MODEL TERJEMAH TAFSIR AL-QUR’AN BERBAHASA LOKAL (Analisis Terjemahan Tafsîr al-Jalâlain Bahasa Madura Karya Muhammad ‘Arifun) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I.)
Oleh Ummi Hannik NIM: 109034000087
PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1436 H. /2015 M.
LEMBAR PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Ummi Hanik
Nim
: 109034000087
Jurusan
: Tafsir Hadis
Fakultas
: Ushuluddin
Dengan ini saya menyatakan bahwa: 1.
Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi persayaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Ciputat, 29 Desember 2014
Ummi Hannik
MODEL TERJEMAH TAFSIR AL-QUR’AN BERBAHASA LOKAL (Analisis Terjemahan Tafsîr al-Jalâlain Bahasa Madura Karya Muhammad ‘Arifun) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I.)
Oleh Ummi Hannik NIM:109034000087
PROGRAM STUDI TAFSIR HADIS FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H. /2014 M.
Motto *Perjuanagan* Hidup Memerlukan Pengorbanan Pengorbanan Memerlukan Perjuangan Perjuangan Memerlukan Ketabahan Ketabahan Memerlukan Keyakinan Keyakinan Pula Menentukan Kejayaan Kejayaan Pula Menentukan Keberhasilan (By.Gantungan Kunci) Sabda Nabi: Peliharalah (Perintah dan Larangan) Allah, Niscaya kamu akan selalu merasakan kehadiran-nya. kenalilah Allah waktu kamu senang, niscaya Allah Akan Mengenalimu Waktu Kamu dalam Kesulitan. Ketahuilah Apa Yang Luput dari Kamu Adalah Sesuatu Yang Pasti Tidak Menganaimu dan Apa Yang Akan Mengenaimu Pasti Tidak Akan Meleset dari Kamu. Kemenangan(Keberhasilan) Hanya Dapat Dicapai dengan Kesabaran. Kelonggaran Bersamaan dengan Kesusahan dan Datangnya Kesulitan Bersamaan dengan Kemudahan (HR.Tirmidzi) Sabar adalah separuh dari iman dan keyakinan adalah seluruh keimanan. (HR. Ath-Thabrani dan al-Baihaqi) Bukan orang yang sabar, kecuali orang yang Pernah mengalami kesalahan dan bukan orang Yang arif kecuali orang yang pernah melakukan uji coba. (HR.Tirmidzi, Ahmad dan Hakim) Firtman Allah: َالاُُ ََِّف ُ ه ًََ سا ْ ْ َا ًََ س َ ََ اُ َعَِّسيف َ ََ َاُ سْ ََ ََ ال ُ ً اِهال َ َاَ ال سَت َ ََ اَ ا ُاللِّوُاَف سْ ا Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya (Q.S.Al-Baqarah: 286) v
Sesungguhnya Perubahan Itu dari Sisi Manusia, Sedangkan Kenudahan Itu dari Sisi Allah. (Qatadah) Firtman Allah: ٍ ُلاَ ابِأََسف ُْ ًِ َِ سام َ احتهىاُفُغَيفف ُر َ اَ ابَِق سوم َ لَاُفُغَيفف ُر Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Q.S.Al-Ra’d:11
Ciputat, 23 Desember 2014
vi
Persembahan Untuk kedua orang tua tercintaku Abi Hafas Asmuni dan Ummi Salimah Terimakasih atas support doa dan materi yang tak henti-hentinya kalian sisihkan untuk anakmu ini...! Ummi...Abi.... Engkau adalah pahlawan tanpa jasaku Engkau yang pertamakali mengajariku banyak hal Engkau yang selalu menerima kekuranganku Engkau yang selalu mendengarkan keluh kesahku Engkau yang selalu ada di setiap masalahku Engkau yang selalu menjadi motivasi terkuatku Engkau yang selalu membuatku bangkit saat aku terpuruk Dan....engkau pula yang membuat air mataku menetes saat aku melihat fotomu di kamarku. Hingga...engkau membuatku mengukir sejuta mimpi untukmu... Ummi....Abii..... Engkau adalah segalanya bagiku. Aku sadar semua manusia pasti mengalami kematian Tapi sungguh tak sanggup rasanya jika suatu saat nanti... Aku tidak lagi mendengar ocehan kasih sayangmu Ummi... Abi... Mungkin saat ini aku belum melunasi semua citacitaku dan cita-citamu tentangku....karena kebodohanku Tapi, aku sadar aku hanya manusia biasa yang hanya bisa berharap, berdoa, dan pasrah di atas kekuatan Allah yang Maha Esa
Ummi Hanik
Ummi....Abi....ABSTRAK Selama jantung ini masih berdetak, aku...anakmu ini, akan selalu berusaha menjaga asa, dan citaku untuku, untukmu, dan untuk-Nya karena aku percaya Allah itu ada Ummi..Abi...Semoga di sisa umurku dan umurmu ini, aku selalu bisa membuatmu tersenyum bahagia.Amin..! vii
Ciputat, 21 Desember 2014 By: Hanny
Abstrak Ummi Hannik Model Terjemah Tafsir al-Qur’an Berbahasa Lokal (Analisis Terjemahan Tafsîr al-Jalâlain Bahasa Madura Karya Muhammad ‘Arifun) Skripsi ini mengkaji tentang model terjemahan Tafsîr al-Jalâlain bahasa Madura karya Muhammad „Arifun yang ditulis dengan huruf peggu (ArabMadura), model terjemahan gandul (antarbaris). Diangkatnya terjemahan tersebut, untuk memperkenalkannya kepada publik, karena sejauh ini belum dikaji para peneliti untuk dikelompokkan sebagai karya terjemahan Tafsîr al-Jalâlain. Selain itu, untuk menambahkan pernyataan Peter G.Riddel, bahwa terjemahan antar baris yang berkembang di Madura pada abad ke-19, tidak hanya ditulis dalam bahasa Jawa, tetapi juga bahasa Madura, mengingat tahun penulisan terjemahan Tafsîr all lain karya Kiai „Arifun pada tahun 1970 an dan terbit pertamakali tahun 1996. Rumusan masalah dalam penelitian ini di antaranya: Bagaimanakah model terjemahan Tafsîr al-Jalâlain karya Muhammad „Arifun?; Bagaimanakah isi keterangan tambahan dalam kata , dan ulu u t ’ l serta catatan kakinya?; Bagaimana konsistensi penggunaan simbol gramatikal Bahasa Arab dalam terjemahannya? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui model terjemahannya, untuk mengetahui isi keterangan tambahan dalam terjemahannya, dan untuk menilai konsistensi penggunaan simbol gramatikal Bahasa Arabnya. Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library reseach). Sumber data primernya adalah kitab “Tarjamah Tafsîr al-Jalâlain litashîli alFikri Bahasa Madura.” Sedangkan data skundernya adalah data-data pendukung seperti Tafsîr al-Jalâlain sebagai teks sumber yang diterjemahkan, terjemahan Tafsîr al-Jalâlain bahasa Indonesia, buku ul m al-Qur’ n, teori penerjemahan alQur‟an, tulisan tentang literatur tafsir Indonesia, model terjemahan lokal tafsir alQur‟an di Indonesia dsb. Selanjutnya melakukan wawancara dengan penerjemah, keluarga penerjemah, masyarakat sekitar kediaman penerjemah, dan penerbit, untuk memperoleh informasi pribadi penerjemah guna mengungkap latar belakang keluarga, pendidikan, sosial, khususnya latar belakang penerjemahannya atas Tafsîr al-Jalâlain. Pengolahan data dilakukan dengan metode deskriptifanalitis, yaitu penelitian yang berupaya memberikan gambaran secara deskriptif sekaligus mengeksplorasi secara mendalam metode terjemahan Kiai „Arifun untuk dianalisis agar memberikan pemahaman tentang model terjemahannya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kiai „Arifun menggunakan dua metode dalam terjemahannya yaitu harfiyyah dan tafsiriyyah. Pertama, harfiah gandul, tata bahasanya telah disesuaikan dengan bahasa Arab. Dalam terjemahan ini, ada tiga simbol gramatikal Bahasa Arab yang konsisten digunakan di antaranya huruf mîm sebagai mubtadâ’ diistilahkan dengan kata dining, huruf k ’ sebagai khabar diistilahkan dengan kata panika, huruf ’ sebagai ‘ l diistilahkan dengan kata pasira. Kedua, ada komentar penerjemah atas ayat yang ditafsirkan, tata bahasanya telah disesuaikan dengan bahasa Madura. Kedua, terjemah tafsiriyyah, yaitu keterangan tambahan yang diawali kata fâ’idah k ah dan ulu u t ’ l serta keterangan tambahan berbentuk catatan kaki berupa komentar penerjemah, penegasan penerjemah atas tafsir, dan ’lâl kalimah.
viii
KATA PENGANTAR Alhamdulillah, berkat rahmat dan hidayah Allah SWT penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Model Terjemah Tafsir al-Qur’an Berbahasa Lokal (Analisis Terjemahan Tafsîr al-Jalâlain Bahasa Madura Karya Muhammad ‘Arifun.” Karya ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar strata satu (S1) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Proses penulisan skripsi ini berdasarkan bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ucapkan terimakasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu proses penyelesaian sampai perbaikan skripsi di antaranya: Kepada Dr. Abdul Moqsith Gazali, MA. dosen sekaligus pembimbing yang telah memberikan arahan, kritik, saran, dan masukan yang diberikan kepada penulis selama proses pembelajaran untuk pembuatan skripsi bab satu sampai bab penutup. Sekali lagi saya ucapkan terimakasih atas kesediaan bapak yang telah mengoreksi skripsi saya berulang kali, sehingga sampailah pada titik ahir. Kepada Bapak Dr. Mafri Amir, MA. dan Bapak Eva Nugraha, MA. selaku dosen sekaligus penguji yang telah memberikan arahan, kritik, dan saran yang diberikan kepada penulis selama proses sidang skripsi. Sekali lagi saya ucapkan terimakasih atas kesediaan bapak yang telah menjadi penguji skripsi saya dan juga terimakasih atas arahan dan masukannya dalam proses revisi skripsi saya. Kepada Ibu Lilik Umi Kultsum, MAg. selaku ketua jurusan Tafsir Hadis sekaligus sebagai dosen penasehat proposal skripsi saya. Penulis ucapkan terimakasih banyak yang telah memberi arahan, tanggapan dan masukan selama
ix
pembuatan judul dan proposal skripsi. Bapak Jauhar Azizy, MA selaku sekretaris Jurusan Tafsir Hadis. Serta kepala beserta staf Perpustakaan Utama, Perpustakaan Pascasarjana, dan Perpustakaan Fakultas terimakasih atas pelayanan yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Kepada Dr.Bustamin, M.S.i, dosen Tafsir Hadits Penulis ucapkan terimakasih banyak yang telah memberikan saran kepada penulis untuk melakukan penelusuran karya tafsir, terjemah tafsir, terjemah al-Qur‟ân, dan karya kitab hadits yang ada di wilayah Madura. Atas saran pak Dr. Bustamin tersebut, penulis akhirnya melakukan penelusuran atas kitab-kitab tafsir karya Kiai Madura dibantu ibu penulis yaitu Salimah Hafas dan akhirnya ditemukanlah sebuah kitab berjudul “Tarjamah Tafsîr al-Jalâlain litashîli al-Fikri Bahasa Madura,” dari toko kitab “Saichona Kholil Bangkalan.” Kepada Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA selaku rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh pendidikan starata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan terimkasih pula atas bantuan dananya melalui Beasiswa PMDK KHUSUS BLU Fakultas Ushuluddin, sehingga penulis dibebaskan dari pembayaran SPP selama 8 semester (I-VIII). Kepada Bapak Prof.Dr.Masri Mansoer, selaku dekan Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dr.Suryadinata selaku pembimbing akademik. Serta segenap dosen, jajaran staff, dan pegawai Fakultas Ushuluddin yang senantiasa membantu dan mengarahkan hingga penulis sampai pada penyelesaian studi di Fakultas Ushuluddin Jurusan Tafsir Hadis ini.
x
Terimkasih juga atas support dan doanya kepada kedua orang tua tercinta dan penulis hormati, Ummi Salimah dan Abi Hafas Asmuni. Mereka berdua yang membantu dalam proses penelitian skripsi ini, mulai dari penelusura kitab Tarjamah Tafsir al-Jalâlain bahasa Madura sampai proses wawancara penulis dengan Muhammad „Arifun. Awalnya penulis tidak mengetahui keberadaan kitab tersebut, karena penulis mengutarakan keinginan penulis untuk mencari karya tafsir atau hadis bahasa Madura, ummi berupaya mencari dan bertanaya ke tokotoko yang berada di Bangkalan dan alhamdulillah ahirnya ummi menemukan sebuah karya terjemahan Muhammad „Arifun yang berjudul “Terjemah Tafsîr alJalâlain Bahasa Madura” di toko kitab Saichona Kholil Bangkalan. Kemudian ummi membelikan untuk saya sebanyak 12 jilid untuk dikirim ke Jakarta. Itulah hebatnya kedua orang tua yang tak hentinya berjuang demi kesuksesan anaknya. Kemudian terimkasih juga atas support dan doanya, kepada kakak penulis, Sirojul Alam, dan Afifah Darajat. Adik laki-laki penulis Hammad Abal Alam yang saat ini duduk di semester V Jurusan Tafsir Hadits, dan adik perempuan penulis Imamatul Abidah. Kiai Muhammad „Arifun dan sekeluarga yang telah bersedia untuk penulis wawancarai di kediamaannya Pesantren Darul Ulum al-Ishaqi Jember dan terimaksih banyak kepada Muhammad „Arifun yang mengizinkan penulis untuk menjadikan karya terjemahannya sebagai sumber primer dalam skripsi ini. Saya juga bersyukur bisa dipertemukan dengan Muhammad „Arifun selaku penerjemah Tafsîr al-Jalâlain, sosoknya yang sederhana, pekerja keras, produktif, dan da‟i kondang di Jember. Kepada segenap pihak penerbit kitab Tarjamah Tafsîr alJalâlain litashîli al-Fikri Bahasa Madura yaitu “Mutiara Ilmu” kota Surabaya,
xi
ruko Sunan Ampel di antaranya Bapak Masyhud, Bapak Saleh, Bapak Edi dsb. Penulis ucapkan terimakasih atas segala informasi yang diberikan mengenai proses percetakan dan sejarah penulisan kitab hingga sampai ke tangan penerbit. Kemudian tak lupa pula kepada rekan kerja di bagian kasir Minimarket Prima Mart, restoran Sotokauman Kudus, Lembaga Survey Indoriset, dan Indeks Indonesia. Pengalaman yang penulis dapatkan dari beberapa tempat kerja tersebut membantu penulis dalam menambah pengetahuan dan pengalaman bagaimana berwirausaha, pembelajaran berfikir mandiri, bersosialisaisi dan menghargai sesama. Selain itu, bisa membantu meringankan beban orang tua penulis dalam memenuhi kebutuhan ekonomi selama di Jakarta. Dengan pengalaman kerja tersebut, membuat penulis merasakan susah, lelahnya berjuang mempertahankan hidup di Jakarta dan membuat penulis termotivasi untuk melanjutkan kuliah ke jenjang S2 konsentrasi ilmu tafsir atau linguistik. Kemudian teman-teman mulai dari teman kelas TH-A, TH B, TH-C/2009. yang sampai saat ini mewarnai kehidupan penulis selama di Jakarta khususnya dalam prosesi penyelesaian skripsi ini baik dalam hal saling memotivasi, support, saling memberi informasi tentang mekanisme pelaksanaan sidang skripsi dan wisuda, dan yang paling penting adalah saling mengingatkan tentang kekuasaan Allah atas kasih sayangnya. Dan hal itu membuat penulis tenang dan semangat dalam mengerjakannya, apalagi ketika mengingat Ummi dan Abi yang telah tiga kali berturut-turut mengantarkan penulis ke Jember untuk mewawancarai „Arifun sebagai penerjemah kitab. Ciputat, 14 Januari 2015 Ummi Hannik
xii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN Transliterasi Arab-Latin yang digunakan dalam skripsi ini berpedoman pada buku “Pedoman penulisan karya ilmiah (skripsi, tesis, disertasi)” yang ditebitkan oleh CEQDA (Center For Quality Development and Assurance) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007. Kecuali huruf yang menggunakan garis dibawah dalam buku pedoman diganti dengan titik di bawah. Padanan Aksara Huruf Arab
Huruf Latin
Keterangan
ا
tidak dilambangkan
ب
b
be
ت
t
te
ث
ts
te dan es
ج
j
Je
ح
h dengan titik bawah
خ
kh
ka da ha
د
d
de
ذ
dz
de dan zet
xiii
ر
r
er
ز
z
zet
س
s
es
ش
sy
es dan ye
ص
es dengan titik di bawah
ض
de dengan titik di bawah
ط
te dengan titik di bawah
ظ
zet dengan titik di bawah
ع
„
koma terbalik di atas hadap kanan
غ
gh
ge dan ha
ؼ
f
ef
ؽ
q
ki
ؾ
k
ka
ؿ
l
el
ـ
m
em
xiv
ف
n
en
ك
w
we
ﻫ
h
ha
ء
‟
apostrof
م
y
ye
Vokal Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut: Tanda vokal Arab
Tanda vokal latin
Keterangan
ﹷ
A
fat ah
ﹻ
I
kasrah
ﹹ
U
ammah
Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut: Tanda vokal Arab
Tanda vokal latin
Keterangan
_َ__ ي
Ai
a dan i
_َ__ و
Au
a dan u
xv
Vokal Panjang Ketentuan alih aksara vokal panjang (mad), yang dalam bahasa Arab dilambangkan dengan harakat dan huruf, yaitu: Tanda vokal Arab
Tanda vokal latin
Keterangan
َىا
â
a dengan topi di atas
َىِ ْي
î
i dengan topi di atas
َىػُ ْو
u dengan topi di atas
Kata Sandang Kata sandang, yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf, yaitu ال, dialihaksaran menjadi huruf/I/, baik diikuti huruf syamsiyyah maupun huruf qamariyyah. Contoh: al-rijâl bukan ar-rijâl, al-dî wân bukan addî wân. Syaddah (Tasydid) Syaddah atau tasydî d yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan sebuah tanda (ّ_), dalam alihaksara ini dilambangkan dengan huruf, yaitu dengan menggandakan huruf yang diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah itu terletak setelah kata ّ الtidak ditulis sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyyah. Misalnya, kata ضرُو َرة - ar rah melainkan l- ar rah, demikian seterusnya.
xvi
Ta Marb ah Berkaitan dengan alih aksara ini, jika huruf ta marb ah terhdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/ (lihat contoh 1 di bawah). Oleh kata sifat (n ’t) (lihat contoh 2). Namun, jika huruf ta marb ah tersebut diikuti kata benda (ism), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /t/ (lihat contoh nomer 3). contoh: No
Kata Arab
Alih aksara
1
ﻃريﻘة
arî qah
2
اجلامﻌةَاالسالميّة
al-jâmi„ah al-islâmiyyah
3
كحدةَالوجود
wa dah al-wujûd
Huruf Kapital Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal,dalam alih aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan,dengan mengikuti ketemtuan yang belaku dalam ejaan yang disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, antara lain untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal, nama tempat, nama bulan, nama diri,dan lain-lain. Penting diperhatikan, jika nama diri didahului oleh kata sandangnya. (Contoh: Ab
âmid al-Ghazâli bukan Ab
âmid Al-Ghazâli, al-
Kindi Bukan Al-Kindi). Beberapa ketentuan lain dalam EYD sebetulnya juga dapat diterapkan dalam alih aksara ini, misalnya ketentuan mengenai huruf cetak miring (italic) atau cetak tebal (bold). Jika menurut EYD, judul buku itu ditulis dengan cetak
xvii
miring, maka demikian halnya dalam alih aksaranya. Demikian seterusnya. Berkaitan dengan penulisan nama, untuk nama-nama tokoh yang berasal dari dunia Nusantara sendiri, disarankan tidak dialihaksarakan meskipun akar katanya berasal dari bahasa Arab. Misalnya ditulis Abdussamad al-Palimbani, tidak „Abd al- amad al-Palimbânî; Nuruddin al-Raniri, tidak Nûr al-Dîn al-Rânîrî. Cara Penulisan Kata Setiap kata, baik kata kerja ( ’ l), kata benda (ism), maupun huruf ( arf) ditulis secara terpisah. Berikut adalah beberapa contoh alih aksara atas kalimatkalimat dalam bahasa Arab, dengan berpedoman pada ketentuan di atas: Kata Arab
Alih aksara
َ َُ ذﻫبَاالُستاذdzahaba al-ustâdzu َ ﺛػبتَاال ْجُرtsabata al-ajru احلركةَالﻌَﺼريََّةal- arakah al-„a riyyah ا ْشهدَأ ْفَالَاِلهَاالَّالَلّهasyhadu an lâ ilâha illâ Allâh ِ ِ موالناملMaulânâ Malik al- âli كَالﺼالِح ْ يػُؤﺛػَّنرُك ُمَاهللyu‟atstsirukum Allâh ِ املظal-ma âhir al-„aqliyyah اﻫرَالﻌ ُﻘليَّة ُتَالك ْونيََّة ُ االياal-âyât al-kauniyyah الﻀَُّركرةَتُبِْي ُحَالْم ْحظُْوراتal- ar rah tubî hu al-ma
xviii
rât
PEDOMAN TRANSLITERASI JAWI-PEGON Transliterasi Jawi-Pegon yang digunakan dalam skripsi ini berpedoman pada transliterasi Jawi-Pegon yang bersumber dari Library of Congress.1 Abjad dan Huruf Pangkal Kata
Tengah Kata
Akhir Kata
Tunggal
Padanan Rumi
ﺍ
ا
ا
ا
terkecuali (lihat Note 1)
ﺑ
ب
ب
ب
b
ت
ت
ت
ت
t
ﺛ
ﺜ
ﺚ
ث
*th, s (lihat Note 2)
ج
ﺠ
ﺞ
ج
j
ﭠ
ﭡ
ﭟ
ﭞ
c
ح
ح
ح
ح
h
ﺧ
ﺨ
ﺦ
خ
kh
د
د
د
د
d
ذ
ﺬ
ﺬ
ذ
*dh,z (lihat Note 2 n 3)
ﮆ
ﮆ
ﮇ
ﮆ
dh (lihat Note 8)
ر
ر
ر
ر
r
ز
ﺰ
ﺰ
ز
z (lihat Note
1
Transliterasi Jawi-Pegon yang digunakan dalam skripsi ini diakses pada tanggal 20 Januari 2015 dari www.loc.gov/jawi-pegon.pdf dan www.loc.gov>The
xix
3)
س
ﺴ
ﺲ
س
s
ش
ﺸ
ﺶ
ش
sy (lihat Note 3)
ﺻ
ﺼ
ﺺ
ص
*s, s (lihat Note 2 and 3)
ﺿ
ﻀ
ﺾ
ض
*d, d (lihat Note 2 and 3)
ﻁ
ﻄ
ﻂ
ط
*t, t (lihat Note 2 and 3)
ﻅ
ﻆ
ظ
ظ
*z, i, z (lihat Note 3 and 4)
ڟ
ََىڟ
ىڟ
ڟ
th (lihat Note 8)
ﻋ
ﻌ
ﻊ
ع
omit (lihat Note 3)
ﻏ
ﻐ
ﻎ
غ
gh (lihat Note 3)
ڠـ
ـڠـ
ـڠ
ڠ
ng
ﻓ
ﻔ
ﻒ
ؼ
*f, p (lihat Note 3 and 5)
ﻗ
ﻘ
ﻖ
ؽ
*q, k (lihat Note 2)
ﭜ
ﭝ
ﭛ
ﭚ
p
ك
ك
ك
ؾ
k
ڬ
ىڬ
ىڬ
ݢ
g
ل
ل
ﻞ
ؿ
l
م
م
م
ـ
m
xx
ن
ﻨ
ﻦ
ف
n
ﭘ
ﭙ
ﺚ
ﺙ
ny
ﻫ
ﻫ
ه
ق,ة
h
ﻭ
و
و
ك
w, u, o, au (lihat Note 6)
ۏ
ۏ
ـۏ
ۏ
V
ي
ي
ﻰ
ل
y, i, e, ai (lihat Note 7)
Vokal dan Diftong
ا
ََ
a
ك
ََُ
u
م
ََِ
i
-
῀
ĕ
م
ََْ ﻳ
e, ai
ك
َََ ْك
o, a
xxi
Notes 1
For the use of alif see rules 3-5
2
Letters in the Romanization column marked with an asterisk (*) represent the romanized value of the equivalent Jawi letter when it occurs in Arabic words (not Arabic loan words). The letter not designated with an asterisk represent the proper romanization value for the letter when it occurs in Malay words. The boundary between words that are Arabic loans and those that are foreign Arabic terms used in Malay context is not always easy to draw. Common usage for the types of literature in which such words appear should always be followed.
3
Jawi letters typically found only in Arabic and Arabic loan words
4
Some words of Arabic origin with the letter ﻇhave come into the language with the equivalent / (e.g., lahir), others with the equivalent z (e.g., zalim).
5
The letter ﻑis often used as a shorthand way of writing ﭪ. When this is clearly the case, the letter ﻑshould be romanized as p.
6
On ُ (wau), see rules 6 and 8b
7
On ( يyad), see rules 7 and 8b
8
The letters ﺫand ﻇare used for Javanese and Sundanese transliteration.
xxii
Note: The words افنَ ه, فوَْوin case “Tarjamah Tafsîr al-Jalâlain litashîli alFikri Bahasa Madura,” are use Romanization p RULES OF APPLICATION 1
Jawi orthography far from standard, particularly in handwritten documents. Nevertheless, for the purposes of cataloging, it is essential to standardize the romanized form of every lexeme. Two widely accepted standards for writing Malay in the Latin script exist: the Indonesian and the Malaysian. In this table, the Indonesian standard, referred to as Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, has been employed
2
Arabic words (not Arabic loan words) appearing in a malay text are analogous to French words and expressions in a Russian novel or latin phrases in Chatolic theology text, and their distinctness should be preserved by transliterating them in accordance with the rules governing the romanization of the relevant language, Arabic or Malay. Malay words of Arabic origin whose orthography is the same as the Arabic might therefore be romanized of the relevant language, Arabic or Malay. Malay words of Arabic origin whose orthography is the same as the Arabic might therefore be romanized differently at different points in the same text. Thus the word قدُسwill be romanized kudus when it appears as a Malay word, but quds when it is used as an Arabic term or in an Arabic phrase
3
( لalif), ( وwau), and ( ﻱyad) are used to support (ﺀhamzah); when so used these letters are not represented in romanization. see rules 8b. xxiii
4
At the beginning of a word, alif represents an initial vowel or diphthong and is romanized accordingly as a, e, i, u o ()ل و, au, ()ﺍاو, e, (ُ )ﺍ, or ai (ُ )ﺍ. Following a consonants, alif represents the vowel Romanized as a.
5
The optional alif gantung (for example, in the word )تياغ, when used, does not change the Romanized of the word
6
The letter ( وwau) is used: (a) to represent the consonanat romanized as w, (b) to represent the vowels dipthong romanized as u, o, and au, and (c) to support ( ﺀhamzah) (see rule 8b).
7 The letter ( ﻱyad) is used: (a) to represent the consonant romanized as y, (b) to represent the vowels and dipthong romanized as, i, e, and ai, and (c) to support ( ﺀhamzah) (se rule 8b). 8
( ﺀhamzah) a) In Arabic words, and most Arabic loans where it is found, hamzah is romanized according to the rules for Arabic (including use of the non-alphabetic mark ‟ (alif)). b) Hamzah used to separate contiguous vowels, supported by ﺍ, or و, or ﻱ, is not represented in romanization (for example, lain ألُن, laut
)لؤت, permintaan (ﭬرَنتأن.
xxiv
c) Hamzah replacing initial alif in vowel-initial words to which the prefix ke-or se has been attached by the vowel value that it elided ( َئنماkeenam, ْئندهseindah, ْؤرغ اseorang) d) A hamzah used after the reduplicating numerial 2 in vowel-final roots followed by the suffixes –an or –i is not represented in romanization e) The occasional use of hamzah to represent a word final glottal stop (for example, ) تيدلءis romanized as k. 9
Words doubled with the number 2 should be written out in full (for example, mata-mata٢) اَ ت. When the root ends in a consonant such that an appended –an or –i suffix must reduplicate the final consonant, the doubled consonant, the doubled consonant is not represented in the romanization. (for example: rumput-rumputan تنا۲ْ)رَﭭ
10 In cases where the postpositive itu or prepositive yang are joined to the preceding or following word, they should be romanized as separate words. 11 Alif maqsurah, waslah, maddah, shaddah, and tanwin are not commonly used in Jawi script except in Arabic word or phrases. If they do not appear as adornment on Malay words, they are not represented in the romanization. Ta marbutah, romanized as t, is not properly a Jawi script character either, but sometimes it may be found in Malay texts.
xxv
DAFTAR ISI ABSTRAK .......................................................................................................... viii KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ............................................. xiii PEDOMAN TRANSLITERASI JAWI-PEGON ............................................. xix DAFTAR ISI .................................................................................................... xxvi DAFTAR TABEL ........................................................................................... xxxi DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xxxii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xxvii BAB
I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .....................................................................1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...............................................11 C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................11 D. Kajian Pustaka ..................................................................................12 E. Metodologi Penelitian .......................................................................22 F. Sistematika penulisan .......................................................................25
BAB II TINJAUAN UMUM PENERJEMAHAN AL-QUR’AN A. Pengertian dan Perbedaan antara Terjemah dan Tafsir ....................27 B. Jenis-jenis Penerjemahan al-Qur‟an dan Syarat-syaratnya ..............34 C. Model Terjemahan Lokal .................................................................38 BAB III PROFIL MUHAMMAD ‘ARIFUN A. Latar Belakang Keluarga ..................................................................50 B. Sejarah Sosial Intelektual..................................................................54 C. Karya Intelektual...............................................................................59
xxvi
BAB IV PROFIL KITAB TARJAMAH TAFSÎR AL-JALÂLAIN LITASHÎLI AL-FIKRI BAHASA MADURA A. Profil Singkat Kitab Tafsîr al-Jalâlain .............................................62 B. Beragam Literatur Terjemahan Tafsîr al-Jalâlain di Indonesia .......64 C. Terjemahan Tafsîr al-Jalâlain Bahasa Madura Karya Muhammad „Arifun .........................................................................68 D. Gambaran Umum Kitab Tarjamah Tafsîr al-Jalâlain litashîli al-Fikri Bahasa Madura ...................................................................69 BAB V
ANALISIS MODEL TERJEMAH TAFSÎR AL-JALÂLAIN BAHASA MADURA A. Metode terjemah Tafsîr al-Jalâlain karya Muhammad „Arifun ......77 B. Keterangan Tambahan dalam Terjemahan Tafsîr al-Jalâlain Bahasa Madura Karya Muhammad „Arifun .....................................87 C. Konsistensi Penggunaan Simbol Gramatikal Bahasa Arab dalam Terjemahan Tafsîr al-Jalâlain Karya Muhammad „Arifun .134
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan .....................................................................................143 B. Saran ...............................................................................................144 DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................146 LAMPIRAN-LAMPIRAN 1. Lampiran 1 Biodata Informan .........................................................................151 2. Lampiran 2 Foto Bersama Muhammad „Arifun di Pesantren Darul Ulum al-Ishaqi ...........................................................................................................155 3. Lampiran 3 Cover Kitab Tarjamah Tafsîr al-Jalâlain litashîli al-Fikri
xxvii
Bahasa Madura Jilid 1-12 ...............................................................................157 4. Lampiran 4 Surat Keterangan Wawancara dengan Muhammad „Arifun .......164 5. Lampiran 5 Hasil Transkip Wawancara dengan Muhammad „Arifun ............165 6. Lampiran 6 Hasil Transkip Wawancara dengan Anak Muhammad „Arifun (Abdul Bari dan Siti Munawaroh) ...................................................................170 7. Lampiran 7 Surat Keterangan Wawancara Penerbit Mutiara Ilmu ................ 173 8. Lampiran 8 Hasil Transkip Wawancara dengan Penerbit Mutiara Ilmu .........174 9. Lampiran 9 Hasil Transkip Wawancara dengan Muhsinin (Alumni Pesantren Kemoneng, Cabang Pesantren al-Wafa Temporejo) ...................................... 177 10 Lampiran 10 Surat Keterangan Izin Penelitian Museum Bayt al-Qur‟an TMII (Taman Mini Indonesia Indah) ..............................................................181 11 Lampiran 11 Sejarah Ringkas Pengasuh Pesantren Darul Ulum al-Ishaqi.....182 12 Lampiran 12 Gambar Silsilah Penerjemah (Muhammad „Arifun) dari Ayahnya (KH.Hasan Basri)....................................................................................... .....183 13 Lampiran 13 Skema Silsilah Penerjemah (Muhammad „Arifun) dari Ayahnya (KH.Hasan Basri) ............................................................................................184 14 Lampiran 14 Ragam Pembuka Surah Terjemahan Tafsîr al-Jalâlain bahasa Madura Karya Muhammad „Arifun ................................................................186 15 Lampiran 15 Ragam Penutup Surah Terjemahan Tafsîr al-Jalâlain Karya Muhammad „Arifun ..............................................................................190 16 Lampiran 16 Cover Karya Intelektual Muhammad „Arifun Lainnya .............195 17 Lampiran 17 Terjemahan Muqaddimah (Pendahuluan) Tafsîr al-Jalâlain dalam Bahasa Madura Karya Kiai „Arifun ......................................................199 18 Lampiran 18 Cover “Al-Qur’ n T rj m
xxviii
B s M
ur ” (Aksara Latin) ....201
19 Lampiran 19 Kata Pengantar Pengasuh Jamaah Pengajian Surabaya (JPS) ...202 20 Lampiran 20 Kata Pengantar Tim Penerjemah “Al-Qur’ n T rjamah Basa Madura” dalam Bahasa Madura......................................................................203 21 Lampiran 21 Kartu nama penerjemah, keluarga penerjemah, dan penerbit Mutiara Ilmu beserta penerbit karya intelektual Kiai „Arifun lainnya ............204 22 Lampiran 22 Tabel Simbol Gramatikal bahasa Arab (Bahasa Jawa ) dalam Kitab Kaifiyatu Rumzi al-M ’ n l
l-Madâris wa al-M ’
l-Islâmiyyah
Karya Muhammad Mujtabi Thaifur, Kediri ...................................................206 23 Lampiran 23 Tabel Simbol Gramatikal bahasa Arab (Bahasa Madura ) dalam kitab al-Iktisyâf fi Tadrîbi Qirȃ’
Kutub l-Salaf li al-Mubt
' ’ȋn karya
Abdul Hannan Tibyan, Pesantren Puncak Daru Salam Pamekasan Madura .208 24 Lampiran 24 Tabel Simbol Gramatikal bahasa Arab (Bahasa Madura ) dalam kitab Nubdah al-B y n
T lîl M ‘r
Q w ’
Sy
K l m A l ‘Ir n;
Program Akselerasi Baca Kitab Kuning Bagi Pemula dan Santri Kecil karya Abdul Hamid Ahmad Mahfudz Ziyadi, dkk, Pamekasan Madura ..................213 25 Lampiran 25 Tabel Simbol Gramatikal bahasa Arab (Bahasa Indonesia ) dalam kitab M t n l- ur m yy
l
l-Im m l- on
j
n T rj m
nny
dan Penjelasannya karya Abdul Khaliq (Pondok Pesantren Pamekasan Madura) ...........................................................................................................215 26 Lampiran 26 Tabel Simbol Gramatikal bahasa Arab (Bahasa Jawa ) dalam “Memahami Kitab Kuning melalui Terjemahan Tradisional(Suatu Pendekatan Tradisional Terjemahan Pondok Pesantren),” karya Ali Abu Bakar Basmalah .........................................................................................................216
xxix
27 Lampiran 27 Tabel Simbol Gramatikal bahasa Arab (Bahasa Jawa ) dalam “Ngalogat di Pesantren Sunda Menghadirkan yang dimangkirkan, dalam Sadur karya Iip Dzulkifli yahya .................................................................................217 28 Lampiran 28 Biodata Penulis Skripsi ..............................................................218
xxx
DAFTAR TABEL 1 Tabel 2: 1 Perbedaan Terjemah dan Tafsir ......................................................33 2 Tabel 2: 2 Daftar Simbol dan Istilah Simbolik Terjemahan Madura ...............46 3 Tabel 2: 3 Terjemahan Huruf Jer dalam Bahasa Madura dan Indonesia .........48 4 Tabel 2: 4 Terjemahan Huruf ‘A af Bahasa Madura dan Indonesia ................49 5 Tabel 3 :5 Karya Intelektual Muhammad „Arifun ............................................61 6 Tabel 4: 6 Beragam Literatur Terjemahan Tafsîr Jalâlain di Indonesia ..........67 7 Tabel 4: 7 Gambaran Umum Kitab Tarjamah Tafsîr al-Jalâlain litashîli al-Fikri Bahasa Madura Perspektif Filologis ....................................................75 8 Tabel 5: 8 Rangkuman Kata Fâ’idah, Q
ah, dan qauluhu t ‘âla
dalam Terjemahan Tafsȋr al-Jalâlain Karya Muhammad „Arifun ....................87 9 Tabel 5: 9 Rangkuman Catatan Kaki dalam Terjemahan Tafsȋr al-Jalâlain Karya Muhammad „Arfun ............................................................116 10 Tabel 5: 10 Penggunaan Simbol Gramatikal Bahasa Arab dalam Terjemahan T sîr al-Jalalain Karya Kiai „Arifun ........................................142
xxxi
DAFTAR GAMBAR 1 Gambar 2: 1 Skema Pengertian Terjemah ........................................................29 2 Gambar 2: 2 Skema Pengertian Tafsir ..............................................................31 3 Gambar 3: 3 Jalur Guru Kiai „Arifun sampai kepada Imam Muhammad Nawawi al-Bantani ............................................................................................57 4 Gambar 5: 4 Contoh Umum Terjemahan Tafsîr al-Jalâlain Karya Muhammad „Arifun Surah Âli Imrân Ayat 31 ......................................................................79 5 Gambar 5: 5 Fâ’
Surah al-Baqarah dan Makna Alif Lâm Mîm ..................89
6 Gambar 5: 6 Fâ’
Bacaan Ist ‘âdzah ...........................................................95
7 Gambar 5: 7 Fâ’idah Bacaan Basmalah..........................................................101 8 Gambar 5: 8 Keterangan Tambahan tentang Iblis ...........................................104 9 Gambar 5: 9 Keterangan Tambahan tentang Q
ah .......................................110
10 Gambar 5: 10 Catatan Kaki Terjemahan Tafsîr al-Jalâlain Surah An-Nisâ‟ Ayat 71 ............................................................................................................118 11 Gambar 5: 11 Catatan Kaki Terjemahan Tafsîr al-Jalâlain Surah An-Nisâ‟ Ayat 154 ..........................................................................................................120 12 Gambar 5: 12 Catatan Kaki Terjemahan Tafsîr al-Jalâlain Surah al-Ma‟idah ayat 44 ............................................................................................................123 13 Gambar 5: 13 Catatan Kaki Terjemahan Tafsîr al-Jalâlain Surah al- Mâ‟idah Ayat 108 ..........................................................................................................126 14 Gambar 5: 14 Catatan Kaki Terjemahan Tafsîr al-Jalâlain Surah al-A„râf ayat 57 .............................................................................................................128 15 Gambar 5: 15 Catatan Kaki Terjemahan Tafsîr al-Jalâlain Surah An-Nisâ‟ ayat 158 ...........................................................................................................131
xxxii
16 Gambar 5: 16 Simbol Gramatikal Bahasa Arab Surah al-Baqarah jilid satu 134 17 Gambar 5:17 Simbol Gramatikal Bahasa Arab Surah al-Baqarah jilid satu ...135 18 Gambar 5:18 Simbol Gramatikal Bahasa Arab Surah al-Baqarah jilid satu ...136 19 Gambar 5:19 Simbol Gramatikal Bahasa Arab Surah Âli „Imrân jilid 1 ........137 20 Gambar 5:20 Simbol Gramatikal Bahasa Arab Surah Âli „Imrân jilid 1 ........138 21 Gambar 5:21 Simbol Gramatikal Bahasa Arab Surah Âli „Imrân jilid 2 ........139
xxxiii
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terjemah al-Qur‟an adalah pemindahan atau pengalihan al-Qur‟an ke dalam bahasa asing selain Bahasa Arab. Dilakukannya pemindahan al-Qur‟an ke dalam bahasa terjemah agar dapat dikaji oleh orang yang belum memahami Bahasa Arab. Hal t rs ut s a a mana p rn ataan Mu amma „ l al-
n
1
M.Tata Taufik, sebagaimana dikutipnya dari Jp.Vinay dalam Georges Mounin, menjelaskan bahwa Khalid Abdurrahman al-Ak mendefinisikan terjemah alQur‟an s a a p n al an makna atau sebagian makna al-Qur‟an s atas kemampuan dan kebolehan yang diberikan ilmu tafsir dan takwil, dan bukan berarti menyalin al-Qur‟an asl
2
Berkenaan dengan penerjemahan al-Qur‟an, khususnya di Indonesia. Peter G.Riddel menyimpulkan dalam penelitiannya t ntan “Menerjemahkan al-Qur‟an ke dalam Bahasa-Ba asa In on s a,” bahwa terjemahan al-Qur‟an alam a asa Melayu dan bahasa Indonesia telah dirintis sejak abad ke-16, yaitu sejak zaman Hamzah Fansuri. Menururtnya, sejak zaman tersebut, terjemahan al-Qur‟an terbagi dalam tiga periode penting.3 Peter menambahkan, bahwa Tarjumân al1
Muhammad „ l aln , Ikhtisar fi Ulum al-Qur‟an. Penerjemah Muhammad Qodirun Nur (Jakarta: Pustaka Amani, 2001), h.333. 2 M Tata Tauf k, “Pro l mat ka K a asaan T rj ma ,” ffaq „ ra a I, no 2 (Jun 2007): h.176. 3 Tiga periode tersebut di antaranya, (1)sekitar tahun 1500-1920, dengan dua jenis terjemahan yaitu bahasa Indonesia dan Melayu. pada periode ini, menurut Riddel, ditemui terjemahan sepenggal-sepenggal yang dibuat oleh banyak penulis sebagai ilustrasi bagi doktrindoktrin atau argumen-argumen teologis tertentu. Kemudian ditemukannya contoh-contoh tafsir yang cukup lengkaap tentang wacana-wacana al-Qur‟an; (2)s k tar ta un 1920-an-1960, menurut Riddel, minat orang untuk membuat terjemahan al-Qur‟an k alam a asa In on s a an M la u mulai menguat; (3)pertengahan tahun 1960-an sampai sekarang menurut Riddel banyak muncul terjemahan penggalan-penggalan ayat al-Qur‟an an t rj ma a wacana-wacana yang lebih panjang, serta munculnya kembali tafsir panjang lebar dalam bahasa Indonesia, serta lahirnya keinginan untuk mengabadikan efek puitis dari teks asli arabnya. Lihat, Peter G.Riddell,
1
2
Mustafîd kar a „
ul Ra‟uf al-Sinkel (w.1963), merupakan karya terjemahan
lengkap kitab al-Qur‟an pertama dalam bahasa Melayu.4 Kemudian Anthony H. Jhons, menyatakan bahwa Tarjumân al-Mustafîd merupakan terjemahan dari Tafsîr a -Ja lain.5 Van Den Berg, senada dengan Anthony, yang juga menyatakan bahwa terjemahan Tafsîr al-Jalâlain dalam bahasa Melayu yaitu ul Ra‟uf al-Sinkili.6 Sedangkan menurut
kitab Tarjumân al-Mustafîd kar a „
Peter G.Riddel, Tarjumân al-Mustafîd merupakan terjemahan Tafsîr al-Khâzin dan Tafsîr a -Ja lain.7 Mafri Amir dalam Literatur Tafsir Indonesia, menjelaskan bahwa pola penulisan kitab Tarjumân al-Mustafîd yaitu pertama, ayat al-Qur‟an diterjemahkan secara harfiah. Kedua, terjemah tafsiriahnya dikategorikan dalam kata a n
a
q
a dan kata mufassir.8
Ta s r al-Jalâlain merupakan sebutan populer dari Ta s r a -Qur‟ n a „
karya dua ulama yang sama-sama
rnama Jal l, a tu Jal l al-D n al-
Ma all (w 864 1459) an Jal l al-Dîn al-Suyȗ (w 9911 1505 M ) 9 Kitab tafsir tersebut merupakan kitab yang sering dijadikan mata pelajaran wajib di berbagai pesantren Indonesia. Hal tersebut, sebagaimana penelitian van Den Berg, yang
“M n rj ma kan al-Qur‟an k alam Ba asa-Ba asa In on s a,” alam H n r C am r Lo r, (ed), Sadur Sejarah Terjemahan di Indonesia dan Malaysia (Jakarta:Kepustakaan Populer Gramedia, 2009), h.400-404. 4 Ibid.,h.402. 5 nt on H J ons, “Tafs r l-Qur‟an un a In on s a M la u: S ua P n l t an wal,” Jurnal Studi al-Qur‟an I, no.3 (2006): h, 467-468; Far F Sa non , “ l-Qur‟an, Modernism, dan Tradisionalisme: Ideologisasi Sejarah Tafsir Al-Qur‟an In on s a,” Jurnal Studi al-Qur‟an I, no.3 (2006): h, 511-12. 6 Martin van Bruennessen, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat (Bandung: Penerbit Mizan, 1999), h.158. 7 P t rGR ll, “M n rj ma kan al-Qur‟an k alam Ba asa-Ba asa In on s a,” 402 8 Menurut Mafri Amir, kategorisasi kata mufassir dan q a dalam Tarjumân al-Mustafîd merupakan keterangan asbabun nuzul. Kata bayân adalah penjelasan tentang ragam bacaan (Q r ‟a ). Sedangkan kata ‟ a merupakan guna, manfaat, fadhilah ayat dari surat yang dibaca. Lihat, Mafri Amir dan Lilik Ummi Kaltsum, Literatur Tafsir Indonesia (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2011), h.18. 9 Muhammad al-Fat Sur a la a, “Sunt n an T ks Tafs r Jalala n,” Jurnal Studi IlmuIlmu al-Qur‟an an Ha ts XI, no.2 ( Juli 2010): h.228-229.
3
menunujukkan bahwa Tafsîr al-Jalâlain, merupakan kitab tafsir yang digunakan sebagai kurukulum di 39 pesantren tingkat Madrasah Aliyah di Indonesia.10 Muhammad al-Fat
Sur a la a,
alam art k ln a “Sunt n an T ks Tafs r
Jalala n,” juga menyatakan bahwa salah satu kitab tafsir yang sering dijadikan sumber rujukan utama hampir semua pesantren salafiah di Indonesia adalah Tafsîr al-Jalâlain.11 Selain menjadi mata pelajaran wajib dan bahan rujukan pesantren di Indonesia, Tafsîr al-Jalâlain juga merupakan salah satu kitab tafsir yang sering ditemui versi terjemahannya, baik dalam bahasa Melayu, bahasa Jawa, bahasa Sunda, dan bahasa Madura. Berikut ini beberapa peneliti yang mengkaji tentang terjemahan Tafsîr al-Jalâlain di Indonesia di antaranya, Anthony H. Jhons, menyatakan bahwa Kiai Bagus Arafah Sala, pernah menulis karya Tafsir Jalalen Basa Jawi Alus Huruf Arab, tetapi belum sempat selesai.12 Kemudian Imam Zaki Fuad, alam skr ps n a Jal la n,” m n
rju ul “Kaj an K ta atas H s a al-S w „al Tafs r al-
utkan empat terjemahan Tafsîr al-Jalâlain karya ulama
Indonesia, seperti dikutip dari Kawasima Midori, a Provisional Catalogue of Shoutheast Asian Kitabs.13 Kitab-kitab tersebut di antaranya (1)al-Qur‟ n wa Bihamisyi Tarjumân al-Mustafîd karya
ul Ra‟uf Sinkel; (2) Tarjamah Tafsîr
al-Jalâlain bi al-Lughah al-Madûriyyah dalam Bahasa Madura dengan aksara Peggu (Arab-Madura), karya Abdul Majid Tamim Pamekasany; (3)Tar a a Ta s r a -Qur‟ n a -„
10
a
a -D n a -Su
wa Ja
a -D n a -Ma a
Martin van Bruennessen, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat, h.158. Muhammad al-Fat Sur a la a, “Sunt n an T ks Tafs r Jalala n,” 235 12 nt on H J ons, “Tafs r l-Qur‟an un a In on s a M la u: S ua P n l t an wal,” , 508 13 Imam Zak Fua , “Kaj an atas K ta H s a al-S w „al Tafs r al-Jal la n,” (Skr ps S1 Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h.36-38. 11
4
dalam Bahasa Sunda dengan aksara Pegon (Arab-Sunda), karya Ahmad Makki Ibn Abd.Mahfudz; (4)Tarjamah Tafsîr al-Jalâlain dalam Bahasa Jawa aksara Arab (Pegon), karya Muhammad Sa‟ Jajan
I n„
Naf ‟ I n S am
Ro mana, alam art k ln a “Kaj an al-Qur‟an
14
Tatar Sunda;
Sebuah Penelusuran Awal,” ju a menyebutkan beberapa kitab terjemahan Tafsîr al-Jalâlain dalam bahasa Sunda, di antaranya karya dari Muhammad Bin Abdullah al-Hasan yang berjudul Sa„a a a -Darayn fî Qur‟ n a -„
a
a -D n a -Su
wa Ja
Tar a a
Ta s r a -
a -D n a -Ma a . Kemudian
karya Ahmad Makki Ibn Abd.Mahfudz, yang berjudul Tar a a Ta s r a -Qur‟ n a -„
a
a -D n a -Su
wa Ja
a -D n a -Ma a
dalam Bahasa Sunda.
Menurut Jajang, terjemah antar baris atas Tafsîr al-Jalâlain menjadi salah satu sumber penting dalam pengajaran agama di pesantren Sunda.15 Selain karya terjemahan Tafsîr al-Jalâlain, ada juga kitab tafsir yang menjadikan Tafsîr al-Jalâlain sebagai sumber rujukan. Hal tersebut sebagaimana penelitian Imam Zaki Fuad, alam skr ps n a
rju ul “Kaj an K ta atas H s a
al-S w „al Tafs r al-Jalâlain.” Ia menyebutkan beberapa ulama Indonesia yang menjadikan Tafsîr al-Jalâlain sebagai rujukan utama penafsiran al-Qur‟an di antaranya al-I r
a„rifah al-Tafsîr al-Qur‟ n al-'Azîz karya Bisri Mustafa, kiai
dari Rembang, Jawa Tengah, dan Rau atu „Ir n karya Ahmad Sanusi dari Sukabumi, Jawa Barat.16 Islah Gusmian, dalam Khazanah Tafsîr Indonesia; dari Hermenetika hingga Ideologi, juga mencatat literatur tafsir al-Qur‟an di Indonesia tahun 1990-2000, yang menjadikan Tafsîr al-Jalâlain sebagai sumber rujukan di
14
Ibid ,” 36-38. Jajan Ro mana, “Kaj an al-Qur‟an Tatar Sun a; S ua P n lusuran wal,” Suhuf VI, no.2, (November, 2013), h.217-218. 16 Imam Zak Fua , “Kaj an atas K ta Hâsyîah al-S w „a Ta s r a -Jalâlain,” 36-38. 15
5
antaranya (1)Meyelami Kebebasan Manusia karya Machasin; (2)Tafsir al-Hijr karya Didin Hafiduddin; (3)Argumen Kesetaraan Jender Perspektif al-Qur‟an karya Nasarudiin Umar.17 Selain dijadikan rujukan utama penafsiran al-Qur‟an, Tafsîr al-Jalâlain juga dijadikan rujukan dalam penerjemahan al-Qur‟an. Eri Hariyanto, dalam artikelnya “R spon P luan
an Tantan an T rj ma
al-Qur‟an berbahasa
Madura,” menyatakan bahwa al-Qur‟an Tarjamah Basa Madura yang disusun oleh Indrayadi, dkk, menggunakan Tafsîr a -Ja lain sebagai sumber rujukan utamanya selain al-Qur‟an Ter e a dari Kementerian Agama dan Ejaan Bahasa Madura tahun 2004 versi Balai Bahasa Surabaya. Berdasarkan penelitian Eri, Terjemahan al-Qur‟an tersebut terdiri dari tiga juz dengan pola terjemah harfiah, yakni terjemahan kata per-kata dalam aksara latin. Sistematika penyusunannya terdiri dari dua bagian pertama, teks al-Qur‟an ditulis per-ayat sesuai kaedah Madura di sisi kanan, diikuti dengan nomor ayat. Kedua, terjemah al-Qur‟an ditulis di tepi kiri diikutip nomor terjemahan yang disesuaikan dengan nomor ayat yang diterjemahkan.18 Berkenaan dengan terjemahan Tafsîr al-Jalâlain, ada satu karya yang belum termasuk dalam kajian para peneliti tentang terjemahan Tafsîr al-Jalâlain sebagaimana telah disebutkan di atas, yaitu Tarjamah Tafsîr al-Ja lain litashîli al-Fikri Bahasa Madura karya Mu amma „ r fun, seorang a‟ asal Bangkalan,
17
Islah Gusmian, Khazanah Tafsîr Indonesia; dari Hermenetika hingga Ideologi (Jakarta: Teraju, 2003), h.186-189. 18 Eri Hariyanto “Respon Peluang dan Tantangan Terjemah al-Qur‟an r a asa Ma ura ” Artikel diakses pada 19 April 2013 dari http://dualmode.kemenag.go.id/acis11/file/dokumen/KumpulanMakalahPresentedPapers.pdf#pag6
6
Kepulauan Madura.19 Karya tersebut merupakan terjemahan utuh dari Tafsîr a Ja lain yang ditulis dengan aksara peggu (Arab-Madura), dan diterbitkan pertamakali oleh penerbit Mutiara Ilmu tahun 1996.20 Karya tersebut berjumlah 12 jilid. Terjemahannya terdiri dari dua bentuk pertama, menyajikan teks Tafsîr alJa lain sebagai teks sumber dengan terjemah harfiah model gandul. Kedua, menyajikan komentar atau ringkasan penjelasan dari terjemahan harfiah gandul di atasnya. Berdasarkan beberapa karya terjemahan Tafsîr a -Ja lain di atas, penulis akan menjadikan Tarjamah Tafsîr a -Ja lain litashîli al-Fikri Bahasa Madura kar a Mu amma
„ r fun s a a o j k
alam p n l t an dalam skripsi ini,
karena ingin memberikan pembuktian atas kajian para peneliti naskah Madura dan Ta s r Ja lain di antaranya, Azyumardi Azra dalam artikelnya “Naska Terjemahan Antarbaris Kontribusi Kreatif Dunia Islam Melayu Indonesia,” menyatakan bahwa Tafsîr Ja lain merupakan tafsir yang naskah terjemahan antarbarisnya dan juga edisi cetakannya banyak ditemukan.21 Penelitian dalam skripsi yang mengangkat karya Terjemahan Tafsîr a -Ja lain bahasa Madura
19
M nurut ma Sof an alam “Fonolo Ba asa Ma ura,” Pulau Madura terletak di Timur Laut Pulau Jawa: berada pada posisi 113˚-115˚ Bujur Timur dan 6,5˚-7,5˚ Lintang Selatan dengan panjang sekitar 190 km dan lebar 40 km (De Jonge, 1989). Secara administratif, Pulau Madura termasuk wilayah Provinsi Jawa Timur dan terbagi menjadi empat kabupaten, yakni Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan, dan Kabupaten Sumenep. L at, ma Sof an alam “Fonolo Ba asa Ma ura,” Humaniora XXII, no.2 (Juni 2010): h.216. Artikel diakses pada 1 Januari 2015 dari http://www.google.com/search?q=dialek+bahasa+madura& 20 Wawancara Pribadi dengan Masyhud, Surabaya, 28 Oktober 2013. 21 Menurut Azra, kepopuleran Tafsîr a -Ja lain disebabkan karena tafsir tersebut merupakan tafsir yang tidak rumit yang terjebak dalam wacana bahasa, fiqih, tasawwuf, kalam atau f lsafat, s n a mu a pa am kaum musl m n awam L at, z umar zra, ”Naska Terjemahan Antarbaris Kontr us Kr at f Dun a Islam M la u In on s a,” alam H n r Chamber Loir,ed., Sadur Sejarah Terjemahan di Indonesia dan Malaysia (Jakarta:Kepustakaan Populer Gramedia, 2009), h.441; Lihat juga Ahmad Mujib el-Shirazy, (ed), Anotasi Kitab Kuning: Khazanah Intelektualisme Pesantren di Indonesia (Jakarta:Darul Ilmi, 2007); Lihat juga Muhammad al-Fat Sur a f la a, “Sunt n an T ks Tafs r Jalala n,” 227-249.
7
karya Kiai „ r fun ini, merupakan bukti bahwa terjemahan antarbaris masih dilakukan oleh ulama Madura. Peter G.Riddel dalam artikelnya “M n rj ma kan al-Qur‟an k
alam
Bahasa-Ba asa In on s a,” menyatakan bahwa cetakan-cetakan al-Qur‟an yang disisipi terjemahan antar baris dalam bahasa Jawa berkemabang pada abad ke-19 di wilayah pesantren Sunda dan Madura. Peter hanya menyebutkan karya-karya terjemahan yang berasal dari Jawa dan Sunda.22 Oleh karena itu, penulis menjadikan terjemahan Tafsîr a -Ja lain bahasa Madura yang juga menggunakan model terjemahan antarbaris sebagai objek penelitian dalam skripsi ini. Hal ini karena sebagai tambahan dan suatu pembuktian atas pernyataan Peter, bahwa pada abad 19 perkembangan terjemahan antarbaris tidak hanya dalam bahasa Jawa tetapi juga dalam bahasa Madura. Hal tersebut, karena penulisan terjemahan Ta s r a -Ja lain bahasa Madura kar a K a „ r fun pada tahun 1970 an dan terbit pertamakali tahun 1996. Martin van Bruinessen dalam Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat, menjelaskan tentang aktivitas tulis-menulis di Madura. Menurutnya, pada abad ke-19, pesantren di Madura dan Jawa Barat tidak menggunakan bahasa daerah mereka sendiri dalam penerjemahan kitab kuning, tetapi bahasa Jawa sebagai 22
Di antara kitab-kitab tafsir berbahasa daerah yang masuk dalam kajian Peter adalah (1)Fa a -Ra an Ta s r a -Qur‟ n dalam Bahasa Jawa Karya Muhammad Shaleh Bin Umar al-Samarani;(2)Ta s r a -Qur‟ n Suci dalam Bahasa Jawa Karya Muhammad Adnan, terjemahan s l sa kan pa a ta un 1977; (3)Qur‟an Suc Jarwa Jaw alam Ba asa Jawa Kar a R.Ng.Djajasugita dan M.Mufti Sharif, terbit tahun 1958; (4) -Hu a Ta s r al-Qur‟an Basa Jaw karya H.Bakri Syahid terbit tahun 1979. Dalam bahasa Sunda Peter menyebutkan beberapa karya yang lahir awal abad ke-20 di antaranya (1)Haji Hasan Moestapa (1852-1930) menyusun terjemahan pertama ayat-ayat pilihan al-Qur‟an alam a asa Sun a K -105 ayat pilihan tersebut diterjemahkan ke dalam bentuk kidung tradisional Sunda; (2)R.A.A Wiratakoesoemah menulis terjemahan lengkap surah al-Baqarah ke dalam bahasa Sunda pada tahun1940; (3)Ahmad Sanusi (1881-1950) menulis terjemahan berjudul a -K t a -Mu n Ta s r a -Qur‟ n dalam bahasa Sunda yang terbit tahun 1970; (4)R.Hidayat Suryalaga dengan karyanya Saritilawah Basa Sunda yang mula t r tkan ta un 1940 L at, P t r G R ll “M n rj ma kan al-Qur‟an k alam Ba asaBa asa In on s a,” 410-412.
8
mediumnya. Meskipun ada teks-teks Arab, terjemahannya berupa bahasa Jawa. Namun, menurut Martin, hal tersebut telah mengalami perubahan. Lebih lanjut Martin menjelaskan bahwa kitab kuning karya orang Madura, yaitu Abd.Majid Tamim Pamekasan, yang menerjemahkan lebih dari sepuluh buku dalam bahasa Madura, yang mencakup semua cabang ilmu agama.23 Kajian dalam skripsi ini juga berupaya melengkapi contoh karya terjemahan arab dalam bahasa Madura. Hal ini sebagai pembuktian atas pernyataan Martin, bahwa terjemahan teks Arab dalam bahasa Jawa yang digunakan di Madura, telah mengalami perubahan ke dalam terjemahan teks Arab dalam bahasa Madura yaitu dengan adanya karya Terjemahan Tafsîr a -Ja lain Bahasa Madura kar a K a „ r fun an
ja kan
objek penelitian dalam skripsi ini. T t k Pu j astut
alam tul sann a t ntan
“Ma ura,” yang dihimpun
dalam Sastra Jawa: Suatu Tinjauan Umum, juga melakukan penelusuran tentang naskah-naskah di Madura. Menurutnya, naskah-naskah yang teksnya berisi ajaran Islam biasanya berupa naskah tulisan dengan tiga bahasa, yaitu teks asli dalam bahasa Arab, terjemahannya dalam bahasa Jawa, dan penjelasannya dalam bahasa Madura.24 Lanjut Pujiastuti, naskah yang dihasilkan di kalangan pesantren menggunakan dlubang (dibaca dlubeng dalam bahasa Madura), dalam Bahasa Jawa dluwang atau lontar, sedangkan aksara yang digunakan dalam teks adalah aksara Arab atau pegu (tulisan Arab bahasa Madura).25 Menurut Pudijastutik, pendidikan formal di Madura yang mengajarkan aktifitas tulis-menulis, menjadikan sastra Jawa tertulis di pesantren masih terpelihara sampai sekarang, khususnnya di
23
Martin van Bruennessen, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat, h.144-145. Edi Sedyawati, dkk., (ed), Sastra Jawa: Suatu Tinjauan Umum (Jakarta: Pusat Bahasa Balai Pustaka, 2001), h.84. 25 Ibid., h.85. 24
9
pesantren-pesantren trandisional dengan sistem pendidikan madrasi (sekolah).26 Karya Tarjamah Tafsîr a -Ja lain bahasa Madura dengan aksara peggu (ArabMadura) karya K a „ r fun yang dijadikan objek penelitian ini, merupakan contoh atas pernyataan Pudjiastutik, bahwa sampai sekarang, aktifitas tulismenulis masih berlangsung di pesantren Madura. Selain beberapa alasan dijadikannya terjemahan Tafsîr a -Ja lain karya Muhammad „ r fun sebagai objek penelitian dalam skripsi, yang telah disebutkan di atas, ada juga beberapa alasan di antaranya pertama, terjemahan Ta s r a Ja lain karya Kiai „ r fun, sejauh ini belum dikaji para peneliti untuk dikelompokkan menjadi salah satu karya terjemahan tafsir al-Qur‟an. Maka dari itu, penulis bermaksud mengangkat sekaligus memperkenalkan karya „ r fun guna mengungkap salah satu khazanah terjamahan tafsir al-Qur‟an yang ada di Madura. Kedua, Tarjamah Tafsîr al-Ja lain litashîli al-Fikri Bahasa Madura kar a K a „ r fun, memiliki keunikan tersendiri dari segi model terjemahannya yaitu penggunaan simbol gramatikal Bahasa Arab dan istilah simbol Madura. Istilah simbol dalam Bahasa Madura diantaranya posisi mubtadâ‟ diistilahkan dengan kata dining dan ditandai dengan huruf mim; khabar diistilahkan dengan panikah dan ditandai dengan huruf k a‟; na„t diistilahkan dengan kata se dan ditandai dengan huruf
ad;
dengan huruf mîm dan a‟;
a ‟u bih diistilahkan dengan kata da‟ dan ditandai a ‟u
u laq diistilahkan dengan kata kalaban dan
ditandai dengan huruf mîm dan a‟; a‟ „ qil diistilahkan dengan kata pasirah dan ditandai dengan huruf a‟ panjang,
26
Ibid, h.84.
sedangkan untuk
a‟
a ru„ qil
10
diistilahkan dengan kata ponapah dan ditandai dengan huruf fa‟ pendek.27 Selain itu, ada keterangan tambahan di luar teks sumber, yang di awali dengan kata fâ`idah dan qi ah. Kemudian ada juga keterangan tambahan yang berbentuk catatan kaki. Ketiga, Tarjamah Tafsîr a -Ja lain litashîli al-fikri Bahasa Madura karya Kiai „ r fun, merupakan terjemahan tafsir utuh dari Tafsîr a -Ja lain. Keunikan lainnya adalah bahwa Kiai „ r fun menggunakan dialek Pamekasan Madura dalam terjemahannya, meskipun ia berasal dari Bangkalan Madura. Hal tersebut disebabkan adanya keterpengaruhan dari gurunya yang berasal dari Pamekasan yaitu Kiai „
ul „ z z, pengasuh Pesantren al-Wafa, Temporejo, Jember, Jawa
Timur. Di pesantren tersebut, Muhammad„Arifun belajar kepada Kiai „Abdul „ z z selama 19 tahun. Proses belajar mengajarnya, menggunakan Bahasa Madura dialek Pamekasan. Maka dari itu, untuk proses penerjemahan Ta s r a -Ja lain, K a „ r fun menggunakan pengetahuannya sendiri dalam Bahasa Madura dialek Pamekasan. Keempat, „ r fun tidak menggunakan buku tata Bahasa Madura sebagai rujukan penerjemahannnya. Ia mempelajari Bahasa Madura secara otodidak. Hal tersebut dapat diapresiasi sebagai warisan budaya penerjemahan tafsir al-Qur‟an Bahasa daerah Madura. Berdasarkan latar belakang masalah di atas. Pembahasan tentang Tar a a Ta s r a -Ja lain litashîli al-Fikri Bahasa Madura, akan dibahas lebih lanjut dalam skripsi berjudul “Mo l terjemah tafsir al-Qur‟an berbahasa lokal (Analisis terjemahan Tafsîr al-Ja lain Bahasa Madura karya Muhammad ‟ r fun).” 27
Abdul Hannan Tibyan, al-Ikt s a (Pamekasan: Darus Salam), h.10-16.
Ta r
Q r ‟a Kutu
a -salaf li al-Mu ta ‟ n
11
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang maslah di atas, maka penelitian dalam skripsi ini akan difokuskan pada pembahasan tentang model terjemahan yang digunakan K a „ r fun alam kitab Tarjamah Tafsîr a -Ja lain litashîli al-Fikri Bahasa Madura yang diterbitkan oleh Mutiara Ilmu. Agar pembahasannya dapat dilakukan secara spesifik, maka masalah dalam penelitian ini akan dirinci ke dalam beberapa poin sebagai berikut: 1. Bagaimanakah model terjemahan yang digunakan Muhammad „ r fun dalam kitab Tarjamah Tafsîr a -Ja lain litashîli al-Fikri Bahasa Madura? 2. Bagaimanakah isi keterangan tambahan yang di awali kata
a q
a , dan
qau u u ta‟a a serta catatan kaki dalam terjemahan K a „Arifun? 3. Bagaimanakah konsistensi penggunaan simbol gramatikal bahasa Arab dalam terjemahannya? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Disamping untuk menambah wawasan penulis tentang literatur terjemahan Ta s r a -Ja lain yang berkembang di Indonesia, penelitian ini juga bertujuan: 1. Untuk mengetahui model terjemah yang digunakan Mu amma „Arifun dalam terjemahan Ta s r a -Ja lain. 2. Untuk mengetahui isi keterangan tambahan dalam permulaan kata q
a
a , dan qau u u ta‟a a serta catatan kaki dalam terjemahan dalam
terjemahannya. 3. Untuk mengetahui konsistensi penggunaan simbol gramatikal bahasa Arab an
unakan K a „ r fun dalam terjemahannya.
12
Selain berguna untuk memberikan gambaran tentang Tarjamah Tafsîr alJa lain litashîli al-Fikri Bahasa Madura, penelitian ini juga berguna untuk: 1. Menempatkan secara proporsional keberadaan Tarjamah Tafsîr a -Ja lain litashîli al-Fikri Bahasa Madura kar a K a „ r fun 2. Melengkapi persyaratan untuk meraih gelar strata satu Theologi Islam dalam bidang ilmu Tafsir Hadits pada Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. D. Kajian Pustaka Kajian tentang model terjemahan lokal atas terjemahan al-Qur‟an, tafs r alQur‟an maupun naskah keagamaan, khususnya di Indonesia telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Di antaranya Ali Abu Bakar Basamalah, dalam artikelnya “Memahami Kitab Kuning Melalui Terjemahan Tradisional (Suatu Pendekatan Tradisional
Terjemahan
Pondok
Pesantren).”28
Dalam
tulisannya,
ia
menyimpulkan bahwa kajian kitab kuning melalui terjemah tradisional memiliki sistem yang baku dengan proses penerjemahannya melalui tahapan, pemahaman teks sumber, pemberian arti leksikal maupun global, evaluasi parsial maupun menyeluruh. Terjemah tradisional yang dilakukan terhadap kitab kuning berbahasa Arab menurutnya menampakkan pesan dan bentuk bahasa sumber, dan di dalamnya ada unsur linguistik, dan ekstralinguistik teks. Kemudian disertai simbol-simbol linguistik, bahasa simbolik serta aturan gramatikal bahasa sumber yang berfungsi sebagai pengontrol. Artikel ini menjadi salah satu rujukan dalam pembuatan kerangka tabel daftar simbol gramatikal Bahasa Arab dan istilah
28
l u Bakar Basmala , “M ma am K ta Kun n M lalu T rj ma an Tra s onal (Suatu P n katan Tra s onal T rj ma an Pon ok P santr n),” (Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga: Yogyakarta, 2008). Artikel diakses pada 5 Maret 2013 dari www.digilib.uinsuka.ac.id/441
13
simbolik. Namun perbedaannya adalah terletak pada terjemahan istilah simbolik Madura yang disesuaikan dengan berbagai literatur buku kaidah bahasa Arab dalam bahasa Madura. Irhamni, dalam artikelnya “Kearifan Lokal Pendidikan Pesantren Tra s onal
Jawa:
Kaj an
atas
Prakt k
P n rj ma an
J n otan,”29
menfokuskan kajiannya atas praktek penerjemahan jenggotan dalam proses pembelajaran di pondok pesantren tradisional di Jawa. Dalam tulisannya, Irhamni menyimpulkan bahwa terjemahan jenggotan ditopang oleh dua nilai di antaranya, nilai kepesantrenan dan nilai intelektual-akademik. I p Dzulk fl Ya a, “N alo at
P santr n Sun a M n a rkan an
dimangkirkan,” dalam Hendri Chamber Loir, (ed), Sadur Sejarah Terjemahan di Indonesia dan Malaysia (Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, November 2009).30 Dalam artikelnya, Iip berupaya menghaditrkan tradisi yang dimangkirkan di daerah Sunda yaitu dengan memaparkan sejarah dan praktik ngalogat, serta perkembangan pasar kitab di daerah Jawa Barat. Iip menyimpulkan bahwa tradisi ngalogat Sunda masih berlangsung di Pesantren Sunda tradisional (salafiyah). Menurutnya, selama pesantren salafiyyah masih berdiri, tradisi ngalogat di pesantren salafiyyah di berbagai provinsi termasuk Jawa Barat, akan terus berkembang. Artikel ini juga menjadi salah satu rujukan dalam pembuatan kerangka tabel daftar simbol gramatikal Bahasa Arab dan istilah simbolik pada bab dua sub bab c. Perbedaan tabel simbol dan istilah simbolik antara artikel
29
Ir amn , “K ar fan Lokal P n kan P santr n Tra s onal Jawa: Kaj an atas Prakt k P n rj ma an J n otan,” Ulumuna Jurnal Studi Keislaman XV, no.1 (1 Juni 2011), h.95-118. 30 I p Dzulk fl Ya a, “N alo at P santr n Sun a M n a rkan an man k rkan, dalam Hendri Chamber Loir, ed., Sadur Sejarah Terjemahan di Indonesia dan Malaysia (Jakarta:Kepustakaan Populer Gramedia, 2009, h.373-374.
14
tersebut dengan skripsi ini adalah terletak pada terjemahan istilah simbolik bahasa Madura yang disesuaikan dengan buku kaidah bahasa Arab dalam bahasa Madura yang menjelaskan rumus-rumus atau simbol pemaknaan kitab di Madura. Abdul Munip, dalam bukunya yang berjudul Transmisi Pengetahuan Timur Tengah ke Indonesia; Studi Tentang Penerjemahan Buku Berbahasa Arab di Indonesia 1950-2004 (Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan, 2010),31 menfokuskan kajiannya pada dinamika kegiatan penerjemahan buku berbahasa Arab tahun 1950. Menurutnya tahun 1950 merupakan bagian dari sejarah tradisi intelektualisme di Indonesia. Kemudian menurutnya tahun 1950 adalah awal di mulainya kegiatan penerjemahan buku berbahasa Arab di Indonesia. Objek penelitiannya adalah kitab-kitab berbahasa Arab yang diterjemahakan ke dalam bahasa Indonesia dan bahasa Jawa. Abdul Munip menyimpulkan dalam penelitiannya: Pertama, dinamika kegiatan penerjemahan buku berbahasa Arab di Indonesia di klasifikasikan menjadi empat periode yaitu (1) Periode rintisan yang berlangsung sejak tahun 1940-an, (2) Periode pertumbuhan, yang berlangsung sejak tahun 1950-an sampai tahun 1970-an, (3) Periode percepatan, yang berlangsung sejak tahun 1980-an sampai tahun 1998, dan (4) Periode kebebasan, yang berlangsung sejak 1999 sampai sekarang. Masing-masing periode tersebut menurutnya memiliki corak atau karakteristik sendiri. Kedua, ada sejumlah motivasi yang melatarbelakangi penerjemahan buku berbahasa Arab di Indonesia di antaranya motivasi religius, motivasi edukatif, motivasi ideologis, motivasi ekonomis, dan motivasi stimulatifprovoaktif. Ketiga, menurutnya jenis terjemahan yang digunakan oleh penerjemah 31
Abdul Munip, Transmisi Pengetahuan Timur Tengah ke Indonesia; Studi tentang Penerjemahan Buku Berbahasa Arab di Indonesia 1950-2004 (Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan, 2010).
15
dapat diklasifikasikan menjadi dua kategori besar, yaitu terjemahan yang setia kepada teks bahasa sumber, yakni jenis terjemahan harfiah yang memiliki beberapa variasi. Kedua, terjemahan yang lebih memperhatikan bahasa sasaran, yakni jenis terjemahan bebas sampai dengan terjemahan yang sangat bebas. Buku karya Abdul Munip tersebut menjadi salah satu rujukan dalam menganalisi jenis terjemahan Ta s r a -Ja lain Ba asa Ma ura Kar a Mu amma „ r fun yang menjadi objek penelitian dalam skripsi ini. Islah Gusmian, “Karakteristik Naskah Terjemahan al-Qur‟an Pegon Koleksi Perpustakaan Masjid Agung Surakarta” Jurnal Kajian al-Qur`an dan Kebudayaan V, no.1, (Juni, 2012).32 Dalam artikelnya, Islah Gusmian menfokuskan kajiannya pada aspek karakteristik lokalitas naskah terjemhan alQur‟an pegon koleksi Masjid Agung Surakarta, meliputi struktur teknik penulisan dan karakteristik terjemahan al-Qur‟an Ia menyimpulkan beberapa hal, pertama, naskah terjemahan al-Qur‟an pegon koleksi Masjid Agung Surakarta menjadi salah satu bukti historis tentang hubungan yang intens antara Islam dan keraton di Surakarta. Kedua, naskah tersebut didedikasikan untuk para santri Mamabaul Ulum sebagai bahan ajar, dengan adanya bahasa Jawa ngoko yang digunakan. Ketiga, dari segi model khat dan teknik penerjemahannya, naskah tersebut menunjukkan
proses
adaptasi
dan
adopsi.
Bentuk
terjemahan
bersifat
a„nawiyyah. Keempat, dalam hal kategori penulisan terjemahan dan tafsir alQur‟an aksara pegon, naskah Terjemahan al-Qur‟an Pe on (1346 H/1927 M) lahirnya lebih awal dari pada tafsir al-Ibrîz karya Bisri Mustofa yang diterbitkan oleh Menara Kudus pada tahun 1960. 32
Isla Gusm an, “Karakt r st k Naska T rj ma an al-Qur‟an P on Kol ks P rpustakaan Masj un Surakarta,” Suhuf V, no.1 (2012): h.51-70.
16
Azyumardi Azra, “Naskah Terjemahan Antarbaris Kontribusi Kreatif Dunia Islam Melayu Indonesia,” dalam Sadur Sejarah Terjemahan di Indonesia dan Malaysia (Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2009). Dalam artikelnya, Azra menfokuskan kajiannya pada tradisi terjemahan antarbaris di wilayah Melayu-Indonesia, dengan mengambil dua contoh bahasa terjemahan Melayu dan Jawa. Dalam tulisannya, Azra menyimpulkan bahwa tradisi terjemahan antar baris telah menjadi produk lokal di dunia Melayu, termasuk Indonesia ketika masyarakatnya menerima dan selanjutnya mengembangkan Islam dalam masyarakat
setempat.
Menurut
mengasumsikan bahwa penulisnya
Azra,
fenomena
terjemahan
antarbaris,
adalah murid-murid pesantren di lembaga
pesantren Islam yang sedang belajar dengan membutuhkan penjelasan dari gurunya dan kemudian terjemahan tersebut, digunakan untuk kepentingan belajar mengajar bahasa Arab dengan murid-muridnya. 33 Saifuddin,“Tra s Penerjemahan al-Qur‟an ke dalam Bahasa Jawa; Suatu Pendekatan Filologis ” Suhuf VI, no.2. (November 2013). Dalam artikelnya, Saifuddin menyimpulkan beberapa hal, pertama, sebelum abad ke-20 tradisi penerjemahan al-Qur‟an sudah berkembang secara massif di berbagai tempat di Nusantara, terutama di Jawa dengan corak umum menggunakan terjemahan Bahasa Jawa yang ditulis antarbaris, baik ditulis secara lengkap 30 juz, 15 juz ataupun beberapa surah-surah penting saja. Kedua, terjemahan antarbaris yang digunakan hanya al-Qur‟an
Jawa
tul s s cara or zontal, t ak s a a mana
teknik yang biasa digunakan untuk teks-teks Arab lainnya. Adapun metode penerjemahannya, sebagaian besar menggunakan metode terjemah harfiyyah. 33
z umar zra, “Naska T rj ma an ntar ar s Kontribusi Kreatif Dunia Islam M la u In on s a,” alam H n r C am r Lo r,( ), Sadur Sejarah Terjemahan di Indonesia dan Malaysia (Jakarta:Kepustakaan Populer Gramedia, 2009), h.435-442.
17
Ketiga, ciri-ciri penerjemahan yang dilakukan pesantren-pesantren ataupun lembaga pendidikan lainnya menggunakan Bahasa Jawa ngoko.34 Isla Gusm an, “Ba asa hierark
n
ksara Tafs r al-Qur‟an di Indonesia dari tradisi,
a k p nt n an p m aca ” Tsaqafah VI, no.1 (April 2010).35 Dalam
artikelnya, Islah menfokuskan kajiannya terhadap proses adaptasi dan adopsi terkait dengan pemakaian bahasa dan aksara di dalam proses penulisan tafsir alQur‟an di Nusantara. Ia menyimpulkan bahwa keragaman bahasa dan aksara yang dipakai dalam penulisan karya tafsir di Nusantara telah diketahui peran latar sosio-kultural, adanya hierarki pembaca dan kepentingan sosialisasi kandungan kitab suci al-Qur‟an. Menuurt Islah, keragaman bahasa dan aksara yang dipilih dalam penulisan tafsir al-Qur‟an
Nusantara, mempunyai ruang pembaca yang
berbeda-beda serta menunjukkan karakter dan hierarki pembaca yang berbedabeda pula. Berikutnya beberapa karya berupa buku, artikel, skripsi dan tesis yang membahas tentang penerjemahan al-Qur‟an an p n rj ma an tafs r al-Qur‟an dalam bahasa daerah. Di antaranya Howard Federspiel, dalam buku Popular In ones an L terature o t e Qur‟an yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia dengan judul Kajian al-Qur‟an
In ones a oleh Ta jul „ r f n Dalam
tulisannya, Howard mengakaji tentang literatur tafsir, ilmu tafsir, terjemah alQur‟an, an uku-buku lain yang berkaitan dengan al-Qur‟an 36 Karya berikutnya adalah Literatur Tafsir Indonesia, karya Mafri Amir dan Lilik Ummi Kaltsum
34
Sa fu n, “Tra s p n rj ma an al-Qur‟an k alam Ba asa Jawa:suatu p n katan f lolo s,” Suhuf VI, no.2 (November 2013): h.225-247. 35 Isla Gusm an, “Ba asa ksara Tafs r al-Qur‟an In onesia dari Tradisi, Hierarki n a K p nt n an P m aca,” Tsaqafah VI, no.1 (April 2010): h.1-23. 36 Howard M.Federspiel, Kajian al-Qur‟an In ones a: ar Ma u Yunus n a Quraish Shihab. Penerjemah Tajul Arifin (Bandung:Mizan, 1994).
18
(Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2011).37 Dalam tulisannya, Mafri Amir menghimpun 14 profil kitab beserta profil penulisnya baik berupa terjemahan tafsir al-Qur‟an maupun t rj ma an al-Qur‟an an a a
In on s a
baik yang menggunakan bahasa Melayu, bahasa Indonesia maupun bahasa daerah. Jajang A.Rohmana, dalam artikelnya “Kaj an al-Qur‟an sebuah penelusuran awal, Suhuf VI, no. 2, (November, 2013),
38
tatar Sunda; menyimpulkan
bahwa beragam kajian al-Qur‟an menunjukkan secara jelas kreatifitas lokal dalam merespon tradisi pengkajian al-Qur‟an
Nusantara. Hal tersebut menrutnya
memiliki kontribusi penting dalam proses indigenisasi Islam dan peneguhan identitas Islam lokal di tatar Sunda. Sebuah proses keberagamaan yang membumi dengan mengedepankan sisi adaptasi budaya yang tidak terjebak pada aspek formalitas-simbolik yang lebih menonjolkan Arabisme daripada jiwa lokalitas kesundaaannya. Dalam artikelnya, Jajang juga membahas tentang vernakularisasi. Menurutnya, vernakularisasi merupakan upaya pembahasalokalan ajaran Islam (al-Qur‟an) an
t rj ma
an
tul s k
alam a asa an akasara lokal (Jawi
Pegon). Hal tersebut menurut Jajang dilakukan melalui penerjemahan lisan kutipan-kutipan pendek al-Qur‟an, pengadaptasian tulisan Arab dalam terjemah antar baris atau catatan pinggir (sebagian atau keseluruhan teks), hingga penulisan literaratur berbahasa Arab oleh penulis lokal yang pada gilirannya diterjemahkan ke dalam bahasa lokal (Arabisasi bahasa lokal). Ismail Lubis, dalam bukunya berjudul Falsifikasi Terjemahan al-Qur‟an Depaertemen Agama edisi 1990, menfokuskan penelitiannya atas kesalahan-
37
Mafri Amir dan Lilik Ummi Kaltsum L teratur Ta s r Indonesia (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2011). 38 Jajan Ro mana, “Kaj an al-Qur‟an Tatar Sun a; S ua P n lusuran wal,” Suhuf VI, no.2, (November, 2013), h. 197-219.
19
kesalahan dalam kalimat terjemahan yang ada dalam Terjemahan al-Qur‟an Depaertemen Agama edisi 1990 meliputi: (1)Kata yang berlebihan dalam kalimat terjemahan ayat atau pleonasme;(2)P n ala unaan pr pos s “Daripada” alam terjemahan ayat; (3)Makna ganda (rancu), salah, dan penggunaan kata tidak baku atau bahkan belum dikenal bahasa indonesia; (4)Frasa yang digunakan dalam kalimat terjemahan ayat tidak lazim digunakan dalam bahasa penerima karena ada unsur yang tertinggal.39 Berikutnya ada beberapa kajian yang membahas tentang karya terjemahan Tafsîr al-Jalâlain dan beberapa kajian yang membahas tentang karya terjemahan al-Qur‟an maupun tafs r al-Qur‟an an m nja kan Tafsîr al-Jalâlain sebagai sumber rujukan. Di antaranya Er Har anto, “R spon P luan
an Tantan an
Terjemah Al-Qur‟an B r a asa Ma ura “ nnual Conf r nc On Islam c Stu
s
Acis no.18 Bangkabelitung, 10–13 Oktnober 2011. Dalam artikelnya, Eri Hariyanto berkesimpulan bahwa respon terhadap “Al-Qur‟an Tarjamah Basa Madhura,”
atan
ar
mas arakat maupun kalangan terdidik dari kaum
akademisi maupun ulama. Menurut Eri, mereka sangat bersemangat menyambut kelanjutan juz yang akan diterjemahkan ke dalam Bahasa Madura. Upaya penerjemahan memiliki tingkat kesulitan yang cukup tinggi karena pentashih alQur‟an akan
r a apan
n an ka a
an n la –nilai yang terdapat pada
penulisan bahasa, kaidah penulisan Bahasa Madura, nilai budaya, dan sistem sosial masyarakat. Sedangkan tantangan dan problem terjemahan al-Qur‟an Bahasa Madura terletak pada tiga pembahasan pokok yaitu terkait konsep
39
Ismail Lubis, Falsifikasi al-Qur‟an Departe en Wacana Yogya, 2001).
a a E s 1990 (Yogyakarta: Tiara
20
terjemah (tarjamah), problem terkait Bahasa Madura dan problem terkait pembahasan.40 Imam Zak Fua , alam skr ps n a
rju ul “Kaj an atas Kitab Hâsyîah al-
S w „al Tafs r al-Jal la n,”41 menfokuskan kajiannya atas kitab-kitab syarah Hâsyîah dari Tafsîr al-Jalâlain yang terdapat di Timur Tengah maupun di Nusantara. Secara spesifik beberapa permasalahan yang dijawab dalam penelitian ini adalah mengenai metode dan sistematika yang di gunakan al-Sâwî dalam kitab Hâsyîah, sehingga kitab tersebut menjadi pilihan bagi banyak pesantren di Nusantara serta menjelaskan keistimewannya. Namun, yang menjadi sorotan penulis atas kajian Imam Zaki Fuad adalah mengenai pembahasan bab dua sub bab c, yaitu tentang apresiasi ulama Nusantara terhadap tafsir Ja lain. Dalam sub bab tersebut, Imam Zaki menyebutkan kitab-kitab yang diterjemahkan dari Tafsîr Ja lain maupun kitab tafsir dan terjemahan al-Qur‟an an m nja kan Tafsîr Ja lain sebagai sumber rujukan. K ta “Tarjamah Tafsîr a -Ja lain litashîli alFikri Bahasa Madura kar a Mu amma
„ r fun
an
m nja
o j k
alam
skripsi ini belum termasuk dalam kajian skripsi Imam Zaki Fuad tentang apresiasi ulama Indonesia terhadap Tafsîr al-Jalâlain pada sub bab c. Oleh karenanya, p m a asan t ntan “Mo l t rj ma tafs r al-Qur‟an
r a asa lokal ( nal s s
terjemahan Tafsîr a -Ja lain Bahasa Ma ura kar a Mu amma ‟ r fun),” akan melengkapi kajian tentang apresiasi ulama Indonesia terhadap Tafsîr al-Jalâlain. Berikutnya adalah beberapa karya yang membahas tentang naskah keagamaan bahasa Madura di antaranya, Titik Pudjiastuti dalam tulisannya 40
Eri Hariyanto “Respon Peluang dan Tantangan Terjemah al-Qur‟an r a asa Madura.” Artikel diakses pada 19 April 2013 dari http://dualmode.kemenag.go.id/acis11/file/dokumen/KumpulanMakalahPresentedPapers.pdf#pag6 41 Imam Zak Fua , “Kaj an atas K ta Hâsyîah al-S w „a Ta s r a -Jalâlain,” (Skr ps S1 Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011).
21
t ntan “Ma ura”42 menyimpulkan bahwa saat ini naskah-naskah Madura tersebar di berbagai tempat penyimpanan di antaranya Keraton Sumenep, Museum Mpu Tantular Surabaya, Perpustakaan Nasional Jakarta, Perpustakaan Fakultas Sastra Universitas Indonesia Depok, Universitas Bibliotheek Leiden, India Office Library London, British Library London, Britsh Library London, Perpustakaan Unversitas John Rylands Inggris, Perpustakaan Royal Asiatic Society Inggris, Perpustakaan School of Oriental And African Studies London, Inggris, para pemilik perorangan, dan took-toko barang-barang antik di Madura dan Jakarta. Menurut Titik Pudjiastuti, karya-karya sastra di Madura menunjukkan bahwa tradisi tulis menulis di Madura tidak terlepas dari pengaruh Jawa. Lahirnya terjemahan Tafsîr a -Ja lain Ba asa Ma ura kar a Mu amma „ r fun an menjadi objek penelitian dalam skripsi ini merupakan contoh sebagai bukti bahwa masih terjaganya tradisi tulis menulis dan penerjemahan naskah keagamaaan di Madura. Moc Naska
l
alam art k ln a “Ba asa Jawa-Kitabi Dialek Madura dalam
Car ta Q amat ”43 menyimpulkan bahwa, pertama,
naska
“Careta
Q a at” yang menggunakan bahasa Jawa-Kitabi dialek Madura merupakan salah satu bentuk hasil penerjemahan Islam ke dalam budaya lokal, khususnya Sumenep. Hal tersebut menurutnya mengindikasikan proses Islamisasi di Madura yang mendorong munculnya kontak intelektual (belajar-mengajar) antara guru dan murid, dan memunculkan adanya teks sumber dan teks terjemahan atau saduran. Menurut Moch Ali, berdasarkan kontak intelektual keagamaan tersebut,
42
Edi Sedyawati, dkk., (ed), Sastra Jawa: Suatu Tinjauan Umum (Jakarta: Pusat Bahasa Balai Pustaka, 2001), h.83. 43 Moc l , “Bahasa Jawa-K ta D al k Ma ura alam Naska Car ta Q amat ” rt k l diakses pada 19 November 2013 dari http//eprints.uny.ac.id/id
22
memunculkan adanya dua kategori naskah religi yaitu naskah berbahasa JawaKitabi dan naskah berbahasa daerah Madura (bahasa Madura-Kitabi). Kedua, munculnya kosa kata Madura-Sumenep sebagai bukt a an a “Campur ko ” yang berada dalam naskah “Careta Q a at” sebagai identitas lokal bahasa Madura yang belum mapan. Ketiga, bahasa Jawa-Kitabi yang digunakan dalam manuskrip merupakan bahasa bentuk peralihan sebelum dimapankannya bahasa Madura-Kitabi. Berdasarkan hasil penelusuran referensi yang ada, penelitian atas model terjemah tafsir al-Qur‟an
r a asa lokal
an
s cara k usus m n anal s s
terjemahan Ta s r a -Ja lain Bahasa Madura kar a Mu amma ‟ r fun, sejauh pengamatan penulis hingga saat ini belum ada yang mengkajinya. Oleh karena itu, penulis akan mengangkat masalah tersebut dalam penelitian berbentuk skripsi. E. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini termasuk penelitian kepustakaan (library reseach), yaitu penelitian yang dilakukan dengan menelusuri dan menelaah literaturliteratur skunder.44 Data-data dalam penelitian ini diperoleh dari bahan-bahan pustaka elektronik maupun non elektronik seperti, makalah, skripsi, tesis, jurnal ilmiah, dan literatur lainnya. 2. Sumber Data Sumber datanya terdiri dari dua jenis data yaitu data primer dan data skunder. Data primer adalah data kepustakaan yang berasal dari sumber pertama, yakni kitab Tarjamah Tafsîr a -Ja lain litashîli al-Fikri Bahasa Madura terbitan 44
Hamka Hasan, Metodologi Penelitian Tafsir Hadits (Jakarta:Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008), h.40.
23
Mutiara Ilmu jilid satu sampai jilid 12. Untuk menjelaskan deskripsi kitab tersebut secara umum, penulis menggunakan jilid satu sampai jilid 12. Sedangkan untuk mencari keterangan tambahan yang dikategorikan dalam kata fâ`idah q
ah,
qau u u ta‟ la dan keterangan tambahan bebrbentuk catatan kaki, penulis menggunakan jilid satu, jilid dua, dan jilid tiga, karena hanya terdapat dalam jilid tersebut. Kemudian untuk menilai konsistensi penggunaan simbol gramatikal Bahasa Arab atau rumus pemaknaan yang terdapat dalam terjemahan Tafsîr alJa lain, penulis menggunakan jilid satu dan jilid dua. Sedangkan data skunder adalah data pendukung berupa karya tulis yang memiliki relevansi untuk dijadikan sumber penunjang seperti data-data yang berasal dari buku yang telah diterbitkan, makalah, skripsi, tesis, artikel dalam jurnal elektronik ataupun non elektronik. Data-data skunder tersebut di antaranya Tafsîr a -Ja lain sebagai kitab yang diterjemahkan Muhammad „ r fun, Terjemahan Tafsîr al-Jalâlain dalam bahasa Indonesia Bahrun karya Abu Bakar, untuk mengetahui keterangan yang ada dalam terjemahan Ta s r a -Ja lain a asa Ma ura kar a K a „ r fun. Kemudian karya intelektual Muhammad „ r fun selain terjemahan Ta s r a -Ja lain, artikel maupun buku yang menjelaskan tentang model terjemahan lokal di indonesia, buku-buku sejarah literatur tafsir dan terjemah al-Qur‟an di Indonesia serta buku-buku yang berkenaan dengan „u u u Qur‟ n metode terjemah Qur‟an, tafs r al-Qur‟an. Selanjutnya menggunakan metode wawancara (interview), yaitu suatu percakapan, tanya jawab secara lisan antara dua orang atau lebih yang duduk secara fisik dan diarahkan pada suatu masalah tertentu. Metode ini digunakan untuk memperoleh potret pribadi seseorang untuk mengungkap latar belakang
24
sosial, sikap, dan latar belakang penerjemahan. Selain itu, wawancara juga dapat dijadikan landasan menverivikasi dan mengecek data yang diperoleh dari sumbersumber informasi skunder.45 Dalam hal ini penulis mewawancarai Muhammad „ r fun, k luar an a,
an oran
an
t rl at
alam pros s p n rj ma annya
sampai penerbitan kitab, agar penulis mendapatkan data yang akurat. 3. Teknik Pengolahan Data Penelitian dalam skripsi ini akan dibahas dengan metode deskriptif– analitis. Deskriptif yaitu menjelaskan, menggambarkan, memaparkan, menuliskan dan melaporkan keadaan suatu objek peristiwa tanpa menarik kesimpulan umum.46 Pendekatan deskriptif dalam penelitian ini yaitu dimulai dari pencarian fakta dengan interpretasi (keterangan) yang jelas, tepat, akurat dan sistematis.47 Sedangkan analitis berarti investigativ, logis, mendalam, sistematis, tajam, dan tersusun.48 Pendekatan analitis dalam penelitian ini adalah pembahasan yang memaparkan data yang telah tersusun dengan melakukan analisa terhadap datadata tersebut.49 Untuk menguji orisinalitas penerjemahan yang dilakukan Kiai „ r fun, penulis melacak keberadaan model terjemahan dalam kitab Tarjamah 45
Jacob Vredenbregt, Metode dan Teknik Penelitian Masyarakat (Jakarta:Gramedia 1984), h.88-90. 46 Hamka Hasan, Meto o o Pene t an Ta s r Hadits, h.128; Kata deskriptif bersifat menggambarkan atau menguraikan sesuatu hal apa adanya. Lihat, Budiono, Kamus Ilmiah Populer Internasional (Surabaya: Almuni, tt), h.115; Deskriptif (Adj) merupakan kata sifat dari kata deskripsi yang berrarti bersifat menguraikan. Sedangkan deskripsi (n) berarti penulisan atau cerita tentang sesuatu secara rinci dan jelas; lukisan. Mendiskripsikan (v) berarti menulis atau menceritakan sesuatu secara terinci dan jelas; menguraikan. Lihat, Peter Salim dan Yenni Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer (Jakarta:Moderen English Press, 2002), h.347. 47 Faisal Sanapiah, Format-Format Penelitian Sosial (Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2005), h.20-21; Metode deskripstif adalah gambaran objek yang diselidiki dalam keadaan sekarang (Pada waktu penelitian dilakukan). Lihat, Imam Suprayogo dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial Agama (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2003), h.136-137. 48 Tim Penyusun Kamus Depdiknas, Tesaurus Alfabetis Bahasa Indonesia Pusat Bahasa (Bandung: Mizan Pustaka, 2009), h.25. 49 Lihat, Budiono, Kamus Ilmiah Populer Internasional, h.33; Analisis juga berarti penguraian, penjabaran, kajian, kupasan, penyelidikan, studi, tasyrih, telaah, tilikan, ulasan, uraian. Lihat juga, Tim Penyusun Kamus Depdiknas, Tesaurus Alfabetis Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, h.24.
25
Tafsîr a -Ja lain litashîli al-Fikri Bahasa Madura dimulai dari aspek sejarah kemunculannya sampai dengan model terjemahan kitab itu sendiri. Dalam hal melacak keberadaan model dan metode terjemahan, penulis memilih jilid satu, dua, dan jilid tiga dari kitab Tarjamah Tafsîr a -Ja lain litashîli al-Fikri Bahasa Madura. Pemilihan ketiga jilid tersebut karena keterangan tambahan yang diawali dengan kata fâ‟ a
q
ah dan qau u u ta‟a a
serta catatan kaki yang terdapat dalam ketiga jilid tersebut. Sedangkan untuk menjelaskan tentang deskripsi kitab dan konsistensi penggunaan simbol gramatikal Bahasa Arab dalam kitab terjemahan tersebut, penulis memilih semua jilid dari jilid 1 sampai jilid ke 12 dari kitab Tarjamah Tafsîr a -Ja lain litashîli al-Fikri Bahasa Madura kar a Mu amma „ r fun. Sedangkan teknik penulisan dan transliterasi, penulis mengacu kepada buku “Pedoman penulisan karya ilmiah (Skripsi, tesis dan disertasi) yang dikeluarkan oleh CEQDA (Center for v lopm nt an assuranc )” kar a Hamid Nasuhi, dan kawan-kawan, terbitan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta cetakan II tahun 2007.50 F. Sistematika Penulisan Berikut ini adalah uraian penyusunan skripsi yang terdiri dari lima bab. Masing-masing bab memuat beberapa sub bab pembahasan yang memiliki keterkaitan satu sama lainya yaitu: Bab I, pendahuluan. Terdiri dari latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.
50
Hamid Nasuhi, dkk., Pedoman penulisan karya Ilmiah; Skripsi, Tesis dan disertasi (Jakarta: CEQDA UIN Jakarta, 2007), h.46-51.
26
Bab II, tinjauan umum penerjemahan al-Qur‟an. Terdiri dari tiga sub bab. Pertama, pengertian dan perbedaan antara terjemah dan tafsir. Kedua, jenis-jenis penerjemahan al-Qur‟an dan syarat-syaratnya. Ketiga, Model terjemahan lokal. Bab III, mengurai tentang profil Muhammad „ r fun yang terdiri dari tiga sub bab. Pertama, latar belakang keluarga.Mu amma „ r fun. Kedua, sejarah sosial Intelektual Mu amma
„ r fun Ketiga, karya intelektual Muhammad
„Arifun. Bab IV, mengurai tentang profil kitab Tarjamah Tafsîr a -Ja lain Bahasa Madura yang terdiri dari empat sub bab. Pertama, profil singkat kitab Tafsîr alJa lain. Kedua, beragam literatur terjemahan Tafsîr a -Ja lain di Indonesia. Ketiga, terjemahan Tafsîr a -Ja lain Bahasa Madura Karya Muhammad „ r fun Keempat, gambaran umum kitab Tarjamah Tafsîr a -Ja lain litashîli al-Fikri Bahasa Madura Perspektif Filologis. Bab V, mengurai tentang analisis model terjemah atas terjemahan Tafsîr al-Ja lain Bahasa Madura yang terdiri dari tiga sub bab. Pertama, metode terjemah Tafsîr al-Jalâlain karya Muhammad „ r fun
Kedua, keterangan
tambahan dalam terjemahannya. Ketiga, konsistensi penggunaan simbol gramatikal Bahasa Arab dalam terjemahan Tafsîr a -Ja lain karya Muhammad „Arifun. Bab VI, bab penutup, penulis menyimpulkan isi skripsi secara keseluruhan sebagai penegasan jawaban atas rumusan masalah yang diajukan. Kemudian dilanjutkan dengan saran-saran yang dianggap penting, yang berkaitan dengan tema.
BAB II TINJAUAN UMUM PENERJEMAHAN AL-QUR’AN A. Pengertian dan Perbedaan antara Terjemah dan Tafsir 1. Pengertian Terjemah Kata terjemah secara etimologi berasal dari Bahasa Arab tarjamah, m dar dari fi„il ma i rubâ„i al-mujarrad “T rj m
yutarjimu,”1 bermakna
menerjemahkan atau menerangkan.2 Istilah lafad tarjamah dalam Bahasa Arab, dipungut dari Bahasa Armenia, turjumân.3 Sedangkan, kata terjemah dalam Bahasa Indonesia berarti terjemahan atau salinan sesuatu bahasa kepada bahasa lain.4 Dalam kamus al-Munjîd, seperti dikutip oleh M.Mashuri dan A.Fudali, kata terjemah secara bahasa bermakna menerangkan dengan bahasa lain.5 Sedangkan dalam al-Mu‟j m al-w si , seperti dikutip oleh Amin Suma, kata terjemah secara etimologis berarti menerangkan atau menjelaskan, seperti ungkapan “Tarjamah al-kalâm,” maksudnya adalah “
n hu w
ahu (Menerangkan suatu
pembicaraan dan menjelaskan maksudnya.”6 Kata terjemah secara terminologi menurut al-Zarqâni, seperti dikutip Syihabuddin, memiliki empat makna yaitu: (1) Menyampaikan tuturan kepada orang yang tidak menerima tuturan itu. (2) Menjelaskan tuturan dengan bahasa 1
Mu ammad Ma‟ m „ l l- mtsil h l-T rifi h (Surabaya: Maktabah Syaikh Salim Nabhan, 1965), h.8. 2 mad arson Munawwir al-Munawwir: Kamus Bahasa Indonesia-Arab (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h.131. 3 Syihabuddin, Penerjemahan Arab-Indonesia (Bandung:Humaniora, 2005), h.7; Lihat juga, Ismail Lubis, Falsifikasi al-Qur‟ân Dep rtemen g m Edisi 1990 (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2001), h.58. 4 Poerwadharminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1984), h.1062; kata Menerjemahkan berarti menyalin atau memindahkan suatu bahasa ke bahasa lain; orang yang melakukan proses penerjemahan disebut penerjemah atau mutarjim dalam bahasa Arab; Hasil dari menerjemahkan disebut terjemahan. Lihat, Tim Penyusun Departmen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Gramedia, 2008), h.1452. 5 M.Mashuri dan A.Fudali, Pengantar Ilmu Tafsir (Bandung :Angkasa, 1994), h.93. 6 Muhammad Amin Suma, „Ulumul Qur‟ n (Jakarta:Raja Grafindo Persada), 2013 h.112.
27
28
yang sama, misalnya Bahasa Arab dijelaskan dengan Bahasa Arab atau bahasa Indonesia dijelaskan dengan bahasa Indonesia. (3)Menafsirkan tuturan dengan bahasa yang berbeda, misalnya Bahasa Arab dijelaskan dengan Bahasa Indonesia. (4)Memindahkan tuturan dari suatu bahasa ke bahasa lain seperti mengalihkan Bahasa Arab ke Bahasa Indonesia. Maka dari itu, menurut Syihabuddin, penerjemah disebut juga pengalih bahasa.7 Menurut
usain al-Dzahabî, seperti dikutip oleh Amin Suma, kata
tarjamah mengandung dua pengertian, pertama, mengalihkan atau memindahkan suatu pembicaraan dari suatu bahasa ke bahasa yang lain, tanpa menerangkan makna dari bahasa asal yang diterjemahkan. Kedua, menafsirkan suatu pembicaraan dengan menerangkan maksud yang terkandung di dalamnya, dengan menggunakan bahasa yang lain.8 Kemudian menurut Akmaliyah, seperti dikutip dari „Abd al-„ lim al-Sayyid al-Munsy, kata terjemah adalah:
االرتمجة تعىن نقل األفكار واألقوال من لغة إىل أخرى مع احملافظة على روح النص ادلنقول Terjemah adalah memindahkan pikiran dari suatu bahasa ke bahasa lain dengan tetap menjaga jiwa aslinya.9 Sedangkan makna terjemah al-Qur‟an menurut Muhammad „ l al- a n adalah memindah al-Qur‟an ke dalam bahasa asing selain Bahasa Arab, dan terjemahan ditulis pada naskah agar bisa dikaji oleh orang yang tidak memahami Bahasa Arab yang menjadi bahasa al-Qur‟an.10 Dengan demikian, al-Qur‟an dapat dipahami oleh pemilik bahasa terjemahan. Misalnya, al-Qur‟an diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, maka akan mudah dipahami masyarakat Indonesia. 7
Syihabuddin, Penerjemahan Arab-Indonesia, h.8-9. Muhammad Amin Suma, „Ulumul Qur‟ n, h.112. 9 Akmaliyah, Wawasan dan Teknik Terampil Menerjemahkan; Pedoman bagi Mahasiswa dan Pemula (Bandung: N & Z Press, 2006), h.1-2. 10 Mu ammad „ l aln Ikhtisar Ulum al-Qur‟ n Pr ktis, Penerjemah Qodirun Nur (Jakarta: Pustaka Amani, 2001), h.333. 8
29
Berdasarkan beberapa pendapat tentang pengertian terjemah di atas, dapat dipahami bahwa penerjemahan adalah suatu proses pemindahan pesan yang terkandung dalam bahasa sumber (bahasa yang diterjemahkan) kedalam bahasa sasaran (bahasa terjemahan). Selanjutnya terjemahan diungkapkan ke dalam bentuk bahasa tulisan. Berdasarkan beberapa pengertian dari beberapa pendapat tentang pengertian terjemah secara etimologi dan terminologi di atas, lebih ringkasnya dapat dirangkum dalam bentuk skema sebagai berikut: Gambar 2: 1 Pengertian Terjemah dalam Skema Menerjemahkan Secara harfiah terjemah berarti
Pengertian terjemah, dan terjemah al-Qur‟an
Secara istilah terjemah berarti
Terjemah al-Qur‟an
2.Pengertian Tafsir
Menerangkan Memindahkan tuturan dari suatu bahasa ke bahasa lain seperti mengalihkan bahasa Arab ke bahasa Indonesia. Pemindahan atau pengalihan al-Qur‟an ke dalam bahasa asing selain bahasa Arab
Kata tafsîr merupakan m dar dari fi„il mâ i tsulâtsi al-mazîd, fassara,11 bermakna menyingkapkan maksud suatu lafad yang musykil.12 Dalam kamus alMunawwir, kata tafsîr bermakna al-i âh (penjelasan), al-syarh (komentar), dan al-bayan (keterangan).13 Menurut Mann „ al-Qa ân, al-tafsîr dan al-fasr bermakna menjelaskan dan bermakna menyingkap sesuatu yang tertutup.14
11
„ l l- mtsil h l-T rifi h, h.12-13. n Man ur al- n ari rriqy Lisân al-„ r b (Beirut: Dâr al-Ma„ rif t.t.) h.3412-3413. 13 Munawwir, al-Munawwir;Kamus Bahasa Indonesia Arab (Surabaya:Pustaka Progressif, 1997), h.1055. 14 Mann „ al-Qa an M bâhits fî „Ulûm l-Qur‟ân, Penerjemah Muzakkir As (Bogor: Litera Antar Nusa, 1996), h.407-408. 12
30
Berikutnya arti kata al-tafsîr secara terminologi (istilah), menurut beberapa pendapat para ahli di antaranya, menurut
ahir al-Jazairî, dalam al-
Taujîh, tafsir adalah menerangkan maksud lafad yang sukar dipahami oleh pendengar dengan uraian yang lebih memperjelas pada maksud, baik dengan mengemukakan sinonimnya, kata yang mendekati sinonim, atau dengan mengemukakan uraian yang mempunyai petunjuk melalui jalan dalâlah.15 Menurut al-Jurjani dalam al-T ‟rifât, tafsir berarti membuka atau menjelaskan. sedangkan menurut pengertian syara‟ tafsir adalah menjelaskan makna ayat dari segi segala persoalannya, kisahnya, asbâb al-nuzûlnya, dengan menggunakan lafad yang menunjukkan makna secara terang.16 Menurut al-Kilbî dalam al-Tashîl, tafsir adalah mensyarahkan al-Qur‟an menerangkan maknanya dan menjelaskan apa yang dikehendakinya dengan nashnya, isyaratnya dan dengan tujuannya.17 Menurut Abû Hayyân, tafsir adalah Ilmu yang membahas tentang cara mengucapkan lafad-lafad al-Qur‟an, pentunjuk, dan hukum-hukum baik ketika berdiri sendiri maupun ketika tersusun.18 Menurut Zarkasyi, seperti dikutip Ahmad Khudori Sholeh, tafsir adalah suatu ilmu yang digunakan untuk memahami al-Qur‟an memahami maknmaknanya dan menyampaikan hukum-hukum serta hikmahnya.19 sama halnya dengan pendapat Zarqâni, yang menyatakan bahwa tafsir adalah ilmu pengetahuan untuk memahami kita
llah (Qur‟an) yang diturunkan kepada Nabi Muhammad,
selain itu, tafsir juga bermakna menjelaskan makna-makna, dan menarik hukum-
15
M.Mashuri dan A.Fudali, Pengantar Ilmu Tafsir, h.87. Ibid., h.86. 17 Ibid.,h.87. 18 Ibid.,h.88. 19 Ahmad Khudori Sholeh, “Mem andingkan Hermeneutika dengan Tafsir al-Qur‟an,” Tsaqafah VII, no.1 (April 2012) :h.42-43. 16
31
hukum serta hikmah-hikmah yang terkandung di dalamnya.20 Kemudian Menurut M.Quraish Shihab, tafsir adalah suatu upaya memahami maksud-maksud firman Allah sesuai dengan kemampuan manusia.21 Berdasarkan definisi makna tafsir di atas, dapat dipahami bahwa tafsir adalah menyingkap makna yang terkandung di balik kalam Allah dan yang berada dalam satu objek pembahasan, yaitu al-Qur‟an al-Karîm. Objek pembahasan tafsir adalah al-Qur‟an, yang berguna untuk menyikapi atau memahami apa yang ada dibalik kalam Allah sesuai dengan kemampuan manusia itu sendiri (penafsir alQur‟an). Berikut ini skema definisi tafsir yang dikutip dari Amin Suma: Gambar 2: 2 Pengertian Tafsir dalam Skema22 Menjelaskan Secara harfiah Tafsîr berarti
Memerinci Menampakkan Menyingkap
Pengertian tafsir dan ilmu tafsir
Secara istilah
Ilmu tafsir
Menerangkan ayat-ayat alQur‟an dari berbagai aspeknya Ilmu yang membahas tentang teknik atau cara menafsirkan al-Qur‟an berikut hal-hal yang berkaitan dengannya.
3. Perbedaan Terjemah dan Tafsir Menurut Nashruddin Baidan dalam Wawasan Ilmu Tafsir, terjemahan adalah alih bahasa, yang berarti informasi yang diberikan terjemahan sebatas ayat yang diterjemahkan tanpa memberikan penjelasan secara rinci. Sedangkan tafsir, 20
Harun Nasution, dkk., Ensiklopedi Islam, vol.6. (Jakarta: Sabdodadi., 1992),h.913. M.Quraish Shihab, Membumikan al-Qur‟ n (Bandung: Mizan 1996), h.15. 22 Muhammad Amin Suma, „Ulûmul Qur‟ân, h.316. 21
32
berusaha memberikan penjelasan yang memadai tentang ayat yang dibicarakan, sehingga memberikan gambaran terhadap pembaca dan pendengar mengenai kedalaman dan keluasan makna yang terkandung dalam ayat yang ditafsirkan. Jadi menurut Nasruddin, pada tafsir lebih luas penjelasannya dibandingkan dengan terjemahan, karena terjemahan hanya terbatas peralihan bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran.23 Ismail Lubis dalam Falsifikasi al-Qur‟ n Departemen Agama Edisi 1990, menjelaskan perbedaaan penerjemahan dan penafsiran sebagai berikut24 (1)Dalam penerjemahan tidak terlihat pembahasan tentang kata dan asal-usulnya, karena penerjemahan adalah pengalihan bahasa bukan penjelasan. Sedangkan dalam penafsiran sering terlihat pembahasan tentang kata dan asal usulnya, karena penafsiran, menekankan maksud dan kejelasan ayat; (2)Bahasa terjemahan adalah bahasa lurus, dalam arti tidak disertai dengan keterangan, kecuali dalam menerjemahkan kata-kata yang mengacu pada ciri-ciri tertentu atau yang mempunyai pemakaian khusus dalam bidang tertentu. Sedangkan dalam penafsiran terikat dengan berbagai keterangan terutama tentang urutan kata atau huruf untuk memperoleh makna. (3)Penerjemahan membutuhkan kesan otentisitas (keaslian) seluruh makna dasar dan tujuan dari bahasa penerima, dalam artian penerjemahan harus merupakan bentuk yang utuh, di dalamnya tercakup seluruh makna dari tujuan teks asli atau bahasa sumber. Sedangkan penafsiran hanya sekedar menyampaikan maksud pokok saja, dan tidak membutuhkan kesan otentisitas seperti dalam penerjemahan, dalam tidak harus dirinci. (4)Dalam penafsiran hanya mengatakan dirinya sebagai penjelasan maksud dan tidak 23
Nashruddin Baidan, Wawasan Ilmu Tafsir (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), h.70. Ismail Lubis, Falsifikasi Terjemahan al-Qur‟ n Dep g Edisi 1990 (Yogyayakarta: Tiara Wacana Yogya, 2001), h.58. 24
33
memerlukan kesan dari pembaca bahwa tafsir sama dengan aslinya. Sedangkan dalam terjemahan memerlukan kesan kesamaan makna dan tujuan melalui nama (judul terjemahan) dari pembaca seperti yang dikehendaki oleh penyusun dalam bahasa sumber ialah pemberian nama kitab terjemahan dengan nama asli kitab yang diterjemahkan. Misalnya T fsîr l-Qur‟ân l-„ im yang kemudian populer dengan nama Tafsỉr al-Jalâlain,terjemahannya berjudul berjudul T rj m h T fsîr l- lâlain litashîli al-Fikri Bahasa Madura; (5)Penerjemahan terkesan lepas dari bahasa sumber, dalam arti tidak secara terbuka menghubungkan diri dengan teks asli. Sedangkan penafsiran tidak terkesan lepas dari teks asli, ia sering mengadakan kontak dengan teks asli. Kalimat penafsiran terikat dengan teks asli, juga jelas bagi pembaca tentang kata dan kalimat mana yang diberi makna. Tabel 2:1 Perbedaan Terjemah dan Tafsir No
TERJEMAH
TAFSIR
1. menekankan peralihan bahasa
menekankan maksud dan kejelasan ayat
2. bahasa terjemahan adalah bahasa lurus, tanpa
penafsiran terikat dengan keterangan terutama
keterangan 3. penerjemahan menyajikan bentuk utuh sesuai dengan teks sumber yang diterjemahkan 4. Penerjemahan memerlukan kesan autentisitas
tentang urutan kata penafsiran menekankan penyampaian maksud dan pokok ayat yang ditafsirkan Penafsiran penekanannya pada penjelasan
makna dan tujuan melalui nama (judul
maksud tanpa adanya kesan bahwa tafsir sama
terjemahan) dari pembaca
dengan aslinya
5. penerjemahan terkesan lepas dari bahasa sumber
penafsiran tidak terkesan lepas dari teks asli atau teks sumber
Berdasarkan perbedaan antara terjemah dengan tafsir di atas, dapat dipahami bahwa apabila terjemah lebih menekankan pada lafad tanpa ada penambahan di luar teks sumber. Sedangkan pada tafsir memungkinkan adanya pemahaman dan arti yang lebih spesifik pada maksud ayat atau lafad al-Qur‟an.
34
B. Jenis-Jenis Penerjemahan al-Qur’an dan Syarat-Syaratnya 1) Jenis-Jenis Penerjemahan Al-Qur’an Menurut Mann ‟ Khal l al-Qa n penerjemahan al-Qur‟an terdiri dari dua macam yaitu terjemah harfiyyah dan terjemah tafsiriyyah. Terjemah harfiyyah adalah pengalihan lafad-lafad suatu bahasa ke dalam lafad-lafad yang serupa dari bahasa lain, sehingga susunan dan tertib bahasa kedua sesuai dengan susunan dan tertib bahasa pertama. Sedangkan terjemah tafsiriyyah atau m „nawiyyah adalah penjelasan makna pembicaraan dalam bahasa lain tanpa terikat dengan tertib bahasa asal atau memperhatikan susunan kalimatnya.25 Menurut Syihabuddin, jenis terjemahan harfiah memiliki kelemahan berdasarkan dua alasan. Pertama, tidak seluruh kosa kata Arab berpadanan dengan bahasa lain, sehingga banyak dijumpai kosa kata asing. Kedua, struktur dan hubungan antara unit linguistik dalam suatu bahasa berbeda dengan struktur bahasa lain.26 Merujuk pada penelitian Syihabuddin, bahwa
mad
Zayyat,
metode
tokoh
penerjemah
modern,
menggunakan
dua
asan aldalam
penerjemahannya yaitu terjemah harfiyyah dan terjemah tafsiriyyah. Langkah yang dilakukan Zayyat adalah pertama, menerjemahkan teks sumber secara harfiah dengan mengikuti struktur dan urutan teks sumber. Kemudian yang kedua mengalihkan harfiah ke dalam struktur bahasa penerima tanpa menambahan atau mengurangi dari makna bahasa sumber. Ketiga, mengulangi proses penerjemahan dengan menyelami perasaan dan spirit penulis melalui penggunaan metafora yang relevan. Metode yang diterapkan oleh al-Zayyat ini menurut Syihabuddin diistilahkan dengan metode elektik karena metode tersebut mengambil dan 25
Mann „ al-Qa n Pengantar Studi al-Qur‟ân. Penerjemah Ainur Rafiq el-Mazni (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2009 ), h.443. 26 Syihabuddin, Penerjemahan Arab-Indonesia, h.68-70.
35
mengaplikasikan kebaikan yang terdapat dalam metode tafsiriyyah.27 Menurut Badudu, metode elektik adalah metode campuran dari unsur yang ada dalam metode langsung dan metode tata bahasa-terjemahan. Lanjut Badudu, metode tersebut biasa disebut metode aktif di Perancis.28 Berdasarkan pengertian kedua jenis terjemahan di atas, jika dilihat dari segi bentuknya, titik perbedaannya yaitu dalam terjemah maknawiah mempunyai makna-makna a lî (pokok, utama) dan makna-makna tsanawî (skunder). Makna asli adalah makna yang dipahami secara sama oleh setiap orang yang mengetahui segi-segi susunannya secara global. Sedangkan yang dimaksud dengan makna tsanawî adalah karakteristik dan keistimewaan susunan kalimat dalam ayat alQur‟an yang sangat indah, sehingga menyebabkannya bernilai tinggi.29 2) Syarat-Syarat Penerjemahan al-Qur’an Seorang penerjemah harus menguasai syarat-syarat yang telah disepakati oleh para ulama. Menurut M.Tata Taufik, ada dua sisi penerjemahan al-Qur‟an yaitu sisi penerjemah dan sisi aktivitas penerjemahan. Sisi penerjemah berkaitan dengan siapa yang berhak menerjemahkan al-Qur‟an. Sedangkan sisi aktivitas penerjemahan berkenaan dengan bagaimana cara menerjemahkannnya. Berikut ini beberapa persyaratan untuk penerjemah menurut Abd. al-Ra m n al-Akk, seperti dikutip M.Tata Taufik:30 (1)Penerjemah harus seorang muslim, hingga tanggung jawab keislaman dapat dipercaya; (2)Penerjemah seorang „âdil dan tsiqah, seorang yang fasik tidak diperbolehkan menerjemahkan al-Qur‟an; (3)Menguasai bahasa sasaran dengan teknik penyusunan katanya; (4)Mampu menulis dalam 27
Ibid., h.68-69. Badudu, Linguistik Terapan (Yogyakarta:Nusa Indah, 1991), h.134. 29 Ibid., h.397. 30 M.Tata Taufik ”Pro lematika Ke ahasaan Terjemah ” „Affaq „ r bi 2007 ): h.177. 28
h I, no.2 (Juni
36
bahasa sasaran dengan baik dan memenuhi kriteria sebagai mufassir, karena penerjemah pada hakikatnya seorang mufasir.31 (5)Berpegang teguh pada prinsipprinsip penafsiran al-Qur‟an.32 Berikutnya syarat-syarat penerjemah dalam melakukan aktivitas penerjemahan al-Qur‟an se agaimana dikutip M.Tata Taufik dari
d. al-Ra m n al-Akk:33 (1)Seorang penerjemah harus berpedoman pada
syarat-syarat
penafsiran
rasional
(العقلي
)التفسريdalam menerjemahkan;
(2)Penerjemah harus meperhatikan ketepatan terjemah dengan melihat tingkatan penerjemahan sebagai berikut: (a)Terjemah kata-perkata dengan melihat padanannya; (b)Terjemah makna dan penjelasannya dengan menggambarkan makna tersebut berusaha memahaminya berupa penjelasan tambahan atas makna kata; (c)Menjelaskan kebenaran pemilihan makna terjemahan dan berusaha menjelaskannya dengan dalil; (3)Penerjemah harus terkonsentrasi pada kata-kata ( )االلفاظdan makna al-Qur‟an bukan pada bentuk susunan al-Qur‟an ()نظم القران karena susunan tersebut merupakan mukjizat yang tak terterjemahkan; (4)Penerjemah hendaknya menerjemahkan makna al-Qur‟an dengan metode terjemah yang benar dengan kriteria: (a)Gaya penerjemahan dengan bahasa yang mudah dicerna, dan sesuai dengan kemampuan umum pembac; (b)Hati-hati dalam mencarikan padanan yang tepat dari kalimat-kalimat yang ada dalam al-Qur‟an; (c)menuliskan makna ayat dengan sempurna; (d)memohon bantuan pada ahli bahasa terjemahan; (e)menjadikan tafsir sebagai rujukan dalam penerjemahan
31
Mengenai syarat-syarat mufassir, lebih lajut lihat, Mann ‟ al-Qatân, Pengantar Studi Ilmu-Ilmu al-Qur‟ân. Penerjemaholeh H.Ainur Rafiq el Mazni, h.416-417. 32 Penjelasan tentang adab mufassir, Lihat Mann ‟al-Qatân, Pengantar Studi Ilmu-Ilmu al-Qur‟ân. Penerjemah H.Ainur Rafiq El Mazni, h.417-418. 33 M.Tata Taufik ”Pro lematika Ke ahasaan Terjemah ” h.177-178.
37
harus memberikan keterangan pendahuluan yang mengatakan bahwa terjemah alQur‟an tersebut bukanlah al-Qur‟an, melainkan tafsir al-Qur‟an. Menurut Mu ammad „Alî al- âbûnî dalam kitab al-Tibyân fî „Ulûm alQur‟ân, syarat-syarat terjemah harfiah dan terjemah tafsiriah adalah:(1) Penerjemah harus mengetahui dua bahasa yaitu bahasa naskah yang mau diterjemahkan dan bahasa
terjemahan itu sendiri; (2)Penerjemah harus
mengetahui uslub-uslub serta ciri khas bahasa yang hendak diterjemahkan; (3) igah terjemahan harus benar jika diletakkan pada tempat aslinya; (4)Terjemahan haruslah cocok benar dengan makna-makna dan tujuan-tujuan aslinya.34 Disamping itu, untuk terjemahan harfiyyah harus memenuhi dua syarat sebagai berikut: (a)Adanya mufradat yang sempurna dalam bahasa terjemah, yang sesuai dengan mufradat bahasa aslinya. (b)Antara bahasa sumber dan bahasa terjemah harus mempunyai kesamaan amir (kata ganti orang), mustatir (yang disimpan), dan rabit-rabit (penghubung) yang menggunakan jumlah untuk menyusun tarkîb (susunan).35 Menurut M.Tata Taufik, persayaratan penerjemah dan aktifitas merupakan kesepakatan dari semua pendapat dalam hal penguasaan bahasa teks sumber dan bahasa sasaran (bahasa terjemahan), menangkap makna dan pesan, kemampuan mengungkapkan dan mengekspresikan makna dan pesan tersebut dalam karya terjemahan memelihara nilai emosi, dan gaya. Sehingga pengaruh yang diharapkan oleh naskah asli dapat dirasakan dalam karya terjemahan.36
34
Mu ammad „ l aln Ikhtisȃr fi „Ulûm l-Qur‟ân, h.333-334. Ibid.,h.333-334. 36 M.Tata Taufik ”Pro lematika Ke ahasaan Terjemah ” h.175. 35
38
C. Model Terjemahan lokal Kata model secara etimologi bermakna acuan, ala, bentuk, cara, cermin, contoh, corak, cara, ideal, jenis, pola, ragam, tipe, tiruan, dan versi.37 Secara istilah kata model adalah suatu yang dirancang secara fisik atau simbolik untuk mewakili fenomena konkrit dengan istilah-istilah abstrak yang dapat diterapkan lebih dari satu kasus dan lebih dari satu kali.38 Kata terjemahan bermakna suatu salinan bahasa, dan hasil dari menerjemahkan.39 Kata lokal berarti setempat, lingkup daerah, kedaerahan, dan ruang atau kamar.40 Jadi dapat dipahami bahwa Model terjemahan lokal adalah suatu bentuk, tipe atau pola terjemahan yang dihasilkan oleh masyarakat setempat untuk mewakili fenomena konkrit. Berkenaan dengan model terjemah lokal, menurut „Abd.Syahatah, seperti dikutip Fathullah Munadi, bahwa model terjemah tafsîriyyah menjadi pilihan beberapa ulama yang membuat tafsir lokal agar makna al-Qur‟an lebih mudah dipahami umat Islam lokal. Lanjut Fathullah Munadi, dari segi sumber atau objek telaahnya, terjemah tafsir lokal terdiri dari dua bagian yaitu tarjamah tafsîriyyah al-Qur‟ân dan tarjamah tafsîr al-Qur‟ân.41 Jika tarjamah tafsîriyyah al-Qur‟ân objeknya adalah al-Qur‟an secara langsung akan tetapi diterjemahkan dengan metode terjemah tafsîryyah, sedangkan tarjamah tafsîr al-Qur‟ân objeknya adalah karya tafsir al-Qur‟an yang diterjemahkan secara harfiyyah. Fathullah Munadi, mencontohkan model pertama seperti Terjemah al-Qur‟ n Dep g dan lain lain. 37
Tim Penyusun Depdiknas, Tesaurus Alfabetis Bahasa Indonesia (Bandung: Mizan Pustaka, 2009), h.386. 38 Budiono, Kamus Ilmiah Populer Internasional (Surabaya:Alumni Surabaya, t.t.), h.412. 39 Tim Penyusun Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama), h.1452. 40 Ibid., h.375. 41 Fathullah Munadi, “Syekh Muhammad rsyad al-Banjari dalam Konteks Kajian al Qur‟an di Nusantara ” (Tesis Sekolah Pascasarjana Universitas slam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009), h.24-27.
39
Sedangkan contoh model kedua, adalah terjemah karya tafsir selain Tarjumân alMustafîd yaitu tafsir era modern, seperti Tafsîr al-Bayân karya Hasbi asShiddiqy.42 Berbicara tentang penerjemahan buku berbahasa Arab di Indonesia, Abdul Munip,43 mengklasifkasikan jenis terjemahan kitab Bahasa Arab ke dalam dua bentuk: (1)Terjemahan yang berpihak kepada teks bahasa sumber (2)Terjemahan yang berpihak kepada bahasa sasaran. Berikut uraian masing-masing terjemahan tersebut:44 Terjemahan yang berpihak kepada teks sumber terdiri dari dua bentuk yaitu: (1)Terjemah harfiah gandul tanpa penjelasan dan (2)Terjemah harfiah gandul disertai penjelasan. Terjemah harfiah gandul tanpa penjelasan adalah suatu bentuk atau model terjemahan harfiah gandul ditandai dengan dicantumkannya naskah Arab asli yang lengkap dengan syakalnya. Sedangkan naskah terjemahannya ditulis menggantung dibawahnya dengan pola kemiringan 30-45 derajat ke arah kiri. Naskah terjemahan juga ditulis dengan huruf Arab (pegon), ada yang dilengkapi dengan syakal dan ada pula yang tidak disertai dengan syakal. Sedangkan terjemah harfiah gandul disertai penjelasan adalah jenis terjemahan harfiah gandul yang banyak ditemui di Jawa yang disertai dengan penjelasan penerjemah mengenai murâd. Terjemahan tersebut, bentuknya bisa berupa catatan kaki, dan komentar penerjemah.45 Sedangkan terjemahan yang berpihak kepada teks bahasa sasaran 42
Ibid., h.24-27. Abdul Munip adalah dosen Jurusan Pendidikan Bahasa Arab Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Lihat, Abdul Munip, Problematika Bahasa Arab Ke Bahasa Indonesia; Suatu Pendekatan Error Analysis. Artikel ini diakses pada tanggal 19 November 2013 dari www.digilib.uin-suka.ac.id/8008. 44 Abdul Munip, Transmisi Pengetahuan Timur Tengah ke Indonesia;Studi Tentang Penerjemahan Buku Berbahasa Arab di Indonesia 1950-2004 (Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan, 2010), h.294-308. 45 Ibid.,h.295-308. 43
40
terdiri dari dua bentuk: (1)Terjemah harfiah non gandul dan (2)terjemahan harfiah tanpa menyertakan teks aslinya. Terjemah harfiah non gandul, adalah model penerjemahan yang masih menyertakan teks asli. Naskah terjemahannya ditulis terpisah, ada dibawah garis yang memisahkan antara teks asli dan teks terjemahan. Seperti yang ada pada kitab Lubâb al-M ‟ ni fî Tarjamah al-Lujjan al- ani fî Manâqib Sayyid Syaikh „ bd al-Qadîr al-Jailani Karya Ja‟far al-Barzanji yang diterjemahkan oleh Abu Muhammad (Menara Kudus, 1953). Sedangkan terjemahan harfiah tanpa menyertakan teks aslinya adalah corak penerjemahan harfiah yang tidak menyertakan teks aslinya, seperti terjemahan al-Hikam karya Kiai Shaleh Darat tahun 1298.46 Ada perbedaan pendapat tentang istilah karakteristik terjemahan model gandul. Martin van Bruinnessen menyebut format umum kitab kuning47 yang dipelajari di pesantren adalah “Format jenggotan.” Karena terjemahan sela baris yang ditulis moncong dengan tulisan lebih kecil dibawah teks Arab. Selain itu, menurutnya ada tambahan terjemahan dan atau komentar yang lebih bebas, dan secara umum karakter fisik lain dari kitab klasik adalah mengandung makna simbolik.48 Berbeda dengan Azyumardi Azra, ia menyebut model terjemahan kitab kuning dengan “Terjemahan antar baris,” karena bahasa sumbernya (Arab) tetap ditulis seutuhnya. Kemudian bahasa lokalnya ditempatkan dibawah barisbaris teks yang berbahasa Arab. Terjemahan antar baris tersebut, menurutnya mempunyai dua aktifitas dalam penerjemahannya. Pertama, menerjemahkan teks 46
Ibid., h.293-309. Penamaan istilah kitab kuning dikarenakan kertas buku yang berwarna kuning dibawah yang dibawa dari Timur Tengah pada awal abad kedua puluh. Lihat, Martin van Bruennessen, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat (Bandung: Penerbit Mizan, 1999), h.132. 48 Ibid., h.141-12. 47
41
Arab yang bersifat harfiyyah. Kedua, menuliskan komentar-komentar atau tafsir singkat atas pembahasan teks di halaman yang bersangkutan.49 Lanjut Azyumardi Azra, model terjemah harfiah model gandhul mempunyai beberapa karakteristik di antaranya. Pertama, penggunaan huruf Arab yang disesuaikan dengan bahasa daerah masing-masing. Suku Sunda dan Jawa menamakan istilah tersebut dengan pegon.50 Banyuangi disebut peggu.51 Sedangkan di Madura tulisan Arab yang menggunakan Bahasa Madura disebut peggu.52 Kedua, pencantuman simbolsimbol posisi kata. ketiga, Istilah-istilah kunci dalam terjemahan harfiahnya. Menurut Titik Pudjiastuti, istilah pegon berasal dari Bahasa Jawa ”Pego” yang artinya tidak lazim dalam mengucapkan bahasa Jawa yang ditulis dengan aksara Arab, sehingga menjadi aneh ketika diucapkan. Kemudian menurutnya teks Jawa yang ditulis dengan huruf Arab disebut “Teks pego” (sesuatu yang menyimpang). Sedangakan pegon mempunyai dua macam variasi tulisan, yaitu pegon tanpa harokat dan pegon berharakat.53 Menurut Titik Pudjiastuti, istilah kata pegon berasal dari pesantren, yaitu ketika seorang murid belajar membaca
49
zyumardi zra “Naskah Terjemahan Antarbaris Kontribusi Kreatif Dunia Islam Melayu Indonesia, dalam Hendri Chamber Loir,ed., Sadur Sejarah Terjemahan di Indonesia dan Malaysia (Jakarta:Kepustakaan Populer Gramedia, 2009), h.440-441. 50 Mafri Amir dan Lilik Ummi Kaltsum, Literatur Tafsîr Indonesia (Jakarta:Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h.85. 51 Titik Pudjiastuti, Seri Kajian Filologi; Naskah dan Studi Naskah (Akademia:Bogor, 2006), h.44-45. 52 Edi Sedyawati, dkk., (ed.), Sastra Jawa: Suatu Tinjauan Umum (Jakarta: Pusat Bahasa Balai Pustaka, 2001), h.84; Berdasarkan penelitian Fahrurrazi dalam “Cara memanggil nama panggilan orang di Madura ” di agian pem ahasan karakteristik Tata Bahasa Madura ahwa di Madura sama halnya dengan di Jawa, ditemukan prasasti yang beraksara Pallawa. Serta menggunakan bahasa Sansekerta dan Jawa kuno. dapatlah dimengerti jika kemudian bahasa madura juga dituliskan dengan aksara Anacaraka yang disebut dengan Carakan Madura. Aksara tersebut menurut Fahrurrazi semula diajarkan pada anak-anak sekolah di akhir xix di Madura. Kemudian lambat laun digantikan dengan huruf latin. Berdasarkan penelitian Fahrurrazi juga dijelaskan bahwa di kalangan pesantren juga ada pengembangan penggunaan huruf Arab untuk menuliskan Bahasa Madura yang disebut dengan peghu. Lihat Fahrurrazi “Cara memanggil nama panggilan orang di Madura ” Linguistic Akademika I, no.3 (2012), h.264. Artikel ini diakses pada 27 Oktober 2014 dari www.linguistikademia.files.wordpress.com. 53 Titik Pudjiastuti, Seri Kajian Filologi; Naskah dan Studi Naskah, h.44-45.
42
kitab kepada gurunya, kemudian seorang murid mencatat dan memberikan terjemahan dan penjelasan dari teks Arab yang dipelajarinya.54 Menurut Islah Gusmian, penggunaan huruf pegon dalam bahasa Melayu, Jawa, dan Sunda digunakan pada abad ke-16 M. Pada masa itu, dimungkinan terjadi pembahasa-lokalan Islam di wilayah Nusantara misalnya huruf Arab yang digunakan dalam tafsir Tarjumân al-Mustafîd, dan naskah anonim seperti kitab Farâid al-Qur‟ân, dan naskah surah al-Kahfi dan naskah anonim lainnya.55 Di Madura, sama halnya dengan di daerah Sunda dan Jawa, yaitu mempunyai istilah khusus untuk tulisan yang beraksara Arab dalam bahasa Madura yaitu peggu. Menurut Moch.Ali,
Peggu adalah tulisan aksara Arab
bahasa Madura, karena teksnya ditulis dengan mengadaptasi aksara pegon (ArabJawa) yang kemudian dilengkapi dengan tanda diakrtik yang disesuaikan dengan lafad Madura, khususnya diksi-diksi Madura. Berdasarkan hasil penelitian Moch.Ali, menyatakan bahwa dibalik istilah peggu ada semacam “Penciptaan udaya aru” yang sekaligus se agai refleksi “ dentitas lokal” yang menyiratkan beberapa hal di antaranya Pertama, penegasan eksistensi aksara Arab-Madura sebagai symbol of identity yang banyak diapakai di pesantren Madura yang justru berkoeksistensi
dengan
aksara
Arab-Jawa.
Ketiga,
penegasan
identitas
kesusastraan Madura yang sejajar dengan kesusastraan Jawa. Keempat, penegasan ideology kultural Madura yang berkoeksisitensi dengan ideology kultural Jawa.
54
Ibid., h.44-45. Islah Gusmian, Khazanah Tafsîr Indonesia; dari Hermenetika hingga Ideologi (Jakarta: Teraju, 2003), h.61. 55
43
Meskipun pola ini berakar pada konsep “Peniruan ke udayaan Jawa” tetapi dalam ranah budaya hali ini sifatnya natural.56 Berkenaan dengan istilah peggu yang diadaptasi dari pegon (Arab-Jawa) erat kaitannya dengan sejarah masuknya Islam ke pulau Madura. Titik Pudjiastuti dalam artikelnya “Madura” sebagaimana dikutip dari Pigeaud dan De Graff, Madura telah menjadi Islam sejak abad ke 16, ketika putra mahkota kerajaan Madura Barat yang bernama Pratanu yang kemudian terkenal sebagai Panembahan Lemah Duwur dari Arosbaya (Bangkalan) yang masuk Islam dan mengakui Sultan Demak sebagai maharaja. Pada masa penyebaran kebudayaan pesisir pada abad ke-16 dan ke-17, Madura di perintah oleh dinasti yang diduga mempunyai keturunan darah Jawa yang mempunyai peran penting dalam kancah politik Jawa. Maka dari itu menurut Titik Pudjiastuti, pengaruh Jawa cukup besar bagi Madura khususnya dalam hal sastra. Berdasarkan penelitian Titik Pudjiastutik, menyatakan bahwa kebanyakan naskah Madura adalah terjemahan atau adaptasi dari karya sastra Jawa.57 Berdasarkan sejarah dan legenda, sebagaimana hasil penelitian Titik Pudjiastutik, para penyiar agama Islam di pulau Madura umumnya berasal dari Jawa. Hal ini menurutnya menjadi salah satu faktor pengaruh Jawa terhadap Madura cukup besar. Misalnya dapat dilihat bahwa untuk pendidikan formal, hampir di sepanjang jalan dari Kabupaten Bangkalan sampai ke ujung Kabupaten Sumenep terdapat pesantren-pesantren yang mengajarkan aktivitas tulis menulis.58
56
Moch li “Bahasa Jawa-Kita i Dialek Madura dalam Naskah “Careta Qiyamat.” Artikel ini diakses pada tanggal 19 November 2013 www.http//eprints.uny.ac.id/id 57 Edi Sedyawati, dkk., (ed.), Sastra Jawa: Suatu Tinjauan Umum, h.83. 58 Ibid., h.84.
44
Menurut Fahrurrazi, islam masuk ke Madura dimulai sejak paruh abad ke15, pertama kali di daerah sekitar Pantai Selatan Sumenep. Penyebaran agama Islam berlangsung sejalan dengan perluasan perdagangan. Menurut Fahrurrazi, seperti dikutip dari Schrieke (1955), penyebar Islam yang pertama ialah pedagang yang berasal dari India (Gujarat), Malaka, dan Sumatera (Palembang). Kemudian sebagaimana dikutip Fahrurrazi dari De Graaff dan Pigeaud (1974), bahwa setelah penyebar agama Islam tersebut, disusul oleh pengikut Sunan Ampel dan Sunan Giri, para wali suci Islam yang berkedudukan di dekat kerajaan-kerajaan dagang kecil Surabaya dan Grersik. Kemudian sebagaimana dikutip Fahrurrazi dari Abdurrahman (1971), bahwa menurut cerita turun menurun, seorang anak lelaki dari saudaranya Ampel menetap di Desa Pasudan dekat Ibukota Sumenep. Oleh karena itu, pengislaman penduduk di Madura meluas setelah raja-raja dan diperkirakan pada pertenghan abad-16, memeluk agama Islam dan mendorong penyebarannya.59 Berdasarkan hasil penelitian Titik Pudjiastutik, dalam naskah Madura yang teksnya berisi ajaran Islam biasa ditemukan naskah tulisan dengan tiga bahasa, yaitu teks asli dalam Bahasa Arab, terjemahannya dalam bahasa Jawa, dan penjelasannya Bahasa Madura. Menurutnya Bahasa Jawa bukan saja menjadi sarana untuk memahami ajaran Islam melainkan juga merupakan alat untuk menuangkan rasa keindahan para santri di pesantren Madura.60
59
Pada pertengahan abad lalu, sebagaimana dikutip Fahrurrrazi dari Hegeman (1858), di Sumenep terdapat 2.120 ulama Islam yang jumlahnya lebih banyak dari pada Madura Barat dan Pamekasan. Hal tersebut menurut Fahrurrazi dikarenakan Sumenep menjadi kawasan perdagangan yang paling ramai sehingga menjadi daerah slam yang penting. Lihat Fahrurrazi “Cara memanggil nama panggilan orang di Madura ” Linguistic Akademika I, no.3 (2012): h.264. Artikel ini diakses pada 27 Oktober 2014 dari www.linguistikademia.files.wordpress.com 60 Edi Sedyawati, dkk., (ed.), Sastra Jawa: Suatu Tinjauan Umum, h.84.
45
Di Madura tradisi penerjemahan kitab berbahasa Arab sama halnya dengan penerjemahan kitab di Jawa, yaitu ada kosa kata yang digunakan untuk menerjemahkan struktur sintaksis Bahasa Arab. Istilah khusus yang disimbolkan satu huruf Arab seperti mubt dâ‟ diistilahkan dengan kata dining, simbolnya “Mîm”; khabar diistilahkan dengan kata panika simbolnya “Kh ”; fa„il diistilahkan dengan kata pasirah simbolnya fa` panjang, dan ponapah simbolnya f ‟ pendek. Berkenaan dengan model terjemahan lokal, ada beberapa peneliti tentang naskah pegon model terjemahan jenggotan atau antarbaris, memberikan istilah atas huruf-huruf yang biasa dicantumkan untuk menunjukkan posisi kata di antaranya Muhammad Mujtabi Thaifur, dalam Kaifiyah al-Rumzi al-M ‟âni li alMadâris wa al-M ‟âhid l-Islâmiyyah, menyebut huruf tersebut dengan al-rumzu atau rumus.61 Abdul Khaliq, dalam M t n l- urûmi
h li l- mâm l- onh ji
dan Terjemahannya dan Penjelasannya, juga menyebut huruf tersebut dengan kata “Rumus.”62 Iip Dzulkifli yahya, dalam “Ngalogat di Pesantren Sunda Menghadirkan yang dimangkirkan, menye ut dengan “Huruf ” Sedangkan Ali u Bakar Basmalah dalam “Memahami Kitab Kuning melalui Terjemahan Tradisional (Suatu Pendekatan Tradisional Terjemahan Pondok Pesantren) ” menyebut huruf tersebut dengan simbol bacaan.63
61
Muhammad Mujtabi Thaifur, Kaifiyatu Rumzi al-M ‟ ni li l-Madâris wa al-M ‟âhid al-Islâmiyyah (Kediri:T.pn., t.t.), h.1-2; Dalam kamus al-Munawwir, lafaz al-ramzu meruapakan masdar dari lafaz ramaza ermakna “Tanda isyarat”. Bentuk mufrad atau tunggalnya al-ramzu yaitu al-rumzu atau al-ramazu, jamaknya rumûzun. Sedangkan lafaz al-ramziyyu bermkna simbolik (sebagai lambang). Lihat, Munawwir, al-Munawwir; Kamus Arab-Indonesia (Surabaya:Pustaka Progressif, 1997), h.532. 62 Abdul Khaliq, Matan al-Jurûmiyyah li al-Imâm l- onh ji d n Terjem h nn d n Penjelasannya (Pamekasan: Pondok Pesantren Darussalam, t.t.), h.28. 63 li u Bakar Basmalah “Memahami Kitab Kuning melalui Terjemahan Tradisional (Suatu Pendekatan Tradisional Terjemahan Pondok Pesantren) ” (Perpustakaan Digital U N Sunan Kalijaga: Yogyakarta, 2008), h.66-67. Artikel ini diakses pada tanggal 5 Maret 2013 dari
46
Berikut ini daftar simbol dan bahasa simbolik dalam Bahasa Madura yang diidentifikasi dari sejumlah sumber:64 Tabel 2: 2 Daftar Simbol dan Istilah Simbolik Terjemahan Madura Simbol
Maksud
I’rab
Tempat
Variasi Tata Bahasa
Penempatan struktur
Bahasa simbolik Madura
مت
tamyîz
مت
كثري زيد علما
Nasa
di atas
tanda tamyîz
Na a
di atas
tanda
l
قرأالطالب حا جالسا
Indonesia
dari ara-ara
apanya
hale
dalam keadaan
حا
âl
ظر
rf
m n
Na a
di atas
tanda
rf
يصوم عمروظر اخلميس
edalĕm
pada
ظم
rf m k n
Na a
di atas
tanda
rf
جلست ظم حتت الشجرة
edalĕm
di
di atas
tanda m f„ȗl bih
d ‟
kepada
panika
adalah
pasirah
siapa
ponapah
apa
Dining
adapun
Maka
maka
ضربت مف زي ًذا اهلل يعلم السر وأخفى
مف
m f„ûl bih
Na a
خ
khabar
r f ‟
فا
fâ„il „âqil
r f ‟
di atas di atas
ف
fâ„il gh iru „âqil
r f ‟
di atas
tanda fâ„il untuk makhluk tidak berakal dan benda
م
mubt dâ‟
r f ‟
di atas
tanda mubt dâ‟
ج
jawâb
Mukhtalif
di atas
tanda jawâb
ص
il h
Mukhtalif
di atas
tanda if h
احلمدهلل ادلنزه عن صفة ص احلدوث
Se
yang
ب
badal
mukhtalif
di bawah
tanda badal
أكلت الرغيف ب نصفو
Ropanah
yakni
جم
j m ‟
j m ‟
di atas
tanda j m ‟
ban ‟-banynya‟/ pan barampan
beberapa
tanda khabar tanda fâ‟il untuk makhluk berakal
احلياة خ صفة قدمية بذات قام فا زيد تيسرف السيارة م مجيع أفعال العباددافعة بقدرة اهلل إن جتهد ج تتحح
تعلمت جمالعلوم
www.digilib.uin-suka.ac.id/441; Kata simbol secara etimologi bermakna ikon, karakter, kiasan,, lambang, logo, representasi, sinyal, tanda, atribut, cap dan emblem. Lihat, Tim Penyusun Depdiknas, Tesaurus Alfabetis Bahasa Indonesia (Bandung: Mizan Pustaka, 2009), h.543. 64 li u Bakar Basmalah “Memahami Kitab Kuning melalui Terjemahan Tradisional (Suatu Pendekatan Tradisional Terjemahan Pondok Pesantren) ” (Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga: Yogyakarta, 2008), h.61-62. Artikel ini diakses pada tanggal 5 Maret 2013 dari www.digilib.uin-suka.ac.id/441; ip Dzulkifli yahya “Ngalogat di Pesantren Sunda Menghadirkan yang dimangkirkan, dalam Hendri Chamber Loir, ed., Sadur Sejarah Terjemahan di Indonesia dan Malaysia (Jakarta:Kepustakaan Populer Gramedia,November 2009), h.373-374; Abdul Hannan Tibyan, al-Iktisyâf fi Tadrîbi Qirȃ‟ h Kutubi l-Salaf li al-Mubt d'i‟ȋn (Pamekasan:Puncak Daru Salam, t.t.), h.17; Muhammad Mujtabi Thaifur, Kaifiyatu Rumzi al-M ‟ ni li l-Madâris wa alM ‟âhid l-Islâmiyyah (Kediri:T.pn., t.t.), h.1-2; Lihat, Abdul Khaliq, Matan al-Jurûmiyyah li alImâm l- onh ji d n Terjem h nnya dan Penjelasannya (Pamekasan: Pondok Pesantren Darussalam, t.t.), h.28; Syaikh Abdul Hamid Ahmad Mahfudz Ziyadi & Tim Penyusun, dkk, Nubdah alân fi T lîli M „rif h Q wâ‟id Si âqi K lâm hl „ rfân; Progr m kseler si c Kitab Kuning Bagi Pemula dan Santri Kecil (Pamekasan:Tim Penyusun “Nu a” Palduding Pamekasan), h.6.
47
Berdasarkan tabel di atas, ada beberapa daftar simbol dan istilah linguistik yang digunakan penerjemah Madura. Tabel tersebut diadaptasi dari tabel simbol dan istilah linguistik bahasa Jawa disesuaikan dengan bahasa simbolik Madura yang diidentifikasi dari beberapa buku kaedah bahasa Arab terjemahan Madura.65 Adapun ciri-ciri model terjemah lokal, khususnya Madura sama dengan model terjemah pegon Jawa yaitu terdiri dari dua bentuk yakni (1)ada simbol yang kemudian oleh Ali Abu Bakar Basmalah disebut “Sim ol gramatikal bahasa Arab”; (2)ada bahasa istilah yang kemudian dalam penelitian Ali Abu Bakar Basmalah disebut “Bahasa simbolik”66 Selain simbol dan bahasa simbolik di atas, terjemahan Madura juga memiliki kosa kata baku untuk menerjemahkan beberapa huruf berupa kata depan, kata sambung, dan kata isyarat. Menurut Syaibah, seperti dikutip M.Syarif Hidayatullah,
65
arf terdiri dari tiga bagian (1) arf yang
Kerangka tabel tersebut diadaptasi dari tulisan Ali Abu Bakar Basmalah yang berjudul “Memahami Kita Kuning melalui Terjemahan Tradisional (Suatu Pendekatan Tradisional Terjemahan Pondok Pesantren).” Dalam artikelnya terse ut menyajikan ta el erupa sim olsimbol linguistik, bahasa simbolik, dan contoh kalimat Bahasa Arab yang disertai simbol-simbol sesuai posisi katanya. Perbedaan tabel di atas dengan tabel Ali Abu Bakar Basmalah adalah terletak pada simbol-simbol yang dicantumkan penulis telah disesuaikan dengan simbol dan ahasa sim olik Madura yang ada. Lihat li u Bakar Basmalah “Memahami Kita Kuning melalui Terjemahan Tradisional (Suatu Pendekatan Tradisional Terjemahan Pondok Pesantren) ” h.61-62. Artikel ini diakses pada tanggal 5 Maret 2013 dari www.digilib.uin-suka.ac.id/441; Selanjutnya ta el terse ut juga diadaptasi dari tulisan ip Dzulkifli Yahya dalam “Ngalogat di Pesantren Sunda Menghadirkan yang dimangkirkan. Dalam artikel tersebut menyajikan tabel yang menunjukkan kata-kata (Jawa) dan huruf Arab simbol tersebut serta arti gramatikalnya dalam Bahasa Arab dan Indonesia. Perbedaannya tabel di atas dan tabel yang disajikan Iip adalah terletak pada Bahasa dan penyajian contohnya. Lihat ip Dzulkifli yahya “Ngalogat di Pesantren Sunda Menghadirkan yang dimangkirkan, dalam Hendri Chamber Loir, ed., Sadur Sejarah Terjemahan di Indonesia dan Malaysia, h.373-374; Selanjutnya dalam artikelnya Saefuddin, yang berjudul “Tradisi penerjemahan al-Qur‟an ke dalam Bahasa Jawa; suatu pendekatan filologis.” merupakan tradisi terjemahan al-Qur‟an dalam Bahasa Jawa. Dalam tulisannya ini juga menyajikan kosa kata tulisan tentang bahasa simbolik yang biasa digunakan kitab Bahasa Arab terjemahan Jawa. Lihat, Saifuddin “Tradisi penerjemahan al-Qur‟an ke dalam Bahasa Jawa; suatu pendekatan filologis.” Suhuf VI, no.2 (November 2013): h.243-244. 66 Bahasa simbolik adalah kosa kata bahasa Madura atau Jawa khas yang menunjukkan variasi gramatikal bahasa sumber yaitu bahasa Arab. Maksud dari bahasa Madura Jawa khas adalah bahwa bahasa tersebut tidak seperti bahasa Madura atau Jawa yang digunakan sehari-hari. Lihat li u Bakar Basmalah “Memahami Kita Kuning Melalui Terjemahan Tradisional (Suatu Pendekatan Tradisional Terjemahan Pondok Pesantren) ” (Perpustakaan Digital U N Sunan Kalijaga: Yogyakarta, 2008). Artikel diakses pada 5 Maret 2013 dari www.digilib.uinsuka.ac.id/441
48
mendampingi ism; (2) arf yang mendampingi fi„il; (3) arf yang mendampingi isim dan fi„il.
arf yang mendampingi isim biasanya berfungsi sebagai preposisi
( arf al-Jarr);
arf al-nidâ‟,”P rtikel vok tif” dan partikel akusataif (nâ ib)
seperti anna “Bahwa,” ka‟anna “Sepertinya,” lakinna “Tetapi,” laita “ ndai saja.” Sementara itu, arf yang mendampingi fi„il biasanya merupakan partikel akusatif, seperti „an “Bahwa,” lan “Tidak” kai “ gar,” idzan “Jadi”; arf yang merupakan jusif, seperti lam “Belum,” la “Jangan ” in (pada klausa kondisional), “ ndai.” Berbeda dengan isim yang bisa mendampingi isim dan fi„il biasanya berupa konjungsi ( arf l-„ af) dsb.67 Berikut ini terjemahan
arf al-jar Bahasa
Madura dan Bahasa Indonesia.68 Tabel 2:3 Terjemahan Huruf Jer dalam Bahasa Madura dan Indonesia arf
Fungsi
Terjemahan Madura
Terjemahan Indonesia
ب
-
kalaĕn
di; dengan; bersama; sebagian; di atas; kata penguat, demi (sumpah)
من
-
dari
إىل
-
d ‟
dari (kata pembatas tempat, waktu); sebagian; di antara; karena dari(keterangan tambahan), kata penguat berarti ada; menggantikan; di; sebab, karena; tentang kata pembatas tujuan simpati; bersama; bagi atau untuk
حت ّ عن
-
s mpe‟
sampai; hingga
-
dari
dari;sesudah; di atas; sebab; atau alasan; kata pengganti
على
atas
di atas; di saat; alasan atau sebab; bersamaan; dari; namun, dengan,
يف
idalĕm
di (tempat, waktu); karena bersama dengan; di atsa; kata perbandingan; dengan; sampai
ك
-
akadih
seperti (tperumpamaan); sebab; di atas; kata penguat;
ل
-
ik
memiliki; kepunyaan; milik; hanya untuk; bagi;ku-mu; alasan atau sebab; kata penguat; sampai; di atas; menjadikan. waktu yang lewat; di bersama; untuk membuat kalimat perintah, kalimat jawab
67
ndi‟, d ‟
M.Syarif Hidayatullah, Pengantar Linguistik Arab Klasik Moderen (Jakarta: lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010 ), h.83-84. 68 M.Tata Taufik, “Pro lematika Ke ahasaan Terjemah ” h.167-169; M.Syarif Hidayatullah, Tarjim al-An; Cara Mudah Menerjemahkan Arab-Indonesia (Tanggerang: Dikara 2010), h.103-106; Abdul Munip, Transmisi Pengetahuan Timur Tengah ke Indonesia, h.297-298; Muhammad „ rifun Tarjamah Tafsîr al-Jalâlain litashîli al-Fikri Bahasa Madura, h.1-4821.
49
Berdasarkan contoh di atas, menurut Syarif, terjemahannya dapat berubah sesuai dengan konteks kalimatnya. Jadi penerjemah Madura menggunakan kosa kata tersebut dalam menerjemahkan huruf jar. Berikut ini terjemahan kata sambung (
rf „ af) dalam Bahasa Madura dan Bahasa Indonesia, yang
diidentifikasi dari sejumlah sumber.69 Tabel 2:4 Terjemahan Huruf arf Status/Fungsi
af dalam Bahasa Madura dan Indonesia Terjemahan Madura
Terjemahan Indonesia
و
kata sambung
Ban
dengan, dan, sedangkan
ّث
kata sambung
maka kareh-kareh
Kemudian
ف
kata sambung
Maka
lalu, kemudian, selanjutnya
أو
kata sambung
Otabĕh
Atau
أم
Idem
Otabĕh
atau, padahal
بل
idem, pengingkaran
bali‟
لكن
kata sambung, pengingkaran, kata penghubung kata sambung negativ
tetapih, lamun
sedangkan, tapi tidak (negatif) akan tetapi (negativ), namun, tidak, bukan
ال
69
t ‟, bĕnne, buntĕn
M.Tata Taufik, “Pro lematika Ke ahasaan Terjemah ” h.167-169; M.Syarif Hidayatullah, Tarjim al-An, h.103-106; Abdul Munip, Transmisi Pengetahuan Timur Tengah ke Indonesia, h.297-298; Muhammad „ rifun Tarjamah Tafsîr al-Jalalain Litashîli al-Fikri Bahasa Madura, h.1-4821.
BAB III PROFIL MUHAMMAD ‘ARIFUN A. Latar Belakang Keluarga Nama lengkap „Arifun adalah Muhammad „Arifun. Ia lahir di Dusun Baturasa, Desa Bungka, Kecamatan Blega, Kabupaten Bangkalan, Kepulauan Madura pada tanggal 1 Juli 1927.1 Ayahnya bernama Kiai Hasan Basri, ia seorang tokoh masyarakat di Bangkalan. Ia juga keturunan ke-12 dari Ainul Yaqin yaitu Sunan Kediri yang memperistri Ny.Murtasiya, anak Raden Rahmad Sunan Ampel. Ainul Yaqin keturunan dari putra Maulana Ishaq, nasabnya bersambung dengan Nabi Mu mm d mel lui m m J „far al- diq
m m Mu ammad al-
Baqir, Imâm „Ali Zainal Abidin, Sayyidina Husain, Fatimah al-Zahra.2 Sedangkan ibunya bernama Nyai Mayri. Muhammad „Arifun adalah anak bungsu dari lima bersaudara. Anak pertama bernama Sejati, ia menetap di desa Beleggung, Kabupaten Bangkalan Madura. Anak kedua Muhamamd Bachri, ia juga menetap di Beleggung, Bangkalan Madura. Anak ketiga Baidowi, ia menjadi pengasuh di Pesantren Jeruk, Jombang, Kabupaten Jember, Jawa Timur. Anak keempat bernama Tomo, ia menetap dan menjadi pengasuh di Pesantren Jeruk, Jombang, Jember, Jawa Timur. Anak kelima Muhammad „Arifun, saat ini ia menetap dan menjadi pengasuh di Pesantren Darul Ulum al-Ishqai, Dusun Karangsari, Desa Tisnogambar, Kecamatan Bangsalsari, Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur.3
1
Wawancara Pribadi dengan Muhammad „Arifun, Jember, 12 April 2013. Wawancara Pribadi dengan Abdul Bari, Jember, 25 Oktober 2013. 3 Wawancara Pribadi dengan Abdul Bari. 2
50
51
Ayah Muhammad „Arifun meninggal dunia tahun 1934, ketika „Arifun berumur 7 tahun. Sejak ditinggal ayahnya, Ia belajar al-Qur‟ n kepada kakak kandungnya Baidhowi. Kemudian setelah berumur 10 tahun, ia belajar kepada Raden KH.Abdul Aziz, pengasuh Pesantren Bustanul Ulum al-Wafa Temporejo, Jember, Jawa Timur. Ketika berumur 19 tahun, „Arifun diperintahkan KH.Abdul Aziz untuk memgembala kerbau. Selain itu, ia juga diperintahkan untuk menjadi “Khadimul Bayt” (Pembantu rumah). Ia membantu beberapa pekerjaan yang ada di pesantren seperti mengajar santri, dan jual beli kitab. Ia menghabiskan masa kecil sampai masa dewasanya selama 19 tahun di Pesantren Bustanul Ulum alWafa Temporejo, sejak tahun 1937 sampai tahun 1962.4 Pada tahun 1963, „Arifun menikahi Nyai Shofiyah. Pertemuannya dengan Nyai Shofiyah berawal dari acara Maulid di Pesantren Darul Ulum Al-Ishaqi. Saat itu, „Arifun statusnya sebagai santri Pesantren al-Wafa Temporejo. Ia diperintahkan ayah Nyai Shofiyah yaitu Kiai Ishaq yang juga sebagai pengasuh Pesantren Darul Ulum Al-Ishaqi, untuk membaca kitab dardir dalam acara Maulid Nabi di Pesantren
rul Ulum l- s qi. Karena kepi w i n „Arifun dalam bacaan
kitab Dardir,5 ia diminta Kiai Ishaq untuk menikahi putrinya yaitu Nyai Shofiyah. Awalnya „Arifun menolak, karena merasa tidak pantas dengan putrinya. Namun,
4
Wawancara Pribadi deng n Muh mm d „Arifun. Martin van Bruennessen, mengelompokkan kitab Dardir ke dalam kitab sejarah hidup Nabi (sirah) dan karya penghormatan untuk Nabi Saw. Kitab tersebut Menurut Martin adalah kitab yang dijadikan bahan mata pelajaran di sejumlah pesantren di Indonesia. Menurut Martin, kitab Dardir merupakan syarh yang disusun oleh Ahmad al-Dardir atas kitab Mi’raj (perjalanan Nabi ke langit) versi Najm al-Din al-Ghaithi. Menurut Martin, kitab Dardir penggunaannya bersifat ritual. Penggunaan utama kitab tersebut bukanlah ditujukan untuk keperluan pendidikan, tetapi untuk tujuan pemujaan dan ibadah. Kitab tersebut biasanya dapat dibaca secara pribadi sebagai suatu perbu t n m l b ik d n bi s ny kit b tersebut jug dib c sec r berj m ‟ h di dep n b ny k orang dalam berbagai acara sebagaimana yang dijelaskan Martin dalam Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat. Lihat, Martin van Bruennessen, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat (Bandung: Penerbit Mizan, 1999), h.168. 5
52
Kiai Ishaq menegaskan kep d
Ki i „Arifun bahwa ia tidak membutuhkan
menantu yang kaya dengan harta, melainkan menantu yang kaya akan ilmu. Akhirnya „Arifun menikahi Nyai Shofiyah yang saat itu masih berumur 17 tahun. Hasil pernikahan Muhammad „Arifun dengan Nyai Shofiyah, dikaruniai empat anak, dua anak laki-laki dan dua anak perempuan. Anak pertama bernama Abdul Bari i sek r ng d bers m Ki i „Arifun di Pesantren al-Ishaqi.6 Anak kedua bernama Khairuddin i sek r ng jug
d bers m Ki i „Arifun di Pesantren al-
Ishaqi. Anak ketiga bernama Munirah, ia sekarang menjadi pengasuh di Pesantren Mambaul Ulum Jember. Anak keempat bernama Tuhfatul Mardiah, ia sekarang juga ada bersam Ki i „Arifun di Pesantren al-Ishaqi.7 Pada tahun 1990, istri Muhammad „Arifun meningg l duni . Sejak ditinggal istrnya, ia belum menikah lagi, karena begitu besar rasa cintanya terhadap istri. Sejak tahun 1990, Muhammad „Arifun mulai berpuasa setiap hari sampai sekarang. Setiap hari, makanan sahurnya dengan nasi putih saja, dan berbuka puasa dengan pisang.8 Muhammad „Arifun merupakan sosok yang sederhana. Selain itu, ia juga pekerja keras. Hal tersebut terlihat dari aktifitasnya selama di pesantren yaitu jual beli kitab atas perintah Kiainya.9 Muhammad „Arifun juga dikenal sebagai seorang kiai dan d ‟i (Muballigh) di Jember. Namun, saat ini ia sudah mulai mengurangi aktifitas dakwahnya di berbagai daerah, karena umurnya hampir menginjak satu abad. Sehingga kondisi badannya tidak boleh terlalu kelelahan. Aktifitasnya saat ini adalah mengajar santri setiap setelah shalat subuh. Selain itu, ia juga menjaga toko kitab miliknya dengan ditemani santrinya. 6
Wawancara Pribadi deng n Muh mm d „Arifun. Wawancara Pribadi dengan Abdul Bari, Jakarta, 5 Februari 2015. 8 Wawancara Pribadi djeng n Muhmm d „Arifun. 9 Wawancara Pribadi dengan Muh mm d „Arifun. 7
53
Alasan Kiai „Arifun menjaga toko kitab yaitu, agar anak-anaknya belajar mandiri dalam mengelola Pesantren
rul Ulum l- s qi.10
Pesantren Darul Ulum l- s qi didirikan pada tahun 1946. Pengasuh pertamanya yaitu Kiai Ishaq, mertua dari Ki i „Arifun. Ia mengelola pesantren sejak tahun 1946-1951. Sedangkan pada tahun 1951-2004 Pesantren al-Ishaqi dikelola Kiai Umar. Kemudian tahun 2004-2014, pesantren tersebut dikelola oleh Kiai „Arifun. Pesantren Darul Ulum al- s aqi, awalnya bercorak salafî11 ketika dipimpin Kiai Ishaq dan Kiai Umar. Kemudian semenjak dipimpin Muhammad „Arifun pesantren tersebut menggabungkan dua corak yaitu corak salafî dengan corak modern.12 Pesantren tersebut saat ini tidak hanya mempelajari ilmu agama melalui kitab-kitab klasik, tetapi juga mempelajari pengetahuan umum dengan mendirikan sekolah Madrasah Ibtidaiyyah (MI), sekolah Menengah Pertama
10
Wawancara Pribadi dengan Muh mm d „Arifun. Menurut Daniel Rabitha, pesantren salafiah dikategorikan sebagai awal atau tradisional selain karena kesederhanaannya juga karena penggunaan dari metode sorogan dan bandongan dalam mempelajari agama islam. Pondok pesantren tradisional atau salafiah adalah pesantren yang mengajarkan kitab yang ditulis dengan menggunakan bahasa Arab. Pola pengajarannnya dengan menerapkan sistem halaqah yang dilaksanakan di masjid atau surau. hakikat dari system halaqah adalah hafalan. Ilmu yang diperoleh santri sama dengan apa yang diberikan kyai. kurikulum tergantung sepenuhnya kepada para kyai pengasuh pondoknya. Ada santri yang menetap di dalam pondok (santri mukim), dan yang tidak menetap[ di dalam pondok (santri kalong). Lihat, Daniel Rabitha “Pembel j r n Tunt s P d Pondok Pes ntren; Studi Keunggulan dan Kelemahan Metode Sorogan-Bandongan Pada Pondok Pesantren Al-Ittifaaqiah Sumatera Selatan ” Jurnal Penamas XXIII, no-1 (2010): h.35- 43. 12 Menurut niel R bith d l m rtikelny “Pembel j r n Tunt s P d Pondok Pesantren; Studi Keunggulan dan Kelemahan Metode Sorogan-Bandongan Pada Pondok Pesantren Al-Ittifaaqiah Sum ter Sel t n ” Pesantren khalaf (modern) adalah pesantren yang ditunjang dengan fasilitas yang memadai, juga kaya akan penggunaan metode pembelajaran seperti kursus, klasikal dll. pondok pesantren modern menurutnya meruapakan pengembangan tipe pesantren karena orientasi belajarnya cenderung mengadopsi seluruh system belajar modern secara klasikal dan meninggalkan system belajar tradisional. penerapan system belajar modern ini terutama tampak pada bangunan kelas-kelas belajar, baik dalam bentuk madrasah maupun sekolah atau madrasah yang berlaku secara nasional. santrinya ada yang menetap da nada yang tersebar di sekitar desa itu. kyai berperan sebagai coordinator pelaksana proses belajar mengajar langsung di kelas. perbedaaannnya dengan sekolah dan madrasah terletak pada porsi pendidikan agama dan bahasa arab yang lebih menonjol sebagai kurikulum lokal. Lih t niel R bith “Pembel j r n Tuntas Pada Pondok Pesantren; Studi Keunggulan dan Kelemahan Metode Sorogan-Bandongan Pada Pondok Pesantren Al-Ittifaaqi h Sum ter Sel t n ” h.35- 44. 11
54
(SMP), dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).13 Di usia Muhammad „Arifun yang hampir satu abad, ia tetap produktif dalam penerjemahan kitab. Salah satu karyanya adalah terjemahan Tafsîr al-Jal lain yang berjudul “ arjama
a r al-
Jal lain litashîli al-Fikri Bahasa Madura." B. Sejarah Sosial Intelektual Pendidikan al-Qur‟ n „Arifun diperoleh d ri kakak kandungnya Baidowi di Pesantren Jeruk, Jombang, Jember, Jawa Timur. Setelah berusia 10 tahun, ia berguru kepada Kiai „Abdul „Aziz (w. 1961). Kiai „Abdul „Aziz adalah pendiri dan Pengasuh Pesantren Bustanul Ulum al-Wafa14 Temporejo Jember, ia adalah murid dari Kiai Kholil al-Bangkalani.15 Kiai Abdul Aziz adalah anak keempat dari tujuh bersaudara dari Kiai Abdul Hamid bin Kiai Itsbat. Sedangkan Kiai Hamid Bata-Bata Pamekasan adalah putra kelima dari Kiai Itsbat (Bani Itsbat), seorang pendiri Pesantren Mambaul Ulum Banyuanyar, Kecamatan Palengaan, Kabupaten Pamekasan Madura.16 Sebagaimana dijel sk n di
t s b hw
Ki i Abdul „Aziz merup k n
gurunya Ki i „Arifun d n Ki i Abdul „Aziz sendiri merup k n murid d ri 13
Wawancara Pribadi deng n Muh mm d „Arifun. N m pes ntren “Al-Wafa” ber s l d ri n m sli Kiai Abd.Aziz y itu Muh mm d „Ali Wafa. Kemudian sepulangnya dari ibadah haji, namanya dig nti deng n „Abdul „Aziz. Lihat Wawancara Pribadi dengan Muhsinin Bawazir, Bangkalan, 28 Oktober 2013. 15 Syaikhona Muhamnmad Kholil Bangkalan terlahir dari kalangan ulama yang alim dan kharismatik, yakni Kiai Abdul Lathif yang silsilahnya bersambung hingga Rasulullah Saw. Syaikhona Kholil dilahirkan di Bangkalan pada hari Ahad Pahing 11 Jumadil Akhir 1235 H. bertepatan dengan 14 Maret 1820 M. Adapun Wafatnya pada hari Kamis, 29 Ramadhan 1343 H atau 24 April 1925 M. Syaikhona Kholil juga meninggalkan karya intelektual di antaranya: (1) asSilah fi Bayâni al-Nikah, (2) rangkaian sholawat dalam kitab I’ na al-râqibîn, (3) dzikir dan wirid dalam kitab al- aqibah yang dihimpun oleh K.H.Bisri Musthafa, (4) Tarjamah Alfiyyah dalam bentuk manuskrip, (5) kitab A ma’ul Hu na berbentuk na am dengan penjelasan Bahasa Jawa dan Madura juga dalam bentuk manuskrip, (6) ijazah berupa doa dan amalan-amalan atau hizib yang tersebar di sejumlah kiai. Selain kitab-kitab tersebut, Syaikhona Kholil juga menulis alQur‟ n deng n t ng nnny sendiri. Kemudi n jug d beber p ker jin n t ng n seperti ped ng dsb. Karya-karya tersebut sebagaian tersimpan di Museum Tjakraningrat. Lihat, Nico Ainul Yakin, (ed.), Syaikhona Kholil Bangkalan, Penentu Berdirinya Nahdlatul Ulama (Surabaya: Khalista, 2012), h.62-75. 16 Wawancara Pribadi dengan Muhsinin Bawazir, Bangkalan, 28 Oktober 2013. 14
55
Syaikhona Kholil Bangkalan Madura.17 Menurut Abdurrahman Wahid, seperti dikutip Fuad Amin Imron (Cicit Syaikhona Kholil Bangkalan), menyatakan bahwa Syaikhona Kholil adalah ulama besar yang menjadi guru dari hampir semua kiai terpandang di seluruh Jawa.18 Pernyataan tersebut sependapat dengan Martin van Bruinessen, seperti dikutip Fuad Amin Imron, yang menilai bahwa Kiai Kholil adalah Kiai Madura paling awal yang masih dikenang dan dihormati oleh generasi sampai sekarang. Kemudian menurut Martin, Kiai Kholil juga dianggap sebagai nenek moyang spiritual dan intelektual oleh para kiai di Jawa Timur dan Madura.19 Fuad Amin Imron, dalam bukunya berjudul Syaikhona Kholil Bangkalan, Penentu Berdirinya Nahdlatul Ulama, menyatakan bahwa selama belajar di Mekkah pada tahun 1959, Syaikhona Kholil Bangkalan berteman dengan Abdul R ‟uf Singkel,20 seorang penulis tafsir Tarjumân al-Mustafîd.21
Fuad Amin
Imron, menambahakan bahwa selama belajar di Mekkah, Syaikhona Kholil Bangkalan juga belajar kepada ulama berpengaruh berpaham ahlussunnah wal jamaah d n berm dzh b Sy fi„i, salah satunya yaitu Muhammad Nawawi al17
Nama Ali Wafa, kemudi n di g nti n m ny deng n „Abdul „Aziz setel h sepul ngny ibadah haji dari Mekkah adalah murid dari Syaikhona Kholil Bangkalan. Lihat, Nico Ainul Yakin, (ed.), Syaikhona Kholil Bangkalan, Penentu Berdirinya Nahdlatul Ulama, h.173. 18 Fuad Amin Imron, seperti dikutip dari KH.Ali Bin Badri Azmatkhan, lebih lanjut menyebutkan sejumlah murid Syaikhona Kholil di antaranya, (1)Ki i Ali W f (Abdul „Aziz Temporejo, Jember), (2)Kiai Abdul Majid (Bata-Bata, Pamekasan), Kiai Munawwir (Krapyak, Yogyakarta), (3)Ki i H syim Asy‟ ri (Tebu reng), (4)Kiai Wahab Hasbullah (Tambek Beras), (5)K.H Abdul Hamid Itsbat (Banyuanyar Pamekasan), (6) Soekarno (Presiden Pertama RI), dan masih banyak nama-nama lainnya. Lihat, Nico Ainul Yakin, (ed), Syaikhona Kholil Bangkalan, Penentu Berdirinya Nahdlatul Ulama, h.173-174. 19 Ibid., h.172. 20 Ibid., h.68. 21 Menurut Azyumardi Azra, nama lengkap Abdul al-R ‟uf l-Sinkili (1024/1105/16151693), d l h Abdul R ‟uf Bin „Ali l-Jawi al-Fansuri al-Sinkili, ia dilahirkan pada tahun 1024/1615. Abdul al-R ‟uf d l h seor ng Mel yu d ri F nsur Sinkil (modern:Singkel) di wilayah Pantai Barat Laut Aceh. Menurut Hasjmi, nenek moyang al-Sinkili berasal dari Persia yang datang ke Kesultanan Samudera Pasai pada akhir abad ke-13. Mereka kemudian menetap di Fansur (Barus), sebuah kota pelabuhan tua yang penting di Pantai Sumatera Barat. Lihat dalam Azyumardi Azra, Jaringan Ulama:Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII & XVIII (Jakarta:Kencana, 2013), h.239-270.
56
Bantani.22 (1813-1897), penulis tafsir
a r al-Munîr.23 Mafri Amir, dalam
Literatur Tafsir Indonesia membahas lebih dalam lagi tentang biografi Nawawi al-Bantani dan biografi kitab tafsirnya.24 Berdasarkan keteranagn tersebut, dapat dipahami bahwa hubungan murid guru, Ki i „Arifun s mp i p d Imam Muhammad Nawawi al-Bantani seorang ulama yang juga penulis tafsir
a r al-Munîr. Selain itu, Fuad Amin Imron,
menjelaskan bahwa Musthafa Bisri, Rembang, Jawa Tengah, pernah menghimpun salah satu karya Syaikhona Kholil Bangkalan, yaitu tentang dzikir dan wirid dalam kitab berjudul al- a i a .25 Namun, dalam tulisannya tidak ada penjelasan tentang Musthafa Bisri, penulis tafsir I r z atau bukan. Namun, ada beberapa artikel yang menyatakan bahwa Bisri Musthafa adalah salah satu murid Syaikhona Kholil Bangkalan.26
22
Nico Ainul Yakin, (ed), Syaikhona Kholil Bangkalan, Penentu Berdirinya Nahdlatul Ulama, h.68. 23 Fuad Amin Imron, lebih lanjut menjelaskan bahwa selain belajar kepada Nawawi alBantani, Saikhona Kholil juga belajar kepada Syaikh Umar Khatib Bima (ahli fikih). Kemudian belajar ilmu batin ke sejumlah guru spiritual, salah satunya adalah Syaikh Ahmad Khatib Sambas, Kalimantan Selatan, seorang mursyid thariqah yang juga dikenal sebagai seorang ahli tafsir, hadits dan ahli fikih. Lihat, Nico Ainul Yakin, (ed), Syaikhona Kholil Bangkalan, Penentu Berdirinya Nahdlatul Ulama, h.68-69. 24 Nama lengkap Syaikh Nawawi al-B nt ni d l h Abu Abdul Mu‟thi Muhammad Ibn Umar al-Tanara al-Bantani. Ia dilahirkan di kampung Tanara, Serang, Banten. Ia keturunan kesultanan ke-12 dari Maulana Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati Cirebon). Ketika berumur 15 tahun ia pergi ke Mekkah untuk memperdalam ilmu agama. Gurunya antara lain Syaikh alKhatib al-Sambasi dan Muhammad al-Khatib al-Hambali. Kemudian ia juga pergi ke Mesir, dan berguru kepada Syekh Yusuf Sumbulawni dan Syaikh Ahmad Nahrawi. Lihat, Mafri Amir dan Lilik Ummi Kultsum, Literatur Tafsir Indonesia (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2011), h. 36-39. 25 Nico Ainul Yakin, (ed), Syaikhona Kholil Bangkalan, Penentu Berdirinya Nahdlatul Ulama, h.75. 26 Wawancara Pribadi dengan Muhsinin Bawazir, Bangkalan, 28 Oktober 2013. Dalam artikel juga dijelaskan bahwa beberapa alumni santri Saikhona Kholil yang sukses mendirikan pesantren besar di anataranya, Abdul „Aziz Ali W f , pendiri Pesantren Temporejo (Temporan) Jember, K.H.Bisri Musthafa, yang dikenal ulama ahli tafsir dengan karya tafsirnya al-Ibrîz lima‘ri a al-Tafsîr al-Qur’an al-'Azîz. Kemudian masih banyak alumni-alumni lainnya. Alm h bb h89 “Sy ikhona Kholil Al-B ngk l ni.” Artikel diakses pada 18 April 2014 http://almahabbah89.wordpress.com/category/kisah-tokoh-dan-ulama/page/3/
57
Lebih ringk sny
j lur murid d n guru nt r Ki i „Arifun yang sampai
kepada Imam Muhammad Nawawi al-Bantani dapat dirangkum dalam skema berikut: Gambar 3: 3 Jalur Guru Kiai ‘Arifun sampai kepada Muhammad Nawawi al-Bantani Imam Muhammad Nawawi alBantani (1813-1897)
Syaikhona Kholil Bangkalan (1235 H/ 1820 M-w.1343) H/1925 M
„Abdul „Aziz (Ki i Ali W f
Temporejo/Temporan), (w.1961 M)
Bisri Mustafa, Rembang (1915 M-w.1977 M)
Muh mm d „Arifun (1927 M) Selanjutanya kemabali kepada pembahasan tentang pesantren tempat Kiai „Arifun menuntut ilmu. yaitu pesantren al-Wafa Temporejo. pesantren tersebut unggul dalam pelajaran tata Bahasa Arab seperti na wu, arf, kailâni, alfiyyah. Mata pelajaran yang ada di pesantren tersebut bercorak salafî.27 Muhammad „Arifun diken l seb g i lumni y ng ahli dalam penerjemahan kitab berbahasa Arab ke dalam Bahasa Madura. Di pesantren tersebut. Muhammad „Arifun juga dijadikan konsultan oleh para santri dan alumni Pesantren al-Wafa tentang
27
Wawancara Pribadi dengan Muhsinin Bawazir, Bangkalan, 28 Oktober 2013.
58
keilmuan Islam seperti i
u l i h, tafsîr dan lain-lain.28 Muhammad „Arifun
mempelajari beberapa ilmu agama di Pesantren Bustanul Ulum al-Wafa seperti fikih, au id, tajwîd, na wu dan araf.29 Adapun kegiatan di Pesantren Bustanul Ulum al-Wafa terdiri dari beberapa kelas yaitu sebagai berikut: Petama, i r (kelas nol dalam Bahasa Arab), kelas ini terbagi menjadi dua bagian: ifir A ( ullam alTaufî ‘A da al-‘Aw m, Hidayah al-sîbyân). Mata pelajaran tersebut dipelajari setiap pukul 08:30-10:30. hifr B (‘A da al-‘Aw m, Hidayah al- i
n, Safînah
al-Najâ). Kedua, kelas I, al-Jurûmiyyah, kelas II al-Jurûmiyyah (lanjutan pelajaran dari kelas I). Ketiga, Kelas III, ‘Imri î. Kelas IV, V, dan VI kitab alfiyyah. Selain tingkat
ifr sampai kelas enam, ada mata pelajaran yang
dilaksanankan setelah shalat lima waktu yang di bimbing langsung oleh Kiai Abdul „Aziz. Mata pelajarannya terdiri dari beberapa bagian yaitu: Pertama, setelah dzuhur memepelajari fikih dan hadits seperti Fat al-Qarîb dan ahih Bukhari Kedua, setelah shalat ashar mempelajari tasawwuf dan arraf seperti kitab arraf fî Sirâji al- ali n. Ketiga, setelah magrib mempelajari kitab alDasûkî. Keempat, setel h isy ‟ mempelajari kitab S ara
a’l m dan Kifâyah al-
‘Awâm. Kelima, setelah shubuh mempelajari Tafsîr, I nu ‘A l, dan Fat
al-
Mu’ n.30 Meskipun kitab tersebut sudah tamat atau selesai dipelajari, kitab-kitab tersebut dipelajari berulangkali.31 Berdasarkan beberapa mata pelajaran di Pesantren al-Wafa Temporejo, „Arifun sangat menyukai ilmu tata bahasa Arab
28
Wawancara Pribadi dengan Muhsinin Bawazir. Wawancara Pribadi dengan Abdul Bari. 30 Wawancara Pribadi dengan Muhsinin Bawazir. 31 Wawancara Pribadi dengan Muhsinin Bawazir. 29
59
seperti ilmu na wu dan ilmu
arf. Maka dari itu, „Arifun mampu dalam
melakukan penerjemahan kitab-kitab berbahasa Arab kedalam Bahasa Madura. C. Karya Intelektual Kiai „Arifun memul i penerjem h n atas kitab-kitab berbahasa Arab ke dalam Bahasa Madura sejak tahun 1970 an sampai tahun 1999. Pada tahun 1999 tersebut, Ki i „Arifun berhenti melakukan aktifitas penerjemahan, karena penglihatannya terganggu akibat jatuh.32 Karya terjemahan tafsir al-Qur‟ n Muhammad „Arifun berjudul arjama Madura. Ia menerjemahkan
a r al-Jal lain litashîli al-Fikri Bahasa
a r al-Jal lain surah al-Baqarah sampai Juz
„Amm . Selain Tafsîr al-Jalâlain, „Arifun jug menerjem hk n kitab berbahasa Arab yang biasa dipelajari di sejumlah pesantren Indonesia di antaranya:
33
a
al-Mad riyyah, kitab ini
diterbitkan oleh Mahmud Muhammad Nabhan; (2) a
al-Qar b Bahasa Madura
(1)Taysîru al-Khalaq i ‘Ilmi al-ak l
i al-lu
al-Juz’ al-Awwal, kitab ini diterbitkan oleh Menara Kudus;34 (3) a Bahasa Madura al-Juz’ al-
al-Qar b
n . Kitab ini diterbitkan oleh Menara Kudus;
(4)Bidayah al-hidâyah Tarjamah Il
al-lu
diterbitkan oleh al-Haromain; (5) a iq al-Ak
a
al-Mad riyya.35 Kitab ini r il al-lu
a al-Mad riyyah,
kitab ini diterbitkan oleh Ahmad Nabhan W Aul dihi, kota Surabaya; (6) a‘lim
32
Wawancara Pribadi dengan Abdul Bari, Jakarta, 5 Februari 2015. Wawancara Pribadi deng n Muh mm d „Arifun. 34 Menurut Martin van Bruennessen, a al-Qar b adalah kitab fikih. Menurut Martin, inti pendididkan pesantren terdiri dari pendidikan fikih, dan kitab-kitab yang paling masyhur, seperti minhaj dan tuhfah, taqrib dan a al-Qar b. Martin van Bruennessen, mengelompokkan kitab a al-Qar b ke dalam kitab fiqih yang dijadikan bahan mata pelajaran di sejumlah pesantren di Indonesia. Lihat, Martin van Bruennessen, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat h.153. 35 Menurut Martin van Bruennessen, Bidayah al-hidâyah karya dari Abu Hamid AlGhazali. Martin van Bruennessen, mengelompokkan kitab Bidayah al-hidâyah ke dalam kitab tasawwuf (mistisisme). Kitab tersebut menurut Martin, merupakan kitab dijadikan bahan mata pelajaran di sejumlah pesantren di Indonesia. Lihat, Martin van Bruennessen, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat, h.28 dan 163-165. 33
60
al-Mu a‘allim,36 berjumlah satu jilid dan diterbitkan oleh al-M ‟ rif Sur b y ; (7) a a tan,berjumlah satu jilid dan diterbitkan oleh al-M ‟ rif Sur b y ; (8)Ibnu ‘ qil (alfiyyah),37 kitab ini belum diterbitkan karena buku hasil terjemahan I nu ‘ qil yang masih berbentuk tulisan tangan Ki i „Arifun, masih belum ditemukan keberadannya di tempat penerbit. Kitab-kitab k ry „Arifun tersebut diterjemahkan secara harfiah model gandul dengan menggunakan aksara peggu (Arab-Madura) dan menggunakan bahasa Madura. Muhammad „Arifun belajar di Pesantren al-Wafa Temporejo selama 19 tahun. Di pesantren tersebut ia menggunakan Bahasa Madura dialek Pamekasan deng n guruny Ki i Abdul „Aziz b ik d l m komunik si sehari-hari, maupun dalam proses belajar mengajar di pesantren. Dengan demikian, Bahasa Madura dialek Pamekasan y ng ditul rk n oleh Ki i „Abdul „Aziz cukup berpeng ruh dalam bebrapa karya terjemahan Ki i „Arifun yang juga menggunakan Bahasa Madura dialek Pamekasan.38 Berd s rk n perny t nn Ki i „Arifun, bahwa dirinya belajar bahasa Madura secara otodidak, sehingga dalam karya terjemahannya tidak menggunakan buku tata Bahasa Madura sebagai sumber rujukan. Pada tahun 2013, „Arifun dan anak sulungnya, Abdul.Bari menyusun buku berjudul “Panduan Doa dan Manasik Umrah.” Buku tersebut dipersembahkan kepada 36
Martin van Bruennessen, mengelompokkan kitab a’lim al-Mu a’allim (Li ar q ala’allum) ke dalam kitab akhlaq. Kitab tersebut menurut Martin, merupakan kitab dijadikan bahan mata pelajaran di sejumlah pesantren di Indonesia. Kitab a’lim al-Mu a’allim (Li ar q ala’allum) adalah karangan Burhan al-Islam al-Zarnuji. Kitab tersebut menurut Martin, merupakan karya terkenal yang berisi tentang sikap kepatuhan dari para murid sepenuhnya kepada gurunya. Martin juga menuturkan bahwa bagi banyak kiai, karya ini merupakan salah satu tiang penyangga utama pendidikan pesantren. Lihat, Martin van Bruennessen, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat, h.28 dan 163-164. 37 Menurut Martin van Bruennessen, I nu ‘ qil adalah kitab syarah terkenal dari Alfiyyah dari Ibn Malik. Nama I nu ‘ qil di mbil d ri n m peng r ngny „Abdull h bin Abd l-Rahman al-„Aqil. Martin van Bruennessen, mengelompokkan kitab Alfiyyah ke dalam kitab tata bahasa Arab tradisional na wu (sintaksis). Menurut Martin, adalah kitab tersebut juga dijadikan bahan mata pelajaran di sejumlah pesantren di Indonesia Lihat, Martin van Bruennessen, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat, h.148-151. 38 W w nc r prib di deng n Muh mm d „Arifun.
61
Kelompok
Bimbingan
Ibadah
diselenggarakan di Pesantren
Haji
Plus
dan
Umroh
(KBIHU)
yang
rul Ulum l- s qi, kabupaten Jember. Buku
tersebut diterbitkan oleh PT.Arminareka Perdana.39 Lebih ringkasnya karya terjemahan „Arifun dapat dirangkum dalam tabel sebagai berikut: Tabel 3: 5 Karya Intelektual Muhammad ‘Arifun No
Nama Buku
Penulis/ Penerjemah
Penerbit
Bahasa
Kategori
Tahun Terbit
1. Tarjamah Tafsir al-Jalalain litashîli al-Fikri Bahasa Madura
Muhammad „Arifun
Mutiara ilmu, Surabaya
Madura
Terjemahan
19962014
2. Taysîru al-K ala i ‘Ilmi al-akhlaq bi al-lughah al-Maduriyyah 3. a al-Qarib Bahasa Madura al-Juz’ al-Awwal 4. a al-Qarib Bahasa Madura al-Juz’ al-Tsani 5. Daqaiq al-Akhbar ila al-lughah alMaduriyyah 6. Bidayah al-hidâyah Tarjamah ila allughah al-Maduriyyah 7. P ndu n do‟ & M n sik Umroh
Muhammad „Arifun Muhammad „Arifun Muhammad „Arifun Muhammad „Arifun Muhammad „Arifun Muhammad „Arifun d n Abdul Bari Muhammad „Arifun Muhammad „Arifun Muhammad „Arifun
Ahmad Nabahan Surabaya Menara Kudus
Madura
Terjemahan
-
Madura
Terjemahan
-
Menara Kudus
Madura
Terjemahan
-
Ahmad Nabahan Surabaya Al-Haromain
Madura
Terjemahan
-
Madura
Terjemahan
Indonesia
Karangan sendiri
2013
al-M ‟ rif Sur b y
Madura
Terjemahan
-
al-M ‟ rif Sur b y
Madura
Terjemahan
-
-
Madura
Terjemahan
-
8. 9.
a’lim al-mu a’allim alatan
10. I nu ‘Aqil (alfiyyah)
39
PT.Arminareka Perdana, Jember
Arminareka Perdana adalah perusahaan yang dibangun Muh mm d „Arifun bers m anaknya. Ia bersama anaknya melayani paket haji plus, umroh plus, umroh executive, umroh standard, umroh hemat, paket bulan Ramadhan/full, dan paket Maulid. Untuk pemberangkatan umroh regular bersifat harian yang tidak transit ke Negara lain, dan langsung berangkat ke Jeddah dan Madinah.Lihat, KH.Muh mm d „Arifun d n Abdul Bari, Panduan Doa dan Manasik Umrah (Jember: PT.Arminareka, 2013), h.i.
BAB IV PROFIL KITAB
-
LAIN
A. Profil Kitab Tafsîr al-Jalâlain Muhammad al-Fatih Suryadilaga, dalam artikelnya “Suntingan Teks Tafsir Jalalayn,” menyatakan bahwa Tafsỉr al-Jalâlain merupakan sebutan populer dari Tafsîr al-Qur‟ân l-„ im karya dua ulama yang sama-sama bernama Jalâl, yaitu Jalâl al- n al-Ma alli, nama lengkapnya Mu ammad Ibn mad Ibn
asyim al-Ma all
w 864 459
mad Ibn Ibr him Ibn
Sedangkan Jal l al-Dîn al-Suyû i
nama lengkapnya „ bd al-Ra m n Ibn Kam l al-
n
b
akar Ibn Mu ammad
Ibn Sabiq al-Dîn Ibn Fakh al- n Usman Ibn Nais al- n Mu ammad Ibn Saif alDîn al-Khudairi Jalâl al-Dîn al-Suyȗ i al-Mi r al-Syafi„ , w 99
505 M
1
Lanjut Muhammad al-Fatih, masing-masing dari Suyȗ i dan Ma all mengerjakan tafsir Jalâlain 50 persen, yaitu al-Ma alli memulai surah al-Kahfi sampai an-N s dan al-F ti ah Sedangkan al-Suyȗ i melanjutkannya enam tahun kemudian dan menyelesaikan penafsirannya dari surah al-Baqarah sampai al-Isr ‟ Kedua penulis tafsir tersebut berkewarganegaraan Mesir Namun tempat kelahirannya berbeda
l-Ma alli dilahirkan di Marhallah dan berdarah
Sedangkan al-Suyȗ i dilahirkan di
rab Taftazani.
syut Antara kedua ulama yang sama-sama
bernama Jalâl tersebut, tidak ada hubungan kekeluargaan, namun ada hubungan di bidang keilmuan antara murid dan guru. Keduanya populer dalam bidang tafsir dan ulûm al-Qur‟ân.2 Ahmad Mujib El-Shirazy dalam Anotasi Kitab Kuning: Khazanah Intelektualisme Pesantren di Indonesia, menyatakan bahwa Tafsîr Jalâlain 1
Muhammad al-Fatih Suryadilaga, “Suntingan Teks Tafsir Jalalayn,” Jurnal Studi IlmuIlmu al-Quran dan Hadis XI, no.2 ( Juli 2010): h.228-229. 2 Ibid., h.228-229.
62
63
termasuk dalam jajaran tafsir i l-r ‟ i l-
mȗd atau tafsir berdasarkan ijtihad
yang terpuji dan diterima Metode dan cara dua mu‟allif tersebut menurutnya dimasukkan dalam jenis tafsir ijmâli, yaitu tafsir yang menjelaskan ayat-ayat alQur‟an secara ringkas tetapi mencakup dengan bahasa populer, dan mudah dimengerti. Sistematika penulisannya mengikuti susunan ayat-ayat di dalam mushaf. 3 Lanjut Ahmad Mujib El-Shirazy dalam Anotasi Kitab Kuning: Khazanah Intelektualisme Pesantren di Indonesia, ada beberapa alasan dipilihnya Tafsir Jalâlain sebagai kitab tafsir utama di kalangan pesantren yaitu sebagai berikut: (1)Tafsîr Jalâlain ditulis oleh dua ulama yang berhaluan ahl al-sunnah wa alJ mâ‟ h. (2)Tafsir Jalâlain ditulis oleh dua ulama yang bermadzhab Syafi„ (3)Tafsîr Jalâlain adalah kitab paling ringkas namun padat sehingga paling mudah untuk dikhatamkan. (4)Di Indonesia Tafsîr Jalâlain adalah kitab yang paling murah harganya sehingga bisa dijangkau oleh para santri. 5 Nama dua mu‟allif Tafsir Jalâlain, yakni Im m Jal l al-
n al-Suyuti dan Im m Jal l al- n al-
Ma alli sangat terkenal di kalangan pesantren. Kitab-kitab Suyȗ i diajarkan di pesantren seperti al-As l- uq l f s r
l-
s â ‟i
n- u l
l-Nabawî dsb
h
rh l-
li i
‟ir J m‟u l-J h
l- lfi
h f
banyak
âmi‟ lu â l-Qir ‟ h l-
egitu juga dengan karya-karya al-Ma all yang
dijadikan kajian di pesantren seperti
r J m„u al-J
âmi„
rh l-Minhaj,
Syarh al-Waraqât dsb.4
3
Ahmad Mujib el-Shirazy, (ed.), Anotasi Kitab Kuning: Khazanah Intelektualisme Pesantren di Indonesia (Jakarta:Darul Ilmi, 2007), h.133. 4 Ibid., h.134-136.
64
B. Beragam Literatur Terjemahan Tafsîr al-Jalâlain di Indonesia Menurut Muhammad al-Fatih Suryadilaga dalam artikelnya “Suntingan Teks Tafsir Jalalayn,” menyatakan bahwa melalui Tafsîr al-Jalâlain, pemerhati Islam pemula mempelajarinya, karena isinya yang bagus, ringkas, dan jelas. Oleh karena itu tafsir tersebut banyak diajarkan di berbagai pesantren.5 Begitu tingginya nilai Tafsîr al-Jalâlain, sehingga tafsir tersebut mendapatkan apresiasi dari para pemerhati Islam di Indonesia. Imam Zaki Fuad, dalam skripsinya berjudul “Kajian Kitab atas H sy ah alS w „alâ Tafsîr al-Jal lain,” bab dua sub bab c, menjelaskan tentang apresiasi ulama Nusantara terhadap Tafsîr al-Jalâlain. Berdasarkan hasil penelitian Imam Zaki, seperti dikutip dari Kawasima Midori, a Provisional Catalogue of Shoutheast Asian Kitabs, terdapat empat ulama Nusantara yang menerjemahkan Tafsîr al-Jalâlain di antaranya:6 (1)Syaikh Abdul Rauf Sinkel, karyanya berjudul al-Qur‟ân
Bih mis i T rjumân
l-Mustafîd atau biasa dikenal dengan
Tarjumân al-Mustafîd. Kitab tersebut diterbitkan oleh Dâr al-Fikr tahun 1990. (2)Abdul Majid Tamim Pamekasany, kiai yang berasal dari Pamekasan Madura. Karyanya berjudul Tarjamah Tafsîr al-Jalâlain bi al-Lughah al-Madûriyyah. Kitab tersebut diterbitkan oleh Maktabah al-Syaikh Salim Ibn Sa„ad Nabhan tahun 1990 M. Kitab tersebut ditulis dalam Bahasa Madura dengan menggunakan aksara Pegon.7 (3)Ahmad Makki Ibnu Abd.Mahfudz, karyanya T rj m h T fs r Qur‟ân
l-„ im lij lâl 5
l-
n
l- u
i
J lâl
l-
n
l-
ll
l-
Kitab
Muhammad al-Fatih Suryadilaga, “Suntingan Teks Tafsir Jalalayn,” Jurnal Studi IlmuIlmu al-Qur‟ n d n Hadis, h.228-229. 6 Imam Zaki Fuad, “Kajian atas Kitab Hâsyîah al- â „ lâ T fs r l-Jalâlain,” Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h.36-38. 7 Menurut Martin van Bruennessen, Abdul Majid Tamim Pamekasan, menerjemahkan lebih dari sepuluh buku ke dalam bahasa Madura, yang mencakup hampir semua cabang ilmu agama. Lihat, Martin van Bruennessen, Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat (Bandung: Penerbit Mizan, 1999), h.144-145.
65
tersebut diterbitkan oleh al-Ma‟had al-Salafiyyah. Kiai Ahmad Makki berasal dari Sukabumi, Jawa Barat. Kitab tersebut ditulis dalam Bahasa Sunda dengan aksara Pegon.8
4 Muhammad Sa‟id Ibn „ bd Nafi‟ Ibn Sihami dalam karyanya
Tarjamah Tafsîr al-Jalâlain. Kitab tersebut ditulis dalam Bahasa Jawa dengan aksara Arab-Jawa (Pegon), dan diterbitkan oleh Maktabah al-Syaikh Salim Ibn Sa‟ad Nabhan wa ul dihi di Surabaya Selain Imam Zaki Fuad, Jajang A.Rohmana, dalam artikelnya “Kajian alQur‟an di Tatar Sunda; Sebuah Penelusuran wal,9 juga mencatat beberapa ulama daerah Sunda yang menulis kitab terjemahan dari Tafsîr al-Jalâlain di antaranya Muhammad Abdullah bin al-Hasan dari pesantren Caringan, Sukabumi dengan karyanya l- u
i
„ d h l-Darayn f T rj m h T fs r l-Qur‟ân l-„ im lij lâl l- n J lâl l- n l-
ll Kitab tersebut ditulis dalam bahasa Sunda
dan diterbitkan oleh Maktabah Dar al-Hikmah di Jakarta. Kemudian Ahmad Makki Ibnu Abd.Mahfudz, dengan karyanya T rj m h T fs r l-Qur‟ân l-„ im lij lâl l- n l- u
i
J lâl l-
n l-
ll dalam Bahasa Sunda dengan
aksara Pegon sebagaimana penelitian Imam zaki Fuad yang telah disebutkan di atas. Selain karya terjemahan dari Tafsîr al-Jalâlain, ada karya tafsir yang menjadikan Tafsîr al-Jalâlain sebagai rujukan utama penafsiran al-Qur‟an Imam Zaki Fuad dalam skripsinya yang berjudul “Kajian Kitab atas Hâsyîah al-Sâwî „al
Tafs r al-Jal lain” mencatat beberapa ulama Indonesia yang menjadikan 8
Jajang Rohmana, dalam artikelnya “Kajian al-Qur‟an di tatar Sunda; sebuah penelusuran awal,” mencatat bahwa terjemahan Tafsîr al-Jalâlain dalam bahasa Sunda karya Ahamad Makki dari Pesantren Assalafiyah Babakatipar Sukabumi. Kitab ini diterbitkan sebanyak 6 jilid dengan menggunakan terjemahan anatar baris beraksara pegon. Selain terjemhaan Tafsîr alJalâlain,Kiai Ahmad Makki juga menghasilkan karya terjemahan kitab kuning berbahasa Sunda seperti ilmu alat, fiqih, dan hadis yang berjumlah 70 judul Lihat, Jajang Rohmana, “Kajian alQur‟an di Tatar Sunda; Sebuah Penelusuran wal,” Suhuf VI, no.2, (November, 2013):h.217. 9 Ibid, h.217.
66
Tafsîr al-Jalâlain sebagai rujukan utama dalam penafsiran al-Qur‟an
Di
antaranya al-I r lim „rif h l-Tafsîr al-Qur‟ n l-'Azîz karya dari Bisri Mustafa, kiai dari Rembang, Jawa Tengah, dan
u
tul „Irfân karya Ahmad Sanusi dari
Sukabumi, Jawa Barat.10 Selain terejemahan bahasa Melayu, Jawa, Sunda, dan Madura yang telah disebutkan di atas, terdapat dua terjemahan dalam bahasa Madura, yakni terjemahan al-Qur‟an dan terjemahan tafsir al-Qur‟an di antaranya, terjemahan Tafsîr al-Jalâlain dalam aksara peggu (aksara Arab-bahasa Madura), karya dari Muhammad „ rifun, kiai yang lahir di kota Bangkalan Madura. Karyanya tersebut berjudul Tarjamah Tafsîr al-Jalâlain litashîli al-Fikri Bahasa Madura. Kitab tersebut diterbitkan pertama kali tahun 1996 oleh Mutiara Ilmu (Untuk jilid satu sampai jilid delapan dan Juz „ mma Sedangkan untuk jilid sembilan sampai jilid sebelas diterbitkan pada bulan Februari 2014. Eri Hariyanto, dalam artikelnya “Respon Peluang dan Tantangan Terjemah al-Qur‟an berbahasa Madura,” menyatakan bahwa terjemahan Qur‟an berjudul al-Qur‟ân T rj m h B s
dhur h menjadikan Tafsîr al-Jalâlain
sebagai sumber rujukan dalam penerjemahan al-Qur‟an dalam bahasa Madura, selain al-Qur‟ân Terjem h Kementri n g m d n Ej
nB h s
dur tahun
2004 Versi Balai Bahasa Surabaya. Terjemahan tersebut berjumlah tiga juz dengan menggunakan aksara latin, dan disusun Ir.Indrayadi, dkk. Terjemahan alQur‟an tesebut mendapat tashih dari Lajnah al-Qur‟an Kementrian Agama Republik Indonesia bulan Februari tahun 2010, dan diterbitkan pertamakali oleh
10
Imam Zaki Fuad, “Kajian atas Kitab Hâsyîah al- â
„ lâ T fs r l-Jalâlain,” h 36-38.
67
Lembaga Penerjemahan dan Pengkajian al-Qur‟an LP2Q tahun 20 2 11 Lebih ringkasnya, beragam literatur terjemahan Tafsîr al-Jalâlain di Indonesia dapat dirangkum dalam tabel berikut: Tabel 4: 6 Beragam Literatur Terjemahan Tafsîr al-Jalâlain di Indonesia No
Nama Buku
Penulis
Penerbit
Tahun
Bahasa
Terbit 1.
l-Qur‟ân l-‟
m wa bihamisyi Tarjumân al-
bd Ra‟uf Sinkel
Dâr al-Fikr
1990
Mustafîd
Melayu (Jawi)
2. Tarjamah Tafsîr al-Jalâlain bi al-Lughah alMadûriyyah 3. Tarjamah Tafsîr al-Jalâlain
Abdul Majid Tamim
Maktabah Syaikh Salim
Pamekasany
Ibn Sa‟ad Nabhan
Muhammad Sa‟id Ibn
Maktabah Syaikh Salim
„ bd Nafi‟ Ibn Sihami
Ibn Sa‟ad Nabhan wa
1990
Madura (peggu)
t.t
Jawa (pegon)
Aulâdihi, Surabaya 4. T rj m h T fs r l-Qur‟ân l-„ n l- u 5.
i
im li J lâl l-
J lâl l-Dîn al-Mahallî
„ d h l-Darayn f T rj m h T fs r lQur‟ân l-„ im lij lâl l- n l- u J lâl l- n l-
i
Ahmad Makki Ibn
al-Salafiyyah
t.t
Abdullah Mahfud
Sunda (pegon)
Muhammad Abdullah
Maktabah Dar al-
bin al-Hasan
Hikmah
Muhammad „ rifun
Mutiara Ilmu
-
Sunda (pegon)
ll
6. Tarjamah Tafsîr al-Jalâlain litashîli al-Fikri Bahasa Madura
1996-
Madura
2014
(peggu)
Berdasarkan tabel di atas, dapat dipahami bahwa terdapat enam Terjemahan Tafsîr al-Jalâlain dalam bentuk terjemahan utuh yang ditulis oleh ulama Nusantara. Dari keenam kitab tersebut, penulisannya mengagunakan aksara Arab yang bahasanya menggunakan daerah masing-masing. Kemudian untuk terjemahan Tafsîr al-Jalâlain karya Kiai „ rifun, menggunakan terejmahan model gandul atau antarbaris. Hal tersebut yang kemudian oleh Azyumardi Azra disebut
11
Eri Hariyanto “Respon Peluang dan Tantangan Terjemah al-Qur‟an berbahasa Madura ” Artikel diakses pada 19 April 2013 dari http://dualmode.kemenag.go.id/acis11/file/dokumen/KumpulanMakalahPresentedPapers.pdf#pag6
68
produk lokal. Menurut Azra, fenomena terjemahan antarbaris, mengasumsikan bahwa penulisnya adalah murid-murid pesantren di lembaga pesantren Islam, yang mana terjemahan tersebut, digunakan untuk kepentingan belajar mengajar bahasa Arab dengan murid-muridnya. 12 C. Terjemahan
r
-
lain Bahasa Madura Karya Muhammad ‘Arifun
Terjemahan Tafsîr al-Jalâlain karya Muhammad „ rifun ditulis pada tahun 1970-an.13
da beberapa hal yang melatarbelakangi Kiai „ rifun dalam
penyusunan kitab tersebut yaitu pertama, ia berada ditengah masyarakat Madura. Selain itu, ia berharap agar terjemahannya menjadi kamus Arab-Madura, agar mempermudah para pembaca dalam mengkaji kitab tafsîr al-Jalâlain.14 Hal tersebut tergambar dalam judul kitab ”Tarjamah Tafsîr al-Jalâlain litashîli alFikri Bahasa Madura, yaitu dalam lafad “Litashîli al-Fikri ” bermakna “Untuk mempermudah pemahaman ” Kitab Tarjamah Tafsîr al-Jalâlain karya Kiai „ rifun, awalnya ditulis dalam buku tebal kertas folio Setelah penerjemahannya selesai, terjemahan tersebut dikoreksi oleh beberapa ulama, terjemahan tersebut diserahkan kepada penerbit Mutiara Ilmu. Sebelum dicetak, terjemahan tersebut disalin oleh para ahli khat.15 Kitab Tarjamah Tafsîr al-Jalâlain Bahasa Madura karya Kiai „ rifun diterbitkan pertamakali tahun 1996 M oleh Mutiara Ilmu sebanyak sembilan jilid (Jilid satu sampai jilid delapan dan jilid ju „ mm ). Dari sembilan jilid tersebut memuat 25 juz atau 76 surah beserta tafsiran l-J lâlain (al-Baqarah sampai al-
12
zyumardi zra, “Naskah Terjemahan ntarbaris Kontribusi Kreatif unia Islam Melayu Indonesia,” dalam Hendri Chamber Loir, ed , Sadur Sejarah Terjemahan di Indonesia dan Malaysia (Jakarta:Kepustakaan Populer Gramedia, 2009), h.442-443. 13 Wawancara Pribadi dengan Abdul Bari, 5 Februari 2015. 14 Wawancara Pribadi dengan Muhammad „ rifun, Jember, 25 Oktober 20 3 15 Wawancara Pribadi dengan Muhammad „ rifun, Jember, 2 pril 20 3
69
Zumar).16 Penerjemahan tafsir surah al-Zumar sampai al-Mursalât sempat terhenti pada tahun 975, karena Kiai „ rifun sakit Setelah sembuh, Kiai „ rifun melanjutkan penerjemahannya pada tahun 1977,17 dan kemudian diselesaikan pada tahun 2013. Kemudian kitab tersebut diterbitkan tahun 2014. Untuk sisa dari terjemahan Tafsîr al-Jalâlain dari 39 surah, penerbit menjadikan terjemahan Tafsîr al-Jalâlain tersebut menjadi tiga jilid (Jilid 9, 10, dan jilid 11), memuat surah al-Zumar sampai surah al-Mursalât.18 Menurut Masyhud (karyawan penerbit Mutiara Ilmu), respon masyarakat Madura cukup tinggi terhadap kehadiran terjemahan T fs r l-J lâlain karya Kiai „ rifun. Menurut Masyhud, antara tahun 1996 sampai 2014, terjemahan tersebut mengalami delapan kali cetak. Setiap jilidnya tercetak 1000 eksemplar.19 Meskipun demikian, kitab tersebut terbatas di gunakan oleh pemilik bahasa itu sendiri yaitu masyarakat Madura. D. Gambaran Umum Kitab Tarjamah Tafsîr al-Jalâlain litashîli al-Fikri Bahasa Madura Perspektif Filologis Nama lengkap Terjemahan T fs r l-J lâlain karya Kiai „ rifun adalah “Tarjamah Tafsîr al-Jalâlain litashîli al-Fikri B h s
dur ” Terjemahan ini
menggunakan Bahasa Madura, dan ditulis dengan aksara peggu (Arab-Madura). Kertasnya menggunakan kertas koran. Dalam terjemahan tersebut, tidak ada muqaddimah (pendahuluan) sebagai penerjemah. Kiai „ rifun hanya sebatas menerjemahkan muqaddimah (pendahuluan) dari pengarang Tafsîr al-Jalâlain, sehingga tidak ditemukan penjelasan tentang sejarah dan latar belakang
16
Wawancara Pribadi dengan Muhammad Masyhud, Surabaya 28 Oktober 2013. Wawancara Pribadi dengan Abdul Bari. 18 Wawancara Pribadi dengan Muhammad Masyhud. 28 Februari 2014. 19 Wawancara Pribadi dengan Muhammad Masyhud. 17
70
penerjemahannya. Dalam terjemahan tersebut, tidak menyajikan ayat secara utuh secara tersendiri seperti dalam teks sumber Tafsîr al-Jalâlain. Kemudian dalam terjemahan tersebut juga tidak mencantumkan nomer ayat dan nomer terjemahan. Bahasa daerah Madura yang menjadi pilihan Kiai Muhammad „ rifun hanya terbatas dikonsumsi oleh masyarakat Madura saja. Tarjamah Tafsîr al-Jalâlain Bahasa Madura karya K H „ rifun berjumlah 12 jilid di antaranya: 1) Jilid pertama, memuat surah al- aqarah sampai surah Âli „Imr n 2) Jilid kedua, lanjutan tafsiran surah Âli „Imr n sampai surah al-M ‟idah 3) Jilid ketiga, memuat lanjutan dari surah al-M ‟idah sampai al- nf l. 4) Jilid keempat, memuat lanjutan surah al- nf l surah 5) Jilid Kelima, memuat lanjutan surah
suf.
suf sampai surah al-Kahfi.
6) Jilid keenam, memuat lanjutan surah al-Kahfi sampai Surah al-Furqân. 7) Jilid ketujuh, memuat lanjutan surah al-Furq n sampai al-
z b kurang.
8) Jilid kedelapan, memuat lanjutan al- hz b sampai surah az-Zumar. 9) Jilid kesembilan, memuat lanjutan surah az-Zumar sampai surah al-
q f
10) Jilid kesepuluh, memuat surah Muhammad sampai surah al-Mumta anah 11) Jilid kesebelas, memuat surah as-Saff sampai al-Mursalât. 12) Jilid terahir, jilid berjudul “T rj m h T fs r
l-Jalâlain juz 30 (Juz
„ mm ” Jilid ini memuat surah al-F ti ah, an-Nabba sampai an-Nâs. Jilid Juz „ mma ini tidak mencantumkan nomer jilid dalam covernya Cover setiap jilidnya, mempunyai beberapa variasi warna berbeda di antaranya: 1) Jilid 1 berwarna biru dan putih, tulisannya berwarna putih dan orange.
71
2) Jilid 2, berwarna hijau dan putih, tulisannya berwarna putih dan hitam. 3) Jilid 3, berwarna merah marun dan putih, tulisannya berwarna hitam dan putih. 4) Jilid 4, berwarna kuning dan putih, tulisannya berwarna putih dan hitam. 5) Jilid 5, berwarna abu-abu dan putih, tulisannya berwarna putih dan hitam. 6) Jilid 6, berwarna biru muda dan putih, tulisannya warna hitam dan putih. 7) Jilid 7, berwarna biru dan putih, tulisannya berwarna putih dan hitam. 8) Jilid 8, berwarna ungu dan putih, tulisannya berwarna putih dan kuning. 9) Jilid 9, berwarna ungu dan putih, tulisannya berwarna putih dan kuning. 10) Jilid 10, berwarna hijau dan putih, tulisannya berwarna putih dan kuning. 11) Jilid 11, berwarna coklat dan putih, tulisannya berwarna putih dan kuning. 12) Jiiid ju „ mm , berwarna merah dan putih tulisannya berwarna biru dan putih. Jumlah halaman setiap jilid dalam terjemahan Tafsîr al-Jalâlain karya Kiai „ rifun akan dirinci sebagai berikut: 1) Jilid satu, memuat halaman 1-426 halaman. 2) Jilid dua, memuat halaman 427-850 halaman. 3) Jilid tiga, memuat 852-1310 halaman. 4) Jilid empat, memuat 1311-1672 halaman. 5) Jilid lima, memuat 1673-2110 halaman. 6) Jilid enam, memuat 2111-2660 halaman. 7) Jilid tujuh, memuat 2890-3362 halaman. 8) Jilid delapan, 363-3718 halaman. 9) Jilid kesembilan, 3719-4076.
72
10) Jilid kesepuluh, memuat 4077-4510. 11) Jilid kesebelas, memuat 4511-4822. Jilid terakhir, yang berjudul Ju „ mm berjumlah 217 halaman. Dimulai dari halaman 1-217. Untuk Jilid 2 dan seterusnya, nomer halamannya merupakan kelanjutan dari jilid 1. Sedangkan dalam jilid Ju „ mm , dimulai dari angka 1 sampai 217. Berdasarkan deskripsi terjemahan Tafsîr al-Jalâlain karya Kiai „ rifun tersebut, akan dirangkum dalam beberapa poin sebagai berikut: 1) Data Kitab Terjemah Tafsîr al-Jalâlain Nama Kitab
: Tarjamah Tafsîr al-Jalâlain litashili al-Fikri bahasa Madura
Penerjemah
: KH Muhammad „ rifun
Penerbit
: Mutiara Ilmu
Kota penerbit
: Surabaya
Tahun terbit
: Tanpa tahun (1996-2014)
Tulisan
: peggu (Arab-Madura)
Bahasa
: Madura
Jenis terjemah
: Harfiyyah model gandul disertai penjelasan
Kertas
: Koran
Jilid
: 12
Jumlah halaman
: 5039 (Jilid 1 sampai Jilid 12)
73
2) Format Penyusunannya Terjemahan Tafsîr Jalâlain karya Kiai „ rifun memuat
4 surah, dari
surah al-F ti ah sampai surah an-Nâs. Pembahasan di setiap surah di awali dengan penjelasan ciri-ciri surah seperti nama surah, jumlah ayat, serta menyebutkan
jenis
surah
makiyyah
atau
madaniyyahnya.
Penyajian
terjemahannya terdiri dari tiga hal. Pertama, teks Tafsîr al-Jalâlain ditulis di bagian atas denganmodel terjemah harfiah model gandul. Kedua, komentar penerjemah ditulis di bawahnya tanpa nomor ayat dan nomor terjemahan dengan diberi syakal. Komentar atau penjelasan tambahan tersebut telah disesuaikan dengan struktur bahasa Madura. Ketiga, ada penjelasan tambahan yang tidak terdapat dalam teks sumber, berupa penjelasan yang diawali dengan kata fâ‟id h, qi
h dan q uluhu t ‟ l serta keterangan tambahan yang berbentuk catatan kaki. Terjemahan bentuk kedua, diawali dengan kata qauluhu. dan dilanjutkan
dengan menyebutkan ayat yang menjadi tafsiran al-Jalâlain Kiai „ rifun mengawali penerjemahannya dengan kata artenah yang bermakna “ rtinya ” Penerjemahan yang diawali dengan kata artenah. merupakan terjemahan dari teks lanjutan atas teks sumber al-Jalâlain berdasarkan ayat tertentu. Jika merujuk pada uraian Mu ammad „ li al- abuni dalam al-Ti ân f „Ul m l-Qur‟ân ada dua model terjemahan al-Qur‟ n pertama, terjemahan harfiyyah, yaitu menerjemahkan atau mengalihbahasakan al-Qur‟an ke dalam bahasa selain bahasa Arab terkait dengan lafad, kosa kata, jumlah dan susunannya yang sesuai dengan bahasa sumber. Kedua terjemahan tafsiriyyah yaitu menerjemahkan arti ayat al-Qur‟ n yang tidak terikat dengan lafadnya.20 20
Mu ammad „ li al- ab ni, al-Ti ân f „Ul m l-Qur‟ân: Ikhtis r Ulumul-Qur‟ân Praktis. Penerjemah Muhammad Qodirun Nur (Jakarta: Pustaka Amani, 2001), h.333.
74
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat dipahami bahwa terjemahan Kiai „ rifun termasuk dalam kedua kategori tersebut Pertama, penerjemah berusaha setia mengalihbahasakan dengan cara menerjemahkan perkata dengan model terjemah harfiyyah menggantung dari Tafsîr Jalâlain. Kedua, penerjemah memberikan penjelasan singkat setelah terjemah perkata yang dipilih oleh penerjemah lima sampai enam baris, yakni yang masih berkaitan dengan teks sumber yang diterjemahkan. Setiap awal surah diawali dengan nama surah, kalimat, keterangan turunnya ayat, dan jumlah ayat. Setelah terjemahan model gandul atau antarbaris, ada penjelasan kembali tentang ringkasan keterangan surah dengan menggunakan bahasa Madura. Terjemahan Basmalah, nama surah, dan keteranagan surah: ada yang diterjemahkan dan ada yang tidak diterjemahkan. Kemudian simbol gramatikal bahasa Arab atau rumus pemaknaan peggu (Arab-Madura), ada penulisan simbol saja tanpa bahasa simbolnya, dan ada penulisan simbol serta bahasa simbolnya. Untuk penggunaan gaya bahasa, Kiai „ rifun menggunakan dialek Pamekasan Madura dalam kitab T rj m h T fs r
l-J lâlain litashîli al-Fikri Bahasa
Madura. Karena gurunya Kiai „ bdul „ ziz berasal dari Pamekasan Jadi ada keterpengaruhan bahasa yang ditularkan oleh sang guru dalam proses penerjemahannya. Dalam Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia, Bahasa Madura mempunyai beberapa dialek di antaranya, dialek Kangean, Sumenep, Pamekasan, Bangkalan, Probolinggo, Bondowoso, dan dialek Sitobondo. Bahasa Madura juga mengenal tingkatan bahasa di antaranya bahasa kasar, bahasa menengah dan bahasa halus. Bahasa kasar digunakan untuk komunikasi sehari-hari masyarakat.21 21
Hidayah, Zulyani, Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia (Jakarta:PT.Pustaka LP3S Indonesia, 1997), h.163; Menurut Fahrurrazi, Bahasa Madura mempunyai tiga tingkat tutur.
75
Berdasarkan gambaran umum tentang karya Kiai „ rifun di atas, dapat dirangkum dalam tabel berikut: Tabel 4: 7 Gambaran Umum Kitab Tarjamah Tafsîr al-Jalâlain litashîli al-Fikri Bahasa Madura Perspektif Filologis Jilid 1
Ukuran Kitab
P L T 2 P L T 3 P L T 4 P L T 5 P L T 6 P L T 7 P L T 8 P L T 9 P L T 10 P L T 11 P L T
= 20, 9 cm =14, 4 cm =1, 7 cm =20, 5 cm =14,5 cm = 1, 7 cm = 20, 9 cm = 14, 7 cm = 1, 9 cm = 21 cm = 14, 8 cm = 1, 4 cm = 20, 9 cm = 14, 6 cm = 1, 9 cm = 20, 6 cm =14, 6 cm =2, 2 cm = 20, 5 cm = 14, 4 cm = 2 cm = 20, 6 cm = 14, 8 cm = 1, 3 cm = 20, 8 cm = 14, 5 cm = 1, 8 cm = 20, 5 cm = 14, 7 cm = 1,7 cm = 20, 6 cm = 14,5 cm = 1, 3 cm
12 P = 20,7 cm L = 14,7 cm T =1 cm
Halaman
Surah
Warna cover kitab
surah al- aqarah sampai surah Âli „Imr n
biru dan putih, tulisannya berwarna putih dan orange
427-850
lanjutan surah Âli „Imr n sampai surah alM ‟idah
Hijau dan putih, tulisannya berwarna putih dan hitam
852-1310
lanjutan surah al-M ‟idah sampai al- nf l
merah marun dan putih, tulisannya berwarna hitam dan putih
1311-1672
lanjutan surah al- nf l surah
kuning dan putih, tulisannya berwarna putih dan hitam
1673-2110
lanjutan surah
2111-2660
lanjutan surah al-Kahfi sampai Surah al-Furqân
biru muda dan putih, tulisannya warna hitam dan putih
2890-3362
lanjutan surah al-Furq n sampai alkurang
biru dan putih, tulisannya berwarna putih dan hitam
363-3718
lanjutan al- hz b sampai surah az-Zumar
3719-4076
lanjutan surah az-Zumar sampai surah al-
q f
ungu dan putih, tulisannya berwarna putih dan kuning
4077-4510
surah Muhammad Mumta anah
al-
hijau dan putih, tulisannya berwarna putih dan kuning
4511-4822
Surah as-Saff sampai al-Mursalât
coklat dan putih, tulisannya berwarna putih dan kuning
1-217
surah al-F ti ah, an-Nabba sampai an-Nâs
merah dan putih tulisannya berwarna biru dan putih.
1-426
suf
suf sampai surah al-Kahfi
sampai
surah
abu-abu dan putih, tulisannya berwarna putih dan hitam.
z b
ungu dan putih, tulisannya berwarna putih dan kuning
Pertama Basa Enjaq-Iya, merupakan tingkat bahasa yang biasa atau ngoko dalam bahasa Jawa. Kedua, Basa Enggi-Bunten, merupakan tingkat varian yang lebih halus dari Basa Enjaq-Iya, dalam bahasa Jawa sama dengan tataran Madya, jenis bahasa ini dipakai oleh sesama kawan dalam situasi pergaulan yang formal; satu sama lain saling menghargai. Ketiga, Basa Enggi Bunten, merupakan tingkat tutur dalam bahasa Madura yang paling tinggi atau halus, dalam bahasa Jawa setingkat dengan kromo; jenis bahasa ini dipakai oleh orang Madura dalam situasi satu sama lain saling menghormati Lihat, Fahrurrazi, “Cara memanggil nama panggilan orang di Madura,” Linguistik Akademika I, no.3 (2012): h.260-273. Artikel ini diakses pada 27 oktober 2014 dari www.linguistikademia.files.wordpress.com.
76
Keterangan ukuran kitab P
= Panjang Kitab
L
= Lebar Kitab
T
= Tinggi Kitab Menurut Islah Gusmian, secara umum tradisi terjemahan kitab kuning di
pulau Jawa menggunakan huruf Pegon model gandul. Karakteristiknya pertama, terjemahan ditulis di bawah teks sumber yang ditulis horizontal dan posisinya mengacu pada kata yang diterjemahkan. Kedua, istilah-istilah khusus untuk menunjukkan posisi kata dalam tata bahasa Arab. Menurutnya, istilah utawi untuk menunjukan posisi kata mu
t d ‟, iku sebagai khabar, kang sebagai n ‟t sopo
sebagai fâ‟il dan seterusnya tidak semua tempat digunakan dalam penerjemahan.22 Hal tersebut, sebagaimana dalam terjemahan Kiai „ rifun, yakni tidak semua simbol dan istilah simbol digunakan dalam terjemahannya . Terjemahan Tafsîr Jalâlain
ahasa Madura karya Kiai „ rifun, menjadi
peran penting dalam proses memahami tafsir al-Qur‟an di Madura, khususnya para santri di pesantren Darul Ulum al-Ishaqi, Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur yang merupakan tempat kediaman penerjemah. Hal tersebut merupakan motivasi Muhammad „Arifun yang ingin mempermudah para santri dalam mengkaji Tafsîr Jalâlain sekaligus dijadikan kamus Bahasa Arab-terjemahan Madura yang kemudian juga belajar tata Bahasa Arab di dalamnya.23
22
Islah Gusmian, “Karakteristik Naskah Terjemahan al-Qur‟an Pegon Koleksi Perpustakaan Masjid gung Surakarta,” Suhuf V, no.1 (2012): h.63-64; Karakteristik terjemahan gandul, menurut Islah Gusmian menjadi keumuman yang terdapat dalam naskah–naskah pesantren yang menggunakan huruf Arab Pegon seperti dalam kitab al-I r lim „rif h T fs r l-Qur‟ân l„ karya Bisri Mustofa dan al-Ikl l f ‟âni l-Tanzîl kara Kiai Haji Misbah Ibn Zain alMustofa yang konsisiten dalam pemakaian istilah kunci dan mempertimbangkan letak kata terjemahan pada posisi di bawah setiap kata yang diterjemahkan. Lihat, Islah Gusmian, “Karakteristik Naskah Terjemahan al-Qur‟an Pegon Koleksi Perpustakaan Masjid gung Surakarta,” h 63-64. 23 Wawancara Pribadi dengan Abdul Bari, Jember, 25 Oktober 2013.
BAB V ANALISIS MODEL TERJEMAH TAFSÎR Al-
LAIN
BAHASA MADURA A. Metode Terjemahan Tafs r al-Jalalain Karya Muhammad ‘Arifun Menurut Syihabuddin, metode terjemah berarti cara penerjemahan yang digunakan penerjemah dalam mengungkapkan makna teks sumber secara keseluruhan ke dalam bahasa penerima (bahasa terjemahan). Jika sebuah teks misalnya al-Qur‟an diterjemahkan dengan metode harfiah, maka makna yang terkandung dalam surah pertama hingga surah terahir diungkapkan secara harfiah, yakni kata demi kata.1 Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa terjemahan Kiai „Arifun terdiri dari tiga bentuk. Pertama, penerjemah mengambil tafsiran alJalâlain ayat per-ayat, terkadang dua sampai tiga ayat beserta tafsirnya untuk kemudian diterjemahkan perkata sesuai struktur Bahasa Arab. Terjemahan tersebut menggunakan tulisan peggu (Arab-Madura) model gandul. Dalam terjemahan tersebut Kiai „Arifun memberikan beberapa simbol posisi kata dalam struktur bahasa Arab. Cara pertama yang digunakan Kiai „Arifun tersebut adalah terjemah arfiyyah,2 yaitu menjelaskan makna setiap lafaz dengan memperhatikan susunan dan urutan bahasa sumber. Menurut Hadi Ma„rifat, terjemahan setiap kata dari bahasa aslinya ke dalam kata dari bahasa lain disebut jenis terjemahan
1
Syihabuddin, Penerjemahan Arab-Indonesia (Bandung:Humaniora, 2005), h.69. Terjemah harfiyyah ialah mengalihkan lafaz-lafaz dari suatu bahasa ke dalam lafaz-lafaz yang serupa dari bahasa lain sedemikian rupa sehingga susunan dan tertib bahasa kedua sesuai dengan susunan dan tertib bahasa pertama Lihat Manna‟ al-Qa n Pengantar Studi Ilmu-Ilmu al-Qur‟an. Penerjemah Ainur Rafiq el Mazni (Pustaka al-Kautsar, Jakarta: 2009), h.395. 2
77
78
tekstual, yaitu susunan kalimat satu demi satu kata diubah hingga akhir.3 Cara ini juga disebut sebagai metode laf iyyah atau musâwiyyah.4 Sedangkan bentuk terjemahan kedua, Kiai „Arifun memberikan komentar berupa penjelasan ringkas yang diletakkan setelah terjemahan harfiah model gandul. Ketiga, penerjemah memberikan keterangan tambahan yang ditulis setelah komentar penerjemah dengan ditandai awalan kata fâ‟idah, qi ah dan qauluhu ta‟ala. Keterangan tambahan juga ditulis dalam bentuk catatan kaki berupa i„lâl kalimah dan komentar singkat, guna menguatkan penjelasan terjemahannya. Cara kedua yang dilakukan Kiai „Arifun tersebut adalah menggunakan terjemah tafsiriyyah atau maknawiyyah,5 yaitu menjelaskan makna dengan bahasa lain tanpa terikat tertib kata-kata bahasa asal dan susunan kalimatnya. Menurut Ismail Lubis, terjemahan yang mengutamakan kejelasan makna, ketepatan makna, dan maksud secara sempurna dengan merubah urutan-urutan kata atau susunan kalimat disebut terjemahan maknawiyyah. Lanjut Ismail Lubis,6 teknik terjemahan tafsiriah biasanya dilakukan dengan cara memahami maksud teks Bahasa Arab terlebih dahulu. Setelah benar-benar dipahami, maksud dari teks tersebut disusun dalam kalimat bahasa penerima tanpa terikat dengan urutan-urutan kata atau
3
M Hadi Ma„rifat Sejarah al-Qur‟an. Penerjemah Thoha Musawa (Jakarta: al-Huda, 2007), h.271-272. 4 Syihabuddin, Penerjemahan Arab-Indonesia, h.69. 5 Menurut smail Lubis al- arq ni dan Manna‟ al-Qa n sama-sama menamakan terjemahan tafsîriyyah dengan ma‟nawiyyah. Perbedaan pendapat mereka hanya terletak dalam hal keterangan, al-Zarqâni menamakan dengan nama tafsiriyyah disertai keterangan, yakni karena terjemahan tersebut mengutamakan kejelasan makna Sedangkan Manna‟ al-Qattân tanpa alasan dan keterangan yang jelas. Pemberian nama terjemahan tafsiriyyah oleh al-Zarqâni bukan tanpa alasan dan keterangan yang logis. Pakar ilmu al-Qur‟an ini memberi nama terjemahan ini dengan tafsiriyyah karena tehnik yang digunakan penerjemah dalam memperoleh makna dan maksud yang tepat mirip dengan teknik penafsiran, padahal bukan semata-mata tafsir. Lihat, Ismail Lubis, Falsifikasi Terjemahan al-Qur‟an Depag Edisi 1990 (Yogyayakarta: Tiara Wacana Yogya, 2001), h.61-62. 6 Ibid., h.62.
79
kalimat bahasa sumber. Sebagai ilustrasi, berikut ini contoh umum gambar terjemahan Tafs r al-Jalalain Bahasa Madura karya Kiai „Arifun:
Gambar 5: 4 Contoh UmumTerjemahan Tafsîr al-Jalâlain Surah Âli „ mr n Ayat 31
Lanjutan Gambar 5: 4 Contoh UmumTerjemahan Tafsîr al-Jalâlain Surah Âli „ mr n Ayat 31
80 80
81
Berikut terjemahan Tafsîr al-Jalâlain harfiah model gandul di atas:
ليقربونا إليو { قُ ْل } ذلم يا حممد ّ ما نعبد األصنام إال حباً هلل: ونزل دلا قالوا1 {إِن ُكنتُ ْم ُُِتبُّو َن اهلل فاتبعوىن ُُْيبِْب ُك ُم اهلل} مبعىن أنو يثيبكم2 ِ ِ يم } بو ٌ {ويَ ْغف ْر لَ ُك ْم ذُنُوبَ ُك ْم واهلل َغ ُف ٌ ور } دلن اتبعين ما سلف منو قبل ذلك { َّرح َ 3
1. Ban turun. Samangsanah nguca‟ kuffar: ta‟ anyĕmba kita da‟ barhalahbarhalah anging karna cinta da‟ Allah supajah masĕmma‟ da‟ kita da‟ Allah (ponapah ngoca‟ah ba‟nah) da‟ kuffar he Muhammad 2. (Lamun badah ba‟nah kabbi, panikah cinta ba‟nah kabbi da‟ Allah, maka anutah ba‟nah kabbi da‟ singku‟, maka cinta da‟ ba‟nah kabbi paserah Allah) kalaban makna saunggunah Allah panikah aganjarah Allah da‟ ba‟nah Kabbi 3. (Ban nyaporah Allah kaandi‟ ba‟nah kabbi, da‟ dusa-dusanah ba‟nah kabbi. Dining Allah panikah maha nyapurah) da‟ oreng se anut man da‟ sengko‟, da‟ apah-apah si lebat mâ dari man sabĕlunah aruwah (tor bĕllas) da‟ man.7 Dalam bahasa Indonesia, terjemahan Madura tersebut bermakna: 1. (Dan turun ketika berkata kuffar: tidak menyembah kita pada berhala-berhala kecuali karna cinta kepada Allah agar mendekatkan kepada kita, kepada Allah (katakanlah kamu) kepada kuffar wahai Muhammad. 2. (Jika ada kamu semua, itu cinta kepada Allah, maka ikutilah kamu semua pada saya, maka cinta kepada kamu semua siapa Allah) dengan makna sesungguhnya Allah itu memberi pahala Allah kepada kamu semua 3. (Dan memberi ampun Allah kepada kamu semua pada dosa-dosanya kamu semua. Adapun Allah itu maha pemberi ampun) pada orang yang ikut man pada saya pada sesuatu yang lewat mâ dari man sebelumnya itu. (lagi maha penyayang) pada man. Bandingkan dengan terjemahan Tafsîr al-Jalâlain Bahasa Indonesia karya Bahrun Abu Bakar:
ْ( قُلKatakanlah) kepada mereka hai Muhammad:-ْإِنْ ُكنتُمْتُ ِحبُّو َنْاهللْفاتبعونىْيُحبِب ُك ُْمْاهلل
(Jika kamu benar-benar mencintai Allah, ikutilah daku, niscaya Allah mencintaimu) dengan arti bahwa Dia memberimu pahala- (dan mengampuni dosadosamu, allah maha pengampun) terhadap orang yang mengikutiku, dengan arti bahwa dia memberimu pahala ْكم ْواهلل ْغَ ُفور ُ َ( َويَغ ِفر ْلَ ُكمْ ْذُنُوبdan mengampuni dosadosamu, Allah Maha Pengampun) terhadap orang yang mengikutiku, mengenai dosa-dosanya yang telah terjadi sebelum itu- ْ( َّرِحيمlagi Maha Penyayang) kepadanya.8 7
Muhammad „Arifun Tarjamah Tafsîr al-Jalâlain litashîli al-Fikri Bahasa Madura, vol. 1 (Surabaya:Mutiara Ilmu, t.t.), h.378-379. 8 Imâm Jalâluddȋn al-Ma allȋ dan Imâm Jalâluddȋn al-Suy erjemah afs r al- alâlain berikut sbaabun u uul yat rah al-Fâtihah s.d. rah al- n‟am jilid 1. Penerjemah Bahrun
82
Kata dalam terjemahan Tafsîr al-Jalâlain surah Âli „ mr n Ayat 31 yang digarisbawahi di atas adalah terjemahan gramatikal,9 yang menandakan bahwa kata setelahnya menduduki struktur sintaksis tertentu.10 Kata da‟ barhalahbarhalah dalam terjemahan tafsîr al-Jalâlain Bahasa Madura nomer satu, menunjukkan bahwa kata ( )األصنامberfungsi sebagai maf„ûl bih atau objek.11 Kata da‟ dalam Bahasa ndonesia bermakna “Kepada ” Kata dining Allah dalam terjemahan Tafsîr al-Jalâlain Bahasa Madura nomer tiga, menunjukkan bahwa kata ( )هللاberfungsi sebagai mubtadâ‟.12 Kata dining dalam Bahasa Indonesia
Abu Bakar (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2012), h.230; Lihat juga, Terjemah Tafsir Jalalain versi 2.0 by Dani Hidayat-myface-online.blogspot.com (software). 9 Menurut Abdul Munip, terjemahan gramatika adalah penerjemahan terhadap struktur sintaksis yang ada dalam kalimat bahasa Arab. Lihat, Abdul Munip, Studi tentang Penerjemahan Buku Berbahasa Arab di Indonesia 1950-2004 (Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan, 2010), h.296. 10 Menurut M.Syarif Hidayatullah, kata sintaksis dalam Bahasa Arab disebut „ilm ala w. Secara etimologi, sintaksis berarti menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata atau kalimat. Sintaksis merupakan cabang linguistik yang menyangkut susunan kata-kata di dalam kalimat atau bidang tataran linguistik yang secara tradisional disebut tata bahasa atau gramatika. Jadi sintaksis ialah ilmu yang mempelajari hubungan antara kata, frase, klausa, kalimat yang satu dengan kata, frase, klausa, kalimat yang lainnya. Kata, frase, klausa, dan kalimat inilah yang oleh para ahli disebut sebagai satuan sintaksis. Lihat, M.Syarif Hidayatullah, Pengantar Linguistik Arab Klasik Moderen (Jakarta:lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010), h.99; Sintaksis adalah tata kalimat, bagian dari tata bahasa yang mempelajari dasardasar dan proses pembentuk kalimat dalam suatu bahasa. Lihat, Budiono, Kamus Ilmiah Populer Internasional (Surabaya: Almuni, t.t.). h.598. 11 Maf‟ l bih adalah Fungsi sintaksis yang melengkapi informasi pada kalimat berverba transitif. Lihat, M.Zaka al-Farisi, Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia; Strategi, Metode, Prosedur, dan Teknik (Bandung: Rosdakarya Offset, 2011), h.244; maf‟ l bih ialah isim yang dibaca na ab yang menjadi sasaran perbuatan. Maf‟ l bih ada dua macam, maf‟ l bih isim amȋr dan maf‟ l bih isim ahir. Maf‟ l bih isim ahir contohnya seperti ( ضشبت صيذاSaya telah memukul Zaid). Maf‟ul bih isim dhamir terbagi menjadi dua, yaitu amir mutta il dan amȋr munfa il. amir mutta hil ada dua belas, yaitu ضربىن, ضربنا,بكن ّ ضر, ضربكم,ضربكما,ضربك, ضربك,هبن ّ ضر, ضرهبم,ضرهبما,ضرهبا,ضربو Maf‟ l bih amȋr Munfa il juga ada 12 di antaranya: ايّان, اياّي,كن ّ ّ اي, ايّاكم, ايّكما, ايّاك, اايّاك,اىن ّ ّ اي, ايّهم, ايّامها,اايّاه ايّاىا Lihat, Abdul Khaliq, Matan al-Jurûmiyyah li al-Imâm Shonhaji Terjemahannya dan Penjelasannya (Pamekasan: Pondok Pesantren Darussalam, t.t.), h.20-21. 12 Mubtadâ‟ adalah subfungsi sintaksis berupa isim yang berada pada awal kalimat nominal, yang menjadi pokok pembicaraan. Lihat, M.Zaka al-Farisi, Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia; Strategi Metode, Prosedur, dan Teknik, h. 245; mubtadâ‟ ialah isim yang dibaca rofa‟ yang tidak ada „amil laf inya („amil yang berbentuk lafaz). Mubtadâ‟ ada dua macam, yaitu mubtadâ‟ isim ahir dan mubtadâ‟ ism amȋr. Mubtadâ‟ isim ahir seperti صيذ قائن, sedangkan mubtadâ‟ ism amȋr ada 12 di antaranya:
83
bermakna “Adapun ” Sedangkan kata Panikah maha nyaporah dalam terjemahan Tafsîr al-Jalâlain Bahasa Madura nomer tiga, menunjukkan bahwa kata ()غفُىس berfungsi sebagai khabar13 dari kata ()هللا. Kata panika dalam Bahasa Indonesia bermakna “Yaitu atau adalah ” Menurut Abdul Munip, dalam Transmisi Pengetahuan Timur Tengah ke Indonesia, terjemahan harfiah model gandul jika ditulis tersendiri dari teks aslinya, akan sulit dipahami oleh orang yang belum mengenal struktur Bahasa Arab.14 Sama halnya terjemahan model gandulnya Kiai „Arifun yaitu kalimat terjemahannya telah dipengaruhi oleh struktur kalimat Bahasa Arab, sehingga terasa tidak wajar dalam Bahasa Madura. Kiai „Arifun tidak hanya menyajikan terjemah harfiah model gandul saja, tetapi juga memberikan komentar atau ringkasan dari potongan teks tafsir yang diterjemahkan di atasnya. Dalam komentar tersebut, bahasanya telah disesuaikan dengan struktur kalimat Bahasa Madura, sehingga mudah dipahami maksudnya.
حنن, انا,اننت ,ىو ّ , انتم, انتما,انت,انت,ىن,ىم,مها,ىي ّ Seperti contoh: صيذ قائن. Lihat, Abdul Khaliq, Matan al-Jurûmiyyah li al-Imâm al-Shonhaji dan Terjemahannya dan Penjelasannya, h.13-14. 13 Khabar adalah subfungsi sintaksis pada kalimat nominal yang berfungski untuk menerangkan mubtadâ‟. Lihat, M.Zaka al-Farisi, Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia; Strategi, Metode, Prosedur, dan Teknik, h.243; khabar ialah isim yang dibaca rofa‟ yang disandarkan pada mubtada‟ seperti contoh: صيذ قائنlafaz صيذmenjadi khabar, sedangkan lafaz قائن menjadi khabarnya. Khabar terbagi menjadi dua macam, yaitu khabar mufrad dan khabar ghairu mufrad. Khabar mufrad contonya seperti: صيذ قائن. Sedangkan khabar ghairu mufrad ada empat macam di antaranya jar majrûr (huruf jar dan isim yang di jarkan), daraf, fi‟il beserta fa‟il nya dan mubtada‟ beserta khabarnya. Berikut contohnya: -Jar majrûr : ( زيد ىف ال ّدارZaed ada di rumah itu) -Dhorof :( زيد عندكZaed berada di sampingmu) -Fi‟il beserta fâ‟il nya :( صيذ قام ابىهZaid ayahnya telah berdiri) -Mubtada‟ beserta khabarnya :زيد ابوه ذاىب. Lafaz صيذdalam contoh di atas menjadi mubtadâ‟, sedangkan lafaz فً ال ّذاس, عنذك, قام ابىه, dan ابىه راهبmenjadi khabar. Lihat, Abdul Khaliq, Matan al-Jurûmiyyah li al-Imâm al-Shonhaji dan Terjemahannya dan Penjelasannya, h.13-14. 14 Abdul Munip, Transmisi Pengetahuan Timur Tengah ke Indonesia, h.299.
84
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat dipahami bahwa langkah pertama yang dilakukan Kiai „Arifun yaitu menerjemahkan ayat dan tafsiran al-Jalâlain secara arfiyyah bi al-mitsl. Menurut al-Dzahabî, terjemah arfiyyah bi al-mitsl adalah terjemahan apa adanya dan terikat dengan susunan dan struktur bahasa sumber.15 Kemudian menurut Abdul Munip, dalam Transmisi Pengetahuan Timur Tengah ke Indonesia; Studi tentang Penerjemahan Buku Berbahasa Arab di Indonesia 1950-2004, jenis terjemahan harfiah model gandul mengandung beberapa kelemahan dan kelebihan. Kelemahannya menurut Abdul Munip, yaitu tertuju pada orang yang belum mengenal Bahasa Arab. Ia akan merasa kesulitan dalam memahami teks terjemahan yang menggunakan aksara seperti pegon, yakni huruf Arab yang digunakan untuk melambangkan fonetik Bahasa Jawa. Kedua, sasaran pembaca terjemahan model gandul bersifat khusus, karena penggunaan bahasa daerahnya dan unsur struktur bahasa Arabnya.16 Sedangkan kelebihan penerjemahan model gandul menurut Abdul Munip, bersifat ganda di antaranya, pertama, dapat belajar gramatika Bahasa Arab, yaitu membantu pembaca untuk mengetahui kedudukan sintaksis masing-masing kata atau frase dalam teks aslinya. Kedua, Mampu memberi kesempatan kepada pembaca yang sudah ahli Bahasa Arab untuk melakukan koreksi terhadap naskah terjemahan yang ada. Menurut
Abdul
Munip,
jenis
penerjemahan
tersebut
berusaha
untuk
mentransmisikan semua yang terdapat dalam teks bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran tanpa ada pengurangan atau penambahan.17
15
Amin Suma, Ulum al-Qur‟an (Jakarta;Rajawali Press, 2013), h.114. Abdul Munip, Transmisi Pengetahuan Timur Tengah ke Indonesia, h.300. 17 Ibid, h.300. 16
85
Berikut ini komentar dari Kiai „Arifun atas tafsir surah Âli „ mr n ayat 31: rtinah: „isitung waktuh, uring kafir *quraisy nguca‟ da‟ nabi: kita nyĕmba barhala subung laen, angeng karanah cinta da‟ Allah supajah barhala-barhala panika daddi lantaran masĕmma‟ kita da‟ Allah, maka pas turun ayat:
قُ ْل إِن ُكنتُ ْم ُُِتبُّو َن اهلل ُُْيبِْب ُك ُم اهلل اخل
rtinah lamun ba‟nah kabbi unggu-unggu cinta da‟ Allah, maka anutah ba‟nah da‟ singku‟, maka Allah bakal cinta da‟ ba‟nah kabbi, ban bakal nyapurah da‟ dusa-dusanah ba‟nah kabbi.18 Dalam Bahasa Indonesia, terjemahan tersebut bermakna: (Artinya: suatu hari orang kafir Quraisy mengatakan pada Nabi “Kita menyembah berhala hanya karena cinta kepada Allah agar berhala-berhala itu menjadi perantara mendekatkan kita kepada Allah kemudian turunlah ayat:
قُ ْل إِن ُكنتُ ْم ُُِتبُّو َن اهلل ُُْيبِْب ُك ُم اهلل اخل
Artinya: jika kamu semua sangat cinta kepada Allah maka ta‟atlah kamu padaku maka Allah akan cinta kepadamu semua, dan akan mengampuni pada dosadosanya kamu semua). Dalam al-Qur‟an dan Maknanya, surah Âli „ mr n ayat 31 sbb:19
ِ قُل إِ ْن ُكْنتم ُُِتبُّو َن اللَّو فَاتَّبِع ِوِن ُُيبِب ُكم اللَّو وي ْغ ِفر لَ ُكم ذُنُوب ُكم واللَّو َغ ُف يم ٌ ُ َ ْ َ ْ ْ ََ ُ ُ ْ ْ ُ َ ٌ ور َرح ُْ ْ
Katakanlah (nabi Muhammad saw.): "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosa kamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Pengasih. Berdasarkan contoh di atas, dapat dipahami bahwa langkah kedua dalam penerjemahan Kiai „Arifun adalah alih bahasa yang disesuaikan dengan bahasa sasaran. Menurut penulis komentar yang diberikan penerjemah merupakan ringkasan terjemahan harfiah model gandul. Jika merujuk pada penelitiannya Syihabuddin terhadap tokoh penerjemah yang bernama al-Zayyat yang menggunakan dua metode terjemah yaitu harfiah dan tafsiriah yang kemudian disebut dengan metode elektik atau metode campuran.20 Hal tersebut sama halnya
18
Muhammad „Arifun Tarjamah Tafsîr al-Jalâlain Bahasa Madura, vol. 1, h.378-379. Quraish Shihab, al-Qur‟an dan Maknanya (Jakarta: Lentera Hati, 2013), h.54. 20 Syihabuddin, Penerjemahan Arab-Indonesia, h.68-69. 19
86
dengan yang dilakukan Kiai „Arifun dalam terjemahannya yaitu memadukan dua metode terjemah, yakni arfiyyah dan tafsiriyyah. Menurut Abdul Munip, penjelasan yang terdapat dalam terjemahan harfiah model gandul yang disertai penjelasan merupakan komentar dari penerjemah atas ayat yang ditafsirkan, bentuknya berupa terjemah harfiah yang sudah disesuaikan dengan struktur bahasa sasaran, dengan kata lain termasuk dalam terjemahan setia (Faithful translation).21 Menurut Newmark, seperti dikutip oleh Badudu, faithful translation (terjemahan sebenarnya), yaitu mengacu kepada proses pemadanan yang tepat konsep kata atau kalimat bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran.22 Berdasarkan beberapa penjelasan tentang metode yang digunakan Kiai „Arifun di atas dapat dipahami bahwa ada dua metode dalam terjemahannya yaitu metode terjemah harfiah dan metode tafsiriah. Masing-masing dari kedua metode tersebut, mempunyai kelebihan. Adapun kelebihan dalam terjemah harfiah gandulnya adalah mampu mengantarkan pembaca dalam mengetahui posisi lafaz 21
Abdul Munip, Transmisi Pengetahuan Timur Tengah ke Indonesia, h.302 Newmark, seperti dikutip oleh Badudu, membedakan jenis terjemahan ke dalam dua bagian, yaitu terjemahan yang menekankan pada bahasa sumber dan terjemahan yang menekankan pada bahasa sasaran. Terjemahan yang menekankan pada bahasa sumber terdiri dari beberapa jenis (i) terjemahan kata demi kata (word-for-word translation), yaitu terjemahan kata demikata mengacu kepada proses pemadanan kata demi kata dari bahasa yang satu ke bahasa lain, misalnya hair dalam bahasa Inggris berpadanan dengan kata rambut dalam bahasa Indonesia (ii) terjemahan literal (literal translation), yaitu terjemahan literal mengacu kepada proses pemadanan konstruksi gramatikal bahasa sumber mendekati pengertian pada bahasa sasaran, (iii) terjemahan sebenarnya (faithful translation), yaitu mengacu kepada proses pemadanan yang tepat konsep kata atau kalimat bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran, (iv) terjemahan semantis (semantic translation), yaitu mengacu pada proses pemadanan yang memperhatikan makna. Sedangkan terjemahan yang menekankan pada bahasa sasaran dibagi beberapa jenis berupa (i) terjemahan adaptasi (adaptation translation), yaitu mengacu kepada proses pemadanan yang bersifat menyesuaikan. Hal ini menurut Newmark dapat dialami ketika hendak memindahkan ide-ide yang tertuang di dalam naskah drama, (ii) terjemahan bebas (free translation, yaitu metode terjemahan bebas yang mengacu kepada proses pemadanan secara bebas konsep kata dan kalimat yang terdapat di dalam bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran, (iii) terjemahan idiomatik (idiomatic translation), yaitu mengacu kepada proses pemadanan yang mementingkan pesan yang terdapat di dalam bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran, dan (iv) terjemahan yang komunikatif (communicative translation), yaitu mengacu kepada proses pemadanan yang berusaha agar hasilnya bersifat komunikatif. Menurut Newmark, terjemahan komunikatif mengutamakan makna kontekstual. Lihat, Badudu, Linguistik Terapan (Yogyakarta: Nusa Indah, 1991), h.132. 22
87
bahasa Arab dengan adanya simbol gramatikal bahasa Arab dan istilah simbolnya, meskipun terbatas pada pembaca yang mampu memahami struktur bahasa Arab. B. Keterangan Tambahan dalam Terjemahan Tafs r al-Jalalain Bahasa Madura Karya Kiai ‘Arifun Berikutnya adalah pembahasan untuk langkah ketiga yang dilalukan Kiai „Arifun dalam penerjemahannya. Berdasarkan penelusuran penulis dalam terjemahan Tafsîr al-Jalâlain jilid satu surah al-Baqarah, terdapat beberapa keterangan tambahan yang diawali dengan kata fâ‟idah qi ah, dan qauluhu ta„âla yang dapat dirangkum dalam tabel berikut: 23 Tabel 5: 8 Rangkuman Kata Fâ’idah i ah dan auluhu ta‘ala dalam Terjemahan Tafsîr al-Jalâlain Bahasa Madura Karya Kiai ‘Arifun Hlm
Jilid
Kategori
Terjemahan
Ayat
Keterangan
tafsir surah 6
1
fâ‟idah
al-Baqarah
-
Keutamaan membaca surah al-Baqarah
6
1
qauluhu
al-Baqarah
1
makna alif lâm mîm
ta‟âla 9
1
fâ‟idah
al-Baqarah
6
bacaan isti„ad ah atau ta„awwudz
11
1
fâ„idah
al-Baqarah
7
perbedaan pendapat ulama tentang bacaan Basmalah
42
1
fâ‟idah
al-Baqarah
34
tentang Iblis
68
1
qi ah
al-Baqarah
65
kisah pembalasan terhadap ani sr il yang melanggar perjanijian dengan Allah swt
23
Muhammad „Arifun Tarjamah Tafsîr al-Jalâlain litashîli al-Fikri Bahasa Madura vol.1(Surabaya:Mutiara Ilmu, t.t.), h.6; Tarjamah Tafsîr al-Jalâlain litashîli al-Fikri Bahasa Madura, vol. 1, h.9; Tarjamah Tafsîr al-Jalâlain litashîli al-Fikri Bahasa Madura, vol. 1, h.11; Tarjamah Tafsîr al-Jalâlain litashîli al-Fikri Bahasa Madura, vol. 1, h.42; Tarjamah Tafsîr alJalâlain litashîli al-Fikri Bahasa Madura, vol. 1, h.68.
88
Berdasarkan tabel di atas, dapat dipahami bahwa dalam terjemahan Tafsîr al-Jalâlain surah al-Baqarah terdapat empat kata fâ‟idah, satu kata qi ah, satu kata qauluhu ta‟âla yang disertai keterangan tambahan. Penjelasan yang diawali kata fâ‟idah dan qi ah dan qauluhu ta‟âla, disebut keterangan tambahan karena penjelasan yang diberikan penerjemah tidak terdapat dalam teks sumber, yakni Tafsîr al-Jalâlain. Penjelasan diberikan untuk memberikan kejelasan makna. Kata faedah dalam Tesaurus Alfabetis Bahasa Indonesia, bermakna arti, berkat, fungsi, guna, kebaikan, keefektifan, keistimewaan, kekuatan, kelebihan, kemujaraban, kemustajaban, kepentingan, khasiat, kurnia, laba, manfaat, maslahat, profit, rahmat, dan untung.
24
Dalam al-Munawwir, kata fâ‟idah
bermakna faedah, guna, dan keuntungan jamak atau bentuk plural kata fâ‟idah adalah fawâ‟id.25 Dalam Kamus Populer Ilmiah Internasional, kata faedah bermakna guna, manfaat, dan kegunaan.26 Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata faedah bermakna guna, manfaat, untung, laba, dan sesuatu yang menguntungkan. Selanjutntya kata “ erfaedah” bermakna berguna, bermanfaat seperti contoh: nasihat yang baik itu sangat baik bagi hidupnya. 27 Sedangkan kata fâ‟idah yang ada dalam terjemahan Tafsîr al-Jalâlain karya Kiai „Arifun dapat diketahui setelah melihat analisa atas Tafsîr al-Jalâlain beserta isi fâ‟idah. Berikut ini beberapa gambar keterangan tambahan yang dikutip dari kitab Tarjamah Tafsîr al-Jalâlain litashîli al-Fikri bahasa Madura karya Kiai „Arifun:
24
Tim Penyusun Depdiknas, Tesaurus Alfabetis Bahasa Indonesia (Bandung: Mizan Pustaka, 2009), h.177. 25 Ahmad Warson Munawwir, al-Munawwir. Kamus Bahasa Indonesia-Arab (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h.1081. 26 Budiono, Kamus Ilmiah Populer Internasional, h.169. 27 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:Balai Pustaka, 1996), h.273.
1) Fâ’idah surah al-Baqarah dan makna alif lâm mîm
89
2)
89
Gambar 5: 5 Contoh Fâ‟idah Surah al-Baqarah dan Makna Alif Lâm Mîm
Lanjutan gambar 5: 5 Contoh Fâ‟idah Surah al-Baqarah dan Makna Alif Lâm Mîm
90 90
91
Berdasarkan gambar di atas, dapat dipahami bahwa Kiai „Arifun memberikan keterangan tambahan tentang faedah surah al-Baqarah yang diletakkan setelah kata fâ‟idah dan makna alif lâm mîm diletakkan setelah kata qauluhu ta‟ala. Keterangan tambahan faedah surah al-Baqarah, ada dalam komentar surah al-Baqarah sebagai berikut:28 Surah al-Baqarah panika iturunagi i Madinah; ”Wa al-Madaniyyu ma nuzila ba’da al-hijrah walau fi Makkah aw fi ‘Arafah” artinah: si anyamah Qur‟an Madaniyyi inggi panika ayat-ayat si iturunagi da‟ kanjĕng nabi salastarinah kanjĕng nabi pinda da‟ Madinah, sanajjen etaremah nĕng Makkah atabah nĕng „Arafah;” Wa al-Makkiyyu ma nuzila qabla al-hijrah walau fi ghairi Makkah;” Artinah si anyamah Qur‟ân makki inggi panika ayat-ayat si iturunagih da‟ kanjĕng nabi sabelunah pinda da‟ Madina sanajjan etĕrimah di luarah Makkah29. Dalam Bahasa Indonesia bermakna: (Surah al-Baqarah yaitu diturunkan di Madinah, “Wa al-Madaniyyu ma nuzila ba’da al-hijrah wa lau fi Makkah aw fi ‘ rafah”) artinya: yang dinamakan Madani adalah ayat yang diturunkan pada nabi setelah nabi pindah ke Madinah, meskipun diterima di Makkahatau di „Arafah”Wa al-Makkiyyu ma nuzila qabla al-hijrah walau fi ghairi Makkah” artinya yang dinamakan Qur‟an makki adalah ayat-ayat yang diturunkan pada nabi sebelumnya pindah ke Madinah. Meskipun diterima di luar Mekkah. 28
Menurut Quraish Shihab, dalam al-Qur‟an dan Maknanya, surah al-Baqarah adalah surah terpanjang dalam al-Qur‟an yang turun di Madinah dalam masa tidak kurang dari Sembilan tahun. Penjangnya masa tersebut, ditambah dengan keragaman penduduk Madinah, baik suku, agama, maupun kecendrungan, menjadikan surah ini mengandung 286 ayat yang keseluruhannya terdiri dari dua setengah juz dari tiga puluh juz ayat-ayat al-Qur‟an Al-Baqarah (seekor sapi) adalah nama yang paling populer. Ini karena dalam surah ini ada uraian tentang sapi yang diperintahkan Allah swt, kepada Bani Israil (penganut agama Yahudi) untuk menyembelihnya dalam rangka menampik tuduh-menuduh antara mereka menyangkut pembunuhan yang tidak kenal siapa pelakuknya. ia dinamai juga as-Sinâm yang berarti puncak karena tiada lagi puncak petunjuk setelah kitab suci ini. Juga az-Zahrâ‟, yakni terang benderang menuju kebahagiaan dunia dan akhirat, serta menjadi penyebab bersinar terangnya wajah siapa yang mengikuti petunjukpetunjuknya. Tema dan tujuan utama surah al-Baqarah adalah: (1) Akidah tauhid dan argumentasiargumentasinya, antara lain fenomena alam yang terbentang di alam raya; (2) Kisah kejadian manusia, potensi dan fungsi yang harus dikembangkan dan diembannnya, serta pemusuhan setan al-Qur‟an terhadapnya; (3) ukti kebenaran al-Qur‟an atau tantangan terhadap yang meragukannya; (4) Pemaparan yang cukup panjang tentang orang Yahudi dan munafik; (5) Aneka ketetapan hokum, seperti shalat, kiblat, puasa, haji, perkawinan, perceraian, perdagangan, utang piutang, dan riba, serta minuman keras dan wasiat. Kemudian Quraish Shihab menyimpulkan bahwa tujuan utama surah al-Baqarah adalah pembuktian tentang kuasa Allah dan kebenaran petunjuk-petunjuknya. Ini diangkat dari namanya yang popular (al-Baqarah) yang melalui kisahnya terbukti bahwa tuntutan allah untuk menyembelih sapi guna menghidupkan yang terbunuh sehingga tertampik tuduh menuduh antara Bani Israil adalah tuntutan yang benar. Lihat, Quraish Shihab, al-Qur‟an dan Maknanya (Jakarta: Lentera Hati, 2013), h.8-9. 29 Muhammad „Arifun Tarjamah Tafsîr al-Jalâlain Bahasa Madura, vol. 1, h.5-6.
92
Penjelasan surah tersebut juga merupakan keterangan tambahan, karena tidak terdapat dalam teks sumber (Tafsîr al-Jalâlain). Isi teks sumber dapat dilihat dalam teks sumber tentang penjelasan surah al-Baqarah dalam Tafsîr al-Jalâlain sebagai berikut:30
وست او سبع ومثانون اية ّ مدنيّة مائتا ن
Kemudian keterangan tambahan tentang fâ‟idah surah al-Baqarah dalam terjemahan Tafsîr al-Jalâlain bahasa Madura karya Kiai „Arifun sebagai berikut:
فائدة سورة الْبَ َقَرة ِ َ ال رس َال ََْت َعلُوا بُيُوتَ ُك ْم َم َقابَِر إِ َّن الشَّْيطَا َن ي ِفُر. ص َ َروى مسلم َع ْن أَِِب ُىَريْ َرةَ ق ُ َ َ َال ق َ ول اللَّو ِ ِمن الْب ي ِت الَّ ِذي تُ ْقرأُ فِ ِيو ُسورةُ الْبَ َقرة َْ ْ َ َ َ Artinah syaitan panika bisa buruh dari bĕngkuh si ebacaih surah al-Baqarah. Daddi ja‟ sampe‟ bĕngkuh panikah ikagabay *quburan, kuduh bacaih surah alBaqarah.31 Dalam Bahasa Indonesia, terjemahan Bahasa Madura tersebut bermakna: (Artinya setan itu bisa lari dari rumah yang dibacakan surah al-Baqarah, jadi jangan sampai rumah tersebut dijadikan kuburan. Harus dibacakan surah alBaqarah) Berkenaan dengan kutipan hadits tersebut, Imâm al-Syaukânȋ juga menjelaskan tentang hadits keutamaan surah al-Baqarah dalam Fat al-Qadîr, menurutnya ada tiga Imam yang meriwayatkan hadits tentang keutamaan surah alBaqarah di antaranya Imâm Muslim, al-Tirmidzî dan Imâm A mad. Ketiga Imam tersebut meriwayatkan dari Abû
urairah. Berikut kutipan terjemahan hadits dari
Imâm al-Syaukânî dalam kitab Fat al-Qadîr:32
30
Muhammad „Arifun Tarjamah Tafsîr al-Jalâlain Bahasa Madura, vol. 1, h.7. Ibid., vol.1, h.11. 32 Syaukâni, dalam Fat al-Qadîr (al- ami‟ baina al-Riwâyah wa al-Dirâyah min „Ilm alTafsîr). Penerjemah Amir Hamzah Fachruddin (Jakarta: Pustaka Azzam, 2011), h.110; Dalam Sunan al-Tirmidzi, faedah sûrah al-Baqarah termasuk dalam tema kitab fa a‟il al-Qur‟ân, bab mâ jâ‟a f fa li fâtihati al-kitâb, hadis ke 2886, sanad serta matannya sebagai berikut: 31
93
ِ َال ََْتعلُوا ب يوتَ ُكم م َقابِر إِ َّن الشَّيطَا َن ي ْن ِفر ِمن الْب ي ِت الَّ ِذي تُ ْقرأُ فِ ِيو ُسورةُ الْبَ َقرة َْ ْ ُ َ ْ َ َ َ َ َ ْ ُُ َ Janganlah kalian menjadikan rumah-rumah kalian sebagai kuburan, sesungguhnya syetan itu lari dari rumah yang di dalamnya dibacakan surah al-Baqarah. Setelah keterangan tambahan fâ‟idah surah al-Baqarah dalam terjemahan Tafsîr al-Jalâlain halaman enam tersebut, Kiai „Arifun memberikan keterangan tambahan tentang makna “ lif lâm m m” setelah kata qauluhu ta‟al sebagai berikut:
ۤقولو تعاىل ا ۤل
(Ya‟ni si uneng da‟ ka tujuan panika gusti Allah ta‟âla). Namung, badah sabagian si bisah nafsiri: (1) al-alifu âlâ‟iallahi (ni‟matah Allah);(2)allâmu: luthfullâhi (kabĕlasnah Allah;(3)al-mîmu:mulkullahi (karatunah Allah). Daddi ni‟matah ban kabĕlasnah Allah panika badah nĕng ikĕratunah Allah.33 Dalam Bahasa Indonesia bermakna:
(Qauluhu ta‟âla alif lâm mîm, yakni yang mengetahui tentang makna tersebut adalah Allah Ta‟ la). Namun, ada sebagian ulama yang bisa menafsirkan: (1)al-alifu:âlâ‟illahi (Nikmatnya Allah);(2)allâmu:luthfullâhi (kasih sayang Allah), (3)al-mîmu: mulkullahi (kerajaan Allah). Jadi, nikmatnya Allah dan kasih sayang Allah itu ada dalam kerajaan Allah). Berdasarkan contoh diatas, dapat dipahami bahwa dalam terjemahan Kiai „Arifun selain menerjemahkan tafsiran al-Jalâlain juga menambahkan keterangan tentang makna “ lif lâm m m” seperti tafsiran “ llâhu a‟lamu bimurâdihi,” diterjemahkan dengan “Qauluhu ta‟âla alif lâm mîm, ya‟ni se uning da‟ ka tujjuan panikah gusti
llah ta‟âla. “Artinya: Qauluhu ta‟âla alif lâm mîm, yakni yang
mengetahui tentang makna tersebut adalah Allah Ta‟ala. Kemudian setelah menerjemahkan tafsiran tersebut, Kiai „Arifun menambahkan keterangan berupa: ِ حدَّثَنا قُت يبةُ حدَّثَنا عبد الْع ِزي ِز بن ُحم َّم ٍد عن سهي ِل ب ِن أَِِب ِ َ َن رس ِِ ال َال ََْت َعلُوا بُيُوتَ ُك ْم َم َقابَِر َوإِ َّن َ َصلَّى اللَّوُ َعلَْي ِو َو َسلَّ َم ق ْ ْ َ ُ ْ َ َ ُ ْ َ ُ ْ َ َ َ َْ َ َ َ َ ول اللَّو َ ُ َ َّ صال ٍح َع ْن أَبيو َع ْن أَِِب ُىَريَْرَة أ ِ ِ الْب ي ِ ِ ال أَبو ِِ صحيح ن س ح يث د ح ا ذ ى ى يس ع َ ٌ َ َْ َ ٌَ َ َ َ َ ُ َ َت الَّذي تُ ْقَرأُ فيو الْبَ َقَرةُ َال يَ ْد ُخلُوُ الشَّْيطَا ُن ق Lihat, Abȋ „ sa in Mu ammad „ sa Sunan al-Tirmidzi (Beirut:Dâr al-Fikr, 2005 ), Juz 4, h.401402. 33 Muhammad „Arifun Tarjamah Tafsîr al-Jalâlain Bahasa Madura, vol.1.h.6.
94
Namung, badah sabagian si bisah nafsiri: (1)al-alifu âlâ‟i llahi (ni‟matah Allah);(2)allâmu: luthfu Allâhi (kabĕlasnah Allah;(3)al-mîmu:mulkullahi (karatunah Allah). Daddi ni‟matah ban kabĕlasnah Allah panika badah nĕng ikĕratunah Allah. Yang artinya: (Namun, ada sebagian ulama yang bisa menafsirkan: (1)al-alifu:âlâ‟illahi (Nikmatnya Allah);(2)allâmu:luthfullâhi (kasih sayang Allah); (3)al-mîmu: mulkullahi (kerajaan Allah). Jadi, nikmatnya Allah dan kasih sayang Allah itu ada dalam kerajaan Allah). Berkenaan dengan itu, Abû Ja‟far al- abârȋ, juga menjelaskan tentang makna alif lâm mîm seperti dikutip dari „Isa Bin Maryam yang berkata bahwa alif merupakan kunci nama Allah, lâm adalah Majȋd. Mîm adalah keagungannya. Alif adalah satu tahun, lâm adalah tiga puluh tahun, dan mîm adalah empat puluh tahun. Alasannya adalah karena alif merupakan kesempurnaan nama tuhan, yaitu Allah.
Kesempurnaan
nama
nikmat
tuhan
yaitu
Allah
alâ‟ullah
dan
mengindikasikan ajal suatu kaum yaitu satu tahun. Sedangkan lâm adalah kesempurnaan nama Allah yaitu la if, kesempurnaan nama kelembutannya yaitu lu f yang mengindikasikan ajal suatu kaum yaitu tiga puluh tahun. Adapun huruf mîm mengindikasikan kesempurnaan nama Allah yaitu majȋd kesempurnaan nama keagungannya yaitu majȋd yang mengindikasikan ajal suatu kaum yaitu empat puluh tahun.34 Berbeda dengan terjemahan Tafsîr al-Jalâlain Bahasa Indonesia karya Bahrun Abu Bakar. Ia hanya menerjemahkan sesuai tafsiran yang ada dalam teks sumber, dan tidak terdapat keterangan tambahan teks sumber, dan tidak terdapat keterangan tambahan seperti contoh sebagai berikut:
{ }ال } اهلل أعلم مبراده بذلك
(Alif lâm mîm) Allah yang lebih mengetahui akan maksudnya. 35 34
Ab Ja‟far Mu ammad bin Jar r al- ab r , afs r al- abâr . Penerjemah Ahsan Aksan (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), jilid 1, h.279. 35 Imâm Jalâluddȋn al-Ma allȋ dan Imâm Jalâluddȋn al-Suy Terjemah Tafsîr al- alâlain berikut sbaabun u uul yat rah al-Fâtihah s.d. rah al- n‟am jilid 1, h.4; Lihat juga, Terjemah Tafsir Jalalain versi 2.0 by Dani Hidayat-myface-online.blogspot.com (software).
2) Fâ’idah bacaan Isti‘adzah 3)
.
Gambar 5: 6 Contoh Fâ‟idah Bacaan Isti‟adzah
95 95
Lanjutan gambar 5: 6 Contoh Fâ‟idah Bacaan Isti‟adzah 96
\
97
Kata fâ‟idah yang digarisbawahi dalam gambar halaman sembilan di atas, merupakan keterangan tambahan dari Kiai „Arifun tentang perbedaan pendapat ulama mengenai penempatan bacaan isti„ad ah, dan hukum bacaan isti„ad ah sebagaimana gambar dibawah ini:
ِ َيف الكالم على االستعاذة ولفظهاادلخثار ا عوذ بِاللَّ ِو ِمن الشَّيط الرِجيم وىو ادلوافق لقولو تعاىل َّ ان َ ْ َ ِ ِ َفَِإ َذا قَرأْت الْ ُقرآ َن فَاستَعِ ْذ بِاللَّ ِو ِمن الشَّيط الرجي ِم َّ ان ْ َ ْ ْ َ َ
Panika sittung katĕrangan si badah hubungnah ban bacaan kaangguy nyu‟un raksah. Dining lafazah si ipili inggi panikah “ „udzubi Allahi mina al-syai ani alraj mi”; yo„on raksah kaulah da‟ Allah dari syaitan si ijauagi dari rahmatah Allah. Ban panikah cocok kalaban dabunah Allah ta„ala:
...ْت الْ ُق ْرآ َن اخل َ فَِإ َذا قَ َرأ
Artinah sampian nalikanah maca kabbi da‟ al-Qur‟an, sunnah maca “ ‟udzubi Allahi mina al-syaitani al-raj mi
ِ َّ ان ِ َومن لطا ئف اإلستعاذة أ ّن قولو اعوذ بااهلل ِمن الشَّيط الضعف واعرتاف من ّ الرجي ِم اقرار من العبد باالعجز و ْ َ الشيطان ّ ادلضرات واالفات واعرتاف من العبد ايضا بأن ّ الغين القادر على دفع مجيع ّ العبد بقدرة اهلل تعايل وانو .عدو مبٌن ّ
Artinah satĕngnga dari kaluasnah faidanah maca “ „udzubi Allahi mina assyai ani ar-raj mi” inggi panika sittung pangakuan dari kabula, ja‟ kabulah panika apĕs. Ban si ngagungi kakobasaan inggi panika Allah *dhat si abadih, ben puli sittung pangakuan ja‟ gusti Allah panika *dhat si sugi, ban kubasah nula‟ sadaja parkara si ama*ḍorrotih ban si ngarusak ban anyamah pangakuan ja‟ lamun syaitan panika sittung musu si jĕllas.36 Dalam Bahasa Indonesia bermakna: (Yaitu suatu keterangan yang ada hubungannya dengan bacaan untuk meminta perlindungan. Adapun lafaz yang dipilih adalah “ ‟udzubi allahi mina al-syaitani al-raj mi.”; aku meminta perlindungan kepada Allah dari syetan yang dapat menjauhkan dari rahmatnya Allah. Dan hal tersebut sesuai dengan firman Allah):
...ْت الْ ُق ْرآ َن اخل َ فَِإذَا قَ َرأ
(Artinya bacalah atas kalian kepada al-Qur‟ n sunnah membaca a‟udzubi Allahi mina al-Syaithani al-Raj mi). Artinya di antara faedah membaca “ ‟udzubi allahi mina al-syaitani al-raj mi” adalah suatu pengakuan dari seorang hamba bahwasannya hamba tersebut lemah, dan yang mempunyai segala kekuasaan itu adalah Allah sebagai dzat pencipta. Kemudian suatu pengakuan bahwasannya Allah itu dzat yang kaya dan berkuasa untuk menolak segala bahaya dan kerusakan. Serta suatu pengakuan bahwasannya Syaitan itu adalah musuh yang nyata). 36
Muhammad „Arifun Tarjamah Tafsîr al-Jalâlain Bahasa Madura, vol.1, h.9-10.
98
Berkenaan dengan penempatan bacaan isti„ad ah,37 para ulama berbeda pendapat seperti dikutip oleh anggota Majlis Tafaqquh Fiddini al-Islami (MFTI) & Fakultas Ushuluddin38 dari tafsir Ibn Katsir dalam Tafsîr al- ami„ah sebagai berikut:39 1 Menurut Ibn Hamzah, seperti dikutip Ibn Falul dan Abû
atim, bahwa
ta„awwudz dibaca setelah selesai membaca ayat al-Qur‟an. Hal ini sesuai dengan ayat yang menggunakan fi„il ma i:
ِ َفِإ َذا قَرأْت الْ ُقرآ َن فَاستَعِ ْذ بِاللَّ ِو ِمن الشَّيط الرِجي ِم َّ ان ْ َ ْ ْ َ َ
Jika kamu telah membaca al-Qur‟an maka memohonlah perlindunga kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.
2 Sedangkan menurut pendapat ulama masyhur, ta„awwudz dibaca sebelum membaca al-Qur‟an berdasarkan ayat:
ِ َإِ َذا اردت قراءة الْ ُقرآ َن فَاستَعِ ْذ بِاللَّ ِو ِمن الشَّيط الرِجي ِم َّ ان ْ َ ْ ْ
“Apabila kamu hendak membaca al-Qur‟ n, maka memohonlah perlindungan kepada Allah dari godaan syaithan yang terkutuk ” 37
Isti„ad ah adalah memohon perlindungan kepada Allah Swt dan mendekatkan diri kepada-Nya dengan menjauhi segala bentuk kejahatan. Sedangkan pengertiannya adalah memohon perlindungan kepada Allah dari syaithan yang terkutuk, sebagaimana firman allah swt: ِ ك ِمن َمهز ِ ات الشَّي ِ ضر ِ اط ون ِّ ك َر ِّ َوقُ ْل َر َ َِعوذُ ب ُ ٌن َوأ ُب أ ََ ْ َ َِعو ُذ ب َ ُ ُ ب أَ ْن َُْي Dan Katakanlah: "Ya Tuhanku aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan syaitan. (Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia). Lihat, MFTI & Fakultas Ushuluddin, Tafsîr al- ami„ah; ebuah Kajian Enam afsir urah al-Fatihah (Bandung:Pustaka, 1990), h.34. 38 Majlis Tafaqquh Fiddini al-Islami atau disingkat dengan MFTI & Fakultas Ushuluddin, adalah sekelompok orang yang menempuh kajian dan pembahasan tentang “Tafsîr al- ami„ah (Sebuah kajian enam tafsîr) yang berisi hasil studi banding dari tafsiran kitab-kitab tafsir seperti afsir al-Qur ub , afs r al- abâr , afsir Ibn Kats r, afs r al-Munîr, Tafsîr al-Marâgî, dan Tafsîr al-Dûr Mantsûr serta dua tafsir rujukan yaitu Tafsîr r h al-Ma„ân dan afs r f ilâl alQur‟an Lihat MFT & Fakultas Ushuluddin Tafsîr al- ami„ah, h. v-xii. 39 Sebagaimana penjelasan dari MFTI & Fakultas Ushuluddin dalam Tafsîr al- ami„ah, penjelasan tentang penempatan bacaan isti„ad ah tersebut merupakan penafsiran Ibn Katsir, berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Abu Daud dan bn Majah dari hadits Syu‟aib yang diterima dari ayahnya, ia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw. Ketika memulai shalat beliau membacakan „Allahu Akbar‟ tiga kali „Alhamdulillah‟ tiga kali kemudian ia membaca: اىن اعوذ بك من الشيطا ن من مهزة ونفخو و نفثو ّ ا ّذل ّم “Ya llah aku berlindung kepadamu dari bisikan syaithan dan tipuannya serta dari kejahatannya. Lihat, MFTI & Fakultas Ushuluddin, Tafsîr al- ami‟ah, h. 34-35.
99
Seperti pengertian ayat: ارا قوتن الً الصالة “Apabila kamu sekalian telah melaksanakan shalat.” Maksudnya adalah: ارا اسدت القيام الً الصالة Menurut al-Syanqi i, dalam Tafsîr
wâ‟ul Bayân, surah an-Nahl ayat 98
mengandung perintah membaca ta„awwudz. Menurut al-Syanqi i, dalam ayat tersebut ada kata irâdah (hendak) yang dihapus yakni “Jika engkau hendak membaca al-Qur‟ n, maka meminta perlindungan kepada Allah ” yang maksudnya bukan setelah selesai membaca al-Qur‟an kemudian membaca dan meminta perlindungan kepada Allah. Pemahaman tersebut Menurut al-Syanqi i sebagaimana firman Allah swt: 40
ِ ِ ِ ِ َّ صي ِة ِ ِْ ِاج ْوا ب اج ْوا بِالِْ ِِّب َوالتَّ ْق َوى َواتَّ ُقوا اللَّوَ الَّ ِذي َ َاجْيتُ ْم فَال تَتَن َ َيَا أَيُّ َها الَّذي َن َآمنُوا إذَا تَن َ َالر ُسول َوتَن َ اإلْث َوالْ ُع ْد َوان َوَم ْع إِلَْي ِو ُُْت َشُرو َن
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan rahasia, janganlah kamu membicarakan tentang membuat dosa, permusuhan dan durhaka kepada Rasul. dan bicarakanlah tentang membuat kebajikan dan takwa. dan bertakwalah kepada Allah yang kepada-Nya kamu akan dikembalikan.”
Menurut Imâm Syafi„ȋ, seperti dikutip MFTI & Fakultas Ushuluddin, isti„ad ah boleh dibaca secara jahar (keras), sebagaimana telah dilakukan oleh Abû
urairah, dan boleh juga dibaca secara sir (pelan), sebagaimana telah
dilakukan oleh Ibn „Umar.41 Sedangkan untuk redaksi Isti„ad ah, ulama berbeda pendapat seperti dikutip oleh tim MFTI & Fakultas Ushuluddin dalam Tafsîr Alami‟ah sebagai berikut: 42 1) Menurut imam Syafi‟i dan Abu Hanifah redaksi isti„ad ah yaitu:
ِ َاعوذ بِاللَّ ِو ِمن الشَّيط الرِجي ِم َّ ان ْ َ 40
Al-Syanqi afs r wâ‟ul Bayân. Penerjemah Bari, dkk (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), h.578-579. 41 MFTI & Fakultas Ushuluddin, Tafsîr al- ami„ah, h.36. 42 Ibid.,h.36.
100
2) Menurut sebagian ulama, redaksi isti„ad ah yaitu:
ِ َاعوذ بِاللَّ ِو السمي ِع العليم ِمن الشَّيط الرِجي ِم َّ ان ْ َ ّ
3) Ada lagi yang berpendapat, bahwa redaksi isti„ad ah itu adalah:
4) Menurut al-Tsauri dan Auzâ„i, redaksi Isti„ad ah yaitu:
ِ َاستعيز با هللا ِمن الشَّيط الرِجيم َّ ان ْ َ
ِ َاعوذ بِاللَّ ِو ِمن الشَّيط ِ ِ َّ ان السميع العليم ْ َ ّ الرجيم ا ّن اهلل ىو
Menurut al-Syanqi i, hukum membaca ta„awwudz wajib karena bentuk kalimatnya uf‟ l yang menandakan sesuatu yang wajib dilaksanakan.43 Sedangkan menurut al-Râzȋ, membaca ta‟awwud itu wajib pada waktu akan shalat dan akan membaca ayat al-Qur‟ n. Kemudian menurut al-Râzȋ dengan mengutip dari Ibn Sirrin seperti dikutip oleh tim MFTI & Fakultas Ushuluddin, dalam Tafsîr alami„ah bahwa jika seseorang membaca Isti„ad ah satu kali dalam seumur hidup, maka cukup dapat memenuhi tuntutan membaca Isti„ad ah. Hal tersebut berdasarkan sunnah fi‟liyyah yang pernah dilakukan Rasulullah saw,44 dan sesuai dengan firman Allah SWT: 45
ِ َفَاستَعِ ْذ بِاللَّ ِو ِمن الشَّيط الرِجي ِم َّ ان ْ َ ْ
“Maka berlindunglah kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk.”
Tampaknya apa yang disampaikan Kiai „Arifun sama halnya dengan apa yang dikemukankan al-Suy i dalam al-Itqan yang mana pembahasan tentang Isti„ad ah termasuk dalam tema “Adab tilawah al-Qur‟an dan pembacanya.” AlSuyû i juga menyatakan bahwa hukum membaca ta„awwudz adalah sunnah. 46
43
Al-Syanqiti, afs r wâ‟u al- Bayân, h.578-579. MFTI & Fakultas Ushuluddin, Tafsîr al- ami‟ah, h.36. 45 Ibid., h.36-37. 46 Imâm Jalâluddȋn al-Suy i amudera Ulumul Qur‟an al-Itqan fî Ulum al-Qur‟ân. Penerjemah, Farikh Marzuki Ammar, dkk (Surabaya: Bina Ilmu Surabaya, 2006), h.459-460. 44
3) Fâ’idah Bacaan Basmalah
101 101
Gambar 5: 7 Contoh Fâ`idah Bacaan Basmalah
102
Kata fâ‟idah yang digarisbawahi dalam gambar halaman 11 di atas, merupakan penjelasan tentang bacaan basmalah sebagai berikut:
افعي ومجاعة من ّ السور سوى الِباءة فذىب ّ اختلف:فائدة ّ االئمة يف كون البسملة من الفاُتة وعًنىا من ّ الش .كل سورة ذكرت ىف ّاوذلا سوى الِبا ئة ّ العلماْ اىل ّاّنا ا ية من الفاُتة ومن
Artinah sadaja Imam pamangginah panika ta‟ sami edalĕm kabada‟an bismillah si badah nĕng al-Fâti ah ban si badah nĕng i surah-surah salain surah alTaubah. Lamun minurut pamangginah Imam yafi‟i ban sabagian ulama‟ se banynya‟ bismillah panika sittung ayat dari Fâti ah ban dari sabban-sabban surah salain surah Taubah.
السور واّّنا ىي ّ اعى و مالك وابو حنيفة اىل ا ّن البسملة ليست اية من الفا ُتة وال من غًنىا من ّ وذىب االوز بعض اية من سورة النّمل و اّّنا كتبت للفصل والتّ ِّبك
Artinah lamun minurut pamangginah Imam u a‟i, Imam Malik ban Abu Hanifah panika ta‟ tamaso‟ ayat daari al-Fâti ah ban ta‟ tamasu‟ ayat dari surah-surah bali‟ anyamah satĕngnganah ayat dari surah an-Naml gan milanah e tulis nĕng e awwalah al-Fâti ah ban surah-surah kaparluan amisa surah si marih e sĕbbut ban si bakal e sabbut ban pole kĕranah tabarruk.47 Dalam bahasa Indonesia bermakna:
(Artinya ada perbedaan pendapat dari para Imam tentang bacaan basmalah baik dalam surah al-F ti ah maupun yang ada di selain surah al-F ti ah. Namun, menurut pendapat m m Syafi„ȋ dan sebagian ulama, basmalah adalah salah satu ayat dari surah al-F ti ah dan surah selain surah al-Taubah. Namun menurut m m Auz ‟ȋ, Imâm Mâlik, dan Imâm Abû anifah, mereka berpendapat bahwa basmalah tidak termasuk ayat dari al-F ti ah dan juga bukan termasuk ayat dari surah-surah yang lain. Melainkan termasuk ayat dari surah anNaml, karena ditulis pada awal surah al-F ti ah. Dan bacaan basmalah dijadikan sebagai pemisah surah yang telah selesai disebutkan dan yang akan disebut. Selain itu juga karena tabarruk). Menurut Quraish Shihab, ulama tidak ada perbedaan pendapat tentang bacaan basmalah. Bacaan basmalah adalah firman Allah Swt yang tercantum dalam al-Qur‟an surah an-Naml ayat 30:
الرِحي ِم َّ الر ْْحَ ِن َّ إِنَّوُ ِم ْن ُسلَْي َما َن َوإِنَّوُ بِ ْس ِم اللَّ ِو
Sesungguhnya surah itu, dari SuIaiman dan Sesungguhnya (isi) nya: "Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (An-Naml Ayat 30) 47
Muhammad „Arifun Tarjamah Tafsîr al-Jalâlain Bahasa Madura, vol.1, h.11.
103
Lanjut Quraish Shihab, dengan mengutip dari Imâm Mâlik, basmalah bukan bagian dari al-F ti ah. Maka dari itu, basmalah tidak dibaca ketika shalat. Berbeda dengan Imâm Syafi„ȋ, yang menilai bahwa basmalah sebagai ayat pertama dari surah al-F ti ah, karena shalat tidak sah tanpa membaca al-F ti ah.48 Untuk kedudukan “Basmalah,” MFTI & Fakultas Ushuluddin, dalam Tafsir al- ami„ah, menyatakan bahwa menurut kesepakatan ulama, “Basmalah” yang ada pada surah an-Namal ayat 30 termasuk bagian dari ayat surah An-Naml ayat 30, tetapi Basmalah yang ada pada surah al-F ti ah terdapat beberapa pendapat yaitu: (1)Basmalah adalah ayat pada setiap surah kecuali surah alar ‟ah menurut para sahabat, di antaranya bn „Abbas Abû
bn Umar bn Jubair,
urairah, dan „Alȋ serta dari golongan tabi„in, di antaranya A o‟
owus,
Sa‟id Bin Jubair, Makhul, dan Juhri. (2)Menurut Imâm Mâlik dan Abû
anifah,
basmalah itu tidak termasuk ayat dari surah al-F ti ah dan bukan pula ayat dari tiap-tiap surah. (3)Menurut Imâm Daud, “Basmalah” merupakan ayat yang berdiri sendiri yang ada di awal tiap-tiap surah, dan bukan sebagian ayat surah tersebut.49 Kemudian pernyataan al-Suyû i dalam al-Itqan,50 yang menganjurkan membaca basmalah di awal surah, kemudian menurutnya juga disunnahkan membaca basmalah di awal surah. Hal tersebut, sama dengan keterangan tambahan yang dikemukakan Kiai „Arifun tentang perbedaan tentang bacaan basmalah pada gambar halaman sebelas di atas. 48
M.Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah; Pesan dan Kesan Keserasian al-Qur‟an (Ciputat:Lentera Hati, 2000), Volume 1, h.14-16; Quraish Shihab menyimpulkan dalam penefsirannya tentang basmalah bahwa para ulama berbagai madzhab menyatakan bahwa sah shalat seseorang yang berpendapat basmalah wajib dibaca dalam shalat, dan sah pula shalatnya ketika mengikuti Imam yang tidak membaca basmalah dalam shalat, Ibid., h.14-16. 49 MFTI & Fakultas Ushuluddin, Tafsir al- ami„ah, h. 37. 50 Imâm Jalâluddȋn al-Suy t amudera Ulumul Qur‟an. Penerjemah Farikh Marzuki Ammar, dkk (Surabaya: Bina Ilmu Surabaya, 2006), h.459-460.
4) Keterangan Tambahan Tentang Iblis 5)
Gambar 5:8 Contoh Keterangan Tambahan tentang Ibl is
104 104
105
Kata fâ‟idah di atas, merupakan terjemahan tafsir ayat 34 surah alBaqarah. Penjelasan tambahan tentang Iblis pada gambar halaman 42 tersebut sebagai berikut:
.قال كعب االخبار رض Iblis panikah daddi juru kuncinah suarga ĕmpa‟ pulu ibuh taun si apulung ban Malaikat bĕllu‟ pulu ibuh taun. Daddi pamimpin Malaikat dua‟ pulu ibuh taun, daddi gustinah karubiyyin tĕllu‟ pulu ibuh taun, daddi gustinah ruhaniyyin saibuh taon, atowaf nĕng „Arasy ĕmpa‟ bĕllas ibuh taun. Dining nyamanah nĕng e langngi‟ sittung, “Al-„Âbid.”; Elangngi‟ kaping dua‟, ”Al-Zâhid.”; Elangngi‟ kaping tĕllu‟,“Al-‟Ârif”; ikaping ĕmpa‟ “Al-Waliyyu.”; ikaping lima, ”AlTaqiyyu,”; ikaping mĕnnĕm, “Al-Khâzin“; ikaping pitto‟ ”Azâzilu.” Nĕng e luh mahfu . Dining maknanah iblis: putus asa.51 Dalam Bahasa Indonesia bermakna: (Iblis itu menjadi juru kunci Surga empat puluh ribu tahun, kemudian yang berkumpul dengan Malaikat delapan puluh ribu tahun. Menjadi pemimpin Malaikat dua puluh ribu tahun, menjadi gustinya karubiyyin tiga puluh ribu tahun. Kemudian menjadi gustinya ruhaniyyin seribu tahun, bertowaf di Arasy empat belas ribu tahun. Adapun nama langit kesatu namanya al-„Âbid, langit kedua alZâhid, langit ketiga al-„Ârif, langit keempat al-Waliyyu, yang kelima al-Taqiyyu, yang keenam al-Khâzin yang ketujuh „Azâzîlu yang ada di Luh Mahfu . Penjelasan tersebut diletakkan setelah komentar penerjemah teks sumber:
ِ ِ َّ ِ ِ اجلن ّ يس } ىو أبو َ { َو } اذكر { إ ْذ قُ ْلنَا للمالئكة اسجدواألدم } سجود ُتية باالحنناء { فَ َس َج ُدواْ إال إبْل كان بٌن ادلالئكة { أىب } امتنع عن السجود { واستكِب } تكِب عنو وقال أنا خًن منو { َوَكا َن ِم َن الكافرين . } يف علم اهلل قولو َو إِ ْذ قُ ْلنَا اخل
Ya‟ni nabi Muhammad ipakun atutur da‟ ummatah iwaktuh gustih Allah makun sujud ka malaikat, riwayatah sapanika: hi malaikat sĕrinah adam lah rantah marah ba‟nah kabbi supajah asujud ka adam kalaban sujud ngormad banni sujud nyaba‟ daih ka bumih, maka sadajah malaikat pas sampi‟ asujud, parcuma iblis kasurang si ta‟ gĕllĕm asujud ban sambi ngoca‟ kaula lĕbbi bagus bi‟ Adam, maka dari panika si iblis gĕla‟ kĕranah pajat lakar dalam „elmunah llah ta‟âla tamasu‟ gulungan kafir, daddi tĕttĕp daddi uring kafir.52
51
Muhammad „Arifun Tarjamah Tafsir al-Jalâlain Bahasa Madura, vol. 1, h.42. Ibid, vol.1, h.42.
52
106
Dalam Bahasa Indonesia bermakna: (Yakni Nabi Muhammad diperintahkan mengabari Ummatnya ketika Allah memerintahkan bersujud pada malaikat, riwayatnya begini: hai Malaikat sujudlah kepada Nabi Adam dengan sujud penghormatan, bukan menghormat meletakkan dahi ke bumi, maka semua malaikat bersujud, kecuali iblis saja yang tidak mau bersujud dan berkata “Saya lebih bagus dari pada Adam maka dari itu iblis dalam ilmu Allah termasuk golongan kafir jadi tetap menjadi orang kafir” Bandingkan dengan Terjemahan Tafsîr al-Jalâlain Bahasa Indonesia:53
ِ ِ ِ ( َوDan) ingatlah! آلد َم َ اس ُج ُدوا ْ ( إِ ْذ قُ ْلنَا ل ْل َمالئ َكةketika Kami berfirman kepada para
malaikat: “Sujudlah kalian kepada Adam!”) maksudnya sujud sebagai penghormatan dengan cara membungkukkan badan, ج ُدوا إِال إِبْلِيس َ ( فَ َسmaka mereka َ pun sujud kecuali Iblis) yakni nenek moyang bangsa jin yang ada di antara para malaikat, َىب َ ( أia enggan) tak hendak sujud استَكْبَ َر ْ ( َوdan menyombongkan diri)
ِ ِ dengan menyatakan bahwa ia lebih mulia daripada Adam ين َ ( َوَكا َن م َن الْ َكاف ِرdan Iblis termasuk golongan yang kafir) dalam ilmu Allah swt. Bandingkan dengan Terjemahan Depag:54
ِ ِِ ِ ِ ِ ِ ِ ين َ اس ُج ُدوا ْ َوإِ ْذ قُ ْلنَا ل ْل َمالئ َكة َ يس أ ََىب َوا ْستَكْبَ َر َوَكا َن م َن الْ َكاف ِر َ آلد َم فَ َس َج ُدوا إال إبْل
Dan (ingatlah) ketika kami berfirman kepada para malaikat “Sujudlah [1] kamu kepada Adam!” maka bersujudlah mereka kecuali blis; ia enggan dan takabbur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir. Catatan kakinya sebagai berikut:
[1]Menghormati dan memuliakan Nabi Adam A.S; bukan berarti sujud menghambakan diri. Sujud menghambakan diri hanyalah kepada Allah swt. Sedangkan dalam al-Qur‟an dan Maknanya, terjemahan dan catatan kaki surah al-Baqarah ayat 34 sebagai berikut: 55 Dan (ingatlah), ketika Kami berfirman kepada Para Malaikat: "Sujudlah kepada Adam!" Maka mereka segera bersujud tetapi Iblis enggan dan angkuh. dan ia termasuk golongan orang-orang yang kafir. [1]
53
Imâm Jalâluddȋn al-Ma allȋ dan Imâm Jalâluddȋn al-Suy i Terjemah Tafsîr al Jalâlain berikut asbaabun nu uul ayat s rah al-Fâtihah s.d. s rah al-an‟am, h.19-20; Lihat juga, Terjemah Tafsir Jalalain versi 2.0 by Dani Hidayat-myface-online.blogspot.com (software). 54 Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur‟an dan erjemahannya (Bandung: Cv Penerbit J-Art, 2004), h.8. 55 Quraish Shihab, al-Qur‟an dan Maknanya (Jakarta: Lentera Hati, 2013), h.6.
107
Catatan kakinya sebagai berikut: [1]Iblis berasal dari jenis jin (Qs.al-Kahfi [18]:50). Ia enggan bersujud kepada Nabi Adam As. Bukan karena sujud itu dianggap syirik, tetapi karena angkuh, hingga menduga bahwa dirinya lebih mulia dari pada Nabi Adam As. Walhasil dalam logika Iblis, tidak wajar makhluk yang lebih tinggi unsur kejadiannya bersujud kepada makhluk yang lebih rendah kejadiannya. Quraish Shihab dalam al-Misbah, atas penafsiran ayat 34 surah alBaqarah, ada beberapa penjelasan yang sama dengan keterangan tambahan yang terdapat dalam terjemahan Kiai „Arifun salah satunya tentang Iblis.56 Menurut Quraish Shihab, awalnya Iblis bernama Azâzîl dalam arti ketua Malaikat, karena ia sangat taat beribadah. Namun, ketika Allah SWT memerintahkan malaikat dan Jin untuk sujud kepada Adam, jin enggan melaksanakan, dan kemudian ia mendapat murka dari Allah.57 Menurut al-Qur ubî, lafaz iblis sesuai dengan wazan if„îl yang diambil dari kata al-ablâs, yakni putus asa dari rahmat Allah.58 Selanjutnya menurut Qur ubî, sujud yang dimaksud bukanlah sujud ibadah melainkan sujud ungkapan selamat dan penghormatan. Zamakhsyari berkata, seperti dikutip oleh al-Qur ubî, bahwa sujud kepada Allah adalah ibadah, sedangkan sujud kepada selain Allah adalah suatu penghormatan sebagaimana malaikat bersujud kepada Adam Ya‟qub dan anak-anaknya kepada Yusuf.59 Kemudian Tsa‟labi meriwayatkan dari bn „Abb s seperti dikutip oleh al-Qur ubî, bahwa iblis adalah salah satu di antara beberapa 56
Menurut M.Quraish Shihab, kata Iblis berasal dari Bahasa Yunani, yakni dioblos, yang terdiri dari kata dia yang berarti di tengah atau sewaktu dan ballein yang berarti melontar atau mencampakkan. Dari penggabungannya, lahir beberapa makna antara lain menentang, menghalangi, dan yang berada antara dua pihak untuk memecah belah dan menciptakan kesalapahaman antara keduanya. Menurut Quraish, banyak pakar bahasa berpendapat bahwa kata ( )إبليسiblîs diambil dari kata Arab ( )أبلسablasa yang berarti putus asa atau dari kata ( )بلسbalasa yang berarti tiada kebaikannya. Lihat, M.Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, h.184-185. 57 M.Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, h.185. 58 Al-Qur ub al- ami„ al- kâm al-Qur‟ân, Penerjemah Fathurrahman, dkk (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), h.651. 59 Ibid., h.645.
108
golongan malaikat, yang disebut dengan Jin yang diciptakan dari api yang sangat panas. Sedangkan malaikat menurut al-Qur ubî, diciptakan dari cahaya. Nama iblis dalam bahasa Sarayaniyyah adalah „azâzil. Sedangkan dalam Bahasa Arab adalah Hârits (penjaga surga) sekaligus pemilik malaikat langit dunia.60 Menurut al-Qur ubî, ada pendapat yang mengatakan bahwa blis menyembah Allah ta‟ la selama delapan puluh ribu tahun, iblis juga dijadikan sebagai pemimpin dan penjaga surga.61 5)
i ah Nabi Musa Selanjutnya adalah keterangan tambahan yang diawali dengan kata qi ah.
Dalam kamus al-Munawwir, kata qi ah secara etimologi bermakna hikayat, dan cerita, sedangkan bentuk jamaknya qi ah adalah qisosun..62 Dalam Kamus Popular Ilmiah Internasional, kata “Kisah” bermakna cerita, ceritera, riwayat, dan kejadian, (perjalanan).63 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata kisah bermakna cerita tentang kejadian (riwayat dsb) di kehidupan seseorang dan sebagainya.64 Menurut Mannâ„ al-Qa ân, kisah berasal dari kata al-qa u yang berarti mencari atau mengikuti jejak seperti contoh “Qa a tu atsarahu,” artinya “Saya mengikuti atau mencari jejaknya ” Kata al-Qa as adalah bentuk ma dar. Menurut Mann „ al-Qa
n, Qasas berarti berita yang berurutan sebagaimana firman Allah:
“Sesungguhnya ini adalah berita yang benar. (Âli Imrân: 62); Sesungguhnya pada berita mereka itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang berakal.” (Yûsuf 111). 60
Ibid., h.650. Ibid., h.655. 62 Ahmad Warson Munawwir, al-Munawwir. Kamus Bahasa Indonesia-Arab, h.1126. 63 Budiono, Kamus Ilmiah Populer Internasional, h.314. 64 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:Balai Pustaka, 1996), h.505. 61
109
Sedangkan al-Qi a berarti urusan, berita, perkara dan keadaan. Qa a al-Qur‟an adalah pemberitaan al-Qur‟an tentang hal ihwal umat yang telah lalu, nubuat (kenabian) yang terdahulu dan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi.65 Sedangkan kata qi ah dalam kajian skripsi ar-Rahma tentang “Ragam Pemaparan Faidah Ayat al-Qur‟ȃn dalam Tafsîr al-Ibrȋz Karya Bisri Musthafa,” digunakan untuk menguraikan peristiwa-peristiwa pada masa lalu dengan tujuan memberi pelajaran kepada manusia.66 Kemudian ar-Rahma sebagaimana dikutipnya dari M.Ahmad Jadual Maulada M.Abu al-Fadl Ibrahim dalam buku Induk Kisah-Kisah al-Qur‟an, bahwa kisah-kisah yang diungkapkan dalam alQur‟an sangat berkualitas dan mengandung nilai dan tujuan yang teramat mulia, sehingga berguna bagi pendidikan dan pelatihan jiwa. Gaya bahasanya beraneka ragam dan mengikat kisah-kisah dalam bentuk dialog, paparan biografis terhadap keutamaan tokoh, dan ragam gaya lain yang disertai pemaparan dan i„tibâr.67 Kata qi ah yang ada dalam terjemahan Tafsîr al-Jalâlain karya Kiai „Arifun akan diketahui setelah penulis menganalisis terjemahan Tafsîr al-Jalâlain berikut isi dari qi ah itu sendiri. Berdasarkan 12 jilid yang ada, hanya ditemukan satu kata qi ah dalam terjemahan Tafsîr al-Jalâlain karya Kiai „Arifun Kata qi ah hanya terdapat dalam jilid surah al-Baqarah sebagaimana gambar di bawah ini:
65
Mann Qa n Mabâhits fi „Ul m al-Qur‟ân. Penerjemah Ainur Rafiq el-Mazni (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2009), h.386-393. 66 Ar-Rahma “Ragam Pemaparan Faidah Ayat al-Qur‟ȃn dalam Tafsîr al-Ibrȋz Karya KH. isri Musthafa ” Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin Universitas slam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014, h.89-90. 67 Ibid., h.77.
110 110
Gambar 5: 9 Keterangan Tambahan tentang Qissah
Lanjutan gambar 5: 9 Keterangan Tambahan tentang Qissah
111 111
112
Berdasarkan gambar di atas, kata qi ah yang digarisbawahi sebagai berikut:
القصة Nabi Musa „i sittung waktuh marinta da‟ *qaumah sopajah a*solah um‟ah maka *qaumah mintah ma„af lamun ajum‟ah nĕng arih um‟ah, polanah nya‟ bennya‟nah juko‟. Daddi usul asolah um‟ah nĕng ari Sabtu, sĕddĕng pon iturut karĕpah maka nĕng areh um‟ah pas subung juku‟ sakalih, tapeh juko‟ si banynya‟ nĕng arih Sabtu. Daddi tĕrpaksah ta‟ ajum‟ah nĕng arih Sabtu, parluh miga‟ juku‟ banynya‟nah *qaum pettong pulu ibuh. Dining si ta‟ mega‟ juku‟ banynya‟nah dua bĕllas ibuh. Si lain miga‟ kabbi. Daddi si miga‟ panikah pas daddi mo* ak kabbi.68 Dalam Bahasa Indonesia bermakna: (Suatu hari Nabi Musa memerintahkan kaumnya agar sholat Jumat maka kaumnya meminta maaf, namun melaksanakan salat Jum‟at di hari Jumat. karena pada hari jum‟at sedang banyak-banyaknya ikan, jadi mengajukan usul untuk solat Jum‟at di hari Sabtu, ketika dituruti keinginannya. Maka di hari Jum‟at tidak ada ikan sama sekali. Tetapi ikan yang banyak di hari Sabtu, jadi terpaksa sholat Jum‟at di hari sabtu. orang yang menangkap ikan banyaknya kaum tujuh puluh ribu. Adapun yang tidak menangkap ikan banyaknya dua belas ribu. yang lainnya menangkap ikan semua. Jadi orang yang menangkap ikan tersebut jadi kera semua) Keterangan tambahan ada setelah komentar penerjemah yang berbunyi:
.َولَ َق ْد َعلِ ْمتُ ُم الذين اخل
Ya‟ni ba‟nah latauh da‟ kadaddian-kadaddian si tibah da‟ oring-oring si ngalibatih batĕs, rupanah ta‟ ulli miga‟ juku‟ nĕng e arih sabtu maka tĕrpaksah mega‟, sĕddĕng ulli tĕllu‟ arih dari miga‟ juku‟ bi‟ singku‟ pas ipadaddi mo*tak si inah nĕng disah aylah. Dalam Bahasa Indonesia bermakna: (Yakni kamu mengetahui pada kejadian-kejadian yang akan terjadi pada orang yang melewati batas. Nampakanya tidak boleh menangkap ikan di hari sabtu, maka terpaksa menangkap ikan, setelah dapat tiga hari dari menangkap ikan, maka sama saya dijadikan kera yang hina di desa Ayla)
68
Muhammad „Arifun Tarjamah Tafsîr al-Jalâlain Bahasa Madura, vol.1, h.68-69.
113
Dalam terjemahan Tafsîr Jalâlain Bahasa Indonesia diterjemahkan:
ْ( َولَ َقدDan sesungguhnya) lam nya. “Lam qasam” menyatakan bersumpah artinya ِ َّ “ َعلِمتُ ُْمDemi” (Kamu telah mengetahui) ين ْاعتَ َدوا َ ( الذorang-orang yang melanggar) peraturan ت ِْ يْالسب َّ ِ( ِمن ُكم ْفdi antaramu pada hari Sabtu) yakni dengan menangkap
ikan padahal Kami telah melarangmu dari demikian; dan mereka ini ialah ِ ْخ penduduk Eilat atau Ayilah, ين َْ ِاسْئ َ ً( فَ ُقلنَا ْل َُهم ْ ُكونُوا ْقِ َر َدةlalu Kami titahkan kepada
mereka: “Jadilah kalian kera yang hina!”) Artinya yang terkucil Apa yang dikehendaki Allah itu pun terlaksanalah dan setelah masa tiga hari mereka menemui kematian.69 Bandingkan dengan al-Qur‟an dan Terjemahnya:
ِ ِِ ِ َّ ولَ َق ْد علِمتُم الَّ ِذين ْاعتَ َدوا ِمْن ُكم ِيف ٌن َ السْبت فَ ُق ْلنَا َذلُ ْم ُكونُوا قَرَد ًة َخاسئ ْ َ ُ َْ َ ْ
Dan sungguh, kamu telah mengetahui orang-orang yang melakukan pelanggaran di antara kamu pada hari sabat [1], lalu Kami katakana kepada mereka: "Jadilah kamu kera yang hina! [2]. Qs. al-Baqarah: 65.70 Catatan kaki dari al-Qur‟an dan Terjemahnya: [1] [2]
Hari Sabat ialah hari sabtu, yang khusus orang Yahudi untuk beribadah. Sebagian ahli tafsir memandang bahwa ini sebagai suatu perumpamaan, artinya hati mereka menyerupai hati kera, karena sama-sama tidak menerima nasehat dan peringatan. Pendapat jumhur mufassir ialah mereka betul-betul berubah menjadi kera, hanya tidak beranak, tidak Makan dan minum, dan hidup tidak lebih dari tiga hari. Dalam al-Qur‟an dan Maknanya sebagai berikut:71
Dan demi (Allah) sungguh, kamu (hai Bani Israil) telah mengetahui orang-orang yang melanggar (ketentuan Allah swt) di antara kamu pada hari sabtu, [1] maka kami berfirman kepada mereka “Jadilah kamu kera yang hina terkutuk ” [2] Catatan kaki dari al-Qur‟an dan Maknanya: [1] Hari Sabtu adalah hari yang ditetapkan Allah swt. bagi orang-orang Yahudi sesuai usul mereka sebagai hari ibadah yang bebas dari aktivitas duniawi [2] Bisa jadi rupa mereka benar-benar diubah menjadi kera atau hanya pikiran mereka saja diubah. 69
Imâm Jalâluddȋn al-Ma allȋ dan Imâm Jalâluddȋn al-Suy i, erjemah afs r al- alâlain berikut sbaabun u uul yat rah al-Fâtihah s.d. rah al- n‟am, h.33; Lihat juga, Terjemah Tafsir Jalalain versi 2.0 by Dani Hidayat-myface-online.blogspot.com (software). 70 Kementrian Agama RI, al-Qur‟an dan erjemahnya (Jakarta:Sinergi Pustaka Indonesia, 2012), h.12. 71 Quraish Shihab, al-Qur‟an dan Maknanya (Jakarta: Lentera Hati, 2013), h. 10.
114
Berkenaan dengan kutipan qi ah di atas, Qurais Shihab juga menjelaskan dalam Tafsir al-Misbah, bahwa hari Sabtu adalah hari yang ditetapkan Allah bagi orang Yahudi sesuai usul mereka sebagai hari ibadah yang bebas dari aktivitas duniawi. Mereka dilarang mengail ikan pada hari itu, tetapi, sebagian mereka melanggar dengan cara yang licik. Mereka tidak mengail, tetapi membendung ikan dengan menggali kolam, sehingga air bersaama ikan masuk pada kolam itu. Lanjut Quraish Shihab, peristiwa tersebut menurut mufassir terjadi di Kota Aylah yang kini dikenal dengan Teluk Aqabah. Kemudian setelah hari Sabtu berlalu, mereka mengailnya. Kemudian Allah murka terhadap mereka, sehingga Allah berfirman kepada mereka “Jadilah kamu kera yang hina dan terkutuk ” Perintah tersebut menurut Qurais Shihab bukan perintah kepada Banî Isrâîl untuk mereka laksanakan, tetapi perintah ( )تسخيشtaskhîr, yakni perintah yang menghasilkan terjadinya sesuatu.72 Menurut Quraish Shihab, dalam ayat lain dijelaskan bahwa ada di antara mereka yang dijadikan kera dan babi sebagaimana firman Allah dalam Qs.al-M ‟idah [5]:60) 73 Berdasarkan beberapa keterangan tambahan yang diawali dengan kata fâ‟idah di atas, dapat dipahami bahwa kata fâ‟idah tidak dimaknai sebagai sesuatu yang bermanfaat sebagaimana pengertian kata fâ‟idah secara etimologi yaitu 72
M.Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, h.265. Dalam al-Qur‟an dan Maknanya karya Quraish Shihab, Qs.al-M ‟idah [5]:60) terjemhannya sebagai berikut: ِ ِ َّ ِ ِ َّ السبِ ِيل ْ ب َعلَْي ِو َو َج َع َل ِمْن ُه ُم ال ِْقَرَدةَ َو َّ َض ُّل َع ْن َس َو ِاء َ ِوت أُولَئ َ قُ ْل َى ْل أُنَبِّئُ ُك ْم بِ َشٍّر ِم ْن ذَل َ ك َشٌّر َم َكانًا َوأ َ ُاخلَنَا ِز َير َو َعبَ َد الطَّاغ َ ك َمثُوبَةً عْن َد اللو َم ْن لَ َعنَوُ اللوُ َو َغض Katakanlah (Nabi Muhammad saw) Apakah akan aku beritahukan kepadamu tentang (orangorang) yang lebih buruk pembalasannya dari (orang-orang fasik) itu disisi Allah? Yaitu orangorang yang dilaknat dan dimurkai Allah, di antara mereka (ada) yang Dia dijadikan kera-kera dan babi-babi: dan orang yang menyembah thaghut ” [1] mereka itu lebih buruk kedudukan-(nya) dan lebih tersesat dari jalan yang lurus. Catatan kaki dalam al-Qur‟an dan Maknanya karya Quraish Shihab yang dirujuk ke catatan kaki ke-71 dalam al-Qur‟an dan Maknanya sebagai berikut: [1] aghut adalah gelar biasanya digunakan untuk yang melampaui batas dalam keburukan. Setan, dajjal, penyihir, penetap hukum yang bertentangan dengan hukum Allah swt. dan tirani. Lihat, Quraish Shihab, al-Qur‟an dan Maknanya, h.118 dan 42. 73
115
bermakna faedah, guna, dan keuntungan.74 Namun, kata fâ‟idah dalam terjemahan Tafsir al-Jalâlain karya Kiai „Arifun tersebut adalah penamaan untuk keterangan tambahan atas bagian tertentu dalam al-Qur‟an Enam keterangan tambahan yang diawali dengan kata fâ‟idah, Qi ah, dan qauluhu ta‟ala di atas, dapat dirangkum dalam beberapa poin berikut: 1
Fâ‟idah surah al-Baqarah
: Keutamaan surah al-Baqarah
2
Qauluhu ta‟âla
: Makna alif lâm mîm :
3
Fâ‟idah
: Keutamaan atau manfaat membaca isti„adzah
4
Fâ‟idah
: Perbedaan pendapat ulama tentang bacaan basmalah
5
Fâ‟idah
: Penjelasan tentang Iblis
6
Qi ah
: Kisah kisah pembalasan terhadap Bani sr il yang melanggar perjanijian dengan Allah swt
Karya tafsir al-Ibrîz yang dikaji oleh Ar-Rahma dalam skripsi berjudul “Ragam Pemaparan Faidah Ayat al-Qur‟an dalam Tafsîr al-Ibrȋz Karya Bisri Musthafa,” kata fâ‟idah digunakan untuk menjelaskan kandungan ayat secara mendalam, dengan harapan agar pembaca tafsir ini benar-benar dengan harapan agar pembaca tafsir benar-benar merenung serta menerapkannya dalam kehidupan. Sedangkan kata qi ah digunakan untuk menguraikan peristiwaperistiwa pada masa lalu dengan tujuan memberi pelajaran kepada manusia.75 Selain kata fâ‟idah dan qi ah, Kiai „Arifun juga memberikan keterangan tambahan berbentuk catatan kaki. Catatan kaki tersebut digunakan untuk
74
Ahmad ar on Munawwir al-Munawwir. Kamus Bahasa Indonesia-Arab, h.1081. Ar-Rahmah ”Ragam Pemaparan Faidah Ayat al-Qur‟ȃn dalam Tafsîr al-Ibrȋz Karya KH. isri Musthafa ” h 89-90. 75
116
menjelaskan suatu kata dalam tafsir yang menurutnya membutuhkan penjelasan. Berdasarkan penelusuran penulis, catatan kaki yang ada dalam terjemahan Kiai „Arifun ditemukan di dalam beberapa jilid yang dapat dirangkum dalam tabel berikut: Tabel 5: 9 Rangkuman Catatan Kaki Terjemahan Tafsir al-Jalâlain Bahasa Madura Karya Kiai ‘Arifun76 Jilid
Halaman
Terjemahan Tafsir
Ayat
Letak catatan kaki
2
622
an-Nis ‟
71
lafaz tsubâtin dan suryatin
2
716
an-Nis ‟
154
lafaz lâ ta„taddû
2
718
an-Nis ‟
157
lafaz dzalik
2
719
an-Nis ‟
158
lafaz ilaihi
2
804
al-M ‟idah
44
lafaz an-yubaddilûhu
3
888
al-M ‟idah
108
lafaz „ala al-waratsah
3
1130
al-A„râf
57
lafaz bihî
2
629
an-Nis ‟
77
lafaz qadra
3
886
al-M ‟idah
107
lafaz ilâ âkhirihi
Sebagaimana tabel di atas, Kiai „Arifun memberikan keterangan tambahan berbentuk catatan kaki yang ada dalam beberapa jilid di antaranya jilid ke dua, halaman 622, 629, 716, 718, 719, dan halaman 408. Untuk jilid ke tiga, terdapat pada halaman 886, 888, 1130. Catatan kaki yang tercantum dalam tabel tersebut 76
Muhammad „Arifun Tarjamah Tafsir al-Jalâlain litashîli al-Fikri Bahasa Madura (Surabaya: Mutiara lmu t t ) vol 2 h 622; Muhammad „Arifun Tarjamah Tafsir al-Jalâlain litashîli al-Fikri Bahasunipa Madura, jilid 2 h 629; Muhammad „Arifun Tarjamah Tafsir alJalâlain litashîli al-Fikri Bahasa Madura vol 2 h 716; Muhammad „Arifun Tarjamah Tafsir alJalâlain litashîli al-Fikri Bahasa Madura, vol. 2, h.718; Muhammad „Arifun Tarjamah Tafsir alJalâlain litashîli al-Fikri Bahasa Madura, vol 2 h 719; Muhammad „Arifun Tarjamah Tafsir alJalâlain litashîli al-Fikri Bahasa Madura vol 2 h 804; Muhammad „Arifun Tarjamah Tafsir alJalâlain litashîli al-Fikri Bahasa Madura vol 3 h 886; Muhammad „Arifun Tarjamah Tafsir alJalâlain litashîli al-Fikri Bahasa Madura vol 3 h 888; Muhammad „Arifun Tarjamah Tafsir alJalâlain litashîli al-Fikri Bahasa Madura, vol. 3, h.1130.
117
akan di analisa kecuali catatan kaki yang terdapat dalam tafsiran surah an-Nis ‟ ayat 77 dan 107, karena keterbatasan waktu dan keterbatasan kemampuan penulis. Istilah “Catatan kaki” dalam buku Pedoman Penulisan Skripsi bermakna catatan pada bagian bawah halaman teks yang menyatakan sumber atau kutipan, pendapat, pandangan atau teori mengenai masalah tertentu yang dijelaskan dalam teks.77 Menurut Abdul Munip, dalam Transmisi Pengetahuan Timur Tengah ke Indonesia; Studi Tentang Penerjemahan Buku Berbahasa Arab di Indonesia 1950-2004, catatan kaki yang digunakan oleh penerjemah dalam jenis terjemahan harfiah gandul yang disertai penjelasan adalah sebagai keterangan singkat terhadap suatu istilah atau konsep dalam teks asli atau teks sumber yang diterjemahkan.78 Adapun catatan kaki yang ada dalam terjemahan Tafsîr al-Jalâlain karya Kiai „Arifun akan diketahui setelah penulis menganalisis terjemahan Tafsîr alJalâlain beserta isi catatan kaki yang diberikan oleh Kiai „Arifun Berikut ini beberapa gambar yang di dalamnya terdapat catatan kaki, berdasarkan rangkuman tabel yang bersumber dari kitab Tarjamah Tafsir al-Jalâlain litashîli al-Fikri Bahasa Madura.
77
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (Jakarta: SICS, 2013 ) ,h.37-38. 78 Menurut Abdul Munip, sangat mungkin jika penerjemah menganggap bahwa terjemahan gandul mengenai konsep atau istilah tertentu perlu diberi penjelasan yang memadai yang ditulis dalam catatan kaki. Lanjut Abdul Munip, tujuan pemberian catatakan kaki adalah agar pembaca memperoleh pemahaman yang lebih lengkap daripada yang terdapat dalam teks terjemahan. Oleh karena itu, tidak semua konsep atau istilah dalam teks asli diberikan catatan kaki. Menurutnya hanya istilah yang dipandang penting oleh penerjemah yang kemudian dibuatkan catatan kakinya. Kemudian menurut Abdul Munip, catatan kaki dalam jenis terjemahan harfiah gandul disertai penjelasan juga bisa berupa komentar penerjemah yang ditulis secara bebas dalam Bahasa Jawa. Komentar ini pada satu sisi bisa dianggap sebagai terjemahan harfiah yang sudah disesuaikan dengan struktur Bahasa Jawa, atau dengan kata lain termasuk terjemahan setia. Lihat, Abdul Munip, Transmisi Pengetahuan Timur Tengah ke Indonesia, h.301-302.
118 118
Gambar 5: 10 Catatan Kaki Terjemahan Tafsîr al-Jalâlain Surah An-Nisâ‟ Ayat 71
119
Berdasarkan gambar di atas, penerjemah menambahkan makna suatu lafaz yang berbentuk catatan kaki atas tafsiran ayat 71 surah an-Nisa‟ yaitu dari lafaz “ subâtin” dan lafaz “ uryatin.” Kata “ subâtin” catatan kakinya sebagai berikut:
الثبات اجلماعة من الرجال فوق العشرة Sedangkan kata “ uryatin.” catatan kakinya sebagai berikut:
وقيل االسرية اجلماعة أقلها مائة وغياهتا أربع, السرية من اجلماعة من مخسة انفس اىل ثالث مائة او اربع مائة 79 مائة Dalam al-Qur‟an dan Terjemahnya, ayat 71 surah an-Nis ‟:80
ٍ ا يا أَيُّها الَّ ِذين آمنُوا خ ُذوا ِح ْذرُكم فَانْ ِفروا ثُب َِ ات أَ ِو انْ ِفروا مج ًيعا ُ َ َ َ َ َ ُ ْ َ ُ
Hai orang-orang yang beriman, bersiap siagalah kamu, dan majulah (ke medan pertempuran) secara berkelompok, atau majulah bersama-sama (serentak). Dalam al-Qur‟an dan Maknanya ayat 71 surah an-Nis ‟:81 Hai orang-orang yang beriman! bersiap siagalah (menghadapi musuh Allah swt dan rasulnya), lalu majulah berkelompok-kelompok, atau majulah bersama-sama. Sedangkan terjemahan Tafsîr al-Jalâlain Bahasa Indonesia sbb: 82
ِ َّ ين َآمنُوا ُخ ُذوا ِح ْذ َرُك ْم َ ( يَا أَيُّ َها الذHai orang-orang yang beriman, waspadalah kamu)
terhadap musuh-musuhmu artinya bersiap-siaplah dan berhati-hatilah menghadapi ٍ ( فَانْ ِفروا ثُبdan majulah kamu secara berkelompok-kelompok) atau mereka ات َ ُ
ِ ِ terpisah-pisah, pasukan demi pasukan يعا ً ( أَ ِو انْفُروا َمجatau majulah secara bersamasama) dalam satu pasukan besar!
Dalam penafsiran al-Qur ubi,83 bentuk lafaz “Tsubâtin” sebagai kinâyah tentang pasukan-pasukan perang, bentuk tunggalnya “Tsubâtun” berasal dari kata al-tsubayyah. Kata “Tsubâtin” mempunyai arti “Sekelompok orang ” Disebut qad 79
Muhammad „Arifun Terjemah Tafsîr al-Jalâlain Bahasa Madura, vol.2, h.622. Kementrian Agama RI, al-Qur‟an dan erjemahnya, h.116. 81 Quraish Shihab, al-Qur‟an dan Maknanya, h.89. 82 Imâm Jalâluddȋn al-Ma allȋ dan Imâm Jalâluddȋn al-Suy i erjemah afs r al- alâlain berikut sbaabun u uul yat rah al-Fâtihah s.d. urah al- n„am, h.362-363; lihat juga Terjemah Tafsir Jalalain versi 2.0 by Dani Hidayat-myface-online.blogspot.com (software). 83 Al-Qur ub al- âmi al- kâm al-Qur‟ân, Penerjemah Fathurrahman, dkk (Jakarta, Pustaka Azzam, 2007), h.648. 80
120
tsabbaitul jaisya yang artinya menjadikan mereka berkelompok-kelompok dan tsubâtun artinya tengah kolam, tempat kembali dan tergenangnya air.
Gambar 5: 11 Catatan kaki terjemahan Tafsîr al-Jalâlain surah An-Nis ‟Ayat 154
121
Berdasarkan gambar di atas, terdapat catatan kaki yang menjelaskan tentang i„lâl al-kalimah dalam suatu ayat. Penerjemah menjelaskan asal kata “Lâ ta„d ” dalam tafsir surah an-Nis ‟ ayat 154, yaitu “Waqulnâ lahum lâ ta„d ” 84 Catatan kakinya sebagai berikut:
) َوقُ ْلنَا َذلُ ْم ال تَ ْع ُدوا ( وىف القراءة بفتح العٌن وتشديد ال ّدال وفيو ادغام التّاء ىف االصل ىف ال ّدال اى (1) التعتدوا تعدوا ُ نقلت فتحة العٌن الساكنة قبلها ْث قلبت التاء داال وادغمت ىف الدال فصارال: التعتدوا.1 Catatan kaki yang diberikan Kiai „Arifun tersebut, tampaknya berupa i„lâl kalimah dari lafaz lâ ta„dû. Al- abârȋ, dalam tafsirnya menyatakan bahwa mayoritas dunia Islam membaca lafaz tersebut dengan bacaan:
ِ السب ت ْ َّ ال تَ ْع ُدوا ِيف
Yang artinya "Janganlah kamu melanggar peraturan mengenai hari Sabtu ” dengan bacaan takhfȋf „ain.
Menurut al- abârȋ, berdasarkan pendapat yang
mengatakan „adautu fȋ al-amri (melanggar perintah) apabila melampaui batas yang ditetapkan padanya. Menurut al- abârȋ, sebagian ahli qirâ‟ah Madinah membaca lafaz tersebut dengan:
َوقُ ْلنَا َذلُ ْم ال تَ ْع ُدوا,
yang artinya “Janganlah kamu melanggar peraturan” dengan sukun pada huruf „ain dan tasydȋd pada huruf dal, serta penggabungan antara dua sukun seperti
تعت ّذوا, kemudian diidghamkan huruf tâ‟ pada huruf dal, maka huruf dalnya menjadi tasydȋd yang diidghamkan (dimasukkan), sebagaimana bacaan tersebut dibaca:85 am man lâ yahdî ( ) أم هي ال يه ِذيdengan sukun huruf ha‟.86
84
Muhammad „Arifun Tarjamah Tafsir al-Jalâlain Bahasa Madura, vol. 2, h.716. Ab Ja‟far Mu ammad bin Jar r al- ab rȋ, afs r al- abârȋ. Penerjemah Ahsan Aksan (Jakarta: Pustaka Azzam, 2007), jilid 1, h.80-81. 86 Ibid., h.80-81. 85
122
Menurut al- abârȋ, Imam Warasy membaca ال ت ّْعذُوا, dengan harakat fathah pada huruf „ain dan tasydȋd pada huruf dal, asal katanya adalah التعتذواharakat pada huruf tâ‟ berkumpul dengan huruf „ain. Kemudian huruf tâ‟ diidghamkan (dimasukkan) pada huruf dal. Menurut al- abârȋ, para ahli qira‟ah sab‟ah lainnya membaca ال ت ّْعذُواdengan sukun pada huruf „ain dan takhfȋf huruf dal, asal katanya عذي يعذي.87 Al-Quran dan Terjemahnya menerjemahkan surah an-Nis ‟ ayat 154 sebagai berikut:88
ِ َّ ورفَعنَا فَوقَهم الطُّور مبِِيثَاقِ ِهم وقُ ْلنَا َذلم ْادخلُوا الْباب س َّج ًدا وقُ ْلنَا َذلم ال تَع ُدوا ِيف َخ ْذنَا ِمْن ُه ْم ْ ُْ َ ُ َ َ ُ ُُ َ ْ َ السْبت َوأ َ ُ ُ ْ ْ ََ ِميثَاقًا َغلِيظًا
Dan telah Kami angkat ke atas (kepala) mereka bukit Thursina untuk (menerima) Perjanjian (yang telah Kami ambil dari) mereka. dan Kami perintahkan kepada mereka:"Masuklah pintu gerbang itu sambil bersujud ” [1] dan Kami perintahkan (pula) kepada mereka: "Janganlah kamu melanggar peraturan mengenai hari Sabtu ” [2] dan Kami telah mengambil dari mereka Perjanjian yang kokoh. Catatan kakinya sebagai berikut: [1]Pintu gerbang itu. Lihat pada surah al-Baqarah ayat 58, dan bersujud. Maksudnya menurut sebagian ahli tafsir: menundukkan diri. [2]Hari Sabtu ialah hari Sabbat yang khusus untuk ibadah orang Yahudi. Quraish Shihab, dalam Al-Quran dan Makananya menjelaskan sabab annuzul ayat surah an-Nis ‟ ayat 154 sebagai berikut:89 “Ibn Jarir meriwayatkan dari Muhammad ra., in Ka‟ab al-Qarazhi berkata “ eberapa orang yahudi mendatangi Rasulullah saw lalu berkata: Musa diutus kepada kami dengan membawa lembaran-lembaran suci dari Allah, maka datangkanlah lembaran-lembaran seperti itu supaya kami mempercayaimu ‟ Lalu turunlah ayat-ayat tersebut”
87
Ibid., h.80-81. Departemen Agama Republik Indonesia, al-Qur‟an dan erjemahannya (Bandung: Cv Penerbit J-Art, 2004), h.103. 89 Quraish Shihab, al-Qur‟an dan Maknanya, h.102. 88
123 123
Gambar 5: 12 Catatan Kaki Terjemah Tafsîr al-Jalâlain Surah al-Mâ‟idah ayat 44
124
Berdasarkan gambar di atas, Kiai „Arifun memberikan keterangan tambahan berbentuk catatan kaki dari tafsiran ayat 44 surah al-Mâ‟idah yaitu “Min kitâbillahi,” sedangkan catatan kakinya ada dalam tafsiran “ n yubaddilûhu,” seperti lafaz di bawah ini: )1(
(من كتاب اهلل) ان يب ّدلواه
Nyatanah dari kitabah Allah dari kuduh agantiih kabbi robbâniyyun ban akhbar da‟ mâ (Kitab Allah jangan sampai diubah-ubah) Kemudian Kiai „Arifun memberikan catatan kaki sebagai berikut:
(1) “Yakni kitabah Allah ipakun raksah ta‟ ulli itigant'i'ih” (Yakni kitabnya Allah diperintahkan untuk dijaga dan tidak boleh digantiganti).90 Jika diperhatikan isi catatan kaki dari “ n yubaddil hu” tersebut berupa komentar dari penerjemah yang menegaskan bahwa kitab Allah diperintahkan untuk dijaga, dan tidak boleh diganti-ganti. Keterangan tambahan berbentuk catatan kaki tersebut juga terdapat dalam teks sumber, yakni Tafsir al-Jalâlain. Hal tersebut dapat dilihat dalam terjemahan Tafsîr al-Jalâlain dalam Bahasa Indonesia sebagai berikut: 91
( إِنَّا أَنْ َزلْنَا الت َّْوَرا َة فِ َيها ُى ًدىSesungguhnya kami telah menurunkan Taurat berisi petunjuk) dari kesesatan- ور ٌ ُ( َونdan cahaya) untuk menjelaskan hukum-hukum( َُْي ُك ُم ِهبَا النَّبِيُّوyang di ambil untuk memutuskan hukum oleh nabi-nabi)- dari Bani ِ َّ ِ َّ لِلَّ ِذين ىادوا و Israil َسلَ ُموا ْ ين أ َ ( الذyang tunduk) menyerahkan diri kepada Allah- الربَّانيُّو َن َ َُ َ األحبَ ُار ْ ( َوbagi orang-orang Yahudi, dan oleh orang-orang alim dan para pendeta) yakni ahli-ahli hukum dari kalangan mereka ( ِمبَاdengan apa) disebabkan karena استُ ْح ِفظُوا ْ (mereka diminta untuk menyimpan) artinya diberi amanat untuk menjaga 90
Muhammad „Arifun Tarjamah Tafsir al-Jalâlain Bahasa Madura, vol.2, h.804. Imâm Jalâluddȋn al-Ma allȋ dan Imâm Jalâluddȋn al-Suy i erjemah afs r al- alâlain berikut sbaabun u uul yat rah al-Fâtihah s.d. rah al- n‟am, h. 470-471; lihat juga Terjemah Tafsir Jalalain versi 2.0 by Dani Hidayat-myface-online.blogspot.com (software). 91
125
ِ َ( ِمن كِتkitabullah) jangan sampai diubah-ubah-( وَكانُوا َعلَْي ِو ُشه َداءdan oleh Allah اب ْ َ َ َ mereka menjadi saksi terhadapnya) bahwa ia benar adanya. َّاس ن ال ا و ش ِت ال ف َ ُ َ ْ َ َ (maka janganlah kamu takut akan manusia) hai orang-orang Yahudi dalam menyingkapkan sifat-sifat dan ciri-ciri Muhammad saw yang kamu ketahui, tentang ayat tajam dan sebagainya ش ْو ِن َ اخ ْ ( َوhanya takutlah kepada-Ku) dalam
menyembunyikannya شتَ ُروا بِآيَ ِاِت َمثَنًا قَلِيال ْ َ( َوال تdan janganlah kamu beli maksudnya jangan kamu tukar ayat-ayat –Ku dengan harga yang sedikit) berupa harta benda dunia yang kamu dapatkan sebagai imbalan menyembunyikannya.
ك ُى ُم الْ َكافُِرو َن َ َِوَم ْن َلْ َُْي ُك ْم ِمبَا أَنْ َزَل اللَّوُ فَأُولَئ
(Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunksan Allah, maka merekalah orang-orang yang kafir) terhadap-Nya. Dalam al-Qur‟an dan Terjemahnya Surah al-M ‟idah 44 sebagai berikut: Sungguh. Kami yang menurunkan Kitab Taurat; di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya. Yang dengan Kitab itu para Nabi berserah diri kepada Allah, memberi putusan atas perkara orang yahudi, demikian juga para ulama dan pendeta-pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu jual ayat-ayat-Ku dengan harga murah. Barang siapa yang tidak memutuskan dengan apa yang diturunkan Allah, maka mereka itulah orang-orang kafir. Terjemahan Surah al-M ‟idah ayat 44 dalam al-Qur‟an dan Terjemahnya dan terjemahan Tafsîr al-Jalâlain Bahasa Indonesia yang digarisbawahi diatas, tampaknya sama dengan catatan kaki yang di berikan Kiai „Arifun dalam tafsiran ayat “Min kitâbillahi” yaitu lafaz “Ayyubaddilûhu” sebagai berikut: (1)Catatan kaki Kiai „Arifun: (Yakni kitabnya Allah diperintahkan untuk dijaga dan tidak boleh diganti-ganti); (2)sedangkan dalam al-Qur‟an dan Terjemahnya, catatan kakinya berbunyi: (disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Karena itu janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu jual ayat-ayatKu); (3)Dalam terjemahan Tafsîr al-Jalâlain Bahasa Indonesia, catatan kakinya sbb:(Disebabkan karena (mereka diminta untuk menyimpan) artinya diberi amanat untuk menjaga oleh Allah (Kitabullah) jangan sampai diubah-ubah).
126 126
Gambar 5: 13 Catatan kaki terjemahan Tafsîr al-Jalâlain surah al-M ‟idah ayat 108.
127
Terjemahan harfiah model gandul dari catatan kaki di atas, sebagai berikut: 1
ِ رد اليمٌن على الورثة َ َذل ّ ك) احلكم ادلذكور من
(Dining aruah hukum) tĕggĕsah hukum se‟e sĕbut nyatanah dari maliyagih sumpa ingatasah ahli wari*th1. (Adapun hukum itu) hukum yang disebut dari membeli sumpah di atas ahli waris) Kiai „Arifun memberikan catatan kaki sebagai berikut: (1)Lantaran saksinah pon nyaliwing (Karena saksinya pun berkhianat) Dalam al-Qur‟an dan Maknanya sebagai berikut:92
Itu lebih dekat untuk menjadikan mereka mengemukakan persaksian sesuai keadaannya (yang sebenanrnya) atau mereka akan kembalikan sumpahnya (kepada ahli waris) sesudah mereka bersumpah. Bertakwalah kepada Allah dan dengarkanlah (patuhilah semua perintahnya). Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum fasik (keluar dari ketaatan kepada Allah swt).93 Dalam al-Qur‟an dan Terjemahnya sebagai berikut: 94
ِ ِ اْسَعُوا َواللَّوُ ال يَ ْه ِدي ْ َّه َادةِ َعلَى َو ْج ِه َها أ َْو ََيَافُوا أَ ْن تَُرَّد أَْْيَا ٌن بَ ْع َد أَْْيَاّنِِ ْم َواتَّ ُقوا اللَّوَ َو َ ذَل َ ك أ َْد َىن أَ ْن يَأْتُوا بالش ِِ ٌن َ الْ َق ْوَم الْ َفاسق
Dengan cara Itu mereka lebih patut memberikan kesaksiannya menurut yang sebenarnya, dan mereka merasa takut akan dikembalikan sumpahnya (kepada ahli waris) setelah mereka bersumpah.[1] Bertakwalah kepada Allah dan dengarkanlah (perintah-Nya). Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. Catatan kakinya sebagai berikut: [1] Sumpah itu dikembalikan, ialah sumpah saksi-saksi yang berlainan agama itu ditolak dengan bersumpahnya saksi-saksi yang terdiri dari kerabat, atau berarti orang-orang yang bersumpah itu akan mendapat balasan di dunia dan akhirat, karena melakukan sumpah palsu. 92
Quraish Shihab, al-Qur‟an dan Maknanya, 125. Quraish Shihab, dalam al-Qur‟an dan Maknanya menyebutkan asbab nuzul surah alM ‟idah ayat 108 sebagai berikut : Bukhari dan Abu Daud meriwayatkan dari Ibn Abbas Ra, ia berkata: “Seorang laki-laki dari Bani Sahim keluar bersama Tamim al-Dari dan Adi in adda‟ lalu meninggal di tanah yang di dalamnya tidak ada seorang Muslim pun. Ketika keduanya, Tamim dan Adi datang membawa harta dan warisannya, para ahli waris tidak mendapatkan bejana dari perak bertahta emas, Rasul saw lalu mengambil sumpah dari keduanya, selanjutnya bejana tersebut ditemukan di Mekkah, orang-orang yang memegangnya berkata “Kami telah membelinya dari Tamim dan Adi seketika itu juga dua orang ahli warisnya berdiri dan bersumpah: “Sungguh kesaksian kami lebih layak dipegang dari pada kesaksian mereka berdua, dan bejana itu pun diputuskannya menjadi milik saudara mereka (laki-laki dari ani Sahim) ” Kemudian turunlah ayat 106-108. Lihat, Quraish Shihab, al-Qur‟an dan Maknanya, 125. 94 Kementrian Agama RI, al-Qur‟an dan Terjemahnya, h. 167. 93
128
Kata yang digarisbawahi dalam catatan kaki al-Qur‟an dan Terjemahnya di atas, tampaknya sama halnya dengan catatan kaki yang diberikan Kiai „Arifun atas tafsiran al-Jalâlain surah al-M ‟idah ayat 108 yaitu “„Ala al-waratsah.”
Gambar 5: 14 Catatan kaki terjemahan Tafsîr al-Jalâlain surah al-A‟r f ayat 57
129
Berdasarkan gambar di atas, Kiai „Arifun memberikan penjelasan dalam bentuk catatan kaki atas surah al-A‟r f ayat 57 seperti dibawah ini: )1( ِ ِ ِ ك) اإلخراج َ َخَر ْجنَا بِِو)بادلاء( ِم ْن ُك ِّل الث ََّمَرات َك َذل ْ (فَأَنْ َزلْنَا بِو) با البلد( الْ َماءَ فَأ
Catatan kakinya sebagai berikut:
1. Lafa*ḍ balad panika ulli ipamu*dhakkar ulli jugan ipamuanna*th kamâ fî alMisbah.95 (Lafaz balad tersebut boleh di mudazakkarkan dan boleh juga di muannatskan) Dalam terjemahan Tafsîr al-Jalâlain Bahasa Indonesia Surah al-A„râf ayat 57 sebagai berikut:96
ٌن يَ َد ْي َر ْْحَتِ ِو ِّ ( َوُى َو الَّ ِذي يُْرِس ُلDan Dialah yang meniupkan angin sebagai َ ْ َاح بُ ْشًرا ب َ َالري
pembawa berita gembira sebelum kedatangan rahmat-Nya) yakni terpencar-pencar sebelum datangnya hujan Menurut suatu qira‟at dibaca dengan takhfif, yaitu syin disukunkan; dan menurut qira‟at lainnya dengan disukunkan syinnya kemudian memakai nun yang difathahkan sebagai masdar. Menurut qira‟at lainnya lagi dengan disukunkan syinnya, kemudian di dammmahkan huruf sebelumnya sebagai pengganti dari nun, yakni mubsyiran. Bentuk tunggal dari yang pertama ialah nusy run seperti lafaz ras lun sedangkan bentuk tunggal yang kedua ialah basy run-ح ََّّت إِذَا أَقَلَّت َ (sehingga apabila angin itu membawa) maksudnya meniupkan
( َس َحابًا ثَِقاالmendung yang tebal) yaitu hujan-ُ( ُس ْقنوKami halau mendung itu) mega
yang mengandung air hujan itu. Di dalam lafaz ini terkandung makna iltifât „an ٍ ِّ( لِب لَ ٍد ميke suatu daerah yang tandus) daerah yang tidak ada al-ghaibiyyah- ت َ َ tetumbuhannya guna menyuburkannya ( فَأَنْ َزلْنَا بِِوlalu kami turunkan di daerah itu) di
ِ ِ kawasan tersebut ك َ َخَر ْجنَا بِِو ِم ْن ُك ِّل الث ََّمَرات َك َذل ْ ( الْ َماءَ فَأhujan, maka Kami keluarkan dengan sebab hujan itu pelbagai macam buah-buahan. Seperti itulah) cara pengeluaran itulah ِج الْ َم ْوتَى ُ ( ُُنْرkami membangkitkan orang-orang yang telah mati) dari kuburan mereka dengan menghidupkan mereka kembali ( لعلَّ ُك ْن تز َّكشُوىmudahmudahan kamu mengambil pelajaran) kemudian kamu mau beriman. Dalam al-Qur‟an dan Maknanya, surah al-A‟r f ayat 57 sebagai berikut:97 Dan dialah yang mengirimkan aneka-aneka angina sebagai pembawa kabar gembira sebelum (kedatangan) rahmatnya (berupa hujan) sehingga apabila (aneka angina itu) telah memikul awan yang berat, kami halau ia ke suatu negeri yang mati atau tandus. 95
Muhammad „Arifun Tarjamah Tafsir al-Jalâlain Bahasa Madura, vol.3, h.1130. Imâm Jalâluddȋn al-Ma allȋ dan Imâm Jalâluddȋn al-Suy i afs r al- alâlain berikut sbaabun u uul yat rah al-Fâtihah s.d. rah al-Isrâ‟, ilid 1, Penerjemah Bahrun Abu Bakar (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2009), cet ke-7, h.609-620; Lihat juga, Terjemah Tafsir Jalalain versi 2.0 by Dani Hidayat-myface-online.blogspot.com (Software- Terjemahan Tafsir Jalalain bahasa Indonesia). 97 Quraish Shihab, al-Qur‟an dan Maknanya, h.157. 96
130
Sedangkan dalam al-Qur‟an dan Terjemahnya, terjemahan surah al-A‟r f ayat 57 sebagai berikut:98
ِ ِ ِِ ٍ ٍ ِ َخَر ْجنَا ِّ َوُى َو الَّ ِذي يُْرِس ُل ْ ٌَّن يَ َد ْي َر ْْحَتو َح ََّّت إِ َذا أَقَل ْ ت َس َحابًا ث َقاال ُس ْقنَاهُ لبَ لَد َميِّت فَأَنْ َزلْنَا بِو الْ َماءَ فَأ َ ْ َاح بُ ْشًرا ب َ َالري ِ ِ ِج الْ َم ْوتَى لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكُرو َن َ بِِو ِم ْن ُك ِّل الث ََّمَرات َك َذل ُ ك ُُنْر
Dialah yang meniupkan angin sebagai pembawa kabar gembira, mendahului kedatangan rahmat-Nya (hujan); sehingga apabila angin itu membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu kami turunkan hujan di daerah itu. Kemudian kami tumbuhkan dengan hujan itu berbagai macam buah-buahan. Seperti itulah Kami membangkitkan orang-orang yang telah mati, mudah-mudahan kamu mengambil pelajaran. Dalam penafsiran al-Qur ubî, huruf kaf pada lafaz ك َْ ِ َك َذلyang ada dalam ِ ِ )فَأَخرجنا بِِو ِمن ُكل الثَّمرberada dalam posisi na ab yang maknanya adalah ayat (ك َْ َْ َ ات َك َذل َ َ ِّ ْ menghidupkan yang mati itu seperti mengeluarkan buah-buahan. Dalam penafsiran Qurtubi, juga ada keterangan tambahan yang ada dalam terjemahan Kiai „Arifun yaitu menjelaskan tentang kata بلدyang bermakna “Suatu kawasan di atas permukaan bumi ” Menurut al-Qur ubî, kata ini juga berlaku untuk kawasan yang dijadikan pemukiman, dan berlaku pula bagi kawasan yang telah dibangun ataupun belum. Selain itu, menurut al-Qur ubî, kata بلدjuga dapat bermakna telur
burung unta yang tertanam di dalam pasir. Sedangkan sebutan بلدةmenurut alQur ubî, biasanya untuk ungkapan kampung halaman. Kemudian menurutnya, Jamaknya بلذdan بلذةadalah بلدانadapula yang menggunakan بالدatau أ بالد, kedua kata tersebut menurut al-Qur ubî, merupakan lafazh musytarak (Kata yang memiliki banyak makna).99
98
Kementrian Agama RI, al-Qur‟an dan erjemahnya, h. 167. Al-Qur ubȋ, al- âmi‟ al-Ahkâm al-Qur‟ân, h.545.
99
131 131
Gambar 5: 15 Catatan kaki terjemahan Tafsir al-Jalâlain surah an-Nis ‟ ayat 158
132
Berdasarkan catatan kaki di atas, Kiai „Arifun memberikan catatan kaki dalam surah an-Nis ‟ ayat 158 yaitu lafaz ilaihi: 1ِ
بَ ْل َرفَ َعوُ اللَّوُ إِلَْيو
Kemudian catatan kakinya sebagai berikut:
1. Yakni da‟ ka tĕmpat si subung „ uning kajabah Allah (Yakni pada tempat yang tidak diketahui siapapun kecuali Allah).100 Dalam terjemahan Tafsîr al-Jalâlain Bahasa Indonesia, surah an-Nis ‟ ayat 158 diterjemahkan sebagai berikut:101
بَ ْل َرفَ َعوُ اللَّوُ إِلَْي ِو َوَكا َن اللَّوُ َع ِز ًيزا
(Tetapi Allah telah mengangkatnya kepada-Nya dan Allah Maha Tangguh) dalam ِ kerajaan-Nya يما ً ( َحكlagi Maha Bijaksana) dalam perbuatan-Nya. Bandingkan dengan catatan kaki al-Qur‟an dan Terjemahnya:102
ِ ِِ يما ً بَ ْل َرفَ َعوُ اللَّوُ إلَْيو َوَكا َن اللَّوُ َع ِز ًيزا َحك
Tetapi Allah telah mengangkat Isa ke hadirat-Nya [1]. Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana. Catatan kakinya sebagai berikut [1] Ayat ini sebagai bantahan terhadap anggapan orang-orang Yahudi, bahwa mereka telah membunuh Nabi Isa As. Dalam al-Qur‟an dan Maknanya sebagai berikut:103 (Tetapi Allah telah mengangkatnya (Isa) kepada-Nya dan adalah Allah Maha perkasa lagi Maha Bijaksana. Jika dibandingkan dengan al-Qur‟an dan Terjemahnya yang berbunyi “Tetapi Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya” dan catatan kaki yang diberikan Kiai „Arifun yang berbunyi “Yakni pada tempat yang tidak diketahui siapapun kecuali Allah,” dapat dipahami bahwa Kiai „Arifun memberikan pendapatnya 100
Muhammad „Arifun Tarjamah Tafsîr al-Jalâlain Bahasa Madura, vol.2, h.719. Imâm Jalâluddȋn al-Ma allȋ dan Imâm Jalâluddȋn al-Suy i erjemah afs r alalâlain berikut sbaabun u uul yat rah al-Fâtihah s.d. rah al- n‟am, h.405; lihat juga, Terjemah Tafsir Jalalain versi 2.0 by Dani Hidayat-myface-online.blogspot.com (software). 102 Kementrian Agama RI, al-Qur‟an dan erjemahnya, h.136. 103 Quraish Shihab, al-Qur‟an dan Maknanya, h.103. 101
133
tentang ayat tersebut bahwa tempat diangkatnya Nabi Isa tidak ada yang mengetahui kecuali Allah Swt. Berdasarkan beberapa contoh di atas, dapat dipahami bahwa catatan kaki yang diberikan oleh penerjemah bervariasi. Ada yang menyebutkan tentang i„lâl al-kalimah, dan ada yang menyebutkan penjelasan suatu lafaz, komentar singkat dari penerjemah, dan suatu kata yang memerlukan penegasan dari penerjemah. Catatan kaki tersebut ditulis dalam Bahasa Madura dan Bahasa Arab. Dalam terjemahan Kiai „Arifun tidak semua kata atau istilah dalam teks asli diberikan catatan kaki. Menurut Abdul Munip, catatan kaki yang dibuat oleh penerjemah atas kitab Bahasa Arab dalam Bahasa Jawa adalah sebagai keterangan singkat terhadap suatu istilah atau konsep dalam teks asli atau teks sumber. Penerjemah biasanya menganggap bahwa terjemahan model gandul mengenai konsep atau istilah tertentu perlu diberi penjelasan yang lebih memadai yang kemudian ditulis oleh penerjemah dalam bentuk catatan kaki. Menurut Menurut Abdul Munip, tujuan penerjemah biasanya adalah agar pembaca dapat memperoleh pemahaman yang lengkap dari terjemahan tersebut.104
104
Abdul Munip, Transmisi Pengetahuan Timur Tengah ke Indonesia, h. 301.
134
C. Konsistensi Penggunaan Simbol Gramatikal Bahasa Arab dalam Terjemahan Tafs r al-Jalalain Karya Kiai ‘Arifun Berikut ini beberapa contoh gambar penerapan simbol gramatikal bahasa Arab dalam terjemahan afs r al-Jalalain karya Kiai „Arifun yang bersumber dari jilid satu dan jili dua. Namun, simbol tidak hanya terdapat dalam gambar-gambar di bawah ini:
Gambar 5:16 Simbol Gramatikal Bahasa Arab surah al-Baqarah jilid satu
135 135
Gambar 5:17 Simbol Gramatikal Bahasa Arab Surah al-Baqarah Jilid Satu.105
105
Muhammad „Arifun Tarjamah Tafsîr al-Jalâlain Bahasa Madura, vol.1, h.40-41.
136 136
Gambar 5:18 Simbol Gramatikal Bahasa Arab surah al-Baqarah Jilid Satu106
106
Muhammad „Arifun Tarjamah Tafsîr al-Jalâlain Bahasa Madura, vol.1, h.77-76.
137 137
Gambar 5:19 Simbol Gramatikal ahasa Arab surah Âli „ mr n jilid satu.107
107
Muhammad „Arifun, Tarjamah Tafsîr al-Jalâlain Bahasa Madura, vol.1, h.350-351.
138 138
Gambar 5:20 Simbol Gramatikal ahasa Arab surah Âli „ mran Jilid Satu.108
108
Muhammad „Arifun Tarjamah Tafsîr al-Jalâlain Bahasa Madura, vol.1, h.396-397.
139 139
Gambar 5:21 Simbol Gramatikal ahasa Arab surah Âli „ mr n Jilid dua.109
109
Muhammad „Arifun Tarjamah Tafsîr al-Jalâlain Bahasa Madura, vol.2, h.430-431.
140
Sebagaimana penjelasan bab II sub bab c, yakni tentang model terjemah lokal yang disertai tabel simbol dan bahasa simbolik Madura. Pada sub bab ini merupakan pembahasan tentang simbol yang secara konsisten digunakan Kiai „Arifun dalam terjemahannya. Pada sub bab ini penulis memilih dua jilid (jilid satu dan jilid dua), untuk menilai konsistensi penggunaan simbol gramatikal bahasa Arab dalam kitab Tarjamah
afs r al- alâlain litashîli al-Fikri Bahasa
Madura karya Muhammad „Arifun. Berdasarkan lima gambar yang di garisbawahi dengan warna biru muda maupun gambar yang tanpa garisbawah seperti tercantum di atas, tampak bahwa dalam terjemahan model gandul tersebut terdapat beberapa simbol gramatika bahasa Arab di antaranya, dalam terjemahan afs r al- alâlain surah al-Baqarah jilid satu, gambar halaman 29, bab lima urutan gambar ke-16 (5:16), yaitu terdapat dua simbol gramatikal bahasa Arab yang digunakan di antaranya, simbol huruf kha‟ ditemukan sebanyak 10 huruf; simbol huruf mîm ditemukan sebanyak dua huruf. Gambar pada halaman 40, bab lima urutan gambar ke-17 (5:17) di atas terdapat tiga simbol gramatikal bahasa Arab yang digunakan di anataranya, simbol huruf kha‟ ditemukan sebanyak lima huruf; simbol huruf mîm ditemukan satu huruf; dan simbol huruf fa‟ditemukan sebanyak tiga huruf. Berikutnya masih dalam gambar yang sama, namun pada halaman 41, yaitu terdapat dua simbol gramatikal bahasa Arab yang digunakan di anataranya, simbol huruf kha‟ ditemukan sebanyak tiga huruf; simbol huruf mîm ditemukan tiga huruf. Gambar pada halaman 76, bab lima, gambar urutan ke-18 5:18 di atas, terdapat tiga simbol gramatikal bahasa Arab yang digunakan di anataranya, simbol huruf kha‟
141
ditemukan sebanyak enam huruf; simbol huruf mîm ditemukan empat huruf; dan simbol huruf fa‟ditemukan dua huruf. Berikutnya masih dalam gambar yang sama, tetapi pada halaman 77, yaitu terdapat dua simbol gramatikal bahasa Arab yang digunakan di anataranya, simbol huruf kha‟ ditemukan dua huruf; simbol huruf mîm ditemukan satu huruf. Gambar pada halaman 350, bab lima urutan gambar ke-19 (5:19) di atas adalah terjemahan afs r al- alâlain surah Âli „ mran dalam terjemahan tersebut terdapat dua simbol gramatikal bahasa Arab yang digunakan di antaranya, simbol huruf kha‟ ditemukan sebanyak tiga huruf; simbol huruf mîm ditemukan dua huruf; Berikutnya masih dalam gambar yang sama, tetapi pada halaman 351, yaitu terdapat tiga simbol gramatikal bahasa Arab yang digunakan di antaranya, simbol huruf kha‟ ditemukan empat huruf; simbol huruf mîm ditemukan tiga huruf; simbol huruf fa‟ ditemukan sebanyak dua huruf. Gambar pada halaman 396 bab lima urutan gambar ke-20 (5:20) di atas adalah terjemahan
afs r al- alâlain
surah Âli „ mran Dalam terjemahan tersebut terdapat tiga simbol gramatikal bahasa Arab yang digunakan di antaranya, simbol huruf kha‟ ditemukan sebanyak enam huruf; simbol huruf mîm ditemukan tiga huruf; simbol huruf fa‟ ditemukan sebanyak dua huruf. Berikutnya masih dalam gambar yang sama, tetapi pada halaman 397, yaitu terdapat tiga simbol gramatikal bahasa Arab yang digunakan di antaranya, simbol huruf kha‟ ditemukan dua huruf; simbol huruf mîm ditemukan satu huruf; simbol huruf fa‟ ditemukan sebanyak dua huruf. Gambar pada halaman 430 bab lima urutan gambar ke-21 (5:21) di atas adalah terjemahan afs r al- alâlain surah Âli „ mran Dalam terjemahan tersebut terdapat tiga
142
simbol gramatikal bahasa Arab yang digunakan di antaranya, simbol huruf kha‟ ditemukan sebanyak lima huruf; simbol huruf mîm ditemukan dua huruf; simbol huruf fa‟ ditemukan sebanyak dua huruf. Berikutnya masih dalam gambar yang sama, tetapi pada halaman 431, yaitu terdapat tiga simbol gramatikal bahasa Arab yang digunakan di antaranya, simbol huruf kha‟ ditemukan tujuh huruf; simbol huruf mîm ditemukan tiga huruf; simbol huruf fa‟ ditemukan sebanyak satu huruf. Berdasarkan penelitian atas kelima gambar di atas, menunjukkan bahwa Kiai „Arifun memilih tiga simbol gramatikal bahasa Arab dalam terjemahannya di antaranya, (1)mȋm, posisinya mubtadâ‟ yang diistilahkan dengan kata dining, i„rabnya rofa„ dengan
ammah; (2)kha‟ posisinya khabar diistilahkan kata
panikah i‟rabnya rofa‟ dengan ammah; (3)fa‟, posisinya fâ„il yang diistilahkan dengan kata paserah, (untuk „âqil), dan kata ponapah (untuk ghairu „âqil), ‟rabnya rafa„ dengan ammah. Ringkasnya dapat dirangkum dalam tabel berikut: Tabel 5: 10 Penggunaan Simbol Gramatikal Bahasa Arab dalam Terjemahan afs r al-Jalalain Karya Kiai ‘Arifun Gambar
Halaman
Jilid
16
29
1
Terjemahan Tafsir Surah al-Baqarah
Jumlah Simbol
17
40
1
al-Baqarah
م:1
خ:5
17
41
1
al-Baqarah
م:3
خ:3
18
76
1
al-Baqarah
م:4
خ:6
18
77
1
 al-Baqarah
م:1
خ:2
19
350
1
Âli „ mran
م:2
خ:3
19
351
1
Âli „ mran
م:3
خ:4
ف:2
20
396
1
Âli „ mran
م:3
خ:6
ف:2
20
397
1
Âli „ mran
م:1
خ:2
ف:2
21
430
2
Âli „ mran
م:2
خ:5
ف:2
21
431
2
Âli „ mran
م:3
خ:7
ف:1
م:2
خ: 10 ف:3
ف:2
143
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian penbahasan yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan ke dalam beberapa poin berikut, sebagai jawaban dari rumusan masalah dalam bab satu: 1.
Kiai „Arifun menggunakan dua metode dalam terjemahannya, yaitu metode harfiyyah. dan tafsiriyyah. Terjemah harfiahnya terdiri dari dua bentuk, pertama, terjemah harfiah yang terdapat dalam terjemah model gandul, bahasanya telah disesuaikan dengan Bahasa Arab. Kedua terjemah harfiah yang diletakkan setelah terjemahan model gandul, yaitu berupa komentar atau penejlasan penerjemah yang bahasanya telah disesuaikan dengan gaya Bahasa Madura.
2.
Keterangan tambahan yang terdapat dalam terjemahan Kiai „Arifun, ada pada jilid satu surah al-Baqarah, yaitu di awali dengan kata fâ‟idah i ah dan setelah kata auluhu ta‟ala. Kata fâ‟idah ditemukan lima kata di antaranya: (1)Dalam terjemahan tafsir surah al-Baqarah, di dalamnya menerangkan tentang fâ‟idah membaca surah al-Baqarah; (2)Dalam terjemahan tafsir surah al-Baqarah ayat enam, menerangkan tentang bacaan isti„âdzah; (3)Dalam terjemahan tafsir surah al-Baqarah ayat 7, menerangkan tentang perbedaan pendapat Ulama tentang bacaan basmalah; (4)Dalam terjemahan tafsir surah al-Baqarah ayat 34, menerangkan tentang Iblis. Sedangkan kategori kata i ah terdiri dari satu keterangan tambahan yaitu terdapat dalam terjemahan tafsir surah al-Baqarah ayat 65, yakni menerangkan tentang kisah Nabi Musa. 143
144
Keterangan tambahan juga terdapat dalam kata
auluhu ta‟ala, yaitu
terjemahan tafsir surah al-Baqarah ayat satu, di dalamnya menerangkan tentang makna alif lâm mîm. Selain kategorisasi fâ‟i ah i ah dan qauluhu ta‟ala, keterangan tambahan juga berbentuk catatan kaki, yaitu ada dalam jilid dua surah an-Nisâ‟, jilid tiga surah al-Mâ‟idah, dan surah al-A„râf. Catatan kaki tersebut berupa i‟lâl al-kalimahnya lafal dalam tafsir Jalâlain, komentar penerjemah, dan penegasan penerjemah atas terjemahan harfiah. 3.
Dalam terjemahan Kiai „Arifun jilid satu sampai jilid 12, ada tiga simbol yang digunakan secara konsisten di beberapa jilid di antaranya: pertama, huruf mim yang menunjukkan posisi mubtadâ‟ diistilahkan dengan kata dining; kedua, huruf kha‟ yang menunjukkan posisi khabar diistilahkan dengan kata panikah; ketiga, huruf fa‟ yang menunjukkan posisi fâ„il. Adapun fâ‟il „âqil diistilahkan dengan pasirah dengan huruf fa‟ yang dipanjangkan, sedangkan fâ„il ghairu „âqil diistilahkan dengan kata punapah dengan huruf fa‟ yang dipendekkan.
B. Saran Sesuai sifat dasar penelitian kelimuan, bahwa dalam sebuah penelitian pasti masih menyisakan masalah yang belum tuntas, oleh karena itu akan sangat berharga jika dapat dikaji lebih lanjut mengenai bagaimana posisi “Tarjamah afs r al-Jalâlain litashȋli al-Fikri Bahasa Madura” dalam literatur studi alQur‟an. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai tafsir atau terjemah alQur‟an berbahasa daerah. Mengingat masih kurangnya kajian seputar terjemah alQur‟an ataupun terjemah tafsir al-Qur‟an, khususnya dalam Bahasa Madura, padahal selain karya terjemahan Kiai „Arifun masih ada kaya terjemahan lainnya,
145
seperti al-Qur‟an Tarjamah Basa Madura yang menggunakan aksara latin, dan Tarjamah Tafsîr al-Jalâlain bi al-lughah al-Madûriyyah dengan menggunakan aksara peggu (Aksara Arab- Bahasa Madura). Penulis merasa bahwa dalam karya skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan yang kiranya pembaca dapat memakluminya, karena penulis pun masih dalam tahap belajar. Ahir kata, semoga skripsil ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, para pembaca, dan orang lain pada umumnya. Âmîn.
146
DAFTAR PUSTAKA „Arifun, Muhammad.
arjamah
afs r al-Jalâlain litashîli al-Fikri Bahasa
Madura. volume 1, Surabaya: Mutiara Ilmu, t.t. ---------. arjamah afs r al-Jalâlain litashîli al-Fikri Bahasa Madura. volume 2, Surabaya: Mutiara Ilmu, t.t. ---------. arjamah afs r al-Jalâlain litashîli al-Fikri Bahasa Madura. volume 3, Surabaya: Mutiara Ilmu, t.t. Akmaliyah. Wawasan dan Teknik Terampil Menerjemahkan;Pedoman bagi Mahasiswa dan Pemula. Bandung : N & Z Press, 2006. Amir, Mafri dan Lilik Ummi Kaltsum. Literatur Tafsir Indonesia Jakarta. Jakarta: Lembaga penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2011. A.Rohmana, Jajang. “Kajian al-Qur‟an di Tatar Sunda; Sebuah Penelusuran Awal,” Suhuf VI, no.2, (November, 2013): h. 197-219. Azra, Azyumardi. Jaringan Ulama: Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII & XVIII. Jakarta: Kencana, 2013. -------. “Naskah Terjemahan Antarbaris Kontribusi Kreatif Dunia Islam Melayu Indonesia,” dalam Hendri Chamber Loir, (ed.). Sadur Sejarah Terjemahan di Indonesia dan Malaysia. Jakarta:Kepustakaan Populer Gramedia, 2009. Ainul Yakin, Nico, (ed). Syaikhona Kholil Bangkalan, Penentu Berdirinya Nahdlatul Ulama (Surabaya: Khalista, 2012). Ar-Rahma. “Ragam Pemaparan Faidah Ayat al-Qur‟ȃn dalam Tafsîr al-Ibrȋz Karya KH. Bisri Musthafa.” Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014. Dzulkifli, Iip. “Ngalogat di Pesantren Sunda Menghadirkan yang dimangkirkan.” dalam Hendri Chamber Loir, (ed.). Sadur Sejarah Terjemahan di Indonesia dan Malaysia. Jakarta:
Kepustakaan
Populer
Gramedia,
2009. Edi Sedyawati, dkk, (ed.). Sastra Jawa: Suatu Tinjauan Umum (Jakarta: Pusat Bahasa Balai Pustaka, 2001). Fakultas Ushuluddin, MFTI. Tafsir al-Jami„ah; Sebuah Kajian Enam Tafsir Surah al-Fathihah. Bandung: Pustaka, 1990.
146
147
Gusmian, Islah. Khazanah Tafsir Indonesia; dari Hermenetika hingga Ideologi. Jakarta: Teraju, 2003. -----------.
“Karakteristik
Naskah
Terjemahan
al-Qur‟an
Pegon
Koleksi
Perpustakaan Masjid Agung Surakarta,” Suhuf V, no.1 (2012): h.51-71. -----------. “Bahasa Aksara Tafsir al-Qur‟an di Indonesia dari Tradisi, Hierarki hingga Kepentingan Pembaca,” Tsaqafah, VI, no.1 (April 2010): h.1-23. Hamid, Abdul dan Ahmad Mahfudz Ziyâdî. Nubdah al-Bayân fȋ Talilȋ Ma„rifah Qawâ„i Siyâ i Kalâm Ahl „irfân; Program Akselerasi Baca Kitab Kuning Bagi Pemula dan Santri Kecil. Pamekasan: Tim Penyusun “Nuba” Palduding Pamekasan, t.t. Hannan Tibyan, Abdul. al-Iktisyȃf fȋ
a r bi Qirâ„ah Kutubi al-salaf li al-
Mubtadi‟ȋn. Pamekasan: Puncak Darus Salam, t.t. Imam Jalâluddȋn al-Suyu i, Samudera Ulumul Qur‟an al-Itqan fî Ulumul Qur‟an. Penerjemah, Farikh Marzuki Ammar, dkk. Surabaya: Bina Ilmu Surabaya, 2006. Irhamni, “Kearifan Lokal Pendidikan Pesantren Tradisional di Jawa: Kajian atas Praktek Penerjemahan Jenggotan,” Ulumuna Jurnal Studi Keislaman XV, no.1 (1 Juni 2011), h.95-118. Khaliq, Abdul. Matan al-Jurmiyyah li al-Imȃm Shonhaji Terjemahan dan Penjelasannya. Pamekasan: Pondok Pesantren Darussalam, t.t. Lubis, Ismail. Falsifikasi al-Qur‟an Departemen Agama Edisi 1990. Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2001. al-Ma alli, Imâm Jalâluddȋn dan Imâm Jalâluddȋn al-Suyȗtȋ. Terjemah Tafsîr alJalâlain berikut Asbaabun Nuzul Ayat Surah al-Fatihah s.d. Surah. alAn„âm. Penerjemah Bahrun Abu Bakar. Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2012. ---------------------. Tafsîr al-Jalâlain berikut Asbaabun Nuzuul Ayat Sûrah alâtihah s. . S rah al-Isrâ‟, Jilid 1, Penerjemah
Bahrun
(Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2009), h.609-620. Ma„rifat, M.Hadi. Sejarah al-Qur‟an. Jakarta: al-Huda, 2007.
Abu
Bakar
148
Mujtabi Thaifur, Muhammad. Kaifiatu Rumzi al-Ma„âni li al-Madâris wa alMa„âhid al-Islâmiah. Kediri: T.pn., t.t. Munadi, Fathullah. “Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari dalam Konteks Kajian al Qur‟an di Nusantara.” Tesis Sekolah Pascasarjana, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009. Munip, Abdul. Transmisi Pengetahuan Timur Tengah ke Indonesia; Studi tentang Penerjemahan Buku Berbahasa Arab di Indonesia 1950-2004. Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan, 2010. Pudjiastuti, Titik. Seri Kajian Filologi; Naskah dan Studi Naskah. Bogor: Akademia, 2006. al-Qa an, Mannâ„. Mabâhits f „Ul m al-Qur‟ân. Penerjemah Muzakkir As. Bogor: Litera Antar Nusa, 1996. ----------. Mabâhits fi Ulum al-Qur‟an. Penerjemah Ainur Rafiq el-Mazni. Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2009. al-Qur ubȋ. al-Jâmi„ al-A kâm al-Qur‟ân. Penerjemah Fathurrahman, dkk. Jakarta Pustaka Azzam, 2007. al- âbûni, Mu ammad „Ali. al-Tibyân fî „Ul m al-Qur‟ân: Ikhtisar UlumulQur‟ân Praktis. Penerjemah Muhammad Qodirun Nur. Jakarta: Pustaka Amani, 2001. al-Syanqi i. Tafsîr A wâ‟ul Bayân. Penerjemah, Bari, dkk. Jakarta: Pustaka Azzam, 2007. al-Syaukȃnȋ. al- afs r at al-Qadîr (al-Jâmȋ‟ baina al-Riwâyah wa al-Dirâyah min „Ilm). Penerjemah Amir Hamzah Fachruddin. Jakarta: Pustaka Azzam, 2011. Saifuddin, “Tradisi Penerjemahan al-Qur‟an ke dalam Bahasa Jawa:Suatu Pendekatan Filologis,” Suhuf VI, no.2 (November 2013): h.225-247 Shihab, M.Quraish. Tafsîr al-Misbah; Pesan dan Kesan Keserasian al-Qur‟an. Ciputat: Lentera Hati, 2000. el-Shirazy, Ahmad Mujib, (ed.). Anotasi Kitab Kuning: Khazanah Intelektualisme Pesantren di Indonesia (Jakarta: Darul Ilmi, 2007). Suma, Muhammad Amin. Ulumul Qur‟an. Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2013.
149
Suryadilaga, Muhammad Alfatih. “Suntingan Teks Tafsir Jalalayn,” Jurnal Studi Ilmu-Ilmu al-Qur‟an an Ha is XI. no.2 ( Juli 2010): h.227-249. Syarif Hidayatullah, Moch. Pengantar Linguistik Arab Klasik Moderen. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2010. --------. Tarjim al-An; Cara Mudah Menerjemahkan Arab- Indonesia. Tanggerang: Dikara, 2010. Shaleh, Abdul Qadir, dkk., (ed.). Islam Nusantara:Sejarah Sosial Intelektual Islam di Indonesia. Jogjakarta:Ar-Ruzz Media, 2007 Syihabuddin. 2005. Penerjemahan Arab-Indonesia. Bandung : Humaniora, 2005. Taufik, M.Tata. “Problematika Kebahasaan Terjemah,” Affa
„Arabiyyah I,
no.2 (Juni 2007): h.166-187 Terjemah Tafsir Jalalain versi 2.0 by Dani Hidayat-myface-online.blogspot.com (Software- Terjemahan Tafsir Jalalain bahasa Indonesia). Brunnessen, Martin van. Kitab Kuning Pesantren dan Tarekat. Bandung: Mizan, 1999. Zaki Fuad, Imam. “Kajian atas Kitab Hâsyîah al-Sâwî „alâ Tafsîr al-Jalâlain.” Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011. Ahmad Sofyan dalam “Fonologi Bahasa Madura,” Humaniora XXII, no-2 (Juni 2010): h.207-218. Artikel ini diakses pada 1 Januari 2015 dari http://www.google.com/search?q=dialek+bahasa+madura& Ali Abu Bakar Basmalah, “Memahami Kitab Kuning Melalui Terjemahan Tradisional
(Suatu
Pendekatan
Tradisional
Terjemahan
Pondok
Pesantren).” Artikel diakses pada 5 Maret 2013 dari http://digilib.uinsuka.ac.id/id/eprint/441 Ali, Moch, “BAHASA JAWA-KITABI DIALEK MADURA DALAM NASKAH CARETA QIYAMAT.” Artikel diakses pada 19 November 2013 dari http//eprints.uny.ac.id/id Eri
Hariyanto,“Respon
Peluang
dan
Tantangan
Terjemah
al-Qur‟an
berbahasa Madura.” Artikel ini diakses pada 19 April 2013 dari http://dualmode.kemenag.go.id/acis11/file/dokumen/KumpulanMakalahPr esentedPapers.pdf#pag6
150
Fahrurrazi, “Cara memanggil nama panggilan orang di Madura,” Linguistic Akademika I, no.3 (2012): h.260-273. Artikel ini diakses pada 27 Oktober 2014 dari www.linguistikademia.files.wordpress.com Sulaiman Ibrahim, “Lokalitas Tafsir Bahasa Bugis: Telaah atas Metodologi Tafsir Anre Gurutta Daud Ismail.” Artikel diakses pada 4 Oktober 2013 dari http://dualmode.kemenag.go.id/acis11/file/dokumen/5.SulaimanIbrahim.p dfdf Wawancara Pribadi dengan Abdul Bari. Jember, 25 Oktober 2013. Wawancara Pribadi dengan Muhammad „Arifun. Jember, 12 April 2013. Wawancara Pribadi dengan Muhammad „Arifun. Jember, 25 Oktober 2013. Wawancara Pribadi dengan Siti Munawaroh. Jember, 25 Oktober 2013. Wawancara Pribadi dengan Shaleh Alidrus. Surabaya, 28 Januari 2014. Wawancara Pribadi dengan Muhammad Masyhud. Surabaya, 28 Januari 2014. Wawancara Pribadi dengan Muhsinin Bawazir. Bangkalan, 28 Oktober 2013. Wawancara Pribadi dengan Abdul Bari, Jakarta-Jember (via handphone, 5 Februari 2015 Wawancara Pribadi dengan Siti Munawaroh, Jakarta-Jember (via handphone), 14 Februari 2015
LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1 BIODATA INFORMAN 1 Nama
: Muhammad „Arifun
Tempat/tgl lahir
: Bangkalan, 1 Januari 1927
Alamat
: Jl. Pondok Pesantren Darul Ulum al-Ishaqi, Dusun Kerajan, Desa Tisnogambar, Kecamatan. Bangsalsari, Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur
Jabatan
: Penasehat Pesantren Darul Ulum al-Ishaqi &Pembimbing KBHU (Kelompok Bimbingan Ibadah Haji Plus & Umrah)
151
152
2 Nama
: Abdul Bari
Tempat/tgl lahir
: Jember 12 Juli 1963
Alamat
: Jl. Pondok Pesantren Darul Ulum al-Ishaqi, Dusun .Kerajan, Desa. Tisnogambar,kecamatan. Bangsalsari, Kab.Jember, Prov.Jawa Timur
Jabatan
: Pengasuh Pesantren Darul Ulum al-Ishaqi & pengelola KBHU (Kelompok Bimbingan Ibadah Haji Plus & Umrah)
153
3 Nama
: Siti Munawaroh
Tempat/tgl lahir
: Jember 22 oktober 1974
Alamat
: Jl. Pondok Pesantren Darul Ulum al-Ishaqi, Dusun Kerajan, Desa Tisnogambar, Kecamatan Bangsalsari, Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur
4
5
Nama
: Saleh Alaydrus
Alamat
: Jl. Panggung No.121 Surabaya
Jabatan
: Pengurus Penerbit Mutiara Ilmu
Nama
: Masyhud
Alamat
: Jl.Sasak No 71, Ampel, Surabaya
Jabatan
: Pengurus Penerbit Mutiara Ilmu
154
6 Nama
: Muhsinin Nabil Rabbani
Tempat/tgl lahir
: Jember Maret 1976
Alamat
: Jl.Pondok Pesantren Ibnu Sholeh, Dusun
Tengginah, Desa Ombul, kecamatan Arosbaya, Kabupaten Bangkalan, Kepulauan Madura, Provinsi Jawa Timur. Jabatan
: Kepala sekolah Madrasah Diniah Ibnu Sholeh Desa. Ombul, Arosbaya, Kabupaten Bangkalan
155
Lampiran 2 Foto Bersama Kiai Muhammad „Arifun di Pesantren Darul Ulum al-Ishaqi
156
157
Lampiran 3 Cover Kitab Tarjamah
r al- l lain litashîli al-Fikr Bahasa Madura
Jilid ke-1 Sampai Jilid ke-12
158
159
160
161
162
163
164
Lampiran 4 Surat Keterangan Wawancara dengan Muhammad „Arifun
165
Lampiran 5 Hasil Transkip Wawancara dengan Penerjemah Tafsir al-Jalâlain (Kiai Muhammad „Arifun). Jember, 12 April, 3 Maret dan 25 Oktober 2013 +Nama lengkap anda? -
Muhammad „Arifun
+Tempat tanggal lahir anda? -
Saya dilahirkan di Kota Bangkalan, Dusun Beleggung Bungkak, Desa Konang, Kabupaten Bangkalan Madura. Pada tahun 2014 nanti saya berumur 100 tahun jadi kira-kira tahun 1914 lalu saya dilahirkan. Meskipun saya tidak mengetahui pasti mengenai hari, tanggal dan bulannya, maklum saya sudah ditinggal ayah sejak umur 10 tahun. Mungkin orang jaman dulu belum sempat menuliskan tempat tangal lahir anaknya. Namun sejak saya menetap di Jember bersama istri saya membuat ktp (kartu tanda penduduk) dan tetala saya tercantum tanggal lahir 1 Juli tahun 1927.
+Nama ayah dan ibu anda? -
Nama ayah saya K.H.Hasan Basri dan nama ibu saya Nyai Mayri
+Jumlah Saudara Kandung -
Saya anak kelima dari lima bersaudara di antaranya: 1. Sejati, ia menetap di dusun Beleggung Bungkak Konang Bangkalan Madura
166
2. KH M.Bachri, ia menetap di dusun Beleggung Bungkak Konang, kabupaten Bangkalan, Kepulauan Madura 3. K.H Baidowi, ia menetap di Pondok Jeruk, Kec.Jombang, Kab.Jember Prov.Jatim. 4. Tomo, ia menetap di Pondok Jeruk Jombang Jember Jatim 5. Muhammad Arifun, saya sendiri yang sekarang menetap di dusun Karangsari, Desa Tisnogambar, Kecamatan Bangsalsari, Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur. (Pengasuh Pondok Pesantren Darul Ulum Al-Ishaqi Karangsari Tisnogambar Bangsalsari Jember Jatim) + Dimana Anda Menuntut ilmu? -
Ketika umur saya menginjak 10 tahun 1937- 1962, saya menuntut ilmu mulai dari kelas Ibtidaiyyah sampai kelas Aliyah di Pesantren Al-Wafa Temporejo, Jember, pengasuhya adalah K.H. Abdul „Aziz. Jadi saya menghabiskan waktu di Pesantren tersebut selama 19 tahun.
+Nama Istri Anda? -
Nyai Shofiyah
+Pada tahun berapakah anda bertemu dengan Nyai Shofiyah, yang kemudian memutuskan untuk menikahinya? -
Pada tahun 1963 bertemu dengan Nyai Shofiyah di Pesantren Darul Ulum AlIshaqi Tisnogambar. Awalnya saya disuruh membaca kitab dardir oleh ayah Nyai Shofiyah yaitu Kiai Ishaq dalam acara Maulid Nabi Muhammad di
167
kediamannya pesantren Darul Ulum Al-Ishaqi. Setelah itu, saya diminta Kiai Ishaq untuk menikahi putrinya Nyai Shofiyah. Awalnya saya menolak menikahi putrinya dengan alasan saya tidak pantas dengan putri Kiai Ishaq. Namun, Kiai Ishaq menjawab, ”Aku tidak perlu menantu kaya tetapi aku hanya perlu menanantu yang kaya akan ilmu.” Mendengar ucapan Kiai Ishaq tersebut, ahirnya saya
menikahi putrinya Nyai Shofiyah yang saat
itu
berumur 17 tahun. +Tahun berapakah istri anda wafat? -
Istri saya wafat pada tahun 1990. Setelah istri saya wafat karena sakit dan sempat di opname selama 13 hari.
+Sejak tahun berapakah anda -
Sejak istri saya meninggal pada tahun 1990, saya memutuskan berpuasa mengikuti puasa Nabi Nuh. Saya sempat ditawari untuk menikah lagi oleh keluarga saya namun saya tidak menginginkannya. Jadi sampai saat ini saya belum menginginkan mencari wanita untuk menggantikan posisi istri saya,
+Siapa sajakah guru-guru yang sudah mengajari anda? -
Kiai Baidowi, Kiai Mohamma Bahri, dan Kiai Abdul‟aziz
+Pelajaraan apakah yang paling anda minati? -
Ilmu alat bahasa Arab:ilmu nahwu seperti al-jurumiyyah, dan ilmu sharf
+Bagaimanakah metode yang anda gunakan dalam terjemahan anda -
Saya menggunakan terjemahan harfiah, agar bisa dijadikan kamus ArabMadura. Selain itu, terjemahan di bawahnya, untuk meringkas potongan tafsir yang diterjemahkan diatasnya.
168
+Dialek kabupaten manakah yang digunakan anda dalam terjemahan tersebut? -
Dialek yang digunakan dalam terjemahan Tafsir al-Jalâlain adalah dialek Perbasaaan Pamekasan,. Saya berguru dengan dengan K.H.
Abdul „Aziz
selama19 tahun, beliau menggunakan Perbasaaan Pamekasan baik dalam percakapan sehari-hari maupun dalam mengajar dan pemaknaan kitab. Hal inilah yang berpengaruh besar dalam pemilihan dialek Perbasaaan Pamekasan dalam setiap kitab yang saya terjemahkan +Tahun berapakah anda masuk pesantren al-Wafa Temporejo? -
Saya masuk pesantren Pada tahun 1937 sampai 1962
+Umur berapakah anda memulai belajar membaca al-Qur‟an? -
Saya belajar al-Qur‟an sejak umur 7 tahun dengan kakak kandung saya yang bernama Baidhowi di Pondok Jeruk jombang
+Apa yang menyebabkan anda melakukan penerjemahan terhadap Tafsir alJalâlain ke dalam bahasa Madura? -
Agar mempermudah para santri untuk memahami tafsir jalalain dalam bahasa Madura, selain itu bisa belajar nahwu juga dalam terjemahan tersebut, dan kitab tersebut bisa dijadikan kamus bahasa arab-Madura
+Apa saja yang anda lakukan selama di pesantren? -
Ketika umur 19 tahun, saya diperintahkan Kiai Abdul „Aziz mengembala kerbau dan menjadi “Khadimul Bayt” (Pembantu rumah). Saya membantu beberapa pekerjaan yang ada di pesantren, mulai dari mengajar santri, mengembala kerbau, dan menjual kitab-kitab pesantren kepada para santri.
169
Setelah saya tamat kelas 6 ibtidaiyyah, saya diperintah Kiai Abdul „Aziz untuk mengajar santri. +Tahun berapakah anda menerjemahkan Tafsir al-Jalâlain ? -
Sekitar tahun 1980, awalnya saya melakukannya atas perintah Kiai Abdul „Aziz, namun setelah Kiai Abdul „Aziz wafat saya berinisiatif untuk melanjutkan penerjemahan tersebut sampai selesai.
170
Lampiran 6 Hasil Transkip Wawancara dengan Anak Kiai „Arifun (Kiai Abdul Bari dan Nyai Siti Munawaroh). Jember, 3 Maret dan 25 Oktober 2013 +Selama ayah anda (Kiai „Arifun) memutuskan berpuasa, apa saja menu makanan buka puasanya ? -
Sahurnya dengan pisang, buka puasanyadengan nasi putih saja
+Siapakah pentashih dalam terjemahan anda? -
Kiai Fathu Ar-Razi Pesantren Umbul Sari, saya sendiri Muhammad „Arifun, dan anak pertama saya Abdul Bari, ia melakukan koreksi pada Juz 9.
+Tinggal berapa lagi yang mau diterbitkan -
Kurang 3 juz lagi yakni juz 27, 28, dan juz 29
+Dimanakah andamelakukan penerjemahan jilid 1sampai 8 dan juz „Amma? -
Saya melakukan penerjemahan tersebut di Ponpes Al-Ishaqi, Kabupaten Jember.
+Setelah saya amati terjemahan ayah anda (Kiai „Arifun ) sampai surah alzumar. Kira-kira kelanjutannya masih dalam proses atau memang belum diterbitkan? -
Setelah ayah saya menyelesaikan surah al-Baqarah sampai al-Zumar dan Juz „Amma, ayah saya sakit dan semapat menginap di rumah sakit selama setengah bulan. Jadi , untuk sementara ayah saya menghentikan penerjemahannya. Setelah beliau sembuh barulah melanjutkan penerjemahan dan Alhamdulillah ahirnya selesai juga. Jadi sekarang ada di penerbit Mutiaran Ilmu, yang insyallah akan diterbitkan tahun 2014 nanti
171
Hasil Transkip Wawancara dengan Anak Kiai „Arifun (Kiai Abdul Bari dan Nyai Siti Munawaroh) Via Handphone, 5 Februari dan 14 2015 +Siapa sajakah nama-nama anak Kiai „Ariun? -Anak Kiai „Arifun ada lima, dua laki-laki dan dua perempuan 1
Anak pertama, Abdul Bari. Ia sekarang ada di Pesantren Darul Ulum AlIshaqi bersama Kiai „Arifun
2
Anak kedua, Kahiruddin. Ia sekarang ada di Pesantren Darul Ulum Al-Ishaqi bersama Kiai „Arifun
3
Anak ktiga, Muniroh, Ia sekarang menjadi pengasuh di Pesantren Mambaul Ulum, Kota Jember
4
Anak keempat, Tuhfatul Mardiah, Ia sekarang ada di Pesantren Darul Ulum Al-Ishaqi bersama Kiai „Arifun
+Tahun berapakah Kiai „Arifun pertamakali melakukan aktifitas penerjemahan? -Sebenarnya aktifitas penerjemahan atau pemkanaan kitab kuning, telah dilakukan Aba (Kiai „Arifun) sejak di pesantren di saat bersama Kiai „Abdul „Aziz dan ustad-ustad lainnya. Namun aktifitas tulis-menulis sehingga akhirnya
menghasilkan sejumlah karya terjemahan kitab-kitab berbahasa
Arab dalam bahasa Madura dilakukan semenjak ada di Pesantren Darul Ulum Al-Ishaqi sejak tahun 1970 sampai 1999. +Tahun berapakah Kiai „Arifun memulai penerjemahan dalam Bahasa Madura?
l-
l lain
172
-Untuk awal penerjemahan
l-J l lain saya belum mengetahui pasti,
masih akan saya tanyakan ke Aba (ayah). Namun, untuk penerjemahan l-J l lain dalam bahasa Madura sempat berhenti pada tahun 1975, karena Aba (Kiai „Arifun) sempat jatuh dan dirawat di rumah sakit. Berhentinya penerjemahan
r l-J l lain hanya jedah setahun. Pada tahun 1977 Aba
melajutkan penerjemahan
l-J l lain sampai tahun 1999. Pada tahun
1999 ini pula Aba mulai berhenti melakukan aktifitas penerjemahan kitab kuning berbahasa Arab dalam bahasa Madura, karena gangguan mata sebelahnya akibat pernah jatuh. +Adakah karya-karya Kiai „Arifun selain Taysîru al-Kh l q i ‘Ilmi l- khl q bi al-Lughah l-
riyyah,
l-Qarib Bahasa Madura al-Juz al-Awwal,
al-Qarîb Bahasa Madura alLughah l-
l-
n,
i
h l-hi
h
j m h il al-
riyyah, Daqaiq al-Akhbâr il al-Lughah l-
riyyah yang
telah saya tanyakan dan saya beli tahunn 2013 lalu? -Ada tiga karya kitab terjemahan Abah di antaranya (1) berjumlah (2)
satu
jilid,
dan
diterbitkan
oleh
’lim al-Mut ’ llim
al-Ma‟arif
Surababya
tan,berjumlah satu jilid, diterbitkan oleh al-Ma„arif Surabaya; (3)Ibnu
qil (syarah alfiyyah). Kitab ini merupakan kitab pertama yang selesai diterjemahkan Abah dalam bahasa Madura. Kemudian tulisan tangan hasil terjemahan Abah (Kiai „Arifun) diserahkan ke penerbit. Namun, belum ditemukan keberadannya di tempat penerbit. Dalam artian masih dalam pencarian, jadi belum diterbitkan.
173
Lampiran 7 Surat Keterangan Wawancara Penerbit Mutiara Ilmu
174
Lampiran 8 Hasil Transkip Wawancara dengan Penerbit Mutiara Ilmu Surabaya, 27 Oktober 2013 +Tahun berapakah kitab Tarjamah Tafs r al- al lain litashîli al-Fikri Bahasa Madura pertamakali diterbitkan? -
Kitab Tarjamah Tafsir al-Jalalain litashîli
al-Fikri Bahasa Madura
diterbitkan pertamakali pada tahun 1995. Mulai dari jilid 1 sampai jilid 8 dan jilid Juz ’Amm . Kesembilan jilid tersebut memuat juz 1- 28 dan Juz ’Amm , sedangkan tahun 1996 penerjemahannya berhenti karena Kiai „Arifun sakit. Kemudian beliau menyelesaikan penerjemahannya, dan naskahnya sekarang ada di penerbit Mutiara Ilmu. Insyallah naskah terjemahan yang memuat kelanjutan surah al-Zumar sampai surah al-Mursâlat. +Berapa kali kitab tersebut dicetak dan berapa jumlah kitab setiap cetakannya? -
Kitab tersebut sudah berkali-kali dicetak secara berkala. Setiap cetakannya 1000 lembar, 1 jilid sebanyak 1000 lembar.
+Hasil cetakan didistribusikan di daerah Madura saja atau kota-kota yang menggunakan bahasa Madura, seprti Jember, Bondowoso, Probolinggo, Sitobondo? -
Sementara ini permintaan pembeli dari kalangan Madura (Bangkalan, Pamekasan, dan Sumenep ) serta kabupaten Jember.
175
+Untuk judul, cover, warna, jilid, dan sistematika penulisan kitab tersebut merupakan salinan dari Kiai „Arifun, disamakan dengan hasil tulisan tangan Kiai „Arifun ataukah inisiatif dari penyalin atau penerbit? -
Model isi keseluruhan dari penerbit
+Inisatif siapakah variasi warna yang ada dalam setiap jilidnya -
Inisiatif dari penerbit
+Kira-kira apa maksud dari perbedaan warna setiap jilid dalam kitab tersebut? misalnya untuk menarik pembaca atau ada hal lain? -
Perbedaan warna hanya untuk menarik pembaca atau konsumen
+Bagaimanakah sosok “Kiai „Arifun” menurut sepengetahuan anda? -
Beliau adalah seorang yang mukhlis (ikhlas), sederhana, kasyaf, dan suhud atau hati-hati dalam masalah halal haram.
+Apakah sistematika penulisan kitab Tarjamah Tafsîr al-Jalalain litashîli alFikri Bahasa Madura disesuaikan dengan naskah tulisan tangan Kiai „Arifun? -
Awalnya kita menerima naskah terjemahan dari Kiai „Arifun berbentuk buku tebal kertas folio, kemudian naskah tulisan tangan tersebut ditulis ulang atau disalin oleh ahli khat. Setelah penyalinan selesai, salinan tersebut discan untuk diperbanyak.
+Berapa lamakah penyalinan naskah tulisan Kiai „Arifun? -
Kurang lebih memakan waktu 1 tahun dari jilid 1 sampai jilid 8 dan Jilid Juz „Amma.
176
+Jenis khat apakah yang terdapat dalam tulisan bahasa Arab dalam Tarjamah Tafsir al-Jalalain litashîli al-Fikri Bahasa Madura karya Kiai „Arifun ? -
Jenis tulisan Arab khat Naskhi
+Mau diadikan berapa jilidkah 3 surah yang belum diterbitkan tersebut? -
Awalnya sisa 3 surah tersebut sudah diterbitkan sebanyak 2 jilid, berhubung terlalu tebal maka akan dicetak lagi menjadi 3 jilid.
+Tahun berapakah Kiai „Arifun istirahat dari aktifitas penerjemahannya? -
Kira-kira tahun 1999 Kiai „Arifun menghentikan penerjemahanuntuk jilid 8, kemudian ia melanjutkan penerjemahannya jilid 8, 9, 10, dan jilid 11.
177
Lampiran 9 Hasil Transkip Wawancara dengan Ust.Muhsinin Nabil Rabbani (Alumni Pesantren Kemoneng, Cabang dari pesantren al-Wafa Temporejo) Surabaya, 27 Oktober 2013 +Apa yang anda ketahui tentang Kiai „Arifun? -
Di mata alumni santri pesantren temporejo, Kiai „Arifun dijadikan konsultan “Tempat konsultasi berbagai ilmu.” Ia adalah orang yang sangat terbuka dan sangat mudah dalam membagi ilmunya. Saya sebagai orang asli Jember mengenal Kiai „Arifun sebagai seorang kiai yang suhud, dan penuh hati-hati dalam mengambil keputusan hokum Islam atau bisa disebut dengan w
’.
Kiai „Arifun juga dikenal sebagai guru besar pesantren Temporejo dimata para alumni. +Siapakah Kiai Abdul „Aziz yang menjadi guru Kiai „Arifun Menurut sepengetahuan anda ? -
Kiai Abdul „Aziz adalah seorang kiai asal Pamekasan Madura, putra dari Kiai Abdul Majid. Ia adalah Pendiri Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata. Iamempunyai saudara yang bernama Kiai Baidhowi, pendiri pesantren Darul Ulum Banyuanyar. Kiai Abdul „Aziz dan saudaranya berguru kepada Saichona Kholil Bangkalan. Ada suatu kisah tentang Kiai Abdul „Aziz, Abdul Majid dan Kiai Baidhowi, mereka bercanda dalam berkompetisi dalam mengunggulkan pesantren yang mereka dirikan. Kiai Abdul Majid meyakinkan dirinya dan mengatakan, “Pondok pesantren saya mempunyai
178
kelebihan di bidang fikih.” Kemudian Kiai Baidowi meyakinkan dirinya tentang Pesantren asuhannya dan mengatakan “ Pesantren Banyuanyar mempunyai kelebihan di bidang ilmu alat bahasa Arab,” seperti ilmu n
wu,
araf, alfiyyah dan lain-lain. +Bagaimanakah sistem belajar di pondok pesantren al-Wafa Temporejo? -
Kurikulum belajar mengajar disana tidak mengalami perubahan sampai saat ini, kemudian berbagai aktivitas di pondok pesantren al-Wafa Temporejo Jember, Jawa Timur di antaranya: Petama,Shifr (kelas 0) kelas ini dibagi menjadi dua bagian: 1 Shifir A (Shullam al-Taufîq, Aqid h al- Aw m, Hidayah al-S byân) mata pelajaran tersebut dilaksanakan setiap pukul 08:30-10:30. 2 Shifr B ( Aqid tul Aw m,Hid y tu S iby n,S in tun N j ) Kedua, kelas I al-jurumiyyah, kelas II al jurumiyyah (melanjutkan pelajaran
kelas I). Ketiga, Kelas III Im it y, kelas
IV,Vdan VI kitab
Alfiyyah. Selain itu, ada juga mata pelajaran yang dilaksanankan setelah shalat lima waktu yang di bimbing langsung oleh kiainya yaitu Raden Kiai Abdul
„Aziz
Jadwal.
Adapun
mata
pelajarannya
sebagai
berikut:
Pertama,dzuhur terdiri dari pelajaran fikih dan hadits: Fathul Qarîb dan Shahih Bukhari Kedua,
terdiri dari pelajaran tasawwuf dan sharaf:
sharaf fi siraaji at-thalibin. ketiga, magrib:kitab ad-dasuuki. keempat, isya‟: y dan
t ’lim dan ki y tul
t ul Mu’in.
w m. kelima, shubuh, tafsir, Ibnu Aqil,
179
Kitab yang dipelajari setelah shalat lima waktu ini dipelajari terus menerus meskipun sudah hatam, di ulang-ulang samapai semua santri lancar dan hafal atas kitab-kitab tersebut. Pesantren temporejo termasuk pondok pesantren yang terkenal dengan ilmu alatnya seperti nahwu, sharaf, kaylani, alfiyyah. Kesemua ilmu alat dipelajari dan di ulang–ulang maka dari itu santrinya sampai lancar.dengan penjelasan mata pelajaran temporejo yang menggunakan sistem pondok salaf mulai dari masa Kiai „Arifun sampai sekarang memang tidak berubah sedikitpun. Dengan berbagai aktivitas belajar mengajar tersebut, tidak heran jika salah satu santrinya piawai menerjemahkan berbagai kitab kedalam bahasa Madura seperti Kiai Muhammad „Arifun. +Menurut anda bagaimana masyarakat Jember mengenal Kiai „Arifun? -
Dia adalah seorang „alim dan da‟i/muballigh yang sering diundang antar kota karena kepiawaannya dalam retorika ataupun menyampaikan pesan-pesan alQur‟an.
+ Apakah sebenarnya nama pesantren Kiai „Abdul „Aziz, karna di beberapa artikel di internet ada yang menyebutkan Pesantren Bustanul Ulum Temporejo, dan ada yang menyebut pesantren al-Wafa saja? -
Nama pesantren “Al-Wafa” berasal dari nama asal Kiai Abd.Aziz yaitu Muhammad „Ali Wafa. Kemudian sepulangnya dari ibadah haji, namanya diganti dengan „Abdul „Aziz. Nama pesantrennya “Bustanul Ulum al-Wafa”
180
+Apakah benar Kiai Bisri Musthafa, Rembang, Jawa Tengah, penulis tafsir I
z. dalam buku Syaikhona Kholil Bangkalan, Penentu Berdirinya Nahdlatul
Ulama, Fuad Amin Imron, menyatakan bahwa Musthafa Bisri, pernah menghimpun salah satu karya Syaikhona Kholil Bangkalan, yaitu tentang dzikir dan wirid dalam kitab berjudul al-
qi
h, dan tidak dijelaskan
Musthafa Bisri yang mana. Namun, dalam beberapa artikel yang saya temukan di internet, dijelaskan bahwa Kiai Bisri Musthafa, Rembang, Jawa Tengah, penulis Tafsîr I
z. adalah salah satu murid Syaikhona Kholil
Bangkalan? -
Ia benar itu yang dimaksud Kiai Bisri Musthafa, Rembang, Jawa Tengah, penulis tafsir Ib z. Syaikhona Kholil memang mempunyai murid-murid Madura dan Jawa Timur, yang berhasil mendirikan pesantren di Madura dan Jawa Timur.
181
Lampiran 10 Surat Keterangan Izin Penelitian di Museum Bayt al-Qur‟an TMII
182
Lampiran 11 Sejarah Ringkas Pergantian Pengasuh Pesantren Darul Ulum al-Ishaqi
183
Lampiran 12 Silsilah Penerjemah (Kiai „Arifun) dari dari Ayahnya (KH. Hasan Basri)
184
Lampiran 13 Skema Silsilah Penerjemah (Kiai „Arifun) dari Ayahnya (KH. Hasan Basri) Nabi Muhammad Saw MUHAMMAD Siti fatimah SAW
Husen al-Sabat
Isa al-Basori
Alwi Ummul Faqih
Sayyid Muhammad Panembahan Kulon
Ach. al-Muhajir
Abd.Malik Muhajir MUHAMMAD SAWKhon Abdulloh
Ny. Keddi kedaton
Ubaidillah
Ali Zainal Abidin
Ali Hadroh alMaut
Moch. al-Baqir
MUHAMMAD Moch. Murobbat SAW
Ja’ Far Sodiq
Ach. Jalaluddin
Moch. Jimadil Kubro Jamaluddin Husen MUHAMMAD SAW Aulana Ishaq + Sekar Dadu
Isa al-Basori
Ali Qolak Qosim
MUHAMMAD SAW Ainul Yaqin Sunan Kediri + Ny Murtasiya ( Putri R Rahmad Sunan Ampel)
‘Ali al-Aridi
Moch. Naqib
Moch. Sohibul Murobbat MUHAMMAD SAW
lanju
Syeh Khotib Gunung Sampang Syeh Zainal Abidin Candenah Kobenyar Ny.Kumala Tanjung Bumi Banmgkalan Ny.Tepi Aji Selasih + Syeh Abdul Mufid ( Keturunan Sayidina Ustman Bin Affan Sahabat Nabi)
Next Page
185
Lanjutan silsilah di atas........
Syeh Abdul Alim
Syeh Abdul Alam Prajjen
Bujuk Buk Pote
Bujuk Narip Angsanah Madura Bujuk Sabidin Alias KH Adbul Adhim sambiyeng timur KH.Hasan madura Basri Bleggung Bungkak konang madura
Sejati (Beleggung Bungkak Konang Bangkalan Madura)
KH.Moch Bachri (Beleggung Bungkak Konang Bangkalan Madura)
KH. Baidowi (Pondok Jeruk Jombang Jember Jatim)
Tomo Pondok (Jeruk Jombang, Jember, Jatim)
KH. Arifun (Pengasuh Pondok Pesantren Darul Ulum al-Ishaqi Karangsari Tisnogambar Bangsalsari Jember Jatim)
186
Lampiran 14 Ragam Pembuka Sûrah Terjemahan
f
l- l lain Bahasa MaduraKarya Kiai „Arifun
187
188
189
190
Lampiran 15 Ragam Penutup Sûrah Terjemahan
f r al-Jal lain Bahasa Madura Karya Kiai „Arifun
191
192
193
194
195
Lampiran 16 Cover Karya Intelektual Kiai „Arifun Selain Terjemahan Tafsir al-Jalâlain
196
197
198
199
Lampiran 17 Terjemahan Muqaddimah (Pendahuluan) Tafsir al-Jalalain dalam Bahasa Madura Karya Kiai „Arifun
200
Lanjutan Terjemahan Muqaddimah (Pendahuluan) Tafsir al-Jalalain Bahasa Madura Karya Kiai „Arifun
201
Lampiran 18 Cover “Al-Qu ’ n
j m hB
M du ” (Aksara Latin)
202
Lampiran 19 Kata Pengantar Pengasuh Jamaah Pengajian Surabaya (JPS)
203
Lampiran 20 Kata Pengantar Tim Penerjemah “Al-Qu ’ n
j m h B sa Madura” dalam Bahasa Madura
204
Lampiran 21 Kartu Nama Penerjemah, Keluarga Penerjemah, dan Penerbit Mutiara Ilmu Beserta Penerbit Karya Intelektual Kiai „Arifun Lainnya
205
Lampiran 22
Tabel Simbol Gramatikal bahasa Arab (Bahasa Jawa ) dalam kitab Kaifiyatu Rumzi al-M ’ ni li l-Madâris wa al-M ’ hid l-Islâmiyyah Karya Muhammad Mujtabi Thaifur, Kediri
206
207
Lampiran 23
Tabel Simbol Gramatikal bahasa Arab (Bahasa Madura ) dalam kitab al-Iktisyâf fi Tadrîbi Qirȃ’ h Kutubi al-Salaf li al-Mubt d'i’ȋn karya Abdul Hannan Tibyan, Pesantren Puncak Daru Salam (Pamekasan Madura)
208
209
210
211
212
Lampiran 24
Tabel Simbol Gramatikal bahasa Arab (Bahasa Madura ) dalam kitab Nubdah al-Bayân fi Talîli M ‘ if h Q w ’id Siy qi K l m Ahl ‘I f n; P og m Ak ele i B c Kit b Kuning Bagi Pemula dan Santri Kecil karya Abdul Hamid Ahmad Mahfudz Ziyadi & Tim Penyusun, dkk Pamekasan Madura
213
214
Lampiran 25
Tabel Simbol Gramatikal bahasa Arab (Bahasa Indonesia ) dalam kitabMatan al-Jurûmiyyah li al-Imâm l- onh ji d n Terjemahannya dan Penjelasannya karya Abdul Khaliq (Pondok Pesantren Darussalam, Pamekasan Madura)
215
Lampiran 26
Tabel Simbol Gramatikal bahasa Arab (Bahasa Jawa ) dalam “Memahami Kitab Kuning melalui Terjemahan Tradisional (Suatu Pendekatan Tradisional Terjemahan Pondok Pesantren),” 216 karya Ali Abu Bakar Basmalah, (Perpustakaan Digital UIN Sunan Kalijaga: Yogyakarta)
216
Lampiran 27 Tabel Simbol Gramatikal bahasa Arab (Bahasa Jawa ) dalam “Ngalogat di Pesantren Sunda Menghadirkan yang dimangkirkan, dalam Sadur Sejarah Terjemahan di Indonesia dan Malaysia karya Iip Dzulkifli yahya
217
217
218
Lampiran 28 BIODATA PENULIS SKRIPSI Nama
: Ummi Hannik
Nama Panggilan
: Hanny
Tempat tanggal lahir : Bangkalan 17 Juni 1989 Nim
: 109034000087
Alamat asal
: Jl. Ibnu Sholeh, Dusun Tengginah, Desa Ombul, Kecamatan Arosbaya, Kabupaten Bangkalan, Kepulauan Madura, Provinsi Jawa Timur, Kode Pos 69151
Alamat tinggal
: Jl.Sd Inpress RT/002, RW/009, Kampung Pisangan Barat, Kelurahan cireundeu, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tanggerang Selatan, Provinsi Banten.
Nomer Handphone
: 08176623560/ 081289830560
Email
:
[email protected]
Nama ayah
: Abi Hafas Asmuni
Tempat lahir ayah
: Desa Siwalanpanji, Kecamatan Buduran, Kota Sidoarjo, Jatim
Nama ibu
: Salimah
Tempat lahir ibu
: Desa Ombul, Kec.Arosbaya, Kabupaten Bangkalan, Madura
219
Pendidikan Formal 1 Taman Kanak-Kanak Dewi Masithoh, Kecamatan Arosbaya Bangkalan Madura (1994-1995) 2 Sekolah Dasar Negeri (SDN) 03 Ombul Tahun (1996-2001 3 Sekolalah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 02 Arosbaya Bangkalan Madura Jawa Timur Tahun (2002-2004) 4 Madrasah Aliyah Swasta (Mas) Nurus Sholah Desa Akkor, Kecamatan Palengaan, Kabupaten Pamekasan, Kepulauan Madura. Jurusan IPS Tahun (2006-2008) 5 S1 Jurusan Tafsir Hadits, Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2015 Pendidikan Non Formal 1 Kursus “Metode Praktis Memebaca Kitab Kuning” Program 6 bulan di PP.Darul Falah (Amtsilati), Kecamatan Bangsri, Kota Jepara, Provinsi Jawa Tengah (23 Agustus 2008- 1 Januari 2009) 2 Kursus computer program Operartor Office di Pusat Pendidikan & Teknologi Komputer “Gajah Mada” PareKediri-Jawa Timur Februari-Maret 2012
220
3 Kursus Bahasa Inggris 1 bulan di Development English course (DEC) di Juncancang Pamekasan Madura.(23 september-21 Oktober 2006) 4 Yayasan Pondok Pesantren Daru Lughah Islamic Center (DLIC). Desa Akkor, Kecamatan Palengaan, Kabupaten Pamekasan, Kepulauan Madura Tahun (2006-2008) 5 Madrasah Ibtidaiyah Diniyyah Yayasan Ibnu Sholeh Jawa Timur Tahun (1999-2004) Pengalaman Organisasi 1 LSM (Lembaga Seni MahasiswaIslam) Jabatan: Dev,Kesenian, tahun 2009 2 FORMAD (Forum Mahasiswa Madura) Jabatan, Dev Kesenian, tahun 2011 3 FLO (Foreigne Language Orientation), tahun 2010 4 FLP (Forum Lingkar Pena ), “Spesialis Puisi” Ciputat tahun 2010 5 Komunitas Dapur Seni “Spesialis Vokal” tahun 2012 Pengalaman Kerja Selama Kuliah: 1 Pengamen Sehari 2009 2 Kasir londri di “Roz Laudry” Jimbaran Bali, Liburan Kuliah bulan Juni-September 2010 3 Magang Reporter di Majalah Muzakki Lagzis, OktoberDesember 2010
221
4 Kasir Part Time Miinimarket “PRIMAMART” (Sekarang minimarketnya diganti Indomaret) Jl.Tarumanegara no.72 Kelurahan cireundeu, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tanggerang Selatan, Provinsi Banten. Juli 2011-Maret 2012 5 Kontrak kerja jasa pengetikan Bahasa Arab di Digitama bulan Juni-Juli tahun 2013 6 Freelance waitress (Pelayan) Restoran “Soto Kauman Kudus” 2012-2014 7 Relawan Quick Count Pileg 9 April & Pilpres 9 Juli 2014 8 Freelance Surveyor Pileg “Lembaga Indikator Politik Indonesia” 1 Februari 2014 9 Freelance Surveyor Pileg & Pilpres “ Lembaga Index Indonesia” Februari-Juni 2014 10 Tim Sosial Media (Tim Sukses Capres Prabowo Subianto) PT.Think Big Indonesia, bulan Juni 2014 11 Freelance Mistery Observation (Mo) di Indoriset April 2014