Model Pengukuran Kinerja pada Perusahaan Jasa Konstruksi di Kota Banjarmasin
Model Pengukuran Kinerja pada Perusahaan Jasa Konstruksi di Kota Banjarmasin Rusmanto Ida Mentayani Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Nasional Banjarmasin
Abstract : The research aims to describe performance measurement model on construction service companies in Banjarmasin. The object are 80 medium scale and small scale companies. Based on the research, it has been known that used as performance measurement based on the financial statement. Types of financial statement that used as performance measurement sources are balance sheet, income statement,statement of changes in equity and cash flow statement. In utilizing the financial statements for the assessment of performance using ratio analysis of liquidity, solvency, profitability and activity. To declare that the ratio financial ratios illustrate the performance of construction services company, with a good or bad performance criteria then the ratio should be compared with the ratio of industry standards. Performance measurement model base on financial statements has some weakness, including less relevancy aspect, oriented on past performances, short term oriented, less flexibility, non spuring improvement and ambiguous on cost aspects. Keywords: performance measurement, financial statement, construction service company Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan model pengukuran kinerja pada perusahaan jasa konstruksi di Banjarmasin. Materi yang digunakan adalah 80 skala menengah dan perusahaan skala kecil. Berdasarkan hasil penelitian, telah diketahui bahwa digunakan sebagai pengukuran kinerja berdasarkan laporan keuangan. Jenis laporan keuangan yang digunakan sebagai sumber pengukuran kinerja neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas. Dalam memanfaatkan laporan keuangan untuk penilaian kinerja dengan menggunakan analisis rasio likuiditas, profitabilitas solvabilitas, dan aktivitas. Menyatakan bahwa rasio-rasio keuangan menggambarkan kinerja perusahaan jasa konstruksi, dengan kriteria kinerja yang baik atau buruk maka rasio harus dibandingkan dengan rasio standar industri. Pengukuran kinerja model dasar pada laporan keuangan memiliki beberapa kelemahan, termasuk aspek relevansi kurang, berorientasi pada kinerja masa lalu, berorientasi jangka pendek, fleksibilitas kurang, tidak memiliki daya dorong dan ambigu pada aspek biaya. Kata Kunci: pengukuran kinerja, laporan keuangan, perusahaan jasa konstruksi
Peran strategis perusahaan jasa konstruksi di Indonesia dalam pertumbuhan ekonomi nasional menurut Road Map Konstruksi Indonesia 2009–2014 meliputi backward dan forword linkages yang luas, daya serap tenaga kerja sangat besar, memberikan Alamat Korespondensi: Rusmanto, STIE Nasional Banjarmasin JL. Mayjend Soetoyo S No.126 Banjarmasin E mail: idamentayani@ yahoo. co.id;
[email protected] HP: 081351840098/ 081348000055
sumbangan besar pada Produk Domestik Produk (PDB). Mata rantai suplai yang besar dan mendorong pertumbuhan industri penunjang sektor konstruksi, serta menggerakkan pertumbuhan usaha pengadaan barang dan jasa. Sektor konstruksi nasional berhasil menempati urutan keenam dari sembilan sektor utama penyumbang PDB nasional. Pada tahun 2009, PDB yang disumbangkan oleh sektor konstruksi tercatat sebesar Rp. 555 triliun, yang merupakan 9,9% dari PDB
TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011 619
ISSN: 1693-5241
619
Rusmanto, Ida Mentayani
nasional. Seiring perkembangannya, sumbangan pada tahun 2011 mencapai 10,3%. Apabila dibandingkan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya, PDB triwulan III -2011 sektor konstruksi tumbuh 6,4% dari rata-rata peningkatan PDB sebesar 6,5%. Sementara itu, tenaga kerja yang dapat terserap di sektor konstruksi nasional tercatat berjumlah 5,4 juta jiwa pada tahun 2009, atau 5,3% dari tenaga kerja nasional. Terus meningkat hingga 5,8 juta jiwa ditahun 2011. Kementerian Pekerjaan Umum memprediksi jumlah tenaga kerja disektor konstruksi setelah 2012 mencapai lebih dari 6 juta orang per tahun. Jumlah perusahaan yang bergerak disektor konstruksi mencapai 151.537 perusahaan pada tahun 2009, meningkat 8,1 % dari tahun sebelumnya yakni 139.332 perusahaan. Peningkatan jumlah badan usaha tersebut ternyata belum diikuti dengan peningkatan kualifikasi dan kinerjanya. Hal ini tercermin pada mutu produk, ketepatan waktu pelaksanaan, efisiensi pemanfaatan sumber daya manusia, modal serta tehnologi dalam penyelenggaraan jasa konstruksi yang belum sesuai dengan yang diharapkan. Kondisi tersebut diantaranya disebabkan oleh persyaratan kualifikasi, tenaga kerja terampil dan ahli yang belum diatur sebagaimana mestinya untuk mewujudkan badan usaha konstruksi yang profesional dan dapat diandalkan. Dengan tingkat kualifikasi dan kinerja tersebut pada umumnya pangsa pasar pekerjaan konstruksi yang bertehnologi tinggi belum sepenuhnya dapat dikuasai oleh usaha jasa konstruksi nasional. Dari seluruh pangsa pasar jasa konstruksi Indonesia (100%) hanya 40% yang dikuasai oleh perusahaan jasa konstruksi nasional yang jumlahnya 90%, sedangkan 60% lainnya dikuasai oleh pelaku jasa konstruksi asing yang jumlahnya 10%. Oleh karena itu, tidak berlebihan jika sektor industri konstruksi dalam negeri perlu meningkatkan penguasaan pasar domestik oleh pelaku usaha konstruksi nasional dan meningkatkan daya saingnya terutama pada era pasar bebas. Perkembangan era pasar bebas yang diawali dengan penandatanganan kerjasama dalam AFTA, APEC dan komitmen internasional lainnya menyebabkan proses globalisasi perekonomian dunia semakin meningkat. Kerjasama diberbagai bidang yang membuka dan memberi kesempatan bagi para investor asing untuk mengembangkan usahanya di Indonesia, oleh karena itu diperlukan adanya peningkatan 620
kemampuan perusahaan khususnya perusahaan jasa konstruksi agar dapat menghadapi persaingan yang semakin ketat. Untuk menghadapi persaingan tersebut, maka diperlukan langkah-langkah antisipatif dengan melakukan berbagai macam perbaikan pada perusahaan jasa konstruksi guna meningkatkan kualitas kinerja perusahaan. Upaya ini ditujukan agar dapat mengembangkan suatu sistem bisnis perusahaan jasa konstruksi yang ideal dan memiliki kemampuan untuk bersaing dengan perusahaan-perusahaan asing di masa mendatang. Guna mencapai perusahaan jasa konstruksi yang kuat dan mempunyai kemampuan bersaing, diperlukan kondisi yang kondusif seperti tersedianya tenaga manajemen maupun tenaga ahli yang profesional dalam jumlah cukup, bahan baku/material yang distandarisasi secara nasional dan diproduksi sesuai dengan kebutuhan, peralatan konstruksi harus mudah dan kompetitif, sistem informasi industri jasa konstruksi yang tepat dan terbuka mulai dari konsepsi proyek sampai saat-saat pelelangan dan pengenalan terhadap metode-metode konstruksi yang mutakhir dan efisien sehingga dapat unggul dalam pelelangan internasional (Kadin, 2002) Kondisi yang kondusif tidak tercipta secara maksimal terutama pada negara berkembang seperti Indonesia, karena pada umumnya perusahaan jasa konstruksi mengalami masalah yaitu sering terjadinya kekurangan material, pemeliharaan yang buruk terhadap peralatan, manajemen lapangan yang kurang berkembang, ketidakmampuan untuk mengkoordinasikan pelayanan mekanik, kesulitan mencapai alokasi tenaga kerja yang kompeten dan dalam jumlah yang layak dan lain-lain. Permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan jasa konstruksi harus segera diatasi dengan menciptakan iklim usaha yang kondusif sehingga menunjang bagi perkembangan, kemajuan dan keunggulan bersaing. Menurut Sundar, Varadarajan dan John Fahy, 1993 dalam Handawati U ( 2004), perusahaan yang mempunyai keunggulan bersaing berkelanjutan mempunyai aset, nilai dan kecakapan yang unik sebagai sumber keunggulan bersaing. Dengan strategi keunggulan bersaing berkelanjutan yang berupa aset, nilai dan kecakapan unik, mampu mengimplementasikan strategi yang unggul dan tidak dapat dihasilkan oleh
JURNAL APLIKASI Nama Orang MANAJEMEN | VOLUME 10 | NOMOR 3 | SEPTEMBER 2012
Model Pengukuran Kinerja pada Perusahaan Jasa Konstruksi di Kota Banjarmasin
perusahaan pesaing. Perusahaan seperti ini akan mempunyai kinerja perusahaan yang baik. Indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan atau kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikian kinerja perusahaan jasa konstruksi dapat dicerminkan dari produknya berupa prasarana dan sarana yang menunjang kemajuan sebuah daerah sebagaimana yang dirasakan oleh warga kota Banjarmasin. Dibangunnya prasarana seperti gedunggedung bertingkat, pusat-pusat perbelanjaan, dan menjamurnya hotel dari yang berbintang sampai berstandar melati. Sedangkan untuk sarananya tergambar dari jalan-jalan yang semakin mulus dengan pengaspalan atau maupun semen cor sehingga memperlancar transportasi. Selain itu, daerah di pinggiran kota, tumbuhnya pemukiman-pemukiman baru yang dilengkapi dengan sarana jalan yang memadai. Perusahaan jasa kontruksi di kota Banjarmasin yang berperan dalam kemajuan daerahnya, yaitu perusahaan yang selalu meningkatkan kinerja dan kualifikasinya serta mempunyai keunggulan bersaing. Dengan demikian diperlukan suatu pengukuran dan terhadap kinerja perusahaan jasa konstruksi untuk mengevaluasi dan meningkatkan kinerjanya serta menciptakan keunggulan bersaing. Hasil penelitian yang juga dilakukan oleh Sudarto, dkk. (2008) tentang kinerja perusahaan konstruksi di Indonesia menyatakan bahwa dari 12 indikator kinerja perusahaan yang mewakilli kinerja profitability, growth, sustanaibility dan competitiveness, dan indikator kinerja yang paling berpengaruh pada perusahaan jasa konstruksi di Indonesia adalah profitability dan yang paling kecil pengaruhnya adalah sustanaibility. Penelitian lain dari Sudarto (2007) berkesimpulan bahwa permasalahan pada faktor internal perusahaan yang paling berpengaruh terhadap kinerja perusahaan jasa konstruksi terdiri dari manajer yang tidak kompeten, rendahnya kemampuan manajerial dan entreprenuerial, rendahnya produktivitas, minimnya pengetahuan dan kemampuan tehnik sumber daya manusia, masalah finansial yang kurang baik dan pembayaran terlambat. Permasalahan pada internal perusahaan yang paling mempengaruhi penurunan kinerja disebabkan oleh faktor manajemen dan sumber daya manusia.
Berdasarkan hasil penelitian Utomo Handawati ( 2004) diketahui bahawa strategi time based, strategi keunggulan bersaing berkelanjutan yang dibentuk dari variabel diferensiasi dan inovasi, serta komimen manajer adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja perusahaan jasa konstruksi di Kota Semarang. Dari fenomena tentang peran dan permasalahan perusahaan jasa konstruksi dan didukung dengan penelitian terdahulu, maka penelitian ini bertujuan mengungkapkan serta mengeksplorasi proses pengukuran kinerja perusahaan jasa konstruksi di Kota Banjarmasin kemudian mendeskripsikannya dalam sebuah model.
Pengukuran dan Penilaian Kinerja Istilah kinerja atau performance seringkali dikaitkan dengan kondisi keuangan perusahaan. Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan dimanapun, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Pengukuran kinerja perusahaan meliputi proses perencanaan, pengendalian, dan proses transaksional bagi kalangan perusahaan sekuritas, fund manager, eksekutif perusahaan, pemilik, pelaku bursa, kreditur serta stakeholder lainnya. Pengukuran kinerja seringkali hanya menjadi sebuah aktivitas rutin tanpa adanya penekanan untuk menindaklanjuti hasil pengukuran yang didapatkan. Sedangkan penilaian kinerja adalah proses perbandingan antara rencana atau standarstandar yang telah disepakati. Standarnya berupa standar dari rata-rata industri sejenis, perusahaan terbaik pada sektor tersebut, kinerja terbaik yang pernah dicapai, dan lain-lain( Wibisono D, 2006) Pengukuran kinerja keuangan perusahaan bertujuan untuk (1). Memberikan informasi yang berguna dalam membuat keputusan penting mengenai asset yang digunakan dan untuk memacu para manajer untuk membuat keputusan yang menyalurkan kepentingan perusahaan.(2). Mengukur kinerja unit usaha sebagai suatu entitas usaha. Informasi kinerja perusahaan, terutama profitabilitas, diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan dimasa depan. Informasi fluktuasi kinerja adalah penting dalam hal ini. Informasi kinerja bermanfaat
TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011
ISSN: 1693-5241
621
Rusmanto, Ida Mentayani
untuk memprediksi kapasitas perusahaan dalam menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada. Di samping itu, informasi tersebut juga berguna dalam perumusan perimbangan tentang efektifitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya (IAI, 2009).
Laporan Keuangan sebagai Informasi dalam Mengukur Kinerja Perusahaan Laporan keuangan yang disusun dan disajikan kepada semua pihak yang berkepentingan dengan eksistensi suatu perusahaan, pada hakekatnya merupakan alat komunikasi. Artinya laporan keuangan itu adalah suatu alat yang digunakan untuk mengkomunikasikan informasi keuangan dari suatu perusahaan dan kegiatan-kegiatannya kepada mereka yang berkepentingan dengan perusahan tersebut. Tujuan dari laporan keuangan adalah menyediakan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi (IAI, 2007 dalam Kartikahadi Hans, Rosita Uli, 2012). Posisi keuangan suatu entitas menggambarkan sumber daya yang dikuasainya pada suatu waktu tertentu. Komposisi dan jumlah sumber daya yang dimiliki dan kewajiban yang ada pada suatu waktu mencerminkan kemampuan entitas dalam membelanjai usahanya. Paramater untuk mengevaluasi kemampuan tersebut dikenal dengan menghitung likuiditas dan solvabilitas. Likuiditas merupakan ketersediaan kas jangka pendek di masa depan setelah memperhitungkan komitmen yang ada. Informasi kinerja entitas terutama profitabilitas menunjukkan berapa efektif dan efisien entitas dalam mendayagunakan sumberdaya entitas. Informasi tersebut diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di kemudian hari serta kemampuan entitas untuk menghasilkan arus kasa dan sumber daya. Informasi tentang kinerja dilaporkan dalam laporan laba rugi dan laporan arus kas. Adapun pihak yang berkepentingan atau pemakai laporan keuangan untuk pengambilan keputusan ekonomi, terdiri dari pemilik perusahaan, manajer, kreditur, investor, pemerintah dan karyawan. Menurut Hanafi, Mamduh dan Halim (2005), ada tiga bentuk laporan keuangan yang pokok yaitu 622
Neraca, Laporan Laba rugi dan Laporan Aliran Kas. Neraca/Balance Sheet digunakan untuk menggambarkan kondisi keuangan perusahaan pada suatu waktu tertentu. Neraca merupakan laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal suatu perusahaan pada waktu/tanggal tertentu. Neraca terdiri dari tiga bagian utama yaitu aktiva (assets), hutang/kewajiban (liabilities) dan modal (capital). Laporan Rugi Laba merupakan laporan sistematis tentang penghasilan, biaya laba rugi yang diperoleh perusahaan selama periode waktu (jangka waktu) tertentu. Laporan Aliran Kas menyajikan informasi aliran kas masuk atau keluar pada suatu periode yang merupakan hasil dari kegiatan pokok perusahaan, yaitu operasi, investasi dan pendanaan. Kegiatan operasi meliputi transaksi yang melibatkan produksi, penjualan, penerimaan barang dan jasa. Kegiatan investasi meliputi pembelian atau penjualan investasi bangunan, pabrik dan peralatan. Aktivitas pendanaan meliputi transaksi untuk memperoleh dana dari obligasi, emisi saham dan pelunasan hutang
Model Pengukuran Kinerja Berbasis Laporan Keuangan Perusahaan Kinerja sebuah perusahaan lebih banyak diukur berdasarkan rasio-rasio keuangan selama satu periode tertentu. Pengukuran berdasarkan rasio keuangan ini sangatlah bergantung pada metode atau perlakuan akuntansi yang digunakan dalam menyusun laporan keuangan perusahaan. Sehingga sering kali kinerja perusahaan terlihat baik dan meningkat, yang mana sebenarnya kinerja tersebut tidak mengalami peningkatan dan bahkan menurun. Untuk mengukur kinerja keuangan dengan menggunakan rasio keuangan, dapat digunakan beberapa rasio keuangan. Dimana setiap rasio keuangan memiliki tujuan, kegunaan, dan arti tertentu. Kemudian setiap hasil dari rasio yang diukur diinterpretasikan sehingga menjadi berarti bagi pengambilan keputusan. Menurut (J. Fred Weston dalam Kasmir, 2008), bentuk rasio-rasio keuangan sebagai berikut: • Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio) merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka pendeknya. Jenis-jenis rasio likuiditas yang dapat digunakan perusahaan untuk mengukur kinerjanya yaitu rasio lancar (current ratio), rasio cepat
JURNAL APLIKASI Nama Orang MANAJEMEN | VOLUME 10 | NOMOR 3 | SEPTEMBER 2012
Model Pengukuran Kinerja pada Perusahaan Jasa Konstruksi di Kota Banjarmasin
(Quick Ratio) Rasio Kas (Cash Ratio) Rasio Perputaran Kas (Cash Turn Over) Inventory To Net Working Capital. • Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang. Jenis-Jenis Rasio solvabilitas terdiri dari Debt to Asset Ratio (Debt Ratio), Debt to Equity Ratio (DER), Long Term Debt to Equity Ratio, Times Interest Earned, Fixed Charge Coverage • Rasio Aktivitas (Activity Ratio) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang dimilikinya. Jenis-Jenis Rasio Aktivitas terdiri dari Perputaran Piutang (Receivable TurnOver) Perputaran Sediaan (Inventory Turn Over), Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turn Over), Perputaran Aktiva Tetap ( Fixed Assets Turn Over), Perputaran Total Aktiva (Total Assets Turn Over) • Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio) merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektvitas manajemen suatu perusahaan. Jenis-Jenis Rasio Profitabilitas terdiri dari Profit Margin,Return On Invesment (ROI), Return On Equity (ROE), Earning Per share of Common Stock (Laba Per Lembar saham), Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Assets Turn Over), Perputaran Total Aktiva (Total Assets Turn Over) Hasil pengukuran kinerja diperoleh dari perbandingan antara rasio keuangan sebuah perusahaan dengan standar rata-rata industri perusahaan sejenis. Sebagai contoh rasio profitabilitas sebuah perusahaan dikatakan berkinerja baik apabila memenuhi standar rata-rata industri atau nilainya berada di atas standar rata-rata industri dan sebaliknya.
Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan jasa konstruksi di Kota Banjarmasin, dengan tehnik penarikan porpusive sampling dengan kriteria sampel yaitu perusahaan sebagai anggota induk organisasi perusahaan jasa konstruksi di Kota Banjarmasin, menyatakan kesediaan sebagai obyek penelitian dan menyediakan data yang diperlukan untuk proses penelitian. Berdasarkan kriteria sampel yang ditetapkan maka yang menjadi obyek dalam penelitian ini adalah perusahaan jasa konstruksi yang tergabung dalam induk organisasi Gabungan Kontraktor Indonesia (GAKINDO) dan Gabungan Perusahaan Konstruksi Nasional Indonesia (GAPEKSINDO) Cabang Propinsi Kalimantan Selatan dengan perincian 10 buah perusahaan jasa konstruksi kualifikasi usaha skala menengah dan 70 buah perusahaan jasa konstruksi kualifikasi usaha skala kecil.
Prosedur Pengumpulan Data Dalam upaya mendapatkan hasil penelitian yang diharapkan, maka peneliti menggunakan strategi pengumpulan data dilakukan secara bertahap, mulai dari survey sampai dengan wawancara orang perorangan secara intensif dan terfokus. Proses pengumpulan data meliputi pengumpulan data secara primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara di lapangan yang dilakukan dengan direktur atau manager dan karyawan yang berkompeten. Selain itu wawancara juga dilakukan dengan ketua maupun pengurus induk organisasi perusahaan jasa konstruksi. Sedangkan data sekunder diperoleh Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Daerah Propinsi Kalsel, Laporan Keuangan Perusahaan Jasa Konstruksi dan literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitian ini. Data yang akan dikumpukan dalam penelitian ini menggunakan tehnik dokumentasi, observasi, wawancara dan Focus Group Discussion (FGD).
METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dan data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan analisis deskriptif yaitu analisis dengan mendasarkan pada data primer dan sekunder, kemudian dari pembahasan diambil kesimpulan dan rekomendasi.
Metode Analisis Data Analisis Data dilakukan dengan deskriptif analitis, yaitu menggambarkan bagaimana penilaian kinerja yang telah dilaksanakan oleh perusahaan jasa konstruksi. Luaran dari hasil penelitian ini adalah dirumuskannya sebuah model yang menggambarkan elemen -
TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011
ISSN: 1693-5241
623
Rusmanto, Ida Mentayani
elemen yang merupakan indikator penilaian kinerja perusahaan jasa konstruksi di Kota Banjarmasin
HASIL PENELITIAN Model Pengukuran Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi Di Kota Banjarmasin Tujuan dari laporan keuangan adalah menyediakan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Model pengukuran kinerja perusahaan jasa konstruksi digambarkan dengan indikator jenis laporan keuangan yang digunakan sebagai dasar pengukuran kinerja, rasio-rasio keuangan untuk menilai kondisi dan kinerja perusahaan, dimensi dari rasio-rasio keuangan dan kriteria pengukuran kinerja perusahaan jasa konstruksi serta pihak-pihak pengguna laporan keuangan. • Jenis laporan keuangan yang digunakan sebagai sumber informasi pengukuran kinerja. Laporan keuangan umumnya dibuat beberapa jenis tergantung dari maksud dan tujuan perusahaan. Masing-masing laporan keuangan memiliki arti sendiri dalam melihat kondisi keuangan perusahaan baik secara bagian maupun keseluruhan. Penyusunan laporan keuangan terkadang disesuaikan juga kondisi perubahan kebutuhan perusahaan. Artinya jika tidak ada perubahan dalam laporan tersebut, tidak perlu dibuat sebagai contoh laporan perubahan ekuitas atau laporan catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan yang digunakan oleh perusahaan jasa konstruski di kota Banjarmasin, terdiri dari (a) Neraca adalah salah satu jenis laporan keuangan yang memberikan informasi dan menunjukkan posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu. Arti dari posisi keuangan adalah posisi dan jumlah jenis aktiva (harta ) dan pasiva (kewajiban dan ekuitas). (b) Laporan laba rugi menunjukkan kondisi usaha dalam suatu periode tertentu. Artinya laporan laba rugi harus dibuat dalam siklus operasi atau periode tertentu guna mengetahui jumlah perolehan pendapatan dan biaya yang telah dikeluarkan sehingga dapat diketahui apakah perusahaan dalam keadaan laba 624
•
atau rugi. (c).Laporan perubahan ekuitas atau modal juga merupakan laporan keuangan yang menggambarkan jumlah modal yang dimiliki perusahaan pada saat ini, perubahan modal dan sebab-sebab berubahnya modal. (4). Laporan arus kas menunjukkan arus kas masuk dan kas keluar di perusahaan. Arus kas masuk berupa pendapatan atau pinjaman dari pihak lain, sedangkan arus keluar merupakan biaya-biaya yang telah dikeluarkan perusahaan. Salah satu kegunaan dari laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi kinerja perusahaan jasa konstruksi terutama profitabilitas yang diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumberdaya ekonomi yang mungkin dikendalikan. Informasi tersebut menyangkut posisi keuangan perusahaan, informasi kinerja, dan perubahan posisi keuangan perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Analisis keuangan sangat tergantung pada informasi yang diberikan oleh laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan perusahaan merupakan salah satu sumber informasi yang penting disamping informasi lain seperti informasi industri, kondisi perekonomian, pangsa pasar perusahaan, kualitas manajemen dan lainnya. Rasio-rasio keuangan untuk mengukur kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Dengan melakukan observasi pada perusahaan jasa konstruksi yang menjadi obyek penelitian diketahui bahwa alat analisis untuk menilai kondisi keuangan dan kinerja pada perusahaan terdiri dari rasio-rasio keuangan. Adapun rasio-rasio keuangan yang dipergunakan terdiri dari: - Rasio likuiditas adalah rasio yang berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang perusahaan dalam jangka pendek - Rasio solvabilitas adalah rasio yang berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang perusahaan dalam jangka panjang - Rasio profitabilitas adalah rasio yang berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba/keuntungan.
JURNAL APLIKASI Nama Orang MANAJEMEN | VOLUME 10 | NOMOR 3 | SEPTEMBER 2012
Model Pengukuran Kinerja pada Perusahaan Jasa Konstruksi di Kota Banjarmasin
-
Rasio Aktivitas menunjukkan kemampuan serta efisiensi perusahaan dalam memanfaatkan aktiva yang dimilikinya atau perputaran (turnover) dari aktiva-aktiva. • Indikator rasio-rasio keuangan untuk mengukur kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara kepada pihak yang berkompeten pada perusahaan jasa konstruksi diketahui bahwa indikator-indikator rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur kondisi keuangan dan kinerja perusahaan adalah • Rasio Likuiditas terdiri dari: - Current Ratio (CR) yaitu perbandingan antara aktiva lancar dan hutang lancar - Quick Ratio (QR) yaitu perbandingan antara aktiva lancar dikurangi persediaan dengan utang Lancar • Rasio Solvabilitas terdiri dari: - Debt Ratio (DR) yaitu perbandingan antara total hutang dengan total asset - Debt to Equity Ratio (DER) yaitu perbandingan antara jumlah hutang lancar dan hutang jangka panjang terhadap modal sendiri • Rasio Profitabilitas - Profit Margin (PM) yaitu perbandingan antara penjualan bersih dikurangi harga pokok penjualan dengan total penjualan. - Return on Asset (ROA) yaitu perbandingan antara laba setelah pajak dengan jumlah aktiva. - Return on Equity (ROE) yaitu perbandingan antara laba setelah pajak terhadap modal sendiri. • Rasio Aktivitas terdiri dari: - Total Asset Turnover (TAT) yaitu perbandingan antara penjualan bersih dengan jumlah aktiva - Working Capital Turnover (WCT) yaitu perbandingan antara penjualan bersih terhadap modal kerja.
Kriteria Pengukuran Kinerja Keuangan Perusahaan Pengukuran kinerja merupakan hal penting dalam proses evaluasi dan pengendalian. Pengukuran- pengukuran yang digunakan untuk menilai kinerja
tergantung pada bagaimana suatu organisasi akan dinilai dan bagaimana sasaran akan dicapai. Sasaran yang ditetapkan pada manajemen strategis dengan memperhatikan profitabilitas, pangsa pasar, biaya dan mutu harus betul-betul digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan. Dalam upaya untuk mengetahui kinerja perusahaan jasa konstruksi maka perlu ditetapkan kriteria atau standar tertentu sehingga dapat dinyatakan bahwa kinerja perusahaan tersebut baik atau buruk. Adapun kriteria dari pengukuran kinerja perusahaan jasa konstruksi di Kota Banjarmasin sebagai berikut: • Kinerja keuangan perusahaan dengan indikator likuiditas dinyatakan dengan kriteria berkinerja BAIK bila rasio likuiditas ≥ dari standar rata rata industri • Kinerja keuangan perusahaan dengan indikator solvabilitas dinyatakan dengan kriteria berkinerja BAIK bila rasio solvabilitas ≥ dari standar ratarata industri. • Kinerja keuangan perusahaan dengan indikator profitabilitas dinyatakan dengan kriteria berkinerja BAIK bila rasio profitabilitas ≥ dari standar rata-rata industri. • Kinerja keuangan perusahaan dengan indikator aktivitas dinyatakan dengan kriteria berkinerja BAIK bila rasio aktivitas ≥ dari standar ratarata industri
Pihak Pengguna Laporan Keuangan Adapun pihak pengguna laporan keuangan dari perusahaan jasa konstruksi adalah: • Pemilik perusahaan memerlukan laporan keuangan untuk menilai kinerja manajer dalam memimpin perusahaannya. • Manajer, bagi manajer laporan keuangan merupakan alat pertanggungjawaban kepada pemilik perusahaan atas kepercayaan yang diberikan kepadanya. • Kreditur, baginya laporan keuangan diperlukan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar hutang, beban bunga, juga untuk mengetahui apakah kredit yang akan diberikan itu cukup mendapat jaminan dari perusahaan tersebut.
TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011
ISSN: 1693-5241
625
Rusmanto, Ida Mentayani
PEMBAHASAN
•
Pihak Pemberi Kerja, berkepentingan terhadap laporan keuangan suatu perusahaan sebagai penentuan apakah perusahaan mampu menyelesaikan proyek yang dipercayakan kepadanya. • Pemerintah, berkepentingan terhadap laporan keuangan suatu perusahaan untuk menentukan besarnya pajak yang harus ditanggung perusahaan tersebut. Berdasarkan hasil penelitian pada perusahaan jasa konstruksi di Kota Banjarmasin dengan berlandaskan pada teori yang relevan, maka model pengukuran kinerja yang dihasilan sebagaimana terlihat pada gambar 1.
Kelemahan Model Pengukuran Kinerja Berbasis Laporan Keuangan Sistem pengukuran kinerja berbasis laporan keuangan atau berbasis finansial disebut sistem penilaian kinerja konvensional atau tradisional. Seperti diketahui, laporan keuangan yang sampai saat ini digunakan oleh perusahaan seperti neraca, laporan laba rugi, aliran kas dan sebagainya diciptakan pada tahun 1800 an, dimana sistem pengelolaan usaha masih sangat tradisional dan perkembangan tehnologi belum sepesat saat ini.
PERUSAHAAN JASA KONSTRUKSI DI KOTA BANJARMASIN
JENIS LAPORAN KEUANGAN
RASIO RASIO KEUANGAN
HASIL PENGUKURAN KINERJA KEUANGAN
NERACA
RASIO LIKUIDITAS
Kinerja BAIK Rasio Likuiditas = Standar Industri
LAPORAN LABA RUGI
RASIO SOLVABILITAS
Kinerja BAIK Rasio Solvabilitas = Standar Industri
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
RASIO PROFITABILITAS
Kinerja BAIK Rasio Profitabilitas = standar Industri
LAPORAN ARUS KAS
RASIO AKTIVITAS
Kinerja BAIK Rasio Aktivitas = standar Industri
PEMILIK PERUSAHAAN PIHAK PENGGUNA LAPORAN KEUANGAN
MANAJER KREDITUR PIHAK PEMBERI KERJA PEMERINTAH
Gambar 1. Model Pengukuran Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi Di Kota Banjarmasin
626
JURNAL APLIKASI Nama Orang MANAJEMEN | VOLUME 10 | NOMOR 3 | SEPTEMBER 2012
Model Pengukuran Kinerja pada Perusahaan Jasa Konstruksi di Kota Banjarmasin
Dalam penelitiannya Skinner ( 1992, dalam Wibisono D,2005 ) menyimpulkan: ”Manajemen konvensional melalui pendekatan yang sepotong-sepotong, eksploitasi kinerja jangka pendek, usaha optimasi pada hampir setiap dimensi dengan fokus utama pada pengurangan ongkos dan peningkatan produktivitas tidak lagi memadai. Kebutuhan perusahaan untuk mengembangkan strategi manufaktur yang konsisten dengan keseluruhan starategi bisnis adalah mutlak.”
Dari kesimpulan tersebut, tampak jelas bahwa era penggunaan laporan keuangan untuk menganalisis kinerja perusahaan tidak lagi mencukupi. Penelitianpenelitian mengenai kelemahan sistem penilaian kinerja finansial telah marak dilakukan. Tema utamanya adalah ketidakmampuan penilaian yang didasarkan atas sistem akuntansi tersebut dalam menampung kebutuhan sistem operasi perusahaan saat ini. Keterbatasan atau kelemahan sistem penilaian finansial/ laporan keuangan ini dengan sangat baik oleh Kaplan, 1983 dan Cooper dkk, 1992 ( dalam Wibisono D, 2005) yang meliputi • Kurang relevan Sistem penilaian kinerja konvensional dianggap kurang relevan jika variabel ukuran kinerja konvensional yang didasarkan atas sistem akuntansi tersebut diberlakukan untuk seluruh level, mulai dari level korporasi, level unit bisnis, level manajemen operasi dan level operasional. Kekurangrelevanan tersebut terutama muncul jika pengukuran finansial pada dua level terbawah. • Sistem ukurannya cenderung melaporkan kinerja masa lalu. Laporan-laporan finansial yang diberikan perusahaan merupakan laporan periode waktu yang sudah lewat, karena laporan keuangan tersebut merupakan laporan kinerja keuangan satu tahun yang lalu, umpan balik yang didapatkan seringkali terlalu jauh ke belakang, sehingga pihak manajemen tidak lagi dapat mengambil langkah emerjensi. • Berorientasi Jangka Pendek Orientasi pada keuntungan finansial jangka pendek dipandang sudah tidak lagi menjadi fokus utama bagi perusahaan-perusahaan tingkat dunia. Fokus perusahaan beralih menjadi tumbuh, berkembang dan lestari. Oleh karena itu fokus pada
•
•
•
pengurangan biaya tidak lagi menjadi populer. Biaya dipandang sebagai konsekuensi logis dari kualitas, fleksibilitas dan pengiriman yang andal. Jadi ketiga variabel tersebut kompetitif dibandingkan perusahaan lain, dengan sendirinya biaya jangka panjang akan menurun. Namun ketiga variabel tersebut yaitu kualitas, fleksibilitas dan pengiriman tidak dapat diakomodasi dalam laporan keuangan. Kurang fleksibel Pengukuran kinerja konvensional dirancang berdasarkan variabel-variabel pengukuran yang sudah standar dan tetap ( fixed). Hal ini tidak sesuai lagi dengan lingkungan persaingan yang dinamis. Sulit bagi perusahaan untuk dapat bersaing pada semua aspek atau variabel kompetisi dan dalam keseluruhan dimensi kompetensi. Oleh karena itu, perusahaan harus memiliki aspek atau variabel yang akan dipilih sebagai prioritas keunggulan perusahaan dibandingkan dengan perusahaan lainnya. Tidak memacu proses perbaikan Karena tidak adanya kaji banding (benchmarking) baik pada proses perbaikan internal maupun dengan pihak kompetitor, sistem pengukuran kinerja konvensional tidak dapat menjadi kompas bagi proses perbaikan yang diinginkan pihak manajemen. Raasio-rasio yang ada hanya merupakan angka-angka mati, tidak menurun ke arah proses perbaikan yang harus dilakukan dan tidak menyatakan program-pprogram seperti apa yang dapat meningkatkan kinerja masa lalu tersebut. Sering rancu pada aspek biaya. Sistem pengukuran kinerja konvensional cenderung mengukur segala aspek berdasarkan perhitungan biaya semata, sehingga sering tidak akurat dalam proses pemanfaatan hasill pengukuran, analisis, dan tindakan ikutannya (cost distortion). Hal ini sering kali menimbulkan distorsi, karena nilai uang bersifat relatif bagi setiap orang. Kerugian sebesar Rp. 1 juta dapat berarti kerugian besar, kecil atau tidak berarti apa-apa, tergantung dari jenis usaha, lingkungan persaingan, pelaku bisnis dan berbagai hal yang bersifat sangat relatif. Konversi biaya bermakna pada level tertentu namun tidak harus dilakukan pada semua level dan variabel.
TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011
ISSN: 1693-5241
627
Rusmanto, Ida Mentayani
Keterbatasan rasio-rasio keuangan untuk mengukur kondisi keuangan dan kinerja perusahaan Dalam praktiknya, walaupun rasio keuangan yang diguanakan memiliki fungsi dan kegunaan yang cukup banyak bagi perusahaan dalam mengambil keputusan, bukan berarti rasio keuangan yang dibuat sudah menjamin penuh kondisi dan posisi keuangan yang sesungguhnya. Artinya kondisi sesungguhnya belum tentu terjadi seperti hasil perhitungan yang dibuat. Walaupun demikian, berdasarkan hasil rasio yang diperoleh gambaran yang sesungguhnya terjadi. Adapun keterbatasan atau kelemahan rasiorasio keuangan untuk mengukur kondisi keuangan dan kinerja perusahaan menurut J Fred Weston dalam Kasmir (2009), sebagai berikut: • Data keuangan disusun dari data akuntansi, kemudian data tersebut ditafsirkan dari berbagai macam cara, misalnya masing-masing perusahaan menggunakan: - metode penyusutan yang berbeda untuk menentukan nilai penyusutan terhadap aktivanya sehingga menghasilkan nilai penyusutan setiap periode yang berbeda. - penilaian sediaan yang berbeda. • Prosedur pelaporan yang berbeda, mengakibatkan laba yang dilaporkan berbeda pula, tergantung prosedur pelaporan keuangan tersebut. • Adanya manipulasi data, artinya dalam menyusun data, pihak penyusun tidak jujur dalam memasukkan angka-angka dalam laporan keuangan yang mereka buat. Akhirnya hasil perhitungan rasio keuangan tidak menunjukkan hasil yang sesungguhnya • Perlakuan pengeluaran untuk biaya-biaya antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya berbeda. Misalnya biaya riset dan pengembangan, biaya perencanaan pensiun, merger, jaminan kualitas barang jadi dan cadangan kredit macet. • Penggunaan tahun fiskal yang berbeda, juga dapat menghasilkan perbedaan. • Pengaruh musiman mengakibatkan rasio komparatif akan ikut berpengaruh.
Kelemahan kriteria pengukuran kinerja keuangan perusahaan Dalam upaya mengukur kinerja keuangan perusahaan dengan pernyataan bahwa kinerja keuangan 628
suatu perusahaan dalam kategori baik atau buruk, maka nilai dari rasio-rasio keuangan seperti rasio likuiditas, solvabilitas, profitabilitas maupun aktivitas harus diperbandingkan dengan standar rata-rata industri dari perusahaan sejenis. Sebagai contoh untuk menyatakan bahwa rasio likuiditas perusahaan jasa konstruksi berkinerja baik maka nilainya harus memenuhi standar rata-rata indutri atau berada di atas nilai tersebut dan sebaliknya dinyatakan likuitasnya buruk bila nilainya berada di bawah standar rata-rata industri. Standar rata-rata industri diperoleh dari nilai rasiorasio keuangan dari beberapa perusahaan jasa konstruksi, kemudian dicari nilai rata-ratanya. Sebagaimana diketahui, untuk menilai standar rata-rata industri diperoleh dari nilai rata-rata rasio keuangan dari beberapa perusahaan sejenis, sehingga untuk mendapatkan nilai tersebut perlu dilakukan penelitian kepada sebagian besar perusahaan yang sejenis. Dengan perkataan lain data untuk menentukan nilai rata-rata standar industri tidak tersedia dengan lengkap pada saat diperlukan. Oleh karena itu pemberian kriteria kinerja baik atau buruk tidak dapat dideskripsikan bila pembandingnya yaitu standar ratarata industri tidak menyediakan data yang memadai.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian kemudian dianalisis dengan landasan teori yang relevan sebagaimana yang dipaparkan sebelumnya, maka ditarik kesimpulan mengenai model pengukuran kinerja perusahaan jasa konstruksi di kota Banjarmasin sebagai berikut: • Model pengukuran kinerja pada perusahaan jasa konstruksi di Kota Banjarmasin dengan kualifikasi menengah dan kecil berbasis pada laporan keuangan. Model pengukuran ini dideskripsikan dengan indikator jenis laporan keuangan yang digunakan sebagai dasar penilaian kinerja, rasiorasio keuangan untuk menilai kondisi dan kinerja keuangan dan kriteria penilaian kinerja keuangan sertapihak pengguna laporan keuangannya. • Jenis laporan keuangan yang menjadi sumber pengukuran kinerja adalah neraca untuk menggambarkan harta dan sumber harta yang dimiliki perusahaan, laporan laba rugi untuk menilai kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba
JURNAL APLIKASI Nama Orang MANAJEMEN | VOLUME 10 | NOMOR 3 | SEPTEMBER 2012
Model Pengukuran Kinerja pada Perusahaan Jasa Konstruksi di Kota Banjarmasin
•
•
•
•
atau menderita kerugian, dan laporan perubahan ekuitas menggambarkan perubahan ekuitas yang dimiliki perusahaan dan laporan arus kas yang menggambarkan sumber dan penggunaan kas. Rasio keuangan yang digunakan untuk mengukur kondisi keuangan dan kinerja perusahaan terdiri dari - Rasio likuiditas adalah rasio yang berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang perusahaan dalam jangka pendek, dengan variabel rasio Current ratio dan Working Capital to Total Asset. - Rasio solvabilitas adalah rasio yang berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang perusahaan dalam jangka panjang, dengan variabel rasio Debt Ratio dan Debt to Equity Ratio - Rasio profitabilitas adalah rasio yang berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba/keuntungan, dengan variabel Net Profit Margin, Return On Asset dan Return On Invesment. - Rasio Aktivitas menunjukkan kemampuan serta efisiensi perusahaan dalam memanfaatkan aktiva yang dimilikinya atau perputaran (turnover) dari aktiva-aktiva, dengan variabel rasio Total Asset Turnover dan Working Capital Turnover (WCT). Kriteria pengukuran kinerja keuangan perusahaan dengan pernyataan bahwa kinerja keuangan perusahaan jasa konstruksi dalam kategori baik atau buruk, maka nilai dari rasio-rasio keuangan seperti rasio likuiditas, solvabilitas, profitabilitas maupun aktivitas harus diperbandingkan dengan standar rata-rata industri dari perusahaan sejenis. Pihak pengguna laporan keuangan perusahaan jasa konstruksi terdiri dari pemilik perusahaan, manajer, kreditur, pihak pemberi kerja dan pemerintah. Model penilaian kinerja berbasis laporan keuangan mempunyai kelemahan yang meliputi aspekaspek yaitu kurang relevan, berorientasi pada kinerja masa lalu, berorientasi jangka pendek, kurang fleksibel, tidak memacu perbaikan dan rancu pada aspek biaya.
Saran •
•
Berpijak dari kelemahan dan keterbatasan dari penilaian kinerja berbasis laporan keuangan, maka sebaiknya perusahaan jasa konstruksi lebih memperluas lagi aspek pengukuran kinerjanya dengan model pengukuran yang lebih komprehensif. Dengan demikian pengukuran kinerja dilakukan secara optimal, sehingga diketahui aspekaspek yang dapat meningkatkan kinerja dan akhirnya perusahaan mempunyai keunggulan bersaing. Selain itu penilaian kinerja yang komprehensif menghasilkan informasi yang berkualitas sehingga dapat dijadikan sebagai dasar yang berkualitas pula untuk pengambilan keputusan. Perlunya penelitian lebih lanjut mengenai pengembangan model pengukuran kinerja pada perusahaan jasa konstruksi di Kota Banjarmasin yang berlandaskan pengukuran kinerja secara komprehensif yang meliputi indikator Profitability, Growth, Sustanaibility dan Competitiveness. Selain itu, penetapan standar kinerja ratarata industri untuk perusahaan jasa konstruksi di Kota Banjarmasin, merupakan variabel yang direkomendasikan untuk penelitian selanjutnya. Obyek penelitian diperluas pada semua skala perusahaan, yang meliputi kualifikasi usaha skala besar, menengah dan kecil.
DAFTAR RUJUKAN Hanafi, M.M., dan Abdul, H. 2000. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Handawati, U. 2004, Analisis Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Industri Jasa Konstruksi (Studi Empiris Pada Perusahaan Kontraktor Kecil Dan Menengah Di Kota Semarang, Tesis, UNDIP, Semarang. Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. Kasmir, 2009, Analisis Laporan Keuangan, Jakarta, Rajawali Pres. Kartikahadi, H., dkk. 2012. Akuntansi Keuangan Berdasarkan SAK Berbasis IFRS. Jakarta: Salemba Empat. Sudarto. 2007. Identifikasi Permasalahan Pada Faktor Internal Yang Mempengaruhi Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi Di Indonesia. Jurnal Teknologi, Edisi No.2, Tahun XX1. Juni 2007. Sudarto. 2008. Kinerja Perusahaan Jasa Konstruksi di Indonesia. Makalah.
TERAKREDITASI SK DIRJEN DIKTI NO. 66b/DIKTI/KEP/2011
ISSN: 1693-5241
629
Rusmanto, Ida Mentayani
Wibisono, D. 2006. Manajemen Kinerja, Konsep, Desain dan Tehnik Meningkatkan Daya Saing Perusahaan. Jakarta: Erlangga.
630
http://id.scribd.com.doc/78725587/Peraturan Jasa Konstruski di Indonesia 2012, 15 Sept 2012.
JURNAL APLIKASI Nama Orang MANAJEMEN | VOLUME 10 | NOMOR 3 | SEPTEMBER 2012