MODEL PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS) BAGI REMAJA PANTI ASUHAN AL HIKMAH WONOSARI NGALIYAN SEMARANG
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat Guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam dalam Ilmu Pendidikan Islam
Oleh : ARIS WANTO NIM. 053111268
FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2011
NYATAAN KEASLIAN ii
iii
Lamp. : 4 (Empat) eksemplar iv
udul
: Model Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) bagi v
ABSTRAK Aris Wanto (Nim : 3 1 0 5 2 6 8) Model Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) bagi Remaja Panti Asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang. Skripsi, Semarang: Program Strata 1, Jurusan Pendidikan Agama Islam, IAIN Walisongo, 2011. Dari judul di atas diambil permasalahan adalah: (1) Bagaimana implementasi model pendidikan kecakapan hidup (life skills) bagi remaja panti asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang?, (2) Faktor penghambat pelaksanaan pendidikan life skills di panti asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang, (3) Solusi dalam menanggulangi pelaksanaan pendidikan life skills di panti asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang. Penelitian ini bertujuan: (1) Ingin mengetahui implementasi model pendidikan life skills bagi remaja panti asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang, (2) Ingin mengetahui faktor penghambat pelaksanaan pendidikan life skills di panti asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang, dan (3) untuk mengetahui solusi dalam menanggulangi pelaksanaan pendidikan life skills di panti asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang. Metode penelitian yang digunakan adalah: metode penelitian kualitatif dengan menggunakan analisis deskriptif. yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Kemudian teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa model pendidikan life skills bagi remaja panti asuhan Al Hikmah adalah (1) pada aspek personal skill meliputi berbagai macam kegiatan keagamaan; (2) pada aspek thinking skill melalui problem solving sederhana; (3) pada aspek sosial skill melalui sistem kekeluargaan dan bimbingan belajar; dan (4) pada aspek vokasional skill melalui bimbingan ketrampilan baik diluar panti asuhan maupun melalui Usaha Ekonomi Produktif. Faktor penghambatnya adalah faktor finansial yang kurang memadai, sarana dan prasarana, anak asuh, dan alokasi waktu. Sedangkan solusi untuk menanggulangi masalah tersebut adalah dengan menjalin hubungan dengan perusahaan-perusahaan dan lembaga-lembaga terkait, sikap toleransi dan bimbingan terhadap anak asuh, dan memaksimalkan kegiatan yang ada dipanti asuhan. Kata kunci : pendidikan life skills, remaja.
vi
Motto ﻘﹸﻮﺍ ﺍﷲ َﹺﺇﻥﱠ ﺍﷲﺍﺗ ﻭﺪﻐ ﻟﺖﻣﺎ ﻗﹶﺪ ﻣﻔﹾﺲ ﻧـﻈﹸﺮﻨﻭﹾﻟﺘ َ ﻘﹸﻮﺍ ﺍﷲﻮﺍ ﺍﺗﻨ ﺁﻣﻳﻦﺎ ﺍﻟﱠﺬـﻬﺎ ﹶﺃﻳﻳ .ﻤﻠﹸﻮﻥﹶ ﻌﺎ ﺗ ﺑﹺﻤﺧﹺﺒﲑ “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al Hasyr: 18)1
1
Departemen Agama RI, Al-‘Aliyy Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Diponegoro, 2005, hlm. 437.
vii
PERSEMBAHAN Skripsi yang sangat sederhana ini tidak akan berharga tanpa kehadiran mereka, maka penulis mempersembahkan karya ini kepada: 1. Ayahanda Suwarnan dan Ibunda Murkini yang tidak pernah menyerah memberikan dorongan baik moril maupun materiil dan mencurahkan kasih sayang serta do’anya kepada penulis. 2. Bapak dan Ibu guru/dosen yang telah membina dan membimbing dengan ilmunya. 3. Adik-adikku (Uswatun Hasanah, Amaliyatul Hidayah, dan si Bungsu yang paling ganteng Muhammad Alim) yang tercinta dan tersayang yang selalu mendukung dan membantu terselesaikannya proses kuliah sampai skripsi ini. 4. Untuk semua teman-teman dan sahabat-sahabatku yang selalu memberi semangat dan doa’anya. 5. Pembaca yang budiman, semoga kita dapat mengambil hikmah dari apa yang telah diberikan Allah kepada kita kritik dan saran penulis harapkan.
viii
KATA PENGANTAR
ﺑﺴﻢ ﷲ اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮﺣﯿﻢ Puji dan syukur dengan hati yang tulus dan pikiran yang jernih, tercurahkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat, hidayah, dan taufik serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan skripsi dengan judul “Model Pendidikan Life Skills bagi Remaja Panti Asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang” dengan baik. Skripsi ini disusun guna memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana S-1 pada Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang jurusan Pendidikan Agama Islam. Peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini mendapat bantuan baik moril maupun materiil dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini dengan rasa hormat yang dalam penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Suja’i, M. Ag., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, yang telah memberikan ijin penelitian dalam rangka penyusunan skripsi ini. 2. Nasiruddin, M. Ag, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, yang telah memberikan ijin penelitian dalam rangka penyusunan skripsi. 3. H. Mursid, M. Ag, selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, yang telah memberikan ijin penelitian dalam rangka penyusunan skripsi. 4. H. Abdul Kholiq, M. Ag, selaku Pembimbing I, yang telah memberikan waktu dan bimbingan yang sangat berharga sampai selesai penulisan skripsi ini. 5. Hj. Lift Anis Ma’shumah, M. Ag, selaku Pembimbing II, yang telah memberikan waktu dan bimbingan yang sangat berharga sampai selesai penulisan skripsi ini. 6. Fina Sa’adah, S. Pd, selaku dosen wali yang membina dan memberi arahan selama kuliah.
ix
x
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ..........................................................................................
i
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ................................................ ......
ii
HALAMAN NOTA PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................... iii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................
v
HALAMAN ABSTRAK .................................................................................... vi HALAMAN MOTO ........................................................................................... vii HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ viii HALAMAN KATA PENGANTAR ................................................................... ix HALAMAN DAFTAR ISI ................................................................................ xi
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah...........................................................
1
B. Penegasan istilah ...................................................................
4
C. Rumusan masalah ..................................................................
5
D. Tujuan penelitian ...................................................................
6
E. Manfaat penelitian .................................................................
6
LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori ......................................................................
7
1. Pendidikan life skills ..........................................................
7
1.1. Pengertian pendidikan life skills.....................................
7
1.2. Jenis-jenis pendidikan life skills.....................................
10
1.3. Konsep pendidikan life skills ........................................
17
1.4. Tujuan dan manfaat pendidikan life skills ......................
19
1.5. Ciri-ciri pendidikan life skills ........................................
21
1.6. Indikator-indikator pendidikan life skills ........................
21
2. Remaja ..............................................................................
24
1.7. Pengertian remaja ........................................................
24
1.8. Ciri-ciri masa remaja.....................................................
24
1.9. Tugas perkembangan pada masa remaja .........................
28
xi
3. Pendidikan life skills remaja ................................................
29
B. Kajian Penelitian yang Relevan ...............................................
31
BAB III METODE PENELITIAN A. Dasar Penelitian .....................................................................
33
B. Lokasi Penelitian ...................................................................
33
C. Fokus Penelitian .....................................................................
33
D. Sumber Data Penelitian ..........................................................
34
E. Metode Pengumpulan Data .....................................................
35
F. Validitas data ........................................................................
37
G. Metode Analisis Data .............................................................
38
H. Prosedur penelitian ................................................................
39
I. Sistematika Penulisan Skripsi ..................................................
40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran umum panti asuhan Al Hikmah ................................
42
1. Sejarah berdirinya Panti Asuhan .........................................
42
2. Maksud dan Tujuan ...........................................................
43
3. Jenis Kegiatan ...................................................................
44
4. Struktur Organisasi ............................................................
44
5. Keadaan pengasuh dan anak asuh .......................................
45
6. Sarana dan prasarana ........................................................
46
B. Implementasi pendidikan life skills bagi remaja Panti Asuhan Al Himah ..................................................................................
46
1. Implementasi pendidikan life skills pada aspek personal skill di Panti Asuhan Al Hikmah ................................................
47
2. Implementasi pendidikan life skills pada aspek thinking skill di Panti Asuhan Al Hikmah ................................................
49
3. Implementasi pendidikan life skills pada aspek sosial skill di Panti Asuhan Al Hikmah ...................................................
52
4. Implementasi pendidikan life skills pada aspek vokasional skill di Panti Asuhan Al Hikmah ...............................................
xii
53
C. Faktor penghambat pelaksanaan pendidikan life skills di Panti Asuhan Al Hikmah ................................................................
56
D. Solusi dalam menanggulangi pelaksanaan pendidikan life skills di Panti Asuhan Al Hikmah ........................................................ BAB V
59
KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP A. Kesimpulan ...........................................................................
61
B. Saran ....................................................................................
61
C. Penutup .................................................................................
62
Daftar pustaka Lampiran-lampiran
xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian integral dalam kehidupan bangsa dan negara. Salah satu faktor yang harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikan. Hal tersebut menunjukkan bahwa kualitas pendidikan sangat menentukan kualitas kehidupan bangsa dan negara. Peningkatan mutu pendidikan merupakan komitmen untuk meningkatkan mutu sumber daya manusia, baik sebagai pribadi–pribadi maupun sebagai modal dasar pembangunan bangsa. Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah melakukan
berbagai
inovasi
program
pendidikan
antara
lain;
a)
penyempurnaan kurikulum, b) pengadaan buku/bahan ajar, c) peningkatan mutu gur, dan tenaga kependidikan melalui berbagai pelatihan, d) peningkatan manajemen pendidikan, e) peningkatan sarana dan prasarana pendidikan. Agar pendidikan di Indonesia mengalami perubahan yang lebih baik perlu diupayakan langkah-langkah penyempurnaan mendasar konsisten dan sistematis paradigma pendidikan yang kita bangun adalah pendidikan yang dapat mengembangkan potensi anak didik agar berani menghadapi tantangan hidup sekaligus tantangan global, tanpa rasa tertekan, pendidikan kita harus mampu mendorong anak didik memiliki pengetahuan, ketrampilan, memiliki percaya diri yang tinggi dan mampu cepat beradaptasi dengan lingkungan. Untuk itu diperlukan pola pendidikan yang dengan sengaja dirancang untuk membekali peserta didik dengan kecakapan hidup, yang secara integratif memadukan keckapan generik dan spesifik guna mamacahkan dan mengatasi problema kehidupan. Pendidikan haruslah fungsional dan jelas manfaatnya bagi peserta didik, sehingga tidak sekedar merupakan penumpukan pengetahuan yang tidak bermakna. Pendidikan harus diarahkan
1
2
untuk kehidupan anak didik dan tidak berhenti pada penguasaan materi pembelajaran.1 Oleh karena itu pendidikan yang berorientasi pada kecakapan hidup (life skills) menjadi sebuah alternatif pembaharuan pendidikan yang prospektif untuk mengantisipasi tuntutan masa depan. Dengan titik berat pendidikan pada kecakapan untuk hidup, diharapkan pendidikan benar-benar dapat meningkatkan taraf hidup dan martabat masyarakat. Seperti halnya yang terdapat dalam panti asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang, yang merupakan salah satu Lembaga Penyelenggara Usaha Kesejahteraan Sosial (LPUKS), dikota Semarang selain menjalankan fungsi sosial dalam membina anak-anak Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) juga melaksanakan kegiatan usaha sebagai bentuk kreatifitas pemanfaatan sumber daya lingkungan yang potensial dan terpadu. Kaitannya dalam hal pendidikan, panti asuhan ini menerapkan pendidikan life skills sebagai salah satu program untuk membekali para anak asuhnya khususnya pada remaja panti dalam hal kecakapan hidup. Kecakapan hidup merupakan keterampilan yang dibutuhkan setiap anak/Remaja untuk survive dalam pergaulan dan hidupnya. Keterampilan ini dapat membantu mereka untuk dapat memilih hal yang tepat dan menghindar dari situasi yang mungkin dapat menjatuhkan mereka; termasuk memperkuat pertahanan dan ketahanan mental anak/Remaja yang membuat mereka resistan (terhadap tawaran narkoba) dan resilient (berkemampuan untuk bertahan) dalam menghadapi masalah hidup. Pendidikan life skills merupakan kecakapan-kecakapan yang secara praktis dapat membekali seorang remaja dalam mengatasi berbagai macam persoalan hidup dan
kehidupan. Kecakapan itu menyangkut
aspek
pengetahuan, sikap yang didalamnya termasuk fisik dan mental, serta kecakapan kejuruan yang berkaitan dengan pengembangan akhlak peserta
1
Depag., Pedoman Integrasi Life Skill Terhadap Pembelajaran, Jakarta: Dirjend Kelembagaan Agama Islam, 2005, hlm. 1-3.
3
didik sehingga mampu menghadapi tuntutan dan tantangan hidup dalam kehidupan.2 Pendidikan life skills yang berada di panti asuhan Al Hikmah berbeda dengan yang berada di panti asuhan yang lainnya. Hal ini didasari oleh program yang diselenggarakan oleh panti asuhan dan faktor usia dari panti asuhan itu sendiri. Pendidikan life skills disana menekankan pada beberapa aspek dari pendidikan life skills itu sendiri yakni meliputi aspek personal skill, thinking skill, sosial skill, dan vokasional skill. Dengan diterapkannya pendidikan kecakapan hidup (life skills) di Panti Asuhan Al Hikmah Karanganyar Ngaliyan Semarang mampu memberikan bekal dasar dan latihan yang dilakukan secara benar kepada peserta didik tentang nilai-nilai kehidupan sehari-hari agar yang bersangkutan mampu, sanggup, dan terampil dalam menjalankan kehidupannya yaitu dapat menjaga kelangsungan hidup dan perkembangannya.3 Selain itu anak asuh khususnya remaja di Panti Asuhan Al Hikmah Karanganyar Ngaliyan Semarang mampu belajar untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan yang diminatinya, memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan tersebut untuk meningkatkan kualitas hidupnya serta membantu orang lain yang membutuhkannya. Dan juga dapat meningkatkan keterampilannya agar kemudian setelah ia dewasa ia dapat memiliki suatu keterampilan untuk dapat bertahan hidup. Hal inilah yang kemudian menjadi latar belakang peneliti untuk melihat bagaimana Model Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) Bagi Remaja Di Panti Asuhan Al Hikmah Karanganyar Ngaliyan Semarang.
2
Alfadilludin Bakri Ansori, Pendidikan Life Skill dalam Pengembangan Penguatan Remaja, http://pendidikanlifeskillsdalampengembanganpenguatanremaja.org.html/. Diakses pada tanggal 14 November 2010. 3 Slamet PH, Pendidikan Kecakapan Hidup: Konsep Dasar, dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 037, (Jakarta: Balitbang Diknas, 2002), hlm. 547.
4
B. Penegasan Istilah Adapun istilah-istilah yang harus ditegaskan adalah sebagai berikut: 1. Model Model adalah pola (contoh, acuan, ragam, dsb) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan.4 2. Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills) Pendidikan adalah usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan.5 Sedangkan Kecakapan hidup (life skills) adalah kemampuan yang diperlukan untuk berinteraksi dan beradaptasi dengan orang lain, dan masyarakat atau lingkungan dimana ia berada antara lain keterampilan mengambil keputusan, pemecahan masalah, berfikir kritis, berfikir kreatif, berkomunikasi yang efektif, membina hubungan antar pribadi, kesadaran diri, berempati, mengatasi emosi, dan mengatasi stress.6 Jadi Pendidikan Kecakapan hidup (life skill education) adalah usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan serta potensi-potensi pembawaan sehingga dapat beradaptasi dan berinteraksi dengan orang lain, dan masyarakat atau lingkungan dimana ia berada sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. 3. Remaja Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir, ditandai oleh pertumbuhan fisik cepat.7 Secara biologis remaja
4
Depdiknas., Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), Ed. IV, hlm. 923. 5 Fuad Ihsan, Dasar- Dasar Kependidikan: Komponen MKDK, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), Cet. V, hlm. 1. 6 Anwar, Pendidikan Kecakapan Hidup (Life skills Education), (Bandung: Alfabeta, 2004), hlm. 54. 7 Zakiyah Daradjat, Remaja Harapan dan Tantangan, Cet. 2, (Jakarta: Ruhama, 1995), hal. 8.
5
adalah mereka yang berusia 12 sampai 21 tahun.8 Jadi pada penelitian ini dikhususkan pada anak asuh yang sudah remaja, yakni berusia diantara 12 sampai 21 tahun. 4. Panti Asuhan Panti asuhan adalah rumah tempat memelihara dan merawat anak yatim atau yatim piatu dan sebagainya.9 Yang dimaksudkan adalah tempat di mana sebagai penampungan dalam jangka waktu tertentu untuk memberikan pelayanan sosial atau santunan kepada anak-anak yang mengalami hambatan sosial ekonomi atau anak yang terlantar dan diterlantarkan. 5. Al Hikmah Al Hikmah adalah nama sebuah lembaga kesejahteraan sosial (panti asuhan) yang menjadi tempat penelitian. 6. Wonosari Ngaliyan Semarang Wonosari adalah salah satu nama kelurahan yang berada di daerah ngaliyan bagian barat kota Semarang.
C. Rumusan Masalah Dari uraian di atas dapat dirumuskan beberapa permasalahan antara lain; 1. Bagaimana model pendidikan life skills bagi remaja Panti Asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang? 2. Faktor penghambat pelaksanaan pendidikan life skills di panti asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang. 3. Solusi dalam menanggulangi pelaksanaan pendidikan life skills di panti asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang.
8 9
Zulkifli, Psikologi Perkembangan, (Bandung: Rosda Karya, 2005), hal. 63. Depdiknas., Op. Cit., hlm. 1017.
6
D. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan antara lain; 1. Untuk mengetahui model pendidikan life skills bagi remaja Panti Asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang. 2. Faktor penghambat pelaksanaan pendidikan life skills di panti asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang. 3. Solusi dalam menanggulangi pelaksanaan pendidikan life skills di panti asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang.
E. Manfaat Penelitian Dari penelitian ini diharapkan beberapa manfaat antara lain: 1. Manfaat teoritis Diharapkan dapat digunakan sebagai dasar pengembangan ilmu pengetahuan yang ada kaitannya dengan pendidikan life skill. 2. Manfaat praktis a. Sebagai bahan masukan kepada pimpinan/pengasuh panti asuhan al Hikmah atau kepada lembaga-lembaga sosial terkait sebagai upaya pengembangan kualitas sumber daya manusia, khususnya pada kehidupan anak asuh kelak. Yakni memberikan pengertian dan penjelasan tentang pelaksanaan pendidikan life skill di Panti Asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang. b. Sebagai bahan masukan kepada anak asuh dengan pendidikan life skills, dapat memberikan bekal hidup nantinya setelah terjun ke dalam masyarakat.
BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills) a. Pengertian Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills) 1) Pendidikan Pengertian yang sederhana dan umum, pendidikan merupakan sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. Usaha-usaha yang dilakukan yakni untuk menanamkan nilai-nilai dan norma tersebut serta mewariskannya kepada generasi berikutnya untuk dikembangkan dalam hidup dan kehidupan yang terjadi dalam suatu proses pendidikan.1 Pendidikan merupakan usaha membimbing dan membina serta bertanggung jawab untuk mengembangkan intelektual pribadi anak didik ke arah kedewasaan dan dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan lebih mengarahkan tugasnya kepada pembinaan dan pembentukan sikap dan kepribadian manusia yang ruang lingkupnya meliputi pada proses mempengaruhi dan membentuk kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor dalam diri manusia. Berbeda dengan pengajaran yang lebih menitikberatkan usahanya kearah terbentuknya kemampuan maksimal intelektual dalam menerima, mamahami, menghayati dan menguasai serta mengembangkan ilmu pengetahuan yang diajarkan.2 UU RI Nomor 20 Tahun 2003 mendefinisikan: Pendidikan sebagai usaha sadar dan terncana untuk mewujudkan suasana belajar 1
Fuad Ihsan, Dasar- Dasar Kependidikan: Komponen MKDK, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), Cet. V, hlm. 1-2. 2 H. M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Bina Aksara, 1987), hlm. 99.
7
8
dan proses pembelajaran sehingga peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.3 Dari
definis-definisi
tersebut
dapat
ditekankan
bahwa
pendidikan tidak hanya sekedar menjadikan peserta didik menjadi sopan, taat, jujur, hormat. Ataupun hanya bermaksud agar peserta didik memiliki ilmu pengetahuan, seni dan tehnologi. Pendidikan juga tidak hanya dipandang sebagai usaha pemberian informasi dan pembentukan
keterampilan
saja.
Namun
diperluas
sehingga
mencakup usaha untuk mewujudkan keinginan, kebutuhan dan kemampuan individu sehingga tercapai pola hidup pribadi dan sosial yang memuaskan. 2) Kecakapan Hidup (Life Skills) Meskipun kecakapan hidup telah didefinisikan berbeda-beda, namun essensi pengertiannya sama. Brolin (1989) menjelaskan bahwa life skills constitute a continuum of knowledge and aptitude that are necessary for a person to function effectively and to avoid interruptions of employment exxperience.4 Sedangkan WHO (1997) memberikan
pengertian
bahwa
life
skills
adalah
berbagai
keterampilan atau kemampuan untuk dapat beradaptasi dan berperilaku
positif,
yang
memungkinkan
seseorang
mampu
menghadapi berbagai tuntutan dan tantangan dalam hidupnya seharihari secara efektif.5 Sementara itu Tim Broad-Based Education (2002) menafsirkan life skills sebagai kecakapan yang dimiliki
3
Undang-Undang SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009),
hlm. 3. 4
Artinya kecakapan hidup merupakan kontinum pengetahuan dan kemampuan yang diperlukan oleh seseorang untuk berfungsi secara efektif dan untuk menghindari gangguan dari pada pengalaman pekerjaan. Baca dalam buku karangannya Anwar hlm. 20. 5 Depdiknas, Pedoman Penyelenggaraan Program Kecakapan Hidup (Life Skills) Pendidikan Nonformal, (Jakarta: Ditjen Diklusepa, 2004), hlm. 6.
9
seseorang untuk mau dan berani menghadapi problema hidup dan kehidupan secara wajar tanpa merasa tertekan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi sehingga akhirnya mampu mengatasinya.6 Sejalan dengan hal itu Anwar memberikan penjelasan bahwa Kecakapan hidup adalah kemampuan yang diperlukan untuk berinteraksi dan beradaptasi dengan orang lain, dan masyarakat atau lingkungan dimana ia berada antara lain keterampilan mengambil keputusan, pemecahan masalah, berfikir kritis, berfikir kreatif, berkomunikasi yang efektif, membina hubungan antar pribadi, kesadaran diri, berempati, mengatasi emosi, dan mengatasi stress. 7 Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka dapat diambil hal-hal yang essensial berkaitan dengan kecakapan hidup, bahwa kecakapan hidup adalah sebagai petunjuk praktis yang membantu peserta didik untuk belajar bagaimana merawat tubuh, tumbuh untuk menjadi seorang individu, bekerja sama dengan orang lain, membuat keputusan-keputusan yang logis, melindungi diri sendiri untuk mencapai tujuan hidupnya. Sehingga dalam hal ini yang menjadi tolok ukur life skills pada diri seseorang adalah terletak pada kemampuannya
untuk
meraih
tujuan
hidupnya.
Life
skills
memotivasi peserta didik dengan cara membantunya untuk memahami diri dan potensinya sendiri dalam kehidupan, sehingga mereka mampu menyusun tujuan-tujuan hidup dan melakukan proses problem solving apabila dihadapkan pada persoalan-persoalan hidup. 3) Pendidikan kecakapan hidup (life skills) Sedangkan yang dimaksud dengan pendidikan kecakapan hidup adalah pendidikan yang memberi bekal dasar dan latihan yang 6
Depdiknas, Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup (Life Skill) Melalui Pendekatan Broad-Based Education, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2002), hlm. 8. 7 Anwar, Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills Education), (Bandung: Alfabeta, 2004), hlm. 54.
10
dilakukan secara benar kepada peserta didik tentang nilai-nilai kehidupan sehari-hari agar yang bersangkutan mampu, sanggup, dan terampil dalam menjalankan kehidupannya yaitu dapat menjaga kelangsungan hidup dan perkembangannya. Dengan cara ini, pendidikan akan lebih realistis, lebih kontekstual, tidak akan mencabut peserta didik dari akarnya, sehingga pendidikan akan lebih bermakna bagi peserta didik dan akan tumbuh subur. Seseoarang dikatakan memiliki kecakapan hidup apabila yang bersangkutan mampu, sanggup, dan terampil dalam menjalankan kehidupan dengan nikmat dan bahagia. Kehidupan yang dimaksud meliputi kehidupan pribadi, kehidupan keluarga, kehidupan tetangga, kehidupan masyarakat, kehidupan perusahaan, kehidupan bangsa, dan kehidupan-kehidupan yang lainnya. Ciri kehidupan adalah perubahan, dan perubahan selalu menuntut kecakapan-kecakapan untuk menghadapinya.8 UUSPN telah mengamanatkan pendidikan kecakapan hidup, sebagai bagian yang menjadi tujuan Pendidikan Nasional yang berbunyi: “Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri
serta
kebangsaan”.
rasa
tanggung
jawab
kemasyarakatan
dan
9
b. Jenis-jenis Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills) Kecakapan hidup dapat dipilah menjadi dua jenis utama, yaitu : kecakapan hidup yang bersifat generik (generic life skill/GLS) yang terbagi atas kecakapan personal (personal skill) dan kecakapan sosial 8
Slamet PH, Pendidikan Kecakapan Hidup; Konsep Dasar, dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 037, (Jakarta: Balitbang Diknas, 2002), hlm. 545. 9 Ibid., hlm. 545.
11
(social skill) sedangkan kecakapan hidup yang bersifat khusus (specific life skill/SLS) mencakup kecakapan akademik (academic skill) dan kecakapan vokasional (vocational skill). Jenis kecakapan hidup di atas untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar skema kecakapan hidup berikut;
kesadaran diri kecakapan personal kecakapan hidup generik
kecakapan berfikir
kecakapan sosial
kecakapan hidup/life skills kecakapan hidup spesifik
kecakapan akademik kecakapan vokasional
Gambar 1. Skema terinci kecakapan hidup (life skills).
1) Kecakapan hidup yang bersifat generik (generic life skill/GLS), yang mencakup; a) Kecakapan personal (personal skill), adalah kecakapan yang diperlukan bagi seseorang untuk mengenal dirinya secara utuh. Kecakapan ini mencakup kecakapan akan kesadaran diri atau memahami diri (self awareness) dan kecakapan berfikir (thinking skill). Menurut depdiknas bahwa kecakapan kesadaran diri itu pada dasarnya merupakan penghayatan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, anggota masyarakat dan Warga Negara, serta menyadari dan mensyukuri kelebihan dan kekurangan yang
12
diimilikinya, sekaligus menjadikannya sebagai modal dalam meningkatkan dirinya sebagai individu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungan.10 Kecakapan kesaadaran diri tersebut dapat dijabarkan menjadi: kesadaran diri sebagai hamba Tuhan, makhluk sosial, serta makhluk lingkungan, dan kesadaran akan potensi yang dikaruniakan oleh Tuhan, baik fisik maupun psikologik. Kemudian kecakapan berfikir rasional (thingking skill) adalah kecakapan yang diperlukan dalam pengembangan potensi berfikir.11 Kecakapan ini mencakup antara lain kecakapan menggali dan menemukan informasi, kecakapan mengolah informasi
dan
mengambil
keputusan
memecahkan masalah secara kreatif. b) Kecakapan
sosial
berkomunikasi
(social
dengan
skill),
empati
serta
kecakapan
mencakup
kecakapan
12
(communication
skill)
dan
kecakapan bekerja sama (collaboration skill). Empati, sikap penuh pengertian dan seni komunikasi dua arah perlu ditekankan karena yang dimaksud berkomunikasi disini bukan sekedar menyampaikan pesan, tetapi isi pesannya sampai dan disertai dengan kesan baik yang dapat menumbuhkan hubungan harmonis.13 Komunikasi dapat melalui lisan atau tulisan. Untuk komunikasi lisan, kemampuan mendengarkan dan menyampaikan gagasan secara lisan perlu dikembangkan. Kecakapan mendengarkan dengan empati akan membuat orang mampu memahami isi pembicaraan orang lain, sementara lawan bicara
10
merasa
diperhatikan
dan
dihargai.
Kecakapan
Depdiknas., Op. Cit., hlm. 10. Joko Sutrisno, Pengembangan Pendidikan Berwawasan Kewirausahaan Sejak Usia Dini, dalam Makalah Mata Kuliah Pengantar Falsafah Sains, (Bogor: Institut Pertanian Bogor, 2003), hlm. 8. 12 Hidayanto, Belajar Keterampilan Berbasis Keterampilan Belajar, Dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 037, (Jakarta: Balitbang Diknas, 2002), hlm. 562-574. 13 Anwar, OP. Cit., hlm. 30. 11
13
menyampaikan gagasan dengan empati, akan membuat orang dapat menyampaikan gagasan dengan jelas dan dengan kata-kata santun, sehingga pesannya sampai dan lawan bicara merasa dihargai. Dalam tahapan lebih tinggi, kecakapan menyampaikan gagasan juga mencakup kemampuan meyakinkan orang lain. Menyampaikan gagasan, baik secara lisan maupun tertulis, juga memerlukan keberanian. Keberanian seperti itu banyak dipengaruhi oleh keyakinan diri dalam aspek kesadaran diri. Oleh karena itu, perpaduan antara keyakinan diri dan kemampuan berkomunikasi akan menjadi modal berharga bagi seseorang untuk berkomunikasi dengan orang lain. Di dalam al Qur’an pun ternyata Allah SWT telah memuat ayat-ayat tentang komunikasi. Beberapa ayat dalam al Qur’an yang mengatur tentang komunikasi adalah:
.ﻰﺸﺨ ﻳ ﺃﹶﻭﺬﹶﻛﱠﺮﺘ ﻳﻠﱠﻪﺎ ﻟﹶﻌﻻﹰ ﻟﹶﻴﹺّﻨ ﻗﹶﻮﻓﹶﻘﹸﻮﻻﹶ ﻟﹶﻪ Artinya: “Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, Mudah-mudahan ia ingat atau takut”. (Q.S. At Thoha: 44)14 Kecakapan kerjasama tidak hanya antar teman kerja yang “setingkat” tetapi juga dengan atasan dan bawahan. Dengan rekan kerja yang setingkat, kecakapan kerjasama akan menjadikan seseorang
sebagai
teman
kerja
yang
terpercaya
dan
menyenangkan. Dengan atasan, kecakapan kerjasama akan menjadikan seseorang sebagai staf yang terpercaya, sedangkan dengan bawahan akan menjadikan seseorang sebagai pimpinan tim kerja yang berempati kepada bawahan. Kemampuan kerjasama perlu dikembangkan agar peserta didik terbiasa memecahkan masalah yang sifatnya agak komplek. Kerjasama yang dimaksudkan adalah bekerjasama adanya saling 14
Departemen Agama RI, Al-‘Aliyy Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: Diponegoro, 2005, hlm. 251.
14
pengertian dan membantu antar sesama untuk mencapai tujuan yang baik, hal ini agar peserta didik terbiasa dan dapat membangun semangat komunitas yang harmonis. Sebagai mahluk sosial, manusia merupakan bagian dari masyarakat yang selalu membutuhkan keterlibatan menjalin hubungan dengan sesamanya, hal ini disebut dengan silaturrahmi.
ﺎﻬﻨ ﻣﻠﹶﻖﺧ ﻭﺓﺣﺪ ﺍﻔﹾﺲﹴ ﻭ ﻧﻦ ﻣﻠﹶ ﹶﻘ ﹸﻜﻢﻱ ﺧ ﺍﱠﻟﺬ ﹸﻜﻢﺑﻘﹸﻮﺍ ﺭ ﺍﺗﺎﺱﺎ ﺍﻟﻨﻬﺎ ﺃﹶﻳﻳ ﺎﺀَﻟﹸﻮﻥﹶ ﺑﹺﻪﺴﻱ ﺗﻘﹸﻮﺍ ﺍﷲ ﺍﱠﻟﺬﺍﺗﺎﺀً ﻭﻧﹺﺴﺍ ﻭﲑﺎﻻﹰ ﻛﹶﺜﺎ ﺭﹺﺟﻬﻤ ﻨﺚﱠ ﻣﺑﺎ ﻭﻬﺟﻭﺯ .ﺎﻴﺒﻗ ﺭ ﹸﻜﻢﻠﹶﻴ ﺇﹺﻥﱠ ﺍﷲ ﻛﹶﺎﻥﹶ ﻋﺎﻡﺣﺍﻷﺭﻭ Artinya: “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (Q.S. An Nisa’: 1)15 2) Kecakapan Hidup Spesifik (specifik life skill), yaitu kecakapan untuk menghadapi pekerjaan atau keadaan tertentu, yang mencakup; a) Kecakapan akademik (academic skill) atau kecakapan intelektual Kecakapan
akademik
yang
seringkali
juga
disebut
kecakapan intelektual atau kemampuan berpikir ilmiah pada dasarnya merupakan pengembangan dari kecakapan berpikir pada General Life Skills (GLS). Jika kecakapan berpikir pada GLS masih bersifat umum, kecakapan akademik sudah lebih mengarah kepada kegiatan yang bersifat akademik/keilmuan. Hal itu didasarkan pada pemikiran bahwa bidang pekerjaan yang ditangani memang lebih memerlukan kecakapan berpikir ilmiah. Kecakapan akademik mencakup antara lain kecakapan melalui identifikasi variabel dan menjelaskan hubungannya pada suatu fenomena 15
Ibid., hlm. 61.
tertentu,
merumuskan
hipotesis
terhadap
suatu
15
rangkaian kejadian, serta merancang dan melaksanakan penelitian untuk membuktikan suatu gagasan atau keingintahuan.16 Sebagai
kecakapan hidup
yang spesifik,
kecakapan
akademik penting bagi orang-orang yang akan menekuni pekerjaan yang menekankan pada kecakapan berpikir. Oleh karena itu kecakapan akademik lebih cocok untuk jenjang SMA dan program akademik di universitas. Namun perlu diingat, para ahli meramalkan di masa depan akan semakin banyak orang yang bekerja dengan profesi yang terkait dengan mind worker dan bagi mereka itu belajar melalui penelitian menjadi kebutuhan seharihari. Tentu riset dalam arti luas, sesuai dengan bidangnya. Pengembangan kecakapan akademik yang disebutkan di atas, tentu disesuaikan dengan tingkat berpikir siswa dan jenjang pendidikan. b) Kecakapan Vokasional (Vocational skill). Kecakapan Vokasional adalah keterampilan yang dikaitkan dengan berbagai bidang pekerjaan tertentu yang terdapat di masyarakat.
Kecakapan
vokasional
mencakup
kecakapan
vokasional dasar (basic vocational skill) dan kecakapan vokasional khusus (occupational skill).17 Kecakapan vokasional mempunyai dua bagian, yaitu: kecakapan vokasional dasar dan kecakapan vokasional khusus yang sudah terkait dengan bidang pekerjaan tertentu. Kecakapan dasar vokasional mencakup antara melakukan gerak dasar, menggunakan alat sederhana diperlukan bagi semua orang yang menekuni pekerjaan manual (misalnya palu, obeng dan tang), dan kecakapan
membaca
gambar
sederhana.
Disamping
itu,
kecakapan vokasional dasar mencakup aspek sikap taat asas,
16 17
Anwar, Ibid., hlm. 30. Joko Sutrisno, Op.cit., hlm. 9.
16
presisi, akurasi dan tepat waktu yang mengarah pada perilaku produktif. Kecakapan vokasional khusus, hanya diperlukan bagi mereka yang akan menekuni pekerjaan yang sesuai. Misalnya menservis mobil bagi yang menekuni, pekerjaan di bidang tata boga, dan sebagainya. Namun demikian, sebenarnya terdapat satu prinsip dasar dalam kecakapan vokasional, yaitu menghasilkan barang atau menghasilkan jasa.18 Kecakapan akademik dan kecakapan vokasional sebenarnya hanyalah penekanan. Bidang pekerjaan yang menekankan ketrampilan manual, dalam batas tertentu juga memerlukan kecakapan akademik. Demikian sebaliknya, bidang pekerjaan yang menekankan kecakapan akademik, dalam batas tertentu juga memerlukan kecakapan vokasional. Jadi diantara jenis kecakapan hidup adalah saling berhubungan diantara kecakapan yang satu dengan kecakapan yang lainnya. Slamet membagi life skills menjadi dua bagian yaitu: kecakapan dasar dan kecakapan instrumentasi. Slamet selanjutnya membagi kecakapan dasar atas delapan kelompok, yaitu: (a) kecakapan belajar terus menerus; (b) kecakapan membaca, menulis, dan menghitung; (c) kecakapan berkomunikasi: lisan, tergambar, dan mendengar; (d) kecakapan berfikir; (e) kecakapan qolbu: iman (spiritual), rasa dan emosi; (f) kecakapan mengelola kesehatan; (g) kecakapan merumuskan keinginan dan upaya-upaya mencapainya; (h) kecakapan berkeluarga dan sosial. Sedangkan untuk kecakapan instrumental selanjutnya Slamet membagi menjadi sepuluh kecakapan sebagai berikut: (a) kecakapan memanfaatkan teknologi dalam kehidupan; (b) kecakapan mengelola sumber daya; (c) kecakapan bekerja sama dengan orang lain; (d) 18
Depag., Pedoman Integrasi Life Skill Terhadap Pembelajaran, Jakarta: Dirjend Kelembagaan Agama Islam, 2005, hlm. 10.
17
kecakapan memanfaatkan informasi; (e) kecakapan menggunakan sistem kehidupan; (f) kecakapan berwirausaha; (g) (h) kecakapan kejuruan, termasuk olah raga dan seni; (i) kecakapan memilih, menyiapkan dan mengembangkan karir; (j) kecakapan menjaga harmoni dengan lingkungan; (k) kecakapan menyatukan bangsa berdasarkan nilai-nilai pancasila.19 Sedangkan
Anwar
mengelompokkan
kecakapan
hidup
mencakup: pengambilan keputusan, pemecahan masalah, berfikir kritis, berfikir kreatif, berkomunikasi yang efektif, membina hubungan antar pribadi, kesadaran diri, berempati, mengatasi emosi, dan mengatasi stress.20 Berdasarkan jenis-jenis kecakapan hidup di atas, pada dasarnya diantara penjelasan para ahli yang satu dengan yang lainnya pada hakikatnya
mempunyai
kesamaan,
sehingga
beberapa
jenis
kecakapan hidup sudah termasuk dalam satu kecakapan. Pembagian kecakapan hidup oleh depdiknas dianggap sudah mewakili dari beberapa pembagian para ahli, yang menyatakan bahwa kecakapan hidup (life skills) ada empat aspek yakni kecakapan personal, kecakapan sosial, kecakapan akademik, dan kecakapan vokasional.
c. Konsep Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills) Konsep dasar dari pendidikan life skills tidak terlepas dari tujuan pendidikan nasional dan bagaimana upaya untuk mencapai tujuan tersebut yang secara normatif tercantum dalam Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 yang berbunyi bahwa berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap,
19 20
Slamet PH, Op. Cit., hlm. 552-559. Anwar, Op. Cit., hlm. 54.
18
kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab.21 Berdasarkan tujuan tersebut, maka pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah bertugas dan berfungsi mempersiapkan peserta didik agar mampu: (1) mengembangkan kehidupan sebagai pribadi, (2) mengembangkan kehidupan untuk bermasyarakat, (3) mengembangkan kehidupan untuk berbangsa, dan (4) mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan yang lebih tinggi.22 Konsep life skills merupakan salah satu fokus analisis dalam pengembangan
kurikulum
pendidikan
yang
menekankan
pada
kecakapan atau keterampilan hidup untuk bekerja atau dalam kajian pengembangan kurikulum isu tersebut dibahas dalam pendekataan studies of contemporary life outside the school atau curriculum design focused on social functions activities. Dalam pendekatan kurikulum tersebut, pengembangan life skills harus dipahami dalam konteks pertanyaan berikut: 1) Kemampuan (life skills) apa yang relevan dipelajari anak di sekolah, atau dengan kata lain kemampuan apa yang mereka harus kuasai setelah menyelesaikan satuan program belajar tertentu. 2) Bahan belajar apa yang harus dipelajari sehingga ada jaminan bagi anak bahwa dengan mempelajarinya mereka akan menguasai kemampuan tersebut. 3) Kegiatan dan pengalaman belajar yang seperti apa yang harus dilakukan dan kemampuan-kemampuan apa yang perlu dikuasainya. 4) Fasilitas, alat, dan sumber belajar yang bagaimana yang perlu disediakan untuk mendukung kepemilikan kemampuan-kemampuan yang diinginkan tersebut. 5) Bagaimana cara untuk mengetahui bahwa anak didik benar-benar telah menguasai kemampuan-kemampuan tersebut. Bentuk jaminan 21 22
Undang-Undang Sisdiknas. Op.cit., hlm. 8. Slamet PH, Op. Cit., hlm. 547.
19
apa yang dapat diberikan sehingga anak-anak mampu menunjukkan kemampuan itu dalam kehidupan nyata di masyarakat. Konsep
life
skills
menjadi
landasan
pokok
kurikulum,
pembelajaran, dan pengelolaan semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan yang berbasis masyarakat. Dan dalam penyelenggaraan pendidikan kecakapan hidup seharusnya didasarkan atas prinsip empat pilar pendidikan, yaitu: learning to know or learning to learn (belajar untuk memperoleh pengetahuan), learning to do (belajar untuk dapat berbuat/melakukan pekerjaan), learning to be (belajar agar dapat menjadi orang yang berguna sesuai dengan minat, bakat dan potensi diri), dan learning to live together (belajar untuk dapat hidup bersama dengan orang lain).23
d. Tujuan dan Manfaat Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills) Meskipun bervariasi dalam menyatakan tujuan pendidikan kecakapan hidup, namun konvergensinya cukup jelas yaitu bahwa tujuan utama pendidikan kecakapan hidup adalah menyiapkan peserta didik agar yang bersangkutan mampu, sanggup, dan terampil menjaga kelangsungan hidup dan perkembangannya di masa datang. Esensi dari pendidikan kecakapan hidup adalah untuk meningkatkan relevansi pendidikan dengan nilai-nilai kehidupan nyata, baik preservatif maupun progresif. Lebih spesifiknya, tujuan pendidikan kecakapan hidup dapat dikemukakan sebagai berikut. 1) memberdayakan aset kualitas batiniyah, sikap, dan perbuatan lahiriyah peserta didik melalui pengenalan (logos), penghayatan (etos), dan pengalaman (patos) nilai-nilai kehidupan sehari-hari sehingga dapat digunakan untuk menjaga kelangsungan hidup dan perkembangannya.
23
Anwar, Op. Cit., hlm. 5.
20
2) memberikan wawasan yang luas tentang pengembangan karir, yang dimulai dari pengenalan diri, eksplorasi karir, orientasi karir, dan penyiapan karir. 3) memberikan bekal dasar dan latihan-latihan yang dilakukan secara benar mengenai nilai-nilai kehidupan sehari-hari yang dapat memampukan peserta didik untuk berfungsi menghadapi kehidupan masa depan yang sarat kompetisi dan kolaborasi sekaligus. 4) mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya sekolah melalui pendekatan manajemen berbasis sekolah dengan mendorong peningkatan kemandirian sekolah, partisipasi stakeholders, dan fleksibilitas pengelolaan sumber daya sekolah. 5) memfasilitasi peserta didik dalam memecahkan permasalahan kehidupan yang dihadapi sehari-hari, misalnya kesehatan mental, dan fisik, kemiskinan, kriminal, pengangguran, lingkungan sosial dan pisik, narkoba, kekerasan, dan kemajuan ipteks.24 Pendidikan kecakapan hidup memberikan manfaat pribadi peserta didik dan manfaat sosial bagi masyarakat. Bagi peserta didik, pendidikan kecakapan hidup dapat meningkatkan kualitas berfikir, kualitas kalbu, dan kualitas fisik. Peningkatan kualitas tersebut pada gilirannya akan dapat meningkatkan pilihan-pilihan dalam kehidupan individu, misalnya karir, penghasilan, pengaruh, prestise, kesehatan jasmani dan rohani, peluang, pengembangan diri, kemampuan kompetitif, dan kesejahteraan pribadi. Sedangkan bagi masyarakat, pendidikan kecakapan hidup dapat meningkatkan kehidupan yang maju dan
madani
dengan
indikator-indikator
adanya:
peningkatan
kesejahteraan sosial, pengurangan perilaku destruktif sehingga dapat mereduksi masalah-masalah sosial, dan pengembangan masyarakat yang secara harmonis mampu memadukan nilai-nilai religi, teori, solidaritas, ekonomi, kuasa dan seni (cita rasa).25 24 25
Ibid., hlm. 43. Slamet PH, Op. Cit., hlm. 547.
21
e. Ciri-ciri Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills) Ada beberapa ciri dari pembelajaran pendidikan kecakapan hidup menurut Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) yaitu sebagai berikut: 1) Terjadi proses identifikasi kebutuhan belajar. 2) Terjadi proses penyadaran untuk belajar bersama. 3) Terjadi keselarasan kegiatan belajar untuk mengembangkan diri, belajar usaha mandiri dan usaha bersama. 4) Terjadi proses penguasaan kecakapan personal, sosial, vokasional, akademik, manajerial serta kewirausahaan. 5) Terjadi proses pemberian pengalaman dalam melakukan pekerjaan dengan benar, hingga menghasilkan produk bermutu. 6) Terjadi proses interaksi saling belajar dari para ahli. 7) Terjadi proses penilaian kompetensi. 8) Terjadi pendampingan teknis untuk bekerja atau membentuk usaha bersama. Apabila dihubungkan dengan pekerjaan tertentu, life skill dalam lingkup pendidikan nonformal ditujukan pada penguasaan vokasional skills yang intinya terletak pada penguasaan keterampilan secara khusus (spesifik). Apabila dipahami dengan baik, maka dapat dikatakan bahwa life skills dalam konteks kepemilikan keterampilan secara khusus sesungguhnya diperlukan oleh setiap orang. Ini berarti bahwa program life skill dalam pemaknaan program pendidikan nonformal diharapkan dapat menolong mereka untuk memiliki harga diri mencari nafkah dalam konteks peluang yang ada di lingkungannya.26
f. Indikator-indikator pendidikan kecakapan hidup (life skills) Orientasi dari life skills adalah menghindari sistem pendidikan yang hanya sebatas formalitas, pembakuan, dan kaku. Gambaran ketidakformalan itu tampaknya bisa dilihat dari model targeting life 26
Anwar, Op. Cit., hlm. 21.
22
skills yang dibuat Pat Hendricks, dari Iowa State University. Model Hendricks ini dibuat dari konsep pendidikan yang dikembangkan familiy living and 4-H youth development ketika melaksanakan program pendidikan anak kapabel, kompeten, dan menghargai masyarakat. Model targeting life skills ini terdiri dari 35 faktor kemampuan life skills. Semua faktornya saling terhubung dan terintegrasi. Masingmasing faktor merujuk pada kompetendi individual yang dibutuhkan lingkungan sosialnya. Pihak Washington State University kemudian mengeleminirnya menjadi delapan indikator life skills. Kedelapan indikator yang menjadi acuan program pendidikan life skills tersebut terdiri dari: 1) Decision making (kemampuan membuat keputusan) – membuat pilihan diantara berbagai alternatif, kemampuan membuat daftar pilihan sebelum membuat keputusan, mampu memikirkan akibat dari putusan yang akan diambil, dan mampu mengevaluasi pilihan yang telah dibuat. 2) Wise use of resources (kemampuan memanfaatkan sumber daya) – menggunakan referensi, bermanfaat, punya nilai responsibilitas, berdasarkan prioritas. a) Mendayagunakan sumber daya yang ada disekitar dirinya.
b) Memanfaatkan sumber daya finansial sendiri secara terencana c) Memanfaatkan pengaturan waktu yang baik d) Berhati-hati dengan personalitas diri. 3) Communication
(komunikasi)
–
kemampuan
menyampaikan
pendapat, informasi, atau pesan dengan berbagai orang melalui pembicaraan, penulisan, gerak tubuh, dan ekspresi yang efektif. a) Membuat presentasi b) Mendengarkandengan sekasama apa yang dikatan orang c) Jelas dalam menyampaikan pendapat, perasaan, atau ide kepada orang lain d) Tidak emosional dalam menjelaskan ketidak sepakatan.
23
4) Accepting
differences
(menerima
perbedaan)
–
kemampuan
mengatur dan menerima kesenjangan atau perbedaan dengan pelbagai pihak a) Menghargai orang yang berbeda b) Bekerja sama dengan orang yang berbeda c) Menjalin hubungan dengan orang yang berbeda. 5) Leadership
(kepemimpinan)
–
mampu
mempengaruhi
dan
menjelaskan sesuatu kepada pelbagai pihak di dalam kelompok. a) Mengatur kelompok pada tujuan yang telah ditetapkan b) Menggunkan gaya kepemimpinan yang variatif c) Saling berbagi dengan yang lain dalam kepemimpinan 6) Useful/marketable
skills
(kemampuan
yang
marketabel)
–
kemampuan menjadi pekerja dan dibutuhkan oleh lapangan kerja. a) Memahami permasalahan b) Mengikuti instruksi c) Memberi kontribusi pada kerja tim d) Siap bertanggung jawab pada tiap tugas yang diberikan e) Menghindari kesalahan dan mencatat prestasi f) Siap melamar pekerjaan 7) Healthy lifestyle choices (kemampuan memilih gaya hidup sehat) – kemampuan memilih gaya hidup sehat bagi tubuh dan pikiran, menghindari penyakit dan luka-luka. a) Memilihmakanan sehat b) Memilih aktifitas yang sehat bagi tubuh danmental c) Mengatur stress secara positif di dalam kehidupan pribadi d) Menghindari perilaku beresiko. 8) Self-responsibility (bertanggung jawab pada diri sendiri) – mampu menjaga diri; menghargai perilaku diri dan dampaknya; mampu memilih posisi dintara salah dan benar. a) Mengerjakan sesuatu yang benar bagi diri ketika di dalam kelompok
24
b) Selalu mengingatkan diri akan kesalahan yang bisa dibuat c) Mencoba memahami betul sebelum membuat komitmen d) Mengontrol tindakan diri berdasarkan tujuan/masa depan.27
2. Remaja a. Pengertian Remaja Kata “remaja” berasal dari bahasa latin yaitu adolescence yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa.” Istilah adolescence ini memiliki arti yang lebih luas, yaitu mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik.28 Masa remaja itu merupakan masa transisi, baik biologis, psikologis, sosial mupun ekonomis. Masa remaja merupakan masa yang penuh dengan gejolak dan kegoncangan. Perkembangan selama masa remaja menyangkut serangakaian proses, ada yang panjang ada yang pendek, ada yang lancar dan ada pula yang tersendat-sendat. Ada sementara remaja yang lebih awal matang, ada pula yang lebih lambat. Para ahli umumnya sepakat bahwa rentangan masa remaja adalah mereka yang berusia 12 sampai 21 tahun. Usia 12 tahun merupakan awal pubertas bagi seorang pemuda ketika ia mengalami mimpi yang pertama, yang tanpa disadarinya keluar sperma.29 Jadi yang dimaksud masa remaja adalah suatu tingkatan yang ditempuh oleh seseorang dari masa anak-anak menuju dewasa dengan perubahan-perubahan perkembangan baik fisik maupun psikis yang berlangsung antara 12 tahun dan berakhir pada usia 21 tahun.
27
Septiawan Santana Kurnia, Quantum Learning bagi Pendidikan Jurnalistik (Studi Pembelajaran Jurnalistik yang Berorientasi pada Life Skill), dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, (Jakarta: Balitbang Diknas, 2002), hlm. 103. 28 Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkebangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, (Jakarta: Erlangga, 1980), Ed. V, hlm. 206. 29 Zulkifli, Psikologi Perkembangan, Rosda Karya, Bandung, 2005, hal. 63.
25
b. Ciri-ciri Masa Remaja 1) Periode Yang Penting Ada beberapa periode yang dianggap lebih penting dari pada periode lainnya karena berakibat langsung terhadap sikap dan perilaku, dan ada yang diaggap penting karena berakibat jangka panjang. 2) Periode Peralihan Dalam setiap periode peralihan, status individu tidak jelas dan terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan. Pada masa ini remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa. Sehingga
pada
remaja
sering
terlihat
adanya
kegelisahan,
pertentangan, berkeinginan besar untuk mencoba segala hal yang belum diketahunya, keinginan menjelajah ke alam sekitar yang lebih luas, menghayal dan berfantasi, serta aktivitas kelompok.30 3) Periode Perubahan Perubahan sikap dan perilaku sejajar dengan perubahan fisik. Ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat, dan sebaliknya. Ada lima perubahan yang sama yang hampir bersifat universal yang terjadi pada masa remaja, yakni: a) Meningginya emosi yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi. Granville Hall menyebut masa ini sebagai perasaan yang peka; remaja mengalami badai dan topan (storm & stress) dalam kehidupan perasaan dan emosinya.31 Mengapa? Karena pada masa ini sering terjadi frustasi dan penderitaan, konflik dan krisis penyesuaisan, mimpi dan melamun tentang cinta dan perasaan teralienasi/terasing dari kehidupan sosial budaya orang dewasa.
30
H. Sunarto dan Ny. B. Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994), hlm. 47-48. 31 Andi Mappiare, Psikologi Remaja, (Surabaya: Usaha Nasional, 1982), hlm. 32.
26
b) Perubahan-perubahan
yang
menyertai
kematangan
seksual
membuat remaja tidak yakin akan dirinya, kemampuankemampuannya serta minatnya. c) Perubahan tubuh, minat, dan peran yang diharapkan oleh lingkungan menimbulkan masalah baru bagi remaja. d) Perubahan dalam minat dan perilaku disertai pula perubahan dalam nilai-nilai. e) Sebagian remaja bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan. Mereka ingin dan menuntut kebebasan tetapi sering takut bertanggung jawab akan akibatnya dan tidak yakin dengan kemampuannya untuk memikul tanggung jawab tersebut.32 4) Usia Bermasalah Masalah remaja sering sulit diatasi baik oleh anak laki-laki maupun perempuan. Hal itu disebabkan oleh: a) Selama
masa
kanak-kanak
masalahnya
sebagian
besar
diselesaikan oleh orang tua dan guru sehingga remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah. b) Remaja merasa mandiri sehingga ingin mengatasi masalahnya sendiri dan menolak bantuan orang tua dan guru. Karena ketidakmampuan mereka untuk mengatasi masalahnya menurut cara yang mereka yakini, banyak remaja akhirnya menemukan bahwa penyelesaiannya tidak selalu sesuai dengan harapan mereka. Seperti yang dijelaskan oleh Anna Freud, mereka telah dihabiskan untuk mencoba mengatasi masalah pokok yang disebabkan oleh pertumbuhan dan perkembangan seksual yang normal.33 5) Mencari Identitas Seperti yang dijelaskan oleh Erikson bahwa: “Identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya, 32
Soeparwoto, dkk., Psikologi Perkembangan, (Semarang: UPT MKK UNNES, 2007), Cet. V, hlm. 62. 33 Elizabeth B. Hurlock, OP. Cit., hlm. 208.
27
apa peranannya dalam masyarakat. Apakah ia seorang anak atau seorang dewasa? Apakah nantinya ia dapat menjadi seorang suami atau ayah?...... apakah ia mampu percaya diri sekalipun latar belakang ras atau agama atau nasionalnya membuat beberapa orang merendahkannya? Secara keseluruhan, apakah ia akan berhasil atau akan gagal?”34 6) Usia Yang Menimbulkan Ketakutan Adanya anggapan bahwa remaja adalah anak-anak yang tidak rapi, tidak dapat dipercaya dan cenderung berperilaku merusak membuat orang dewasa yang harus membimbing dan mengawasi kehidupan remaja menjadi takut bertanggung jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal. Anggapan tersebut juga mempengaruhi konsep diri dan sikap remaja terhadap dirinya sendiri. Ini menyebabkan peralihan ke masa dewasa menjadi sulit. 7) Masa yang tidak realistik Remaja cenderung memandang kehidupan melalui kaca berwarna merah jambu. Ia melihat dirinya sendiri dengan orang lain sebagaimana yang ia inginkan dan bukan sebagaimana adanya, terlebih dalam hal cita-cita. Cita-cita yang tidak realistik ini, menyebabkan meningginya emosi yang merupakan ciri awal dari masa remaja. Semakin tidak realistik cita-citanya semakin ia menjadi marah. Remaja akan sakit hati dan kecewa apabila orang lain mengecewakannya atau kalau ia tidak berhasil mencapai tujuan yang ditetapkan sendiri. 8) Ambang masa dewasa Dengan semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa. Berpakaian dan bertindak seperti orang dewasa ternyata belumlah 34
Ibid, hlm. 208.
28
cukup. Oleh karena tu, remaja mulai bertindak dan berperilaku yang dihubungkan dengan orang dewasa, yaitu merokok, minumminuman keras, menggunakan obat-obatan dan terlibat dalam perubahan seks.35 Karena mereka menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan citra yang mereka inginkan. c. Tugas Perkembangan Pada Masa Remaja Tugas-tugas perkembangan remaja menurut Havighurst adalah sebagai berikut, diantaranya: 1) Mencapai hubungan antara pribadi dan berkomunikasi secara lebih dewasa dengan kawan sebaya, baik laki-laki maupun perempuan 2) Mencapai peranan sosial, baik pria maupun wanita. 3) Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya dengan efektif. 4) Mengaharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab. 5) Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya. 6) Memilih dan mempersiapkan karier ekonomi seperti lapangan pekerjaan. 7) Mempersiapkan diri dalam perkawinan dan pembentukan keluarga, dan; 8) Membentuk sistem nilai, moralitas dan falsafah hidup.36 Jika tugas perkembangan itu berjalan dengan baik, maka dapat diharapkan anak remaja akan menjadi orang dewasa yang sanggup berdiri sendiri dan bertanggung jawab untuk memperkembangkan masyarakat. Jika terjadi kelainan tingkah laku pada remaja dan orang dewasa pada umumnya, tentu ada kaitannya dengan tugas-tugas perkembangan yang tidak terselesaikan. Maka anggota masyarakat yang bijaksana 35 36
Soeparwoto, dkk., Op. Cit., hlm. 62-63. Elizabeth B. Hurlock, Op. Cit., hlm. 10.
29
hendaklah memahami kelainan tingkah laku itu secara objektif dengan jalan menganalisa jenis kelainan tingkah laku itu. Kemudian memberikan bimbingan kearah pengembangan anak secara maksimal agar tercapai kebahagiaan pribadinya serta kemanfaatan social. 37
3. Pendidikan Life Skills Remaja Masa remaja merupakan masa yang penuh dengan permasalahan, sehingga pada masa ini sering disebut dengan masa storm and stress (badai dan tekanan). Keadaan remaja yang sedang berproses kearah pencarian dan pembentukan jati diri ini kerap menimbulkan konflik, hal itu akan terus terjadi karena adanya unsur ketidaksiapan seorang remaja dalam menghadapi permasalahan yang muncul, baik dari internal maupun eksternal remaja tersebut. Ketidaksiapan remaja dalam mengatasi persoalan hidup tentu saja akan berpengaruh negatif bagi perkembangan diri maupun lingkungan sekitarnya, misalnya; kehilangan orientasi tentang membangun masa depan, terjerumus ke dunia narkoba, minuman alkohol, pergaulan bebas, tawuran dan lain sebagainya. Melihat kondisi remaja yang sangat rentan dengan konflik ini maka perlu adanya perhatian khusus bagi semua kalangan untuk lebih serius dalam melakukan pendekatan melalui program-program pendampingan dan pengembangan diri pada usia remaja. Pembatasan tentang usia remaja dari semua ahli kebanyakan hampir sama, yakni dari usia 12-23 tahun. Mesipun mulainya masa remaja relatif sama, tetapi berakhirnya masa remaja sangat variatif hal ini sangat berkaitan dengan kecakapan/kemampuan remaja dalam pemenuhan kapasitas diri sebagai sosok orang dewasa. Pendidikan kecakapan hidup merupakan kecakapan-kecakapan yang secara praktis dapat membekali seorang remaja dalam mengatasi berbagai macam persoalan hidup dan kehidupan. Kecakapan itu menyangkut aspek 37
hlm. 16.
Sofyan S. Willis, Problema Remaja dan Pemecahannya, (Bandung: Angkasa, 1981),
30
pengetahuan, sikap yang didalamnya termasuk fisik dan mental, serta kecakapan kejuruan yang berkaitan dengan pengembangan akhlak peserta didik sehingga mampu menghadapi tuntutan dan tantangan hidup dalam kehidupan. Dikaitkan dengan pengembangan pendidikan kecakapan hidup pada remaja, jika diartikan secara luas Pendidikan kecakapan hidup ini dapat menyentuh aspek-aspek kehidupan remaja seperti : a. Aspek personal skill Aspek ini menjangkau ruang pemahaman untuk mengenali diri (self awareness skill) sehingga diharapkan remaja mampu berpikir rasional dalam setiap menyelesaikan permasalahan yang dihadapi (thinking skill). Kecakapan mengenal diri pada dasarnya merupakan penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, sebagai anggota masyarakat dan warga negara, serta menyadari dan mensyukuri kelebihan juga kekurangan yang dimiliki. Dengan demikian maka kecakapan ini dapat menjadi modal dalam meningkatkan dirinya sebagai
individu
yang
bermanfaat
bagi
lingkungan
sekitar.
Kecapakan berpikir mencakup antara lain kecakapan mengenali dan menemukan informasi, mengolah, dan mengambil keputusan (making decision), serta memecahkan masalah (problem solving) secara kreatif.
b. Aspek Sosial Skill Merupakan aspek yang diperkuat untuk menjangkau sisi kehidupan bersosialisasi dengan lingkungan keluarga, teman sebaya, juga lingkungan masyarakat sekitar. Penguatan pada aspek ini dilakukan agar remaja dapat mengembangkan kemampuan berdialog dalam dunia pergaulan, sehingga memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik (communication skill) dan kemampuan bekerjasama dengan orang lain (collaboration skill). c. Aspek Akademik Skill dan Aspek Vokasional Skill
31
Secara konsep kedua aspek ini disebut sebagai Kecakapan spesipik (Specific Life Skill). Kedua aspek ini berkaitan langsung dengan penguasaan kemampuan keterampilan secara khusus bagi remaja dalam mengaktualisasikan diri, mengembangkan kemampuan untuk menguasai serta menyenangi jenis pekerjaan tertentu. Jenis pekerjaan tertentu ini bukan hanya merupakan pekerjaan utama yang akan ditekuni sebagai mata pencaharian, melainkan secara menyeluruh guna menjadi bekal untuk bersaing dalam kehidupan dunia kerja kedepan. Selain beberapa aspek di atas, terdapat program-program pengembangan lainnya dapat berupa peningkatan kualitas mental seperti pendidikan kepemimpinan (leadership), komunikasi (public speaking),
juga
pelatihan-pelatihan
kejuruan
seperti
komputer,
kerajinan pertukangan, seni pahat/ukir, lukis, daur ulang bahan bekas (recycle) serta kreatifitas lain yang menunjang kehidupan remaja secara vokasinal. Jika empat aspek pengembangan kecakapan hidup diatas dapat dimiliki oleh seorang remaja maka dipastikan mereka dapat tumbuh dan berkembang secara layak serta memiliki kemampuan dan keberanian untuk menghadapi problema kehidupan, kemudian secara proaktif dan kreatif mencari serta menemukan solusi untuk mengatasinya. 38
B. Kajian penelitian yang relevan Berikut ini merupakan ilustrasi dari beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti yang ada korelasinya dengan tema penelitian, diantaranya seperti dibawah ini yaitu: Penelitian yang dilakukan oleh Fitriyatun Hasanah (3103120) Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo yang berjudul “Upaya pesantren berbasis agribisnis dalam meningkatkan life skills santri pondok pesantren (studi 38
Alfadilludin Bakri Ansori, Pendidikan Life Skill dalam Pengembangan Penguatan Remaja, http://pendidikanlifeskillsdalampengembanganpenguatanremaja.org.html/. Diakses pada tanggal 14 November 2010.
32
kasus di Pondok Pesantren Al Ishlah Desa Serangsari Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo)” yang didalamnya membahas tentang proses peningkatan life skill degan menerapkan konsep BBE-LS yaitu pendidikan berbasis luas dengan melakukan pendidikan life skill melalui orientasi pembelajaran, budaya pesantren, manajemen pesantren, penciptaan hubungan dengan masyarakat dan pengisian muatan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan mayarakat.39 Siti Aliyah (3102171) Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo dalam skripsinya yang berjudul “Implementasi pendidikan vocational skills di Pondok Pesantren Az Zuhri Ketileng Semarang” menjelaskan bahwa 3implementasi pendidikan vocational life skills di Pondok Pesantren az Zuhri menggunakan materi yang bersifat keterampilan seperti pelajaran komputer, menjahit, otomotif, qira’ (seni baca al Qur’an), rebana, dan lain-lain sebagainya yang memiliki tujuan untuk mengembangkan bakat dan minat yang dimiliki para santri sehingga dapat digunakan untuk bekal keterampilan ketika terjun kemasyarakat.40 Sedangkan
penelitian
ini
berbeda
dengan
penelitian-penelitian
sebelumnya karena penulis hanya memfokuskan pada pelaksanaan model pendidikan life skills yang ada di Panti Asuhan Al Hikmah Karanganyar Ngaliyan Semarang.
39
Lihat skripsi Fitriyatun Hasanah, Upaya Pesantren Berbasis Agribisnis Dalam Meningkatkan Life Skill Santri Pondok Pesantren (Studi Kasus Di Pondok Pesantren Al Ishlah Desa Serang Sari Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo), (Semarang: IAIN Walisongo, 2008). 40 Lihat skripsi Siti Aliyah, Implementasi Pendidikan Vocational Skills Di Pondok Pesantren az Zuhri Ketileng Semarang, (Semarang: IAIN Walisongo, 2008).
BAB III METODE PENELITIAN A. Dasar Penelitian Penelitian yang berjudul Model Pendidikan Life Skills bagi Remaja Panti Asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang, merupakan penelitian menggunakan metode penelitian kualitatif. Bogdan dan Taylor mendefinisikan penelitian kualitatif adalah sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang dan perilaku yang dapat diamati.1 Data yang diperoleh dalam penelitian ini tidak berupa angka-angka tetapi data yang terkumpul berbentuk kata-kata lisan yang mencakup catatan laporan dan foto-foto.
B. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Panti Asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang, dengan pertimbangan: Panti Asuhan Al Hikmah merupakan salah satu dari panti asuhan yang berada di semarang yang memiliki berbagai macam wirausaha dan berbagai usaha-usaha ekonomi produktif yang maju.
C. Fokus Penelitian Fokus penelitian menyatakan pokok persoalan apa yang menjadi pusat perhatian dalam penelitian. Penetapan fokus penelitian merupakan tahap yang sangat menentukan dalam penelitian kualitatif. Hal ini karena suatu penelitian kualitatif tidak dimulai dari sesuatu yang kosong atau tanpa adanya masalah, baik masalah-masalah yang bersumber dari pengalaman peneliti atau melalui keputusan ilmiah.2 Jadi fokus dari penelitian kualitatif sebenarnya masalah itu sendiri. 1
Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, Cet. XXVI, (Bandung: PT. Rosda Karya, 2009), hlm. 4. 2 Ibid., hlm. 92.
33
34
Yang menjadi fokus penelitian dalam penelitian ini adalah: Model Pendidikan kecakapan hidup (life skills) bagi remaja Panti Asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang.
D. Sumber Data Penelitian Data penelitian ini diperoleh dari: 1. Data Primer Ada dua data primer yang digunakan: a. Informan Informan adalah orang yang memberikan informasi guna dapat memecahkan masalah yang diajukan. informan dalam penelitian ini adalah: 1) Pimpinan panti asuhan. 2) Para pengasuh dan pengurus panti asuhan. b. Responden Responden adalah orang yang diminta memberikan keterangan tentang suatu fakta atau pendapat. Keterangan tersebut dapat disampaikan dalam bentuk tulisan yaitu ketika mengisi angket, atau lisan ketika menjawab pertanyaan.3 Dalam penelitian ini yang menjadi responden adalah anak asuh yang ada di panti asuhan. 2. Data Sekunder Data sekunder yaitu sumber data yang didapat atau diperoleh dengan cara tidak langsung. Sumber data sekunder dapat diperoleh dari: a. Sumber Tertulis Sumber tertulis yang dipakai dalam penelitian ini meliputi arsip, dokumen-dokumen, catatan dan laporan rutin panti asuhan.
3
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Cet. XIII, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 145.
35
b. Foto Ada dua kategori foto yang dapat dimanfaatkan dalam penelitian kualitatif, yaitu foto yang dihasilkan orang dan foto yang dihasilkan oleh peneliti sendiri.4 Dalam penelitian ini menggunakan dua kategori foto yaitu foto yang dihasilkan orang dan yang dihasilkan oleh peneliti sendiri.
E. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode wawancara, observasi, dokumentasi. 1.
Metode Wawancara (interview) Metode wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara secara langsung, berupa interview secara mendalam terhadap informan. Wawancara adalah pengamatan informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula. Ciri utama dari wawancara atau interview adalah kontak langsung dengan tatap muka antara interview dan sumber informasi (interviewer).5 Wawancara
adalah
percakapan
dengan
maksud
tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai memberikan jawaban atas pertanyaan itu.6 Dalam wawancara diharapkan terjadi hubungan yang baik antara pewawancara dengan responden sehingga tidak timbul kecurigaan dan dapat menghasilkan data yang lebih lengkap. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan alat pengumpulan data yang berupa pedomam wawancara yaitu instrumen yang berbentuk pertanyaan yang diajukan secara langsung kepada informan dan responden di tempat penelitian. Dalam hal ini yang di wawancarai adalah : a.
4
Pimpinan Panti Asuhan AL Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang.
Lexy J. Moleong, Op Cit., hlm. 160. Ibid., hlm. 83. 6 Ibid., hlm. 186. 5
36
b.
Pengurus dan pengasuh Panti Asuhan AL Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang.
c.
Anak asuh khususnya remaja Panti Asuhan AL Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang.
2.
Metode Observasi/Pengamatan Langsung Metode observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan dan pencatatan dengan sistematik mengenai fenomena yang diteliti.7 Pengamatan dan pencatatan yang di lakukan terhadap obyek di tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa, sehingga observed berada bersama objek yang diselidiki, disebut observasi langsung.8 Metode observasi ini digunakan untuk mengetahui kegiatan dari Panti Asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang, khususnya mengenai pelaksanaan model pendidikan kecakapan hidup (life skills) kepada anak asuhnya khususnya para remaja panti asuhan disana. Dalam penelitian ini metode observasi yang digunakan melalui pencatatan yang dilakukan berurutan menurut waktu munculnya peristiwa untuk memperoleh data tentang situasi dan kondisi, sarana dan prasarana, waktu dan masa pembinaan, program atau kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh pengasuh Panti Asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang.
3.
Metode Dokumentasi Yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat, agenda dan sebagainya.9 Metode dokumentasi ini digunakan untuk melengkapi datadata dalam penelitian. Metode ini digunakan untuk mencari dan mengumpulkan data dan informasi tertulis dari informan yang 7
S Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, (Bandung: Tarsito, 1988), hlm.
56. 8
Maman Rachman, Strategi dan Langkah-langkah Penelitian, (Semarang: IKIP Semarang Press, 1999), hlm. 77. 9 Suharsimi Arikunto, Op.cit., hlm. 231.
37
berhubungan dengan masalah penelitian. Data yang didapatkan tersebut dapat pula untuk memperkuat apa yang terdapat dalam lapangan saat wawancara dan observasi.
F. Validitas Data Validitas data merupakan faktor yang penting dalam sebuah penelitian karena sebelum data dianalisis terlebih dahulu harus mengalami pemeriksaan. Validitas membuktikan hasil yang diamati sudah sesuai dengan kenyataan dan memang sesuai dengan yang sebenarnya atau kejadiannya. 10 Apabila peneliti melaksanakan pemeriksaan terhadap keabsahan data secara cermat dengan teknik yang tepat dapat diperoleh hasil penelitian yang benar-benar dapat dipertanggungjawabkan dari berbagai segi. Teknik pengujian yang dipergunakan dalam penentuan validitas data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan dengan memanfaatkan sesuatu yang lain dari data tersebut sebagai bahan pembanding atau pengecekan dari data itu sendiri.11 Teknik Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik triangulasi
dengan
memanfaatkan penggunaan sumber
yaitu teknik
pemeriksaan keabsahan data dengan membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara dan dokumentasi serta pengecekan penemuan hasil penelitian dari beberapa teknik pengumpulan data yaitu triangulasi dengan memanfaatkan sumber, berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan sesuatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda yaitu dengan cara: 1. Membandingkan data hasil penggambaran dengan hasil wawancara. Sumber data yang di peroleh dari pimpinan, pengurus, pengasuh panti asuhan dan anak-anak asuh panti asuhan dibandingkan dengan data hasil
10 11
S Nasution, Op.cit., hlm. 105. Lexy J. Moleong, Op.cit., hlm. 330.
38
pengamatan yang diperoleh dari pengamatan terhadap aktifitas sehari-hari dan semua kegiatan yang diikuti dan dilakukan oleh anak-anak asuh. 2. Membandingkan hasil wawancara dengan isi sesuatu dokumen yang berkaitan. Hasil wawancara yang diperoleh dari pimpinan, pengurus, pengasuh panti asuhan dan anak-anak asuh dibandingkan dengan isi dokumen terkait yang berkaitan dengan panti asuhan.
G. Analisis Data Analisis mempunyai kedudukan yang sangat penting jika dilihat dari tujuan penelitian. Analisis data kulitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milah menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceriterakan kepada orang lain.12 Penelitian ini bersifat deskriptif analisis yang merupakan proses penggambaran lokasi penelitian sehingga dalam penelitian ini akan diperoleh gambaran tentang model pendidikan kecakapan hidup (life skill) bagi remaja Panti Asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang. Setelah data yang dibutuhkan terkumpul, langkah berikutnya yang harus dilakukan adalah tahap analisis data, yaitu tahap pemanfaatan data sedemikian rupa, sehingga dapat menyimpulkan kebenaran yang dapat digunakan dalam menjawab pokok permasalahan. Dalam penelitian ini analisis yang digunakan bersifat deskriptif analisis yang dilakukan dengan 4 tahap, antara lain : 1.
Pengumpulan data, yaitu mencari dan mengumpulkan data yang diperlukan dan penelitian mencatat semua data secara objektif dan apa adanya sesuai dengan hasil observasi dan wawancara di lapangan.
2.
Reduksi data, adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, transformasi data “ kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data ini akan dilakukan 12
Ibid., hlm. 248.
39
secara terus menerus selama penelitian berlangsung. Dalam penelitian ini data yang direduksi adalah pada temuan di lapangan yaitu yang berasal dari hasil wawancara, hasil observasi langsung, dan hasil dokumentasi. 3.
Sajian data yaitu menyajikan sekumpulan informasi yang tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dalam pengambilan tindakan.
4.
Penarikan kesimpulan atau verifikasi data yaitu langkah terakhir dari analisis data. Dalam penarikan kesimpulan ini harus didasarkan pada reduksi data dan sajian data yang merupakan jawaban atas masalah yang diangkat dalam penelitian.13 Dengan demikian keempat komponen tersebut saling mempengaruhi
dan terkait. Pertama-tama peneliti melakukan penelitian di lapangan dengan menggunakan wawancara atau observasi yang disebut tahap pengumpulan data. Karena data yang dikumpulkan banyak maka diadakan reduksi data, setelah direduksi kemudian diadakan sajian data. Pengumpulan data juga di gunakan untuk penyajian data, selain itu pengumpulan data juga digunakan untuk penyajian data. Apabila ketiga tahapan tersebut selesai di lakukan, maka diambil keputusan atau verifikasi.
H. Prosedur Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti membagi dalam empat tahap, yaitu tahap sebelum kelapangan, pekerjaan lapangan atau penelitian, analisis dan penulisan laporan. Pada tahap pertama atau pra lapangan peneliti mempersiapkan segala macam yang di butuhkan sebelum terjun dalam kegiatan penelitian, yaitu : 1. Menyusun rencana penelitian. 2. Mempertimbangkan secara konseptual teknik serta logistik (catatan, daftar ceklist, pedoman wawancara dan lainnya) terhadap tempat yang akan digunakan dalam penelitian. 13
Miles, M. B & Huberman, A. M. Analisis Data Kualitatif, Terjemahan oleh Tjetjep Rohandi Rohidi, (Jakarta: Universitas Indonesia, 1992, hlm. 16-17.
40
3. Membuat surat penelitian. 4. Melakukan koordinasi dengan pihak Panti untuk melakukan penelitian. 5. Menentukan informan yang akan membantu penelitian. 6. Peneliti mempersiapkan diri untuk bisa beradaptasi dengan tempat penelitian. Pada tahap kedua pekerjaan lapangan. Peneliti bersungguh-sungguh dengan kemampuan yang dimiliki berusaha untuk melakukan penelitian dengan segala daya serta tenaga yang dimiliki. Pada tahap ketiga yaitu verifikasi data. Semua data yang diperoleh di lapangan, dianalisis dan di cek atau diperiksa kebenarannya melalui triangulasi. Pada tahap ini peneliti akan mendeskripsikan secara komprehensif tentang Model Pendidikan life skills bagi Remaja Panti Asuhan Al Hikmah. Tahap keempat yaitu tahap penulisan laporan. Dalam tahap ini peneliti akan melaporkan seluruh kegiatan penelitian dan hasil yang telah ditemukan.
I.
Sistematika Skripsi Agar terdapat kejelasan secara garis besar dan dapat dimengerti dengan mudah, maka dalam pembahasannya secara berurutan penulis membagi dalam lima bab, yaitu Bab I tentang pendahuluan, Bab II tentang landasan teori, Bab III tentang metode penelitian, Bab IV tentang hasil penelitian dan pembahasan dan Bab V tentang penutup. Bab I : Pendahuluan, berisi tentang latar belakang, penegasan istilah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan kajian pustaka yang relevan. Bab II : Landasan teori dan kerangka berfikir. Bab III : Metode penelitian, berisi dasar peneliltian, lokasi penilitian, fokus penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, validitas/keabsahan data, metode analisis data, prosedur penelitian dan sistematika penelitian skripsi. Bab IV : Hasil penelitian dan pembahasan, berisi hasil penelitian dan pembahasan tentang model pendidikan kecakapan hidup (life skills) bagi remaja panti asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang.
41
Bab V : Penutup, berisi simpulan dan saran. Bagian akhir dari skripsi ini adalah daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Panti Asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang 1. Sejarah Berdirinya Panti asuhan merupakan suatu lembaga sosial yang bertanggung jawab memberi pelayanan pengganti dalam pemenuhan kebutuhan fisik, mental dan sosial pada anak asuh sehingga memperoleh kesempatan yang luas, tepat dan memadai bagi perkembangan kepribadian sesuai dengan ketentuan ajaran Islam. Panti asuhan Al Hikmah berdiri dilatar belakangi oleh pemikiran bahwa pentingnya penyelamatan serta perlindungan terhadap sebuah generasi dan pemenuhan kebutuhan (konsumsi, pendidikan formal dan bimbingan moral atau keagamaan) khususnya bagi anak-anak penyandang masalah sosial tentu dibutuhkan sebuah lembaga (wadah) yang profesional, kreatif dan bertanggung jawab (amanah). Berdasarkan pemikiran di atas maka panti asuhan Al Hikmah bermaksud dan berkeinginan untuk menjalankan fungsi organisasi sosial yang sudah terbentuk dengan tujuan membantu program pemerintah dalam menanggulangi dan menangani masalah-masalah sosial di tengah masyarakat seperti anak yatim piatu, yatim/piatu, fakir miskin, anak-anak korban kekerasan rumah tangga, anak-anak kurang mampu dan lainlainnya sesuai dengan nilai-nilai luhur pancasila khususnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia sebagai landasan idiil dan UUD Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 sebagai landasan konstitusional. Panti asuhan Al Hikmah berdiri dan berawal dari sebuah kegiatan penyantunan serta pendampingan terhadap anak-anak yatim piatu, fakir miskin dan anak tidak mampu dilingkungan pengajian al Qur’an untuk anak-anak di Kel. Ngaliyan Kec. Tugu.
42
43
Selanjutnya kami bersama tokoh-tokoh masyarakat setempat mendirikan yayasan untuk menggalang kepedulian masyarakat untuk meningkatkan mutu pelayanan terhadap anak-anak penyandang masalah sosial tersebut di atas. Adapun yayasan ini didirikan oleh: Dwi Sutarno, Muhammad Muzamil, Jayadi dan Ir. Ahmadun tepatnya pada tanggal 30 April 1992 dengan nama Yayasan Fastabiqul Khoirot yang bergerak di bidang usaha kesejahteraan sosial (menyantuni anak yatim piatu, yatim/piatu, fakir miskin, anak-anak terlantar, gepeng/gelandangan dan pengemis jalanan, anak-anak Korban Kekerasan Rumah Tangga/KKRT, anak-anak kurang mampu dan lain-lainnya) dengan akte notaris: Salekoen Hadi, SH No. 120 Tanggal 30 April 1992 dan saat ini kantor/sekretariat yayasan/panti asuhan berada di Jl. Beringin Raya No. 4 RT. 02 RW. X Kel. Wonosari Kec. Ngaliyan Semarang. 2. Maksud dan Tujuan a. Memberikan pelayanan serta perlindungan sekaligus bimbingan kepada anak-anak Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial agar memperoleh kehidupan yang layak antara lain makanan yang bergizi (4 sehat 5 sempurna), tempat tinggal (asrama) yang layak huni, pendidikan formal, pelayanan kesehatan, pendidikan keagamaan (spitritual) serta bimbingan ketrampilan sesuai bakat dan kemampuan masing-masing. b. Membentuk generasi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial menjadi generasi yang beriman, berilmu, berakhlaq mulia, terampil, mandiri, jujur dan bertanggungjawab. c. Menciptakan Sumber Daya Manusia yang kuat (sehat jasmani dan rohani) dan siap menerima tantangan zaman, mengemban amanah luhur cita-cita Bangsa Indonesia dalam mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
44
3. Jenis Kegiatan Jenis kegiatan yang dilaksanakan oleh panti asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang adalah: a. Penyantunan dan pengelolaan anak-anak penyandang masalah sosial di dalam asrama (panti) sekaligus pemenuhan segala kebutuhan. b. Memberikan pemahaman keagamaan dan praktek ibadah serta pembinaan tentang etika dan moral (akhlaqul karimah). c. Mengikut sertakan seluruh anak-anak dalam panti pada lembaga pendidikan formal di luar panti sesuai dengan tingkat pendidikannya. d. Penelusuran niat, bakat dan kemampuan anak untuk selayaknya dikembangkan melalui kegiatan kursus dan ketrampilan sesuai dengan keahlian masing-masing. e. Pendampingan oleh para pengurus dengan metode perwalian agar mereka lebih mendapatkan perhatian dan kasih sayang serta pemenuhan segala kebutuhannya.1 4. Struktur Organisasi Struktur organisasi yayasan ini terdiri dari : Pembina
: Bagian Sosial Pemerintah Kota Semarang : Dinas Kesejahteraan Sosial Propinsi Jawa Tengah
Penasehat
: 1. Drs. H. Wulyadi, MM 2. H. Dudy Syamsudin 3. H. Purwanto
Ketua
: Drs. Muhammad Muzamil
Wakil ketua
: Mujiono NR., SHI
Sekretaris
: Ahmad Syukron, SHI
Bendahara
: Nur Asiyah, SE
Anggota
: 1. Siti Khoiriyah 2. Megawati
1
Dokumen panti asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang.
45
3. Ahmad Rudi 4. Budi Cahyono 5. Keadaan pengasuh dan anak asuh Pengasuh mempunyai perananan dan pengaruh yang sangat penting dalam panti asuhan. Beliau menjadi pengganti sebagai orang tua dalam memberikan kasih sayang, pendidikan serta memberikan kebutuhan atau kehidupan yang layak terhadap anak. Selain itu juga terdapat tanggung jawab yang amat mulia karena dengan rasa ketulusan dan keikhlasan beliau menjalaninya. Adapun jumlah pengasuh di panti asuhan Al Hikmah adalah 8 orang yang termasuk di dalamnya adalah pengurus dari panti asuhan sendiri. Untuk setiap kegiatan ada pengasuh yang bertanggung jawab secara tersendiri, misalnya untuk kegiatan pendidikan, keagamaan, ataupun keterampilan dan lain sebagainya. Para pengasuh atau pengurus kebanyakan dari kalangan panti asuhan sendiri. Mereka merupakan orangorang yang memiliki kepedulian sosial terhadap nasib anak yatim piatu atau dengan kata lain anak yang belum terpenuhi akan hak-haknya (anak terlantar). Kemudian jumlah anak asuh yang berada di panti asuhan Al Hikmah untuk sekarang ini ada 65 anak. yakni terbagi atas 38 laki-laki dan 27 perempuan. Sampai saat ini banyak diantara alumni dari panti asuhan Al Hikmah yang sudah hidup mandiri dan mendapatkan tempat tinggal serta pekerjaan yang layak. Para anak asuh selain mendapatkan biaya pendidikan formal (sekolah) maupun non formal (kursus), dibekali dengan nilai-nilai keagamaan juga diberikan keterampilan dengan harapan natinya setelah anak asuh meninggalkan panti mereka akan dapat diterima dalam kehidupan bermasyarakat dan sedapat mungkin menjadi tauladan sesamanya. Adapun tingkat pendidikan yang sedang mereka tempuh adalah perguruan tinggi (3 anak), SMA/SMK (27 anak), SLTP (18 anak), SD (13 anak).
46
6. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana merupakan hal yang penting guna menunjang terpenuhinya kebutuhan anak-anak asuh dalam panti asuhan. Diantara sarana dan prasarana tersebut adalah 1 buah ruang kantor; 1 buah ruang keterampilan; 1 buah ruang makan dan hiburan; 1 buah ruang dapur; 1 buah gedung asrama putra; 1 buah gedung asrama putri; 1 buah gedung lokal untuk wartel; 1 buah buah sumur artetis; 4 buah unit rumah pengurus; 2 buah unit mobil antar jemput anak-anak sekolah; 1 buah buah Masjid Al Hikmah; 12 buah kamar mandi, 9 WC, sarana tempat wudlu dan tempat cuci pakaian; 4 buah kandang kambing dan 1 buah kandang sapi; serta 1 buah bangunan untuk toko material dan alat-alat listrik. Adapun keseluruhan bangunan tersebut menempati areal tanah yang dimiliki Panti Asuhan Al Hikmah kurang lebih 2.800 M .2 B. Implementasi Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) bagi Remaja Panti Asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang Salah satu upaya yang dilakukan oleh panti asuhan dalam hal membekali para anak asuhnya khususnya bagi remaja adalah dengan memberikan pendidikan yang berorientasi pada kacakapan hidup (life skills). Pendidikan yang berorientasi pada kecakapan hidup (life skills) adalah pendidikan yang memberi bekal dasar dan latihan yang dilakukan secara benar kepada peserta didik tentang nilai-nilai kehidupan sehari-hari agar yang bersangkutan
mampu,
kehidupannya
yaitu
sanggup, dapat
dan
menjaga
terampil
dalam
kelangsungan
menjalankan hidup
dan
perkembangannya.3 Pendidikan life skills yang diberikan kepada anak asuh khususnya remaja panti asuhan Al Hikmah adalah sebagai usaha untuk menciptakan pribadi yang mandiri dan mempunyai kecakapan hidup (life skill) sesuai 2
Dokumentasi panti asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang. Slamet PH, Pendidikan Kecakapan Hidup; Konsep Dasar, dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 037, (Jakarta: Balitbang Diknas, 2002), hlm. 545. 3
47
dengan maksud dan tujuan panti asuhan. Sehingga nantinya diharapkan anak asuh khususnya remaja dan yang sudah purna asuh setelah keluar dari panti asuhan sudah memiliki bekal pengetahuan dan ketrampilan guna untuk dapat menjalani kehidupan yang lebih baik dan mampu melanjutkan hidup tanpa bergantung dengan orang lain (hidup mandiri). Bila mengacu pada arti life skills itu sendiri adalah sebuah pengalaman belajar yang diberikan kepada peserta didik atau dalam hal ini adalah anak asuh yang meliputi; aspek personal skill atau self awareness, aspek tinking skill, aspek social skill, aspek academic skill, dan aspek vocasional skill. Namun jenis pendidikan life skills yang dilaksanakan di dalam panti asuhan Al Hikmah adalah pada aspek personal skills, aspek tinking skills, aspek social skills dan aspek vocasional skill. 1. Implementasi pendidikan life skills pada aspek personal skill di panti asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang Salah satu upaya panti asuhan Al Hikmah dalam membekali anak asuhnya pada aspek personal skills adalah melalui pendidikan keagamaan yang dilaksanakan setiap hari di panti asuhan. Pendidikan keagamaan disini bertujuan untuk membentuk karakter pribadi seorang anak asuh yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berilmu, berakhlaqul karimah, disiplin, dan percaya diri. Pendidikan keagamaan ini dilaksanakan melalui berbagai kegiatankegiatan yang bersifat keagamaan yang sudah terjadwal setiap harinya. Kegiatan-kegiatan keagamaan tersebut adalah; a. Pengajian Kegiatan pengajian ini dilaksanakan setiap hari sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan oleh pengasuh yang ditunjuk oleh panti asuhan. Adapun pelaksanaannya adalah setelah shalat maghrib dan shalat isya’ di masjid panti asuhan. Pengajian ini didiikuti oleh seluruh anak asuh baik yang remaja maupun anak-anak. Untuk yang anak-anak dilaksanakan setelah shalat maghrib yakni belajar membaca al Qur’an.
48
Sedangkan untuk yang remaja dilaksanakan setelah shalat isya’ yakni pada pengkajian kitab-kitab, al Qur’an dan Al Hadits. Untuk pengkajian kitab-kitab, ini disampaikan langsung oleh pimpinan panti asuhan yakni Bapak Muzamil. Pada saat menyampaikan materi yang dipaparkan anak asuh mendengarkan dengan seksama seperti halnya di pondok pesantren. Kemudian untuk pengkajian pada al Qur’an dan al Hadits, pengasuh lebih menekankan pada penguasaan dalil-dalil al Qur’an dan al Hadits. b. Latihan khitobah (pidato) Latihan khitobah ini dilaksanakan selama 1 minggu sekali dan bergantian sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Untuk anak yang mendapat tugas tampil diberikan materi oleh pengasuh 1 minggu sebelum pelaksanaan dimulai. Dengan maksud agar anak dapat berlatih dan mempersiapkan terlebih dahulu. Kegiatan ini hanya diperuntukkan pada remaja panti asuhan, anak-anak asuh yang remaja di data dan diberikan tugas untuk mengikuti kegiatan keagamaan tersebut. Masingmasing anak asuh diberikan jadwal kegiatan tersebut tujuannya untuk mengetahui giliran tampil masing-masing anak asuh. Pada saat pelatihan pidato ini, pembimbing dan seluruh anak asuh lainnya menyaksikan teman-temannya memaparkan apa yang mereka tampilkan. Setelah latihan ini selesai pembimbing mengevaluasi dan memberi arahan kepada semua anak asuh baik yang tampil maupun yang menyaksikan. Sehingga anak secara tidak langsung mendapat ilmu dalam hal kaitannya dengan pelatihan ini. Selain itu tujuan diselenggarakannya latihan pidato ini adalah untuk melatih keberanian, mental, dan kepercayaan diri anak asuh khususnya yang remaja untuk nantinya ketika terjun kedalam masyarakat. c. Kegiatan keagamaan yang lainnya adalah dalam bentuk pelaksanaan ibadah sehari-hari yakni menjalankan sholat lima waktu berjama’ah dan
49
membaca al Qur’an, al Berjanji, mujahadahan dan lain-lain. Selain itu, anak asuh juga diajak untuk latihan puasa sunnah dan sholat malam. Kegiatan membaca al Qur’an ini dilaksanakan setiap hari setelah shalat maghrib, tapi terkadang setelah shalat isya’. Sedangkan al Berjanji sehabis shalat isya’ yang dilaksanakan 1 minggu sekali yakni pada hari ahad. Kemudian mujahadahan dilaksanakan 1 minggu sekali pada hari jum’at. Dari berbagai kegiatan keagamaan yang dilaksanakan di panti asuhan Al Hikmah, terdapat secercah harapan yang sangat besar, semoga kelak anak asuh dapat mengambil hikmah serta manfaat dari kegiatan keagamaan tersebut sehingga mereka dapat mengamalkan apa yang telah mereka dapatkan ke dalam kehidupan sehari-hari.4 Seperti yang diungkapkan oleh Lilik Muzdalifah (salah satu anak asuh, wawancara pada tanggal 21 Mei 2011) sebagai sebagai berikut: “setelah mengikuti berbagai macam kegiatan-kegiatan keagamaan di panti asuhan, saya menjadi lebih memahami dan termotivasi untuk selalu menjalankan segala sesuatunya dengan sebaik mungkin sesuai dengan syari’at Islam”.
2. Implementasi pendidikan life skills pada aspek berpikir rasional (thinking skill) di panti asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang Misalnya yang dilakukan oleh panti asuhan pada aspek thiking skill ini adalah melalui problem solving sederhana, artinya pemberian contoh tentang bagaimana cara mengatasi dan memecahkan masalah dengan sederhana. Dengan maksud untuk melatih anak asuh yang remaja tentang bagaimana caranya dalam memecahkan dan mengatasi masalah dengan berfikir rasional, dewasa, kekeluargaan, dan musyawarah. Di dalam panti asuhan terdapat kebijakan yang sifatnya untuk melatih kedewasaan anak asuh khususnya yang remaja, baik kedewasaan 4
Wawancara dengan Bapak Mujiono NR, pengurus dan pengasuh panti asuhan Al Hikmah, pada tanggal 10 Mei 2011.
50
dalam berfikir maupun menyikapi segala suatu hal. Sebagai contoh, misalnya diantara sesama anak asuh sedang ada masalah, maka mereka dilatih kedewasaannya untuk memecahkan masalah mereka sendiri. Namun jika mereka tidak bisa menyelesaikan masalah tersebut, mereka diundang oleh pengasuh atau pembimbing kemudian ditanya titik permasalahannya
seperti
apa,
kemudian
mereka
dibantu
untuk
menyelesaikannya. Selain itu jika terdapat masalah yang berhubungan dengan anak asuh yang ada kaitannya dengan melanggar tata tertib panti asuhan, misalnya bolos
sekolah.
Cara
mengatasi
masalah
tersebut,
seluruh
anak
dikumpulkan di aula termasuk anak asuh yang bolos sekolah tadi. Kemudian anak yang bolos tersebut diberitahukan kepada semua anak asuh yang lainnya dengan maksud agar dengan mereka dipermalukan di depan teman-temannya sendiri mereka akan malu dan setelah itu mereka tidak mengulanginya lagi. Selain itu pengasuh juga memberikan arahan dan juga bimbingan kepada semua anak asuh tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan melanggar tata tertib tersebut. Aturan dan tata tertib panti asuhan menerapkan konsep adanya imbalan dari setiap perbuatan yang dilakukan anak asuh, imbalan berupa sanksi hukuman dan ganjaran. Aturan sanksi hukuman yang diberikan pengasuh kepada anak asuh ada tiga macam yaitu: sanksi ringan berupa teguran, sanksi sedang berupa pemberian santunan yang ditangguhkan, dan sanksi berat yaitu dikeluarkan dari panti asuhan. Sanksi teguran diberikan kepada anak asuh yang melakukan pelanggaran ringan misalnya: anak asuh lupa mengerjakan tugas piket harian, pulang ke panti asuhan melebihi jam yang sudah ditentukan, tidak mengikuti kegiatan, tidak mengikuti kegiatan panti asuhan dan lain-lain. Sanksi sedang diberikan apabila anak asuh melakukan pelanggaran misalnya: membolos sekolah, pulang ke rumah tanpa ijin, tidak pulang ke panti tanpa alasan yang jelas dan lainlain. Sanksi yang diberikan biasanya berupa uang saku anak asuh tidak diberikan. Biasanya anak asuh yang melakukan pelanggaran tersebut tidak
51
hanya mendapat sanksi uang sakunya tidak diberikan tetapi anak asuh biasanya dipanggil untuk menghadap pengasuh untuk ditegur, dinasehati dan diberi pengarahan. Jika anak asuh sudah tidak melanggar peraturan maka uang saku diberikan kepada anak asuh seperti biasanya. Setiap masalah cara mengatasinya berbeda-beda, misalnya anak asuh pacaran yang sudah kelewatan dalam artian tidak sewajarnya, cara penyelesaiannya adalah hampir sama dengan yang bolos sekolah tadi, yakni dikumpulkan di aula kemudian masalah tersebut dibahas dan diselesaikan bersama dengan mencari solusi-solusi yang paling baik, menggunakan kepala dingin, tanpa emosi, dipandang dari berbagai aspek yang berhubungan dengan masalah tersebut dan lain sebagainya. Dalam mencari solusi tersebut, anak asuh juga diberikan kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya, dengan tujuan agar anak asuh terbiasa dalam menyelesaikan masalah baik yang berhubungan dengan pribadi maupun orang lain. Ada juga ketika anak asuk sedang lagi ada masalah, mereka langsung datang menemui pengasuh atau pembimbing untuk menceritakan semua masalah yang dihadapinya, dan pengasuh disini memberikan solusi serta memberikan kesempatan kepada anak untuk berfikir kembali berkaitan dengan masalah yang dibicarakan tadi. Sehingga anak asuh terbiasa menyelesaikan permasalahannya sendiri setelah diberi arahan oleh pengasuh. Dan tidak semua masalah yang berkaitan dengan anak asuh dikemukakan didepan umum. Melalui problem solving sederhana ini, secara tidak langsung anak mendapat pengalaman dan ilmu tentang bagaimana caranya mengatasi masalah dengan baik dan dapat berfikir dewasa dalam menyikapi segala sesuatu. Semoga ini menjadi bekal yang sangat berharga untuk anak asuh setelah mereka keluar dari panti asuhan.5
5
Mei 2011.
Wawancara dengan bapak Muzamil, pimpinan panti asuhan Al Hikmah, pada tanggal 10
52
Hal ini seperti yang dituturkan oleh Fitri Wijayanti (salah satu anak asuh, wawancara pada tanggal 21 Mei 2011) sebagai berikut: “melalui problem solving sederhana ini, saya dilatih kedewasaan kak baik dalam berfikir dan bertindak. Dan saya berterima kasih banyak kepada bapak dan ibu pengasuh yang selalu senantiasa membimbing dan mengarahkan saya untuk menjadi orang yang lebih dewasa dalam menyikapi suatu masalah, saya akan ingat semua yang bapak dan ibuk ajarkan kepada saya.” 3. Implementasi pendidikan life skills pada aspek social skill di panti asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang Pada aspek sosial skill, panti asuhan mengedepankan kekeluargaan sebagai faktor dalam menjalin suatu berhubungan, baik antara sesama anak asuh, anak asuh dengan pengasuh atau pembimbing maupun dengan masyarakat setempat. Hubungan kekeluargaan ini dimaksudkan agar terjalin suasana keluarga di dalam panti asuhan sehingga tercipta hubungan yang harmonis, akrab dan tidak sungkan dan lain sebagainya. Di dalam panti asuhan pengasuh merupakan pengganti orang tua dan keluarga bagi anak-anak asuh. Oleh karena itu pengasuh merupakan agen sosialisasi yang paling utama dalam panti asuhan. Usaha yang di lakukan pengasuh agar dalam kehidupan di panti asuhan terjalin hubungan yang baik, akrab dan harmonis adalah dengan memanfaatkan waktu belajar bersama pada malam hari sebagai wahana untuk mengakrabkan anak asuh. Misalnya, anak asuh yang lebih dewasa memberikan bimbingan belajar kepada anak asuh yang umurnya lebih muda. Sedangkan anak asuh yang lebih dewasa biasanya belajar bersama anak dewasa lainnya atau belajar sendiri-sendiri, dan jika mengalami kesulitan belajar, mereka minta diajari sama pengasuh atau pembimbing. Sehingga terjalin hubungan seperti keluarga diantara seluruh anak dan pengasuh yang tinggal dipanti asuhan. Contoh yang lainnya adalah kerja bakti yang dilakukan oleh panti asuhan sebulan sekali. Melalui kerja bakti anak asuh secara tidak langsung saling bergotong royong, bantu membantu dan bekerjasama. Kerja bakti
53
ini tidak hanya dilakukan di dalam panti saja tapi juga kerja bakti yang diselenggarakan oleh masyarakat. Dengan maksud untuk
mempererat
hubungan agar terjalin silaturrahmi dengan lingkungan sekitar panti asuhan. Yang diajarkan pada sistem kekeluargaan ini adalah sikap unggahungguh dan rasa hormat terhadap orang tua misalnya kepada pengasuh dan pengurus dan lain sebagainya, saling menyayangi sesama anak asuh karena mereka sudah seperti halnya kakak dan adiknya sendiri, bertutur kata yang sopan dan santun, dan lain-lain. Keakraban dan keharmonisan tersebut tampak ketika mereka saling bertemu setiap hari berkumpul bersama, canda tawa dan tutur kata yang lembut dan sopan. Misalnya anak asuh yang lebih kecil atau muda memiliki rasa hormat kepada yang lebih dewasa dan tua, dan begitupun sebaliknya.6 Hal ini seperti yang dituturkan oleh Ria Wijayanti (salah satu anak asuh, wawancara pada tanggal 21 Mei 2011) sebagai berikut: “Saya senang berada di panti asuhan karena seperti dalam keluarga sendiri, akrab sesama temen, dan juga akrab dengan pengasuh panti asuhan. Apalagi kalau sedang ngumpul-ngumpul atau nonton tv kami sering bercanda kak....” 4. Implementasi pendidikan life skills pada aspek vocational skill di panti asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang Diantara upaya dan usaha yang dilakukan panti asuhan dalam memberikan bekal pada aspek vokasional skill adalah melalui bimbingan ketrampilan. Bimbingan ketrampilan ini bertujuan untuk mengembangkan bakat dan kemampuan yang dimiliki anak asuh khususnya para remaja panti asuhan sehingga nantinya mereka dapat hidup mandiri dan trampil. Bimbingan ketrampilan tersebut dilaksanakan melalui berbagai pelatihan-pelatihan baik pelatihan di dalam maupun diluar panti asuhan. Pelatihan-pelatihan yang dilakukan diluar panti asuhan meliputi pelatihan 6
Wawancara dengan Ibu Nur Asiyah, pengurus dan pengasuh panti asuhan Al Hikmah, pada tanggal 25 Mei 2011.
54
menjahit, sablon dan otomotif, sedangkan pelatihan-pelatihan yang dilakukan di dalam panti asuhan adalah meliputi pelatihan berwira usaha yakni melalui Usaha Ekonomi Produktif (UEP). Pelatihan menjahit dilaksanakan di Mangkang selama 3 bulan lebih oleh dinas kesejahteraan sosial, dalam pelatihan menjahit ini peserta (anak asuh) diberikan ilmu teori dan praktik langsung dari tutor atau pembimbig yang profesional. Pada pelaksanaan pelatihan menjahit ini, setelah anak asuh mendapatkan teori, mereka diarahkan langsung pada praktik kemudian pembimbing atau tutor menilai dan memberikan saran tentang cara menjahit yang baik. Anak asuh sangat antusias dengan kegiatan ini, terutama untuk anak perempuan, jumlah anak asuh yang mengikuti pelatihan tersebut adalah 16 anak. Pada kegiatan tersebut anak asuh langsung mendapatkan piagam penghargaan (sertifikat) yang resmi dari dinas kesejahteraan sosial. Pelatihan sablon dilaksanakan oleh Pemerintah Kota selama 6 hari di mangkang, kegiatan ini sama seperti pelatihan menjahit, mereka di berikan teori dan arahan tentang cara menyablon yang baik. Begitupun pada saat praktik. Anak asuh yang mengikuti pelatihan ini hanya 11 anak, yang lebih didominasi oleh para remaja putra panti asuhan. Pelatihan otomotif dilakukan di tempat perbengkelan depan panti asuhan, dilaksanakan setiap hari atau kadang 4 hari dalam seminggu. Pelatihan ini memberikan anak asuh pengetahuan dan pengalaman dalam hal perbengkelan khususnya pada kendaraan motor roda dua, mereka diajarai
bagaiamana
cara
menyervis
yang
baik
kemudian
cara
memperbaiki jika ada kerusakan dan lain sebagainya. Sedangkan untuk pelatihan-pelatihan ketrampilan yang berada di dalam panti asuhan adalah melalui Usaha Ekonomi Produktif (UEP). Usaha Ekonomi Produktif panti asuhan merupakan sarana yang digunakan untuk memberikan pengetahuan dan pengalaman kepada anak asuh dalam bidang wirausaha. Usaha Ekonomi Produktif panti asuhan meliputi:
55
peternakan, jasa pemotongan kambing dan katering, mengelola limbah dan semua barang bekas (rongsok), produksi air mineral dan lain-lain. Usaha Ekonomi Produktif dalam bidang peternakan dikelola oleh orang-orang yang ahli dan profesional dalam bidangnya dengan dibantu oleh anak-anak asuh secara bergantian sesuai dengan jadwal. Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari. Pada kegiatan ini anak mendapat banyak ilmu dan juga ketrampilan sekaligus pengalaman dalam hal merawat hewan ternak secara profesional. Mereka diajari bagaimana cara yang paling baik dan unggul dalam merawat hewan ternak. Misalnya cara supaya hewan ternak cepat gemuk, cara memberikan vitamin pada hewan ternak, cara merawat hewan saat sakit, dan diajari bagaimana cara mencari rumput yang baik dan lain sebagainya. Diantara hewan yang diternak meliputi: sapi dan kambing. Kemudian lahan yang digunakan untuk Usaha Ekonomi Produktif (UEP) peternakan merupakan lahan khusus yang disediakan oleh panti asuhan. Dalam bidang jasa pemotongan hewan, anak asuh diberikan ketrampilan serta pengalaman dalam memotong hewan dengan baik sesuai dengan ajaran Islam, selain itu anak juga diajarkan bagaimana cara menguliti hewan yang dipotong dan lain sebagainya. Dalam menguliti hewan diperlukan keahlian khusus sehingga dengan begitu hasilnya akan baik. Untuk jasa pemotongan hewan ini dilaksanakan setiap hari, dalam seminggu bisa mencapai 10 lebih hewan di potong. Dalam bidang catering, usaha ini dikelola oleh anak-anak asuh terutama untuk para remaja perempuan panti asuhan. Usaha catering ini berjalan dengan lancar, karena sudah banyak pelanggan yang pesan pada panti asuhan tiap harinya. Kegiatan catering ini melayani berbagai aneka masakan dan makanan yang terbuat dari daging kambing dan lainnya. Pelaksanaan usaha ini tidak tertentu waktunya, bisa pagi, siang dan malam sesuai dengan pesanan. Anak asuh khususnya remaja perempuan diberikan dan diajarkan tentang ketrampilan yang berhubungan dengan bagaimana
56
cara memasak, memilih jenis bumbu yang tepat, cara menyajikannya dan lain sebagainya. Dalam bidang mengelola limbah dan semua barang bekas (rongsok), anak asuh juga diterjunkan secara langsung. Mereka ada yang mengambil langsung ketempat warga dan menjualnya kepada pemasok barang rongsok (pengepul). Anak asuh diberi arahan bagaimana memilah barangbarang yang nantinya akan dijual kemudian bagaimana cara bernego harga dengan penjual atau pemasok. Dana hasil penjualan barang bekas (rongsokan) di kumpulin dan nantinya akan digunakan untuk rekreasi bersama atau dapat digunakan untuk tambah uang saku anak asuh. Melalui pelatihan-pelatihan ketrampilan yang diberikan kepada anak asuh khususnya bagi remaja baik yang melalui pelatihan di luar maupun melalui Usaha Ekonomi Produktif panti asuhan, diharapkan anak asuh dapat belajar melalui pengalaman dan ilmu yang telah didapatkan serta dapat memanfaatkannya untuk bekal nantinya setelah anak asuh keluar dari panti asuhan.7 Hal ini seperti yang dituturkan oleh Baidhowi (salah satu anak asuh, wawancara pada tanggal 21 Mei 2011) sebagai berikut: “dengan bimbingan ketrampilan yang diberikan dan diajarkan oleh panti asuhan, membuat yang tadinya saya tidak tahu dan tidak bisa, saya jadi tahu dan bisa. Misalnya saya kan dulu kan ga’ bisa, sekarang ya sudah lumayan bisa. Insya allah nanti bisa buat bekal usaha kalau saya sudah ga’ di panti asuhan”. C. Faktor Penghambat Pelaksanaan Pendidikan Life Skills di Panti Asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang Panti asuhan Al Hikmah berdiri kurang lebih hampir 20 tahun, yang dalam perkembangannya telah mengalami kemajuan dan hambatan dalam perjalanannya. Lika-liku perjalanan yang sering dihadapi membuat para pengurus semakin yakin dan semangat serta terus berusaha untuk dapat mewujudkan sebuah panti asuhan yang kreatif, mandiri dan kreatif. Dan 7
Wawancara dengan Bapak Muzamil, pengurus dan pengasuh panti asuhan Al Hikmah, pada tanggal 10 Mei 2011.
57
alhamdulillah berkat semangat yang tinggi dan juga tekat yang besar disertai dengan do’a, perlahan-lahan panti asuhan Al Hikmah berkembang dan berkembang menjadi lebih baik hingga sampai saat ini. Meskipun begitu masih ada beberapa hal yang belum terlaksana dengan maksimal yakni berkaitan dengan penerapan pendidikan life skills di panti asuhan. Adapun faktor-faktor penghambat dalam penerapan pendidikan life skills di Panti Asuhan Al Hikmah adalah sebagai berikut; 1. Faktor finansial atau pendanaan Finansial atau pendanaan merupakan faktor utama dalam menunjang efektifitas dan efisiensi pengelolaan pendidikan dan penyelenggaraan pendidikan, pendanaan merupakan faktor yang sangat menentukan dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam proses pendidikan, sehingga dalam penyelenggaraan pendidikan dana merupakan salah satu masalah yang sangat penting. Salah satu penyebab belum maksimalnya pelaksanaan pendidikan life skills di panti asuhan adalah masalah pendanaan. Dana yang pasapasan dan kadang kurang membuat belum optimalnya pelaksanaan pendidikan life skills disana. Karena dalam penyelenggaraan pendidikan life skills dibutuhkan seperangkat peralatan alat praktik, ruang yang cukup untuk melatih dan hal-hal lain yang berhubungan dengan pengembangan akan bakat yang dimiliki anak asuh. Sehingga dengan dana yang sedemikian tersebut panti asuhan hanya memberikan ketrampilan yang seadanya yang sudah ada di dalam panti asuhan. Selain itu, pendanaan yang belum cukup untuk pemenuhan kebutuhan-kebutuhan anak asuh sangat berpengaruh terhadap optimalnya penyelenggaraan pendidikan life skills. 2. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana merupakan peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan sebagai penunjang kelangsungan proses pendidikan maupun pembelajaran seperti gedung, ruangan belajar, meja
58
dan kursi, serta alat-alat dan media pengajaran yang berhubungan dengan pelaksanaan pendidikan life skills. Dalam pengadaan sarana dan prasarana di panti asuhan Al Hikmah masih dalam tahapan penyediaan pemenuhan keinginan dan kebutuhan anak asuh. Dikarenakan masih minimnya sarana dan prasaran yang dimiliki oleh panti asuhan. sehingga kurang terpenuhinya keinginan dan kebutuhan anak asuh. Secara umum berbagai sarana (tempat/ruangan) yang berada di panti asuhan berpotensi untuk dilaksanakan pendidikan life skills, namun dalam pengadaan alat operasionalnya masih belum cukup dengan banyaknya anak asuh dan sumber dana yang pas-pasan. Pada dasarnya sarana prasarana yang dimiliki panti asuhan sudah ada, karena dalam pemanfaatannya yang kurang maksimal, sehingga prasarana yang sudah ada tersebut rusak dan terabaikan. Karena tidak ada perbaikan dan kebijakan dari panti asuhan. 3. Anak Asuh Anak asuh yang berada di panti asuhan Al Hikmah berasal dari latar belakang lingkungan yang berbeda-beda, ada yang dari jalanan, anak orang miskin, anak terlantar dan lain sebagainya. Oleh karena itu sikap dan psikologisnya berbeda-beda. Ada yang baik dan penurut, sesuka hatinya sendiri, malas, dan lain sebagainya. Hal inilah yang sering terjadi pada anak asuh meskipun mereka dibekali dengan berbagai macam ilmu dan pengalaman serta pendidikan yang nantinya demi kebaikan mereka sendiri mereka masih saja ada yang malas dan enggan.
4. Alokasi Waktu Waktu yang minim dan terbatas dikarenakan begitu banyaknya kegiatan yang dilakukan oleh anak asuh khususnya yang remaja panti asuhan. Yakni mulai dari pagi mereka menuntut ilmu di lembaga pendidikan formal, kemudian mengikuti kegiatan-kegiatan ekstra di sekolahan mereka masing-masing, faktor lelah dikarena terlalu banyaknya aktifitas dan lain sebagainya. Sehingga kegiatan yang dilaksanakan di
59
panti asuhan berjalan kurang maksimal. Dan hal ini menjadi salah satu menghambat dari pelaksanaan pendidikan life skills di panti asuhan Al Hikmah.8
D. Solusi dalam Menanggulangi Pelaksanaan Pendidikan life skills di Panti Asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang Solusi yang diambil oleh pihak panti asuhan Al Hikmah dalam menanggulangi belum maksimalnya pelaksanaan pendidikan life skill, yang disebabkan adanya hambatan masalah finansial, sarana dan prasarana, anak asuh dan alokasi waktu, adalah sebagai berikut; 1. Menjalin hubungan dan kerja sama dengan perusahaan-perusahaan lembaga-lembaga terkait. Salah satu usaha yang dilakukan panti asuhan adalah menjalin hubungan dan kerja sama dengan perusahaan-perusahaan, dengan maksud untuk dapat membantu faktor keuangan panti asuhan, kemudian dengan lembaga-lembaga pelatihan guna untuk membantu mengembangkan bakat dan kemampuan yang dimiliki oleh anak asuh khususnya remaja panti asuhan. Hal ini disebabkannya oleh keterbatasan akan sarana dan prasarana dan faktor finansial yang menjadi kendala utama. Untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan tersebut pihak panti asuhan menjalin hubungan dengan berbagai lembaga yang sudah senantiasa membantu pihak panti. Melalui upaya yang dilakukan oleh panti asuhan ini, diharapkan nantinya anak asuh khususnya remaja dapat mengembangkan bakat serta kemampuannya untuk menjadi bekal nantinya setelah keluar dari panti asuhan. 2. Memaksimalkan kegiatan yang ada di panti asuhan Upaya panti asuhan dalam hal membekali anak asuh melalui kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan sudah berjalan dengan semestinya, karena kegiatan tersebut sudah tercover melalui jadwal yang telah 8
Wawancara dengan bapak Mujib selaku pengurus serta pengasuh panti asuhan Al Hikmah, pada tanggal 10 mei 2011.
60
dilaksanakan oleh panti asuhan. Namun ketika pada saat melakukan kegiatan tersebut masih terlihat belum maksimal dikarenakan waktu pelaksanaan kegiatan tersebut kadang berbarengan dengan begitu padatnya aktifitas yang dilakukan oleh anak asuh di luar panti asuhan. Untuk mengantisipasi hal tersebut kegiatan yang sudah terjadwal tetap berjalan dengan semestinya dengan tujuan untuk melatih kedisiplinan daripada para anak asuh khusunya remaja panti asuhan. Pengasuh disini perperan sangat penting dalam mengarahkan berbagai hal yang berhubungan dengan kurang maksimalnya kegiatan yang dilaksanakan oleh panti asuhan. Dengan arahan tersebut diharapkan anak asuh nantinya sadar akan tugas yang telah menjadi tanggung jawabnya. Sehingga kegiatan yang sekarang ini sudah berjalan dan terlaksana menjadi maksimal dan jauh lebih baik. 3. Sikap toleransi dan bimbingan terhadap anak asuh Sudah hal yang wajar ketika terdapat anak asuh yang malas, tidak mau diatur, bandel dan lain sebagainya. Karena mereka berasal dari latar belakang kehidupan yang berbeda-beda. Dan sebagai pengasuh atau pembimbing harusnya sudah memahami akan hal itu. Jadi sikap toleran yang dibarengi dengan bimbingan adalah salah satu upaya yang dilakukan oleh panti asuhan guna untuk mengatasi terkait masalah anak tersebut.9
9
Wawancara dengan Bapak Muzamil, pimpinan panti asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang, pada tanggal 12 Mei 2011.
BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan di panti asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang, maka dapat ditarik disimpulkan sebagai berikut: 1. Model pendidikan life skills bagi remaja panti asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang adalah melalui aspek personal skill, thinking skill, social skill dan vocasional skill. Pada aspek personal skill yakni melalui pendidikan keagamaan; aspek thinking skill melalui problem solving sederhana; aspek sosial skill melalui sosialisasi atau sistem kekeluargaan; dan aspek vokasional skill meliputi bimbingan ketrampilan baik melalui pelatihan di luar maupun di dalam panti asuhan. 2. Faktor penghambat dalam pelaksanaan pendidikan life skills di panti asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang adalah faktor finansial atau pendanaan yang merupakan faktor yang paling utama, sarana dan prasarana belum maksimal, anak asuh, dan alokasi waktu. 3. Solusi dalam menanggulangi pelaksanaan pendidikan life skills di panti asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang adalah menjalin hubungan dan kerja sama dengan perusahaan-perusahaan dan lembagalembaga yang terkait. Sikap toleransi dan bimbingan terhadap anak asuh, dan memaksimalkan kegiatan yang ada di panti asuhan. B. Saran 1. Bagi Pemerintah a. Perlu penambahan dana untuk perbaikan dan perawatan sarana dan prasaranan yang ada di panti asuhan. b. Memberikan modal kepada anak asuh panti atau alumni panti asuhan agar mereka dapat mandiri untuk mendirikan usaha sendiri atau berwirausaha.
61
2. Bagi Panti Asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang a. Perlu peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia bagi tenaga instruktur dan pembimbing agar dalam memberikan ilmu pengatahuan secara profesional. b. Untuk menambah dan memaksimalkan sarana dan prasarana yang dimiliki panti asuhan. c. Ketrampilan-ketrampilan di panti asuhan yang diberikan kepada anak asuh perlu ditambah dan ditingkatkan lagi, agar anak-anak asuh lebih banyak memiliki ketrampilan untuk bekal hidup dan agar mampu hidup mandiri. 3. Bagi Anak Asuh a. Anak-anak asuh diharapkan untuk lebih belajar dengan giat dan tekun, mengikuti pendidikan formal dan berbagai pelatihan yang diberikan, serta berlatih untuk hidup mandiri untuk bekal masa depan. b. Ketrampilan-ketrampilan dan pengetahuan serta pengalaman dalam pengelolaan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) yang didapatkan anakanak asuh di panti asuhan diharapkan dapat dimanfaatkan setelah keluar dari panti asuhan agar dapat hidup mandiri. C. Penutup Syukur Alhamdulillah dengan rahmat dan hidayah Allah SWT penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari dalam penulisan dan pembahasan skripsi ini masih banyak kekurangan. Hal ini disebabkan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki. Karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran untuk sempurnanya skripsi ini. Akhirnya penulis memanjatkan doa kepada Allah SWT, semoga penelitian yang telah dilakukan dapat bermanfaat dan mendapat ridlo-Nya. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Ansori, Alfadilludin Bakri, Pendidikan Life Skill dalam Pengembangan Penguatan
Remaja,
http://pendidikanlifeskillsdalampengembanganpenguatanremaja.org.html/. Diakses pada tanggal 14 November 2010. Anwar, Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills Education), Bandung: Alfabeta, 2004. Arifin, H. M., Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bina Aksara, 1987. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Cet. XIII, Jakarta: Rineka Cipta, 2006. Daradjat, Zakiyah, Remaja Harapan dan Tantangan, Cet. 2, Jakarta: Ruhama, 1995. Depag., Pedoman Integrasi Life Skill Terhadap Pembelajaran, Jakarta: Dirjend Kelembagaan Agama Islam, 2005. Departemen Agama RI, Al-‘Aliyy Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: Diponegoro, 2005. Depdiknas,
Pendidikan Berorientasi Kecakapan Hidup (Life Skill) Melalui
Pendekatan Broad-Based Education, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2002. Depdiknas, Pedoman Penyelenggaraan Program Kecakapan Hidup (Life Skills) Pendidikan Nonformal, Jakarta: Ditjen Diklusepa, 2004. Depdiknas., Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, Ed. IV, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008. H. Sunarto dan Ny. B. Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994.
Hidayanto, Belajar Keterampilan Berbasis Keterampilan Belajar, Dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 037, Jakarta: Balitbang Diknas, 2002. Hurlock, Elizabeth B., Psikologi Perkebangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan, Ed. V, Jakarta: Erlangga, 1980. Ihsan, Fuad, Dasar- Dasar Kependidikan: Komponen MKDK, Cet. V, Jakarta: Rineka Cipta, 2008. Kurnia, Septiawan Santana, Quantum Learning bagi Pendidikan Jurnalistik (Studi Pembelajaran Jurnalistik yang Berorientasi pada Life Skill), dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta: Balitbang Diknas, 2002. Lihat skripsi Fitriyatun Hasanah, Upaya Pesantren Berbasis Agribisnis Dalam Meningkatkan Life Skill Santri Pondok Pesantren (Studi Kasus Di Pondok Pesantren Al Ishlah Desa Serang Sari Kecamatan Kejajar Kabupaten Wonosobo), Semarang: IAIN Walisongo, 2008. Lihat skripsi Siti Aliyah, Implementasi Pendidikan Vocational Skills Di Pondok Pesantren az Zuhri Ketileng Semarang, Semarang: IAIN Walisongo, 2008. Mappiare, Andi, Psikologi Remaja, Surabaya: Usaha Nasional, 1982. Miles, M. B & Huberman, A. M. Analisis Data Kualitatif, Terjemahan oleh Tjetjep Rohandi Rohidi, Jakarta: Universitas Indonesia, 1992. Moleong, Lexy J., Metodelogi Penelitian Kualitatif, Cet. XXVI, Bandung: PT. Rosda Karya, 2009. Nasution, S., Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Bandung: Tarsito, 1988. Rachman, Maman, Strategi dan Langkah-langkah Penelitian, Semarang: IKIP Semarang Press, 1999. Slamet PH, Pendidikan Kecakapan Hidup; Konsep Dasar, dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, No. 037, Jakarta: Balitbang Diknas, 2002.
Soeparwoto, dkk., Psikologi Perkembangan, Cet. V, Semarang: UPT MKK UNNES, 2007. Sutrisno, Joko, Pengembangan Pendidikan Berwawasan Kewirausahaan Sejak Usia Dini, dalam Makalah Mata Kuliah Pengantar Falsafah Sains, Bogor: Institut Pertanian Bogor, 2003. Undang-Undang SISDIKNAS No. 20 Tahun 2003, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009. Willis, Sofyan S., Problema Remaja dan Pemecahannya, Bandung: Angkasa, 1981. Zulkifli, Psikologi Perkembangan, Bandung: Rosda Karya, 2005.
Nomor : In.06.3 / D1 / TL.00. / 1984 / 2011
Semarang, 07 April 2011
PEDOMAN WAWANCARA A. Ketua Yayasan 1. Menurut bapak pendidikan life skills itu seperti apa? Dimana pendidikan life skills merupakan pendidikan yang memberi bekal kepada anak asuh nantinya setelah ia keluar dan mengabdi kepada masyarakat? 2. Tujuan diterapkannya pendidikan life skills buat anak asuh khususnya bagi remajanya itu apa? 3. Bagaimana pelaksanaan pendidikan life skills di panti asuhan al hikmah? 4. Apakah ada kendala-kendala atau faktor penghambat dalam pelaksanaan pendidikan life skills tersebut? Jika ada apa saja? 5. Kemudian cara bapak untuk mengatasi atau menanggulangi masalah tersebut gimana? 6. Harapan bapak dengan diadakannya pendidikan yang berorientasi pada life skills untuk anak asuh yang nantinya akan terjun ke masyarakat itu apa?
B. Pengasuh 1. Menurut bapak pendidikan life skills itu seperti apa? Dimana pendidikan life skills merupakan pendidikan yang memberi bekal kepada anak asuh nantinya setelah ia keluar dan mengabdi kepada masyarakat? 2. Bagaimana pelaksanaan pendidikan life skills di panti asuhan Al Hikmah? 3. Kapan pendidikan life skills itu dilaksanakan? 4. Apakah ada kendala-kendala atau faktor penghambat dalam pelaksanaan pendidikan life skills tersebut? Jika ada apa saja? 5. Kemudian cara bapak untuk mengatasi atau menanggulangi masalah tersebut gimana? 6. Secara pribadi apa harapan bapak pada anak asuh setelah ia keluar atau tidak lagi tinggal di panti asuhan?
C. Anak asuh 1. Apa tanggapan adik tentang kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dipanti asuhan? 2. Bagaimana sikap adik menApakah adik suka dengan kegiatan tersebut? 3. Keterampilan apa saja yang sudah anda dapatkan dari kegiatan tersebut? 4. Bekal atau manfaat apa yang adik dapatkan dari kegitan tersebut? 5. Harapan adik setelah mendapat berbagai ilmu dan ketrampilan dari kegiatan-kegiatan di panti asuhan apa?
HASIL WAWANCARA
1. Hasil wawancara dengan pimpinan panti asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang A: Menurut bapak, pendidikan life skills itu apa? B: Menurut saya pendidikan life skills itu pendidikan yang memberikan bekal berupa ketrampilan-ketrampilan ataupun pelatihan-pelatihan. A. Tujuan diberikannya pendidikan life skills untuk anak asuh khususnya yang remaja itu apa? B. Tujuannya adalah dengan anak-anak diberikan berbagai ketrampilan dan juga pelatihan-pelatihan, anak-anak asuh dapat mandiri dan memiliki kecakapan hidup sehingga anak-anak ketika nanti sudah tidak tinggal lagi disini mereka sudah mempunyai bekal pengetahuan dan ketrampilan guna untuk dapat menjalani kehidupan yang lebih baik. A. Bagaimana pelaksanaan pendidikan life skills di panti asuhan? B. Pelaksanaannya bermacam-macam yakni melalui berbagai kegiatankegiatan yang berada di panti. A. Apakah ada kendala-kendala atau faktor penghambat dalam pelaksanaan pendidikan life skills tersebut? Jika ada apa saja? B. kendalanya yang pasti faktor finansial ya mas karena itu merupakan faktor yang utama dalam penyelenggaraan suatu kegiatan yang berada di panti. A. Cara bapak mengatasi atau menanggulangi masalah tersebut gimana? B. Menjalin hubungan kerjasama dengan lembaga-lembaga atau perusahaanperusahaan yang nantinya dapat mengurangi beban dalam hal keuangan. A. Harapan bapak dengan diadakannya pendidikan yang berorientasi pada life skills untuk anak asuh yang nantinya akan terjun ke masyarakat itu apa? B. Harapan saya selaku orang tua adalah semoga anak-anak nantinya menjadi orang yang sukses dan menjadi orang yang lebih baik dan berguna di masyarakat.
2. Hasil wawancara dengan pengasuh atau pengurus panti asuhan Al Hikmah Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang A. Menurut bapak pendidikan life skills itu seperti apa? B. Menurut saya pendidikan life skills merupakan pendidikan yang menekankan pada ketrampilan yang dimiliki seorang anak. A. Bagaimana pelaksanaan pendidikan life skills di panti asuhan Al Hikmah? B. Untuk pelaksanaannya itu bisa melalui kegiatan keagamaan, problem solving sederhana, melalui UEP, dan cara berhubungan dan bekerjasama yang baik dengan lingkungan panti dan masyarakat setempat. A. Kapan pendidikan life skills itu dilaksanakan? B. Untuk hal ini, ada yang sudah terjadwal dan ada yang kondisional. Yang terjadwal adalah kegiatan keagamaan. Sedangkan yang lainnya tidak. A. Apakah ada kendala-kendala atau faktor penghambat dalam pelaksanaan pendidikan life skills tersebut? Jika ada apa saja? B. Banyak mas, terutama yang paling penting adalah keuangan. A. Kemudian cara bapak untuk mengatasi atau menanggulangi masalahmasalah pelaksanaan tersebut gimana? B. Meminimalisir kegiatan yang ada dan melaui UEP panti asuhan sendiri. A. Secara pribadi apa harapan bapak pada anak asuh setelah ia keluar atau tidak lagi tinggal di panti asuhan? B. Yang namanya anak, pasti saya mengharapkan yang paling terbaik buat mereka. Semoga mereka nantinya menjadi orang yang berguna dan mandiri serta menjadi orang yang sukses. Amin.
3. Hasil wawancara dengan anak asuh panti asuhan Al Hikmah Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang A. Menurut adik bagaimana pelaksanaan kegiatan-kegiatan di panti asuhan Al Hikmah? B. Alhamdulillah sudah berjalan dengan semestinya dan baik kak, tapi kalau menurut saya masih ada kegiatan yang juga belum maksimal. A. Bagaimana sikap adik menanggapi hal itu? Apakah adik suka dengan kegiatan tersebut ataukah sebaliknya? B. Karena yang diajarkan dan yang diberikan adalah hal yang baik-baik ya saya senang-senang aja kak, kan itu juga demi kita semua. A. Bekal atau manfaat apa yang adik dapatkan dari kegitan-kegiatan tersebut? B. Manfaatnya sangat banyak kak, karena yang tadinya saya tidak tahu menjadi tahu, yang tadinya tidak berani mencoba sekarang sudah berani, kemudian yang tadinya saya tidak bisa alhamdulillah sekarang sudah bisa dan lain sebagainya. A. Harapan adik setelah mendapat berbagai ilmu dan ketrampilan dari kegiatan-kegiatan di panti asuhan apa? B. Saya akan memanfaatkan dan mengamalkannya dengan baik dan semoga bermanfaat buat kita semua. Amin.
Nb. A = Orang yang mewancarai (Peneliti) B = Orang yang diwawancarai
HASIL OBSERVASI DI PANTI ASUHAN AL HIKMAH WONOSARI NGALIYAN SEMARANG
Observasi ini dilakukan dengan mengamati secara langsung pelaksanaan pendidikan life skills bagi remaja di panti asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang pada aspek personal skill, thinking skill, sosial skill, dan vokasional skill. 1. Pelaksanaan pendidikan life skills pada aspek personal skill di panti asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang. Contoh pendidikan keagamaan yang terlaksana dalam kegiatankegiatan keagamaan di panti asuhan, misalnya; latihan pidato (khitobah), dilaksanakan setiap 1 minggu sekali sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Untuk anak yang mau tampil diberikan materi oleh pengasuh 1 minggu sebelum pelaksanaan dimulai. Dengan maksud agar anak dapat berlatih
dan
mempersiapkan
terlebih
dahulu.
Kegiatan
ini
hanya
diperuntukkan oleh remaja panti asuhan, anak-anak asuh yang remaja di data dan diberikan tugas untuk mengikuti kegiatan keagamaan tersebut. Masingmasing anak asuh diberikan jadwal kegiatan tersebut tujuannya untuk mengetahui giliran tampil masing-masing anak asuh. Berdasarkan pengamatan, pada saat pelaksanaan latihan khitobah masih saja ada anak yang masih minder dan belum berani untuk menunaikan tugas yang diberikan kepadanya. Pada saat mendapat giliran untuk tampil, terdapat banyak alasan untuk tidak mau ikut latihan tersebut.
2. Pelaksanaan pendidikan life skills pada aspek thinking skill di panti asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang. Contohnya adalah problem solving sederhana. Setiap masalah berbeda cara mengatasinya, jika ada anak asuh yang melanggar salah satu tata tertib dari panti asuhan, diantaranya bolos sekolah. Cara mengatasi masalah tersebut, seluruh anak dikumpulkan di masjid termasuk yang bolos sekolah tadi. Kemudian anak yang bolos tersebut diberitahukan kepada semua anak asuh yang lainnya dengan maksud agar dengan mereka dipermalukan di depan teman-temannya sendiri mereka akan malu dan setelah malu mereka tidak mengulanginya lagi. Selain itu pengasuh juga memberikan arahan dan juga bimbingan kepada semua anak asuh tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan melanggar tata tertib tersebut. Berdasarkan pengamatan peneliti memang seperti itu adanya, jadi anak asuh yang melanggar tata tertib panti asuhan, mereka dikumpulkan di aula kemudian masalah tersebut dibahas sedemikian rupa dan setelah itu dicari cara penyelesaiannya.
3. Pelaksanaan pendidikan life skills pada aspek sosial skill bagi remaja panti asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang Contohnya adalah Panti asuhan Al Hikmah mengedepankan faktor kekeluargaan sebagai faktor dalam menjalin suatu hubungan, baik sesama anak asuh, anak asuh dengan pengasuh atau pembimbing maupun dengan masyarakat setempat. Hubungan kekeluargaan ini dimaksudkan agar terjalin suasana keluarga sehingga tercipta hubungan yang harmonis, akrab dan tidak sungkan. Dalam panti asuhan pengasuh merupakan pengganti orang tua dan keluarga bagi anak-anak asuh. Oleh karena itu pengasuh merupakan agen sosialisasi yang paling utama dalam panti asuhan. Usaha yang di lakukan pengasuh agar dalam kehidupan di panti asuhan terjalin hubungan
yang baik, akrab dan
harmonis
adalah dengan
memanfaatkan waktu belajar bersama pada malam hari sebagai wahana untuk mengakrabkan anak asuh. Misalnya, anak asuh yang lebih dewasa memberikan bimbingan belajar kepada anak asuh yang umurnya lebih muda. Sedangkan anak asuh yang lebih dewasa biasanya belajar bersama anak dewasa lainnya atau belajar sendiri-sendiri, dan jika mengalami kesulitan belajar, mereka minta diajari sama pengasuh atau pembimbing. Sehingga terjalin hubungan seperti keluarga diantara seluruh anak dan pengasuh yang tinggal dipanti asuhan. Dengan pengamatan yang peneliti lakukan, hubungan kekeluargaan itu terlihat melalui unggah ungguh ketika anak asuh bertemu dengan pengasuh atau pengurus dan saling sapa diantara sesama anak asuh. Meskipun begitu masih ada diantara anak asuh yang kurang akrab dengan pengasuh maupun sesama anak asuh lainnya.
4. Pelaksanaan pendidikan life skills pada aspek vokasional skill bagi remaja panti asuhan Al Hikmah Wonosari Ngaliyan Semarang. Contonhnya adalah dengan bimbingan ketrampilan. Bimbingan ketrampilan tersebut dilaksanakan melalui berbagai pelatihan-pelatihan baik pelatihan di dalam maupun diluar panti asuhan. Pelatihan-pelatihan yang dilaksanakan diluar panti asuhan meliputi pelatihan menjahit, sablon dan otomotif. Sedangkan pelatihan-pelatihan yang dilaksanakan di dalam panti asuhan adalah meliputi pelatihan berwirausaha melalui Usaha Ekonomi Produktif (UEP). Berdasarkan pengamatan peneliti, untuk pelatihan yang berada diluar panti sudah fakum, kecuali menjahit. Sedangkan untuk pelatihan-pelatihan yang dilaksanakan di dalam panti asuhan masih berjalan hingga sekarang. Namun masih banyak juga anak asuh yang malas untuk membantu usaha dari panti asuhan itu sendiri. Misalnya pada usaha peternakan, masih banyak anak asuh yang enggan untuk menunaikan tugas yang sudah dijadwalkan kepadanya dalam membantu perkembangan usaha peternakan tersebut.
DATA ANAK PANTI ASUHAN AL HIKMAH WONOSARI NGALIYAN SEMARANG
No.
Nama
L/P
Alamat asal
Pendidikan
Keterangan
1
Ahmad Nurrozi
L
Semarang
-
Yatim piatu
2
Vanesa Saila S
P
Tegal
-
Yatim
3
Abdul Khotib
L
Semarang
-
Yatim
4
Kabullah Syukur
L
Semarang
-
Dhuafa’
5
M. Zaenal Arifin
L
Grobogan
MI Miftahul Ahlaqiyah
Yatim
6
M. Syahrin
L
Grobogan
MI Miftahul Ahlaqiyah
Yatim
7
Halim Heri S
L
Tegal
MI Miftahul Ahlaqiyah
Miskin
8
waluyo S
L
Semarang
MI Miftahul Ahlaqiyah
Miskin
9
Mugi Lestari
P
Semarang
MI Miftahul Ahlaqiyah
Miskin
10
Nur Rosyid BH
L
Semarang
MI Miftahul Ahlaqiyah
Yatim piatu
11
M. Fakih N
L
Semarang
MI Miftahul Ahlaqiyah
Yatim
12
Faisal M. Arif
L
Grobogan
MI Miftahul Ahlaqiyah
Yatim
13
M Wisnu K
L
Semarang
MI Miftahul Ahlaqiyah
Yatim
14
Dewi Martia A
P
Ntb
MI Miftahul Ahlaqiyah
Yatim
15
Misbakhul Munir
L
Demak
MI Miftahul Ahlaqiyah
Dhuafa’
16
Apriliya W
P
Semarang
MI Miftahul Ahlaqiyah
Miskin
17
Istiqomah
P
Demak
MI Miftahul Ahlaqiyah
Miskin
18
A. Syaefuddin
L
Semarang
MTs Uswatun Hasanah
Kurang mampu
19
Lilik muzdalifah
L
Demak
MTs Uswatun Hasanah
Yatim
20
M. Shobirin
L
Boyolali
MTs Uswatun Hasanah
Yatim
21
A Bisri Mustofa
L
Sragen
MTs Uswatun Hasanah
Piatu
22
Suriyanto
L
Semarang
MTs Uswatun Hasanah
Yatim
23
Supriyadi
L
Salatiga
MTs Uswatun Hasanah
Dhuafa’
24
Nur Hamidah
P
Brebes
MTs Uswatun Hasanah
Yatim
25
Siti Nur Qoriyah
P
Jakarta
MTs Fatahillah
Dhuafa’
26
Supiyati AN
P
Semarang
MTs Fatahillah
Yatim piatu
27
M. Arifin
L
Lampung
MTs Uswatun Hasanah
Yatim
28
Khoirul Huda
L
Salatiga
MTs Uswatun Hasanah
Yatim
29
Indah Lestari
P
Semarang
MTs Uswatun Hasanah
Miskin
30
Nisa Aulya Y
P
Banjar negara MTs Fatahillah
Kurang mampu
31
Eka Yuli IP
P
Ntb
MTs Fatahillah
Yatim
32
M. Syaefuddin
L
Sragen
MTs Fatahillah
Piatu
33
Sulistyo M
L
Yogyakarta
MTs Uswatun Hasanah
Yatim
34
Siti Sarmi
P
Semarang
MTs Uswatun Hasanah
Miskin
35
F. Robiah
P
Kendal
MTs Uswatun Hasanah
Yatim
36
Laelatul F
P
Batang
MA Nurussalam
Miskin
37
Mar’atus Sholihah
P
Purwokerto
MA Nurussalam
Yatim
38
Seli Pratiwi
P
Salatiga
MA Nurussalam
Miskin
39
AS Apriyatni
P
Purwokerto
MA Nurussalam
Yatim
40
Ita Irmawati
P
Boyolali
MA Nurussalam
Yatim
41
Eka Widya A
P
Semarang
MA Nurussalam
Miskin
42
Ria Wijayanti
P
Magelang
MA Nurussalam
Yatim
43
Fitri Wijayanti
P
Magelang
MA Nurussalam
Yatim
44
Rini Utami
P
Semarang
MA Nurussalam
Miskin
45
Nurrahmawati
P
Wonosobo
MA Nurussalam
Yatim
46
Septiana Hidayati
P
Purbalingga
MA Nurussalam
Yatim
47
Nurrokhim
L
Grobogan
MA Nurussalam
Miskin
48
Nur Ahmad
L
Grobogan
MA Nurussalam
Yatim
49
Muhsin Baidhowi
L
Jakarta
MA Nurussalam
Miskin
50
Yuda Irwani
L
Jakarta
MA Nurussalam
Yatim
51
Iwan Setiawan
L
Kab.
SMK NU SK
Yatim
SMK NU SK
Piatu
Semarang 52
Baidhowi
L
Boyolali
53
Ihsanudin
L
Kab.
MA Nurussalam
Semarang 54
Sodirin
L
Kab.
Kurang mampu
MA Nurussalam
Yatim
Semarang 55
Muhlis SP
L
Jakarta
MA Nurussalam
Miskin
56
N Nafis Bahtiar
L
Grobogan
MA Nurussalam
Miskin
57
Suyanto
L
Kab.
MA Nurussalam
Dhuafa’
Semarang 58
Eko Puji R
L
Wonosobo
MA Nurussalam
Yatim
59
Ella Tri F
P
Semarang
MA Nurussalam
Miskin
60
Nurul Handayani
P
Solo
MA Nurussalam
Dhuafa’
61
Fathul Ma’arif
L
Grobogan
MA Nurussalam
Miskin
62
Ahmad Kholik
L
Grobogan
MA Nurussalam
Miskin
63
A Fitriyanto
L
Grobogan
IAIN Walisongo
Yatim
64
Ahmad Taufiq
L
Semarang
STIE PENA
Yatim
65
Siti Aliyanah
P
Riau
STIE PENA
Miskin
KEGIATAN KEAGAMAAN PANTI ASUHAN AL HIKMAH
Hari
Pukul
Pelajaran
Senin
19.15-20.00
Al Qur’an
20.00-20.30
Hafalan Juz Amma
19.15-20.00
Al Qur’an
20.00-20.30
Hafalan Do’a
19.15-20.00
Al Qur’an
20.00-20.30
Hafalan Dalil Dan Hadist
19.15-20.00
Yasin Dan Tahlil
20.00-20.30
Hafalan Yasin Dan Tahlil
19.15-20.00
Al Qur’an
20.00-20.30
Mujahadahan
19.15-20.00
Tajwid
20.00-20.30
Latihan Pidato
19.15-20.00
Berjanjen
20.00-20.30
Sholawatan
Selasa
Rabu
Kamis
Jum’at
Sabtu
Ahad
Foto-Foto Kegiatan Anak Asuh di Panti Asuhan Al Hikmah
Kegiatan belajar di panti asuhan
Usaha ekonomi produktif peternakan dan jasa pemotongan hewan
Acara ceramah keagamaan