1|Antologi UPI
Volume
Edisi No.
Juni 2016
MODEL PROCESS ORIENTED GUIDED INQUIRY LEARNING (POGIL) DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD Honey Choirunnisa¹, Novi Yanthi², Didin Syahruddin³ Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya keterampilan proses sains siswa kelas IV di SD Negeri Sukahati 02. Berdasarkan observasi di kelas IVB bahwa pemebelajaran IPA yang dilakukan merupakan transfer ilmu dari guru kepada peserta didik. Sehingga keterampilan proses sains yang dimiliki siswa rendah. Sedangkan keterampilan proses sains merupakan salah satu dimensi dari hakikat IPA yang tidak dapat dipisahkan. Oleh karena itu diperlukann suatu perbaikan, salah satunya dengan menerapkan pembelajaran model Process Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL) untuk meningkatkan keterampilan proses sains. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran penerapan model POGIL dalam pembelajaran IPA untuk meningkatkan keterampilan proses sains siswa. Metode penelitian yang digunakan peneliti adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan desain yang digunakan Elliot. Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 siklus dan setiap siklusnya terdiri dari beberapa tindakan. Instrumen yang digunakan untuk menunjang penelitian ini adalah lembar soal pilihan ganda, lembar observasi, catatan lapangan, dokumentasi. Hasil yang diperoleh selama penelitian dengan menerapkan model POGIL dalam pembelajaran IPA terlihat bahwa keterampilan proses sains siswa sudah berkembang karena model pembelajaran POGIL terfokus pada proses memperoleh konsep. Hal ini terbukti dengan meningkatnya rata-rata nilai yang diperoleh dari hasil evaluasi yang dilakukan pada setiap siklusnya.
Kata Kunci: Keterampilan Proses Sains, Model POGIL
¹penulis penanggungjawab ²penulis penanggungjawab
Honey Choirunnisa¹, Novi Yanthi², Didin Syahruddin³ Model Process Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL) dalam Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa SD | 2
PROCESS ORIENTED GUIDED INQUIRY LEARNING (POGIL) TO IMPROVE SCIENCE PROCESS SKILLS ABSTRACT This research is motivated by the lack of science process skills of the fourth grade students of SD Negeri Sukahati 02. Based on observation that during science class, it was found out that teacher transfermed the concepts directly to students. There was no science process skill development activities. So students’s science process skills was low. Science process skills is one dimension of the nature of science that can not be separated from science learning itself. Therefore needed an improvement, one of them by applying the Process Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL) learning model to improve science process skills. The purpose of this study was to describe POGIL model application in science learning along with the effort of increasing students' science process skills. The research used Classroom Action Research (PTK) Elliot. Model the research was carried out in three cycles and each cycle consisted of three actions. The instruments used to support this research were multiple choice test items, observation sheet, field notes, and camera. The results illustrated the improvement of student’s science process skills because POGIL learning model focuses on the process of obtaining a concept. Keywords : Science Process Skills , Model POGIL
3|Antologi UPI
Volume
PENDAHULUAN Indonesia menduduki peringkat 64 dari 65 negara. Hasil perbandingan tersebut diambil dari hasil Programme for International Student Assessment (PISA) tahun 2012 yang diikuti oleh 65 negara (OECD, 2013). Indonesia berada pada peringkat 2 terbawah, hal ini menunjukkan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia masih jauh tertinggal dibandingkan negara-negara tetangga yaitu singapura yang berada pada peringkat pertama. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan kualitas pendidikan di Indonesia rendah yaitu di antaranya kondisi kegiatan pembelajaran saat ini yang masih tradisional yaitu peserta didik hanya dituntut untuk memahami rumus yang akan digunakan dalam menyelesaikan soal tanpa memahami konsep pengetahuan itu sendiri beserta kegunaannya dalam kehidupan seharihari. Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru hanya merupakan suatu transfer ilmu dari seorang guru kepada peserta didik tanpa memberikan kesempatan untuk peserta didik membangun sendiri pengetahuan melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan langsung oleh peserta didik tersebut sehingga keterampilan proses kurang terbentuk dalam diri peserta didik, serta soal yang diberikan untuk melakukan penilaian merupakan soal recall yaitu soal ingatan. Ketidak sesuaian antara kondisi pembelajaran saat ini dengan kondisi pembelajaran yang diharapkan merupakan salah satu penyebab kualitas pendidikan di Indonesia rendah. Kondisi pembelajaran khususnya pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang diharapkan adalah pembelajaran IPA yang sesuai dengan hakikat IPA itu sendiri, yaitu proses, produk dan sikap. Ketiga aspek tersebut merupakan hal yang tidak dapat lepas ¹penulis penanggungjawab ²penulis penanggungjawab
Edisi No.
Juni 2016
dari kegiatan pembelajaran IPA, karena melalui proses yang dilalui peserta didik akan menuntun mereka untuk menemukan konsep IPA serta melalui proses juga akan terbentuk sikap ilmiah. Oleh karena itu keterampilan proses sains merupakan keterampilan yang harus dimiliki oleh peserta didik untuk mengikuti pembelajaran IPA yang ideal. Namun faktanya banyak orang berpandangan bahwa IPA merupakan mata pelajaran yang harus diterima oleh peserta didik melalui transfer pengetahuan dari guru tanpa adanya usaha-usaha dari peserta didik sendiri untuk mencari pengetahuan IPA tersebut. Kondisi di atas merupakan kondisi yang tidak seharusnya terjadi, karena seperti hal yang telah penulis kemukakan bahwa hakikat IPA terdiri tidak hanya IPA sebagai produk melainkan IPA sebagai proses dan IPA sebagai sikap. Hal tersebut juga berpengaruh pada perilaku peserta didik yang tidak peduli terhadap lingkungan, seperti contohnya buang sampah dikelas, memetik bunga sembarangan, dan membiarkan kucing kelaparan. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di SDN Sukahati 02, diketahui bahwa keterampilan proses sains peserta masih rendah. Hal tersebut dikarenakan pembelajaran IPA yang dilaksanakan merupakan kegiatan pembelajaran berbasis teacher centered yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru, dimana guru berperan aktif menjelaskan konsep sedangkan siswa pasif dalam menerima konsep. Di samping itu, penyebab dari rendahnya keterampilan proses sains yang dimiliki oleh peserta didik adalah peserta didik terbiasa menyelesaikan soal recall, yaitu soal yang hanya sebatas hafalan atau ingatan. Kondisi pembelajaran yang seperti itu tidak akan mampu mengembangkan keterampilan proses sains yang seharusnya dimiliki oleh peserta didik.
Honey Choirunnisa¹, Novi Yanthi², Didin Syahruddin³ Model Process Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL) dalam Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa SD | 4 Inkuiri menurut Gulo (dalam Ambarsari, dkk, 2013) berarti suatu rangkaian kegiatan pembelajaran yang melibatkan seluruh kemampuan peserta didik dalam mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan penemuannya secara mandiri. tujuan utama model inkuiri adalah untuk mengembangkan keterampilan intelektual, berfikir kritis, dan mampu memecahkan masalah secara ilmiah (Dimyati & Mujiono dalam Wahyudin & Sutikno, 2010) Menurut Carlin dan Sund (dalam Wahyudin, 2010) model pembelajaran inkuiri mencakup inkuiri induktif terbimbing dan inkuiri tidak terbimbing. Model inkuiri terbimbig merupakan model inkuiri yang di dalamnya terdapat bimbingan guru dalam melaksanakan kegiatan eksperimen. Dalam penelitian ini model pembelajran yang digunakan secara khusus adalah model inkuiri terbimbing yang berorientasi pada proses yaitu model POGIL (Kamil, 2014) Model pembelajaran POGIL merupakan model pembelajaran yang memiliki tujuan yaitu peserta didik mampu menguasai konsep pengetahuan serta mengembangkan keterampilan belajar yang esensial khususnya keterampilan proses sains. Selain itu, model pembelajaran POGIL memiliki prinsip student-centered yang berarti bahwa kegiatan pembelajaran dirancang agar peserta didik secara aktif dalam menggali informasi serta menemukan konsep pengetahuan. Model pembelajaran POGIL memiliki siklus belajar dengan tiga tahapan yaitu, pada tahap pertama adalah eksplorasi yang dimana peserta didik diharuskan untuk mengembangkan pengetahuannya melalui pertanyaan-pertanyaan yang di ajukan oleh guru, tahap kedua yaitu penemuan
konsep atau pembentukan konsep, dan tahap terakhir adalah aplikasi atau penerapan yaitu peserta didik harus mampu menerapkan konsep yang telah dimilikinya untuk memecahkan masalah ataupun dalam situasi riset (Warsono dan Hariyanto, 2012; Atkin dan Karplus dalam Barthlow 2011; Moog dan Spencer 2008; Hanson 2006). Penulis memiliki alasan lain mengapa memilih model pembelajaran POGIL karena menurut Moog dan Spencer (2008) model POGIL memiliki dua tujuan yang luas yaitu untuk mengembangkan penguasaan konsep melalui konstruksi pemahaman siswa sendiri, untuk mengembangkan serta meningkatkan keterampilan utama belajar seperti pemrosesan informasi, komunikasi oral ataupun tertulis, berfikir kritis, pemecahan masalah, metakognisi dan asesmen. Sehingga dalam model pembelajaran POGIL memiliki aktivitas yang mengharuskan peserta didik untuk menkonstruk sendiri pemahaman siswa tentang konsep energi melalui kegiatan secara langsung. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan secara langsung oleh peserta didik akan memberikan kebermaknaan dalam kegiatan pembelajaran itu sendiri Adapun ciri umum dari implementasi model POGIL menurut Moog dan Spencer (2008, hlm. 6-7) yaitu: a. Siswa beraktifitas dalam kelompok kecil 3 atau 4 orang dengan perannya masingmasing. b. Aktifitas telah dirancang dengan khusus (biasanya berbasis paradigma siklus belajar). c. Guru tidak mendominasi pembelajaran, melainkan berperan sebagai fasilitator pembelajaran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan keterampilan proses sains peserta didik SD melalui penerapan model POGIL.
5|Antologi UPI
Volume
METODE Penelitian dilaksanakan di SD Negeri Sukahati 02 pada kelas IV dengan jumlah 30 siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Elliot. Desain Elliot dilaksanakan sebanyak tiga siklus dan tiga tindakan pada setiap siklusnya. Penelitian ini dimulai dari perencanaan umum, pelaksanaan pembelajaran, analisis data, dan refleksi (Abidin, 2011). Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu lembar penilaian keterampilan proses sains, lembar observasi, catatan lapangan, dan kamera/handycam. Adapun teknik pengolahan data yang digunakan yaitu kualitatif, kuantitatif dan triangulasi. Data kualitatif dikumpulkan melalui lembar observasi, catatn lapangan dan dokumentasi. Sedangkan data kuantitatif diperoleh dari penilaian soal pilihan ganda keterampilan proses sains. Setelah itu peneliti melakukan triangulasi data dimana data kualitatif dan kuantitatif dibandingkan dianalisis. TEMUAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dimulai dari siklus 1 yang dimulai dengan tahap perencanaan berupa perencanaan pembelajaran yang akan dilaksanakan, perencanaan media yang akan digunakan, dan segala keperluan yang menunjang penelitian. Setelah merencanakan tindakan penelitian, peneliti melaksanakan penelitian yang dimulai dari tindakan 1 hingga tindakan ke 3. Tindakan tersebut berada pada satu siklus, kemudian setelah tindakan 1, 2, dan 3 selesai, peneliti melakukan refleksi untuk memonitoring tindakan yang telah dilaksanakan. Tahap refleksi juga membantu peneliti dalam melakukan perbaikan segala aspek penelitian untuk memperbaiki tindakan pada siklus selanjutnya supaya lebih ¹penulis penanggungjawab ²penulis penanggungjawab
Edisi No.
Juni 2016
optimal. Tahap refleksi ini dapat digunakan sebagai sapu balik peneliti dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran selanjutnya. Siklus I Pada tindakan 1 siklus I, kegiatan yang dilakukan adalah eksperimen serta materi yang digunakan adalah sumber energi panas. Media yang digunakan dalam kegiatan ini adalah solar cooker, kompor kecil, wajan kecil, korek, dan sosis. Pada tindakan 2 siklus I, peneliti merancanakan kegiatan eksperimen dengan menggunakan materi perambatan energi panas dengan cara konduksi, konveksi, dan radiasi. Media yang digunakan pada tindakan ini adalah KIT panas. Selanjutnya pada tindakan 3 siklus I, peneliti merancang kegiatan pembelajaran yaitu siswa mengamati video manfaat energi panas. Media yang digunakan pad tindakan kali ini yaitu infokus, laptop, dan speaker. Berikut nilai keterampilan proses sains pada siklus I. Tabel 4.1. Nilai Keterampilan Proses Sains Siklus I Nilai Frekuensi Jumlah 95
1
95
80
1
80
75
1
75
70
5
350
65
3
195
60
2
120
55
1
55
50
4
200
45
2
90
40
2
80
Jumlah
22
1340
Rata-rata
60,90
Honey Choirunnisa¹, Novi Yanthi², Didin Syahruddin³ Model Process Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL) dalam Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa SD | 6
Siklus II Dalam siklus II tindakan 1, kegiatan eksperimen dilakukan menggunakan materi sumber energi bunyi. Media yang digunakan adalah sisir, penggaris, dan gelas yang berisi air. Pada tindakan 2, peneliti merancanakan kegiatan pembelajaran yaitu melakukan eksperimen perambatan energi bunyi. media yang digunakan pada tindakan ini adalah dua pasang telepon mainan, corong, ember berisi air, batu, serta gulungan karton. Sebelum melaksanak eksperimen siswa mengamati demonstrasi gelombang energi bunyi menggunakan mainan pegas. Hal tersebut dapat menggambarkan energi bunyi merupakan gelombang longitudinal. Selanjutnya pada tindakan 3, peneliti merancang kegiatan pembelajaran dengan mengamati video mengenai manfaat energi bunyi. Pada tindakan ini media yang digunakan adalah infokus, laptop, dan speaker. Berikut hasil rata-rata keterampilan proses sains siswa siklus II. Berikut rata-rata nilai keterampilan proses sains dapat dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini. Tabel 4.2. Nilai Keterampilan Proses Sains Siklus II Nilai Frekuensi Jumlah 100
3
300
95
1
95
90
1
90
85
3
255
80
1
80
75
4
300
65
2
130
55
3
165
50
2
100
40
2
80
Jumlah
22
1595
Rata-rata
72,50
Siklus III Media pembelajaran yang peneliti gunakan pada siklus III pada tindakan 1 adalah 3 buah gendang yang berbeda ukuruan, stick pemukul, dan beras sedangkan pada tindakan 2 yaitu 5 botol kaca dengan ukuran dan bentuk yang sama, air, label, penggaris, dan sendok lalu pada tindakan 3 peneliti menggunakan buku. Kegiatan pertama yaitu mengumpulkan model, pada tindakan 1 peserta didik mengumpulkan model dengan menggunakan metode eksperimen dan materi yang digunakan adalah berbagai macam kekuatan energi bunyi. sedangkan pada tindakan 2 tahap mengumpulkan model peserta didik melakukan kegiatan eksperimen serta materi yang dipelajari mengenai tinggi rendah energi bunyi. Dan selanjutnya pada tindakan 3 peserta didik mengumpulkan model dengan metode yang sama dengan tindakan 1 dan tindakan 2 yaitu eksperimen dan materi yang dipelajari adalah kecepatan rambat energi bunyi melalui zat padat, cair, dan gas. Setelah peserta didik mengumpulkan model, tahap selanjutnya adalah menganalisis model. Pada tahap ini peserta didik menghubungkan setiap variabel yang ada pada kegiatan eskperimen. Selanjutnya peserta didik diperkenankan untuk menjawab pertanyaan pemandu. Pertanyaan tersebut sudah peneliti cantumkan pada LKS. Setelah peserta didik menjawab pertanyaan, kegiatan berikutnya adalah membahas jawaban peserta didik secara bersama-sama. Tahapan berikutnya
7|Antologi UPI
Volume
adalah aplikasi. Pada tahap ini peneliti mengajukan pertanyaan aplikasi mengenai materi yang telah dikuasai peserta didik. Materi yang digunakan pada siklus III tindakan 1 adalah kekuatan energi bunyi, tindakan 2 mengenai tinggi rendah nada, sedangkan pada tindakan 3 materinya adalah kecepatan rambat energi bunyi pada zat padat, cair, dan gas. Adapun rata-rata nilai keterampilan proses sains siklus III dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut. Tabel 4.3. Nilai Keterampilan Proses Sains Siklus III Nilai Frekuensi Jumlah 100
4
400
95
1
95
90
1
90
85
2
170
80
3
240
75
2
150
70
2
140
65
4
260
60
2
120
55
1
55
Jumlah
22
1720
Rata-rata
78,18
Pembahasan Model POGIL dipilih karena diyakini mampu melatih keterampilan proses sains peserta didik. Selaras dengan pernyataan yaitu aktifitas POGIL tidak hanya menekankan pada konsep semata namun pada keterampilan proses sains juga sehingga mampu memperoleh, menerapkan dan menghasilkan pengetahuan serta mendorong
¹penulis penanggungjawab ²penulis penanggungjawab
Edisi No.
Juni 2016
pemahaman secara mendalam (Barthlow, 2011; Warsono dan Hariyanto, 2012). Pada umumunya kegiatan pembelajaran IPA menggunakan model POGIL telah berjalan dengan lancar. Peserta didik mengumpulkan model melalui kegiatan eksperimen, pengamatan video dan demonstrasi. Seluruh kegiatan tersebut dilakukan secara berkelompok. Uapaya tersebut dapat membuat peserta didik aktif dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Hal itu selaras dengan pernyataan yaitu model POGIL merupakan pedagogi sains yang berbasis eksperimen dimana peserta didik beraktifitas secara aktif di dalam kelompok kecil dan terlibat dalam inkuiri terbimbing (Barthlow, 2011; Moog dan Spencer 2008; Hanson 2006). Berdasarkan hasil observasi dan catatan lapangan setelah menggunakan model POGIL, aktivitas siswa dalam proses pembelajaran semakin meningkat pada setiap siklusnya dimana siswa melakukan kegiatan mencari dan menyelidiki konsep secara mandiri dan aktif dengan bimbingan guru. Belajar aktif menurut Zaini, dkk (2008) yaitu mengajak siswa untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental tetapi juga melibatkan fisik. Pada saat mengumpulkan model di silklus I dilakukan melalui kegiatan eksperimen yang dipandu LKS. Hal ini sebagai upaya peneliti untuk melakukan kegiatan yang mendorong peserta didik secara aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga keterampilan proses sains peserta didik mampu berkembang. Sejalan dengan pendapat Harlen dan Qualter (2004) keterampilan proses sains terus digunakan ketika peserta didik secara aktif melakukan kegiatan pembelajaran yang mengharuskan peserta didik untuk berinteraksi dengan bahan seperti memanipulasi variabel bebas sesuai dengan instruksi sehingga data dapat diperoleh secara mandiri, salah satunya dengan eksperimen.
Honey Choirunnisa¹, Novi Yanthi², Didin Syahruddin³ Model Process Oriented Guided Inquiry Learning (POGIL) dalam Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa SD | 8 Saat peserta didik kesulitan dalam memahami langkah eksperimen pada siklus I, peneliti membimbing peserta didik dengan cara menjelaskan kembali isi LKS secara rinci. Peserta didik pun akhirnya dapat memahami isi LKS. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Halimah (2013) yaitu melalui keterampilan memberikan penjelasan yang dimiliki guru mampu membuat peserta didik memahami suatu hal yang belum dapat dimengerti hanya dengan membacanya. Hal itu juga selaras dengan teori Vygotsky (Katminingsih, 2009) mengenai scaffolding dimana guru memberikan bantuan selama tahap-tahap awal pembelajaran kemudian mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengambil alih tanggung jawab setelah mampu mengerjakannya sendiri. Pada siklus II dan siklus III peserta didik sudah mulai terbiasa melakukan kegiatan eksperimen menggunakan LKS sehingga tidak banyak mengajukan pertanyaan yang sekaitan dengan langkah eksperimen atau pengamatan. Pada siklus II dan siklus III, rata-rata nilai keterampilan proses sains peserta didik meningkat. Hal tersebut membuktikan efektivitas bimbingan yang diberikan peneliti. Peserta didik sudah terbiasa untuk melakukan kegiatan pembelajaran yang dapat mengembangkan keterampilan proses sains, karena peneliti melakukan upayaupaya agar keterampilan proses sains siswa terlatih. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Rakhmat, dkk (2008) yaitu keterampilan jika sering dilatih dan digunakan maka eksistensinya akan semakin kuat, begitu pun sebaliknya. Hasil penelitian berdasarkan evaluasi yang dilakukan membuktikan bahwa penerapan model POGIL dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan keterampilan proses sains peserta didik.
Hal tersebut sejalan dengan Hanson & Apple (dalam Kamil, Y., 2014) yang mengatakan bahwa salah satu tujuan model POGIL adalah untuk mengembangkan keterampilan proses dalam pembelajaran, berfikir dan memecahkan masalah. Peningkatan keterampilan proses sains dapat dilihat pada peningkatan nilai rata-rata evaluasi peserta didik pada gambar 4.1 berikut. 100 80 72,50
60
78.18
60,90 40 20 0 Siklus I
Siklus II
Siklus III
Nilai evaluasi keterampilan proses sains
Gambar 4.1 Rata-rata Nilai Keterampilan Proses Sains KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian, temuan, analisis, dan refleksi yang sudah dilaksanakan pada siklus I, siklus II dan siklus III tentang penerapan model POGIL untuk meningkatkan keterampilan proses sains peserta didik kelas IV SD Negeri Sukahati 02 diperoleh kesimpulan melalui penerapan model POGIL terhadap pembelajaran IPA, keterampilan proses sains siswa mengalami peningkatan yang cukup memuaskan. Pada siklus I peserta didik memperoleh rata-rata nilai yaitu 60,90. Pada siklus II peserta didik memperoleh rata-rata nilai yaitu 72,50. Sedangkan pada siklus III rata-rata nilai keterampilan proses sains yang diperoleh peserta didik yaitu 78,18.
9|Antologi UPI
Volume
Edisi No.
Juni 2016
Kreatif Ilmu Pendidikan. 1, (11), 93-105 DAFTAR PUSTAKA
Moog, R. S & Spencer N. J. (2008). In Process Oriented Guided Inquiry
Abidin, Y. (2011). Penelitian pendidikan dalam gamitan pendidikan dasar dan PAUD. Bandung : Rizqi Press
Learning (POGIL). ACS Symposium Series. Washington DC: American Chemical Society
Ambarsari, dkk. (2013). Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Keterampilan Proses Sains Dasar pada Pelajaran Biologi Siswa Kelas VIII Negeri 7 Surakarta. Pendidikan Biologi. 1, (5), 81-95
OECD. (2013). PISA 2012 result: what students know and can do – student performance in mathematics, reading and science (volume I). Diakses dari: http://www.oecd.org.pisa.keyfindin g/pisa-2012-result-volume-I.pdf
Barthlow, M. J. (2011). The Effectiveness of Process Oriented Guided Inquiry Learning to Reduce Alternate Conception in Secondary Chemistry. Disertasi doktor pada Liberty University: tidak diterbitkan
Rakhmat. C, dkk. (2008). Psikologi Pendidikan. Bandung: Upi Press
Halimah, L. (2013). Sikap Profesional Guru dan Keterampilan Dasar Mengajar. Bandung: RIZQI PRESS Hanson. (2006). Instructor’s Guide to Process-Oriented Guided-Inquiry Learning. Pasific Crest Harlen & Qualter. (2004). The Teaching of Science in Primary Schools. Britain: David Fulton Publisher Kamil, Y. M. (2014). Pengaruh Praktikum Laju Reaksi Berbasis Process Oriented Guided Inquiry Learning Terhadap Keterampilan Proses Sains dan Penguasaan Konsep Siswa SMK. (Tesis). Sekolah Pasca Sarjana, UPI, Bandung. Katminingsih. (2009). Vygotsky dan Teorinya dalam Mempengaruhi Desain Pembelajaran Matematika. Cakrawala Pendidikan: Forum Komunikasi Ilmiah dan Ekspresi
¹penulis penanggungjawab ²penulis penanggungjawab
Wahyudin dan Sutikno. (2010). Keefektifan Pembelajaran Berbantuan Multimedia Menggunakan Metode Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Minat dan Pemahaman Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. 6, 58-62 Warsono & Hariyanto. (2012). Pembelajaran Aktif, Teori dan Asesmen. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset. Zaini, H., Munthe, B., dan Aryani, S. A. (2008). Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: Insan Madani.