(Edisi Khusus Dies Natalis) Vol : XX, No : 3, Agustus 2013
Model Pengembangan Pendidikan Multi Skill Untuk Peningkatan Kemampuan Usaha Mandiri Bagi Warga Masyarakat Usia Produktif di Kabupaten Demak Y. Suharyanto ( Ketua), A.R. Djaelani ( Anggota), Sri Widayati ( Anggota ) IKIP Veteran Semarang Email :
[email protected] ABSTRAK Pendidikan keterampilan kerja sangat diperlukan bagi warga masyarakat angkatan kerja ( usia produktif) Dampak positifnya akan dapat meningkatkan kualitas produk , bahkan memberikan peluang usaha mandiri bagi warga angkatan kerja ( usia produktif) berdasarkan modal pendidikan keterampilan yang dimiliki. Berdasarkan studi awal seperti kondisi di lingkungan wilayah Kabupaten Demak ternyata banyak diketahui generasi angkatan kerja ( usia produktif :15 – 44 tahun ) yang tidak memiliki pekerjaan tetap dan menganggur, karena tidak memiliki kecakapan hidup dan keterampilan untuk mampu usaha mandiri. Kondisi tersebut perlu dikaji dan dimungkinkan untuk diterapoan model pengembangan pendidikan multi skill bagi kelompok warga masyarakat usia produktif tersebut. Penelitian ini dilakukan di wilayah Kabupaten Demak yang difokuskan di dua desa ( Bonangrejo Kec. Bonang dan Desa Jogoloyo Kec. Wonosalam) serta di satu kelurahan ( Kelurahan Bintoro Kec. Demak ). Artikel ini merupakan hasil penelitian tahap pertama ( tahun ke-1) yang direncanakana berlanjut pada tahun kedua ( treatment /uji model ) dan pada tahun ke-3 ( desiminasi pola pendampingan dsan kemitraan). Penelitian tahun pertama diarahkan pada tujuan perolehan hasil identifikasi riil tentang keberadaan warga masyarakat usia produktif pada batasan usia 15 – 44 tahun dan produk desain model pengembvangan pendidikan multi skill yang penekanannya difokuskan pada muatan pengembangan “ solt skill” dan “ hard skill) yang dirancang dan dimungkinkan dapat diujicobakan secara berkelanjutan dalam tahapan sistem penelitian multi years. Bentukdan terapan metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif. Penetapan subjek dengan teknik pusposif, pengumpulan data dengan teknik wawancara mendalam, studi dokumen dan pengamatan lapang;peningkatan keabsahan data digunakan teknik triangulasi;Analisis data digunakan teknik SWOT, FDG dan model analaisis iteraktif pola siklus yang dikembangkan Miles & Huberman. Hasil peneilian ini adalah : (1) keberadaan warga masyarakat di daerah penelitian diketahui memerlukan pendidikan multi skill dalam upaya peningkatan kemampuan usaha mandiri; (2) dari hasil analisis data dimungkinkan dapat disusun desain model pengembangan pendidikan multi skill di bidang pertukangan ( spisialis produk furniture/meubelair jenis sofa dan kursi sudut) dalam bentuk kursus dan pelatihan bertdasarkan rancangan kurikulum/silabus yang bermuatan pengembangan potensi “solt skill” dan “ hard skill”; dan (3) desain model pendidikan multi skiil hasil panilitian tahap ( tahun ) pertama ini dirasa layak dan dimungkinkan untuk diuji cobakan pada tindakan penelitian tahap ( tahun ) berikutnya yang kemudian dapat diorientasikan pada pengembangan desiminasi dan pendampingan usaha mandiri dengan pola kemitraan pada penelitian tahap ( tahun ) ketiga. Key Word: Model Pengembangan; Pendidikan multi skill; usia produktif; usaha mandiri
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
34
(Edisi Khusus Dies Natalis) Vol : XX, No : 3, Agustus 2013
PENDAHULUAN Dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir, sektor industri menghadapi kendala yang berkisar pada dua hal, yaitu kendala struktural dan teknologis. Irsan (1991) mengemukakan bahwa kendala struktural bersumber pada rendahnya kualitas keterampilan tenaga kerja yang akan memasuki maupun yang telah memasuki sektor industri. Sedangkan kendala teknologis produksi, yaitu masalah pengembangan peralatan produksi guna menghasilkan produk yang berkualitas. Kendala keterampilan tenaga kerja saat ini memang menjadi gejala umum, khususnya di sektor industri. Seperti diungkapkan oleh Wardiman (1993) , bahwa 73% tenaga kerja sektor industri justru unskilled workers. Ukuran unskilled workers menurut Wardiman diantaranya mereka yang berpendidikan tidak tamat /tamat SLTP. Kondisi unskilled workers lebih nyata dirasakan oleh sektor industri . Dalam hal ini adalah industri kecil, khususnya sub sektor industri logam. Seperti yang diungkapkan Suhardi (1989) dalam kesimpulan penelitiannya, bahwa para pengusaha /pengrajin serta karyawan sektor industri logam menganggap jenis bantuan dan pembinaan yang bermanfaat adalah bantuan seperti ini Oleh karena itu pendidikan keterampilan kerja sangat diperlukan bagi warga masyarakat angkatan kerja dan para karyawan. Dampak positifnya akan dapat meningkatkan kualitas produk, bahkan memberikan peluang usaha mandiri bagi warga angkatan kerja ( usia produktif) berdasarkan modal pendidikan keterampilan yang dimiliki. Berdasarkan studi awal seperti kondisi di lingkungan wilayah Kabupaten Demak ternyata banyak diketahui generasi angkatan kerja ( usia produktif ) yang tidak memiliki pekerjaan tetap dan menganggur, karena tidak memiliki kecakapan hidup dan keterampilan untuk mampu usaha mandiri. Melihat fenomena di atas kiranya layak dipertanyakan kondisi structural masyarakat dan para karyawan yang ada, khususnya yang terlibat di sektor produksi seperti kondisi tersebut pada akhirnya akan mempertanyakan kualitas kerja karyawan dan mengapa generasi usia produktif masih banyak yang menganggur. Dalam hal ini khususnya kualitas keterampilan kerja pekerja industri kecil merupakan salah satu kendala utama dari pengembangan industri kecil, sehingga merupakan
masalah yang sangat perlu
mendapatkan perhatian dan pemecahan, maka untuk itu perlu adanya penelitian yang berkaitan dengan manfaat dan pentingnya pendidikan multi skill ( keterampilan kerja.) bagi masyarakat, termasuk seperti di wilayah Kabupaten Demak.
KAJIAN PUSTAKA Keterampilan Kerja Pandangan umum tentang keterampilan dikemukakan oleh Singer {1980), yang menyebutkan bahwa keterampilan merupakan kemampuan menggunakan pengetahuan MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
35
(Edisi Khusus Dies Natalis) Vol : XX, No : 3, Agustus 2013
secara efektif dan siap dalam pekerjaan. Dalam pengertian yang lebih khusus, Grenville (1986) menyebutkan bahwa keterampilan kerja adalah kecekatan melakukan tugas maupun aktivitas ekonomi yang diperlihatkan seseorang dalam melakukan pekerjaan yang komplek, menyangkut hal-hal kecepatan, ketepatan, kekuatan dan kelancaran dalam gerakan badan. ( bekerja). Sedangkan menurut Edward (1981), keterampilan kerja merupakan tindakan atau kegiatan yang mencerminkan kecepatan bertindak dengan mengutamakan ketelitian dan kualitas hasil. Menurut Edward lebih jauh, bahwa orang tersebut mempunyai kemudahan dalam kegiatan, kelancaran gerakan, kepercayaan diri, tidal bimbang, sama sekali tidak terburu-buru, dan siap dengan keadaan darurat. Pengertian-pengetian di atas menegaskan bahwa pada dasarnya keterampilan, khususnya keterampilan kerja tidaklah berdiri sendiri melainkan berkait dengan aspek-aspek lain seperti pengetahuan, kesiapan fisik dan juga kematangan psikis. Keterampilan kerja uga dicirikan oleh kecepatan melakukan pekerjaan dengan tetap mengutamakan ketelitian dan kualitas hasil. Dengan sifat kompleksitas pekerjaan, maka keterampilan kerja tidaklah bersifat statis, melainkan harus bersifat dinamis sehingga keterampilan kerja setiap waktu memerlukan peningkatan dan penyempurnaan. Seperti dikemukakan Procton (1983), bahwa persyaratan-persyaratan keterampilan kerja tidaklah statis, melainkan berubah sesuai dengan perkembangan organisasi kerja. Disebutkan juga bahwa setiap orang dalam organisasi kerja harus deberi kesempatan untuk mengembangkan keterampilan kerja, yang akan memungkinkan dia mengerjakan sesuatu sesuai standar yang telah ditetapkan. Faktor-faktor yang diasumsikan berhubungan dengan tingkat keterampilan kerja adalah intensitas latihan kerja dan pengetahuan tentang prinsip kerja. Keterampilan kerja pada hakekatnya adalah gerak motorik yang perfomensinya dapat diukur dan dinilai melalui gerakan maupun tingkah laku motorik selama bekerja. Keterampilan kerja berkenaan dengan apa yang dihasilkan seorang pekerja dari aktifitas atau tingkah laku motorik yang berkaitan dengan pekerjaannya. Ini berarti keterampilan kerja merupakan aktivitas pekerja dalam bekerja yang dapat diamati dan dapat diukur. Sehubungan dengan itu, maka pengukuran dan penilaian keterampilan kerja diarahkan pada tiga indikator yaitu: proses kerja, ketepatan
waktu kerja dan kualitas hasil kerja.
Keterampilan kerja, pada hakekatnya adalah keterampilan gerak motorik sebab berkaitan dengan rangkaian gerakan jasmani seperti
kecepatan, ketepatan, kelancaran maupun
keluwesan. Pengukuran dan Penilaian Keterampilan Kerja Pengukuran menurut Ratna Sayekti (1988) berarti pemberian angka pada suatu benda atau kejadian menurut aturan tertentu. Sedangkan
Kumaidi (1989) mengatakan dalam
psikologi pengukuran biasanya diartikan sebagai usaha mengumpulkan informasi tentang individu dalam bentuk kuantitatf. Batasan lain diberikan Allen sebagai berikut; Measurement MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
36
(Edisi Khusus Dies Natalis) Vol : XX, No : 3, Agustus 2013
is the assigning of numbers to individuals in a systematic way as a means of represeting properties of the individuals (Allen, 1979). Dari batasan - batasan dapat diambil pengertian bahwa pengukuran adalah cara sistimatik dalam memberi tanda atau angka pada sejumlah individu atau kejadian . Tanda secara kuantitatif tersebut mewakili tingkah laku individu atau karakteristik kejadian tertentu. Untuk dapat mengatakan bahwa tingkah laku individu atau karakteristik kejadian tertentu adalah baik atau tidak, maka diperlukan individu atau kejadian pembanding, stantard/acuan, atau memberikan pertimbangan.
Karena keterampilan kerja pada
hakekatnya adalah keterampilan gerak motorik maka pengukuran dan penilaiannya mengacu pada pendekatan yang digunakan dalam pengukuran gerak motorik. Serbian (1993) mengemukakan bahwa pengukuran berak motorik tidak lain berhubungan dengan pengukuran perilaku kerja (kenerja = performance). Dapat dikatakan, hubungan ini terbatas pada aspek keterampilan motorik
dan di luar aspek psikologis para pekerja. Dengan
demikian pengukuran keterampilan kerja, pada dasarnya pengukuran sebagian perilaku kerja. Pengukuran dan penilaian keterampilan kerja pada dasarnya juga mengacu pada dua pendekatan di atas, yaitu pengukuran dan penilaian pada saat proses kerja dan pengukuran dan penilaian terhadap hasil kerja. Setidaknya terdapat tiga hal yang menjadi acuan dalam mengukur dan menilai keterampilan kerja,yaitu cara (proses) kerja, waktu kerja, dan hasil kerja. Ketiga hal tersebut diartikan sebagai komponen keterampilan kerja. Kemampuan Kewirausahaan ( Usaha Mandiri) Kewirausahaan adalah tanggapan terhadap sebuah peluang usaha yang terungkap dalam seperangkat tindakan yang membuahkan hasil berupa organisasi usaha yang melembaga, produktif dan inovatif. Kewirausahaan bersangkutan dengan kemampuan seseorang untuk menciptakan lapangan pekerjaan bagi dirinya sendiri dan orang lain dengan berswadaya. Definisi mengandung asumsi bahwa setiap orang normal dapat menjadi wirausahawan asal mau dan mempunyai kesempatan untuk belajar berwiraswasta. Karakteristik wirausaha tidak hanya diperuntukkan bagi mereka yang mempunyai usaha bisnis saja, tetapi berlaku untuk setiap insan manusia. Artinya yang dapat disebut sebagai wirausaha bukan hanya mereka yang mempunyai perusahaan, toko, pabrik dan sebagainya. Tetapi mereka yang mempunyai ciri-ciri pribadi dan karakteristik wirausaha juga dapat dikatakan sebagai wirausaha, apapun profesi dan pekerjaanya. Karakteristik wirausahawan, bisa ditarik kesimpulan bahwa ada enam karakteristik utama seorang wirausahawan, yaitu sikap dan perilaku disiplin, komitmen tinggi, jujur, kreatif dan inofatif, mandiri dan realistis. Lingkup kewirausahaan adalah merupakan unsur-unsur atau aspek yang harus dimiliki oleh seorang wirausaha dalam melakukan kegiatan usahanya seharihari. Unsur-unsur atau aspek merupakan jiwa bagi wirausaha dalam mewujudkan tujuan MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
37
(Edisi Khusus Dies Natalis) Vol : XX, No : 3, Agustus 2013
hidupnya. Unsur atau aspek yang harus dimiliki seorang wirausaha adalah : sikap, kemampuan dan keterampilan, kemasyarakatan dan budaya. METODE PENELITIAN 1. Pendekatan yang digunakan : Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif 2. Penentuan Lokasi dan subjek Penelitian Berdasarkan keterbatasan jangkauan (
waktu dan biaya), maka pemilihan dan
penentuan lokasi penelitian akan difokuskan di beberapa desa/kelurahan dari tiga kecamatan ( Kecamatan Wonosalam, Bonang dan Kecamatan Demak) di wilayah Kabupaten Demak Subjek penelitian akan difokuskan pada komunitas warga masyarakat usia produktif, khususnya mereka yang belum memiliki pekerjaan tetap, belum memiliki keterampilan khusus, geberasi putus sekolah/drop out/penganggur Pemilihan dan penentuan Pusat lokasi penelitian dan subjek sasaran ditentukan dengan teknik purposive sampling ( teknik selektif) 3. Sumber data Sumber data primer akan diperoleh dari subjek penelitian :Para informan yang terdiri dari unsure perangkat pemerintahan ( Tingkat Kecamatan/Desa/Kelurahan );tokoh masyarakat dan warga masyarakat usia produktif
yang ditentukan secara
purposif.
Sumber data pendukung akan diperoleh dari sumbsr pustaka yang relevan dan dokumen yang berada di kantor desa/kelurahan serta instansi setempat yang terkait. 4. Teknik Pengumpulan Data Untuk penel;itian tahun pertama dilakukan pendataan dan identifikasi dengan teknik wawancara mendalam dan studi dokumen. Adapun untuk tahun kedua akan dilakukan treatment uji model
pengembangan
pendidikan multi skill berdasarkan disain hasil penelitian tahun pertama ini. Kemudian pada tahun ketiga dimungkinkan akan dilakukan desiminasi dan pendampingan dengan pola kemitraan dengan LKP dan Instansi setempat yang terakait 5. Instrumen (Alat)
pengumpulan data:
Daftar isian identifikasi, panduan/pedoman
wawancara, panduan observasi/pengamatan dan studi dokumen, taperecorder, kamera foto, buku catatan lapangan ( Field Note), dll. sesuai dengan kebutuhan. 6. Keabsahan Data Teknik pengujian validitas dan keabsahan data digunakan teknik triangulasi dan uji kelayakan dengan teknik expert judgement. 7. Teknik Analisis Data Dalam analisis data penelitian ini digunakan teknik SWOT , FDG ( focus discutions group), dan model analisi interaktif pola siklus yang dikembangkan Miles dan Huberman
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
38
(Edisi Khusus Dies Natalis) Vol : XX, No : 3, Agustus 2013
yang meliputi kegiatan : reduksi data ( data reduction), sajian data ( data display, dan perifikasi atau penarikan kesimpulan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Keberadaan dan Minat
Warga
Masyarakat Usia Produktif
pada
Pendidikan
Keterampilan (Multi Skill) di Pusat Lokasi Penelitian 1) Keberadaan Warga Masyarakat Usia Produktif Berdasarkan sasaran penelitian ini difokuskan di kelurahan ) di tiga kecamatan, yaitu Desa
tiga wilayah ( 2 desa dan 1
Bonangrejo (Kecamatan Bonang), Desa
Jogoloyo ( Kecamatan Wonosalam ) dan Kedlurahan Bintoro
( Kecamatan Demak)
Kabupaten Demak, maka keberadaan warga masyarakat usia produktif
di wilayah
penelitian ini dapat dideskripsikan berikut ini. (a) Desa Bonangrejo Kecamatan Bonang Kabupaten Demak Menurut data statistik jumlah warga masyarakat ( penduduk usia produktif dengan istimasi usia 15 – 64 tahun berjumlah 2.361 orang. Adapun sasaran penelitian ini diorientasikan pada warega masyarakat generasi muda usia produktif
( pada rasio
usia 15 - 44 tahun ), terutama bagi warga masyarakat usia produktif yang putus sekolah ( drop out dan pengangguran/belum memiliki pekerjaan tetap). Berdasarkan data lapangan diketahui bahwa jumlah warga usia produktif ( 15 44 tahun ) di Desa Bonangrejo berjumlah 1749 orang yang terdiri dari 870 laki-laki dan 879 perempuan. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala desa bonangrejo diperkirakan terdapat sejumlah 750-an orang dari generasi muda angkatan/usia produktif di desa tersebut yang termasuk kelompok putus sekolah, hanya lulusa Sdatau SLTP dan termasuk kelompok pengangguran/ belum memiliki pekerjaan tetap. Selebihnya bagi mereka yang bekerjapun sebagian sebagai pekerja buruh dan pekerja “pocokan” ( pekerja harian ) seperti menjadi pekerja bangunan atau sebagai buruh tani. Umumnya karena meraka berpendidikan rendah
dan tidak
memiliki
keahlian atau keterampilan khusus ( M. Asnawi, S.AG, Wawancara , 24 Mei 2012 ) Berdasarkan data RPMJ Desa Bonangrejo untuk tahun 2010-2014 diketahui bahwa peluang yang diharapkan dapat diperoleh selama pencapaian RPJM desa tersebut antara
lain adalah perlu
adanya
pendapingan untuk menguatkan SDM bagi warga masyarakat di Desa Bonangrejo, terutama bagi warga masyarakat usia produktif. Di samping itu dari analiswis SWOT di desa tersebut diperlukan adanya pelatihan penguatan untuk meningkatkan sumber daya masyarakat di desa banoangrejo ini. Brtdasarkan analsis kebutuhan pembangunan di Desa Bonangrejo diketahui pula bahwa di desa ini membutuhkan adanya pendidikan pelaihan keterampilan dan MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
39
(Edisi Khusus Dies Natalis) Vol : XX, No : 3, Agustus 2013
jenis bengkedl kerja yang dapat memberikan peluang bagi warga masyarakat yang belum memiliki pekerjaan tetap atau para pengangguran pada
usia kerja/usia
produktif. ( RPJM-Desa Bonangrejo, 2010-2014 ) (b) Desa Jogoloyo Kecamatan Wonosalam Kabupaten Demak Menurut data statistik jumlah warga masyarakat ( penduduk usia produktif dengan istimasi usia 15 – 64 tahun)di Desa Jogoloyo berjumlah 3.978 orang. Adapun sasaran penelitian ini diorientasikan pada warega masyarakat generasi muda usia produktif
( pada rasio usia 15 - 44 tahun ) , terutama bagi warga masyarakat usia
produktif yang putus sekolah ( drop out dan pengangguran/belum memiliki pekerjaan tetap). Berdasarkan data lapangan diketahui bahwa jumlah warga usia produktif ( 15 - 44 tahun ) di Desa Bonangrejo berjumlah 3.035 orang yang terdiri dari 1.474 lakilaki dan 1.561 perempuan. Keadaan jumlah warga usia produktif di desa ini hamper tiga kali lipat
dibanding keberadaan warga usia produktif di Desa Bonangrejo
Kecamatan Bonang. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kaur Pemerintahan Desa Jogoloyo diperkirakan terdapat sejumlah 1500-an orang dari generasi muda usia produktif di Desa
Jogoloyo yang yang termasuk kelompok putus sekolah, hanya lulusa Sdatau
SLTP
dan termasuk kelompok pengangguran/
Selebihnya
belum memiliki pekerjaan tetap.
bagi mereka yang bekerjapun sebagian sebagai pekerja buruh dan
pekerja “pocokan” ( pekerja harian ) seperti menjadi pekerja bangunan atau sebagai buruh tani. Umumnya karena meraka berpendidikan rendah
dan tidak
memiliki
keahlian atau keterampilan khusus ( Agus N, Wawancara , 15 Mei 2012 ). Berdasarkan data RPMJ Desa Jogoloyo
untuk tahun 2010-2014 diketahui
bahwa peluang yang diharapkan dapat diperoleh selama pencapaian RPJM desa tersebut antara
lain adalah perlu
adanya pemberdayaan masyarakat
pendapingan dari berbagai pihak dalam upaya meningkatkan potensi
dan
SDM bagi
warga masyarakat di Desa Jogoloyo, terutama bagi warga masyarakat yang belum memiliki lapangan pekerjaan tetap ( bagi warga usia produktif ). Di samping itu dari analiswis SWOT di desa tersebut diperlukan adanya bantuan dari berbagai lembaga pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat seperti lembaga kursus dan pelatihan guna penguatan atau meningkatkan sumber daya masyarakat di Desa Jogoloyo. Berdasarkan analsis kebutuhan pembangunan di Desa Jogoloyo diketahui pula bahwa di desa ini membutuhkan adanya pendidikan pelatihan atau pendidikan keterampilan usaha produktif masyarakat
yang dapat memberikan peluang bagi warga
untuk meningkatkan kesejahteraan bagi warga
Jogoloyo ( RPJM-Desa
masyarakat dfi Desa
Jogoloyo, 2010-2014 ) Diketahui pula bahwa
di Desa
jogoloyo juga sudah ada lembaga kursus dan pelatihan keterampilan seperti adanya MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
40
(Edisi Khusus Dies Natalis) Vol : XX, No : 3, Agustus 2013
LKP Krida Pawiyatan Nusantara, dan
terdapat bebderapa Lembaga Kursus dan
Pelatihan ( LKP) di desa terdekatnya seperti LKP Bina Siswa Mandiri, LKP dan PKBM Handayani di Desa Wonosalam. (c) Kelurahan Bintoro Kecamatan Demak Menurut
data
statistik
jumlah
warga masyarakat di Kelurahan Bintoro
Kecamatan Demak ( penduduk usia produktif dengan istimasi usia 15 – 64 tahun) berjumlah 13.637 orang. Jumlah trsebut lebih banyak disbanding dengan dua desa di Bonangrejo Kecamatan Bonang dan Desa Jogoloyo Kecamatan Wonosalam. Bahkan termasuk jumlah lebih banyak dibanding dengan seluruh masing-masing desa dan/atau kelurahan di wilayah Kabupaten Demak.
Adapun sasaran penelitian ini
diorientasikan pada warega masyarakat generasi muda usia produktif
( pada rasio
usia 15 - 44 tahun ), terutama bagi warga masyarakat usia produktif yang putus sekolah ( drop out dan pengangguran/belum memiliki pekerjaan tetap). Berdasarkan data lapangan diketahui bahwa jumlah warga usia produktif ( 15 44 tahun ) di Kelurahan Bintoro
berjumlah 9.881 orang yang terdiri dari 4.726 laki-
laki dan 5.155 perempuan.Keadaan warga usia produktif di wilayah Kelurahan Bintoro ternyata hamper delapan kali lipat lebih banyak dibandingkan dengan dua desa penelitian ( Bonangrejo dan Jogoloyo). Berdasarhakan hasil wawancara dengan kepala desa bonangrejo diperkirakan terdapat sejumlah 500-an orang lebih di Kelurahan Bintoro SD atau
dari generasi muda angkatan/usia produktif
tersebut yang termasuk kelompok putus sekolah, hanya lulus
SLTP ,putus sekaolah
dan termasuk kelompok pengangguran / belum
memiliki pekerjaan tetap. Selebihnya bagi mereka yang bekerjapun sebagian sebagai pekerja buruh dan pekerja harian.
Pada umumnya meraka tidak memiliki bekal
keahlian khusus dan berpendidikan rendah. Dari mereka yang bereminat untuk berwirausahapun kemampuannya sangat beragam
( Rudy Hartono, Wawancara ,15
Juni 2012 ) Berdasarkan data RPMJ Kelurahan Bintoro untuk tahun 2010-2014 diketahui bahwa
peluang yang
diharapkan dapat diperoleh
selama pencapaian RPJM di
kelurahan Bintoro hamper sama harapannya seperti: Desa Bonangrejo Kecamatan Bonang dan Desa Jogoloyo Kecamatan Wonosalam, yaitu
antara lain adalah perlu
adanya kerjasama kemitraan dengan lembaga pemerintah terkait dan kelembagaan swadaya masyarakat seperti LSM dan lembaga-lembaga pendidikan kursus dan pelatihan dalam rangka untuk dapat meningkatkan kemampuan atau potensi SDM bagi warga masyarakat di Kelurahan Bintoro untuk lima tahun ke depan ( 20102014). Di samping itu dari analisis SWOT di Kelurahan Bintoro tersebut diperlukan adanya pengembangan bentuk-bentuk upaya pemberdayaan bagi warga masyarakat MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
41
(Edisi Khusus Dies Natalis) Vol : XX, No : 3, Agustus 2013
kurang mampu terutama bagi para penganggurtan dan generasi putus sekolah. Brtdasarkan analsis kebutuhan pembangunan di Kelurahan Bintoro diketahui pula bahwa di kelurahan ini juga membutuhkan adanya pendidikan pelaihan keterampilan yang yang dibutuhkan para generasi angkatan kerja untuk membuka lapangan pekerjaan baru. Antara lain pendidikan keterampilan menjahit terutama bagi generasi wanita usia keraja, perbengkelan, pertukangan , elektronika dan sebagainya. ( RPJMKelurahan Bintoro, 2010-2014 ). 2) Minat Pendidikan Multi Skill Warga Masyarakat Usia Produktif Kepada warga masyarakat usia produktif di wilayah sasaran penelitian ini ditawarkan
beberapa
alternative
pilihan
jenis
pendidikan
keterampilan
yang
dimungkinkan dapat dipilih dan diminati oleh warga masyarakat usia produktif di Desa Bonangrejo Kecamatan Bonang, Desa Jogoloyto Kecamatan Wonosalam dan Kelurahan Bintoro Kecamatan Demak, Selain jenis pendidikan keterampilan yang telah disebutkasn oleh alternative dari daftar
peneliti, informan juga diberikan peluang dan pendapat
tentang jenis pendiudikan keterampilan apa yang dimungkinkan dan dikembangkan untuk pendidikan kursus dan pelatihan bagi warga masyarakat di masingt-masing desa penelitian ini. Adapun jenis pendidikan keterampilan menurut pilihan yang ditawarkan subjek penelitian adalah pendidikan keterampilan : Pertukangan Kayu ( Meubelair / Fornitur), Produk sofa dan kursi sudut, perikanan darat, computer, perbengkelan, elektronika,peteraanakan kambing, dan industr kue lokal. Berdasarkan hasil wawancara dari tiga lokasi penelitian ternyata kecenderungan dari pendapat para informan dikemukakan bahwa jenis pilihan pendidikan keterampilan yang dimungkinkan diminati oleh warga masyarakat usia produktif adal;ah sebagai berikut : 1) Untuk Desa Bonangrejo sebagian besar berpendapat bahwa jenis pendidikan kursus keterampilan menjahit, misalnya bagi generasi
wanita
usia produktif
dan jenis
pendidikan pertukangan dan peternakan kambing bagi kedlompok warga laki-laki. 2) Untuk Desa Jogoloyo cenderung pada jenis pendidikan keteramp[ilan pertukangan mebelair dan menjahit serta jenis keterampilan aneka olahan ikan. 3) Untuk Kelurahan Bintoro pilihan dominan adalah pendidikan keterampilan menjhitg, pertukangan dan perbengkelan. Model Pengembangan Pendidikan Multi Skill Warga Masyakat di Pusat Lokasi Penelitian Berdasarkan analisis data lapang dari tiga wilayah pusat penelitian ini , maka model pengembangan pendidikan multi skill yang dapat dirancang dari hasil penelitian ini didasarkan pada komponen berikut ini.
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
42
(Edisi Khusus Dies Natalis) Vol : XX, No : 3, Agustus 2013
Gambar 1. Desain Model Pengembangan Pendidikan Multi Skill MODEL PENGEMBANGAN PENDIDIKAN MULTI SKILL
:TUJUN/OUT CAME: KEMAMPUAN USAHA MANDIRI
Kerjasama kemitraan dengan LKP dan terkait dan Dinas/instansi yang terkait
KEBERADAA WARGA MASYARAKAT USIA PRODUKTIF Ds. Bonangrejo/Jogoloyo/ Kel Bintoro) DI KAB. DEMAK
HASIL IDENTIFIKASI MODEL PENGEMBANGAN PENDIDIKAN MULTI SKILL/KESIAPAN CALON WARGA MASYARAKAT USIA PRODUKTIF Kursus dan Pelatihan ( SoltSkill & Hard Skill) Bidang: Pertukangan Meubelair/Furniture ( Ditentukan secara purposive)
HASIL IDENTIFIKASI POTENSI DAN MINAT PADA PENDIDIKAN KETERAMPILAN ( MULTI SKILL)
Pengembangan Intrumen Pembelajaran Terpadu : Kurikulum/Sillabus Kursus & Pelatihan ( Solt skill & HardSkill)
KONDISI AKTUAL: Latar Belakang Potensi Warga Masyarakat Usia Produktif Pendidikan Ekonomi Budaya
TREATMENT MODEL PEDNGEMBANGAN PENDIDIKAN MULTI SKILL ( TAHUN II)
DESIUMINASI ( TAHUN III)
IN PUT
PROSES
OUT PUT
Pembahasan Berdasarkan
hasil
penelitian
diketahui,
bahwa
keberadaan
warga
masyarakat di wilayah Kabupaten Demak khususnya di tiga lokasi daerah focus penelitian ini jumlahnya relatif disbanding dengan keberadaan jumlah penduduk usia non produktif. Kondisi latar belakang mereka juga sangat kompleks dan beragam, baik dilihat dari tingkat pendidikan, status pekerjaan dan potensi riil di bidang keterampilan khusus yang mereka miliki. Adapun focus sasaran utama penelitian ini adalah warga masyarat usi produktif yang berusia antara 15 - 44 tahun di tiuga wilayah yang ditentukan berdasarkan teknik pusposif, yaitu di dua desa
(Desa Bonangrejo dan Jogoloyo) dan satu kelurahan (Kelurahan
Bintoro). Berdasarkan hasil penelitian ditemukan orientasi jenis pendidikan multi skill ( keterampilan ) pertukangan MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
( meubelair/furniture) dan menjahit yang dominan diminati 43
(Edisi Khusus Dies Natalis) Vol : XX, No : 3, Agustus 2013
oleh warga masyarakat usia produktif di daerah penelitian ini.Berdasarkan analisis SWOT, FDG dan
model interaktif pola siklus
dapat disusun disain model pengembangan
pendidikan multi skiull yang ditekankan pada jenis pendidikan kursus dan pelatihan yang terdiri dari muatan kurikulum pendidikan “ solt skill”( yang meliputi orientasi pada pembekalan pengembangan minat, ketaatan dan kedisiplinan serta pengetahuan skill kewirausahaan) dan “ hard skill” , yaitu jenis kursus dan pelatihan pertukangan kayu produk meubelair sofa dan kursi sudut yang dapat yang terdiri dari sub-sub unit pembelajaran praktik pengembangan skill pertukangan dan keterampilan
menjahit yang diperlukan
keterampilan khusus dalam pengembangan skill produk sofa dan kursi sudut. Oleh karena itu hasil pe4nelitian tahan pertama ( tahun pertama ) ini adalah disain model pengembangan pendidikan multi skill di bidang pertukangan kayu yang perlu dilengkapi dengan produk kurikulum dan silabus muatan kursus dan pelatihan yang perlu dikembangakan dengan pola kemitraan dengan LKP sejenis dan Dinas Pendidikan Non Formal ( PNF). Produk disain ini dimungkinkan dapat diuji cobakan ( treatment ) pada pelaksanaan penelitian tahun kedua. Tingkat keberhasilan dari uji model dimungkinkan dapat digunakan sebagai acuan dalam pola desiminasi pada tindakan penelitian tahap ( tahun ) ketiga yang diorientasikan pada luaran (out come) dari penelitian ini adalam perningkatan kemampuan usaha mandiri bagi warga masyarakat usia produktif yang ditentukan secara purposif dalam penelitian ini. KESIMPULAN Simpulan utama hasil penelitian tahun pertama ini adalah sbagai berikut : 1. Keberadaan warga masyarakat di daerah penelitian diketahui memerlukan pendidikan multi skill dalam upaya peningkatan kemampuan usaha mandiri 2. Dimungkinkan dapat disusun disain model pengembangan pendidikan multi skill di bidang pertukangan spisialis produk furniture/meubelair jenis sofa dan kursi sudut dalam bentuk kursus dan pelatihan bertdasarkan rancangan kurikulum/silabus yang bermuatan pengembangan potensi “solt skill” dan “ har skill”. 3. Disain model pendidikan multi skiil hasil panalitian tahap ( tahun ) pertama ini dirasa layak dan dimungkinkan untuk diuji cobakan pada tindakan penelitian tahap 9 tahun ) berikutnya yang kemudian dapat diorientasi kan pada pengembangan desiminasi dan pendampingan usaha mandiri
polakemitraan pada penelitian tahap ( tahun ) ketiga. DAFTAR PUSTKA
Abdul Hasan Saragih. (1990). Tingkat Penguasaan Keterampilan Mengelas Siswa-siswa STM Program Studi Fabrikasi Logam di Kodia Medan. Yogyakarta : Tesis. PPS IKIP Yogyakarta. MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
44
(Edisi Khusus Dies Natalis) Vol : XX, No : 3, Agustus 2013
Ahmad Jamli. 1992.
Perusahaan Transnasional dan Alih Teknologi : Studi Kasus
Indonesia. Jurnal Studi Jepang Nomor 2. Volume 1. Anonimous. 1989. Potensi Sentra Industri Kecil. Ditjen Industri Kecil. Semarang: Kanwil Dep. Perindustrian Jawa Tengah. _________, 2011, Demak Dalam Angka, Demak : BPS _________, 2011, Kecamatan Bonang Dalam Angka. Demak : BPS. _________, 2011, Kecamatan Demak Dalam Angka. Demak : BPS. _________, 2011, Kecamatan Wonosalam Dalam Angka. Demak : BPS. Burhanudi,. 1990. Sukses dengan Sikap Mental Wiraswasta. Jakarta; Mutiara Sumber Wijaya. Cahyono, Bambang. 1993. Teori dan Praktek Kewiraswastaan. Yogyakarta: Liberty. Depnaker R.I. 1990. Pola Standar Kualifikasi Keterampilan dan Standar Latihan Kerja.. Jakarta: Ditjen Binapenta. ____________ (1994). Kualifikasi Jabatan Indonesia.. Semarang: Kanwil Depnaker. Prop. Jateng. Djaelani 2008. Keterampilan Kerja Pekerja Industri Kecil; Studikasus di Lingkungan Industri Kecil Semarang. Laporan Penelitian. Semarang: PTM FPTK IKIP Veteran Semarang. Edward. 1981. Bagaimana Membantu Orang Belajar Keterampilan.. Padang: FKT IKIP Padang. Irsan Ashary Saleh. 1986. Industri Kecil : Sebuah Tinjauan dan Pertimbangan. Jakarta: LP3ES. Iswantono. 2002. Kiat Sukses Berwiraswasta. Jakarta: Gramedia. Lynton. Rolf P. 1984. Pelatihan dan Pengembangan Tenaga Kerja. Terjemahan Rochmulyati Hamzah. Jakarta : PT Pustaka Binaman Pressindo. Moleong, L.J. 1988. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Karya. Miles, M.B. & Huberman, A.M.1984. Qualitative Data Analysis: A Source Book of thew Methods. Baverly Hil, C.A. : Sage Publication. . Muhammad, Fadel. 1992. Industrialisasi & Wiraswasta: Masyarakat Belah Ketupat. Jakarta: LP3ES. Rianti, B. 2003. Kewirausahaan dari Sudut Pandang Psikologi Kepribadian. Jakarta: Gramedia. Procton, John H. 1983. Latihan Kerja. Terjemahan Mulyana Sugandi. Jakarta: Bina Aksara. Rinanto Roesman. 1988. Keterampilan Psikomotorik. Jakarta: Ditjen Dikti Depdikbud. Revianto. (1986). Produktivitas dan Ekonomi Jepang. Jakarta: UI Press. Setiadi. A. (1994). Memaksimalkan Modal Ventura dalam Pengem-bangan Usaha Kecil, Bisnis Indonesia MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
45
(Edisi Khusus Dies Natalis) Vol : XX, No : 3, Agustus 2013
Soehoed, A.R. 1982. Pengembangan Industri dalam Pelita III Industrialisasi dalam Rangka Pembangunan Nasional. Jakarta: CSIS. Suhardi,dkk. 1989. Evaluasi Hasil Pembinaan Industri Kecil di Jawa Tengah. Laporan Penelitian. Surakarta: Kerjasama Kanwil Dep. Perindustrian - UNS. Suharyanto,Y. 2011. Persepsi dan Partisipasi Masyarakat terhadap Pelaksana Program Keaksaraan Usaha Mandiri (KUM) dalam Pengembangan Kehidupan Sosial Ekonomi dsnBudaya Masyarakat Pedesaan. Laporan Penelitian. Semarang:. ----------------. 2011. Manfaat Pendidikan yang Berorientasi pada Pengembangan Multi Skill bagi Kelompok Pemuda Usia Produktifdi Wilayah Desa Jogoloyo Kecamatan Wonosalam Kabupaten Demak. Sulton, Muhammad. 2009. Harapan Dunia Usaha/Industri dan SMK Terhadap Soft Skill Lulusan Jurusan Teknik Mesin FT UM. Skripsi, Pendidikan Teknik Mesin Universitas Negeri Malang
MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN
46