MODUL MATERI UJIAN PERPINDAHAN JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN TERAMPIL KE AHLI PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) BADAN POM RI
MATA PELAJARAN : KONSEP DASAR PENGEMBANGAN OBAT ASLI INDONESIA (OAI)
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN 2012
BAB I PENDAHULUAN
A. DESKRIPSI SINGKAT Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2005 tentang Perubahan Keenam atas Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 Tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND), Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) ditetapkan sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) yang bertanggung jawab kepada Presiden, memuat salah satu kewenangan BPOM RI adalah penetapan pedoman penggunaan, konservasi, pengembangan dan pengawasan tanaman obat.
Sehubungan dengan hal tersebut, Badan POM turut mengambil peran dan tanggungjawab terkait dengan Pengembangan Obat Asli Indonesia (OAI) yang terutama diarahkan untuk mendukung pengawasan obat dan makanan khususnya obat tradisional, kosmetik dan suplemen makanan.
Modul ini dimaksudkan sebagai panduan untuk menempuh ujian peralihan PFM Terampil menjadi PFM Ahli Pertama dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Adapun pokok bahasan adalah pengembangan OAI dalam ragka mendukung pengawasan obat tradisional, kosmetik dan suplemen makanan
yaitu: (1) Pelaksanaan pengkajian pengembangan OAI; (2) Pelaksanaan komunikasi,
informasi dan edukasi (KIE) dalam rangka pengembangan OAI.
B. DEFINISI 1. Obat Asli Indonesia adalah obat-obat yang didapat langsung dari bahan-bahan alamiah di Indonesia, terolah secara sederhana atas dasar pengalaman dan dipergunakan dalam pengobatan tradisional. 2. Etnomedisin adalah pengetahuan tentang pengembangan sistem pengobatan yang didasarkan atas makna budaya lokal dengan strategi integrasi antara kepercayaan dan praktek pengobatan terhadap penyakit tertentu dan tidak dipengaruhi oleh kerangka obat modern. 3. Agromedika dan bahan OAI mencakup pengembangan budidaya dan pasca panen tumbuhan obat. 4. Teknologi ekstrak OAI mencakup semua perkembangan dan proses yang terlibat dalam pembuatan bahan baku ekstrak OAI untuk menghasilkan produk bermutu dan memenuhi ketentuan. 5. Teknologi formulasi OAI mencakup aspek yang ada dalam proses pengembangan sediaan OAI di industri obat tradisional termasuk bentuk sediaan, metoda, cara pembuatan, alat dan kontrol sediaan.
6. Manajemen mutu OAI mencakup keseluruhan cara/metode untuk mengatur seluruh aspek dalam proses produksi OAI dalam rangka meningkatkan mutu produk yang dihasilkan guna memaksimumkan daya saing industri OAI. 7. Potensi pasar dan ekspor OAI dilakukan melalui promosi OAI. 8. Diseminasi adalah kegiatan penyebarluasan informasi hasil kajian pengembangan obat asli Indonesia dalam bentuk publikasi media cetak, elektronik, bimbingan teknis, pameran dan konsultasi.
C. TUJUAN UMUM (TU) Setelah mempelajari modul ini para peserta diharapkan mampu memahami tugas pokok dan fungsi PFM Ahli Pertama di bidang pengkajian dan KIE dalam rangka pengembangan OAI.
D. TUJUAN KHUSUS (TK) Setelah mempelajari modul ini, pejabat baru PFM Ahli Pertama diharapkan dapat :
1.
Memahami konsep pelaksanaan pengkajian pengembangan OAI
2. Memahami kosep pelaksanaan KIE dalam rangka pengembangan OAI E. MATERI BAHASAN Materi bahasan pada modul ini terbagi menjadi 2 (dua), yaitu :
1.
Pelaksanaan pengkajian pengembangan OAI
2.
Pelaksanaan KIE dalam rangka pengembangan OAI
BAB II PELAKSANAAN PENGKAJIAN PENGEMBANGAN OAI
Pelaksanaan pengkajian pengembangan OAI untuk mendukung pengawasan obat tradisional, kosmetik dan suplemen makanan berkaitan dengan ketersediaan informasi kajian dengan ruang lingkup yaitu: aspek etnomedisin, keamanan dan khasiat/kemanfaatan OAI, teknologi formulasi OAI, teknologi ekstrak OAI, pengembangan agromedika dan bahan OAI serta manajemen mutu, potensi pasar dan ekspor OAI dalam rangka peningkatan obat tradisional, kosmetik dan suplemen makanan yang memenuhi standar.
Ketersediaan informasi kajian tersebut diharapkan dapat termanfaatkan oleh unit lain dalam dilingkungan internal untuk mendukung penilaian produk sebelum beredar dan/atau penyusunan standar/pedoman, serta dapat dimanfaatkan oleh kalangan industri dan masyarakat untuk tujuan pengembangan produk dan/atau pemanfaatan sendiri untuk tujuan pengobatan.
Langkah-langkah dalam pelaksanaan pengkajian pengembangan OAI sebagai berikut: 1. Menerima penugasan atau mengajukan usulan kepada Pimpinan Badan POM tentang kajian pengembangan OAI berdasarkan data internal dan/atau masukan/permintaan dari unit lain terkait atau klien, 2. Melakukan inventarisasi kebutuhan kajian pengembangan OAI berdasarkan penugasan dari Pimpinan Badan POM atau masukan/permintaan unit lain terkait dan/atau inisiatif sendiri serta membuat prioritas kajian pengembangan OAI melalui pertemuan rencana tahunan, 3. Melaksanakan kajian sesuai dengan prioritas pengembangan OAI, dengan melibatkan narasumber internal dan/atau eksternal untuk memberikan data/informasi/ rekomendasi ilmiah dalam bentuk pertemuan/seminar/workshop melalui tahap-tahap: a.
Pengumpulan dan tabulasi data. Sumber data terdiri atas sumber data sekunder yaitu sumber data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain) berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan atau yang tidak dipublikasikan (contoh: data standar/regulasi di dalam dan luar negeri, buku/jurnal ilmiah); sumber data primer yaitu sumber data yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara) berupa opini subjek (orang) secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan dan hasil pengujian yang diperoleh melalui metode (1) metode survei atau (2) metode observasi (contoh: data survei etnomedisin).
b.
Pengkajian data awal secara internal,
c.
Pengkajian data bersama nara sumber ahli dari beberapa perguruan tinggi sesuai bidang kajian,
4. Menyiapkan bahan diseminasi hasil kajian dan serta pemutakhiran basis data dalam Sentra Informasi Obat Bahan Alam (SIOBA) yang berbasis web. 5. Jika perlu, melaporkan bahan diseminasi hasil kajian kepada Pimpinan Badan POM untuk mendapatkan persetujuan, 6. Menyampaikan bahan diseminasi atas dasar pengajuan permohonan/permintaan kepada pihak yang membutuhkan.
BAB III PELAKSANAAN KIE DALAM RANGKA PENGEMBANGAN OAI
Pelaksanaan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) dalam rangka pengembangan OAI untuk mendukung pengawasan obat tradisional, kosmetik dan suplemen makanan dilakukan melalui beberapa kegiatan yaitu: penyebaran informasi dan edukasi kepada para pelaku usaha/industri melalui bimbingan teknis dan kepada masyarakat/konsumen melalui keiikutsertaan dalam pameran di dalam dan luar negeri serta melalui media elektronik seperti penyelenggaraan talkshow obat asli Indonesia yang melibatkan berbagai nara sumber terkait serta melakukan komunikasi melalui kegiatan pertemuan lintas sektor dengan berbagai pemangku kepentingan,
dalam rangka
peningkatan pemanfaatan serta produksi OAI yang memenuhi kriteria aman, bermutu dan bermanfaat sehingga pada tahap selanjutnya dapat berkontribusi dalam peningkatan obat tradisional, kosmetik dan suplemen makanan yang memenuhi standar.
Sehubungan dengan pelaksanaan KIE dalam rangka pengembangan OAI ini, sebagian materi dasar pendukung akan mengacu pada modul materi pelajaran Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) yang ada.
Langkah-langkah dalam pelaksanaan KIE dalam rangka pengembangan OAI sebagai berikut: 1. Mengkaji kebutuhan dalam rangka penyusunan strategi komunikasi, 2. Menyusun target dan pemilihan media komunikasi, 3. Menyusun rancangan substansi (materi/konten), 4. Melakukan pembahasan/review terhadap rancangan substansi (materi/konten), 5. Mendesain dan membuat produk informasi, 6. Evaluasi dan Dokumentasi.
BAB IV PERANAN PFM AHLI PERTAMA DALAM KEGIATAN PENGEMBANGAN OAI DI BADAN POM
PFM terampil yang ditingkatkan
jenjang jabatan fungsionalnya menjadi PFM Ahli pertama,
diharapkan mempunyai kompetensi yang mencukupi sehingga mampu melaksanakan tugas-tugas pengembangan OAI sebagai berikut: I.
Menyiapkan Perangkat Lunak yaitu: 1. Menganalisis data untuk menyusun rencana lima tahunan, tingkat kesulitan I; 2. Menganalisis data untuk menyusun rencana tahunan, tingkat kesulitan II; 3. Menyiapkan dan rnenganalisis awal data untuk menyusun rancangan pedoman; 4. Pengumpulan data dan atau menyiapkan instrumen pendukung untuk pelaksanaan pengkajian dan pengumpulan data primer; 5. Membuat laporan terkait pelaksanaan kajian dan survei.
II.
Menyiapkan dan Melakukan Penyuluhan yaitu: 1. Mengumpulkan data untuk membuat pedoman penyuluhan; 2. Mentabulasi dan mengolah data untuk membuat pedoman penyuluhan; 3. Melaksanakan penyuluhan langsung kepada kelompok terbatas; dan 4. Membuat laporan hasil penyuluhan, tingkat kesulitan I.
PFM Ahli Pertama dapat mengerjakan tugas-tugas PFM Ahli Muda dengan memperoleh angka kredit sebesar 80% dari angka kredit kegiatan yang bersangkutan.