kritis mencakup kegiatan untuk mengungkap kelemahan dan kelebihan kinerja siswa dan guru dalam proses belajar mengajar berdasarkan kriteria normatif yang diturunkan dari kajian teoretis maupun dari ketentuan yang ada. Hasil analisis tersebut dijadikan dasar dalam menyusun perencanaan tindakan untuk tahap berikutnya sesuai dengan siklus yang ada. Analisis data dilakukan bersamaan dan/atau setelah pengumpulan data.
g. Indikator Kinerja Pada bagian ini perlu dikemukakan atau dirumuskan indikator sebagai tolok ukur keberhasilan penelitian yang dilakukan. Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian. Contoh: Peningkatan kemampuan menulis siswa.
25
Misalnya: Anak yang memperoleh nilai 7,5 lebih dari 80 % Nilai rata-rata menulis siswa meningkat (dari 65 menjadi 70)
h. Prosedur Penelitian Penelitian tindakan kelas pada umumnya dilakukan dalam beberapa siklus, misalnya tiga siklus. Oleh karena itu, perlu digambarkan rancangan tindakan pada masing-masing siklus.
D. Penyusunan Laporan Penelitian Tujuan penulisan laporan penelitian adalah untuk mengomunikasikan hasilhasil penelitian kepada pihak lain. Selain itu, laporan penelitian dimaksudkan sebagai bentuk pertanggungjawaban peneliti kepada pihak tertentu atas proses dan hasil penelitian yang telah dilakukan. Berkenaan itu, peneliti haruslah menyadari untuk siapakah laporan penelitian itu ditulis atau disampaikan. Jawaban terhadap pertanyaan ini mempengaruhi hampir semua bagian atau aspek dalam laporan penelitian. Laporan yang ditulis dan ditujukan
kepada lembaga pemberi dana
penelititan tentu harus disusun sesuai dengan format dan segala ketentuan yang digariskan. Lain lagi kalau laporan itu berupa skripsi, tesis atau disertasi yang ditulis orang seorang mahasiswa. Laporan penelitian yang ditulis dalam bentuk artikel untuk sebuah jurnal ilmiah tentu berbeda dengan artikel yang disusun dalam bentuk makalah, buku, atau yang akan dipublikasikan di surat kabar atau majalah. Laporan penelitian pada umumnya ditulis setelah peneliti merampungkan semua proses pengumpulan data serta menganalisis data tersebut. Cara kerja demikian dapat dikatakan kurang efisien. Peneliti hendaknya mempersiapkan proses penyusunan laporan sejak kegiatan penelitian dimulai. Sehubungan dengan itu, peneliti perlu merancang garis besar laporan bersamaan waktunya dengan pada waktu ia mengajukan desain penelitian.
26
Laporan penelitian biasanya terdiri atas tiga bagian, bagian awal (preliminary), bagian pokok, dan bagian akhir. Namun, aspek-aspek yang tercakup dalam masing-masing bagian tersebut bisa bervariasi. Hal itu bergantung pada jenis penelitian maupun lembaga penelitian atau lembaga penyandang dana penelitian. Berikut ini dikemukakan salah satu contoh struktur atau format penelitian.
Bagian Awal LEMBAR JUDUL PENELITIAN LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL (JIKA ADA) DAFTAR GAMBAR (JIKA ADA) DAFTAR LAMPIRAN Bagian Pokok Bab I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Perumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian BAB II: TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori B. Temuan Hasil Penelitian Relevan C. Kerangka Berpikir D. Hipotesis Tindakan BAB III: METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian B. Subjek Penelitian
27
C. Data dan Sumber Data D. Teknik Pengumpulan Data E. Validitas Data F. Teknik Analisis Data G. Indikator Kinerja H. Prosedur Penelitian BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Siklus I a. Perencanaan b. Tindakan c. Pengamatan d. Refleksi 2. Siklus II a. Perencanaan b. Tindakan c. Pengamatan d. Refleksi 3. dst. B. Pembahasan Hasil Penelitian BAB V: SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan B. Saran Bagian Akhir DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
Uraian berikut ini menjelaskan secara singkat setiap bagian laporan Penelitian Tindakan Kelas.
28
a. Abstrak Pada bagian ini dituliskan dengan ringkas hal-hal pokok tentang (a) permasalahan, khususnya rumusan masalah atau tujuan penelitian (b) metode penelitian, dan (c) hasil penelitian. b. Pendahuluan Bagian ini memuat unsur latar belakang masalah, data awal tentang permasalahan pentingnya masalah dipecahkan, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. c. Tinjauan Pustaka Bagian ini menguraikan teori terkait dan temuan penelitian yang relevan, yang memberi arah pada pelaksanaan PTK dan usaha peneliti membangun argumen teoretis bahwa dengan tindakan tertentu dimungkinkan dapat ditingkatkan mutu proses hasil pendidikan dan pembelajaran, bukan untuk membuktikan teori. Bab ini diakhiri dengan hipotesis tindakan. d. Metode Penelitian Bagian ini menguraikan setting penelitian (deskripsi tempat atau lokasi dan waktu penelitian sesuai dengan kenyataan yang ada), menguraikan subjek penelitian (termasuk menguraikan karakteristik subjek penelitian secara rinci), menjelaskan data yang diperlukan sesuai dengan permasalahan penelitian dan sumber datanya, menjelaskan teknik pengumpulan data beserta instrument yang digunakan, menjelaskan upaya peneliti untuk memperoleh data yang valid (validitas data), menjelaskan teknik analisis data, mengemukakan indicator kinerja atau keberhasilan sebagaimana telah dirumuskan dalam proposal penelitian, dan menguraikan prosedur penelitian. e. Hasil Penelitian dan Pembahasan Bagian ini mengemukakan pelaksanaan penelitian serta hasil penelitian dan pembahasannya. Pelaksanaan Penelitian
29
Pada bagian ini dijelaskan pelaksanaan penelitian pada setiap siklus: perencanaan, tindakan, cara pemantauan beserta jenis instrumen, dan cara analisis dan refleksi. Tindakan yang dilakukan bersifat rasional dan feasible serta collaborative. Uraian masing-masing siklus menyajikan data lengkap, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi yang berisi penjelasan tentang aspek keberhasilan dan kelemahan yang terjadi. Perlu ditambahkan hal yang mendasar, yaitu hasil perubahan (kemajuan) pada diri siswa, lingkungan, guru sendiri, motivasi, dan aktivitas belajar, situasi kelas, dan hasil belajar. Kemukakan grafik dan tabel secara optimal, hasil analisis data yang menunjukkan perubahan yang terjadi disertai pembahasan secara sistematis dan jelas. Hasil Penelitian dan Pembahasan Kemukakan grafik dan tabel secara optimal, hasil analisis data yang menunjukkan perubahan yang terjadi disertai pembahasan secara sistematis dan jelas. Penjelasan hasil menggunakan perspektif teori tertentu maupun norma atau ketentuan yang berlaku. f. Kesimpulan dan Saran Bagian ini menyajikan simpulan hasil penelitian (potret kemajuan) sesuai dengan tujuan penelitian. Berikan saran tindak lanjut berdasarkan pembahasan hasil penelitian. g. Daftar Pustaka Bagian ini memuat semua sumber pustaka yang digunakan dalam penelitian secara alfabetis. h. Lampiran-lampiran Memuat instrumen penelitian, personalia tenaga peneliti, riwayat hidup masing-masing peneliti, data penelitian, dan bukti lain pelaksanaan penelitian.
30
DAFTAR PUSTAKA Brown, H. Douglas. 1994. Teaching by Principles: An Interactive Approach to Language Pedagogy. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall Regents. Dardjowijojo, Soenjono. 1988. Prinsip dan Format Penulisan Ilmiah. Yogyakarta: Bharata. Depdiknas. 2001. Pedoman penyusunan Karya Tulis Ilmiah di Bidang Pendidikan dan Angka Kredit Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan Ditjen Dikdasmen Depdiknas. Gorys Keraf. 1980. Komposisi. Ende Flores: Nusa Indah Harun Joko Prayitno, M. Thoybi, dan Adyana Sunanda (Ed.). 2000. Pembudayaan Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta: Muhammadiyah University Press. Hopkins, David. 1993. A Teacher’s Guide to Classroom Research. Second Edition. Philadelphia: Open University Press. Imam dkk. 2004. Materi Pelatihan Terintegrasi Bahasa Indonesia. Jakarta: Dit. PLP Ditjen Dikdasmen Depdiknas. Jujun S. Suriasumantri. 1987. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Sinar Harapan. Kasihani Kasbolah E.S. 2002. “Penelitian Tindakan kelas untuk Peningkatan Profesionalisme Guru SLTP” Makalah. Malang: Universitas Negeri Malang. McNiff, Jean. 1992. Action Research: Principles and Practice. London: Routledge. Mukayat D. Brotowidjojo. 1985. Penulisan Karangan Ilmiah. Jakarta: Akademika Pressindo. Rochman Natawidjaya. 1997. Konsep dasar Penelitian Tindakan. Bandung: IKIP Bandung. Sarwiji Suwandi. 2003a. ”Penerapan Pendekatan Kontekstual dalam Mengimplementasikan Kurikukum Berbasis Kompetensi,” Makalah dipresentasikan pada Seminar Kurukulum Berbasis Kompetensi yang diselenggarakan MKKS SLTP Kab. Wonogiri dan Dinas Pendidikan Kab. Wonogiri pada tanggal 20 Juli 2003.
31
_________. 2003b. “Penelitian Tindakan Kelas sebagai Strategi Pengembangan Profesi Guru”, Makalah dipresentasikan pada Pendidikan dan Pelatihan Manajemen Sekolah bagi Kepala SLTP Kabupaten Wonogiri yang diselenggarakan BKD Pemkab Wonogiri, 8-26 September 2003. _________. 2003c. “Penelitian Tindakan Kelas: Strategi Penyusunan Proposal”, Makalah dipresentasikan pada Penlok PTK yang diselenggarakan P3M STAIN Surakarta, 24-25 September 2003. _________. 2003d. “Peranan Guru dalam Meningkatkan Kemahiran Berbahasa Indonesia Siswa Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi”, Makalah dipresentasikan pada Kongres Bahasa Indonesia VIII, Jakarta, 14–17 Oktober 2003. _________. 2004. “Penelitian Tindakan Kelas”, Makalah dipresentasikan pada Penlok PTK yang diselenggarakan Lembaga Penelitian Universitas Muhammadiyah Surakarta, 20 September 2004. _________. 2005a. “Penulisan Makalah dan Artikel Ilmiah”, Makalah dipresentasikan pada Diklat Pengembangan Profesi bagi Guru Jawa Tengah diselenggarakan LPMP Jateng Ditjen PMPTK Depdiknas, 20 – 29 Juni 2005. _________. 2005b. “Penyusunan Proposal dan Laporan Penelitian Tindakan Kelas”, Makalah dipresentasikan pada Diklat Peningkatan Profesionalisme bagi GuruGuru SD-SMA Kabupaten Cilacap diselenggarakan LPMP Jateng Ditjen PMPTK Depdiknas, 10-15 Oktober 2005. _________. 2005. ”Penerapan Strategi Komposisi Terkendali dan Terarah (Controlled and Guided Composition) untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Siswa, dalam Varidika Vol. 17 No. 1 Juni 2005. Surakarta: UMS. _________. 2006. “Classroom Action Research: Penelitian untuk Pemecahan Permasalahan Pendidikan dan Perbaikan Sistem Pembelajaran”, Makalah dipresentasikan pada Lokakarya Peningkatan Kemampuan Penelitian Tindakan bagi Guru dan Kepala Sekolah, diselenggarakan Dinas Pendidikan Kota Bogor, 14 – 20 Agustus 2006. Soenjono Dardjowijojo. 1988. Prinsip dan Format Penulisan Ilmiah. Yogyakarta: Bharata. Soly Abimanyu dkk. 1995. Penelitian Praktis untuk Perbaikan Pengajaran. Jakarta:Bagian Proyek PGSD, Ditjen Dikti Depdikbud.
32
Suharsimi Arikunto, Suhardjono, dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Suminar Setiati Achmadi. 2001. Anatomi Artikel Ilmiah dalam Harun Joko Prayitno, M. Thoyibi, & Adyana Sunanda (Ed.) Pembudayaan Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta: Muhammadiyah University Press. Suwarsih Madya. 1994. Panduan Penelitian Tindakan. Yogyakarta: Lembaga Penelitian IKIP Yogyakarta. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Wahyu Wibowo. 2008. Piawai Menembus Jurnal Terakreditasi: Paradigma Baru Kiat Menulis Artikel Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara. Zuber-Skerritt, Ortrun. 1996. “Introduction: New Direction in Action Research”, dalam Ortrun Zuber-Skerritt (Ed.). New Direction in Action Research.Washington, D.C.: The Falmer Press.
33
FORM LATIHAN PEMBUATAN PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS I. PENDAHULUAN Komponen
Deskripsi Masing-masing Subbagian
Judul Latar belakang
1. Kondisi yang diharapkan
masalah
2. Kondisi riil yang dihadapi guru 3. Masalah (kesenjangan antara harapan dan kenyataan) 4. Faktor-faktor penyebab masalah 5. Tindakan untuk mengatasi masalah
Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat
Bagi siswa
penelitian
Bagi guru Bagi sekolah
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN TINJAUAN
Konsep Variabel 1
PUSTAKA
Konsep Variabel 2 dan seterusnya
Kerangka
1. Deskripsi Kerangka Berpikir Penelitian
Berpikir
2. Skema Kerangka Berpikir
Hipotesis Tindakan III. Metode Penelitian Subjek Penelitian Setting Penelitian
34
Prosedur
1. Perencanaan Tindakan
Penelitian
2. Pelaksanaan Tindakan 3. Observasi Tindakan 4. Analisis dan Refleksi
35