MODEL PEMBINAAN ROHANI KEISLAMAN DALAM PROSES PENYEMBUHAN PASIEN DI RUMAH SAKIT JIWA (RSJ) Prof. Dr. SOEROYO MAGELANG TAHUN 2011
SKRIPSI Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh MUQODIMAH NIM : 11107135
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2011
i
ii
MODEL PEMBINAAN ROHANI KEISLAMAN DALAM PROSES PENYEMBUHAN PASIEN DI RUMAH SAKIT JIWA (RSJ) Prof. Dr. SOEROYO MAGELANG TAHUN 2011
SKRIPSI Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh MUQODIMAH NIM : 11107135
JURUSAN TARBIYAH PROGRAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2011
iii
iv
v
vi
MOTTO
“Harta sejati adalah kesehatan, bukan emas & perak”
(Mahatma Gandhi).
vii
PERSEMBAHAN Tiada ungkapan yang bisa menterjemahkan setiap kucuran darah, peluh keringat dan setiap tetes air mata dari sebuah karya yang tercipta sebagai tanda kasih, ucapan terima kasih dan doa. Kupersembahkan karya ini untuk: Ibunda tercinta (Isnatun)
dan ayahanda tersayang (sunardi).
Hormat ta’dzim tak terhingga kepada beliau yang senantiasa berjuang demi anaknya. Perjuangan mereka tak lapuk oleh teriknya matahari dan tak luntur pula tersiram oleh hujan. Merekalah yang telah melinagi sekujur tubuhnya dengan darah, keringat, serta air mata. Mereka jualah yang senantiasa membasahi bibirnya dengan doa. Demi mengenalkan ananda tentang arti sebuah kehidupan. Untuk adikku tersayang (Ridho) yang selulu mendukung, mendoakan dan memotivasi dan semua familiku yang terkasih (budhe, pakdhe, bulik, paklik, dan saudara-saudara sepupuku semua) yang memberiku kasih sayang, support dan mendoakanku dalam menempuh studi. Bapak/Ibu dosen STAIN Salatiga yang telah mengajarkan, mendidik, dan memberikan ilmunya kepada penulis selama dalam perkuliahan. Sahabat-sahabatku di ponpes Nurul Asna dan sahabat-sahabatku (seven d’best) tercinta, serta sahabat-sahabat seperjuangan yang telah memberikan saran, motivasi, doa, dan humorannya. Generasi dambaan umat Islam (sabar, syukur,& ikhlas....) tersenyum dan terima kasihlah kepada Tuhan bahwa kita masih diberi rizqi hidup.
viii
KATA PENGANTAR
ÉΟŠÏm§9$# Ç≈uΗ÷q§9$# «!$# ÉΟó¡Î0 Dengan mengucap rasa puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmad, taufiq, serta hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar. Alhmadulillahi Rabbil ‘Alamin. Tak henti-hentinya sholawat beserta salam selalu tercurahkan kepada nabi agung Muhammad SAW, yang mengeluarkan manusia dari kebodohan pekatnya zaman jahiliyah menuju zaman terang benderang yakni agama islam. Kehidupan ini bagaikan perahu yang sedang berlayar di samudra, kadang kala perahu itu harus menghadapi ombak dan badaai. Demikian pula dengan keadaan yang dialami oleh penulis didalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit hambatan dan rintangan yang dihadapi. Namun Alhamdulillah, dengan izin Allah swt dan kerja kera akhirnya penulisan skripsi ini dapat terselesaikan meskipun jauh dari kesempurnaan. Penulis menyadari dengan sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada: 1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku ketua STAIN Salatiga. 2. Dra. Siti Asdiqah, M.Si selaku ketua progddi Pendidikan Agama Islam STAIN Salatiga 3. Ibu Dra. Hj. Lilik Sriyanti, M.Si selaku pembimbing dalam penulisan skripsi ini. Yang telah memberikan bimbingan dengan penuh perhatian dan kesabaran. ix
4. Bapak dan Ibu dosen yang dengan tulus mendidik dan memberikan jasanya dalam menuntut ilmu di STAIN Salatiga 5. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan ini, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Semoga amal serta kebaikan yang selalu tercurah kepada penulis diterima oleh Allah SWT, sebagai amal ibadahnya mendapat balasan pahala yang berlipat ganda. Meskipun penulis telah berupaya menyajikan yang terbaik, tetapi karena keterbatasan kemampuan kami, mungkin saja masih banyak kekeliruan dan kesalahan didalamnya. Dengan berpegang bahwa tiada gading yang tak retak, maka dengan kerendahan hatisegala pandangan dan saran sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis ucapkan Alhamdulillah Rabbil ‘Alamin, semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis sendiri khususnya dan pembaca pada umumnya. Akhir kata Sukron azakumullah Ahsanal Jaza’ Ankatsira.... Salatiga, 18 September 2011
Peneliti
x
ABSTRAK
Muqodimah. 2011. Model Pembinaan Rohani Keislaman Proses Penyembuhan Pasien Di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Prof. Dr. Soeroyo Magelang Tahun 2011. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Hj. Lilik Sriyanti, M,Si. Kata kunci: Model pembinaan rohani Islam, proses penyembuhan, pasien RSJ. Penelitian ini merupakan upaya untuk mengembangkan pembinaan rohani keislaman sebagai proses penyembuhan pasien di RSJ Magelang. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) bagaimanakah model pembinaan rohani keislaman di RSJ Magelang?, dan (2) bagaimana proses penanaman nilai-nilai keislaman bagi pasien?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode Grounded Teory yaitu sebuah pendekatan yang refleksif dan terbuka, dimana pengumpulan data, pengembangan konsep teoritis serta ulasan literatur berlangsung dalam proses siklus berkelanjutan. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa model bimbingan rohani Islam yang diterapkan berlandaskan pada Al-Qur’an dan hadits dimana didalamnya mengandung suatu pemberian nasehat-nasehat mengenai kesehatan rohani. Mengenai kaitan dengan proses penanaman nilai-nilai keislaman terhadap pasien adalah dengan mengingatkan iman pasien, menghilangkan rasa putus asa, dan melatih pasien untuk pasrah (doa). Berdasarkan dari adanya pembinaan rohani terhadap pasien di RSJ ini ditemukan, ternyata pasien yang aktif mengikuti kegiatan bimbingan rohani keislaman akan lebih cepat sembuh. Karena dengan bimbingan rohani ini pasien menjadi ingat akan modal dasar (iman) mereka, sehingga pasien masih merasa mempunyai tempat berlindung yaitu Allah swt.
xi
DAFTAR ISI
SAMPUL......................................................................................................... i LEMBAR BERLOGO ................................................................................... ii LEMBAR JUDUL.......................................................................................... iii PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ iv PENGESAHAN KELULUSAN .................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................................................... vi MOTTO .......................................................................................................... vii HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... viii KATA PENGANTAR.................................................................................... ix ABSTRAK ...................................................................................................... xi DAFTAR ISI................................................................................................... xii BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah............................................................. 1 B. Fokus Penelitian ......................................................................... 5 C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 7 D. Kegunaan Penelitian................................................................... 7 E. Penegasan Istilah........................................................................ 8 F. Metode Penelitian....................................................................... 10 G. Sistematika Penulisan ................................................................ 17
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Esensi Pembinaan Rohani Islam ................................................ 19
xii
B. Gangguan Kejiwaan ................................................................... 48 C. Hubungan Pembinaan Rohani Islam dalam Penyembuhan Pasien Jiwa................................................................................. 62 BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A. Gambaran Umum RSJ Prof. Dr Soeroyo Magelang ................. 67 B. Gambaran Kegiatan Bimbingan Rohani Keislaman di RSJ Prof. Dr Soeroyo Magelang ....................................................... 85 C. Model Bimbingan Rohani Keislaman di RSJ Prof. Dr Soeroyo Magelang.................................................................................... 88 D. Cara
Pemahaman
Psikiater
dan
Pembimbing
Rohani
Keislaman terhadap Gangguan Kejiwaan .................................. 93 E. Nilai-Nilai yang Ditanamkan dalam Bimbingan Rohani Keislaman terhadap Pasien RSJ Magelang ................................ 95 F. Hubungan Proses Penyembuhan antara Perawatan Medis dan Bimbingan Rohani Keislaman ................................................... 99 BAB IV PEMBAHASAN A. Pola Pembinaan Rohani Keislaman di RSJ Prof. Dr Soeroyo Magelang.................................................................................... 101 B. Model Bimbingan Rohani Keislaman di RSJ Prof. Dr Soeroyo Magelang.................................................................................... 104 C. Penanaman Nilai-nilai Keislaman terhadap Pasien RSJ Prof. Dr Soeroyo Magelang ................................................................ 107
xiii
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................ 110 B. Saran........................................................................................... 111 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia secara beramai-ramai memburu kemewahan dalam hidup tanpa memikirkan akan kemampuan yang mereka miliki. Sekarang ini banyak sekali yang kita temui, bahwasanya manusia hanya memikirkan kehidupan duniawi saja dengan tujuan agar tidak tertinggal dengan saudara, tetangga maupun orang lain. Disisi lain banyak dikalangan masyarakat indonesia sekarang ini yang mencalonkan untuk menjadi pejabat ataupun wakil rakyat dimana usaha yang dilakukan melebihi batas kemampuan yang mereka miliki agar mereka bisa terpilih. Akan tetapi yang kita jumpai banyak anggota yang gagal sehingga mereka menjadi terkungkung dengan penderitaan hidup. Akibat ketidakmampuan dalam mengatasi kesulitan hidup, banyak manusia yangmengalami kegoncangan jiwa karena tertekan (stres) oleh suatu kondisi yang mereka alami. Kondisi yang menekan tersebut membuat jiwanya goncang yang menimbulkan penderitaan batin atau muncul bermacam-macam penyakit pada fisik. Kadang-kadang kegoncangan jiwa yang sudah begitu parah dapat menjadikan mental manusia menjadi ambruk dan melemah yang menjadikan manusia tersebut mengalami distres ataupun depresi.
1
1
Kegoncangan jiwa yang dialami oleh manusia sekarang ini tidak hanya disebabkan oleh faktor intern, tetapi juga oleh tekanan yang datang dari lingkungan sekitar, seperti hubungan keluarga yang tidak harmonis, kondisi rumah yang semakin sempit. Faktor lain mungkin disebabkan oleh krisis kehidupan, seperti kehilangan tempat bergantung, kehilangan pekerjaan, kehilangan kedudukan, mengalami kebangkrutan dan masih banyak lagi sebab-sebab yang lain. Dengan sebab-sebab tersebut manusia secara tidak langsung akan mengalami tekanan karena beban fikiran sehingga dapat menjadi stres. Dampak tekanan yang muncul keluar menimbulkan berbagai macam penyakit baik jasmani maupun rohani. Melihat hal itu, Allah pun sudah memperingatkan agar umat manusia (islam) selalu menyadari bahwa hidup ini penuh dengan tantangan yaitu dalam Surat Al-Baqarah:214
ãΝåκ÷J¡¡¨Β ( Νä3Î=ö6s% ÏΒ (#öθn=yz tÏ%©!$# ã≅sW¨Β Νä3Ï?ù'tƒ $£ϑs9uρ sπ¨Ψyfø9$# (#θè=äzô‰s? βr& óΟçFö6Å¡ym ÷Πr& «!$# çóÇnΣ 4tLtΒ …çµyètΒ (#θãΖtΒ#u tÏ%©!$#uρ ãΑθß™§9$# tΑθà)tƒ 4®Lym (#θä9Ì“ø9ã—uρ â!#§œØ9$#uρ â!$y™ù't7ø9$# ∩⊄⊇⊆∪ Ò=ƒÌs% «!$# uóÇnΣ ¨βÎ) Iωr& 3
Artinya: “Apakah kamu mengira bahwa akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan, ujian hidup) sebagaimana telah berlaku pada umat terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa mala peteka dan kesengsaraan serta digoncangkan jiwa (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga
2
berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya. ‘Kapankah datang pertolongan Allah?’ ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu sangat dekat.”
Dari ayat diatas telah dijelaskan bahwasanya keadaan yang menekan jiwa manusia itu ada yang berupa mala petaka, kesengsaraan, dan kegoncangan jiwa. Setiap manusia yang kurang imannya akan mudah merasa tertekan atau menderita batin sehingga menjadi stres; sedangkan manusia yang imannya kuat akan mampu berdiri tegar menghadapi cobaan dengan sabar dan tabah serta berdoa mengharap pertolongan dari Allah swt. Pertolongan itu tidak akan turun dari langit ataupun keluar dari perut bumi, tetapi muncul dari dalam diri kita sendiri melalui kodrat Allah yang tersimpan dalam diri manusia sendiri dan berubah menjadi ketrampilan, kecerdasan, dan kemampuan mengatasi masalah. Dengan demikian telah jelas bahwasanya yang dapat membentengi dan mencegah kegoncangan jiwa hanyalah setiap individu manusia, karena manusia diberi akal untuk berfikir, berusaha atau ikhtiar serta berdoa sebagaimana dalam firman Allah dalam surat Ar-Ra’du:11
öΝÍκŦàΡr'Î/ $tΒ (#ρçÉitóム4®Lym BΘöθs)Î/ $tΒ çÉitóムŸω ©!$# āχÎ) 3 Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaannya sendiri”. (QS Ar-Ra’du:11).
3
Akan tetapi kenyataan yang dapat kita lihat sekarang ini banyak manusia yang lalai, sehingga semakin banyak manusia yang mengalami gangguan jiwa. Hal ini bisa disebabkan karena manusia itu kurang memahami akan cobaan yang dialaminya. Untuk itu saat ini perkembangan konseling di Indonesia menarah pada dua bentuk, yaitu konselina psikologis dan konseling pendidikan. Dengan perkembangan ini diharapkan agar setiap manusia dapat mendapatkan bimbingan dalam menyelesaikan masalah yang sedang mereka hadapi. Banyak jalan yang telah ditawarkan untuk dapat mengatasi kegoncangan jiwa; para psikiater dengan kliniknya, para psikolog melalui biro konsultasinya yang berjuang menyelamatkan pasien atau klien yang hanyut terbawa arus deras stres. Salah satu contoh keahlian psikolog yang telah dikembangkan secara luas adalah aspek pembimbing dan konselor rohani serta tenaga pendampingan diberbagai Rumah Sakit Umum (RSU) maupun Rumah Sakit Jiwa (RSJ) yaitu dengan adanya tenaga profesional Perawatan Rohani Islam (Warois) dan tenaga Konseling Rohani Islam (Konseris). Dalam skala internasional, aktivitas warois dan konseris adalah dalam rangka memenuhi tuntunan kebutuhan standar sehat yaitu bio-psiko-sosio-spiritual. Warois dan Konseris merupakan salah satu jawaban dan wujud bentuk terapi dan perawatan spiritual yang sejajar yang harus dipadukan dengan terapi lainnya, yaitu medis, sikologis, dan psikososial secara holistik-komprehensif (Zainal Arifin, 2008:14).
4
Untuk itu harus ada upaya memahami pola pembinaan rohani islam yang dikembangkan di Rumah Sakit Jiwa Magelang dalam kaitannya dengan proses penyembuhan pasien agar manusia kembali pulih mengingat kepada Sang Khaliq dan merealisasikan perintah Allah “Amar Ma’ruf Nahi Mungkar”. Di sinilah timbul suatu pertanyaan semacam apakah model/metode yang mampu menumbuhkan bimbingan rohani keislaman?, Dan melalui lembaga RSJ, nilai-nilai apakah dan bagaimanakah yang perlu ditanamkan pada pasien agar mampu menjaga kesehatan jiwa? Melihat permasalahan diatas, akhiranya penulis tertarik untuk membahasnya dengan judul skripsi: “MODEL PEMBINAAN ROHANI KEISLAMAN DALAM PROSES PENYEMBUHAN PASEIN RUMAH SAKIT JIWA (RSJ) Prof. Dr SOEROYO MAGELANG TAHUN 2011”. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah model bimbingan rohani Islam dalam proses penyembuhan pasien RSJ Magelang? 2. Bagaimana proses penanaman nilai-nilai bimbingan rohani Islam di RSJ Magelang? C. Fokus Penelitian Ada sebagian orang beranggapan apabila berbicara tentang pasien RSJ tentu tidak akan terlepas dari kata-kata ‘stres’ dan ‘gila’. Hal ini sudah terlihat karena rumah sakit tersebut menampung para penderita jiwa. Dari lembaga
5
RSJ tersebut menerapkan beberapa metode dalam proses penyembuhan bagi pasien diantaranya yaitu penyembuhan secara medis dan bimbingan rohani islam. Namun dalam pembahasan ini penulis membatasinya dalam konteks penyembuhan dengan cara bimbingan rohani keislaman. Dalam penelitian ini penulis tidak membahas mengenai proses penyembuhan secara medis yang dilakukan oleh para dokter dan juga tidak membanding-bandingkan antara proses penyembuhan secara medis dan penyembuhan dengan bimbingan rohani islam. Pada dasarnya proses penyembuhan pasien di RSJ memang memerlukan kedua metode tersebut yaitu antara medis dan bimbingan kerohanian, medis untuk penyembuhan keadaan fisik dan bimbingan rohani untuk kesembuhan jiwa agar pasien dapat mengingat kembali kepada tanggung jawab atas tujuan penciptaan manusia, tugas hidup manusia, dan peranan hidupnya dimuka bumi yaitu mencari ridlo Allah swt, mengabdikan diri kepada Allah swt dan sebagai khalifah di bumi untuk melestarikan alam dan melanjutkanajaran-ajaran islam. Dalam pembahasan ini penulis bermaksud ingin mengetahui bagaimana bimbingan rohani islam yang mampu menumbuhkan nilai-nilai yang perlu ditanamkan pada pasien RSJ agar mampu menjaga kesehatan jiwa tersebut?
6
D. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penulis dalam penelitian ini mengacu pada permasalahan tersebut di atas adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui model bimbingan rohani Islam dalam proses penyembuhan pasien RSJ Magelang. 2. Untuk mengetahui proses penanaman nilai-nilai bimbingan rohani islam di RSJ Magelang. E. Kegunaan Penelitian Manfaat ataupun kegunaan daripada penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu sebagai berikut : 1. Secara Teoretis Penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya wacana keilmuan khususnya kajian pendidikan dalam bidang PAI dan juga menambah bahan pustaka bagi perpustakaan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. 2. Secara Praktis a. Secara praktis manfaat penelitian ini dapat menjadi sumbangan pemikiran dan masukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan agama Islam yang setidaknya menerapkan kurikulum berbasis penyuluhan bimbingan konseling islam.
7
b. Digunakan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar sarjana pada Jurusan Tarbiyah Ilmu Keguruan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. F. Penegasan Istilah Agar didalam penelitian ini tidak terjadi penafsiran yang berbeda dengan maksud penulis, maka penulis akan menjelaskan istilah-istilah didalam judul ini. Istilah yang perlu penulis jelaskan sebagai brikut: 1. Pembinaan Rohani Islam Menurut Moh. Surya bimbingan adalah suatu proses pemberian bantuan secara terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang terbimbing/di bimbing agar dapat tercapai kemandirian dalam pemahaman diri untuk mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan (Dahlan, 2009:17). Rohani adalah aspek psikis manusia yang bersifat spiritual dan transendental yang merupakan sifat dasar dalam diri manusia yang berasal dari ruh ciptaan Allah swt (Rahayu, 2009:78). Bimbingan rohani adalah segala kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dalam rangka memberikan bantuan kepada orang lain yang mengalami kesulitan rohaniah dalam lingkungan hidupnya, agar orang tersebut mampu mengatasinya sendiri karena timbul pada diri pribadinya suatu harapan kebahagiaan hidup sekarang dan yang akan datang (Arifin, 1977:18).
8
Sedangkan bimbingan rohani Islam merupakan proses pemberian bantuan spiritual terhadap rohani atau jiwa agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Bimbingan rohani Islam merupakan bagian dari bimbingan Islam (Munsamar, 1992:5). Bimbingan rohani ini juga dapat disebut sebagai upaya membentuk mental higienis pasien dimana dengan keadaan mental yang jernih itu diharapkan akan membantu proses penyembuhan pasien. Berkenaan dengan hal itu bimbingan rohani diperlukan bagi mereka adalah bimbingan rohani yang dapat memberikan ketentraman jiwa yang terdapat dalam ajaran agama, karena agama merupakan kebutuhan psikis manusia (Darojat, 1982:10). Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa bimbingan rohani Islam adalah proses penyampaian nilai-nilai islam (spiritual) terhadap pasien yang dilakukan oleh pembimbing rohani (kerohaniawan) agar dapat mempertebal keimanan dan kejiwaannya sehingga mampu menghadapi permasalahan (penyakit) yang dihadapi dan mempercepat penyembuhannya. 2. Proses Penyembuhan Proses dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti runtutan
perubahan
atau
perkembangan
(Departemen
Pendidikan
Nasional, 2007:89). Sedangkan penyembuhan berasal dari kata sembuh yang mendapat imbuhan pe-an yang mempunyai arti proses, cara
9
menyembuhkan atau mengobati (Departemen Pendidikan Nasional, 2007:1028). Penyembuhan menurut Muh. Zuhri penyembuhan merupakan salah satu penjawantahan diri dalam rangka melaksanakan Rahmatal lil ‘alamin (Syukur, 2010:107). Jadi proses penyembuhan adalah cara untuk mengobati seseorang untuk menjadikan perubahan atau perkembangan seseorang menjadi lebih baik menuju rahmatal lil ‘alamin. 3. Pasien RSJ Pasien RSJ adalah orang yang menderita gangguan kejiwaan yang diberikan pelayanan kesehatan oleh perawat (dokter) dan tenaga ahli kesehatan jiwa (http://id.Wikipedia.org/wiki/Rumah sakit). G. Metode Penelitian 1. Pendekaan dan Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian lapangan (field research) dalam pelaksanaannya menggunakan metode pendekatan kualitatif diskriptif analisis yang umumnya menggunakan strategi multi metode yaitu wawancara, pengamatan, serta penelaahan dokumen/ studi documenter yang antara satu dengan yang lain saling melengkapi, memperkuat dan menyempurnakan (Sukmadinata, 2005: 108). Lebih spesifiknya penelitian ini mengadopsi pendekatan Grounded Teory, menurut Daymon dan Holloway (2008: 180-181) yaitu sebuah pendekatan 10
yang refleksif terbuka dimana pengumpulan data, pengembangan konsep teoritis
serta
ulasan
literatur
berlangsung
dalam
proses
siklus
berkelanjutan. Dalam laporan penelitian ini data memungkinkan berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, dokumen pribadi, dan dokumen resmi lainnya. 2. Waktu Penelitian/kehadiran penelitian Penelitian dan pengumpulan data-data di RSJ Magelang ini dimulai pada tanggal 13 Juli sampai dengan selesainya penelitian yang disertai dengan kegiatan akhir berupa penyusunan skripsi. 3. Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di RSJ Magelang. Adapun alasan pemilihan tempat adalah penelitian di RSJ Magelang. Berkaitan dengan upaya pengembangan bimbingan rohani islam dalam penyembuhan pasien jiwa, sangatlah penting. Oleh karena itu, sumbangan para psikiater bagi kesembuhan pasien jiwa
yang sehat jasmani dan rohani perlu terus
dikembangkan. Salah satu di antara lembaga kesehatan yang menerapkan pola bimbingan rohani islam adalah RSJ Magelang. Lembaga ini merupakan aset yang perlu di lestarikan dan di jaga kualitasnya, sehingga akan meningkat pula dalam mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya insani yang ada padanya menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil).
11
4. Sumber Data Data merupakan suatu fakta atau keterangan dari obyek yang diteliti. Menurut Lofland (1984: 47) dalam Moleong, (2007: 157) sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen lain (sumber dat tertulis, foto, dan statistik). Sumber data dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu: a. Data Primer Sumber dan jenis data primer penelitian ini adalah kata-kata dan tindakan subjek serta gambaran ekspresi, sikap dan pemahaman dari subjek yang diteliti sebagai dasar utama melakukan interpretasi data. Data atau informasi tersebut diperoleh secara langsung dari orang-orang yang dipandang mengetahui masalah yang akan dikaji dan bersedia memberi data atau informasi yang diperlukan. Sedangkan untuk pengambilan data dilakukan dengan bantuan catatan lapangan, bantuan foto atau apabila memungkinkan dengan bantuan rekaman suara handphone. Sementara itu observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan secara langsung segala aktivitas di RSJ Magelang. b. Data Sekunder Data sekunder adalah data atau informasi yang diperoleh dari sumber-sumber lain selain data primer. Diantaranya buku-buku
12
literatur, internet, majalah atau jurnal ilmiah, arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi lembaga-lembaga yang terkait dengan penelitian ini. Data tersebut diantaranya buku-buku referensi. Menurut Mestika Zed (2004: 10) buku-buku referensi ialah koleksi buku yang memuat informasi yang spesifik, paling umum serta paling banyak dirujuk untuk
keperluan
cepat.
Yang
termasuk
buku-buku
referensi
diantaranya kamus baik umum atau biografi, buku indeks, buku bibliografi yang berisi informasi buku-buku bidang atau aspek tertentu, dan sebagainya. 5. Prosedur Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data yang diperlukan, digunakan metodemetode sebagai berikut: a. Metode Wawancara Mendalam (depth interview) Metode wawancara digunakan untuk memeperoleh data tentang pola pembinaan rohani di lokasi penelitian. Dalam metode ini penulis menggunakan dua teknik yaitu teknik kuesioner yaitu dengan membuat daftar pertanyaan secara tertulis dengan tujuan pokok untuk memperoleh data informasi yang relevan dengan tujuan penelitian dan teknik interview guide yaitu cara pengumpulan data dengan menyampaikan secara langsung daftar pertanyaan yang telah disusun sebelumnya guna memperoleh jawaban yang langsung pula dari seorang responden (Koentjaraningrat, 1986: 138).
13
Dalam penelitian ini wawancara dilakukan secara mendalam yang diarahkan pada masalah tertentu dengan para informan yang sudah dipilih untuk mendapatkan data yang diperlukan. Teknik wawancara yang digunakan ini dilakukan secara tidak terstruktur, dimana peneliti tidak melakukan wawancara dengan struktur yang ketat kepada informan agar informasi yang diperoleh memiliki kapasitas yang cukup tentang berbagai aspek dalam penelitian ini. b. Metode Dokumentasi Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan cara membaca dan mengutip dokumen-dokumen yang ada dan dipandang relevan. Dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, peraturan rapat, catatan harian dan sebagainya (Arikunto, 1989: 131). Metode ini digunakan untuk memperoleh data sejarah RSJ, struktur organisasi, keadaan para psikiater atau dokter dan pasien, absensi kegiatan bimbinan rohani serta macam-macam layanan yang dimiliki RSJ dan data-data dan informasi lain yang menunjang. c. Metode Observasi atau Pengamatan Metode observasi adalah teknik pengumpulan data dengan pengamatan langsung kepada objek penelitian (Surakhmad, 1994: 164). Metode ini digunakan untuk mengetahui situasi dan kondisi lingkungan RSJ baik keadaan pasien maupun dokter. Pengamatan
14
disini termasuk juga didalamnya peneliti mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proporsional maupun langsung diperoleh dari data (Moleong, 2007: 174). Observasi ini dilakukan dengan melakukan serangkaian pengamatan dengan menggunakan alat indera penglihatan dan pendengaran secara langsug terhadap objek yang diteliti. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik observasi berperan pasif dimana observasi bisa dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. 6. Metode Analisis Data Metode analisis adalah suatu cara penanganan terhadap objek ilmiah tertentu dengan jalan memilah, memilih antara pengertian yang satu dengan yang lain untuk mendapatkan pengertian yang baru. Data yang berhasil dihimpun akan dianalisis secara kualitatif, yaitu dengan menerapkan metode berfikir induktif, yaitu suatu metode berfikir yang bertolak dari fenomena yang khusus dan kemudian menarik kesimpulan yang bersifat umum (Daymon, 2008: 369). 7. Pengecekan Keabsahan Data Dalam hal pengecekan keabsahan data penelitian terhadap beberapa kriteria keabsahan data yang nantinya akan dirumuskan secara tepat, teknik pemeriksaanya yaitu dalam penelitian ini harus terdapat adanya kredibilitas yang dibuktikan dengan perpanjangan keikutsertaan,
15
ketekunan pengamatan, triangulas, pengecekan sejawat kecukupan referensia, adanya kriteria kepastian dengan teknik uraian rinci dan audit kepastian. Untuk mengetahui apakah data yang telah dikumpulkan dalam penelitian memiliki tingkat kebenaran atau tidak, maka dilakukan pengecekan data yang disebut dengan validitas data. Untuk menjamin validitas data akan dilakukan trianggulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2006: 330). Validitas data akan membuktikan apakah data yang diperoleh sesuai dengan apa yang ada di lapangan atau tidak. Dengan demikian data yang diperoleh dari suatu sumber akan dikontrol oleh data yang sama dari sumber yang berbeda. 8. Tahap-Tahap Penelitian a. Penelitian pendahuluan Penulis mengkaji buku-buku yang berkaitan dengan pembinaan rohani islam dan buku lain yang berhubungan dengan proses penyembuhan pasien jiwa. b. Pengembangan desain Setelah penulis mengetahui banyak hal tentang pembinaan rohani islam, kemudian penulis melakukan observasi ke objek
16
penelitian untuk melihat secara langsung pola pembinaan rohani islam di RSJ Magelang. c. Penelitian sebenarnya H. Sistematika Penulisan Dalam menyusun skripsi ini penulis membagi kedalam beberapa bab dan masing-masing bab mencakup beberapa sub bab yang berisi sebagai berikut: a. BAB I: Merupakan Pendahuluan yang menjelaskan: A. Latar Belakang Masalah, B. Rumusan Masalah, C. Fokus Penelitian, D. Tujuan Penelitian, E. Kegunaan Penelitian, F. Penegasan Istilah, G. Metodologi Penelitian yang terdiri dari: 1. Pendekatan dan jenis penelitian 2. Waktu penelitian/kehadiran penelitian 3. Tempat/lokasi penelitian 4. Sumber data 5. Prosedur pengumpulan data 6. Teknik analisis data 7. Pengecekan keabsahan data 8. Tahap-tahap penelitian dan I. Sistematika Penulisan. b. BAB II: Kajian Pustaka. Dalam bab ini di bahas tentang A. Esensi pembinaan rohani keislaman yang meliputi: 1. Pengertian pembinaan rohani
Islam, 2.
Landasan bimbingan rohani
Islam 3. Unsur-
unsurbimbingan rohani Islam 4. Metode pembinaan rohani islam dalam penyembuhan pesien jiwa 5. Tujuan dan manfaat bimbingan rohani keislaman di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) B. Gangguan kejiwaan yang terdiri dari: 1. Pengertian gangguan jiwa 2. Faktor-faktor penyebab gangguan jiwa 3. Macam-macam gangguan jiwa 4. Terapi penagnggulangan
17
gangguan jiwa dan C. Hubungan pembinaan rohani islam dalam penyembuhan pasien. c. BAB III: Hasil penelitian yang terdiri dari gambaran umum objek penelitian, terdiri dari : 1. Sejarah singkat RSJ Magelang 2. Visi dan Misi serta tujuan RSJ Magelang 3. Struktur organisasi di RSJ Magelang 4. Keadaan pasien RSJ Magelang 5. Biodata dokter dan pembimbing rohani keislaman RSJ Magelang 6. Jadwal pembinaan rohani Islam di RSJ Magelang 7. Deskripsi dan hasil penelitian. d. BAB IV: Pembahasan pokok permasalahan dari data hasil temuan-temuan mengenai 1) Pola pembinaan rohani keislaman di RSJ Magelang, 2) Model bimbingan rohani keislaman di RSJ Magelang dan, 3) penanaman nilainilai keislaman terhadap pasien di RSJ Magelang. e. BAB V: Bab ini merupakan bab penutup atau bab akhir dari penyusunan skripsi yang penulis susun. Dalam bab ini penulis mengemukakan kesimpulan dari seluruh hasil penelitian, saran-saran ataupun rekomendasi dalam rangka meningkatkan pembinaan rohani keislaman khususnya di lingkungan RSJ Magelang.
18
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Esensi Pembinaan Rohani Islam 1. Pengertian pembinaan rohani Islam Bimbingan adalah terjemahan dari istilah Inggris “guidence”. Kata ini berasal dari kata kerja “to guide” yang mempunyai arti menunjukkan, membimbing, atau menuntun orang lain ke jalan yang benar (Arifin, 19977:18). Dulu istilah counseling diindonesiakan menjadi penyuluhan. Akan tetapi, karena istilah penyuluhan banyak digunakan di bidang lain, semisal dalam penyuluhan pertanian dan penyuluhan keluarga berencana yang sama sekali berbeda isinya dengan yang dimaksud dengan counseling. Maka, agar tidak menimbulkan salah paham istilah counseling tersebut langsung diserap menjadi konseling. Mengenai kedudukan dan hubungan antara bimbingan dan konseling terapat banyak pandangan, salah satunya memandang konseling sebagai teknik bimbingan. Dengan kata lain, konseling berada di dalam bimbingan. Menurut Bimo Walgito bimbingan adalah suatu bantuan atau prtolongan yang diberikan kepada individu atau kelompok individu dalam menghindari kesulitan-kesulitan hidup agar individu tersebut dapat mencapai kesejahteraan hidup (Walgito, 1983:4). Sedangkan menurut
19
19
Moh. Surya dalam bukunya Dahlan bimbingan adalah suatu proses pemberian batuan secara terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang terbimbing/dibimbing agar dapat tercapai kemandirian dalam pemahaman diri untuk mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan (Dahlan, 2009:17). Maksud dari ungkapan pendapat di atas menerangkan bahwa pada dasarnya bimbingan merupakan pemberian pertolongan atau bantuan secara sistematis kepada seseorang yang sedang mengalami kesulitan agar individu tersebut mampu bangkit dari masalah yang sedang dihadapi. Pertolongan dan bantuan yang merupakan bimbingan mempunyai fungsi-funsi khusus yang harus dipenuhi, karena tidak semua bantuan atau pertolongan merupakan bimbingan. Oleh karenanya, dapat dipahami bahwa bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada individu atau sekelompok individu agar merika dapat berkembang menjadi pribadi-pribadi yang mandiri dan mampu secara bijak dalam mengambil keputusan. Adapun fungsi bimbingan yang dipaparkan oleh Musnamar (1992:4) diantaranya: a. Fungsi preventif (pencegahan), yaitu mencegah timbulnya masalah pada seseorang. b. Fungsi kuratif atau korektif, yaitu memecahkan atau menanggulangi masalah yang sedang dihadapi seseorang.
20
c. Fungsi preventif dan developmental, yaitu memelihara agar keadaan seseorang yang telah baik dan mengembangkan keadaan yang sudah baik menjadi semakin baik. Dalam hal ini ditegaskan bahwa msalah yang menjadi objek kajian dalam bimbingan adalah masalah psikologis (jiwa). Masalah psikologis ini merupakan masalah kerohanian manusia. Rohani adalah aspek psikis manusia yang bersifat spiritual dan transendental yang merupakan sifat dasar dalam diri manusia yang berasal dari ruh ciptaan Allah swt (Rahayu, 2009:78). Dengan demikian kesehatan rohani ini harus benar-benar selalu dijaga, karena apabila seseorang individu mengalami penyakit rohani secara otomatis dapat mempengaruhi kesehatan jasmani. Namun dalam menjaga kesehatan rohani, setiap manusia harus berusaha tegar dan tabah dalam menghadapi masalah serta mencoba untuk berfikir positif bahwa dibalik setiap cobaan tersebut pasti ada hikmahnya. Melihat dari hal ini, kebutuhan akan jiwa (rohani) manusia (Daradjat, 1982:11) antara lain: a. Kebutuhan akan rasa kasih sayang. b. Kebutuhan akan rasa aman. c. Kebutuhan akan rasa harga diri. d. Kebutuhan akan rasa bebas. e. Kebutuhan akan rasa mengenal. f. Kebutuhan akan rasa sukses.
21
Bimbingan rohani adalah segala kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dalam rangka memberikan bantuan kapada orang lain yang mengalami kesulitan rohaniah dalam lingkungan hidupnya, agar seorang individu tersebut mampu mengatasinya sendiri karena timbul pada diri pribadinya suatu harapan kebahagiaan hidup dimasa sekarang dan yang akan datang (Arifin, 1977:18). Sedangkan bimbingan rohani Islam merupakan proses pemberian bantuan spiritual terhadap rohani atau jiwa manusia agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah swt, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Bimbingan rohani Islam merupakan bagian dari bimbingan Islam (Musnamar, 1992:5). Bimbingan rohani ini juga dapat disebut sebagai upaya membentuk mental higienis pasian dimana dengan keadaan mental yang higienis itu diharapkan akan membantu proses penyembuhan pasien. Berkenaan dengan hal itu bimbingan rohani diperlukan bagi mereka adalah bimbingan rohani yang dapat memberikan ketenteraman jiwa yang terdapat dalam ajaran agama, karena agama merupakan kebutuhan psikis manusia (Daradjat, 1982:10). Agama sebagai kebutuhan psikis manusia ini yang akan mengatur dan mengendalikan sikap, pandangan hidup, tingkah lak, dan cara menghadapi setiap masalah. Hanya manusia yang percaya akan adanya agama (Allah swt) dengan menjalankan segala yang diperintahkan-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, maka setiap manusia dapat merasakan 22
keadilan, kebenaran, kecintaan antara individu satu dengan yang lain serta mendapat kehidupan yang bahagia-membahagiakan. Tanpa adanya keimanan dan jiwa taqwa kapada Allah swt, pengetahuan, pangkat, kedukdukan,
jabatan,
dan
kekayaan
akan
dapat
membahayakan,
menyengsarakan, dan mengganggu ketenteraman bagi diri sendiri maupun orang lain (masyarakat) karena jiwanya menjadi goncang (mudah diterpa arus keduniawian) tanpa memikirkan kepentingan akhirat. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan rohani Islam adalah proses penyampaian nilai-nilai Islam (spiritual) terhadap pasien yang dilakukan oleh pembimbing rohani (kerohaniawan) agar dapat mempertebal keimanan dan kejiwaan yang mampu menghadapi permasalahan
(penyakit)
yang
dihadapinya
dan
mempercepat
kesembuhannya agar tercipta kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Dengan demikian pembimbing rohani tersebut harus memiliki keahlian tertentu agar tidak terjadi kekeliruan atau kesalahan yang mengakibatkan pasian menjadi semakin parah. Selain itu pembinaan yang disampaikan harus mencakup nilai-nilai keislaman untuk menanamkan keimanan terhadap pasien. Sesuai dengan hakikatnya, kebutuhan
rohani
(psikologis).
manusia memerlukan pemenuhan Seperti
telah
diketahui,
manusia
dianugerahi kemampuan rohaniah pendengaran, penglihatan, dan qalbu atau dalam bahasa sehari-hiri dikenal dengan kemampuan cipta, rasa, dan
23
karsa. Secara luas untuk bisa hidup bahagia dimana manusia memerlukan keadaan mental psikologis yang baik, selaras, dan seimbang. Untuk itulah bimbingan rohani Islam mempunyai tugas penting disamping untuk menyembuhkan pasien, juga harus mampu menanamkan nilai-nilai keislaman dan keimanan seta meningkatkan ketaqwaan terhadap Allah swt di kehidupan yang akan datang dengan tujuan tetap terpeliharanya nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam demi tercapainya keutuhaqn kesehatan jasmani dan rohani. Oleh karena itu lembaga bidang layanan kerohanian harus mampu menanamkan nilai-nilai akhlaqul karimah, nilai-nilai budi pekerti luhur yang dapat menjadikan setiap individu (pasien) mampu berfikir positif, tidak berpandangan sempit serta tetap iman kepada Allah swt. Kesemuanya tersebut terkumpul menjadi satu-kesatuan dalam diri seseorang pasien yang membetuk menjadi sebuah manusia seutuhnya (insan kamil). 2. Landasan Bimbingan Rohani Islam Landasan utama dalam bimbingan rohani Islam adalah AlQur’an dan sunnah (hadits), karena Al-Qur’an dan hadits merupakan sumber dan pedoman bagi umat Islam (Musnamar, 1992:5). Al-Qur’an hadits ini sebagai landasan ideal dan konseptual bimbingan rohani keislaman, karena merupakan landasan utama yang dilihat dari sudut asalusulnya merupakan landasan “naqliyah”, maka landasan lain yang digunakan oleh bimbingan rohani Islam bersifat “aqliyah”, yaitu filsafat
24
dan ilmu yang dijadikan landasan gerak operasional dalam bimbingan rohani
Islam,
misalnya
ilmu
jiwa
(psikologi)
dan
ilmu-ilmu
kemasyarakatan (Sosialogi, Antropologi Sosial). Seluruh umat Islam sepakat bahwa Al-Qur’an dan hadits merupakan pedoman bagi umat Islam untuk menjalankan seluruh aktivitasnya sepanjang rentang kehidupannya. Dalam urusan yang bersifat privasi pun Al-Qur’an juga memberikan pedoman untuk diikuti oleh umat Islam dengan tanpa paksaan agar hidupnya bahagia di dunia dan di akhirat (Komarudin, 2008:87). Keberadaan Al-Qur’an bagi manusia salah satu fungsinya adalah sebagai al-Mauizah (nasihat) dan asy-syifa (obat atau penawar) (Komarudin, 2008:91). Sebagaimana dalam Firman Allah swt:
Í‘ρ߉÷Á9$# ’Îû $yϑÏj9 Ö!$xÏ©uρ öΝà6În/§‘ ÏiΒ ×πsàÏãöθ¨Β Νä3ø?u!$y_ ô‰s% â¨$¨Ζ9$# $pκš‰r'‾≈tƒ ∩∈∠∪ tÏΨÏΒ÷σßϑù=Ïj9 ×πuΗ÷qu‘uρ “Y‰èδuρ Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berbeda) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman” (Q.S Yunus(10):57).
25
Dalam Firman Allah yang lain disebutkan:
āωÎ) tÏϑÎ=≈©à9$# ߉ƒÌ“tƒ Ÿωuρ tÏΖÏΒ÷σßϑù=Ïj9 ×πuΗ÷qu‘uρ Ö!$xÏ© uθèδ $tΒ Èβ#uöà)ø9$# zÏΒ ãΑÍi”t∴çΡuρ ∩∇⊄∪ #Y‘$|¡yz Artinya: “Dan kami turunkan dari Al-Qur’an suatu yang menjadi penawar dab rahmat bagi orang-orang yang memberikan yang beriman dan Al-Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian” (Q.S al-Isra’(17):82). Sebagaimana kita ketahui dalam kehidupan sehari-hari, manusia selalu dihadapkan dengan fenomena kata masalah, cobaan, dan ujian. Masalah keuangan, keluarga (pernikahan), masalah jabatan atau kedudukan dan masalah-masalah lain yang menyangkut kehidupan. Adanya perbedaan seperti yang dijelaskan diatas merupakan kehendak Allah atau sunnatullah dikarenakan jika Tuhan menghendaki, manusia di muka bumi ini akan sabar menerima cobaan yang sedang dihadapinya dan senantiasa berdoa kepada Allah agar diberi kemudahan dan jalan keluar dari masalah tersebut. Salah satu hadits Nabi secara eksplisit menyataka bahwasanya Al-Qur’an sebagai pegangan bagi umat Islam yaitu:
ﻗﺪ ﺗﺮﻛﺖ ﻓﻴﻜﻢ ﻣﺎ ﻟﻦ ﺗﻀﻠﻮﺍ ﺑﻌﺪﻩ ﺇﻥ ﺍﻋﺘﺼﻤﺖ ﺑﻪ ﻛﺘﺎﺏ ﺍﷲ ﻭﺳﻨﺔ ﺭﺳﻮﻟﻪ Artinya: “Aku tinggalkan sesuatu bagi kalian semua yang jika kalian selalu berpegang teguh kepadanya, niscaya selama-lamanya tidak akan pernah salah langkah dan tersesat jalan. Sesuatu itu adalah berupa kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya” (H.R. Ibnu Majah).
26
Kita sebagai mat manusia yang merupakan makhluk Allah, ciptaan Allah secara kodrat merupakan makhluk religius pengabdi Allah swt. Sesuai dengan fitrahnya, manusia bertugas untuk mengabdi dan beribadah kepada Allah, seperti yang di Firmankan Allah sebagai berikut:
∩∈∉∪ Èβρ߉ç7÷èu‹Ï9 āωÎ) }§ΡM}$#uρ £Ågø:$# àMø)n=yz $tΒuρ Artinya: “dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku” (Q.S. Az-Zariyat(51):56). Dari ayat diatas dapat kita lihat bahwa sebagian manusia yang mayoritas beragama Islam tidak lagi memikirkan kehidupan akhirat. Apalagi melihat era sekarang ini banyak manusia yang saling mengejar akan urusan keduniawian. Dengan semakin banyaknya manusia yang terlena dengan kebutuhan dunia saja, maka tanpa disadari tingkah laku manusia tersebut melebihi kemampuan yang dimiliki kemudian pada akhirnya berakibat fatal bagi dirinya sendiri sampai-sampai mengalami gangguan kejiwaan. Memang pada dasarnya setip manusia merupakan wujud yang khas diberi kelebihan akal sehingga memiliki pribadi (individu) sendiri atau memiliki eksistensi sendiri. Ini dapat ditafsirkan dalam ayat Al-Qur’an sebagai berikut:
∩⊆∪ 9‘y‰s)Î/ çµ≈oΨø)n=yz >óx« ¨≅ä. $‾ΡÎ)
27
Artinya: “Sesungguhnya kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran” (Q.S. al-Qamar(54):49). Segala sesuatu yang diciptakan Allah itu mempunyai kadar atau ukuran masing-masing individu. Berarti setiap sesuatu sebenarnya sudah diberi ukuran menurut kemampuan hamba-Nya, sehingga manusia itu senantiasa bersyukur kepada Allah swt atas nikmat yang telah diberikan kepadanya. 3. Unsur-unsur Bimbingan Rohani Islam a. Subjek Subjek adalah petugas atau orang yang dianggap mampu untuk memberikan pengarahan, penasehatan, dan bimbingan kepada pasien yang sedang menderita suatu penyakit. Subjek dalam hal ini adalah pembimbing rohani (rohaniawan). Rohaniawan hendaklah orang yang memiliki keahlian profesional dalam bidang keagamaan. Selain
kemampuan
tersebut,
rohaniawan
dituntut
untuk
mempunyai keahlian lain guna menunjang kegiatan tersebut. Rohaniawan
seharusnya
dapat
berkomunikasi,
bergaul,
dan
bersilaturahmi dengan baik. Mengingat tugas bimbingan rohani tidak mudah, maka rohaniawan dituntut untuk memiliki syarat pribadi mental tertentu. Adapun syarat-syarat tersebut adalah:
28
1) Memiliki pengetahuan agama, berakhlak mulia serta aktif dalam menjalankan ajaran agamanya. 2) Memiliki pribadi dan dedikasi yang tinggi. 3) Memiliki kemampuan untuk mengadakan komunikasi dengan baik. 4) Memiliki rasa committed dengan nilai-nilai kemanusiaan. 5) Memiliki keuletan dalam lingkungan intern maupun ekstern. 6) Memiliki rasa cinta dan etos kerja. 7) Memiliki kepribadian yang baik. 8) Memiliki rasa sensitif terhadap kepentingan pasien. 9) Memiliki kecekatan berfikir cerdas sehingga mampu memahami yang dikehendaki oleh pasien. 10) Memiliki personaliti yang sehat dan utuh tidak terpecahkan jiwanya karena frustasi. 11) Memiliki kemalangan jiwa dalam segala perubahan lahiriah maupun batiniah (Arifin, 1977:50-51). b. Objek Objek adalah orang yang menerima bimbingan rohani tersebut. Dalam hal ini adalah pasien yang menjadi objek bimbingan. Ketika berkomunikasi dan menyampaikan pesan kepada pasien, pembimbing
29
rohani harus mengetahui dengan siapa ia berdialog. Apakah dengan orang yang sudah lanjut usia, dewasa, ataupun masih muda. Pembimbing rohani hendaklah memahami karakter dan siapa yang akan dibimbing. Pembimbing rohani ketika menyampaikan nasihatnasihatnya perlu mengetahui klasifikasi dan karakter pasiennya, hal ini penting agar pesan-pesanya bisa diterima baik oleh pasien (Amin, 2009:15). Pembimbing rohani harus mendekatinya dengan pendekatan persuasif (ajakan). Mengenai hal ini, ada beberapa istilah-istilah pesan yang merupakan pesan persuasif seperti yang dijelaskan dalam ayatayat al-Qur’an berikut ini: 1) Qaulan Baligha (perkataan yang membekas pada jiwa). Ungkapan ini terdapat dalam surat an-Nisa’ ayat 63:
öΝßγôàÏãuρ öΝåκ÷]tã óÚÌôãr'sù óΟÎηÎ/θè=è% ’Îû $tΒ ª!$# ãΝn=÷ètƒ šÉ‹©9$# y7Í×‾≈s9'ρé& ∩∉⊂∪ $ZóŠÎ=t/ Kωöθs% öΝÎηÅ¡àΡr& þ_Îû öΝçλ°; ≅è%uρ Artinya: “Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang didalam hati mereka. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang membekas pada jiwa mereka”. (QS. anNisa’: 63)
30
2) Qaulan Layyinan (perkataan yang lemah lembut) Ungkapan qaulan layyinan terdapat dalam surat Thaha ayat 43-44. Secara harfiah qaulan layyinan berarti komunikasi yang lemah lembut.
÷ρr& ã©.x‹tFtƒ …ã&©#yè©9 $YΨÍh‹©9 Zωöθs% …çµs9 Ÿωθà)sù ∩⊆⊂∪ 4xösÛ …çµ‾ΡÎ) tβöθtãöÏù 4’n<Î) !$t6yδøŒ$# ∩⊆⊆∪ 4y´øƒs† Artinya: “Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas, maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut. Mudah-mudahan ia ingat atau takut”. (QS. Thoha 43-44)
3) Qaulan Maisyura (perkataan yang ringan) Istilah qaulan maisyura terdapat dalam surat al-Isra’ ayat 28:
Zωöθs% öΝçλ°; ≅à)sù $yδθã_ös? y7Îi/¢‘ ÏiΒ 7πuΗ÷qu‘ u!$tóÏGö/$# ãΝåκ÷]tã £|ÊÌ÷èè? $¨ΒÎ)uρ ∩⊄∇∪ #Y‘θÝ¡øŠ¨Β Artinya: “Dan jika kamu berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang kamu harapkan, maka katakanlah kepada mereka ungkapan yang pantas”. (QS. Al-Isra’: 28)
31
4) Qaulan Karima (perkataan yang mulia) Kalimat qaulan karima disebut dalam Al-Qur’an dalam ayat yang mengajarkan etika pergaulan manusia kepada kedua orang tuanya yang sudah tua, seperti dalam surat al-Isra’ ayat 23:
£tóè=ö7tƒ $¨ΒÎ) 4 $Ζ≈|¡ômÎ) Èøt$Î!≡uθø9$$Î/uρ çν$−ƒÎ) HωÎ) (#ÿρ߉ç7÷ès? āωr& y7•/u‘ 4|Ós%uρ $yϑèδöpκ÷]s? Ÿωuρ 7e∃é& !$yϑçλ°; ≅à)s? Ÿξsù $yϑèδŸξÏ. ÷ρr& !$yϑèδ߉tnr& uy9Å6ø9$# x8y‰ΨÏã ∩⊄⊂∪ $VϑƒÌŸ2 Zωöθs% $yϑßγ©9 ≅è%uρ Artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”.
5) Qaulan Sadida (perkataan yang benar) Istilah ini merupakan persyaratan umum suatu pesan persuasif (ajakan). Ditujukan kepada siapapun, bimbingan dan nasihat haruslah dengan perkataan yang benar. Istilah qaulan sadida disebut dua kali dalam Al-Qur’an. Pertama pada surat an-Nisa’ ayat 9 dan kedua dalam surat al-Ahzab ayat 70.
32
öΝÎγøŠn=tæ (#θèù%s{ $¸≈yèÅÊ Zπ−ƒÍh‘èŒ óΟÎγÏù=yz ôÏΒ (#θä.ts? öθs9 šÏ%©!$# |·÷‚u‹ø9uρ ∩∪ #´‰ƒÏ‰y™ Zωöθs% (#θä9θà)u‹ø9uρ ©!$# (#θà)−Gu‹ù=sù Artinya: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah, dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar” (Q.S. anNisa’:9).
∩∠⊃∪ #Y‰ƒÏ‰y™ Zωöθs% (#θä9θè%uρ ©!$# (#θà)®?$# (#θãΖtΒ#u tÏ%©!$# $pκš‰r'‾≈tƒ Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar” (Q.S. al-Ahzab:70). c. Pesan Pesan (maudu’) bimbingan rohani Islam adalah isi pesan yang disampaikan pembimbing rohani kepada pasien. Dalam hal ini sudah jelas bahwa yang menjadi materi bimbingan rohani Islam adalah ajaran agama Islam sendiri. Secara
umum
materi
bimbingan
rohani
Islam
dapat
diklasifikasikan menjadi empat masalah pokok, yaitu: 1) Masalah Aqidah (keimanan) Masalah pokok yang menjadi materi bimbingan rohani Islam adalah aqidah Islamiyah. Aspek aqidah ini yang akan membentuk
33
moral (akhlak) manusia. Oleh karena itu, yang pertama kali dijadikan materi bimbingan rohani Islam adalah masalah aqidah atau keimanan. 2) Masalah Syariah Materi bimbingan rohani Islam yang bersifat syariah ini sangat luas dan mengikat seluruh umat Islam. Ia merupakan jantung yang tidak terpisahkan dari kehidupan umat Islam di penjuru dunia, dan sekaligus merupakan hal yang patut di banggakan. Kelebihan dari materi syariah Islam antara lain, adalah bahwa ia tidak dimiliki oleh umat-umat yang lain. Syariah ini bersifat universal, yang menjelaskan hak-hak umat manusia. Dengan adanya materi syariah ini, maka tatanan sistem dunia akan teratur dan berjalan sempurna. 3) Masalah Mu’amalah Islam merupakan agama yang menekankan urusan mu’amalah lebih besar porsinya daripada urusan ibadah. Islam lebih banyak memperhatikan aspek kehidupan sosial daripada aspek ritual. Islam adalah agama yang menjadikan seluruh bumi ini masjid, tempat mengabdi kepada Allah. Ibadah dalam mi’amalah disini, diartikan sebagai ibadah yang mencakup hubungan dengan Allah dalam rangka mengabdi kepada Allah swt.
34
4) Masalah Akhlak Materi akhlak ini diorientaskan untuk dapat menentukan baik dan buruk, akal, dan kalbu berupaya untuk menemukan standar umum melalui kebiasaan masyarakat. Karina ibadah dalam Islam sangat erat kaitannya dengan akhlak. Pemakaian akal dan pembinaan akhlak mulia merupakan ajaran Islam (Munir dan Ilaihi, 2006:2431). Selain materi-materi diatas yang lebih ditekankan lagi kaitannya dengan bimbingan rohani Islam kepada pasien adalah menyangkut aspek psikologis. Karena pasien juga membutuhkan hiburan, motivasi, dukungan, sugesti, empati, dan berbagai hal yang menyangkut unsur kejiwaan (Basit, 2005:141).
4. Metode Bimbingan Rohani Islam dalam Proses Penyembuhan Pasien H.M Barrie Isham berpendapat bahwa, “Disamping pasien membutuhkan perawatan dan pengobatan secara medis, seorang pasien juga membutuhkan santunan rohani (bimbingan rohani), karena betapapun ringan penyakit yang dideritanya sedikit banyak pasti akan mempengaruhi rohaninya (Praktiknya dan Sofro, 1985:158).
35
Bimbingan rohani Islam dapat disampaikan dengan berbagai cara atau metode. Hamzah Ya’qub membagi metode untuk menyampaikan nasihat (bimbingan) menjadi lima golongan besar, yaitu lisan, tulisan, lukisan, audio visual, dan akhlak (Aziz, 2004:120). a. Lisan Yang termasuk dalam bentuk ini ialah khotbah, ceramah, pidato, diskusi, seminar, musyawarah, dan sebagainya. Metode ini disampaikan dengan cara bertatap muka secara langsung yang dilakukan dengan cara mendatangi pasien dari satu persatu ke kamar atau ruangan pasien dalam suasana yang tidak terlalu formal dan penuh keakraban karena pasien sangat heterogen. Bimbingan spiritual dengan cara seperti ini sangat efektif. Disamping itu pasien yang dilarang untuk berjalan ataupun keluar ruangan dapat juga didatangi (Praktiknya dan Sofro, 1985:262). Pada saat ini telah dikembangkan delapan metode dan teknik dalam bimbingan rohani Islam, yaitu bimbingan dengan: (1) AlQur’an, (2) doa, (3) dzikir, (4) shalat, (5) puasa, (6) wudhu atau hidrotetaphy, (7) hikmah, (8) tasawuf dan tarikat. Salah satu yang dapat dilakukan oleh pembimbing rohani adalah dengan mengetahui kepribadian, karakter dan potensi manusia berbasis juz Al-Qur’an. Saat ini nama teknik ini banyak yang mengistilahkan dengan nama Quranik Power. Adapun metode lain
36
yang digunakan oleh pembimbing rohani keislaman yaitu dengan cara ikut mendoakannya dan juga mengajari doa-doa yang berkaitan dengan doa kesembuhan. Doa merupakan ibadah dimana doa adalah senjata penangkal yang sangat ampuh untuk mengatasi berbagaigejala penyakit kejiwaan yang melanda. Sebagai inti suatu ibadah, doa memiliki kekuatan spiritual yang luar biasa (Fatahillah, 1997:96). Dan pembimbing rohani Islam harus dapat meyakinkan kepada pasien bahwa dengan berdoa kepada Allah, maka Allah akan mengabulkan doa yang diminta sesuai dengan Firman Allah swt:
( Èβ$tãyŠ #sŒÎ) Æí#¤$!$# nοuθôãyŠ Ü=‹Å_é& ( ë=ƒÌs% ’ÎoΤÎ*sù Íh_tã “ÏŠ$t6Ïã y7s9r'y™ #sŒÎ)uρ ∩⊇∇∉∪ šχρ߉ä©ötƒ öΝßγ‾=yès9 ’Î1 (#θãΖÏΒ÷σã‹ø9uρ ’Í< (#θç6‹ÉftGó¡uŠù=sù Artinya: “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku. Maka hendaklah itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran” (Q.S. al-Baqarah(2):186). Dalam Firman Allah yang lain:
4 ö/ä3s9 ó=ÉftGó™r& þ’ÎΤθãã÷Š$# ãΝà6š/u‘ tΑ$s%uρ Artinya: “Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Ku perkenankan bagimu” (Q.S. al-Mukmin(40):60).
37
Pasien yang sakit memerlukan bantuan dorongan mental, dimana proses penyembuhan jasmani dan rohani tidak boleh diabaikan. Dari pernyataan tersebut dapat dilihat bahwa doa sebagai suatu yang non-fisik, tetapi dapat mempengaruhi dua hal sekaligus yaitu fisik (jasmani) dan sisi kejiwaan (rohani) manusia. Tatkala seseorang yang memanjatkan doa, maka ia akan merasakan ketenangan, kenyamanan, ketenteraman, dan kebahagiaan. Dengan berdoa manusia akan mengetahui bahwasanya ketika kenikmatan hidup di dunia terputus baginya, maka kenikmatan akan ditemukan ketika manusia (individu) tersebut memanjatkan doa kepada Allah swt dan menyandarkan segala permasalahan yang sedang dihadapi kepadaNya. Apabila seorang individu mengalami putus harapan dengan seorang hamba maka ia akan mengalami putus harapan kepada Allah swt, yang pada gilirannya kekuatan spiritualnya akan semakin bertambah dan keimanannya juga semakin kuat. Dengan demikian jiwanya terbebas dari segala penyakit jiwa yang hendak menyerangnya (Mahmud dan Abdullah, 1998:12). Yang perlu diperhatikan oleh pembimbing rohani Islam adalah kemungkinan diantara pasien-pasien yang ada terdapat pasien yang tidak percaya terhadap doa atau tidak mau menggunakan doa dengan berbagai alasan apakah secara teologis, sosiologis atau medis. Hal ini bisa terjadi dari pasien sendiri dan dari pihak keluarga pasien.
38
Bagi pasien yang tidak mau menggunakan metode doa sebagai alat intervensi (proses memengaruhi kondisi batin, mental, dan kejiwaan) mungkun yang bisa dilakukan adalah hanya dengan nasihat keagamaan dan komunikasi yang berbobot meskipun tidak menyentuh substansi metode bimbingan rohani (Arifin, 2009:62). b. Tulisan dan Lukisan Yang dimaksud melalui metode tulisan disisi adalah suatu proses bimbingan rohani yang menggunakan tulisan dan gambargambar yang bernafaskan Islam, ayat-ayat suci Al-Qur’an, ungkapan hadits, dan lain-lain yang bertemakan kesehatan dipajang dalam ruangan-ruangan. Selain itu juga menerbitkan buku-buku tuntunan agama untuk orang sakit, menyelenggarakan perpustakaan yang dilengkapi dengan majalah-majalah yang bertemakan keislaman (Praktiknya dan Sofro, 1985:263). Buku merupakan jendela ilmi. Melalui buku ini informasiinformasi atau nasihat-nasihat dapat disebarluaskan secara mudah kepada pasien (Amin, 2009:123). Mengenai penyampaian bimbingan dan nasihat dengan buku, yang pernah penulis temui di Rumah Sakit Islam khususnya bagi pasien rawat inap akan diberikan buku tuntunan doa. Demikian juga dengan lukisan (gambar dan photo), juga akan ditemui lukisan-lukisan kaligrafi yang dipasang di lorong-lorong rumah sakit dan kamar-kamar pasien. Hal ini cukup bagus untuk
39
dikembangkan disetiap rumsh sakit. Kelebihan menyampaikan pesan melalui lukisan adalah kesesuaiannya dengan perkembangan situasi saat ini dan dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja tempatnya. c. Audio Visual Salah satu metode yang bisa digunakan adalah denga radio. Dengan pengeras suara yang terkoneksi ke setiap kamar pasien radio dapat digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan spiritual kepada pasien. Sumber siarannya disentralisir dengan materi antara lain; pelantunan ayat-ayat suci al-Qu’an dan terjemahnya, pengumandangan azan di setiap waktu shalat tiba, musik dan lagu-lagu yang bernafaskan islamserta uraian singkat tentang islam. Kelebihan-kelebihan medium ini sebagai sarana penyampai nasihat diantaranya: 1) Bersifat langsung Untuk menyampaikan bimbingan dan nasihat melalui radio, tidak harus
melalui
mempersiapkan
proses poin-poin
yang
kompleks.
materi
Dengan
bimbingan
yang
hanya akan
disampaikan, rohaniawan dapat secara langsung menyampaikan nasihat di depan mikrofon.
40
2) Mempunyai daya tarik yang kuat Daya tarik ini adalah disebabkan sifatnya yang serba hidup berkat tiga unsur yang ada padanya, yakni musik, kata-kata, dan efek suara. 3) Tidak terhambat oleh kemampuan baca dan tulis Di beberapa Negara Asia tingkat kemampuan baca dan tulis populasinya lebih dari 60%. Jutaan orang tersebut tidak disentuh dengan
media massa lain kecuali bahasa radio dalam bahasa
mereka
(Aziz,2004:151-152).
Di
antara
pasien
yang
ada
kemungkinan ada yang tidak bisa baca tulis, melalui radio inilah pasien dapat mendengarkan nasihat-nasihat keagamaan yang disampaikan oleh pembimbing kerohanian. d. Akhlak Akhlak yaitu perbuatan-perbuatan nyata yang mencerminkan ajaran Islam yang dapat dinikmati serta didengarkan oleh pasien (Aziz, 2004:120). Disinilah keteladanan menjadi hal yang urgen yang harus diperhatikan oleh pembimbing kerohanian, hal ini tercermin dalam perilakunya sehari-hari. Pembimbing rohani islam hendaknya memiliki jurus jitu untuk menaklukkan hati seseorang, sehingga dapat menguasai hati dan jiwa pasiennya.
41
Berikut ini adalah hal-hal yang dapat dijadikan untuk memikat hati dan jiwa pasien, di antaranya (al-‘Allaf, 2008:248-252): 1) Mulai dengan Senyuman Orang-orang mengatakan bahwa sara pertama ini seperti garam dalam makanan. Ia adalah anak panah tercepat yang dapat menguasai dan merajai hati. Ia juga merupakan ibadah dan sedekah, sebagaimana dalam hadits berikut ini:
ﺗﺒﺴﻤﻚ ﰱ ﻭﺟﻪ ﺍﺧﻴﻚ ﺻﺪﻗﺔ Artinya: “Senyummu dihadapan saudaramu adalah sedekah” (H.R. Ibnu Hibban) Karena itu
para pembina rohani
keislaman
ketika
akan
menyampaikan nasihat- nasihatnya hendaklah dimulai dengaan senyuman, setelah pasien sudah terpikat dengan pembina rohani barulah menyampaikan nasihat yang sudah direncanakan. 2) Mulai dengan Salam Ini adalah anak panah yang dapat menghujam ke dalam hati dan menundukkan mangsa ditangan anda. Sebaik-baik bidikan dengan wajah yang teduh dan penuh keceriaan, kehangatan perjumpaan dan genggaman erat saat bersalaman. Maka yang paling utama adalah memulai salam. Umar an-Nadi berkat: “Aku keluar bersama
42
Ibnu Umar dan tak seorangpun yang dijumpainya di jalan, baik anak-anak maupun orang tua, melainkan dia memberi salam untuk mereka.” 3) Memperindah Penampilan Maksudnya adalah berpenampilan rapi dan memakai wewangian. Rasulullah saw.bersabda:
ﺍﻥ ﺍﷲ ﲨﻴﻞ ﳜﺐ ﺍﳉﻤﺎﻝ Artinya: “Sesungguhnya Allah indah dan mencintai keindahan”(HR. Muslim). Ssebuah riwayat dari Umar bin Khattab ra, beliau berkata: “Aku sangat kagum dengan seorang pemuda yang berpenampilan rapi, berpakaian bersih, dan berbau harum.”
Dengan perilaku-perilaku santun di atas yang ditampilkan oleh pembimbing
rohani
kepada
pasiennya,
diharapkan
akan
menggugah dan memengaruhi kejiwaan pasien sehingga jiwa menjadi tenang dan akan mempercepat kesembuhannya. 5. Tujuan dan Manfaat Bimbingan Rohani Islam di Rumah Sakit Tujuan bimbingan rohani Islam adalah untuk memberikan bantuan kepada orang lain berupa nasihat, pendapat, atau petuntuk agar mampu menyenbuhkan penyakit yang bersarang didalam jiwanya. Lebih jelasnya
43
tujuan dari bimbingan rohani Islam (Praktiknya dan Sofro, 1985:261) diantaranya yaitu: a. Menyadarkan penderita agar pasien dapat memahami dan menerima cobaan yang sedang dideritanya dengan ikhlas. b. Ikut serta dalam mamacahkan dan meringankan problem kejiwaan yang sedang diderita. c. Memberikan pengertian dan bimbingan rohani kepada pasien dalam melaksanakan kewajiban harian yang dikerjakan dalam batasan kemampuan. d. Perawatan dan pengobatan yang dikerjakan dengan berpedoman pada tuntunan agama sesuai Al-Qur’an dan hadits. e. Menunjukkan perilaku dan bicara yang baik sesuai dengan kode etik kedokteran dan tuntunan agama. Secara umum tujuan bimbingan rohani Islam yaitu membantu pasien mewujudkan dirinya menjadi manusia seutuhnya untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat (Musnamar, 1992:34). Sedangkan tujuan khususnya sebagai berikut: a. Membantu individu dalam menghadapi masalah. b. Membantu individu mengatasi masalah yang sedang dihadapi.
44
c. Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi yang sudah membaik menjadi lebih baik agar tidak menjadi sumber masalah bafi dirinya sendiri dan orang lain. Tidak setiap individu memiliki kemampuan untuk menyelesaikan persoalan yang sedang dihadapi. Adakalanya seseorang sama sekali tidak mengeryi apa yang harus dilakukan agar mampu keluar dari setiap permasalahan-permasalahanya. Dalam kondisi inilah, maka bantuan dari orang lain yang lebih ahli sangat diperlukan dan tentunya sangat membantu pasien. Allah pun menyarankan agar diri kita bertanya kepada ahlinya, jika kita sendiri tidak memiliki pengetahuan yang cukup terhadap suatu persoalan (Komaruddin, 2008:91). Di sinilah pentingnya tujuan bimbingan rohani Islam terhadap pasien-pasien yang membutuhkan siraman rohani baik bimbingan rohani tersebut berupa ajakan untuk berdoa kepada Allah, dzikir, ataupun membaca buku-buku yang berkaitan dengan kesehatan jiwa. Dengan demikian setiap pasien akan lebih merasa tenang terhadap derita yang sedang dialaminya. Adapun manfaat dari bimbingan rohani Islam ini adalah sebagai berikut: a. Membantu individu mengetahui, mengenal, dan memahami keadaan dirinya sesuai dengan hakikatnya, atau memahami kembali keadaan dirinya. Karena dalam keadaan tertentu dapat terjadi bahwa pasien tidak mengenal dan tidak menyadari keadaan dirinya sendiri. Dengan
45
demikian bahwa pada dasarnya bimbingan rohani Islam bermanfaat untuk meningkatkan kembali pasien akan fitrahnya. Dengan mengenal fitrah dan memahami dirinya sebagai makhluk Tuhan atau makhluk religius, makhluk individu, makhluk sosial, dan juga makhluk pangelola alam semesta. Hal ini dapat mengingatkan bahwasanya pasien lebih mudah mencegah timbulnya masalah, dan menjaga berbagai kemungkinan timbulnya kembali masalah. b. Membantu individu (pasien) tawakal atau berserah diri kepada Allah swt. Membantu individu menerima keadaan dirinya sebagaimana adanya, segi-segi baik dan buruknya, kekuatan serta kelemahannya, sebagai suatu yang memang telah ditetapkan Allah (nasib atau taqdir). Akan tetapi juga menyadari bahwa manusia juga diwajibkan untuk berikhtiar. Kelemahan yang ada pada dirinya bukan untuk terus menerus untuk disesali, serta kekuatan atau kelebihan bukan pula untuk membuatnya lupa diri. Dengan tawakal (berserah diri) berarti meyakini bahwa nasib baik-buruk seorang manusia itu ada hikmah yang kemungkunan manusia tidak mengetahui sebagaimana dalam surat al-Baqarah:216, sebagai berikut:
46
×öyz uθèδuρ $\↔ø‹x© (#θèδtõ3s? βr& #|¤tãuρ ( öΝä3©9 ×νöä. uθèδuρ ãΑ$tFÉ)ø9$# ãΝà6ø‹n=tæ |=ÏGä. Ÿω óΟçFΡr&uρ ãΝn=÷ètƒ ª!$#uρ 3 öΝä3©9 @Ÿ° uθèδuρ $\↔ø‹x© (#θ™6Åsè? βr& #|¤tãuρ ( öΝà6©9 ∩⊄⊇∉∪ šχθßϑn=÷ès? Artinya: “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu dan boleh jadi juga kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui”. (QS. Al-Baqarah: 216)
c. Membantu pasien merumuskan masalah yang dihadapi dan membantu mendiagnosis masalah tersebut. Dengan ini pasien dibantu untuk memahami keadaan (situasi dan kondisi) yang sedang dihadapi. Kerapkali masalah yang dihadapi tidak dipahami oleh pasien sendiri. Kadang pasien tidak merasakan bahkan tidak menyadari bahwa dirinya sedang menghadapi masalah. Dengan demikian pembimbing rohani Islam membantu pasien melihat faktor-faktor penyebab timbulnya masalah tersebut. Dengan memahami keadaan yang dihadapi dan memahami sumber masalah, pasien dapat lebih mudah mengatasinya. d. Membantu
pasien
menemukan
alternatif
pemecahan
masalah.
Pembimbing rohani Islam tidak memecahkan masalah (tidak menentukan
jalan
pemecahan
masalah),
melainkan
sekedar
menunjukkan alternatif yang disesuaikan dengan kadar intelektual (qadri aqli) masing-masing pasien. Secara Islami, terapi umum bagi
47
pemecahan masalah (rohani) pasien, seperti yang dianjurkan dalam AlQur’an misalnya, berlaku sabar, membaca dan memahami Al-Qur’an, berdoa, dan dzikir atau mengingat Allah swt. e. Membantu pasien mengembangkan kemampuan mengantisipasi masa depan. Sehingga mampu memperkirakan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi berdasarkan keadaan-keadaan sekarang. Dengan demikian pasien akan berhati-hati dalam melakukan sesuatu perbuatan (tindakan), karena pengalaman masa lalu dapat menjadi cermin untuk meneropong masa depan. B. Gangguan Kejiwaan 1. Pengertian Gangguan Jiwa Manusia yang memiliki pribadi normal pada umumnya memiliki mental yang sehat. Sebaliknya abnormal biasanya memiliki mental yan tidak sehat. Pribadi abnormal dengan mental yang tidak higyenis/sehat itu secara relatif jauh dari status integrasi dan memiliki atribut “inferior” dan “superior” (Kartono, 1989:7). Atribut inferior ini misalnya para penderita psikosa, neurosa, psikopatik, dan skizofrenia (schizoprenia). Para penderita ini dapat kita jumpai di RSJ. Sedangkan gejala superior terdapat pada kaum idiot savan, yaitu para ilmuan yang sangat luar biasa pandainya, tetapi bersifat idiot. Kaum ini mengidap defek atau defisiensi mental secara total, sehingga tingkah lakunya aneh, kejam, sadistis, atau
48
sangat abnormal. Kaum superior ini misalnya Thomas Alva Edison, yaitu orang yang membuat lampu listrik pertama kali. Menurut
American
Psychiatrik
Association
(APA,
1994),
gangguan jiwa adalah gejala atau pola dan tingkah laku psikologis yang tampak secara klinis yang terjadi pada seseorang yang berhubungan dengan keadaan stres atau ketidakmampuan (gangguan pada suatu area dari fungsi-fungsi penting) yang meningkatkan resiko terhadap kematian, nyeri, ketidakmampuan atau kehilangan kebebasan yang penting dan tidak jarang respon tersebut dapat diterima pada kondisi tertentu (http:// medicinestuffs.Blogspot.com/2008/04/dasar-penyakit-jiwa-.html). gangguan jiwa adalah ketidakmampuan individu menghadapi realita yang membuahkan banyak konflik mental pada dirinya (Kartono, 1989:12-13). Biasanya orang yang mengalami gangguan jiwa yaitu individu yang tidak mampu ataupun sengaja tidak mau mengikuti tanggung jawab kedewasaan. Banyak kalangan penderita gangguan jiwa ini yang merasa bahwa kenyataan hidup yang dialami terasa berat sehingga hal ini dapat mendorong dirinya untuk melarikan diri dari kesulitan dan kepahitan realitas hidup. Dengan melihat bahwa gangguan jiwa sangat penting untuk diperhatikan, maka ilmu mengenai kesehatan mental pun juga harus diperhatikan. Pada dasarnya ilmu kesehatan mental (higyene mental) merupakan ilmu yang mempelajari masalah kesehatan mental/jiwa untuk
49
mencegah timbulnya gangguan/penyakit menta dan gangguan emosi, dan berusaha mengurangi atau menyembuhkan penyakit mental serta memajukan kesehatan jiwa (Krtono, 1989:3). Ilmu ini mengupayakan pada kesehatan kerohanian yang sehat serta memandang pribadi manusia sebagai satu totalitas psiko-fisik yang kompleks. Karena pada dasarnya aspek fisik dan rohani manusia merupakan satu ikatan yang tidak dapat terpisahkan. Dengan demikian ilmu kesehatan mental memiliki tema sentral yaitu memecahkan segenap keruwetan batin manusia yang ditimbulkan
oleh
macam-macam
kesulitan
hidup
serta
berusaha
mendapatkan kebersihan jiwa agar tidak terganggu oleh macam-macam ketegangan, ketakutan, dan konflik batin (Kartono, 1989:4). 2. Faktor-faktor Penyebab Gangguan Jiwa Semakin kuat semangat dan daya pikir seseorang, semakin tidak terasa keeadaan yang menekannya. Karena itu, seseorang tersebut akan aman dari gangguan kegoncangan jiwa. Sejak semula, manusia sudah dibekali kemampuan untuk melawan tantangan. Mungkin kita tidak menyadari bahwa secara reflek kita sudah berbuat sesuatu untuk menagkis tantangan tersebut. Misalnya, seseorang yang berjalan sendirian dimalam gelap dan melintas pekuburan, dengan sendirinya ia akan terdorong untuk bersiul atau bernyanyi dengan suara keras. Ini merupakan upaya untuk menaalihkan rasa takut secara reflek. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kegoncangan jiwa yang ringan dapat mendorong seseorang
50
melakukan sesuatu yang positif dan memompa kegairahan walaupun sifatnya sementara. Kegairahan atau dorongan berbuat itu keluar secara tidak normal karena adanya tekanan. Lama-kalamaan tekanan itu akan menimbulkan keletihan sampai suatu saat ketika seseorang akan kehilangan tenaganya. Jika hal ini terjadi maka kegoncangan jiwa mulai menampakkan dirinya dalam bentuk stres ataupun psikosomatik (tekanan mental). Melihat hal diatas dapat dikategorikan bahwa faktor-faktor penyebab ganngguan jiwa terdiri dari foktor internal dan faktor eksternal (Adz-Dzaky, 2002:379): a. Faktor Internal Pada dasarnya setiap manusia itu diciptakan dalam keadaan suci tanpa dosa. Kemudian kelak dalam perkembangannya dia akan tetap suci, tetapi kedua orang tuanya yang akan meyahudikan, menasranikan, dan memajusikan. Maksudnya adalah kedua orang tua itu yang menentukan bawaan dan pengembangan eksistensi bagi anank. Dengan demikian lingkungan keluargalah yang menjadi faktor utama dalam pendidikan bagi anak. Gangguan kejiwaan akan sangat terlihat pada sikap dan tingkah laku yang tertanam sejak lahir. Hal ini berkaitan dengan bagaimana perkawinan dan hubungan seks yang dilakukan, setelh dalam masa kehamilan, pendidikan dari nol sampai remaja. 51
Melihat hal tersebut, anak yang dilahirkan dari hubungan tanpa adanya ikatan pernikahan yang sah maka dampak kejiwaan pada anak tersebut akan sangat terasa. Dalam perkembangan kesehatan jiwanya, anak akan mengalami suatu keadaan “depresi emosional”, dimana anak dalam perkembangannya menunjukkan kelainan kepribadian (personality disoeder). Sehingga sangat jelas bahwa anak yang dilahirkan secara sah dan di asuh oleh kedua orang tuanya dengan penuh rasa kasih sayang, maka mental anak akan lebih jauh lebih baik dari pada yang dilahirkan
tanpa adanya ikatan pernikahan (Adz-
Dzaky, 2002:386). b. Faktor Eksternal Gangguan kejiwaan yang disebabkan oleh faktor ekstern ini terfokus pada sistem pendidikan yang harus diberikan kepada individ sejak usia nol sampai dengan dewasa (25-40 tahun) (Adz-Dzaky, 2002:387). Pendidikan ini adalah pendidikan yang mengarahkan kepada pengembangan dan pemberdayaan potensi fitrah Ilahiyah; yaitu pendidikan keimanan, keislaman, dan ketauhidanan, seperti: 1) Pendidikan yang harus ditanamkan sejak awal yaitu diperkenankan dengan dua kalimat syahadat dan kalimat tauhid. Anak yang baru saja dilahirkan memang belum bisa untuk berbicara, akan tetapi bayi sudah memiliki indera pendengaran secara aktif sehingga bayi
52
tersebut secara langsung akan menangkap kalimat ayahadat yang dilantunkan oleh orang tuanya. 2) Dikenalkan dan ditanamkan kedalam jiwa tentang hukum-hukum halal dan haram serta akibat-akibat yang akan diperoleh. Mengenai halal dan haram ini kedua orang tuanya harus hati-hati dalam mencari rizqi yang nantinya juga diberikan kepada anak. Orang tua harus benar-benar mencari rizqi yang halal agar yang didapat juga mendapat berkah (tidak sia-sia). 3) Mulai menanamkan perilaku ibadah, misalnya orang tua memberi contoh atau pelajaran shalat ketika anak sudah berusia tujuh tahun. Hal ini apabila sudah ditanamkan sejak kecil, maka suatu saat nanti anak tidak lagi merasa bahwa shalat sebagai beban, akan tetapi anak mulai mengetahui bahwa shalat itu sebagai kewajiban dan kebutuhan. 4) Mengajarkan Al-Qur’an dan sunnah dengan mengajarkan maknamakna yang tersurat maupun yang tersirat dari isi Al-Qur’an serta menjadikan kegiatan membaca Al-Qur’an secara tartil sebagai wirid dan amalan. 5) Menciptakan lingkungan keluarga yang harmonis dan islami. Keluara yang hancur (broken home) dapat menjadi penyebab anak menalami gangguan jiwa karena dia merasa tidak ada lagi yang bisa dibuat sandaran dan tidak ada lagi yang mampu meberikan
53
kasih sayang kepadanya. Kebanyakan anak yang tumbuh di lingkungan keliarga yang tidak harmonis akan bersifst keras (brutal). Melihat dari banyak faktor dan sebab yang membawa manusia pada penyimpangan dan kegoncangan jiwa di masyarakat sekarang, para pembimbing rohani sangat bertanggungjawab terhadap problema dekadensi mental, spiritual, dan moral masyarakat. Tindakan yang harus dilakukan oleh embimbing rohani keislaman adalah mencari akar segala permasalahan yang menyebabkan adanya penyimpanganpenyimpangan dan gangguan psikolois pada setiap individu maupun kelompok, yang kemudian memberikan solusi yang mengarah kepada perbaikan dan kebenaran yang utuh. Jadi, faktor-faktor utama yang menyebabkan adanya potensi gangguan psikologis (jiwa) pada individu secara internal adalah terfokus pada proses pembuahan, hubungan seks, kondisi psikologis orang tuanya saat dalam kandungan yang menyimpang dari tuntutan dan bimbingan Ilahiyah. Sedangkan secara eksternal adalah terfokus kepada tidak ada atau kurangnya pendidikan agama secara dini, mendasar dan mengakar, tidak adanya ketauladanan baik dari kedua orang tuanya
atau lingkungannya serta terjadinya dikotomi antara
agama, pendidikan, dan kehidupan.
54
Adapun faktor-faktor penyebab gangguan jiwa yang lain menurut Salaby (2000:31-43), yaitu: 1) Faktor dari Luar Diri Faktor ini terdiri dari berbagai badai bala, baik itu berupa bahaya kelaparan, kekurangan harta, dan kekurangan diri karena fisiknya cacat. Setiap manusia yang tidak kuat imannya maka akan mudah tergoncang jiwanya hanya karena iming-iming keduniawian. Hal ini jika manusia merasa bahwa dirinya berada dalam naungan Allah
swt,
maka
ketika
dirinya
sedang
di
uji
kondisi
perekonomiannya ia akan tetap berusaha dan berdoa kepada Allah agar diberi kecukupan rizqi serta tetap bersyukur atas nikmat yang masih diberikan kepadanya. 2) Faktor dari Dalam Diri Faktor ini merupakan faktor yang disebabkan olek pesona dunia yang berupa suami-istri, anak, harta benda, dan rasa takut atau marah. Pesona dunia ini memang merupakan hal yang sangat penting
bagi
setiap
manusia,
dimana
seseorang
tersebut
membutuhkan pendamping hidup, anak yang berbakti dan harta yang mencukupi kebutuhannya.
55
3. Macam-macam Gangguan Jiwa Mengenai macam gangguan jiwa, pada dasarnya tidak semua gangguan jiwa merupakan penyakit gila. Adapun macam-macam gangguan Gunadarma.
jiwa
terdiri
dari
sepuluh
macam
(http://wartawarga.
ac.id/2009/10/macam-macam-gangguan-dan-penyakit-jiwa-
dan-terapi-gangguan-jiwa/), yaitu: a. Psikosomatik Gangguan jiwa psikosomatik adalah para penderita yang menemukan kelainan-kelainan dan keluhan yang disebabkan oleh faktor-faktor emosional. Hal ini biasanya ditandai dengan sulit tidur jika banyak masalah, hilang nafsu makan ataupun makan terlalu berlebihan. b. Kelainan kepribadian Para penderita (pasien) pada macam ini merasakan kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, misalnya: emosinya mudah meledak atau sulit terkendali. c. Retardasi mental Penderita pada gangguan ini adalah yang mengalami keterbelakangan dan keterlambatan perkembangan jiwa. Misalnya sulit memahami ilmu pengetahuan yang baru didapat sehingga pemahamannya terlalu lama.
56
d. Rasionalisasi Pada jenis gangguan ini penderita sering memutarbalikkan hati nurani yang bersangkutan dengan ego individunya
sendiri sehingga
mengakibatkan kepercayaan dirinya hilang. e. Neurosis Gangguan jiwa neurosis adalah gangguan jiwa yang penderitanya masih dalam keadaan sadar dengan melalui ketidakberesan tingkah laku, seseorang yang terkena neurosis mengetahui bahwasanya jiwanya terganggu, baik disebabkan gangguan jasmani dan jiwanya sendiri. Ciri-ciri neurosis ini ditandai dengan sering adanya konflik, reaksi kecemasan, kerusakan aspek-aspek kepribadian, phobia, dan gangguan pencernaan. f. Psikosis Pada psikosis ini penderita sudah tidak dapat menyadari apa penyakitnya karena sudah menyerang seluruh netral jiwanya. Gangguan psikosis ini ditandai dengan ciri-ciri disorganisasi proses pemikiran, gangguan emosional, disorientasi waktu dan ruang, dan sering berhalusinasi. g. Skizofrenia Skizofrenia merupakan sindrom klinis yang paling melumpuhkan karena menyerang jati diri seseorang dimana hubungan antara
57
pemikiran dan perasaan terputus, ide yang salah, dan konsepsi yang tidak logis (Beverrly Greene, 2003:103). Sedangkan menurut Maramis (1994) skizofrenia merupakan bentuk psikosa dimana pasien tidak mempunyai
kontak
dengan
realitas
sehingga
perilaku
dan
pemikirannya abnormal. (http://perawatpsikiatri.blogspot.com/2009/03/gangguan-jiwa-ataumental-disorder.html). h. Depresi Depresi merupakan terganggunya fungsi manusia yang berkaitan dengan
alam
perasaan
mempengaruhinya.
yang
Depresi
ini
sedih
dan
ditandai
gejala-gajala dengan
yang
kemurungan,
ketidakgairahan hidup, perasaan tidak berguna, dan putus asa. Penderita yang mengalami depresi biasanya akan kehilangan minat dan kegembiraan serta berkurangnya energi yang menuju keadaan mudah lelah dan berkurangnya aktivitas. i. Kecemasan Kecemasan merupakan gangguan jiwa sebagai penyakit psikis yang biasa dan wajar dimana setiap orang pernah mengalaminya. j. Gangguan perilaku masa anak dan remaja Gangguan perilaku pada anak menunjukkan perilaku yang tidak sesuai dengan permintaan, kebiasaan atau norma-norma masyarakat. Hal ini
58
disebabkan karena faktor lingkungan keluarga maupun masyarakat. Gangguan jenis ini banyak kita jumpai pada keluarga yang kurang harmonis ataupun kekerasan pada anak yang mengakibatkan anak menjadi trauma dan kepribadiannya menjadi kurang baik. 4. Terapi Penanggulangan Gangguan Jiwa Gangguan jiwa merupakan penyakit klinis yang harus segera ditindaklanjuti dan ditangani. Terapi merupakan proses penyembuhan dan pemulihan jiwa agar benar-benar sehat. Adapun bentuk terapi yang sering digunakan menurut Dadang Hawari diantaranya sebagai berikut: a. Terapi holistik Di Indonesia sekarang ini klasifikasi gangguan jiwa yang resmi disebut PPDGJ (Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa). Konsep gangguan jiwa yang diambil dirujuk DSM IV, yaitu: ”Gangguan mental dikonsepsualisasikan sebagai sindrom atau pola psikologis atau keprilakuan yang secara klinis signifikan yang muncul dalam individual dan yang diasosiasikan dengan distres yang tampil saat ini (misalnya simtom rasa sakit) atau ketidakmampuan (misalnya kelemahan dalam satu atau lebih area pemfungsian yang penting) atau dengan
peningkatan
ketidakmampuan,
atau
risiko
menderita
kehilangan
kematian,
kebebasan
yang
kesakitan, penting”.
(Wiramihardja, 2005:59).
59
Terapi holistik yaitu terapi yang tidak hanya menggunakan obat yang ditujukan kepada pasien jiwa. Akan tatapi terapi ini mengobati pasien secara menyeluruh yang meliputi segi organobiologik, psikologik, psikososial, dan spiritual (Hawari, 1996:67). Diagnostik gangguan jiwa pada terapi holistik disebut diagnosis multiaksial yang meliputi lima aksis, yaitu: Aksis 1
: Gangguan klinis (jenis gangguan jiwa)
Aksis 2
: Gangguan kepribadian
Aksis 3
: Kondisi medik umum/kelainan fisik
Aksis 4
: Stresor psikososial dan lingkingan
Aksis 5
: Penilaian fungsi secara global/kemampuan adaptasi dalam tahun terakhir
Terapi holistik ini bertujuan untuk menghilangkan keluhankaluhan pasien serta menjalankan kembali fungsi-fungsi kehidupan pasien baik di lingkungan keluarganya maupun kehidupan lingkunan sosialnya. b. Terapi psikiatrik Bentuk terapi ini adalah menganut asas-asas psikiatri yang lazim dengan tujuan untuk memulihkan kepercayaan diri dan memperkuat fungsi ego pasien (Hawari, 1996:68). Dalam proses terapi
60
ini biasanya menggunakan metode tatap muka secara langsung agar pasien dapat mengemukakan uneg-uneg permasalahannya supaya pasien lebih merasa ringan dalam menghadapi masalah yang sedang diderita. c. Terapi keagamaan Terapi keagamaan adalah bentuk terapi yang diberikan kepada pasien agar kembali mempelajari dan mengamalkan ajaran agama. Terapi ini mengandung tuntunan bagaimana dalam kehidupan, manusia menjadi bebas dari rasa cemas, tegang, dan depresi. Penggunaan terapi ini biasanya menuntun pasien dengan doa agar lebih merasa tenang. Dengan demikian dianjurkan kepada para dokter (psikiater) untuk mempelajari agama dan mengamalkannya dalam praktek sebagai terapi agar dapat memperkuat iman pasien, tetapi psikiater tidak mengubah keimanan atau agama pasien. d. Psikofarmaka Terapi psikofarmaka yaitu bentuk terapi dengan menggunakan obat yang diberikan oleh dokter kepada pasien dengan memberikan resep obat anti depresan baik pada gangguan bipolar ataupun pada depresi. e. Terapi somatik f. Terapi relaksasi
61
g. Terapi perilaku Yaitu terapi yang dimaksudkan agar pasien berubah baik dalam sikap dan perilakunya terhadap objek atau situasi yang menakutkan. Secara bertahap pasien dibimbing dan dilatih untuk menghadapi berbagai objek atau situasi yang menimbulkan rasa panik dan takut. C. Hubungan Pembinaan Rohani Islam dalam Penyembuhan Pasien Jiwa Dalam hubungan antara agama dan kesehatan jiwa sangatlah erat dan saling mempengaruhi. Agama dapat berperan sebagai pelindung dari pada sebagai penyebab masalah (religion may have actually been protektive rather than problem producing) (Hawari, 1996:16). Secara umum bahwa komitmen agama berhubungan dengan manfaatnya di bidang klinik. Tolok ukur komtmen agama yang dipakai misalnya, kedalaman seseorang atas keimanan, rutinitas beribadah, doa/dzikir, dan membaca Al-Qur’an disetiap harinya. Dalam hal kemampuan mengatasi penderitaan dan penyembuhan, ternyata individu yang religius lebih mampu mengatasi dan proses penyembuhannya lebih cepat. Hal ini dikemukakan bahwa studi yang komprehensif dari 200 penelitian epidemiologik diperoleh kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang positif antara agam dan kesehatan (Hawari, 1996:18) antara lain: 1. Kanker rahim dan serviks 2. Kanker kandungan lainnya (non uterine concers)
62
3. Radag usus kolitis dan enteris 4. Penyakit kardiovaskuler 5. Hipertensi dan stroke 6. Status kesehatan umum 7. Kematian umum 8. Angka kesakitan dan kematian Manfaat komitmen agama tidak hanya di bidang penyakit fisik saja, tetapi juga di bidang kesehatan jiwa. Individu yang religius akan jauh dari menderita stres dibandingkan dengan kelompok yang tidak religius. Hal ini dapat dilihat bahwasanya kommitmen agama dapat meningkatkan taraf kesehatan jiwa seseorang. Dengan pengguaan terapi keagamaan, misalnya bimbingan rohani keislaman kepada penderita gangguan jiwa juga dapat memberikan manfaat. Misalnya angka rawat inap pada penderita skizofrenia lebih rendah bila dibandingkan dengan yang tidak mengikuti (Chu and Klein 1985) (Hawari, 1996:19). Dengan demikian, bimbingan rohani keagamaan mampu mencegah dan melindungi seseorang dari penyakit (fisik dan jiwa) serta meningkatkan kemampuan sesorang dalam mengatasi penderitaan dan mempercepat proses penyembuhan. Oleh karena itu, perlu ada kajian tentang aspek spiritual (kerohanian) sebagai salah satu dasar kebutuhan manusia (basic spiritual
63
needs), agar tidak terjadi kesalahan diagnosis dan pangasingan pasien (Hawari, 1996:20). Melihat dari pentingnya bimbingan rohani (spiritual) dalam menangani kesehatan jiwa manusia untuk mencapai kesejahteraan hidup, maka ada dua ruang lingkup yang dapat dilakukan antara agama dan pengobatan secara keseluruhan dari psikiater/dokter (Hawari, 1996:21), yaitu: 1. Kontruksi teoritis atau konsep tentang manusia di masyarakat dewasa ini menyedihkan, dan memerlukan rekontruksi kembali dalam semua bidang ilmu pengetahuan kemanusiaan, seperti ekonomi, sosiologi, kedokteran, filsafat, psikologi, dan khususnya psikiatri. 2. Fungsi
diagnostik-analitik
psikiatri
dapat
ditolong
dengan
lebih
mendalami persepsi tentang agama, dengan interpretasi yang kreatif (ijtihad). 3. Komunikasi timbal balik antara agamawan dan psikiater dalam upaya bersama mengobati manusia apakah sebagai individu, kelompok, maupun masyarakat. Bagi pasien yang sering diliputi dengan kecemasan dan ketakutan, rasa putus asa, dan depresi bahwasanya cara mengatasinya tidak cukup dengan obat-obatan penenang anti depresi, namun yang terpenting adalah dengan senantiasa mengingat Allah swt (Hawari, 1996:23), sebagaimana dalam firman Allah surat ar-Ra’du ayat 28:
64
∩⊄∇∪ Ü>θè=à)ø9$# ’È⌡yϑôÜs? «!$# Ìò2É‹Î/ Ÿωr& 3 «!$# Ìø.É‹Î/ Οßγç/θè=è% ’È⌡uΚôÜs?uρ (#θãΖtΒ#u tÏ%©!$# Artinya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram (Q.S. ar-Ra’d (13):28).
Dipandang dari sudut kesehatan jiwa, doa mengandung psikoterapeutik yang mendalam. Psikoreligius terapi ini tidak kalah pentingnya dengan psikoterapi psikiatrik, karena ia mengandung kekuatan spiritual/kerohanian yang membangkitkan rasa percaya diri dan optimisme (harapan kesembuhan). Dua hal ini, yaitu rasa percaya diri (self confident) dan optimisme, merupakan dua hal yang amat esensial bagi penyembuhan suatu penyakit disamping obatobatan dan tindakan medis yang diberikan. Dalam proses perawatan kesehatan ilmu pengetahuan tanpa kerohanian/keagamaan,keimanan tidaklah lengkap dan tidak efektif. Oleh karena itu terapi secara ilmu pengetahuan (medis) dan terapi spiritual (doa) hendaknya dilakukan secara bersama-sama. Dalam ajaran Islam, tuntunan untuk berobat harus secara medis dan doa. Hal ini sesuai dengan hadits Nabi:
ﺗﺪﺍﻭﻭﺍ ﻓﺎﻥ ﺍﷲ ﺗﻌﻠﻰ ﱂ ﻳﻀﻊ ﺩﺍﺀ ﺍﻻ ﻭﺿﻊ ﻟﻪ ﺩﻭﺍﺀ ﻏﲑ ﺩﺍﺀ ﻭﺍﺣﺪ ﺍﳍﺮﻡ
65
Artinya: “Berdoalah kamu sekalian, maka sesungguhnya Allah tidak mendatangkan suatu penyakit kecuali mendatangkan juga obatnya, kecuali penyakit tua” (H.R. at-Tirmidzi). Dengan demikian setiap manusia hendaknya dalam menghadapi suatu masalah harus sabar dan menganggap masalah tersebut sebagai ujian/cobaan dari keimanannya sehingga manusia akan tetap merasa tenang karena Allah pasti akan memberikan jalan keluar dari setiap masalah yang sedang dihadapi.
66
BAB III PAPARAN DATA DAN PENELITIAN A. Gambaran Umum RSJ Prof. dr. Soeroyo Magelang 1. Sejarah Berdirinya RSJ Prof.dr. Soeroyo Magelang Dalam wujud bukti nyata amal usaha persyarikatan kesehatan untuk masyarakat Magelang dengan mengemban visi dan misi berperan serta memajukan dan meningkatkan sebagai kota jasa yang maju, profesional, sejahtera, mandiri, dan berkeadilan dalam semua bidang (pendidikan, perdagangan, pariwisata, kesehatan, dan sebagainya). Pemerintah Hindia Belanda mendirikan Rumah Sakit Jiwa (RSJ) di Magelang pada tahun 1916. Akan tetapi mulai beroperasi pada tahun 1923. Ir Scholtens merencanakan dan membangun Rumah Sakit Jiwa di Jawa Tengah ini dengan kapasitas 1400 tempat tidur. Rumah Sakit Jiwa Prof.dr. Soeroyo Magelang terletak pada 4 km dari pusat kota Magelang, ditepi jalan raya yang menghubungkan kota Magelang, ditepi jalan raya yang menghubungkan kota Yogyakarta, Semarang, Purworejo. Magelang yang sejuk adalah kota yang penuh dengan situs warisan budaya, di kelilingi Gunung Merapi, Merbabu, Andong dan Telomoyo disebelah Timur, pegunungan disebelah Utara, Sindoro Sumbing di sebelah Barat, serta menoreh disebelah selatan dan berada di Kota Tidar (Gunung yang disebut sebagai Pakunya Pulau Jawa).
67
67
Pada zaman dahulu, awalnya Rumah Sakit Jiwa ini disebut “Krankzinigengesticht Kramat” oleh Pemerintah Belanda. Setelah mengalami beberapa perubahan sesuai dengan perkembangan waktu, sesudah kemerdekaan namanya kemudian menjadi “Rumah Sakit Jiwa Magelang”. Untuk menghormati Prof.dr Soeroyo selaku Direktur Bangsa Indonesia pertama Rumah Sakit Jiwa Kramat, maka nama rumah sakit ini selanjutnya bernama Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeroyo Magelang (RSSM). Dalam pembangunannya, mulai tahun 1978 rumah sakit jiwa Magelang menjadi rumah sakit Vertikat milik Departemen Kesehatan sesuai
dengan
surat
keputusan
menteri
Kesehatan
R.I
Nomor:
135/MenKes/SK/IV/1978. Rumah sakit jiwa Magelang adalah rumah sakit jiwa kelas A sebagai Rumah Sakit Jiwa Pendidikan. Keppres No.38/1991 tentang Unit Swadana. Rumah sakit menjadi unit pelayanan yang mampu bergerak cepat dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan menggunakan dana operasional yang didapat dari pendapatannya. Adapun kondisi RSJ Prof.dr. Soeroyo Magelang saat ini memiliki luas tanah 409450 M2 dan luas bangunan 27724 M2 dengan kapasitan 1000 tempat tidur. RSJ ini melayani pasien jiwa dan non jiwa. Rawat inap pasien jiwa 850 tempat tidur dan rawat inap non jiwa 150 tempat tidur. Rumah Sakit Jiwa Prof.dr. Soeroyo Magelang dengan SK Menteri Kesehatan ditunjuk sebagai instansi pengguna PNBP (Penerimaan
68
Negara Bukan Pajak) guna untuk memperlancar tugas dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat. Menjadi instansi pemerintahan dibawah Departemen Kesehatan, RI dengan menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK BLU) berdasarkan keputusan Menteri Keuangan No. 278/KMK.05/2007 pada tanggal 21 Juni 2007 dan keputusan Menteri Kesehatan RI No.756/Men.Kes/SK/VI/2007 pada tanggal 26 Juni 2007. Untuk menghadapi kemajuan zaman dan kondisi masyarakat yang sekarang ini, Rumah Sakit Jiwa Prof.dr. Soeroyo Magelang dengan kepengurusan dengan metode yang baru siap menghadapi perubahan disemua sektor, baik tenaga pembimbing rohani, psikiater (dokter), maupun sarana dan prasarana untuk melayani pasien agar dalam pembinaan proses penyembuhan menghasilkan peningkatan yang lebih baik bagi masyarakat, serta sebagai cagar budaya. 2. Visi, Misi, dan Tujuan RSJ Prof.dr Soeroyo Magelang Visi dan misi RSJ Prof.dr Soeroyo Magelang bersesuaian dengan visi dan misi Kota Magelang dimana RSJ Magelang tersebut berlokasi. Kesesuaian tersebut dapat ditilik dari beberapa penjelasan berikut. Visi dan misi Kota Magelang menjadi pedoman terwujudnya kota Magelang sebagai Kota jasa yang maju. Dengan memperhatikan kota Magelang sebagai Kota Jasa yang maju, bermodal dari kondisi dan letak geografis Kota Magelang yang strategis serta terciptanya pelayanan jasa
69
dalam semua bidang (pendidikan, pertanian, perdagangan, pariwisata, kesehatan, dsb), maka dirumuskan Visi dan Misi Kota Magelang dalam jangka kedepan 2010-2015 yaitu Magelang lebih meningkatkan dan perbaikan penyediaan pelayanan jasa secara efektif, efisien, dan bersih supaya lebih sejahtera, mandiri dan berkeadilan dalam peningkatan pembangunan secara merata yang diperioritaskan pada bidang pendidikan, kesehatan,
sosial
budaya
yang
ditujukan
kepada
masyarakat
berpenghasilan rendah serta peningkatan dan pengembangan paham kebangsaan
dan
kualitas
keimanan
dan
ketaqwaan.
(http://neomahproduct.wordpress.com/2010/08/19/profil/Tuesday,octobe r 14.2008) . Sesuai dengan visi dan misi Kota Magelang diatas, RSJ Prof.dr Soeroyo Magelang berusaha mengimbanginya serta turut andil dalam usaha merealisasikan visi dan misi Kota Magelang tersebut dengan berbagai
cara
dan
usaha
sehingga
mampu
mengikuti
tuntutan
perkembangan kemajuan zaman. Adapun visi dan misi, tujuan, dan logo RSJ Prof.dr Soeroyo Magelang adalah sebagai berikut: a. Visi RSJ Prof.dr Soeroyo Magelang RSJ Magelang memiliki visi “Menjadi Pusat Unggulan Pelayanan dan Pendidikan Kesehatan Jiwa serta Holistik di Tingkat Nasional 2015 dan ASEAN 2018 (UN5A8)”.
70
Motto RSJ Magelang adalah: KRAMAT (Ketaatan terhadap prosedur kerja, Apik penampilan diri dan sarana kerja, Meningkatkan mutu secara berkesinambungan, Aman bagi diri sendiri dan pasien, Terpadu dalam mencapai tujuan). b. Misi RSJ Prof.dr. Soeroyo Magelang 1) Melaksanakan pelayanan prima kesehatan jiwa terpadu dan komprehensif. 2) Melaksanakan pendidikan dan penelitian kesehatan jiwa terpadu dan komprehensif. 3) Mengembangkan
pelayanan
berdasarkan
mutu
dan
profesionalisme. 4) Menjadi model pelayanan, pendidikan, dan penelitian di bidang kesehatan jiwa yang terpadu dan komprehensif melalui pendekatan seni budaya. 5) Melaksanakan tata kelola rumah sakit yang baik (Good Corporate Governance). c. Tujuan RSJ Prof.dr. Soeroyo Magelang 1) Tercapainya kualitas pelayanan kesehatan jiwa dan umum yang prima dan memuaskan pasien/pelanggan.
71
2) Terwujudnya pelayanan kesehatan jiwa spesialiatik dan sub spesialistik yang akan dikembangkan menjadi produk unggulan. 3) Terciptanya pelayanan kesehatan yang komprehensif dan paripurna selaras dengan pengembangan sumber daya, sarana, dan prasarana rumah sakit. 4) Terwujudnya peningkatan kualitas dan kesejahteraan sumber daya manusia yang kompeten dan profesional. d. Logo RSJ Prof.dr. Soeroyo Magelang
Arti dari logo RSJ Magelang di atas memiliki arti sebagai berikut: 1) Bintang: Visi dan cita-cita yang setinggi-tingginya dengan kualitas yang terbaik. 2) Warna kuning pada bintang: Cahaya yang bias menyinari delapan penjru mata angin yang artinya pelayanan bersifat terpadu dan komprehensif.
72
3) Bulan sabit: Bulan sabit yang bergradasi warna melambangkan sebuah fase kehidupan yang selalu bergantian dari gelap ke terang dan sebaliknya yang selalu berganti. 4) Lingkaran: Filosofi kehidupan yang selalu dinamis, berputar, dan selalu siap mengatasi perubahan. 5) Hijau: Melambangkan ketabahan, keinginan yang kuat dan meningkatkan rasa kepercayaan diri. Hijau mempunyai sifat keseimbangan dan selaras, membangkitkan ketenagan dan tempat mengumpulkan daya-daya baru, kesejukan, keberuntungan, dan kesehatan. Hijau juga melambangkan alam dan kehidupan. 6) Tulisan RSJS: Singkatan dari Rumah Sakit Jiwa Prof.dr. Soeroyo. 7) Tulisan bersama menjadi bintang: Setiap orang mempunyai potensi yang diberikan oleh Tuhan yang berbeda-beda dan mempunyai kesempatan yang sama untuk mencapai kedudukan mulia di hadapan Tuhan sesuai dengan keahliannya. RSJS adalah mitra untuk setiap orang bisa menjadi bintang. 8) Logo tri upaya bina jiwa, trisula: Sebagai simbol tri upaya bina jiwa (Promotif/preventif, kuratif, rehabilitatif). 9) Ular: Simbol kedokteran dan pelayanan kesehatan. 10) Segi lima: Pancasila sebagai ideologi Negara.
73
11) Padi dan kapas: melambangkan keadilan sosial yang menegaskan RSJS memberi pelayanan secara adil dan merata. 12) Paku: Sebagai bentuk komitmen pelaksanaan Tri Upaya Bina Jiwa dalam satu kesatuan tekad yang kokoh. 3. Jenis-jenis Pelayanan yang Dikembangkan oleh RSJ Prof.dr Soeroyo Magelang Berkenaan dengan jenis pelayanan yang sekarang dikembangkan oleh RSJ Prof.dr Soeroyo Magelang sekarang ini adalah sebagai berikut: a. Pelayanan gawat darurat 24 Jam dan rawat inap, meliputi: 1) Pelayanan jiwa 2) Pelayanan non jiwa b. Pelayanan rawat jalan, meliputi: 1) Jiwa 2) Saraf 3) Psikologi 4) Umum 5) Penyakit dalam 6) Anak
74
7) Kehatan jiwa anak dan remaja 8) Bedah 9) Kebidanan dan penyakit kandungan 10) Gigi dan mulut 11) Rehabilitasi medik 12) Fisioterapi 13) Informasi diabetes 14) Gizi c. Pelayanan penunjang medik, meliputi: 1) ECG 2) EEG 3) Pelayanan uji medik/general chek up 4) Poli napza d. Pelayanan 24 jam, meliputi: 1) Farmasi (apotek) 2) Labolatorium 3) Radiologi
75
4) Pelayanan jenazah 5) Pelayanan ambulan 6) Pelayanan kamar bedah e. Pelayanan umun, meliputi: 1) Senam diabetes 2) Keswamas f. Pembinaan rohani keagamaan (Muslim dan non muslim) baik bagi pasien, perawat (dokter), dan karyawan. 4. Keadaan Dokter (psikiater), Pembimbing Rohani Keislaman, dan Pasien RSJ Prof.dr. Soeroyo Magelang a. Keadaan Dokter (Psikiater) dan Pembimbing Rohani Keislaman (kepegawaian) Mengenai jumlah tenaga kepegawaian di RSJ Prof. dr Soeroyo Magelang kurang lebih terdiri dari 955, dimana dari jumlah tersebut terdiri dari pejabat struktural dan pejabat fungsional. Pejabat struktural ini merupakan pejabat-pejabat pokok (khusus) RSJ Prof.dr Soeroyo Magelang, misalnya direktur utama RSJ Magelang, para psikiaterpsikiater. Dokter-dokter ahli (jiwa maupun non jiwa), dan pembimbing kerohanian.
Sedangkan
pejabat
fungsional
merupakan
tenaga
76
kepegawaian tata usaha, yang terdiri dari macam-macam profesi dan tenaga administrasi di berbagai unit pelayanan. Dokter (psikiater) yang berada di RSJ Prof.dr Soeroyo Magelang sebagian besar adalah beragama Islam dan jumlahnya sangat banyak. Akan tetapi psikiater pada layanan bimbingan rohani Keislaman di RSJ Magelang ini hanya berjumlah 6 (enam) orang. Sebagian besar bidang layanan yang dipegang tersebut sesuai dengan keahlian yang dimiliki. Tidak semua dokter (psikiater) di RSJ Magelang dapat memberikan bimbingan rohani keislaman, karena pada dasarnya bagi seorang pembimbing rohani Islam harus keahlian khusus terutama mengenai keislaman dalam menangani pasien. Khusus untuk pemberian amanah dalam pelayanan kepada para pembimbing rohani (rohaniawan) telah dikualifikasikan masingmasing, sehingga para pembimbing rohani keislaman pun tidak akan merasa terbebani dengan tugas yang telah menjadi tanggung jawabnya. Pembimbing rohani Islam bertanggung jawab atas layanan yang disampaikan dengan membuat program atau metode bimbingan rohani keislaman demi tercapainya target kesembuhan pasien dan menggunakan model bimbingan rohani Islam yang sesuai serta menetapkan nilai-nilai keislaman bagi pasien.
77
Adapun daftar dokter RSJ Prof.dr. Soeroyo Magelang adalah sebagai berikut: TABEL I Daftar Dokter (psikiater) RSJ Prof.dr. Soeroyo Magelang NO
NAMA DOKTER
JENIS KELAMIN
BIDANG LAYANAN
1
Prof.dr Fidiansyah, Sp.KJ MpH
Laki-laki
Psikiater
2
Dr. Hariyanto P, Sp.KJ
Laki-laki
Psikiater
3
Dr. Inu Wicaksana, Sp.KJ(K), MmR
Laki-laki
Psikiater
4
Dr. Sutantri, Sp.KJ
Perempuan
Psikiater
5
Dr. Nur Dwi Esthi, Sp.KJ
perempuan
Psikiater
6
Dr. D Wdiatmoko, Sp.KJ
Laki-laki
Psikiater
7
Dr. Aliyah H, Sp.KJ
perempuan
Psikiater
8
Dr. Tini Padmoningsih, Sp.KJ
perempuan
Psikiater
9
Dr. Eniarti, Sp.KJ, MS.c
perempuan
Psikiater
10
Dr. Sabar P Siregar, Sp.KJ
Laki-laki
Psikiater
11
Dr. Santi Yuliani,Sp.KJ, MS.c
perempuan
Psikiater
12
Dr. Wijaya Aji, Sp.KJ, MSc
Laki-laki
Psikiater
13
Dr. Wildan, Sp.KJ
Laki-laki
Psikiater
14
Prof. Edith W, Sp.KJ (K)
perempuan
Jiwa anak & remaja
15
Dr. Sulistyono, Sp.A
Laki-laki
Jiwa anak & remaja
16
Dra. Sri Wahyu A, Psi
perempuan
Jiwa anak & remaja
17
Arum Widi N, M.Psi
perempuan
Jiwa anak & remaja
18
Any Reputrawati, S.Psi
perempuan
Jiwa anak & remaja
19
Dra. Sri Haryani, P.si,MA
Perempuan
Poli psikologi
78
20
Suci Widayati, S.Psi
perempuan
Poli psikologi
21
Dr. M.H Makmun, Ch. Sp.s
Laki-laki
Poli saraf
22
Dr. Rivan Danuaji, Sp.s. M,Kes
Laki-laki
Poli saraf
23
Dr. Harli Amir M, Sp.PD
Laki-laki
Poli penyakit dalam
24
Dr. I Gusti Nyoman A, Sp.PD
Laki-laki
Poli penyakit dalam
25
Dr. Nedia Safitri, Sp.PD
Perempuan
Poli penyakit dalam
26
Dr. Jatnika, Sp.B
Laki-laki
Poli penyakit dalam
27
Dr. R. Tri Gunawan W, Sp.B
Laki-laki
Poli penyakit dalam
28
Dr. Dina, Sp.An
Perempuan
Poli penyakit dalam
29
Dr. Kurniawan, S,Sp.An
Laki-laki
Poli penyakit dalam
30
Dr. Doddy L.S, Sp.OG, M.Kes
Laki-laki
Poli kandungan
31
Dr. Rahmalina, Sp.OG
perempuan
Poli kandungan
32
Drg. Rina Kusumawati
Perempuan
Poli gigi & mulut
33
Drg. Krisbudi H, Sp.Ort
Laki-laki
Poli gigi & mulut
34
Drg. MM Wismanty BR
perempuan
Poli gigi & mulut
35
Dr. A. Meita Rahayu
perempuan
Poli umum
36
Dr. Ade Diansyahputra
Laki-laki
Poli umum
37
Dr. Asih Widowati, M.Kes
Perempuan
Poli umum
38
Dr. Azizah Nurulita
Perempuan
Poli umum
39
Dr. Dani Puji Lestari
Perempuan
Poli umum
40
Dr. Dyah Wahyu, MSc
Perempuan
Poli umum
41
Dr. Eni kumalasari
Perempuan
Poli umum
42
Dr. Himawan Baihaqi
Laki-laki
Poli umum
43
Dr. Ika Ratna A
perempuan
Poli umum
44
Dr. Jovita Manggelo
Perempuan
Poli umum
45
Dr. Koernelis Ibrawansyah
Laki-laki
Poli umum
79
46
Dr. Leo rahmat W
Laki-laki
Poli umum
47
Dr. Listiyaningsih
Perempuan
Poli umum
48
Dr. Masyudi Subagyo
Laki-laki
Poli umum
49
Dr. Ni Kadek Duti, A.S.P.L
Perempuan
Poli umum
50
Dr. Nunik Wahyuni
Perempuan
Poli umum
51
Dr. Retno Pamungkas
Perempuan
Poli umum
52
Dr. Purwaningsih
Perempuan
Poli umum
53
Dr. Sherly Sukmaloven
Perempuan
Poli umum
54
Dr. Windri Kartikasari
Perempuan
Poli umum
55
Dr. Wulan Sp.Pk
Perempuan
Lab. Klinik
56
Dr. Gogot Suyitno, Sp.KN(K), MBA
Laki-laki
Radiologi
TABEL II Daftar Pembimbing Rohani Keislaman RSJ Prof.dr Soeroyo Magelang NO 1 2 3 4 5 6
NAMA Mahali Usman, S.IP. M.Si Drs. Azizah, M.Si Drs. Hesti Santasa, M.Si Drs. Rida Umami, M.Si Iin Tri Nuryati, S.Pdi Ahsan Abadi, S. Pdi
JENIS KELAMIN Laki-laki Perempuan perempuan Perempuan perempuan Laki-laki
BIDANG LAYANAN Pembina Rohani Islam Pembina Rohani Islam Pembina Rohani Islam Pembina Rohani Islam Pembina Rohani Islam Pembina Rohani Islam
b. Keadaan pasien RSJ Prof.dr Soeroyo Magelang Keadaan pasien RSJ Prof.dr Soeroyo Magelang berdasarkan data statistik pada bulan Juli Tahun 2011 yang mengikuti bimbingan rohani keislaman keseluruhannya berjumlah 369 pasien yang terdiri
80
dari pasien pria 183 orang dan pasien wanita 186 orang. Kesemuanya terbagi menjadi 14 bangsal, untuk laki-laki ada delapan bangsal dan untuk wanita ada enam bangsal. Untuk lebih jelasnya keadaan pasien RSJ Magelang dapat dilihat pada tabel dibawah ini: TABEL III Keadaan Pasien Wanita pada Bulan Juli Tahun 2011 Jumlah pasien bimbingan
No
Bangsal
1
W3
22 pasien
2
W4
39 pasien
3
W6
25 pasien
4
W8
30 pasien
5
W9
29 pasien
6
W10
41 pasien
Jumlah
rohani islam
186 pasien
TABEL IV Keadaan Pasien Pria pada Bulan Juli Tahun 2011
No
Bangsal
Jumlah pasien bimbingan rohani Islam
1
P5
20 pasien
2
P6
25 pasien
3
P8
25 pasien
4
P9
21 pasien
81
5
P10
19 pasien
6
P12
27 pasien
7
P13
30 pasien
8
P15
16 Pasien
Jumlah
183
sien
5. Struktur Organisasi Suatu organisasi mempunyai struktur dan perencanaan yang dilakukan dengan punuh kesadaran. Didalamnya terdapat kumpulan orang yang saling berpengaruh satu den gan yang lainnya dengan baik, guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. RSJ Magelang memiliki banyak struktur organisasi karena terdiri dari berbagai bidang. Akan tetapi disini penulis hanya membahas pada struktur organisasi di bidang Rehabilitasi Psikososial, karena didalam bidang inilah kegiatan bimbingan rohani keislaman terlaksana. Direktur utama RSJ magelang dibantu oleh Kepala Instansi Rehabilitasi Psikososial dan pekerja sosial serta perawat yang mempunyai tugas bebeda-beda namun secara umum bertanggungjawab terhadap jalannya kegiatan pembinaan pasien. Adapun struktur di bidang rehabilitasi psikososial adalah sebagai berikut:
82
STRUKTUR ORGANISASI REHABILITASI PSIKOSOSIAL RSJ PROF. DR. SOEROYO MAGELANG
Direktur Utama Irna Jiwa, Jajal Jiwa, Psikolog (Psikiater)
Penunjang Medik
Ka. Instalasi Rehabilitasi Psikososial
Administrasi Pemasaran
Logistik (Bendahara)
Ka. Unit LKW
Pekerja Sosial Perawat
Ka. Unit LKP
Resosialisasi Pasien
83
Keterangan: Direktur Utama
: Prof. Dr. Fidiansyah, Sp.KJ MSc.
Ka. Instalasi Rehabilitasi Psikososial: dr. Eniarti, Sp.KJ MSc Ka. Unit LKP
: Sugarno
Ka. Unit LKW
: Titik Sumarni
Administrasi
: CJ. Sudiarti
Pemasaran
: Sri Handayani
Bendahara Penerima
: Sulistiorini
Resosialisasi Pasien Pria
: Endang Widiarso
Resosialisasi Pasien Wanita
: Sumarni
Pencatatan Uang Masuk
: Sukmo Wahyu
Pencatatan Uang Keluar
: Sri Handayani
Pekerja sosial
: Para pembimbing rohani keagamaan
84
B. Gambaran Kegiatan Bimbingan Rohani Keislaman di RSJ Prof.dr Soeroyo Magelang Sesuai dengan hasil observasi, pengamatan, wawancara serta dokumentasi dilokasi penelitian yaitu di RSJ Magelang, penulis mendapatkan beberapa hal diantaranya: 1. Proses Kegiatan Bimbingan Rohani Keislaman di RSJ Magelang Kegiatan bimbingan rohani keislaman yang berlangsung di RSJ Magelang dilaksanakan setiap hari Rabu dan hari Sabtu dari pukul 08-00 sampai dengan pukul 10-00. Pasien laki-laki dan pasien wanita jadwal pelaksanaannya dibedakan supaya tidak kacau dalam pelaksanaannya. Untuk pasien laki-laki dilaksanakan pada hari Sabtu dan untuk pasien wanita dilaksanakan pada hari Rabu. Pelaksanaan kegiatan bimbingan rohani keislaman ini dilaksanakan di Gedung Rehabilitasi Sosial. Bimbingan rohani keislaman ini dilaksanakan dengan upaya menciptakan suasana positif kepada pasien agar lebih cepat sembuh. Dalam pelaksanaan bimbingan rohani keislaman, para rohaniawan memberikan arahan dan cara berdoa kepada Allah swt untuk memohon ampun. Pernyataan tersebut disampaikan oleh salah seorang pembimbing rohani keislaman di RSJ Magelang: “Kegiatan bimbingan rohani Islam atau keagamaan itu sangatsangat perlu diterapkan di rumah sakit-rumah sakit terutama di RSJ sini ya mbak... dengan tujuan apa? Yaitu karena dapat meningkatkan iman pasien karena iman merupakan modal dasar
85
kehidupan manusia yang dapat menciptakan energi-energi positif kepada pasien”.
Dengan demikian dari pernyataan Bapak MU diatas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan bimbingan rohani keislaman harus diterapkan di RSJ Magelang untuk mengembalikan keimanan pasien serta membantu menciptakan ide-ide positif dari pasien yang dilakukan secara berkelanjutan. 2. Penggolongan Pasien RSJ Magelang Setiap pasien yang masuk ke RSJ Magelang tidak langsung dijadikan satu kelompok dengan pasien yang lebih dahulu berada disana. Akan tetapi para psikiater atau dokter menganalisis apa gejala-gejala yang muncul pada pasien dan dicari tahu mengenai sebab-sebabnya. Kemudian para
psikiater
melakukan
wawancara
terapi
(mengecek)
serta
mengevaluasinya. Dengan demikian pasien kemudian dikelompokkan sesuai dengan gejala-gajala yang muncul agar dalam pemberian perawatan dan pemberian obat-obatan tidak terjadi kesalahan. 3. Kehidupan Sosial dan Sikap Keberagamaan Pasien RSJ Magelang Pasien RSJ Magelang memang secara keseluruhannya tidak memeluk agama Islam dan berasal dari luar Jawa. Akan tetapi dalam penggolongan setiap bangsal sudah dipisahkan antara yang beragama Islam dan non Islam. Kehidupan sosial pasien dengan dokter (psikiater), pasien sesama pasien, dan pasien dengan pembimbing rohani sangat baik. 86
Memang pada dasarnya sikap keberagamaan pasien RSJ Magelang tentunya tidak sama dengan sikap keberagamaan orang-orang yang tidak sakit jiwa (normal). Adapun tentang sikap keberagamaan pasien RSJ magelang, penulis mendapati beberapa hal diantaranya sesuai dengan penggolongannya. Pasien yang sudah dikirim
ke Gedung Rehabilitasi
Psikososial tentunnya sudah lumayan baik karena digedung ini merupakan proses akhir dari perawatan pasien. Pasien yang sudah berada di Gedung ini sudah mendekati kesembuhan, maka wajib mengikuti kegiatan bimbingan rohani keislaman, dimana pasien diingatkan kembali akan keimananya. Disini pasien sudah mulai mengingat kembali akan keimanan dan tanggung jawab mereka sehingga ketita sudah tiba waktunya shalat fardhu, mereka mulai aktif mengikuti shalat jamaah meskipun dalam pelaksanaanya masih banyak terjadi kesalahan-kasalahan dalam gerakangerakannya. Selain itu pasien juga ada yang mengikuti ibadah puasa Ramadhan bagi yang kondisi fisiknya memang sudah kuat (baik) serta melaksanakan shalat Dhuha. 4. Absensi pasien RSJ Prof.dr Soeroyo Magelang dalam mengikuti bimbingan ruhani keislaman Melihat dari data absensi pasien selama bulan Juli tahun 2011, semua bangsal yang beragama Islam diwajibkan untuk mengikuti kegiatan bimbingan rohani keislaman. Namun apabila ada pasien yang kebetulan di minggu awal tidak dapat mengikuti kegoatan bimbingan rohani keislaman maka dapat mengikutinya di minggu selanjutnya. Hal ini dikarenakan 87
bahwa pasien tidak selamanya dalam keadaan normal, misalnya pasien mengalami drop fisik maupun jiwa yang akibatnya menjadikan pasien berontak. Dengan demikian pasien tidak dapat mengikuti kegiatan bimbingan rohani keislaman. Akan tetapi pasien ditenangkan oleh tim dokter medik dengan memberikan obat-obatan ataupun suntikan agar pasien dapat teratasi dengan baik dan pasien pun menjadi tenang kembali. Dari hasil wawancara dengan psikiater WA, beliau memaparkan: “Pasien memang membutuhkan bimbingan rohani keagamaan, akan tetapi apabila pasien sedang berontak maka ini menjadi tugas para dokter untuk menenangkan pasien, misalnya dengan memberikan obat penenang ataupun suntikan agar pasien dapat teratasi dengan baik dan pasien pun menjadi tenang kembali. Misalkan begini ya, apabila petugas bimbingan rohani keagamaan yang menangani pasien tersebut, maka secara otomatis akan semakin merusak suasana atau kondisi pasien sehingga pasien itu malah akan semakin berontak”. Dengan demikian dari keterangan psikiater WA tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pasien yang saat itu kondisinya baik (fisik maupun jiwa) wajib mengikuti kegiatan bimbingan rohani keislaman. Namun apabila ada pasien yang mengalami drop (kumat) maka tugasnya dialihkan kepada tim medis untuk menenangkan pasien dengan memberikan obat penenang agar pasien dapat beristirahat. C. Model Bimbingan Rohani Keislaman di RSJ Magelang Kegiatan bimbingan rohani keislaman di RSJ Prof.dr Soeroyo Magelang menggunakan beberapa model, sebagaimana yang dipaparkan oleh bapak MU, yaitu:
88
“Kami (pembimbing rohani Islam) baru bisa mengembangkan model atau metode bimbingan rohani keislaman yang dilaksanakan di RSJ Magelang sekarang ini dengan model ceramah (diskusi), terapi wawancara langsung kepada pasien, dan spiritual tadarus AlQur’an. Tapi, menurut kami langkah ini ya sudah cukup maksimal hasilnya”. Melihat keterangan informasi dari salah seorang pembimbing rohani keislaman, yaitu dengan bapak MU diatas, penulis mengikuti kegiatan bimbingan rohani keislaman di RSJ Magelang. Adapun gambaran pelaksanaan kegiatan bimbingan rohani keislaman tersebut adalah sebagai berikut: 1. Ceramah dan wawancara Penerapan metode ceramah dalam kegiatan bimbingan rohani keislaman dilaksanakan secara klasikal atau secara keseluruhan. Pasien dikelompokkan dalam satu ruangan untuk mengikuti bimbingan rohani Islam. Kegiatan mengenai penggunaan model ceramah dapat digambarkan dari hasil pengamatan penelitian catatan lapangan sebagai berikut: Pasien yang mendapatkan jadwal mengikuti bimbingan rohani keislaman diajak dan dikawal oleh para perawat untuk ke ruang aula yaitu ruangan yang biasa untuk kegiatan pasien. Setelah pasien berkumpul di dalam ruangan dan sudah dikondisikan dengan tenang, pembimbing rohani keislaman menempatkan diri ditempat yang sudah disediakan dengan memulai memberikan siraman rohani yang berupa ceramah. Didalam aula terdapat perawat yang ikut menjaga dan mengawasi pasien agar tidak keluar dari ruangan. Kebanyakan pasien mendengarkan apa yang disampaikan oleh pembimbing rohani dan ada juga yang mencatat inti-inti ceramah yang disampaikan pada tangannya. Dalam kegiatan ini ada beberapa pasien yang langsung mengangkat tangan ingin bertanya meskipun pertanyaannya tidak fokus pada tema yang dijelaskan oleh pembimbing rohani keislaman.
89
Dari hasil catatan diatas diperjelas dari hasil wawancara dengan bapak MU selaku pembimbing rohani keislaman di RSJ Magelang mengenai penggunaan metode ceramah dalam membimbing pasien jiwa, yaitu: “Ceramah itu merupakan metode yang sangat penting digunakan dalam bimbingan terhadap siapa saja dan dimana, misalkan saja di sekolah ya kan mbak? Karena ceramah itu sebagai pengantar bagi manusia dalam mendengarkan, berfikir, dan melaksanakan. Nah untuk itu ya mbak... pembimbing rohani keislaman yang membimbing pasien harus memberikan ceramah dan penyampaian materinya itu yang dapat menggali sesuatu hal harus menarik keingintahuan pasien. Karena dengan itu pasien akan mulai menggunakan inderanya baik itu penglihatan, pendengaran, maupun yang lain untuk berfikir dan mulai aktif dalam melakukan sesuatu”. Menambahi dari hal diatas, bapak MU memaparkan tentang metode wawancara sebagai berikut: “Lha kalau mengenai wawancara itu kami gunakan untuk menanyai pasien, guna untuk mengetahui bagaimana keadaan pasien. Maksudnya gini... keadaan pasien itu apa sudah siap atau belum menerima materi bimbingan rohani dalam arti bagaimana kondisi pasien saat itu. Misalkan pasien diwawancarai dan jawabannya juga sesuai maka pasien sudah bisa ikut kegiatan bimbingan rohani keislaman.....”. Dari keterangan catatan lapangan dan hasil wawancara dengan bapak MU diatas dapat disimpulkan bahwa metode ceramah dan terapi wawancara (komunikasi) dengan pasien harus dilaksanakan pertama kalinya sebelum melaksanakan metode-metode yang lainnya. Dengan wawancara langsung kepada pasien, pembimbing rohani dapat mengetahui keadaan pasien dan dengan ceramah dapat membangkitkan rasa keingintahuan terhadap apa yang disampaikan oleh pembimbing rohani
90
keislaman. Oleh karena itu, pembimbing rohani keislaman harus pintarpintar dalam memberikan ceramah agar pasien juga semakin tertarik dengan yang disampaikan. 2. Spiritual tadarus Al-Qur’an Penggunaan metode tadarus Al-Qur’an dalam kegiatan bimbingan rohani keislaman di RSJ Magelang dapat digambarkan sistem pelaksanaan dari hasil pengamatan penelitian lapangan sebagai berikut: Di berbagai sudut ruang aula yang sekaligus dijadikan tempat shalat berjamaah itu, terdapat paasien-pasien yang memegang AlQur’an yang dibacanya secara perlahan. Sebelumnya pembimbing rohani keislaman membacakan terlebih dahulu yang kemudian diikuti oleh para pasien dengan suara keras. Secara bergantian tiaptiap pasien membaca Al-Qur’an dihadapan pembimbing rohani. Setelah selesai membaca Al-Qur’an dengan menghadap kepada pembimbing kerohanian, secara keseluruhan pasien membaca AlQur’an bersama-sama dengan pembimbing rohani.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model tadarus AlQur’an adalah model bimbingan secara bersama-sama akan tetapi pembimbing rohani menilai pasien secara individual. Dengan ini pembimbing rohani menyimak dan membenarkan satu persatu bacaan AlQur’an dari pasien ketika pasien menghadap kepada pembimbing rohani agar dapat mengetahui peningkatan dari pasien tersebut. Dengan menggunakan metode tadarus Al-Qur’an ini di harapkan agar dapat mengurangi halusinasi pasien. Hal ini dipaparkan oleh pembimbing rohani keislaman yaitu bapak MU:
91
“Dengan menggunakan metode tadarus Al-Qur’an, jamaah pasien semakin meningkat karena pasien yang mengikuti tadarus AlQur’an diharapkan dapat terjauh dari halusinasi. Ya... kami lihat dari pasien yang ikut tadarus itu jauh dari halusinasi karena mereka jadi aktif membaca, tidak lagi ngalamun”.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa menggunakan model tadarus Al-Qur’an adalah model bimbingan membaca Al-Qur’an secara bersama-sama. Akan tetapi pembimbing rohani menilai tingkatan dalam membaca secara individual. Dengan ini pembimbing rohani keislaman menyimak dan membenarkan satu persatu bacaan Al-Qur’an dari pasien ketika pasien menghadap kepada pembimbing rohani agar dapat mengetahui peningkatan dari pasien tersebut. Selain itu, dengan menggunakan metode tadarus Al-Qur’an dapat memberikan kegiatan yang positif kepada pasien sehingga pasien dapat terjauh dari lamunan dan halusinasinya. Sesuai dengan keperluan dan kebutuhan akan modal dasar hidup (keimanan) dan lokasi (lingkungan), para pembimbing rohani serta para petugas yang berada di bidang rehabilitasi psikososial memberikan arahan dan bimbingan secara berkelanjutan mulai dari kebutuhan dunia sampai kebutuhan akhirat. Dari hasil pengamatan kegiatan di bidang rehabilitasi psikososial adalah sebagai berikut: Pasien jiwa mengikuti kegiatan bimbingan rohani dengan upaya mengembalikan ingatan pasien akan modal dasar kehidupan mereka yaitu keimanan yang kuat. Selain itu, kebutuhan pasien di masyarakat yaitu mengenal lingkungan. Dengan hal tersebut, para petugas yang berada di bidang pelayanan rehabilitasi psikososial
92
memberikan pengarahan dan bimbingan untuk mengenal lingkungan dan memiliki teman yang baik minimal di lingkungan RSJ Magelang dimana mereka sekarang bertempat. Di bidang ini pasien diberi bekal latihan-latihan kerja dan latihan-latihan hiburan. Misalkan pasien diberi latihan kerja dengan mengenal pertanian, peternakan, dan latihan kerja yang lain. Sedangkan latihan yang bersifat hiburan dan pendidikan pasien diberi latihan memainkan alat-alat musik, wayang, olah raga, lomba-lomba, dan latihan upacara untuk merayakan ketika ada peringatan-peringatan hari nasional. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemberian latihanlatihan semacam ini, maka dapat memberikan ide-ide kepada pasien menurut kreativitasnya. Ketika pasien sudah sembuh dan dinyatakan diperbolehkan untuk kembali kerumah (pulang), pasien sudah memiliki bekal hidup di masyarakat, sehingga tidak ada lagi sekatan bagi mereka karena sudah kembali normal (sembuh). D. Cara Pemahaman psikiater dan Pembimbing Rohani Keislaman terhadap Gangguan Kejiwaan Para psikiater dan pembimbing rohani keislaman di RSJ Magelang pada umumnya memahami gangguan jiwa pada pasien secara teliti yang berpusat pada gejala-gejala yang muncul dari pasien saat pasien mulai dimasukkan di lembaga RSJ Megelang. Dalam memahami gangguan jiwa para psikiater sudah berpegang pada pedoman yang sudah ditentukan. Hal ini dipaparkan oleh psikiater WA sebagai berikut: “Penyakit jiwa itu adalah penyakit psikis (mental) ya... yang disebabkan dari berbagai faktor. Pemahaman psikiater terhadap gangguan jiwa pasien RSJ Magelang yaitu dengan melihat kondisi pasien kemudian dikelompokkan dan diklasifikasikan berdasarkan PPDGJ (pedoman Penggolongan da Diagnosis Gangguan Jiwa),
93
sehingga pengelompokannya sesuai dengan gejala-gejala yang muncul pada pasien. Pada umumnya stres, gila, depresi itu merupakan gangguan pikiran dan masih dikategorikan gangguan jiwa ringan. Akan tetapi apabila hal itu terjadi lebih dari satu bulan maka penyakit ini sudah berubah menjadi skizofrenia (stres berat) yang biasanya ditandai dengan perilaku-perilaku aneh misalnya tidak mau mandi, suka menyendiri, ketawa-ketawa sendiri yang terbawa oleh halusinasinya, dan lain-lain”.
Dari keterangan psikiater WA diatas dapat disimpulkan bahwa para dokter dalam memahami keadaan pasien-pasiennya tidak secara asal-asalan. Akan tetapi para dokter memiliki pedoman dalam mengklasifikasikan pasien dengan melakukan evaluasi gejala-gejala yang muncul dari pasien. Dengan demikian dalam proses perawatan tidak terjadi simpang siur baik dalam pemberian obat-obatan maupun yang lainnya. Adapun pemahaman dari para pembimbing rohani sama dengan para psikiater. Namun dalam hal pemahaman keagamaan pasien tidak sama seperti para psikiater. Dari hasil wawancara kepada salah seorang pembimbing rohani Islam sebagai berikut: “Kami memahami keadaan pasien itu untuk dapat mengikuti kegiatan bimbingan rohani keislaman dengan menjebak pasien. Kami memulai dengan melontarkan sebuah pertanyaan, misalnya ‘siapa yang ingin mengetahui tentang Tuhan?’. Dengan pertanyaan tersebut secara tidak disadari pasien akan sangat ingin tahu tentang jawaban dari pertanyaan tersebut”. Dari keterangan Bapak MU diatas dapat disimpulkan bahwa para pembimbing rohani keislaman harus memiliki ide yang bagus agar dapat memikat para pasien untuk mengikuti kegiatan bimbingan rohani keislaman sehingga pasien dapat mengenal kembali akan keimanan mereka.
94
Melihat dari pentingnya kegiatan bimbingan rohani keislaman memanglah sangat penting untuk mengembalikan keimanan pasien. Informasi dari bapak MU sebagai berikut: “Kalau ditanya soal pentingnya mbak, ya... sangat-sangat penting sekali diterapkan kepada pasien, karena dapat mengingatkan kembali akan modal dasar dan lingkungan untuk menjadikan kepribadian pasien yang baik. Dengan iman yang kuat maka pasien akan lebih mudah mengatasi masalahnya dan proses penyembuhannya pun lebih cepat. Kami (pembimbing rohani keislaman) RSJ Magelang pernah melakukan survei sejak tahun 1986 sampai sekarang bahwa pasien yang mengikuti kegiatan bimbingan rohani keislaman hasilnya sangat maksimal dan kesembuhannya itu lebih cepat”. Dari keterangan paparan bapak MU dapat disimpulkan bahwa kebutuhan manusia itu tidak hanya dari segi jasmani saja, akan tetapi kebutuhan rohani juga harus diperhatikan karena sebenarnya kebutuhan yang benar-benar diperlukan manusia adalah kebutuhan rohani. Hal ini untuk mengantisipasi akan adanya suatu masalah. Dengan keimanan yang kuat maka manusia masih merasa ada yang melindungi dan masih bisa bergantung pada Allah swt. E. Nilai-nilai yang Ditanamkan dalam Bimbingan Rohani Keislaman terhadap Pasien RSJ Magelang Melalui bimbingan rohani keislaman, nilai-nilai yang perlu ditanamkan kepada pasien agar mampu menjaga kesehatan jasmani dan rohani dari paparan bapak MU yaitu: “Sebenarnya nilai-nilai keislaman yang akan ditanamkan kepada pasien itu menyeluruh. Tapi itu mbak... banyak hambatan. Melihat dari waktunya aja sangat sedikit. Jadi kami hanya menerapkan hal-hal yang
95
pokok-pokok saja, yaitu yang pertama, mengingatkan kembali akan keimanan pasien dan menjaga iman tersebut. Kedua, membantu menghilangkan rasa putus asa dimana mereka merasa tidak berguna lagi akan hidupnya. Menghilangkan rasa keputus asaan ini pasien dicarikan tim atau dokter ahli jiwa dan medis yang menjaga kesehatan jasmani serta mencarikan pembina kerohanian untuk kesehatan rohaninya. Kemudian nilai keislaman yang terakhir yang ditanamkan yaitu pasrah (menyerahkan masalah kepada Allah swt) dimana semua usaha sudah dilaksanakan sehingga pasien dilatih untuk berdoa kepada Allah swt”. Dari paparan hasil wawancara dengan bapak MU diatas dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai keislaman yang ditanamkan kepada pasien dalam menjaga kesehatan jasmani dan rohani yaitu menjaga dan meningkatkan keimanan pasien, menghilangkan rasa putus asa pasien dengan mencarikan
dokter
dan
pembimbing
rohani
dalam
perawatan
dan
menanamkan kepasrahan kepada Allah swt sekaligus melatih pasien untuk berdoa. Setelah para pembimbing rohani keislaman merencanakan tentang nilai-nilai keislaman yang perlu ditanamkan kepada pasien, kemudian para pembimbing rohani keislaman menanamkan nilai-nilai keislaman dalam proses penyembuhan terhadap pasien. Adapun proses penanaman nilai-nilai keislaman kepada pasien RSJ Magelang sebagaimana yang dikehendaki dalam metode psikoterapi Islam. Paparan informasi dari bapak MU sebagai berikut: “Pada umumnya sesuai dengan kenyataan bahwa orang yang mempunyai penyakit jiwa adalah orang-orang yang imannya tidak kuat bahkan yang tidak memiliki iman. Nah... dengan hal ini kami (pembimbing rohani Islam) menanamkan nilai-nilai keislaman kepada pasien dengan melakukan pembaharuan keimanan (tidak merubah keimanan pasien) dengan mengajak pasien membaca syahadat dan dzikir/doa dengan membaca shalawat tibbil qulub, membaca tasbih, dan talbiyah secara serius dengan melakukan refleksi menepuk96
nepukkan tangan ke dada sebelah kiri sambil berdoa meminta ampun kepada Allah swt. Ini hasilnya sangat bagus mbak...”.
Dari paparan informasi wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa para pembimbing rohani keislaman di RSJ Magelang dengan menerapkan sistem pembaharuan keimanan kepada pasien serta dzikir dan doa, merupakan proses penyembuhan dari segi spiritualitas pasien agar pasien kembali kejalan awal dengan bermodal keimanan yang kuat terhadap Allah swt. Menambahi dari hal itu, salah seorang pasien juga merasa lebih nyaman dan tenang setelah mengikuti kegiatan bimbingan rohani keislaman. Hasil wawancara dengan pasien WD yaitu: “Saya jadi lebih memahami arti hidup dan iman saya jaga semakin meningkat. Saya merasa sangat butuh dengan bimbingan rohani keislaman, karena penyakit jiwa adalah penyakit rohani”. Dari keterangan pasien WD diatas dapat disimpulkan bahwa setiap orang memiliki iman, maka orang tersebut akan lebih jauh dari penyakit jiwa karena merasa ada yang melindunginya yaitu Allah swt. Pasien lain yang memaparkan mengenai keinginan untuk sembuh setelah mengikuti kegiatan bimbingan rohani keislaman yaitu dari BM sebagai berikut: “Saya ingin cepat pulang kerumah ketemu dengan keluarga saya. Saya selalu minta didoakan kepada pembina rohani Islam, perawat, dan keluarga agar cepat sembuh ya pak...? (bertanya dengan salah seorang pembimbing rohani keislaman). Saya disini juga prihatin untuk mengubah diri saya sendiri untuk menjadi lebih baik lagi. Saya juga sering puasa Senin-Kamis geh pak...”.
97
Dari keterangan pasien BM diatas dapat disimpulkan bahwa setiap pasien juga memiliki motivasi yang tinggi untuk cepat sembuh dan memiliki keinginan serta tujuan untuk mengubah dirinya menjadi lebih baik dan kembali normal. Namun dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan rohani keislaman tidak selalu berjalan lancar, yang disebabkan dari beberapa faktor. Sesuai dengan hasil wawancara dengan bapak MU yaitu: “Dalam proses kegiatan bimbingan rohani keislaman jelas ada hambatan-hambatannya mbak. Melihat dari segi pasien sendiri tingkat kesembuhannya berbeda-beda. Selain itu kadang tidak adanya perawat yang membantu menjaga pasien, terus pembimbingnya Cuma ada satu. Wah itu sangat sulit banget mbak pelaksanaannya sehingga banyak pasien yang bicara sendiri, ada yang ingin keluar ruangan, merokok, dan sebagainya”. Menambahi dari hal itu, dalam menangani pasien yang kesulitan menerima materi yang disampaikan oleh pembimbing rohani keislaman, bapak MU memaparkan: “Memang ya mbak..., pasien gangguan jiwa itu kan fungsi-fungsi pikiran itu hilang. Jadi bila dalam penyampaian materi atau nasehat harus telaten. Dalam mengatasi pasien yang sulit menerima materi atau nasehat, kami (pembimbing rohani keislaman) hanya mengingatkan dan mengarahkan dengan sabar. Pasien dibuka kembali memori yang sudah ada, misalnya diberi pertanyaan ‘kamu tahu shalat?’ misalkan pasien menjawab ‘lupa’, maka pembimbing rohani menjelaskan kembali maksud atau makna dari shalat tersebut yang kemudian menyuruh pasien langsung mempraktikkannya”. Dari paparan informasi dari bapak MU diatas disimpulkan bahwa pelaksanaan kegiatan bimbingan rohani keislaman harus dilaksanakan dengan penuh kesabaran dan juga membutuhkan bantuan dari perawat-perawat
98
minimal dua orang untuk menjaga dan mengawasi pasien agar tidak gaduh sehingga materi yang disampaikan dari pembimbinga rohani keislaman dapat diterima pasien secara maksimal. F. Hubungan Proses Penyenbuhan antara Perawatan Medis dan Bimbingan Rohani Keislaman Dalam kaitannya penyembuhan pasien antara medis da bimbingan rohani (spiritual) tentunya ada hubungannya. Karena manusia terdiri dari empat faktor kebutuhan, yaitu bio-psiko-sosio-spiritual. Menurut paparan dari salah seorang psikiater WA sebagai berikut: “Gangguan jiwa itu disebabkan empat faktor yaitu bio-psiko-sosiospiritual. Misalkan gini melihat dari segi biologisnya mungkin karena sudah timbul sejak dalam kandungan yang disebabkan kurangnya gizi ataupun yang lain yang berhubungan dengan kesehatan ibu itu. Terus dari segi psikologis itu dikarenakan kurangnya kasih sayang orang tua ataupun pola asuh yang salah. Dari segi sosiologisnya dapat dilihat karena faktor lingkungan yang tidak mendukung. Melihat dari segi spiritualitas seharusnya orang tua menerapkan agama itu tidak hanya pada rutinitas ibadah akan tetapi juga pada maknanya sehingga dapat melekat pada diri seseorang. Dari keempat sektor tersebut pasti saling berkaitan baik dari sebab gangguan jiwa maupun dalam penyembuhannya”. Psikiater
WA
juga
memaparkan
mengenai
perubahan
dan
perkembangan pada pasien yang mengikuti bimbingan rohani keislaman: “Pastinya sangat berpengaruh ya..., karena dari keempat faktor tadi (bio-psiko-sosio-spiritual) artinya bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan dimana tugasnya untuk beriman dan melaksanakan segala perintah-perintahNya maka manusia juga wajib berdoa (dzikir), karena dengan dzikir manusia akan jadi lebih merasa tenang. Tapi asalkan dalam pemberian bimbingan rohani itu tidak menakut-nakuti pasien. Misalkan begini... ‘ayo shalat, kalau gak shalat nanti masuk neraka dan disiksa terus. Ih ngeri....’ shalat-shalat...”.
99
Dengan demikian dari pernyataan-pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa pada dasanya proses penyembuhan secara medis dan bimbingan rohani keislaman saling berhubungan. pengobatan secara medis untuk menjaga kesehatan jasmani dan bimbingan rohani keislaman untuk menjaga kesehatan rohani pasien dengan meningkatkan keimanan pasien. Namun dalam pemberian bimbingan rohani keislaman, diharap pembimbing rohani tidak menakut-nakuti pasien agar pasien tetap terjaga pikirannya atau jiwanya karena tidak merasa tambah beban.
100
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pola Pembinaan Rohani Keislaman di RSJ Prof.dr. Soeroyo Magelang Dalam lembaga RSJ Prof.dr Soeroyo Magelang, proses perawatan dalam hal penyembuhan pasien sudah menggunakan berbagai layanan secara komplit dan menyeluruh. Dijelaskan dalam Visi RSJ Prof.dr Soeroyo Magelang yaitu menjadi pusat unggulan pelayanan dan pendidikan kesehatan jiwa secara holistik di tingkat nasional 2015 dan ASEAN 2018 (UN5A8). Proses perawatan dalam penyembuhan pasien di RSJ Magelang dari segi rohaninya dinamakan proses penyembuhan dengan bimbingan rohani keagamaan, dimana setiap agama memiliki pembimbing sendiri-sendiri sesuai dengan agama yang dianut atau dipercayai. Pembinaan rohani keagamaan ini dilaksanakan untuk para pasien dan juga perawat (karyawan). Proses penyembuhan melalui bimbingan rohani keislaman (bagi yang beragama Islam) yang dikembangkan di RSJ Magelang menekankan pada proses bimbingan spiritual kepada pasien secara berkelanjutan agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah swt, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. berkaitan dengan hal tersebut maka bimbingan rohani yang diperlukan adalah bimbingan rohani yang dapat memberikan ketenteraman jiwa pasien yang terdapat dalam ajaran agama, karena agama merupakan kebutuhan psikis manusia. Dengan demikian
101
101
para pembimbing rohani keislaman di RSJ Prof.dr Soeroyo Magelang mulai membimbing pasien dengan mengingatkan kembali atas keimanan para pasien sebagai modal dasar hidupnya. Pernyataan tersebut sesuai dengan pendapat dari Zakiah Daradjat dalam bukunya Pembinaan Agama dan Pembinaan Menta (1982). Dengan mengikuti kegatan bimbingan rohani keislaman, pasien akan mengingat kembali akan siapa dirinya sendiri dan siapa Tuhannya. Oleh karena itu pasien yang sudah mengingat kembali atas keimanannya maka akan leih mudah mengatur kehidupan dan mengendalikan dirinya sendiri dalam menghadapi setiap masalah (cobaan). Mengenai pedoman yang digunakan oleh pembimbing rohani keislaman di RSJ Magelang dalam proses kegiatan bimbingan rohani Islam dalam penyembuhan pasien sudah sangat tentu berpedoman pada Al-Qur’an dan hadis, karena Al-Qur’an dan hadis merupakan pedoman bagi seluruh umat Islam. Dengan berpedoman dari Al-Qur’an dan hadits, pembimbing rohani keislaman (rohaniawan) akan lebih mudah dalam menyampaikan nasihatnasihat dan menerapkan nilai-nilai keislaman bagi pasien secara lurus sesuai dengan petunjuk Allah swt yang terdapat dalam Al-Qur’an atau As-sunnah (hadits). Pasien juga akan lebih merasa nyaman ketika pembimbing rohani keislaman membacakan ayat-ayat Al-Qur’an dan menerangkan maknanya, sehingga pasien merasa lebih mudah menerima nasihat-nasihat yang disampaikan oleh pembimbing rohani keislaman.
102
Berkenaan dengan hal proses penyembuhan dalam bidang layanan bimbingan rohani keislaman di RSJ Magelang menyangkut pada tiga unsur pokok yang harus diperhatikan yaitu pembimbing rohani keislaman, pasien, dan nasihat-nasihat (materi yang harus disampaikan). Para pembimbing rohani keislaman di RSJ Magelang sudah ditempatkan sesuai dengan keahliannya dimana pembimbing rohani memiliki keahlian secara profesional dalam bidang keagamaan sehingga saat membimbing kepada pasien tidak merasa terbebani dengan tugasnya. Selain kemampuan dari segi keagamaan, para pembimbing rohani keislaman juga memiliki keahlian dalam berkomunikasi, bergaul, dan bersilahturahmi kepada pasien dengan baik. Dalam hal ini pembimbing rohani leislaman memahami karakter dari masing-masing pasien sehingga dalam penyampaian nasihat (pesan materi) sesuai dengan keadaan dan kondisi pasien. Berbicara mengenai bagaimana pola pembinaan rohani keislaman yang dikembangkan dan diterapkan di RSJ Prof. dr Soeroyo Magelang dapat disimpulkan bahwa pola peminaan rohani keislaman merupakan proses penyembuhan
pasien
dari
segi
spiritualitas
yang
dilakukan
secara
berkelanjutan. Pemimbing rohani keislaman menyampaikan nilai-nilai keislaman untuk mengingatkan kembali keimanan pasien dan menjaga keimanan yang sudah ada untuk dipertebal (ditingkatkan). Dengan penerapan nilai-nilai keislaman, pasien akan lebih mudah menghadapi masalah dan lebih cepat sembuh agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. dengan demikian para pembimbing rohani harus memiliki keahlian khusus
103
karena selain menyembuhkan pasien, tetapi juga memiliki tugas untuk menanamkan nilai-nilai keislaman dan keimanan serta meningkatkan ketaqwaan pasien terhadap Allah swt sesuai dengan pedoman umat Islam yaitu Al-Qur’an dan hadits dengan tujuan memelihara nilai-nlai yang terkandung dalam ajaran Islam demi tercapainya kesehatan jamani dan rohani yang membentuk manusia seutuhnya (insan kamil). B. Model Bimbingan Rohani Keislaman di RSJ Prof.dr Soeroyo Magelang Pembahasan tentang tema pola pembinaan rohani keislaman dalam penyembuhan pasien di RSJ Prof.dr Soeroyo Magelang tidak terlepas dari model atau metode yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan bimbingan rohani tersebut. Model penyembuhan yang dikembangkan di RSJ Magelag menerapkan berbagai bentuk terapi. Semua macam terapi sudah menjadi tugas masing-masing yang sudah menjadi ahli dalam bidangnya. Metode bimbingan yang diterapkan di RSJ Magelang ini sesuai dengan pendapat Dadang Hawari dalam bukunya yang berjudul “Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa”(1996) dimana model terapi atau metode penyembuhan harus menyeluruh baik dari faktor biologis, psikologis, sosiologis, maupun spiritualnya. Berkaitan dengan hal diatas lembaga RSJ Prof.dr Soeroyo Magelang menerapakan model penyembuhan pasien secara holistik-komprehensif. Maksudnya bahwa dengan terapi holostik-komprehensif tersebut proses penyembuhan pasien dilakukan secara menyeluruh, yang tidak hanya berpusat
104
pada satu metode saja tetapi semuanya dibutuhkan untuk kesehatan jasmani dan rohani pasien sehingga pasien dapat menjalankan kembali fungsi-fungsi kehidupannya dengan baik. Melihat akan pentingnya kesehatan rohani pasien RSJ Magelang menerapkan proses penyembuhan pasien dari segi spiritualitas yang disebut dengan bimbingan rohani keagamaan. Akan tetapi sebelum pelaksanaan proses penyembuhan terhadap pasien, para dokter harus memahami keadaan diri pasien. Pasien yang baru masuk dalam lembaga RSJ Magelang didiagnosa sesuai dengan diagnosa dari PPDGJ yang kemudian pasien dikelompokkan sesuai dengan gejala-gejala yag timbul dari pasien tersebut. Kegiatan seleksi pada pasien yang dilakukan secara langsung bertatap muka ini sangat penting dilakukan sejak pasien mulai dimasukkan di RSJ Magelang sehingga dalam proses perawatan dan penyembuhan pasien tidak terjadi kesalahan baik berupa obat-obatan maupun yang lainnya. Selain dari pemahaman para psikiater (dokter) terhadap pasien saat awal mula masuk di RSJ Magelag, para pembimbing rohani juga harus memahami pasien seperti dokter, akan tetapi hanya berbeda pada aspek pemahaman keimanan. Para pembimbing rohani memahami pasien melihat dari segi tingkah laku dan tingkat keimanan pasien tersebut. Didalam proses kegiatan pembinaan rohani keagamaan (Islam) para pembimbing rohani mengingatkan kembali atas keimanan dan mengamalkan ajaran agama. Namun dalam pembinaan rohani keislaman ini, para pembimbing rohani tugasnya hanya memperkuat keimanan pasien bukan
105
mengubah keimanan pasien. Oleh karrena itu, pembimbing rohani keislaman tidak berwenang dalam mengubah keimananan pasien. Adapun model yang dikembangkan di RSJ Prof.dr Soeroyo Magelang dalam proses penyembuhan pasien melalui kegiatan bimbingan rohani keislaman yaitu menggunakan model tadarus Al-Qur’an, ceramah, doa (dzikir), dan tadzkiroh (pembaharuan keimanan). Dari sinilah dapat dipahami bahwa metode yang dipakai oleh pembimbing rohani keislaman di RSJ Magelang sesuai dengan teori dari Dadang Hawari dan Isep Zainal Arifin. Penggunaan metode ini merupakan cara untuk menyampaikan nasihat-nasihat atau materi kepada pasien dengan menuntun dan melatih pasien membaca AlQur’an, menggunakan kembali fungsi panca inderanya, berdoa kepada Allah swt, dan dzikir untuk menanamkan dan meningkatkan keimanan pasien. Penggunaan metode semacam ini pasien akan lebih mudah menerima materi yang disampaikan dan memiliki kegiatan yang bermanfaat untuk menjauhkan dari halusinasinya. Dari pokok bahasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa pemahaman psikiater (dokter) maupun pembimbing rohani keislaman terhadap pasien sangat diprioritaskan karena sangat penting. Hal ini untuk menyikapi proses perawatan dan penyembuhan terhadap pasien tidak terjadi kesalahan. Dengan demikian setiap bidang layanan sudah memegang model penyembuhan pasien sesuai dengan bidangnya. Melalui model atau metode tersebut, dapat dikatakan bahwa pada dasarnya setiap penyakit (jiwa dan non jiwa) tetap saling berpengaruh antara jiwa dan raga. Dengan demikian bahwa kebutuhan 106
hidup manusia meliputi kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani. Oleh karena itu, terapi yang dikembangkan di RSJ Magelang adalah terapi secara holistikkomprehensif dimana kebutuhan jasmani dan rohani manusia sangat penting. Penerapan metode bimbingan rohani keislaman (keagamaan) harus tetap dipertahankan dan dikembangkan dengan berlandaskan Al-Qur’an dan Hadits sebagai dasar agama Islam dalam memberikan atau menyampaikan nasihatnasihat kepada pasien. C. Penanaman Nilai-nilai Keislaman terhadap Pasien RSJ Prof. dr Soeroyo Magelang Pemabahasan pokok dalam penanaman nilai-nilai keislaman terhadap pasien melalui kegiatan bimbingan rohani keislaman di RSJ Prof.dr Soeroyo Magelang yaitu penerapan ketauhidan terhadap pasien. Penanaman ketauhidan ini dilaksanakan dengan tujuan pembaharuan keimanan pasien supaya pasien mengingat kembali keimanannya dan selalu menjaga iman agar tidak mudah tergoncang. Dengan modal keimanan yang kuat, pasien akan merasa ringan dengan masalah yang dihadapi sehingga tidak lagi merasakan putus asa dalam dirinya. Dalam hal penanaman ketauhidan untuk mengingatkan kembali atas iman dan peningkatan ketaqwaan tersebut, secara tidak disadari pasien akan mulai untuk berdoa kepada Allah swt baik yang berkaitan dengan kesembuhan pasien maupun berdoa untuk hal yang lain. Pelatihan dan pemberian doa kepada pasien merupakan salah satu cara untuk meningkatkan motivasi untuk
107
lebih tegar. Selain itu, dengan doa pasien juga lebih merasa nyaman dan tenang. Pendapat dari Dadang Hawari mengenai terapi keagamaan itu dapat ditemukan dari ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits yang mengandung tuntunan bagi umat dalam kehidupan di dunia tanpa rasa cemas, depresi, stres dan lain sebagainya. Selain itu juga dapat ditemukan dari doa-doa yang intinya bahwa doa tersebut memohon kepada Allah swt agar dalam kehidupan ini diberikan ketenangan, kesejahteraan, dan keselamatan di dunia dan di akhirat. Dilihat dari pentingnya penanaman nilai-nilai keislaman bagi pasien dalam kaitannya mengingatkan kembali atas modal dasar hidup manusia yaitu iman, pembimbing rohani keislaman harus mempelajari dan mengamalkanny dalam
praktek
sebagai
terapi
pelengkap
bagi
pasien
agar tingkat
kesembuhannya dapat lebih maksimal. Kegiatan bimbingan rohani keislaman memiliki hubungan yang sangat kuat dan erat dengan proses penyembuhan pasien di bidang klinik (medis). Terapi keagamaan pada kasus-kasus gangguan jiwa sangat bermanfaat bagi para pasien. Dalam hal kemampuan mengatasi penderitaan hidup, dan penyembuhan menyatakan bahwa seseorang yang lebih religius, maka lebih mudah mengatasi masalah tersebut dan proses penyembuhannya pun lebih cepat. Dengan demikian bahwa proses penanaman nilai-nilai keislaman dengan menanamkan ketauhidan atau mengingatkan kembali keimanan pasien harus diperhatikan dalam segala bidang. Hal ini ditekankan karena dengan melihat hubungan antara kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani sangat erat sekali. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa agama dan keimanan harus 108
melekat pada diri manusia. Dengan bermodal keimanan dan agama serta mengamalkannya, manusia akan lebih kuat mentalnya dan kurang mengeluh serta terhindar dari penyakit gangguan jiwa.
109
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 1. Model pembinaan rohani keislaman di RSJ Prof. Dr. Soeroyo Magelang diwujudkan dalam bentuk bimbingan dan pengarahan-pengarahan dari para pembimbing rohani keislaman (rohaniawan) yang diberikan kepada pasien secara klasikal atau menyeluruh. Pola pembinaan rohani keislaman tersebut meliputi : a. Tujuan bimbingan rohani ini adalah untuk membina, mengembalikan, menjaga serta meningkatkan keimanan pasien. b. Sasaran pembinaan rohani keislaman ini pasien dilatih untuk melaksankan kewajiban sebagaimana tugasnya di dunia yaitu untuk mengabdi kepada Allah swt. Pasien yang telah mengikuti kegiatan pembinaan rohani keislaman diharapkan dapat memiliki iman dan menjaga iman tersebut agar dalam menghadapi setiap masalah dan ujian hidup bisa menerima dengan kesabaran, keikhlasan, dan tidak mudah putus asa. c. Model pembinaan rohani keislaman yang dilaksanakan di RSJ Magelang yaitu tadarus Al-Qur’an, ceramah atau diskusi, dan terapi wawancara.
Dari
berbagai
metode
tersebut,
merupakan
cara
bimbingan rohani kepada pasien dari segi spiritualitas.
110
2. Proses
penanaman
nilai-nilai
keislaman
yang
ditanamkan
oleh
pembimbing rohani keislaman RSJ Magelang yaitu dengan menerapkan ketauhidan. Dengan ketauhidan, pasien dibimbing dan dibantu dalam mengingat akan modal dasar hidup (iman) pasien.. Dengan demikian pasien mulai berdoa kepada Allah, dan ketika masalah yang dihadapi terasa berat, maka pasien menyerahkan masalah tersebut kepada Allah swt (pasrah). Dengan demikian pasien menjadi merasakan kenyamanan, ketentraman dan kesejahteraan dalam hidupnya.
B. Saran 1. Lembaga RSJ Magelang a. Psikiater dan pembimbing rohani keislaman Psikiater dan pembimbing rohani keislaman merupakan unsur atau elemen utama dalam proses penyembuhan pasien baik dari segi jasmani ataupun rohani. Untuk itu psikiater dan pembimbing rohani keislaman harus saling bekerja sama dalam proses perawatan dan penyembuhan pasien. Dengan demikian diharapkan bagi psikiater dan pembimbing rohani keislaman memiliki keahlian khusus dalam pemahaman terhadap gangguan jiwa. Terutama bagi pembimbing rohani dimana tugasnya untuk mengingatkan kembali keimanan pasien. Pembimbing rohani harus memiliki keahlian khusus dalam hal keagamaan sehingga dalam penyampaian nasehat-nasehat atau materi tidak merasa terbebani dengan tugasnya.
111
b. Kegiatan bimbingan rohani keislaman Pelaksanaan bimbingan rohani keislaman diharapkan dilakukan secara lebih mendalam dan ditingkatkan lagi. Maksudnya, dari segi jumlah pasien yang sangat banyak seharusnya tidak dijadikan satu ruangan dan atu waktu karena tingkat pemahaman dan kesembuhan pasien berbeda-beda. Selain itu proses kegiatan bimbingan rohani keislaman juga menjadi kurang efektif karena melihat pasien yang sangat banyak tersebut pembimbing rohani menjadi kesulitan dalam penyampaian materi. c. Penambahan tenaga pembimbing rohani keislaman Melihat dari banyaknya pasien yang mengikuti kegiatan bimbingan rohani keislaman seharusnya lembaga RASJ Magelang menambah tenaga pekerja di bidang pembinaan rohani keislaman. Karena saat ini pembina rohani Islam baru berjumlah enam orang dimana harus menangani pasien dengan jumlah 369 pasien. 2. Masyarakat Bagi masyarakat yang sekarang ini diharapkan dapat menciptakan pola hidup yang seimbang dengan ukuran kemampuannya supaya tidak terjadi kelebihan batas dalam betingkah laku. Hal ini untuk mengatasi dan membentengi diri dari hal-hal yang hanya berbau duniawi saja. Sehingga manusia tetap berpegang teguh pada iman dan selalu beribadah kepada Allah swt. Dengan demikian manusi akan terjauh dari goncangan jiwa dan gangguan jiwa.
112
3. Lembaga STAIN Lembaga STAIN memang sudah bagus dalam pembinaan terhadap mahasiswa, dimana dalam proses pembelajarannya pun sudah ada sedikit mengenai psikologi. Selain itu, lembaga STAIN juga sudah mendirikan bidang layanan Biro Konsultasi Psikologi ”TAZKIA” sebagai upaya dalam membantu mahasiswa yang sedang mengalami permasalahan. Namun hal ini akan lebih bagus lagi apabila lembaga STAIN membuka Fakultas Psikologi Islam atau Bimbingan Konseling Islam agar peningkatan akan keagamaan semakin meningkat.
113
DAFTAR PUSTAKA
Al-’Allaf, Abdullah Ahmad. 2008. 1001 Cara Berdakwah. Terjemah Ardiyansyah Ashri Hussein. Surakarta: Ziyad Amin, Samsul Munir. 2009. Ilmu Dakwah. Jakarta: Amzah Andari, Jenny dan Kartono, Kartini. 1989. Hygiene Mental dan Kesehatan Mental dalam Islam. Bandung : Madar Maju Arifin, H.M. 1977. Pokok-pokok Pikiran tentang Bimbingan dan Penyuluhan Agama di Sekolah dan di Luar Sekolah. Jakarta: Bulan Bintang Arifin, Isep Zainal. 2009. Bimbingan Penyuluhan Islam. Jakarta: Rajawali Press Arikunto, Suharsimi. 1992. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Bina Aksara Aziz, Moh. Ali. 2004. Ilmu Dakwah. Jakarta: Kencana Basit, Abdul. 2005. Wacana Dakwah Kontemporer. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Dahlan, Abdul Choliq. 2009. Bimbingan dan Konseling Islami. Yogyakarta: Pura Pustaka Darajat Zakiyah. 1982. Pendidikan Agama dan Pembinaan Mental. Jakarta: Bulan Bintang Daymon, kristina. 2008, metode-metode riset kualitatif dalam punlik relation dan marketing communication. Yogyakarta: PT Bentang Pustaka Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Edisi Ketiga. Bandung: Balai Pustaka Fatahillah, Muhammad. 1997. Terapi Stress Secara Islami. Surakarta: Maksum press Greene, Beverly Rathus, A.Speencer dan Nevit, S. Jeffrey. 2005. Psikologi Abnormal. Jakarta: Erlangga Hawari, Dadang. 1996. Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Dana Bhakti Prima Yasa. http:// medicinestuffs.blogspot.com/2008/04/dasar-penyakit-jiwa.html http://id.wikipedia.org/wiki/rumah sakit http://perawatpsikiatri.blogspot.com/2003/03/gangguan-jiwa-atau-mentaldisorder.html
114
http://wartawarga.Gunadarma.ac.id/2009/10/macam-macam-gangguan-danpenyakit-jiwa-dan-terapi-gangguan-jiwa Komarudin (ed) et. Al. 2008. Dakwah dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan. Bandung: Refika Aditama Mahmud, Muhammad dan Abdullah. 1998. Do’a Sebagai Penyembuh. Bandung : Al Bayan. Mestika, Zed. 2004. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Moloeng, J. Lexy. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Munir, M. dan Wahyu Ilaihi. 2006. Manajemen Dakwah. Jakarta: Prenada Media Musnamar, Thohari. 1992. Dasar-dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islami. Yogyakarta UII press. Praktiknya Ahmad Wati dan Abdul Salam M. Sofro. 1985. Islam, Etika dan Kesehatan. Jakarta : CV Rajawali Rahayu, Iin Tri. 2009. Psikoterapi Perspektif Islam dan Psikologi Kontemporer. Malang : UIN Malang Press (anggota IKAPI) Salaby, Mas Rahim. 2000. Mengatasi Kegoncangan Jiwa Perspektif Al Qur’an dan Sains. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Sukmadinata, Saudih. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Surakhmad, winarno.1994. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito Walgito, Bimo. 1993. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Yogyakarta. Andi offset Wiramihardja dan A. Sutardjo. 2005. Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung: PT Refika Aditama
115
Verbatim wawancara kepada pembimbing rohani keislaman A. Identitas Informan 1. Nama Informan
: Bapak MU
2. Jenis kelamin
: Laki-laki
3. Alamat
: Kebondalem, Boton Magelang
4. Bidang Layanan : Rehabilitasi Psikososial 5. Waktu Wawancara: Kamis, 11 Agustus 2011
B. Hasil Wawancara
NO 1
2
Pertanyaan Menurut bapak apakah yang dimaksud dengan bimbingan rohani Islam? Apakah bimbingan rohani Islam itu termasuk cara penyembuhan pasien?
3
Menurut bapak pentingkah adanya bimbingan rohani Islam di RSJ ini?
4
Seberapa pentingkah bimbingan rohani Islam yang melihat keadaan masyarakat sekarang ini?
5
Bagaimanakah pendapat bapak terhadap bimbingan rohani Islam?
Jawaban Keterangan Bimbingan rohani Islam itu adalah sebuah arahan secara kontinyu, sistematik, terarah, secara berkelanjutan agar supaya pasien dapat mengerti. Disini bisa dikatakan ya... dengan dasar yang pertama, Pasien yang imannya lebih kuat, lebih bisa mengatasi masalah dibanding mereka yang sama sekali tidak punya iman..., yang kedua, mengingatkan kembali kepada yang kuasa dengan berbanyak dzikir agar dapat menenangkan hati. Kalau ditanya soal pentingnya mbak... ya sangatsangat penting, karena meningkatkan kembali modal dasar yang dimiliki (iman) dengan lokasi yang ada (lingkungan) karena sebagai pembentuk kepribadian: iman kuat, cerdas, mengikuti ajaran Rasul, mencari teman yang baik di lingkungan RSJ ini. Iman yang kuat akan lebih mudah mengatasi masalah, tapi ya tergantung mereka mau menerapkan iman itu atau tidak. Sebagai contoh misalnya ekonomi ya... misal agama atau iman itu tidak kuat maka akan terjerumus pada hal-hal negatif misalnya ya korupsi ataupun yang lainnya. Ya... sangat penting. Kami pernah melakukan survey sejak tahun 1986 sampai sekarang bahwa pasien yang mengikuti kegiatan bimbingan rohani keislaman hasilnya sangat maksimal dan kesmbuhannya iu lebih cepat. 116
6
7
8
9
Bagaimanakah pandangan bapak akan semakin meningkatnya pasien di RSJ? Perlukah adanya bimbingan rohani Islam untuk era sekarang pada lembaga-lembaga rumah sakit?
Sangat meningkat mbak... ditandai dengan banyaknya jamaah. Misalnya tadarus Al-Qur’an maka akan terjauh dari halusinasi. Kegiatan bimbingan rohani Islam atau keagamaan itu sangat-sangat perlu diterapkan di rumah sakitrumah sakit terutama di RSJ sini mbak... dengan tujuan apa? Yaitu karena dapat meningkatkan iman pasien karena iman merupakan modal dasar kehidupan manusia yang dapat menciptakan energi-energi positif. Bimbingan rohani semacam Metode yang dipakai tadzkiroh (pembaharuan apakah yang mampu keimanan) mengenai dzikir membaca syahadat, menumbuhkan nilai-nilai tasbih, talbiyah dengan serius sampai menyentuh keislaman? hati. Bagaimanakah model bimbingan Kami (pembimbing rohani Islam) baru bisa Ceramah rohani Islam yang dikembangkan mengembangkan model atau metode bimbingan Terapi di RSJ Magelang dalam rohani keislaman yang dilaksanakan di RSJ wawancara kaitannya dengan proses Magelang sekarang ini dengan model ceramah Spiritual penyembuhan pasien? (diskusi), terapi wawancara langsun g kepada tadarus Al Ceramah dan wawancara pasien, dan spiritual tadarus Al-Qur’an. Tapi Qur’an itu bagaimana? langkah ini ya sudah cukup maksimal hasilnya. Terus model tadarusnya Ceramah itu merupakan metode yang sangat itu bagaimana? penting digunakan dalam bimbingan terhadap siapa saja dan dimana saja, misalkan saja di sekolah kan ya mbak? Karena ceramah itu sebagai pengantar bagi manusia dalam mendengarkan, berfikir, dan melaksanakan. Nah untuk itu ya mbak... pembimbing rohani keislaman yang membimbing pasien harus memberikan ceramah dan penyampaian materinya itu yang dapat menggali sesuatu hal harus menarik keingintahuan pasien. Karena dengan itu penglihatan, pendengaran, maupun yang lain untuk berfikir dan mulai aktif dalam melakukan sesuatu. Lha kalau mengenai wawancara itukami gunakan untuk menanyai pasien, guna mengetahui bagaimana keadaan pasien. Maksudnya gini... keadaan pasien itu apa sudah siap atau belum menerima materi bimbingan rohani dalam arti bagaimana kondisi pasien saat it. Misalkan pasien diwawancarai dan jawabannya juga sesuai maka pasien sudah siap ikut kegiatan bimbingan rohani keislaman.... Dengan menggunakan metode tadarus Al-
117
10
Melalui bimbingan rohani Islam, nilai-nilai apakah yang perlu ditanamkan pada pasien agar mampu menjaga kesehatan jasmani dan rohani?
11
Bagaimanakah proses penanaman nilai-nilai keislaman dalam bimbingan rohani di RSJ Magelang ini?
12
Bagaimanakah bentuk program ataupun rencana pelaksanaan bimbingan rohani di RSJ Magelang ini? Metode apakah yang digunakan
13
Qur’an, jamaah pasien semakin meningkat karena pasien yang mengikuti tadarus AlQur’an diharapkan dapat terjauh dari halusinasi. Ya... kami lihat dari pasien yang ikut tadarus itu terjauh dari halusinasi karena mereka jadi aktif membaca, tidak lagi ngalamun. Sebenarnya nilai-nilai keislaman yang akan ditanamkan kepada pasien itu menyeluruh. Tapi itu mbak... banyak hambatan. Melihat dari waktunya aja sangat sedikit. Jadi kami hanya menerapkan hal-hal yang pokok-pokok saja, yaitu yang pertama, meingatkan kembali akan keimanan pasien dan menjaga iman tersebut. Kedua, membantu menghilangkan rasa putus asa dimana mereka merasa tidak berguna lagi akan hidupnya. Menghilangkan rasa keputusasaan ini pasien dicarikan tim atau dokter ahli jiwa dan medis yang menjaga kesehatan jasmani serta mencarikan pembina kerohanian untuk kesehatan rohaninya. Kemudian nilai keislaman yang terakhir yang ditanamkan yaitu pasrah (menyerahkan semua masalah kepada Allah swt) dimana semua usaha sudah dilaksanakan sehingga pasien dilatih untuk berdoa kepada Allah swt. Pada umumnya sesuai dengan kenyataan bahwa orang-orang yang mempunyai penyakit jiwa adalah orang yang imannya tidak kuat bahkan yang tidak memiliki iman. Nah... dengan hal ini kami (pembimbing rohani Islam) menanamkan nilai-nilai keislaman kepada pasien dengan melakukan pembaharuan keimanan (tidak merubah keimanan pasien) dengan mengajak pasien membaca syahadat dan dzikir/doa dengan mengajak pasien membaca shalawat tibbil qulub, membaca tasbih, dan talbiyah secara serius dengan melakukan refleksi menepuk-nepukkan tangan ke dada sebelah kiri sambil berdoa meminta ampun kepada Allah swt. Ini hasilnya sangat bagus mbak... Membuat planning dengan bentuktiap bangsal diseleksi lima orang dengan cara tadarus dan shalat tahajut Jawaban untuk soal ini sama dengan tadi pada
Jaga iman Menghilang -kan rasa putus asa Pasrah (doa)
Membaca syahadat (dzikir) Membaca shalawat tibbil qulub
Ceramah
118
dalam bimbingan rohani Islam dalam proses penyembuhan pasien?
pertanyaan nomor sembilan ya mbak....
Apa yang dilakukan oleh bidang layanan bimbingan rohani ketika ada pasien yang mengalami stres berat (sudah tidak kenal siapa dirinya dan siapa Tuhannya)? Dalam pelaksanaan bimbingan rohani Islam, apakah ada hambatan-hambatan dalam penyampaian materi terhadap pasien?
Ya menangani dengan sisi keimanannya dengan kembali mengingatkan kepada Tuhan, karena awalnya orang stres itu hanya karena hilangnya iman.
16
Dari sekian banyak pasien yang mengikuti bimbingan rohani keislaman tersebut, apakah semuanya aktif mengikuti atau masih ada beberapa pasien yang perlu dorongan untuk ikut?
17
Apakah pasien yang mengikuti bimbingan rohani Islam dapat menerima materi yang disampaikan?
18
Bagaimanakah cara menangani pasien yang kesulitan menerima materi bimbingan rohani ini?
19
Apakah pasien memiliki motivasi tinggi untuk sembuh setelah mengikuti bimbingan rohani Islam?
Ya ada yang aktif banget tapi juga ada yang perlu dorongan khusus. Misalkan gini... ada pasien yang tingkat kecerdasan atau keaktifan berperilaku kurang, itu perlu dorongan dan ajakan-ajakan untuk ikut kegiatan. Sampai kadang ada perawat yang marah-marah karena pasien sangat sulit diajak. Insya Allah bisa mbak... saya panggilkan pasien ya.... Gimana rasanya setelah ikut kegiatan siraman rohani? “saya jadi lebih memahami arti hidup dan iman saya jaga bertambah. Saya merasa sangat butuh dengan bimbingan rohani keislaman, karena penyakit jiwa adalah penyakit rohani” (pasien WD). Kami hanya mengingatkan dengan sabar dan mengarahkan. Misalkan kalau waktunya shalat ya kita ajak ayo dah shalat belum, terus diajak shalat bareng gitu... Insya Allah. Mereka minta didoakan untuk cepat sembuh dan juga prihati untuk merubah diri. Ini ya saya panggilkan pasien sebagai bukti.... Bapak mau tanya ya sama kamu. Kamu pengen sembuh gak? “saya ingin cepet pulang kerumah ketemu dengan keluarga saya. Saya
14
15
Dalam proses kegiatan bimbingan rohani keislaman jelas ada hambatan-hambatannya mbak. Melihat dari segi paasien sendiri tingkat kesembuhannya berbeda-beda. Selain itu kadang tidak adanya perawat yang membantu menjaga pasien, terus pembimbingnya Cuma ada satu. Wah... itu sangat sulit banget mbak pelaksanaannya sehingga banyak pasien yang bicara sendiri, ada yang ingin keluar ruangan, merokok, dan sebagainya.
Terapi wawancara Spiritual tadarus AlQur’an
Tingkat kesembuhan pasien berbedabeda Tidak ada perawat yang menjaga dan mengawasi pasien
119
20
Apa langkah bapak sebagai seorang muslim serta sebagai makhluk sosial ingin memajukan atau meningkatkan bimbingan rohani Islam terhadap pasien jiwa? Lha cara pemahaman bapak mengenai pasien itu bagaimana?
selalu minta didoakan kepada pembina siraman rohani, perawat, dan keluarga agar cepat sembuh ya pak...? (bertanya kepada pembina rohani keislaman). Saya juga prihatin untuk mengubah diri saya sendiri untuk menjadi baik lagi. Saya juga sering puasa Senin-Kamis geh pak... Sangat peduli sekali, karena dengan bimbingan rohani atau siraman rohaniakan mengangkat harkat dan martabat mereka. Mereka yang sakit jiwa itu kan dah merasa gak punya martabat lagi mbak... terus juga meningkatkan iman dan juga memberi motivasi kepada mereka agar tidak putus asa dengan kondisi yang dialaminya sekarang. Kami memahami keadaan pasien itu untuk dapat mengikuti kegiatan bimbingan rohani keislaman dengan menjebak pasien. Kami memulai dengan melontarkan sebuah pertanyaan, misalnya ‘siapa yang ingin tahu tentang Tuhan?’. Dengan pertanyaan tersebut secara tidak disadari pasien akan sangat ingin tahu tentang jawaban dari pertanyaan tersebut.
120
Verbatim wawancara dengan Psikiater A. Identitas Informan 1. Nama Informan
: WA
2. Jenis Kelamin
: Laki-laki
3. Alamat
: Mertoyudan Magelang
4. Bidang Layanan : Psikiater 5. Waktu wawancara: Kamis, 11 Agustus 2011 B. Hasil Wawancara
No 1
2
3
Pertanyaan Menurut bapak apa yang dimaksud dengan penyakit jiwa?
Bagaimanakah idealnya seorang psikiater atau dokter berinteraksi atau berkomunikasi dengan pasien jiwa? Bagaimana caranya menenangkannya? Bagaimana pemahaman para psikiater terhadap pasien yang mengalami stres berat?
Jawaban penyakit jiwa itu adalah penyakit psikis (mental) ya... yang disebabkan dari berbagai faktor misalkan penyalahgunaan zat dan diagnosanya itu berpedoman pada PPDGJ. Kalau neurosa iti non psikotik, terus kalau anak autis itu disebabkan dari faktor perkembangan. Ya dengan melihat keadaan pasien misalkan gundah itu ditenangkan. Caranya itu dengan wawancara terapi. Nanti disitu pasien dicek dan dievaluasi. Karena pasien RSJ itu bermacam-macam sebabnya, maka diperlakukan sesuai dengan potensinya. Penyakit jiwa itu adalah penyakit psikis ya... yang disebabkan dri berbagai faktor. Pemahaman psikiater terhadap gangguan jiwa pasien RSJ Magelang yaitu dengan melihat kondisi pasien kemudian dikelompokkan dan diklasifiksikan berdasarkan PPDGJ (Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa), sehingga pengelompokannya sesuai dengan gejala-gejala yang muncul pada pasien. Pada umumnya stres, gila, depresi itu merupakan gangguan pikiran yang masih dikategorikan gangguan jiwa ringan. Akan tetapi apabila hal itu terjadi satu bulan libih maka penyakit itu sudah berubah menjadi skizofrenia (stres berat) yang biasanya ditandai dengan perilaku-perilaku aneh misalnya tidak mau mandi, suka menyendiri, ketawa-ketawa sendiri yang terbawa oleh halusinasinya, dan lain-
Keterangan
Pemahaman tentang gangguan kejiwaan dan penggolongannya
121
4
5
6
7
lain. Gangguan jiwa itu disebabkan empat faktor yaitu bio-psiko-sosio-spiritual. Misalkan gini... melihat dari segi biologisnya mungkin karena sudah timbul sejak dalam kandungan yang disebabkan kurangnya gizi ataupun yang lain yang berhubungan dengan kesehatan ibi itu. Terus dari segi psikologis itu dikarenakan kurangnya kasih sayang orang tua atau pola asuh yang salah. Dari segi sosiologisnya dapat dilihat karena faktor lingkungan yang tidak mendukung. Melihat dari segi spiritualitas seharusnya orang tua menerapkan agama itu tidak hanya pada rutinitas ibadah saja akan tetapi juga pada maknanya sehingga dapat melekat pada diri seseorang. Dari keempat fakor tersebut pasti saling berkaitan baik dari sebab gangguan jiwa maupun dalam penyembuhannya. Bagaimanakah tanggapan bapak Perlu, sarannya: bimbingan rohani tujuannya apa akan adanya pelayanan bimbingan gitu... diberikan makna rutinitas ibadah untuk rohani keislaman di RSJ meningkatkan iman dengan tidak menakut-nakuti Magelang ini? pasien, misalkan yang tidak ikut bimbingan rohani nanti masuk neraka lho... Apakah ada perkembangan atau Pastinya sangat berpengaruh ya..., karena dari perubahan pada pasien yang keempat faktor tadi (bio-psiko-sosio-spiritual) mengikuti bimbingan rohani artinya bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan Islam? dimana tuganya itu untuk beriman dan melaksanakan segala perintah-perintahNya maka manusia juga wajib berdoa (dzikir), karena dengan dzikir manusia akan jadi lebih merasa tenang. Tapi asalkan dalam pemberian bimbingan rohani tidak menakut-nakuti pasien. Misalkan begini... ‘ayo shalat, kalau gak shalat nanti masuk neraka dan disiksa terus. Ih ngeri...’ shalatshalat... Perubahan yang seperti apakah Ya perubahannya itu bagus, karena apa? Proses yang menonjol pada pasien setelah penyembuhan itu harus dilakukan secara holistikmengikuti bimbingan rohani komprehensif. Tapi harapan saya itu bisa lebih Islam? baik karena terdiri dari empat faktor tadi. Asalkan cara pemberiannya baik. Pembimbing rohani harus tau latar belakang pasien sebelum pasien itu sakit. Dalam proses penyembuhan apakah ada hubungannya antara perawatan medis dan bimbingan rohani?
Empat faktor kebutuhan yang dimiliki oleh manusia yaitu bio-psiko-sosiospiritual
122
DAFTAR NILAI SKK Nama : Muqodimah
Jurusan
NIM
Program Studi : Pendidikan Agama
: 11107135
: Tarbiyah
Islam
NO 1
JENIS KEGIATAN
WAKTU PELAKSANAAN
Piagam penghargaan dalam
28-31 Agustus
kegiatan OPSPEK STAIN Salatiga
2007
2007dengan tema “Dialektika Peradaban Mahasiswa Ikhtibar
KETERANGAN
POIN
Peserta
3
Peserta
3
Peserta
2
Peserta
3
Membangun Konsistensi Menuju Maturitas Peran Mahasiswa” 2
Piagam kuliah umum dan dialog 10 Pebruari 2009 dengan Kerjasama
tema
“Perkembangan
ASEAN
Bersama
Direktorat enderal Luar Negeri Repupblik Indonesia” di STAIN Salatiga 3
Piagam penghargaan dalam
6 Mei 2008
kegiatan sarasehan MILAD VI LDK Darul Amal STAIN Salatiga dengan tema “Mengharap Barokah Dalam Melangkah” 4
Sertifikat praktikum pelatihan
11-26 Pebruari
Ikhtibar al-Lughah al-Arabiyah Ka
2011
Lughah Ajnabiyah (ILAIK) bagi Jurusan Tarbiyah dan Jurusan Syariah Angkatan 2007
123
5
Sertifikat Kursus Pembina
9-14 Pebruari 2009
Pramuka Mahir Dasar (KMD) Kwartir Cabang Kota Salatiga
Peserta
4
Peserta
2
Peserta
3
Peserta
3
Peserta
3
peserta
2
Peserta
2
Peserta
2
Tahun 2009 6
Sertifikat bedah buku “Perjalanan
12 November 2009
Panjang Menggapai Iman (Memoar Pergolakan Batin Seorang Pemeluk Agama tentang Iman yang Diyakininya dan Kemudian Menjadi Seorang Muallaf”. 7
Piagam penghargaan “ seminar
16 Desember 2009
Regional” dengan tema “Modernisasi Pendididkan Islam Berbasis IPTEK” 8
Piagam penghargaan PLCPP XVII
9-12 September
Racana Kusuma Dilaga-Woro
2007
Srikandhi 9
Piagam penghargaan sarasehan
24 September 2007
bela negara dengan tema “Memelihara Keutuhan Bangsa dari Ancaman Disintegrasi dan Sektarianisme Agama” 10
Piagam penghargaan diskusi
26 September 2007
Ramadhan dengan tema “Islamisasi Ilmu Pengetahuan” 11
Piagam penghargaan Bedah Buku
5 Desember 2007
ADONIS : “Arkeologi SejarahPemikiran Arab-Islam” 12
Piagam penghargaan “semalam
21 September 2008
124
sehati dan temu alumni” PMII deengan tema “Menjalin Silaturahim, Mengeratkan Ikatan Batin Menuju Kader Mandiri”.
13
Sertifikat Haflah Akhirussanah
6 Juli 2008
Ma’had Mahasiswa STAIN
Peserta
2
Peserta
3
Panitia
4
Peserta
6
Peserta
2
Peserta
2
Peserta
2
Salatiga 14
15
Piagam penghargaan MAPABA
16-18 November
PMII
2007
Piagam penghargaan MAPABA
12 Mei 2009
(Masa Penerimaan Anggota Baru) PMII Salatiga 16
Seminar Silaturrahmi Nasional
15-17 Desember 2008
17
Piagam Penghargaan Tema “Public 25 Juni 2011 Hearing Meningkatkan Tatanan Birokrasi Kampus Yang Berbasis Pada Basis-Basis Integritas”
18
Piagam Public Hearing dengan
15 Mei 2010
Tema “Membangun Demokrasi Kampus yang Harmonis” 19
Piagam dalam Ceramah dan
3 Desember 2010
Dialog atau (CERDIG) Muslimah dengan Tema “Muslimah 24 Karat” Jumlah
53
125
126
127