154 MODEL USAHATANI TERPADU YANG EFISIEN DAN BERDAMPAK TERHADAP PERBAIKAN TINGKAT SOSIAL EKONOMI KELUARGA PETANI SECARA BERKELANJUTAN (Kasus Usahatani Lahan Kering Irigasi Air Tanah di Pulau Lombok) MODEL OF INTEGRATED FARMING THAT IS EFFICIENT AND HAS IMPACT ON SUSTAINABLE SOCIO ECONOMIC IMPROVEMENT OF FARMER HOUSEHOLDS (The Case of Ground Water Irrigated Dry Land Farm on Lombok Island) Candra Ayu dan Wuryantoro Fakultas Pertanian Universitas Mataram ABSTRAK Penelitian ini merupakan penelitian action research bertujuan untuk merancang model usahatani terpadu yang mengoptimalkan pemakaian air irigasi air tanah sehingga implementasinya berdampak meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani adopter. Lokasi penelitian di Lombok Timur sebagai tempat pertanian irigasi air tanah pertama di Pulau Lombok. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan dua metode. Pertama, menggunakan metode deskriptif dengan teknik suvey, disertai dengan pengukuran lapang pada aspek fisik tanah, untuk merancang model usahatani terpadu berdasarkan kombinasi pola tanam optimal menggunakan analisis pengambilan keputusan dengan risiko. Ke dua, menggunakan metode uji coba model di tingkat petani. Implementasi model berdampak meningkatkan efisiensi pemakaian air irigasi sebesar 503% dan meningkatkan pendapatan usahatani sebesar 174% serta memperbaiki tingkat kesejahteraan petani adopter dari tergolong sangat miskin atau miskin menjadi tidak miskin dengan peningkatan pendapatan per kapita per tahun sebanyak 158,37% sampai 665%. Adopsi model dalam jangka panjang berdampak pada keberlanjutan perbaikan tingkat kesejahteraan masyarakat petani lahan kering. ABSTRACT This paper is an action research with aims to design model of integrated farming that optimallyse ground water irrigation use that could increase income and prosperity of farmer. The research was carried out in East Lombok, where ground water irrigations were first developed in Lombok Island. The research was done using 2 steps method. Firstly, using descriptive method using survey technique then followed by field measurement to analyze physically aspect of land. Second step, using try-out method of model of integrated farming in farmer level. Design for integrated farm was developed from combined optimal cropping pattern, using analysis of decision making under risk. The impact of integrated farming model was not only increased efficiency of irrigated ground water use by 503% but also increased farm income by 174 %. Finally the model implementation improved farmer family’s living from very poor to not poor with per capita income increase by 158% - 665%. In the long run, the model would improve farmer’s prosperity in sustainable way _______________________________ Kata kunci: Model Usahatani Terpadu, efisiensi pemakaian air, tingkat sosial ekonomi Keywords: Model of Integrated Farming, water use efficiency, socio-economic level
PENDAHULUAN Pengembangan usahatani irigasi air tanah di Kabupaten Lombok Timur, Pulau Lombok bertujuan untuk mengatasi kekurangan air lahan kering dan perbaikan tingkat lingkungan ekonomi-sosial masyarakat petani melalui peningkatan produktivitas lahan. Dasar pengembangan usahatani tersebut adalah terdapatnya lahan pertanian potensial yang tidak terjangkau air permukaan sehingga pemanfaatannya tidak optimal. Hasil penelitian pada tahun 1999 di Lombok Timur menunjukkan bahwa efisiensi usahatani C. Ayu & Wuryantoro: Model usahatani terpadu …
tersebut selama satu dekade sejak diintroduksi sangat menguntungkan dengan nilai R/C rasio 5,12. Namun, hasil penelitian selama periode tahun 1999 sampai 2007 menunjukkan peningkatan persentase biaya irigasi terhadap total biaya usahatani dari 14,08% menjadi 34,62% dan peningkatan persentase biaya irigasi terhadap pendapatan dari 4,19% menjadi 30,64%. Peningkatan biaya tersebut menurunkan kemampuan modal petani untuk mengairi lahannya sehingga luas usahatani berkurang dari 1 ha per petani (tahun 1987) menjadi 0,86 ha
155 tahun 1999; 0,6 ha tahun 2003; 0,44 ha tahun 2006 dan 0,41 ha pada tahun 2007. Selain itu, peningkatan biaya irigasi mengakibatkan petani mengurangi waktu dan intensitas pemberian irigasi air tanah per musim serta mengurangi intensitas tanam per tahun sehingga berdampak negatif terhadap pendapatan dan tingkat sosial ekonomi masyarakat adopter. Kondisi tersebut mengakibatkan penurunan yang nyata efisiensi usahatani irigasi air tanah yang dirinci pada Tabel 1 (Wathoni, 1999; Ayu dkk, 2003; Ayu dan Sjah, 2006; Ayu, 2007). Berdasarkan temuan tersebut maka sistem usahatani irigasi air tanah menjadi tidak efektif lagi sebagai program penanggulangan kemiskinan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian periode tahun 2003 sampai 2007 bahwa terjadi penurunan tingkat sosial ekonomi adopter dari tergolong tidak miskin menjadi hampir miskin dan sangat miskin (Wathoni, 1999; Ayu et al, 2004; Ayu 2006, 2007). Untuk itu diperlukan terobosan baru berupa Model Usahatani Terpadu yang mampu meningkatkan produktivitas lahan dan pendapatan petani melalui penataan kembali komponen sistem usahatani sehingga mengoptimalkan pemakaian air irigasi air tanah. Model tersebut dirancang berdasarkan potensi fisik usahatani lahan kering, potensi kerja keluarga petani dan budaya bertani setempat serta biaya adopsi. Dengan karakter inovasi yang bottom-up dan partisipatif maka adopsi inovasi dapat meluas dan berkelanjutan sehingga berdampak meningkatkan taraf hidup masyarakat adopter. METODE PENELITIAN Metode dan Teknik Penelitian Penelitian terdiri dari tahap pengumpulan data/informasi dan merancang model usahatani terpadu, serta tahap uji coba dan penyempurnaan model. Penelitian tahap pertama menggunakan metode deskriptif dan pengumpulan data menggunakan teknik survei, observasi serta wawancara mendalam dengan informan kunci (petani, tokoh masyarakat). Metode penelitian tahap kedua dilakukan dengan: menjalin kerjasama dengan petani binaan, uji coba model usahatani terpadu dengan usahatani tanaman semusim yang optimal hasil penataan petani (sebagai inti model) yang dipadukan dengan usahatani baru untuk mengoptimalkan potensi sistem, pengawasan dan evaluasi periodik serta penyesuaian terhadap masalah dan hambatan di lapangan.
Penentuan Lokasi Penelitian dan Petani Responden Penelitian dilakukan di Kecamatan Pringgabaya yang merupakan wilayah pengembangan pertanian dengan irigasi air tanah pertama di Pulau Lombok yang luas usahataninya menurun akibat peningkatan biaya irigasi. Dari 18 unit sumur pompa yang dipilih sebagai tempat penelitian, ditentukan masingmasing 3 petani responden sehingga total responden 54 orang. Jumlah sampel tersebut telah memenuhi syarat minimum menurut rumusan Parel et al., (1973) bahwa dengan varians 3,49998 atas dasar luas lahan diperoleh sampel minimum sebanyak 49 orang. Variabel Penelitian dan Analisis Data Variabel penelitian tahap pertama adalah karakteristik responden, jenis tanaman dan intensitas tanam per tahun, serta biaya dan pendapatan rumahtangga petani. Variabel penelitian tahap kedua adalah keragaan usahatani model binaan (luas tanam, jenis tanaman dan waktu tanam; lama, intensitas dan biaya irigasi, tata letak cabang usahatani dalam model, serta tingkat penggunaan input pertanian), variabel penentu pendapatan berbagai cabang usahatani hasil uji coba model, serta variabel penentu tingkat sosial ekonomi petani dan keluarga. Analisis data aspek ekonomi, sosial –budaya sistem binaan; adalah: i). inventa-risasi karakteristik petani, keluarga serta usahatani dan mendeskripsikannya; ii). analisis efisiensi ekonomi pemakaian air per jenis tanaman, didasarkan pada perbandingan biaya irigasi air tanah dengan nilai EPA (Efisiensi Pemakaian Air), iii). pendapatan berbagai pola tanam hasil penataan petani dengan analisis biaya dan pendapatan; iv). penentuan dampak adopsi usahatani irigasi air tanah terhadap tingkat sosial ekonomi keluarga petani, yakni tergolong tidak miskin jika pendapatan/kapita/tahun menurut Kriteria Kemiskinan Sajogyo minimal 480 kg beras; dan menurut Kriteria Bank Dunia minimal US $ 285 (Sumodiningrat, Santosa dan Maiwan; 1999); serta v). penentuan pola tanam optimal menggunakan Analisis Pengambilan Keputusan dengan Risiko. Lima pola tanam terbaik hasil analisis tersebut dan efisien secara ekonomi (nilai R/C rasio tertinggi) menjadi dasar pengembangan model usahatani terpadu (Kustituanto, 1997; Subagyo, 1995; Husnan dan Suwarsono, 1999). Analisis data aspek teknislingkungan dengan observasi dan pengukuran lapang.
Agroteksos Vol. 20 No.2-3, Desember 2010
156 HASIL DAN PEMBAHASAN
meningkatnya harga bahan bakar mengakibatkan petani kekurangan modal untuk menyewa mesin pompa sehingga areal tanam berkurang. Untuk satu kali irigasi lahan seluas satu hektar diperlukan waktu 20 jam dan pemberian air dilakukan satu kali setiap 3 – 4 hari. Kenaikan BBM secara bertahap menjadi Rp 4 300/liter tahun 2009 meningkatkan sewa mesin menjadi Rp 15 000/jam sehingga biaya untuk satu kali irigasi menjadi Rp 300 000/ hektar. Hasil penelitian tahap I (tahap pengumpulan data dan merancang model binaan) ditemukan 12 pola tanam di tingkat petani dengan intensitas tanam 1 sampai 3 kali per tahun. Rincian luas usahatani irigasi air tanah berdasarkan pola tanam dan jenis tanaman pada tahun 2009 di Kecamatan Pringgabaya pada Tabel 2.
Gambaran Umum Daerah Penelitian Kecamatan Pringgabaya, Kabupaten Lombok Timur merupakan wilayah pengembangan pertanian dengan irigasi air tanah pertama di Pulau Lombok pada tahun 1987. Kabupaten Lombok Timur terletak antara 1160 – 1170 Bujur Timur dan 80 – 90 Lintang Selatan dengan luas wilayah 160 555 ha dan 71,86%-nya merupakan lahan kering dan wilayah irigasi air tanah di Kecamatan Pringgabaya seluas 923,07 ha. Identifikasi Aspek Teknis Sebelum Implementasi Model
Lingkungan
Areal pertanian milik petani anggota P3AT pada awal pengembangan program masingmasing seluas 1 hektar. Namun dengan semakin
Tabel 1. Perkembangan Persentase Biaya Irigasi terhadap Biaya Produksi dan Pendapatan serta Kelayakan Ekonomi Usahatani Irigasi Air Tanah di Lombok Timur – Pulau Lombok, Periode Tahun 1999-2007 Uraian Persentase Biaya Irigasi terhadap Total Biaya Produksi (%) Persentase Biaya Irigasi terhadap Pendapatan (%) Kelayakan Ekonomi Usahatani (Nilai R/C Ratio)
Tahun 1999
Tahun 2003
Tahun 2006
Tahun 2007
14,08
32,11
33,46
34,62
4,10
24,50
30,32
30,64
5,12
2,60
2,10
2,10
Tabel 2. Rata-Rata Luas Usahatani Irigasi Air Tanah Berdasarkan Pola Tanam di Kecamatan Pringgabaya, Lombok Timur Tahun 2009 No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Pola Tanam/Jenis Tanaman Bawang merah – bera – bera Tembakau - bera – bera Jagung – tembakau – bera Jagung - tomat – bera Tomat – tomat – bera Tomat - timun – bera Tomat - bawang merah – bera Tomat - tembakau – bera Jagung - bawang merah – bera Bawang merah - tembakau –bera Paria-paria-bera Jagung - tomat - bawang merah Jumlah Rata-rata
Keterangan: MT = Musim Tanam
C. Ayu & Wuryantoro: Model usahatani terpadu …
Luas Lahan Irigasi Air Tanah (ha) MT I MT II MT III 0,52 0,60 0,68 0,90 0,40 0,50 0,40 0,40 0,15 0,15 0,20 0,20 0,30 0,30 0,45 0,55 0,40 0,40 0,06 0,06 0,40 0,40 0,40 4,56 3,86 0,40 0,38 0,39 0,40
157 Seluruh petani mengelola usahataninya pada Musim Tanam (MT) I yang merupakan musim penghujan, yakni periode bulan oktober 2008 sampai Maret 2009. Masa peralihan antara musim penghujan dengan musim kemarau (MT II) dimanfaatkan 72 % responden untuk bertani; sedangkan tiga bulan terakhir dari musim kemarau digunakan oleh 8 % responden untuk bertani. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas bertani petani setempat meningkat pada musim hujan karena biaya irigasi air tanah dapat berkurang. Jumlah curah hujan merupakan salah satu penentu tingkat ketersediaan air tanah dan jumlah curah hujan di lokasi penelitian selama periode pengambilan data penelitian tahap I (bulan April 2008 sampai Maret 2009) tergolong di bawah normal (kurang dari 50 mm) sehingga tingkat ketersediaan air tanah juga tergolong kurang (BMG, 2008). Kondisi tersebut mengakibatkan tanaman semusim pada periode tersebut mengkonsumsi air irigasi air tanah di atas kebutuhan normal. Lebih lanjut diketahui bahwa intensitas pemberian air irigasi tertinggi sebanyak 16 kali pada MT III (akhir musim kemarau) dan terendah sebanyak 9 kali pada MT I yang merupakan awal musim hujan.
Keragaan adopsi irigasi air tanah meliputi lama/waktu untuk satu kali irigasi, intensitas irigasi per musim serta biaya irigasi. Rincian tentang keragaan adopsi irigasi air tanah di Lombok Timur tahun 2009 selengkapnya pada Tabel 3. MT I merupakan awal musim penghujan sehingga rata-rata waktu untuk satu kali irigasi lebih singkat, yakni selama 7,5 jam. Intensitas irigasi tertinggi pada MT I adalah pada usahatani tomat karena membutuhkan tanah yang agak basah/lembab yang relatif konstan di sepanjang masa berbuahnya yang cukup lama (sekitar 2-3 bulan). Rata-rata waktu irigasi optimal untuk lahan seluas satu hektar pada MT II dan MT III sekitar 20 jam. Jika demikian maka dengan sewa mesin sebesar Rp 15 000/jam akan diperlukan biaya sewa mesin senilai Rp 300 000,- Namun hasil penelitian menunjukkan bahwa semua responden melakukan irigasi dalam waktu yang kurang dari waktu standar karena kekurangan biaya. Ratarata waktu yang diperlukan untuk satu kali irigasi pada MT II selama 9,8 jam; MT III sebesar 8,5 jam; sedangkan pada MT I selama 7,5 jam.
Tabel 3. Waktu, Intensitas dan Biaya Irigasi pada Usahatani Irigasi Air Tanah di Kecamatan Pringgabaya, Kabupaten Lombok Timur Tahun 2009 Waktu Satu Kali Intensitas Irigasi Pola Tanam Irigasi (jam)/LG (kali/musim)/LG No. Per Tahun/ Jenis Tanaman MT I MT II MT III MT I MT II MT III 1. Bwmr(1 -br(2-br(3 11,0 8,5 2. Tbk(1 - br(2 - br(3 12,0 2,0 3. Jg(1 – tbk(2 – br(3 10,0 12,0 3,2 3,4 (1 (3 (3 10,0 12,0 8,0 15,0 4. Jg – tmt – br 5. Tmt(1 – tmt(2 – br(3 5,0 6,0 18,0 16,0 10,0 8,0 16,0 10,0 6. Tmt(1 – timun(2-br(3 7. Tmt(1 – bwmr(2-br(3 4,0 11,0 18,0 6,0 7,0 7,0 18,0 11,0 8. Tmt(1 – tbk(2 – br(3 (1 (2 (3 9. Jg – Bwmr – br 11,0 4,0 6,0 2,0 8,0 18,0 5,0 32,0 10. Bwmr(1 – tbk(2 – br(3 11. Paria(1 – paria(2-br(3 3,0 6,0 6,0 13,5 6,0 8,5 8,5 3,0 13,5 16,0 12. Jg(1 – tmt(2 – bwmr(3 Jumlah 97,0 92,5 8,5 111,7 122,4 16,0 Rata-rata 7,5 7,7 8,5 8,6 10,2 16,0
Jumlah Biaya Irigasi (Rp/tahun) Per Hektar Per LG 1 292 500,00 2 485 576,92 480 000,00 800 000,00 1 153 600,00 1 491 131,62 2 560 000,00 5 840 000,00 2 596 000,00 6 490 000,00 3 760 000,00 25 066 666,67 2 286 000,00 11 430 000,00 3 192 000,00 10 640 000,00 1 876 000,00 4 690 000,00 2 760 000,00 6 900 000,00 2 124 000,00 35 400 000,00 4 719 000,00 11 797 500,00 28 799 100,00 123 030 875,21 2 399 925,00 10 252 572,93
Keterangan: Angka (1, (2 atau (3 = ditanam pada Musim Tanam (MT) ke I, II atau III Bwmr = bawang merah; LG = lahan garapan, rincian pada Tabel 2 Tmbk = tembakau; Tmt = tomat Cb = cabe; Jg = jagung
Agroteksos Vol. 20 No.2-3, Desember 2010
158 Analisis Aspek Ekonomi, Sosial dan Budaya Sebelum Implementasi Model Usahatani Terpadu Karakteristik Petani Responden Seluruh responden tergolong usia produktif dan berpendidikan minimal tingkat dasar (SD) sehingga berpotensi menghasilkan barang dan jasa sesuai profesinya serta bersifat inovatif. Selain itu, potensi tenaga kerja dalam keluarga cukup mendukung pengembangan pertanian lahan kering di lokasi penelitian, yakni rata-rata sebanyak 5 orang per rumahtangga responden. Rata-rata petani memiliki lahan pertanian seluas 0,83 ha namun realisasi tanam per musim berkisar antara 0, 47 ha sampai 0,53 ha. Jenis tanaman dan intensitas tanam per tahun yang dikembangkan masing-masing petani responden bergantung pada ketersediaan modal. Jika bermodal besar maka petani menanam bawang merah, tomat atau tembakau karena meskipun memerlukan air irigasi yang lebih banyak namun tanaman tersebut lebih menguntungkan. Pola tanam menunjukkan intensitas tanam dan urutan penanaman per tahun. Jumlah responden yang melakukan intensitas tanam per tahun sebanyak satu kali sebanyak 14 orang (25,93 %); dua kali tanam sebanyak 36 orang (66,67 %) dan tiga kali tanam sebanyak 4 orang (7,40 %). Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani serta Kontribusinya Terhadap Pendapatan Rumahtangga Petani Sebelum Implementasi Model Usahatani Terpadu Pemberian air irigasi air tanah oleh petani bervariasi dalam intensitas dan volume sehingga diperoleh keragaman intensitas tanam dan jenis tanaman. Implikasinya adalah bervariasinya produktivitas usahatani yang berdampak langsung pada bervariasinya tingkat pendapatan dan kesejahteraan keluarga petani. Untuk itu, maka analisis biaya dan pendapatan usahatani tersebut berdasarkan intensitas tanam per tahun (pada Tabel 4). Pendapatan per tahun tertinggi dari usahatani dengan intensitas tanam tiga kali dan terendah dari usahatani dengan intensitas tanam satu kali. Analisis lanjut menunjukkan bahwa pendapatan per tahun usahatani dengan intensitas tanam tiga kali lebih tinggi dibandingkan usahatani dengan intensitas tanam dua kali sebesar 23,07 % atau senilai Rp 2 811 765,92/ha; sedangkan dengan
C. Ayu & Wuryantoro: Model usahatani terpadu …
usahatani yang intensitas tanamnya satu kali lebih tinggi 125,07% atau senilai Rp 8 335 140,73/ha. Untuk memenuhi kebutuhan hidup maka sebagian besar petani dan keluarganya juga bekerja di luar sistem usahatani irigasi air tanah, diantaranya sebagai pedagang, beternak kambing di luar kawasan usahatani irigasi air tanah dan kontribusinya terhadap pendapatan rumahtangga dan kesejahteraan ekonomi keluarga ditampilkan pada Tabel 5. Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa secara riil kontribusi pendapatan usahatani irigasi air tanah terhadap pendapatan rumahtangga petani cukup tinggi dan semakin tinggi dengan semakin meningkatnya intensitas tanam. Dampak positip dari intensitas tanam yang tinggi tersebut adalah tetap diairinya lahan sehingga pertumbuhan tanaman buah-buahan (mangga, srikaya, jambu mete, pepaya dan pisang) dapat lebih baik. Hal ini dibuktikan dengan lebih tingginya kontribusi pendapatan hasil tanaman buah-buahan yang ditanam di lahan usahatani dengan intensitas tanam tiga kali dibandingkan hasil buah-buahan pada lahan usahatani dengan intensitas tanam dua kali dan satu kali per tahun. Rancangan Model Usahatani Terpadu yang Mengoptimalkan Pemanfaatan Air Irigasi Air Tanah Penentuan Pola Tanam Optimal Usahatani Hasil Penataan Petani Penentuan lima pola tanam optimal dari 12 pola tanaman hasil penataan petani berdasarkan nilai harapan per tahun, selengkapnya pada Tabel 6. Pola tanam yang mendasari pengembangan model usahatani terpadu mempunyai keunggulan dari aspek: fisik (produksi dan efisiensi pemakaian air irigasi tinggi), ekonomi (pendapatan dan efisiensi ekonomi tinggi) dan sesuai dengan sosial budaya masyarakat lokal. Berdasarkan Tabel 6 maka terdapat 5 pola tanam yang mempunyai nilai harapan tertinggi dan uji kelayakan ekonomi ditampilkan pada Tabel 7. Berdasarkan kriteria tersebut maka tanaman yang mendasari pengembangan model adalah paria, bawang merah dan tomat dari lima pola tanam yang mempunyai keunggulan teknis, ekonomi dan sosial budaya; sedangkan jagung dan timun tidak direkomendasikan untuk usahatani terpadu karena peluang penanamannya rendah.
159 Tabel 4.
No.
Biaya dan Pendapatan Usahatani Irigasi Air Tanah di Lombok Timur, Sebelum Uji Coba Model Usahatani Terpadu Tahun 2009
Uraian
Satu Kali Tanam/Tahun MT I -*(0,53 ha)
A. Biaya (Rp)*: 1. Bibit/benih 2. Pupuk; a.Urea b.TSP c.ZA d.Ponska Jumlah "2" 3. Obat-obatan Upah tenaga 4. kerja 5. Biaya irigasi 6. Ipeda 7. Penyusutan Jumlah biaya B. Nilai Produksi (Rp) C. Pendapatan/ Musim (Rp): E. Pendapatan/ Tahun (Rp):
Dua Kali Tanam/tahun MT I MT II *(0,39 ha) *(0,43 ha)
Tiga Kali Tanam/Tahun MT I MT II MT III *(0,40 ha) *(0,40 ha) *(0,40 ha)
2 664 285,71
160 125,00
366 350,00
16 000,00
84 000,00 100 857,14 49 371,43 . 28 571,43 262 800,00 246 142,86
87 655,00 37 275,00 6 750,00 . 10 850,00 142 530,00 85 000,00
94 570,00 71 300,00 33 500,00 . 26 962,50 226 332,50 65 500,00
90 000,00 50 500,00 0,00 . 0,00 140 500,00 30 000,00
693 428,57 1 176 428,57 2 285,71 . 36 914,29 5 082 285,71
327 725,00 1 090 000,00 1 453,75 . 12 651,46 1 819 485,21
312 700,00 1 176 500,00 3 324,17 . 2 397,92 2 153 104,59
8 614 285,71
4 666 250,00
4 255 000,00 1 527 500,00 3 050 000,00 9 650 000,00
3 532 000,00
2 846 764,79
2 101 895,41
3 532 000,00
22 500,00 2 400 000,00 47 500,00 81 250,00 75 000,00 . 0,00 203 750,00 35 000,00
30 000,00 80 000,00 75 500,00 . 6 000,00 191 500,00 190 000,00
14 5000,00 196 000,00 141 750,00 324 000,00 1 800 000,00 2 355 000,00 0,00 0,00 0,00 . 12 261,11 . 12 261,11 . 12 261,11 667 761,11 2 269 511,11 5 290 511,11
859738,89
4 948 660,20
780 488,89 4 359 488,89 5 999 716,67
Keterangan: * = luas lahan garapan (data pada Tabel 2)
Tabel 5.
No.
Pendapatan Rumahtangga Petani Sebelum Implementasi Model Usahatani Terpadu di Lombok Timur, Tahun 2009 Pendapatan Rumahtangga Petani dengan Intensitas Tanam pada UTAT *(Rp/tahun)
Sumber Pendapatan Rumahtangga Petani
Satu Kali/tahun
1. UT Irigasi Air Tanah
Dua Kali/tahun
Tiga Kali/tahun
3 532 000,00
4 948 660,20
5 999 716,67
37 142,86
73 750,00
925 000,00
3. Buruhtani
278 571.43
280 800,00
567 000,00
4. Operator pompa
167 265,71
50 600,00
225 000,00
5. Peternak
114 285,71
149 750,00
900 000,00
17 500,00
0,00
2. Tanaman Buah
6. Nelayan 7. Pedagang Jumlah
0,00 10 285,14 4 232 122,85
165 300,00 5 622 224,26
0,00 8 268 466,67
Keterangan: * = usahatani dengan irigasi air tanah
Agroteksos Vol. 20 No.2-3, Desember 2010
160 Tabel 6.
Penentuan Nilai Harapan Usahatani Irigasi Air Tanah per Pola Tanam di Lombok Timur, Tahun 2009
Strategi (Sm)/ Pola Tanam S1 Bwmr(1 -br(2-br(3
Musim Tanam I Musim Tanam II Musim Tanam III Nilai Harapan p1 State of p2 State of p3 State of nature (Sm)) nature 1 nature 2 3 0,27 6 351 333,33 0,00 0,00 0,00 0,00 1 714 860,00
S2 Tbk(1 - br(2 - br(3
0,03
8 454 722,22 0,00
0,00 0,00
0,00
253 641,67
0,27
4 873 447,21 0,35
2 459 984,33 0,00
0,00
2 176 825,26
0,27
4 873 447,21 0,23
5 807 846,56 0,00
0,00
2 651 635,46
(1
(2
(3
(1
(3
(3
S3 Jg – tbk – br
S4 Jg – tmt – br (1
(2
S5 Tmt – tmt – br
(3
0,18 10 038 030,09 0,23
5 807 846,56 0,00
0,00
3 142 650,13
(1
(2
(3
0,18 10 038 030,09 0,04
10 628 888,89 0,00
0,00
2 232 000,97
(1
(2
(3
0,18 10 038 030,09 0,08
6 944 606,06 0,00
0,00
2 362 413,90
0,18 10 038 030,09 0,35
2 459 984,33 0,00
0,00
2 667 839,93
0,27
4 873 447,21 0,08
6 944 606,06 0,00
0,00
1 871 399,23
0,27
6 351 333,33 0,35
2 459 984,33 0,00
0,00
2 575 854,51
0,24 27 457 083,33 0,31
21 546 250,00 0,00
0,00
13 269 037,50
S6 Tmt – timun -br S7 Tmt – bwmr -br (1
(2
S8 Tmt – tbk – br (1
(3
(2
S9 Jg – Bwmr – br (1
(3
(2
S10 Bwmr – tbk – br (1
(2
S11 Paria – paria -br (1
(2
(3
(3
S12 Jg – tmt – bwmr
(3
0,27
4 873 447,21 0,23
5 807 846,56 1,00 11 802 464,72 14 454 100,18
Keterangan : Pi = peluang tanam per jenis tanaman pada MT ke-i Angka (1, (2 atau (3 = ditanam pada MT ke I, II atau III State of nature ke-i = rata-rata pendapatan tanaman tertentu pada MT ke-i Bwmr=bawang merah; tbk = tembakau; jg = jagung; tmt = tomat; br = bera
Tabel 7.
No.
Nilai Harapan, Pendapatan dan R/C Rasio Lima Pola Tanam Terbaik untuk Perancangan Model Usahatani Terpadu di Lombok Timur, Tahun 2009 Strategi / Pola Tanam
Jumlah Biaya (Rp/ha)
Nilai Produksi (Rp/ha)
Pendapatan (Rp/ha)
R/C
Nilai harapan (Rp/ha/tahun)
1.
S12 Jg-tmt-bwmr
21 378 215,83
35 568 750,00 14 190 534,17
1,35
14 454 100,18
2.
S11 Paria-paria-br
35 577 083,33
84 583 333,33 49 006 250,00
2,38
13 269 037,50
3.
S5 Tmt-tmt-br
10 756 250,00
34 218 750,00 23 462 500,00
3,18
3 142 650,13
5.
S7 Tmt-bwmr-br
26 728 500,00
43 500 000,00 16 771 500,00
1,63
2 362 413,90
6.
S6 Tmt-timun-br
31 176 666,67
69 000 000,00 37 823 333,33
2,21
2 232 000,97
Rancangan Model Usahatani Terpadu Rancangan model usahatani terpadu seluas 36 are, merupakan kombinasi antara: 1. Usahatani tanaman semusim yang optimal hasil penataan petani, yaitu: a). usahatani paria (Bitter gourd atau balsam pear) seluas 3,6 are sebanyak 250 pohon; b). usaha-tani bawang merah (Allium cepa) seluas 16,62 are dan jumlah umbi bibit sebanyak 150 kg atau sebanyak 375 000 umbi bibit; dan c). usahatani tomat (Lycopersicum esculentum) seluas 4,14 are sebanyak 1 680 pohon.
C. Ayu & Wuryantoro: Model usahatani terpadu …
2.
Usahatani “baru” untuk mengotimalkan pemakaian air irigasi air tanah; yakni: a). usa-hatani ikan lele dumbo (Clarias glariepinus) pada kolam tampungan kelebihan air irigasi ukuran 2m x 3 m dan kedalaman 1,5 meter; dengan bibit sebanyak 200 ekor ukuran 7 – 10 cm (umur 1 bulan benih); b). penanaman 52 pohon turi di pematang usahatani bawang merah dengan jarak 2 meter dan diantara 2 pohon turi ditanami 3 – 4 tanaman kacang panjang sebanyak 104 pohon; c). usahatani ternak kambing (sepasang) dengan ukuran kandang
161 4 x 2 m atau setara dengan luas 0,08 are; dan d). budidaya mangga (Mangifera indica) secara monokultur (16 pohon) seluas 11,34 are dan intercultur sebanyak 7 pohon (ditengah lahan usahatani tanaman semusim). Adapun Bagan Model Usahatani Terpadu yang diimplementasikan pada lahan pertanian dengan irigasi air tanah ditampilkan pada Gambar.
pendapatan terhadap total pendapatan usahatani tersebut mencapai 41,04 - 54,92 %. Dampak implementasi model usahatani terpadu diukur berdasarkan perbedaan pendapatan usahatani irigasi air tanah hasil pengelolaan petani dengan model binaan, yakni sebesar Rp 8 388 479,51/tahun. Dampak implementasi tertinggi sebesar 274,16 % pada usahatani dengan intensitas tanam satu kali per tahun dan terendah 120,26 % pada usahatani dengan intensitas tanam 3 kali per tahun.
Implementasi Model Usahatani Terpadu
Dampak Implementasi Model Usahatani Terpadu Terhadap Tingkat Sosial Ekonomi Masyarakat Petani Lahan Kering Implementasi Model Usahatani Terpadu dapat meningkatkan produktivitas usahatani irigasi air tanah sehingga memperbaiki tingkat sosial ekonomi keluarga petani binaan menjadi tergolong tidak miskin berdasarkan Kriteria Kemiskinan Sajogyo dan Kriteria Bank Dunia. Rata-rata peningkatan pendapatan per kapita per tahun anggota keluarga petani akibat implementasi model binaan pada tahun pertama dan kedua sebesar Rp 2 025 094,98 yang selengkapnya pada Tabel 10. Dampak tertinggi adalah sebesar 212,26% pada keluarga petani dengan intensitas tanam satu kali per tahun akibat perbedaan nyata intensitas tanam usahatani yang dikelola petani dengan usahatani model. Peningkatan terhadap pendapatan per kapita per tahun keluarga responden sebesar Rp 2 245 787,24 yang dengan kriteria Sajogyo setara 522,28 kg beras dan dengan Kriteria Bank Dunia setara US $ 234,67. Besarnya dampak implementasi model terhadap peningkatan pendapatan per kapita per tahun keluarga petani dengan intensitas tanam dua kali dan tiga kali adalah sebesar 193,82% dan 99,78%. Adopsi model binaan secara berkelanjutan oleh petani berimplikasi positip terhadap upaya pengentasan kemiskinan masyarakat petani lahan kering dengan irigasi air tanah di Pulau Lombok. Proyeksi rata-rata tambahan pendapatan dari budidaya buah-buahan pada tahun ke-3 adopsi rata-rata sebesar Rp 25 915 271,80/tahun sehingga akan meningkatkan pendapatan/kapita/tahun sebesar 665,03 % dari nilai awal petani (Rp 1 278 722,97/kapita/tahun). Artinya terjadi tambahan peningkatan tingkat pendapatan per kapita anggota keluarga petani dari tahun pertama dan kedua implementasi Model Usahatani Terpadu sebesar 158,37 % menjadi 665,03 % pada tahun ke -3.
Pengukuran Efisiensi Pemakaian Air Model usahatani terpadu bertujuan untuk mengoptimalkan pemakaian air irigasi agar lebih efisien dibandingkan usahatani milik petani. Implementasi model usahatani terpadu menunjukkan pemakaian air irigasi yang lebih efisien sehingga efisiensi ekonomi dan pendapatannya menjadi lebih baik; selengkapnya pada Tabel 8. Efisiensi Pemakaian Air Model Usahatani Terpadu sebesar 8,64. Artinya, setiap Rp 1 biaya irigasi menghasilkan nilai produksi Rp 8,64,- atau setiap satu jam pemberian air irigasi (tarif Rp 15 000/jam) menghasilkan nilai produksi Rp 129 600. Debit air irigasi sebesar 1 m3/detik sehingga volumenya 3 600 m3/jam atau sebanyak 3 600 000 liter/jam. Dampak Implementasi Model Usahatani Terpadu terhadap Peningkatan Pendapatan Usahatani Irigasi Air Tanah Pendapatan usahatani model per tahun sebesar Rp 13 215 271,80/LG dan 71,59%-nya merupakan pendapatan tanaman semusim sedangkan sisanya adalah pendapatan usahatani ikan dan ternak. Kontribusi pendapatan usahatani ikan dan ternak berpeluang ditingkatkan karena potensi air lahan dan pakan ternak dari lahan usahatani yang berlebih. Adopsi model oleh petani secara berkelanjutan berdampak memperbaiki tingkat sosial ekonomi terutama dengan berproduksinya tanaman mangga minimal setelah berumur 3 tahun. Rincian selengkapnya tentang dampak implementasi model tersebut pada Tabel 9. Tanaman mangga berbuah 2 kali/tahun dan harga jual per pohon pada kisaran Rp 200 000 - Rp 350 000 sehingga proyeksi pendapatan per tahun berkisar Rp 9 200 000 - 16 100 000. Proyeksi total pendapatan model binaan setelah diadopsi 3 tahun pada kisaran Rp 22 415 271,80 – Rp 22 415 271,80 dengan kontribusi
Agroteksos Vol. 20 No.2-3, Desember 2010
162
C. Ayu & Wuryantoro: Model usahatani terpadu …
163 Tabel 8.
Analisis Efisiensi Pemakaian Air Irigasi pada Model Usahatani Terpadu di Lombok Timur, Tahun 2009 Irigasi Air Tanah
No.
Rincian
Waktu (jam)
Nilai Produksi (Rp)
Biaya (Rp)
Nilai (Rp)
A.
Model UT Terpadu:
1.
Nilai (Rp/musim/LG)
78,50
1 177 500,00
10 174 836,10
a. Paria
24,50
367 500,00
2 030 000,00
b. Bawang Merah
30,00
450 000,00
5 576 336,10
c. Tomat
24,00
360 000,00
990 000,00
d. Kacang Panjang
870 000,00
e. Ikan Lele Dumbo
108 500,00
f. Ternak Kambing
600 000,00
EPA*
2.
Nilai (Rp/tahun/LG)
235,50
3 532 500,00
30 524 508,30
3.
Nilai (Rp/ha/tahun)
654,17
9 812 500,00
84 790 300,83
8,64
B.
UTAT Petani (Rp/ha/tahun):
1.
Satu kali tanam/tahun
159,17
2 219 676,55
16 253 369,34
7,32
2.
Dua kali tanam/tahun
299,07
5 528 048,78
12 069 902,44
2,18
3.
Tiga kali tanam/tahun
671,88
11 197 500,00
14 999 291,68
1,34
4.
Rata-rata Efisiensi Pemakaian Air (EPA) UTAT /tahun
3,61
Ket: * Rasio Efisiensi Pemakaian Air terhadap biaya irigasi; LG Model Usahatani terpadu = 0,36 ha
Tabel 10. Dampak Implementasi Model Usahatani Terpadu Terhadap Tingkat Sosial Ekonomi Keluarga Petani Pelaksana Usahatani Irigasi Air Tanah di Lombok Timur, Tahun 2009 Ri n c i a n 1.Pendapatan (Rp/thn) 2.Pendapatan/kapita/tahun a.Nilai (Rp) b.i.Kriteria Sajogyo(1 ii.Tingkat Kesejahteraan c.i.Kriteria Bank Dunia(2 ii.Tingkat Kesejahteraan 3.Dampak Model terhadap pendapatan/kapita/tahun a.Nilai (Rp) b.Kriteria Sajogyo(1 c.Kriteria Bank Dunia(2 4.Proyeksi Dampak Model thd pendapatan/kapita/tahun(3: a.Nilai (Rp) b.Persentase kenaikan (%) Keterangan :
Model Usahatani Terpadu 13 215 271,80
Pendapatan Rumahtangga Petani dengan Intensitas Tanam/Tahun Satu kali Dua kali Tiga kali 4 232 122,85 5 622 224,26 8 268 466,67
3 303 817,95 768,33 Tidak Miskin 345,23 Tidak Miskin
1 058 030,71 246,05 Sangat Miskin 110,56 Miskin
1 124 444,85 261,50 Miskin 117,50 Miskin
1 653 693,33 384,58 Hampir Miskin 172,80 Miskin
2 245 787,24 522,28 234,67
2 179 373,10 506,83 227,73
1 650 124,62 383,75 172,43
2 025 094,98 158,37
2 025 094,98 158,37
8 503 912,93 665,03
(1 (3
satuan kilogram beras; harga= Rp 4 300/kg; (2 satuan US $; 1 US $ = Rp 9 570,dibandingkan dengan keluarga petani UTAT non model
Agroteksos Vol. 20 No.2-3, Desember 2010
164 Tabel 9.
No. A. 1. a. b. c. d. 2. a. b. 3. 4. 5. B. 1. 2. 3. 4. C. 1. 2. 3. 4.
Dampak Implementasi Model Usahatani Terpadu terhadap Pendapatan Usahatani Irigasi Air Tanah di Lombok Timur, Tahun 2009 Uraian Model Usahatani Terpadu Pendapatan UT (Rp/LG/musim): Paria Bawang merah Tomat Kacang panjang Pendapatan UT Ikan & Kambing: Ikan (lele dumbo) (/musim) Ternak kambing (/musim)(4 a. Pendapatan riil/LG/musim b. Pendapatan riil/LG/tahun Proyeksi Pendapatan Buah Mangga a. Per musim b. Per tahun Total Proyeksi Pendapatan Model: a. Per musim b. Per tahun Pendapatan UTAT Petani dengan intensitas (Rp/LG/tahun): Satu kali tanam/tahun Dua kali tanam/tahun Tiga kali tanam/tahun Rata-rata Dampak Implementasi Model terha-dap pendapatan(A.3.b.dibanding B): UT satu kali tanam/tahun UT dua kali tanam/tahun UT tiga kali tanam/tahun Rata-rata
Keterangan :
Nilai Pendapatan (Rp) 3 153 588,93 1 119 633,33 1 446 758,10 483 697,50 103 500,00 1 251 501,67 654 835,00 596 666,67 4 405 090,60 13 215 271,80 3 066 666,67 - 5 366 666,67 9 200 000,00 – 16 100 000,00
Persentase 71,59(1 25,42(1 32,84(1 10,98(1 2,35(1 28,41(1 14,87(1 13,54(1 100,00 41,04(2 54,92(2
7 471 757,27 – 9 771 757,27 22 415 271,80 – 29 415 271,80 3 532 000,00 4 948 660,20 5 999 716,67 4 826 792,29 9 683 271,80 8 266 611,60 7 215 555,13 8 388 479,51
274,16(3 167,05(3 120,26(3 173,79(3
(1
= persentase terhadap “A.3.a” (pendapatan riil/LG/musim) = persentase terhadap “A.5” (total proyeksi pendapatan) (3 = persentase terhadap “B” (pendapatan UTAT petani) (4 = selama 4 bulan (= 1 MT UT tanaman semusim) (2
KESIMPULAN Kesimpulan Terbatas pada hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan: 1. Implementasi Model Usahatani Terpadu seluas 36 are; terdiri dari usahatani tanaman semusim pada pola tanam optimal hasil penataan petani (usahatani paria, usahatani bawang merah dan usahatani tomat) dengan usahatani “baru” untuk mengoptimalkan pemakaian air irigasi air tanah (usahatani: kacang panjang dan turi, bawang merah, ikan lele dumbo, ternak kambing dan budidaya buah-buahan). 2. Pendapatan usahatani model senilai Rp 4 405 090,6/lahan garapan/musim yang C. Ayu & Wuryantoro: Model usahatani terpadu …
setara dengan nilai Rp 13 215 271,80/lahan garapan/tahun atau Rp 36 709 088,33/ha/ tahun; terdiri dari pendapatan usahatani: paria 25,42%; bawang merah 32,84%; tomat 10,98%; kacang panjang 2,35%; ikan 14,87% dan usahatani ternak (kambing) 13,54%. 3. Implementasi rancangan usahatani terpadu pada dua tahun pertama berdampak: meningkatkan efisiensi pemakaian air irigasi air tanah dari rata-rata 5,03 menjadi 8,64; meningkatkan pendapatan usahatani rata-rata sebesar Rp 8 388 479,51/lahan garapan/tahun atau setara Rp 23 301 331,97/ha/tahun; serta memperbaiki tingkat sosial ekonomi dari sangat miskin, miskin dan hampir miskin menjadi tidak miskin dengan pendapatan per kapita per tahun sebanyak Rp 3 303 817,95
165 yang setara dengan 768,33 kg beras/kapita/tahun (Kriteria Sajogyo) atau sebesar US$ 345,23/kapita/tahun (Kriteria Bank Dunia). 4. Proyeksi tambahan pendapatan dari budidaya buah-buahan pada tahun ke-3 adopsi adalah rata-rata Rp 25 915 271,80/tahun yang berdampak meningkatkan pendapatan/ kapita/ tahun sebesar 665,03% dari nilai awal petani (Rp 1 278 722,97/ kapita/tahun). Saran Berdasarkan hasil penelitian bahwa model mempunyai keunggulan dari aspek: teknis, ekonomi dan sesuai dengan sosial budaya masyarakat lokal sehingga berdampak meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat adopter secara berkelanjutan. Untuk itu, perlu kerjasama dengan pemerintah untuk proses difusi inovasi sehingga mengembalikan peran usahatani irigasi air tanah sebagai program pengentasan kemiskinan yang efektif di wilayah pertanian lahan kering Pulau Lombok. DAFTAR PUSTAKA Ayu, C. Wuryantoro dan N. Wathoni. 2004. Pendekatan Sistem Pengembangan Wilayah Irigasi Air Tanah serta Dampaknya terhadap Transformasi Tingkat Sosial Ekonomi dan Budaya petani Lahan Kering di Pulau Lombok Tahun 2003. Dalam Jurnal Ilmiah Agroteksos, Vol. 14 No. 1, April 2004. Ayu, C. 2007. Adopsi Teknologi Irigasi Air Tanah serta Dampaknya terhadap Pola Produksi dan Pola Konsumsi Rumahtangga Petani Lahan Kering di Lombok Timur. Makalah pada Seminar Nasional: Masa Depan Agribisnis dan Peran Inovasi
Teknologi serta Rekayasa Sosial Ekonomi Kelembagaan Hasil Penelitian Fakultas Pertanian Universitas Mataram dalam Pembangunan di Propinsi NTB. Mataram, tanggal 23 Pebruari 2008. Ayu, C. and T. Sjah. 2006. Economic Cotributions of Housewives on Farms Irrigated with Grounds Water in East Lombok, Indonesia. Makalah dalam Prosiding: Water Management in Lombok Indonesia: Challenges and Solutions. First Printing: April 2007. Mataram University Press. Mataram. 137-148p. Husnan S, dan Suwarsono, 1999. Studi Kelayakan Proyek. AMP YKPN, Yogyakarta Kustituanto. 1997. Statistik untuk Ekonomi dan Bisnis. BPFE-UGM. Yogyakarta. Soekartawi. 1995. Analisa Usahatani. Universitas Indonesia Press. Jakarta. Sumodiningrat, B. Santoso dan M. Maiwan. 1999. Kemiskinan: Teori, Fakta dan Kebijakan. Penerbit IMPAC. Jakarta. Subagyo, P. Asri, M. dan T.N. Handoko. 1995. Dasar-Dasar Operations Research. BPFE. Yogyakarta. Parel. 1973. Sampling Design and Precedures. The Agricultural Development Coubcil New York. Wathoni, N. 1999. Optimalisasi Penggunaan Sumberdaya Pertanian pada Berbagai Pola Tanam di Wilayah Irigasi Air Tanah Kabupaten Lombok Timur-NTB. Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Brawijaya. Malang.
Agroteksos Vol. 20 No.2-3, Desember 2010